Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN

PENYAKIT TROPIS

“ASUHAN KEPERAWATAN MERS DAN EBOLA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ADJIE MAHLIANSYAH (F0H020034)

2. IMELDA PALINGGA (F0H020002)

3. ANISA VADELLA (F0H020070)

4. FIONA REZFEMY (F0H020042)

5. KIREINA YUKI (F0H020026)

6. VANNESA MARIOCA E.P(F0H020072)

KELAS : II.B

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Tuti Anggraini Utama, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karnuia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Askep Mers dan Ebola” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Penyakit
Tropis, ibu Ns. Tuti Anggraini Utama, S.Kep.,M.Kep
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh
dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan Asuhan
Keperawatan Mers dan Ebola dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan Mers dan
Ebola dan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut, serta mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya bagi para praktisi medis yang bersangkutan dengan hal-hal
ini.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bengkulu, 12 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identitas Masalah............................................................................... 2
C. Rumusan Masalah............................................................................. 2
D. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
E. Manfaat Karya ilmiah........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Mers dan Ebola............................................................... 4
B. Etiologi.............................................................................................. 4
C. Tanda dan gejala Mers dan Ebola..................................................... 6
D. Cara penularan Virus Mers dan Ebola.............................................. 7
E. Patofisiologi...................................................................................... 8
F. Faktor dan penyebab Mers dan Ebola............................................... 10
G. Cara penularan Mers dan Ebola........................................................ 10
H. Pengobatan pada virus Mers dan Ebola............................................ 11
I. Dampak virus Mers dan Ebola.......................................................... 12

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Asuhan Keperawatan Pada Ibu......................................................... 20
1. Pengkajian................................................................................... 20
2. Riwayat ....................................................................................... 20
a. Pemeriksaan Fisik................................................................. 21
b. Pemeriksaan Laboratorium................................................... 22
c. Analisa Data......................................................................... 22
d. Diagnosa Keperawatan......................................................... 23
3. Rencana Keperawatan................................................................. 23
4. Implementasi Keperawatan......................................................... 28
5. Evaluasi....................................................................................... 30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 31
B. Saran.................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kementerian Kesehatan RI, MERS merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh corona virus yang disebut Middle East Respiratory Syndrome Corona
virus (MERS-Cov), yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi. Virus
ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga
kelompok studi corona virus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus
memutuskan bahwa novel corona virus tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov. Virus ini
tidak sama dengan corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS),
namun mirip dengan corona virus yang terdapat pada kelelawar.(Hafidzer,2014)
Penyakit virus ebola (PVE) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola, yang
merupakan anggota keluarga filovirus. Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease
(EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola
penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Reston Ebolavirus, Sudan
ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal
dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV). Menurut WHO jumlah yang terkonfirmasi
virus MERS-COV dari tahun 2012-2019 sebanyak 2.494 dengan jumlah kematian 858
dengan jumlah negara yang berkasus sebanyak 27 negara Termasuk Indonesia
(Danudamarjati,2020)
Virus ebola pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976 di dua tempat secara simultan
yakni di Yambuku, sebuah desa tidak jauh dari sungai ebola di Republik Demokratik
Kongo dan di Nzara, Sudan Selatan. Wabah di Afrika Barat (kasus pertama pada Maret
2014) adalah yang terbesar dan paling kompleks sejak virus ebola pertama kali ditemukan
pada tahun 1976. Negara yang terkena dampak paling parah yakni, Guinea, Liberia dan
Sierra Leone. Enam negara di Afrika Barat yang mengalami kejadian luar biasa (KLB)
yaitu Liberia, Guinea, Sierra Leone, Nigeria, Sinegal, dan Mali dengan jumlah 28.652
kasus, dan 11.325 kematian, dengan total kematian/total kasus 39,52% (data WHO per 10
Juni 2016). Berdasarkan hal tersebut WHO menyatakan penyakit virus Ebola sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Virus ini hanya
mewabah di negara bagian Afrika barat saja, Hingga saat ini belum ditemukan kasus
Ebola di Indonesia. Kemudian ditemukan beberapa kasus kluster yang sumber
penularannya dari survivor Ebola baik di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone. Penularan
tersebut diketahui karena adanya kontak dengan cairan tubuh survivor.(Kemenkes,2021)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan MERS ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Ebola ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Mers.
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Ebola
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Untuk mengetahui pengertian Ebola dan Mers.
b. Untuk mengetahui Etiologi Ebola dan Mers.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Virus Ebola dan Mers.
d. Untuk mengetahui Cara Penularan Virus Mers dan Ebola.
e. Untuk mengetahui Patofisiologi Mers dan Ebola.
f. Untuk mengetahui Faktor penyebab Mers dan Ebola
g. Untuk mengetahui Cara penularan Virus Mers dan Ebola
h. Untuk mengetahui pengobatan pada virus Mers dan Ebola
i. Untuk mengetahui Dampak virus Mers dan Ebola
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ebola dan Mers


1. Pengertian Penyakit Mers
MERS atau Middle East Respiratory Syndrome coronavirus (umumnya disebut
sindrom pernapasan Timur Tengah, MERS, atau MERS-CoV) adalah salah satu
penyakit infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit ini disebabkan
oleh salah satu jenis coronavirus yaitu MERS-CoV. MERS awalnya ditemukan di Arab
Saudi pada tahun 2012, kemudian dilaporkan menyebar ke 27 negara di Asia, Eropa,
dan Amerika. Kasus MERS banyak terjadi pada orang yang memiliki riwayat
perjalanan ke Timur Tengah, sehingga disebut juga Sindrom Pernapasan Timur
Tengah.(Kemenkes,2020)
2. Pengertian Ebola
Ebola adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat berakibat
fatal jika tidak segera ditangani. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika pada
1976. Virus Ebola sendiri awalnya hidup pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti
manusia melalui darah hewan yang sudah terkontaminasi virus. Penyakit virus ebola
(PVE) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola, yang merupakan anggota
keluarga filovirus. Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola
Hemorrhagic Fever (EHF).(Kemenkes,2021)

B. Etiologi
1. Etiologi Mers
Middle East Respiratory Syndrome atau yang dikenal dengan MERS, adalah
coronavirus golongan betacoronavirus. Reservoir dari MERS adalah kelelawar dan
dromedari (unta berpunuk satu). Saat ini, dromedari menjadi reservoir utama karena
sudah terbukti dapat menularkan MERS kepada manusia, sedangkan peran kelelawar
sebagai reservoir masih dalam penelitian.
MERS-Cov memiliki RNA single stranded, dengan 2 protein replikase. Protein
struktural yang terdiri dari membran, spike, nukleokapsid dan envelope, serta protein
lain untuk replikasi dan menyebabkan penyakit. Coronavirus penyebab MERS sendiri
dapat bertahan pada suhu yang cukup tinggi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
coronavirus dapat bertahan mencapai suhu 30 derajat Celsius. Selain itu, pada
penelitian menggunakan aerosol, coronavirus dapat bertahan pada suhu 20 derajat
Celsius dengan kelembaban yang relatif rendah. Hal ini berbeda dengan virus
influenza yang sudah tidak dapat bertahan dengan keadaan lingkungan yang sama.
Unta, terutama dromedari (unta berpunuk satu), merupakan reservoir utama dari
coronavirus. Sedangkan host untuk coronavirus adalah manusia dan penyebarannya
dapat terjadi melalui hewan maupun antar manusia.
Coronavirus tidak mudah menular antar manusia kecuali terdapat kontak yang
dekat antara individu. Penyebaran dari hewan ke manusia dapat terjadi akibat kontak
langsung dengan dromedari, walaupun mekanismenya masih belum diketahui.
Penularan dicurigai berasal dari urin, feses, susu, dan cairan tubuh dromedari.
Sedangkan transmisi antar manusia dapat terjadi apabila ada kontak langsung,
walaupun sebenarnya hal ini jarang terjadi. Selain kontak langsung, kontak harus
berlangsung dalam waktu yang lama, seperti di dalam keluarga dan layanan
kesehatan. Sebuah studi di Korea Selatan menunjukkan bahwa terjadi 82 kasus MERS
baru di rumah sakit akibat tidak digunakannya alat pelindung diri yang berasal dari 1
orang terjangkit. Studi lain menuliskan bahwa transmisi antar manusia terjadi pada
setting rumah sakit, dengan periode inkubasi kurang lebih 5 hari.
Saat ini, identifikasi coronavirus dapat dilakukan dengan melakukan sekuensi
gen dan membagi coronavirus menjadi 2 klad gen, A dan B. Melakukan sekuensi gen
dapat menentukan infeksi varian coronavirus berdasarkan tempat, keparahan, tingkat
penyebaran, replikasi, dan respons obat
2. Etiologi Ebola
Virus Ebola merupakan virus RNA yang terbungkus, linier, nonsegmented,
negatif, serta beruntai tunggal. Terdapat 6 spesies virus Ebola, yaitu Zaire ebolavirus,
Sudan ebolavirus, Taï Forest ebolavirus (sebelumnya Cote d'ivoire ebolavirus),
Bundibugyo ebolavirus, Reston ebolavirus, dan Bombali ebolavirus. Namun, hanya 4
spesies pertama yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.
Host reservoir alami dari virus ini belum diketahui, tetapi beberapa ahli
mengungkapkan bahwa berdasarkan sifat virus, reservoir yang memungkinkan adalah
kelelawar. Virus Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976, di dekat sungai
Ebola, Republik Demokratik Kongo yang kemudian menyebar di Afrika. Virus Ebola
menyebar melalui cairan tubuh penderita atau hewan yang terinfeksi, misalnya dari air
liur, keringat, urin, feses, muntahan, ASI, cairan ketuban, air mani, dan darah. Virus
dapat menginfeksi melalui:
a) Kontak langsung dengan kulit yang terluka, atau mukosa mata, hidung dan mulut
b) Kontak tidak langsung, yaitu menyentuh benda yang sudah terkena cairan tubuh
yang terinfeksi
c) Hubungan seksual dengan pasien EVD
Masa inkubasi EVD antara 6−21 hari. Penderita EVD dapat menularkan virus
setelah memperoleh tanda dan gejala penyakit. Virus tidak menular melalui makanan,
maupun nyamuk atau serangga lain.

C. Tanda dan gejala Virus Mers dan Ebola


1. Tanda dan gejala virus Mers-Cov
Gejala MERS CoV umumnya muncul 1-2 minggu setelah penderita terinfeksi
virus. Beberapa tanda dan gejala yang timbul adalah:
 Batuk
 Pilek
 Sakit tenggorokan
 Demam
 Menggigil
 Nyeri otot
 Sesak napas
Pada kasus yang jarang terjadi, MERS CoV juga dapat menimbulkan gejala batuk
berdarah, mual dan muntah, serta diare.
2. Tanda dan gejala Ebola
Tanda dan gejala yang ditimbulkan virus Ebola umumnya dirasakan pengidap
dalam 5-10 hari setelah terinfeksi. Beberapa gejalanya, antara lain:
 Demam
 Nyeri kepala yang berat
 Menggigil
 Lemah
 Mual dan muntah
 Diare yang dapat disertai darah
 Mata merah
 Ruam pada kulit
 Nyeri dada
 Batuk
 Penurunan berat badan
 Perdarahan dari mata, telinga, hidung, dan anus

D. Cara penularan Virus Mers dan Ebola


1. Penularan Virus Mers
Virus MERS seperti virus corona yang lain menyebar dari sekresi saluran
pernafasan (droplet). Akan tetapi mekanisme penyebaran virus secara tepat belum
diketahui dengan pasti. Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir
sebagian besar terjadi di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan
kasus, seperti merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi
MERS dari hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung
menjadi reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan penyebaran lanjutan
MERS di masyarakat.
a) Penularan dari hewan ke manusia.
Mengingat strain Mers-Cov yang sesuai dengan strain manusia telah dapat
diisolasi dari unta di beberapa negara (Mesir, Oman, Qatar dan Arab Saudi). Hal
tersebut diyakini bahwa manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung atau
tidak langsung dengan unta yang terinfeksi di Timur Tengah.
b) Penularan dari manusia ke manusia
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan
penularannya dapat melalui :
c) Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin.
d) Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
2. Penularan Virus Ebola
Ebola adalah penyakit mematikan yang menular. Penularan virus penyebab
ebola terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yang
sudah terinfeksi virus. Cairan tubuh yang bisa menjadi sarana penularan virus, yaitu
urine, tinja, air liur, ingus, serta air mani. Sementara yang dimaksud dengan kontak
langsung adalah saat cairan tubuh dari pengidap ebola menyentuh hidung, mata,
mulut, ataupun luka yang terbuka. Selain melalui cairan tubuh, ada cara lain yang bisa
menyebabkan virus ebola menular :
a) Kontak Langsung Antar Manusia
Salah satu cara virus ebola menular adalah melalui kontak langsung antar
manusia yang sebelumnya sudah terinfeksi dengan manusia yang sebelumnya
sehat. Virus ebola bisa menular melalui cairan tubuh, seperti darah, urine, tinja, air
liur, ingus, hingga air mani.
Penularan virus bisa terjadi jika cairan tubuh dari orang yang sudah terinfeksi
menyentuh langsung bagian hidung, mata, mulut, ataupun luka terbuka pada
seseorang. Setelah menginfeksi, biasanya virus ebola membutuhkan waktu untuk
menunjukkan gejala.
b) Penularan dari Hewan ke Manusia
Virus ebola juga ditemukan dalam tubuh hewan-hewan tertentu. Kabar
buruknya, hewan yang terinfeksi virus penyebab ebola ternyata juga bisa
menularkannya pada manusia. Proses ini diduga terjadi melalui cairan tubuh
hewan yang sudah terinfeksi, misalnya darah.
Penularan virus ebola bisa terjadi saat seseorang memotong hewan tertentu,
yang sudah terinfeksi. Darah dari hewan yang sudah terinfeksi ebola bisa dengan
mudah menyebarkan virus ke manusia dan lingkungan sekitarnya.
c) Makanan Tertentu
Virus ebola juga bisa menular dari makanan tertentu, misalnya makanan dari
hewan yang sebelumnya sudah terinfeksi virus. Risiko menjadi lebih besar jika
kebersihan makanan dan cara memasak yang tidak dilakukan dengan benar.
d) Benda yang sudah Terkontaminasi
Ada yang menyebut bahwa penularan virus ebola juga bisa terjadi melalui
benda yang sudah terkontaminasi, misalnya sprei yang pernah kena darah
pengidap ebola. Namun, anggapan tersebut masih diperdebatkan dan belum
sepenuhnya bisa diterima. Meski ada kemungkinan, tapi risiko penularan virus
ebola melalui benda yang terkontaminasi disebut sangat rendah.
E. Patofisiologi
1. Patofisiologi Mers
Patofisiologi MERS dicurigai berasar dari kelelawar dan unta. Masuknya
coronavirus kedalam sel inang melalui perlekatan protein S dengan reseptor dan
dilanjutkan dengan fusi kepada membran sel inang. Diikuti dengan respons imun
seluler dan adaptif yang memunculkan pro inflamasi dan mengaktivasi jalur inflamasi
lainnya.
a) Perlekatan dan Fusi Virus Coronavirus
Perlekatan Coronavirus dengan membran sel inang mengawali infeksi MERS.
Protein S berikatan dengan reseptor dipeptidyl peptidase-4 (DPP4) dan
memberikan jalan kepada virus untuk masuk kedalam sel inang. Virus masuk
melalui salah satu cara yaitu endositosis atau fusi membran. Fusi membran lebih
sering terjadi dibanding endositosis. Fusi membran dapat terjadi tergantung pH
maupun tidak tergantung pH sekitar. Pada fusi yang tergantung kepada pH sekitar,
virus langsung masuk ke dalam sel setelah per lekatan terjadi. Sedangkan, pada
fusi yang tidak tergantung pada pH sekitar, virus masuk via fusi antara viral
envelope dan membran plasma. Hal ini menyebabkan terbentuknya sinsitia.
Kedua interaksi fusi di atas ini menyebabkan masuknya virus ke dalam sel inang
dan memberikan sinyal imunosupresi, sehingga virus dapat berkembang
b) Respon Imun Seluler dan Adaptif
Berawal dari masuknya coronavirus ke dalam tubuh, dilanjutkan dengan
aktivasi sistem imun, terutama sel dendritik, infeksi MERS CoV menyebabkan
munculnya sitokin pro inflamasi seperti interleukin-1, interleukin 8, interleukin 6,
dan CC-kemokin ligand 2, serta munculnya kemokin pada makrofag yang matur.
Hal tersebut menyebabkan inflamasi, terutama di sistem pernafasan bagian bawah.
Berbeda dengan human coronavirus virus lain, coronavirus pada MERS
menginhibisi produksi interferon-1, dan mengaktivasi jalur inflamasi lain. Masa
inkubasi MERS-CoV adalah 5 hari.
Manifestasi klinis yang muncul menyerupai gejala infeksi sistem pernapasan
akut (ISPA) biasa, yaitu demam, batuk dan sesak nafas. Setelah gejala ISPA
muncul, diikuti dengan pneumonia berat. Selanjutnya, gejala Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) akan muncul, apabila pneumonia tidak ditangani.
Sepsis yang terus menerus dapat berujung pada sepsis berat, yang ditandai dengan
adanya disfungsi organ, hipoperfusi, ataupun hipotensi, dan berakhir menjadi syok
sepsis (sepsis disertai hipotensi, dengan tekanan darah sistol <90mmHg) walaupun
sudah diberikan resusitasi cairan yang adekuat).
2. Patofisiologi Ebola
Ebola virus disease (EVD) pada manusia adalah virus Ebola menginfeksi
banyak sel, seperti monosit, makrofag, sel dendritik, sel endotel, fibroblast,
hepatosit, sel kortikal adrenal, dan sel epitel. Virus Ebola akan bermigrasi menuju
kelenjar getah bening, lalu ke hati, limpa, serta kelenjar adrenal.
Virus Ebola memiliki genom RNA beruntai negatif nonsegmented yang
mengandung 7 gen struktural dan pengatur. Kode genome Ebola terdiri dari 4
protein struktural virion (VP30, VP35, nucleoprotein, dan protein polymerase
[L]), dan 3 protein terkait membrane (VP40, glikoprotein [GP], dan VP24).
Setelah manusia atau primata terinfeksi, masa periode awal replikasi virus akan
berkembang cepat.
Walaupun limfosit tidak terinfeksi virus ebola, tetapi limfosit tetap mengalami
apoptosis yang menyebabkan penurunan jumlah limfosit dalam tubuh. Kemudian
terjadi juga nekrosis hepatoseluler yang berhubungan dengan disregulasi proses
pembekuan darah dan koagulopati. Selain itu, virus ebola juga memicu pelepasan
sitokin pro-inflamasi yang menyebabkan kebocoran vaskuler dan gangguan
pembekuan darah, sehingga terjadi kegagalan multiorgan dan syok hipovolemik.

F. Faktor penyebab Mers dan Ebola


1. Penyebab Mers
Penyebab MERS adalah betacoronavirus yang baru ditemukan. Coronavirus
adalah virus terbesar dari semua jenis virus RNA. Kemungkinan mekanisme transmisi
spesifik penyakit ini adalah antara manusia dan hewan sumber yang belum diketahui
dan dapat terjadi penularan dari manusia ke manusia.
2. Penyebab Ebola
Penyakit ini disebabkan oleh virus Ebola yang awalnya ditemukan pada hewan,
seperti monyet, simpanse, dan primata lainnya. Virus Ebola disebarkan melalui
kontak langsung darah atau cairan tubuh pengidap seperti urine, tinja, air liur, serta air
mani, dengan hidung, mata, mulut, atau luka terbuka pada orang sehat

G. Cara Mencegah tertularnya virus Mers dan Ebola


1. Pencegahan Mers
Pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terjangkit MERS, yaitu sebagai berikut:

a) Mengenakan masker dan segera mencari petugas medis jika terjadi gejala
pernapasan.
b) Menjaga kebersihan tangan.
c) Menutup hidung dan mulut dengan kertas tisu ketika bersin dan buang kertas
tisu kotor di tempat sampah berpenutup.
d) Meningkatkan kekebalan tubuh yang baik dengan menjalani diet yang
seimbang, olahraga teratur istirahat yang cukup, jangan merokok dan hindari
konsumsi alkohol.
e) Meskipun virus corona dapat bertahan hidup selama beberapa waktu di
lingkungan, tetapi virus tersebut mudah dihancurkan dengan sebagian besar
detergen dan agen pembersih.
f) Menjaga ventilasi yang baik
2. Pencegahan Ebola
Pada Desember 2019 silam, Badan Pengawas Obat dan Makanan dari Amerika
sudah menyetujui vaksin Ebola rVSV-ZEBOV, disebut juga Ervebo, untuk
pencegahan penyakit virus Ebola. Namun vaksin ini hanya aman dan bisa melindungi
kamu dari spesies Ebola bernama Zaire ebolavirus. Kamu perlu melakukan tindak
pencegahan lebih lanjut bila kamu tinggal atau bepergian ke daerah dimana terjadi
penyebaran Ebola. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa kamu
ambil:
a) Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh (seperti urine, feses,
ludah, keringat, muntahan, air susu, air mani, dan cairan vagina) orang yang
sedang sakit
b) Hindari menyentuh benda yang mungkin dipakai oleh orang yang terinfeksi,
seperti baju, tempat tidur, jarum suntik, atau peralatan medis
c) Hindari kontak langsung dengan hewan primata (seperti kelelawar dan monyet)
yang mungkin terinfeksi, terutama darah, kotoran, dan daging mentah dari hewan
tersebut
d) Hindari pemakaman, terutama jika harus menyentuh jasad seseorang yang mati
karena Ebola atau diduga karena Ebola
e) Hindari rumah sakit yang menangani pasien Ebola
f) Pergi ke dokter setelah kembali untuk memastikan kamu tidak terinfeksi Ebola

H. Pengobatan pada virus Mers dan Ebola


1. Pengobatan Mers
Sayangnya, belum ada pengobatan antivirus untuk MERS-CoV hingga kini.
Namun, WHO menyebut para ahli sedang mengembangkan beberapa vaksin dan
perawatan yang spesifik untuk penyakit MERS. Pengobatan penyakit MERS-CoV
kebanyakan bertujuan memberikan perawatan suportif, mengendalikan gejala, dan
mencegah terjadinya komplikasi.
2. Pengobatan Ebola
Belum ada pengobatan yang efektif untuk melawan virus Ebola sampai saat ini.
Namun, tindakan pengobatan untuk mengendalikan gejala bisa dilakukan, seperti
melalui:
a) Obat darah tinggi untuk menurunkan hipertensi
b) Obat untuk mengurangi muntah dan diare
c) Transfusi darah jika anemia (kekurangan darah)
d) Infus cairan untuk menjaga pasien tetap terhidrasi
e) Oksigen tambahan agar mencegah kurangnya oksigen
Pasien Ebola biasanya memasuki masa pemulihan untuk beberapa bulan sebelum
virusnya hilang. Selama itu, pasien akan mengalami berbagai jenis gejala lain seperti:
a) Gangguan saraf
b) Radang, terutama di mata dan testis
c) Penyakit kuning
d) Rontoknya rambut
e) Kelelahan secara berlebih
Kesembuhan bergantung pada beberapa faktor, seperti seberapa cepat pengobatan
dilakukan, apakah respons tubuh terhadap pengobatan, dan sistem kekebalan tubuh
pasien. Namun, jika sembuh maka pasien akan kebal dengan virus selama 10 tahun
I. Dampak Virus Mers dan Ebola
1. Dampak Mers
Beberapa efek Mers-Cov setelah dinyatakan sembuh yang masih dirasakan Klien,
antara lain:
 Sesak napas atau napas pendek-pendek
 Gampang lelah, terutama setelah banyak beraktivitas
 Susah konsentrasi
 Batuk
 Sakit dada
 Sakit perut
 Sakit kepala
 Detak jantung cepat atau jantung berdebar-debar
 Nyeri sendi atau otot
 Badan sakit seperti ditusuk jarum
 Diare
 Gangguan tidur seperti susah tidur atau tidur terus-menerus
 Demam
 Pusing saat berdiri
 Ruam
 Suasana hati jadi lebih muram
 Hidung tidak bisa mencium bau, atau kepekaan indra penciuman berkurang
 Lidah tidak ada rasa, atau kepekaan indra perasa terganggu
 Perubahan siklus haid
Penderita Covid-19 dengan gejala lebih berat terkadang merasakan efek yang lebih
serius setelah dinyatakan sembuh dari penyakitnya.
2. Dampak Ebola
Setelah sembuh, pasien masih bisa mengalami berbagai jenis risiko kesehatan
sebagai dampak dari Ebola, seperti:
a) Rasa lelah
b) Sakit kepala
c) Nyeri tulang dan sendi
d) Gangguan mata dan penglihatan (pandangan kabur, mata merah, dan lainnya)
e) Naiknya berat badan
f) Kurangnya nafsu makan
Beberapa isu kesehatan lainnya juga mungkin terjadi, seperti hilangnya ingatan,
pembengkakan di leher, rontoknya rambut, kehilangan atau gangguan pendengaran,
impotensi, berkurang atau hilangnya hasrat seksual, sulit tidur, depresi, kecemasan
berlebih, hingga post-traumatic stress disorder (PTSD).

Anda mungkin juga menyukai