Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik atau End Stage Renal Disease ( ESRD) adalah kerusakan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali. Kerusakan ginjal yang terjadi
secara progresif dan irreversible yang membuat tubuh gagal mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan sehingga terjadi uremia dan penumpukan cairan.
Kondisi ini membuat kehidupan penderitanya terancam (Smeltzer, dkk 2008).
Penyakit Ginjal Kronis di dunia mengalami peningkatan dan menjadi masalah
kesehatan serius. Menurut penelitian Global Burden of Disease (dalam Kemenkes, 2017)
tahun 2010, penyakit ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di
dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke- 18 pada tahun 2010. Sebanyak 2 per
1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia menderita Penyakit Gagal Ginjal dan
terjadi peningkatan pada tahun 2018 menjadi 3.8 per 1000 penduduk Indonesia
(Riskesdas 2013; Riskesdas 2018). Angka kejadian gagal ginjal pada laki-laki (0,3%)
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur
angka kejadian tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi
peningkatan pada usia 35 tahun ke atas.
Berdasarkan data dari Rikesdas prevalensi gagal ginjal kronik di Bengkulu tahun
2018 untuk kelompok umur yang paling tinggi mengalami penyakit gagal ginjal kronik
adalah umur 75 tahun keatas dengan persentase 1,28%, pada jenis kelamin yang paling
tinggi mengalami penyakit GGK adalah perempuan dengan persentase 0,51 % , pada
tingkat pendidikan yaitu pada tidak / belum pernah sekolah dengan persentase 1,50 %,
pada pekerjaan yaitu pada PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD dengan persentase 0,96%,
sedangkan pada tempat tinggal yang paling tinggi mengalami penyakit gagal ginjal
kronik adalah pada daerah pedesaan dengan persentase sebesar 0,46%.
Dialisis peritoneal, hemodialisa dan transplantasi ginjal adalah tiga metode
penanganan penting yang dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Saat ini
hemodialisa adalah terapi yang paling sering dilakukan. Terapi ini bisa memperpanjang
usia pasien tetapi tidak bisa membuat fungsi ginjal kembali seperti semula (Sirait, 2020).
Pada umumnya, pasien menjalani hemomodialisa 2 kali dalam seminggu dengan
waktu 4-5 jam per kunjungan. Pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis dan
menjalani hemodialisis beresiko mengalami gangguan metabolisme yang terjadi
disebabkan malnutrisi energi dan protein, rendahnya albumin dalam darah, gangguan
gastrointestinal seperti rasa mual, muntah, dan menurunnya nafsu makan (Widiany,
2017). Manajemen nutrisi sangat penting untuk menjaga stabilitas dialisis stabil. Pasien
tersebut membutuhkan asupan kalori dan protein yang cukup serta jumlah garam,
natrium, kalium, fosfor, dan air yang cukup. Penerapan terapi nutrisi meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien hemodialisis dan mengarah pada kecukupan dialisis
yang lebih baik. Status gizi juga diketahui memainkan peran penting dalam kelangsungan
hidup jangka panjang pasien hemodialisis.
Dalam menjalani terapi nutrisi, penderita gagal ginjal kronik terkadang kurang
berpartisipasi, salah satu faktornya ialah pengetahuan mengenai diet (Sumilati & Soleha,
2015). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Montazeri & Sharifi (2014) sekitar 84%
pasien hemodialisis dalam penelitian ini memiliki pengetahuan gizi yang buruk atau
cukup. Pasien-pasien belum menerima pendidikan nutrisi yang cukup untuk
mengendalikan komplikasi hemodialisis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Saini, P dan Arora S (2017) di Delhi menyatakan hanya 2 % pasien yang menjalani
hemodialisa memiliki pengetahuan yang baik, 58% memiliki pengetahuan cukup dan 40
% memiliki pengetahuan buruk tentang manajemen nutrisi.
Peneliitian yang dilakukan di oleh Dalimunthe (2016) di RSUD DR. Pirngadi Kota
Medan didapati masih adanya responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3
orang (8.6%) dan cukup sebanyak 12 orang (34.3%). Hal ini dikarenakan pendidikan
responden rendah. Upaya dalam melaksanakan terapi secara benar dan kontiniu yaitu
dengan cara meningkatkan pengetahuan manajemen nutrisi pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisa. Pengetahuan kognitif sangat penting membentuk suatu
tindakan, perilaku seseorang didasarkan oleh pengetahuan akan bertahan lama daripada
yang tidak didasarkan pengetahuan. Dengan pengetahuan yang dimiliki, sikap dan
perilaku seseorang akan baik. Edukasi digunakan oleh pasien untuk membuat keputusan
untuk melaksanakan manajemen nutrisi. (Widiany, 2017). Berdasarkan hal ini peneliti
tertarik pengetahuan manajemen nutrisi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan manajemen nutrisi
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa?
C. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi gambaran pengetahuan manajemen nutrisi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.
D. Manfaat Penelitian
1. Pendidikan Keperawatan
Sebagai masukan bagi pendidikan keperawatan untuk memiliki pengetahuan
yang baik tentang manajemen nutrisi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa agar dapat memeberikan edukasi dengan baik.
2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada perawat terutama
perawat hemodialisa agar mengedukasi pasien terkait manajemen nutrisi sehingga
pengetahuan pasien baik.
3. Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ataupun data tambahan untuk
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jaringan.
b) Pasien mungkin mengeksresikan air, natrium dan kalium dengan jumlah yang
jumlah garam mungkin harus dibatasi. Sebagian pasien akan menahan kalium
protein.
4
4. Syarat Dalam Menyusun Diet Penyakit Ginjal Kronik
b. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB.Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
c. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak
Jenuh ganda .
d. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal
e. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
f. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah >5,5 mEq),
g. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
h. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C,
dan vitamin D.
a). Asupan kalori harus ditentukan pada tingkat yang bisa mencegah pemecahan
lean tissue (protein) untuk memenuhi kebutuhan energi. Jika energi dari makan
renal, dan tipe dialisis yang akan dijalani. Ketimbang protein nabati yang nilai
biologisnya lebih rendah, maka penggunaan sumber protein hewani dengan nilai
biologis yang tinggi, seperti telur, daging, ikan, dan ayam, harus dianjurkan. d).
cara yang terbaik agar fungsi tubuh dapat bekerja lebih optimal. Adapun hal-hal
yang menjadikan diet dapat berjalan efektif menurut adalah sebagai berikut
a. Memahami kondisi ginjal dan terapi yang dilakukan karena menentukan pola diet
yang akan dijalani. Pola diet bagi setiap orang akan berbeda-beda.
b. Menyesuaikan aturan diet bagi penderita gagal ginjal dengan sisa fungsi ginjal dan
c. Menjaga agar selera makan pasien tidak hilang. Hal ini penting karena penderita
makan/minum. Berikut beberapa makanan dan porsi yang dianjurkan untuk pasien
12
gagal ginjal kronis .
a. Nasi
Walaupun secara teori ada jumlah kalori tertentu yang harus dimakan oleh
diperbolehkan makan nasi secara bebas, kecuali yang menderita diabetes (kencing
manis). Hal ini dikarenakan, penyandang hemodialisis memerlukan kalori yang
cukup tinggi untuk mengimbangi penyakit ginjalnya. Bagi yang sering mengalami
gangguan pada pencernaan disarankan untuk makan dalam porsi kecil beberapa
kali (4-5 kali) dalam sehari. Tidak dianjurkan makan terlalu kenyang atau
b. Protein
Berguna untuk penyandang hemodialisis diperbolehkan 1,2 gr/kg berat
badan /hari. Jumlah ini tidak terlalu jauh beda dengan konsumsi protein untuk
samping daging, sumber protein lain yang boleh dikonsumsi adalah ikan, telur,
dan susu. Jenis daging yang tidak dianjurkan adalah jeroan (hati, usus, otak. dan
lainnya). Hal tersebut dapat meningkatkan asam urat dimana sebagian besar
diperbolehkan paling banyak setengah sendok teh dalam sehari. demikian pula
makanan asin lainnya seperti kecap asin, bumbu penyedap dan lain sebagainya.
d. Buah
mengandung kalium. Kalium ini banyak terdapat dalam buah sehingga dapat
buah dalam jumlah yang terbatas. Buah yang tidak boleh dimakan adalah durian,
belimbing, air kelapa, pisang, pepaya, apel, melon. Untuk mengurangi kadar
kalium dalam buah, dapat diupayakan dengan merebus buah tersebut atau
e. Sayur
Sayur juga mengandung banyak kalium, oleh karenanya harus dibatasi
untuk penyandang hemodialisis. Beberapa jenis sayur yang dibatasi adalah bayam,
dahulu kemudian dicuci dan dimasak. Cara mengurangi kalium dari bahan
16
makanan, adalah:
1. Cuci sayuran, buah dan bahan makanan lain yang telah dikupas dan dipotong
Potong
2. Rendam bahan makanan dalam air hangat yang banyak selam 2 jam
3. Air buangan dn bahan makanan dicuci dalam air mengalir selama beberapa
menit.
4. Setelah itu masaklah. Lebih baik lagi jika air yang digunakan untuk memasak
diperlukan oleh tubuh namun dengan jumlah yang terbatas. Jumlahnya paling
Air baik berupa air minum ataupun sajian lain (kuah, sop, juice, kopi, susu,
dan lain sebagainya) sangat dibatasi untuk penyandang hemodialisis karena dapat
sembab paru. Bagi penyandang hemodialisis yang masih keluar kencing, boleh
minum lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak keluar kencing sama sekali.
Dasarnya adalah, membuat keseimbangan antara air yang asupan cairan yang
8. Jenis Diet
bergantung pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang
diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari pada standar. Mutu protein
Beras 100 g(1,5 gls nasi) 150 g(2 gls nasi) 150 g(2 gls nasi)
Daging 50 g(1 ptg sdg) 50 g(1 ptg sdg) 75 g(1 ptg bsr)
Sayuran 100 g(1 gls) 150 g (1.5 gls ) 150 g(1,5 gls)
Pepaya 200 g(2 ptg sdg) 200 g(2 ptg sdg) 200 g(2 ptg sdg)
Sumber vitamin dan Semua sayuran dan buah, Sayuran dan buah tinggi
Mineral kecuali pasien dengan kalium pada pasien
hiperkalemia dianjurkan dengan hiperkalemia.
yang mengandung kalium
rendah/sedang
Pagi
10.00 WIB
Puding maizena saos sirup 1 potong sedang 50
Siang
16.00 WIB
Sore
E. Konsep pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu .Pengindraan terjadi melalui
panca inra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
a. Tahu (know)
Tahu diartiakan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsanangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan
b. Memahami
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
c. Aplikasi (Application)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
d. Analisis (analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),
e. Sintesis (synthesis).
ada.
dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
yang ada
a. Umur
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
berkualitas.
yang dimiliki.
ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan
e. Hubungan sosial
f. Pengalaman
13.
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu
D. Alur Pikir
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu .Pengindraan terjadi melalui panca inra
7
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pada pasien gagal ginjal kronik harus mengetahui mengenai diit makanannya,
METODE PENELITIAN
31 RANCANGANPENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal kronik tentang
pelaksanaan diet menggunakan metode survey morbiditas yaitu suatu kejadian didalam
masyarakat atau populasi.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Yunus Kota Bengkulu
Waktu penelitian ini adalah dari bulan Agustus 2021 sampai dengan bulan Oktober 2021
Sampel yang digunakan dengan cara total sampling pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Yunus Kota Bengkulu
Pada penelitian ini besar sampel dihitung menggunakan Rumus Slovin...past Rumus Slovin
digunakan untuk menentukan besar sampel dari populasi yang sudah diketahui jumlahnya.
Rumus Slovin tidak bias digunakan jika jumlah populasi tidak diketahui pasti. Besar perhitungan
sampel ini dihitung dengan rumus Slovin sebagai berikut:
n = N (1 +N e2)n = N (1 + N e2)
n=Besar sampel
N= Jumlahpopulasi
e-Batas toleransi kesalahan (error)
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara datang ke ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.M.Yunus Kota Bengkulu. Kelompok sampel tersebut kemudian diseleksi kembali dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi
untuk kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
Pasien gagal ginjal kronik yang sedang tidak menjalankan hemodialisa di RSUD
Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.
Data penelitian ini diperoleh membagikan yang kuesioner yang dengan cara berisi
beberapa jumlah pernyataan yang dibuat oleh peneliti.
Data yang terkumpul diolah dengan sebuah perangkat lunak statistik dengan tujuan penelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
b. Coding Data yang telah dikumpulkan dan telah diperiksa ketepatan dan kelengkapannya telah
diberi kodesec aramanual sebelum diolah dengan komputer.
c. Entry Setelah data dibersihkan dan diberi kode kemudian dimasukkan kedalam program
computer.
d. Cleaning Semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer harus diperiksa kembali agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemasukan data.
Definisi: Pengetahuan segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengaturan diet pada
gagal ginjal kronik.
Alat Ukur: Kuesioner
Hasil Ukur:
Dikatakan Baik jika nilai jawaban responden 76-100%
Dikatakan Cukup jika nilai jawaban responden 60-75%
Dikatakan Kurang jika nilai jawaban responden ≤60%
Skala Ukur: Nominal