Anda di halaman 1dari 28

MINI PROPOSAL

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK TENTANG


PELAKSANAAN DIET DIRUANG HEMODIALISA

RSHUD M. YUNUS 2021

Disusun Oleh :

1. Adjie Mahliansyah (F0H020034)


2. Najah Febiana (F0H020038)
3. Salma Salsabilah (F0H0059)
4. Mey Lisa Ginting (F0H020057)
5. Susi Susilawati (F0H020053)
6. Prengki Saputra (F0H020051)

Dosen Pembimbing :

Ns. Feni Eka Dianti, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2021
BAB 1

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik atau End Stage Renal Disease ( ESRD) adalah kerusakan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali. Kerusakan ginjal yang terjadi
secara progresif dan irreversible yang membuat tubuh gagal mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan sehingga terjadi uremia dan penumpukan cairan.
Kondisi ini membuat kehidupan penderitanya terancam (Smeltzer, dkk 2008).
Penyakit Ginjal Kronis di dunia mengalami peningkatan dan menjadi masalah
kesehatan serius. Menurut penelitian Global Burden of Disease (dalam Kemenkes, 2017)
tahun 2010, penyakit ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di
dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke- 18 pada tahun 2010. Sebanyak 2 per
1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia menderita Penyakit Gagal Ginjal dan
terjadi peningkatan pada tahun 2018 menjadi 3.8 per 1000 penduduk Indonesia
(Riskesdas 2013; Riskesdas 2018). Angka kejadian gagal ginjal pada laki-laki (0,3%)
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur
angka kejadian tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi
peningkatan pada usia 35 tahun ke atas.
Berdasarkan data dari Rikesdas prevalensi gagal ginjal kronik di Bengkulu tahun
2018 untuk kelompok umur yang paling tinggi mengalami penyakit gagal ginjal kronik
adalah umur 75 tahun keatas dengan persentase 1,28%, pada jenis kelamin yang paling
tinggi mengalami penyakit GGK adalah perempuan dengan persentase 0,51 % , pada
tingkat pendidikan yaitu pada tidak / belum pernah sekolah dengan persentase 1,50 %,
pada pekerjaan yaitu pada PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD dengan persentase 0,96%,
sedangkan pada tempat tinggal yang paling tinggi mengalami penyakit gagal ginjal
kronik adalah pada daerah pedesaan dengan persentase sebesar 0,46%.
Dialisis peritoneal, hemodialisa dan transplantasi ginjal adalah tiga metode
penanganan penting yang dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Saat ini
hemodialisa adalah terapi yang paling sering dilakukan. Terapi ini bisa memperpanjang
usia pasien tetapi tidak bisa membuat fungsi ginjal kembali seperti semula (Sirait, 2020).
Pada umumnya, pasien menjalani hemomodialisa 2 kali dalam seminggu dengan
waktu 4-5 jam per kunjungan. Pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis dan
menjalani hemodialisis beresiko mengalami gangguan metabolisme yang terjadi
disebabkan malnutrisi energi dan protein, rendahnya albumin dalam darah, gangguan
gastrointestinal seperti rasa mual, muntah, dan menurunnya nafsu makan (Widiany,
2017). Manajemen nutrisi sangat penting untuk menjaga stabilitas dialisis stabil. Pasien
tersebut membutuhkan asupan kalori dan protein yang cukup serta jumlah garam,
natrium, kalium, fosfor, dan air yang cukup. Penerapan terapi nutrisi meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien hemodialisis dan mengarah pada kecukupan dialisis
yang lebih baik. Status gizi juga diketahui memainkan peran penting dalam kelangsungan
hidup jangka panjang pasien hemodialisis.
Dalam menjalani terapi nutrisi, penderita gagal ginjal kronik terkadang kurang
berpartisipasi, salah satu faktornya ialah pengetahuan mengenai diet (Sumilati & Soleha,
2015). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Montazeri & Sharifi (2014) sekitar 84%
pasien hemodialisis dalam penelitian ini memiliki pengetahuan gizi yang buruk atau
cukup. Pasien-pasien belum menerima pendidikan nutrisi yang cukup untuk
mengendalikan komplikasi hemodialisis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Saini, P dan Arora S (2017) di Delhi menyatakan hanya 2 % pasien yang menjalani
hemodialisa memiliki pengetahuan yang baik, 58% memiliki pengetahuan cukup dan 40
% memiliki pengetahuan buruk tentang manajemen nutrisi.
Peneliitian yang dilakukan di oleh Dalimunthe (2016) di RSUD DR. Pirngadi Kota
Medan didapati masih adanya responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3
orang (8.6%) dan cukup sebanyak 12 orang (34.3%). Hal ini dikarenakan pendidikan
responden rendah. Upaya dalam melaksanakan terapi secara benar dan kontiniu yaitu
dengan cara meningkatkan pengetahuan manajemen nutrisi pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisa. Pengetahuan kognitif sangat penting membentuk suatu
tindakan, perilaku seseorang didasarkan oleh pengetahuan akan bertahan lama daripada
yang tidak didasarkan pengetahuan. Dengan pengetahuan yang dimiliki, sikap dan
perilaku seseorang akan baik. Edukasi digunakan oleh pasien untuk membuat keputusan
untuk melaksanakan manajemen nutrisi. (Widiany, 2017). Berdasarkan hal ini peneliti
tertarik pengetahuan manajemen nutrisi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan manajemen nutrisi
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa?
C. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi gambaran pengetahuan manajemen nutrisi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.
D. Manfaat Penelitian
1. Pendidikan Keperawatan
Sebagai masukan bagi pendidikan keperawatan untuk memiliki pengetahuan
yang baik tentang manajemen nutrisi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa agar dapat memeberikan edukasi dengan baik.
2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada perawat terutama
perawat hemodialisa agar mengedukasi pasien terkait manajemen nutrisi sehingga
pengetahuan pasien baik.
3. Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ataupun data tambahan untuk
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyakit Ginjal Kronis


Penyakit ginjal kronis kondisi yang terjadinya karena penurunan kemampuan ginjal
dalam mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Penyakit ginjal kronis satu dari
beberapa penyakit yang tidak menular, dimana proses perjalanan penyakitnya
membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi penurunan fungsinya dan tidak dapat
kembali ke kondisi semula. Kerusakan ginjal terjadi pada nefron termasuk pada
glomerulus dan tubulus ginjal, nefron yang mengalami kerusakan tidak dapat kembali.
berfungsi normal.
Ginjal berfungsi melakukan penyaringan dan pembuangan hasil metabolisme tubuh.
Penurunan kemampuan ginjal mengakibatkan terganggunya keseimbangan di dalam
tubuh, mengakibatkan penumpukan sisa metabolisme terutama ureum (menyebabkan
terjadinya uremia). gangguan keseimbangan cairan, penumpukan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus, karena dapat menyebabkan
keadaan yang membahayakan jiwa penderita.
Terapi konservatif yang dapat dilakukan pada penyakit ginjal kronis membantu
proses meminimalkan respon yang dialami oleh pasien, kondisi ini membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien menjadi lebih baik. Tindakan yang di berikan pada
pasien bertujuan untuk mempertahankan kemampuan sisa ginjal yang sehat untuk
melakukan fungsinya secara t normal.
B. Penyebab Penyakit Ginjal Kronis
Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat disebabkan oleh gangguan prerenal, renal
dan post renal. Pasien yang menderita penyakit seperti Diabetes Melitus (kencing manis).
Glomerulonefritis (infeksi glomeruli). penyakit imun (lupus nefritis). Hipertensi (tekanan
darah tinggi), penyakit ginjal yang diturunkan (penyakit ginjal herediter), batu ginjal,
keracunan, trauma ginjal, gangguan kongenital dan keganasan dapat mengalami
kerusakan ginjal.
Penyakit-penyakit ini sebagian besar menyerang nefron. mengakibatkan hilangnya
kemampuan ginjal melakukan penyaringan. Kerusakan nefron terjadi secara cepat,
bertahap dan pasien tidak merasakan terjadinya penurunan fungsi ginjal dalam jangka
waktu yang lama.
C. Fungsi Ginjal
Ginjal memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai regulasi, mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, mengatur keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal melakukan
penyaringan darah sebanyak 120-150 liter darah, dan menghasilkan urin sekitar 1-2 liter.
Ginjal memiliki bagian terkecil yaitu nefron memiliki fungsi melakukan penyaringan
darah. Nefron sebagai bagian terkecil terdiri atas glomerulus, tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, lengkung henle dan tubulus kolektivus. Glomerulus
berfungsi sebagai saringan untuk memisahkan cairan dan limbah yang akan dikeluarkan,
juga mencegah terjadinya pengeluaran sel darah dan molekul berukuran besar seperti
protein dan glukosa. Darah melewati glomerulus masuk kedalam tubulus. Tubulus
memiliki fungsi untuk melakukan reabsorbsi kembali mineral yang masih dibutuhkan
tubuh dan sisa saringan dibuang dalam bentuk urin. Ginjal memiliki fungsi lain yaitu:
1. Menghasilkan suatu enzim renin berfungsi untuk menstabilkan tekanan darah agar
tidak naik serta menjaga jumlah garam dalam tubuh tetap normal.
2. Membuat hormon eritropoeitin yang memiliki fungsi sebagai pemacu sumsum tulang
agar menghasilkan sel darah merah.
3. Memproduksi vitamin D dalam bentuk aktif untuk membantu pembentukan kalsium
tulang.
Akibat fungsi ginjal yang menurun menyebabkan sisa metabolisme tubuh dan
cairan menumpuk di dalam tubuh, kondisi ini mengganggu keseimbangan homeostatis
tubuh dan disebut sebagai penyakit ginjal kronis.
D. Derajat Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronis dibedakan berdasarkan jumlah nefron yang masih berfungsi
dalam melakukan filtrasi glomerulus. Nilai laju filtrasi glomerulus yang rendah
menunjukkan stadium yang lebih tinggi terjadinya kerusakan ginjal. Penyakit ginjal
kronik dibagi kedalam 5 Derajat yaitu:
1. Derajat I suatu keadaan dimana terjadi kerusakan struktur ginjal tetapi ginjal masih
memiliki fungsi secara normal (GFR>90.ml/min).
2. Derajat 2 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal dengan diikuti penurunan fungsi
ginjal yang ringan (GFR 60-89 ml/min).
3. Derajat 3 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal dan diikuti dengan penurunan
fungsi ginjal yang sedang (GFR 30-59 ml/min).
4. Derajat 4 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal diikuti dengan penurunan fungsi
ginjal yang berat (GFR 15-29 ml/min).
5. Derajat 5 suatu kondisi ginjal yang disebut penyakit ginjal kronis (GFR <15 ml/min).
E. Manifestasi Klinik Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronis tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda terjadinya
penurunan fungsi secara spesifik, tetapi gejala yang muncul mulai terjadi pada saat
fungsi nefron mulai menurun secara berkelanjutan. Penyakit ginjal kronis dapat
mengakibatkan terganggunya fungsi organ tubuh lainnya. Penurunan fungsi ginjal yang
tidak dilakukan penatalaksanaan secara baik dapat berakibat buruk dan menyebabkan
kematian. Tanda gejala umum yang sering muncul dapat meliputi:
Darah ditemukan dalam urin, sehingga urin berwarna gelap seperti teh (hematuria)
1. Urin seperti berbusa (albuminuria)
2. Urin keruh (infeksi saluran kemih)
3. Nyeri yang dirasakan saat buang air kecil
4. Merasa sulit saat berkemih (tidak lancar)
5. Ditemukan pasir/ batu di dalam urin g.
6. Terjadi penambahan atau pengurangan produksi urin secara signifikan
7. Nokturia (sering buang air pada malam hari)
8. Terasa nyeri di bagian pinggang/perut
9. Pergelangan kaki, kelopak mata dan wajah oedem (bengkak)
10. Terjadi peningkatan tekanan darah
Penurunan kemampuan ginjal melakukan fungsi yang terus berlanjut ke stadium
akhir (GFR <25 %) dapat menimbulkan gejala uremia yaitu:
1. Buang air kecil di malam hari dan terjadi jumlah urin yang menurun
2. Nafsu makan berkurang, merasa mual dan muntah
3. Tubuh terasa lelah
4. Wajah terlihat pucat (anemia)
5. Gatal-gatal pada kulit
6. Kenaikan tekanan darah
7. Terasa sesak saat bernapas
8. Edema pergelangan kaki atau kelopak mata
F. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik dapat menimbulkan komplikasi antara lain
1. Hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan eksresi asidosis metabolik
2. Perikarditis dan tamponade jantung.
3. Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi sistem
renin angioaldosteron.
4. Anemia yang disebabkan oleh penurunan eitropoitein, rentang usia sel darah merah
dan pendarahan gastrointestinal.
5. Penyakit tulang hal ini disebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum rendah,
metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar aluminium.
G. Diet Untuk Pasien Gagal Ginjal
1. Definisi
Diet adalah pengaturan dan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap
hari agar seseorang tetap sehat. Terapi diit merupakan preskripsi atau terapi yang
memanfaatkan diet yang berbeda dengan diit orang normal untuk mempercepat
kesembuhan dan memperbaiki status gizi
2. Tujuan Diet Penyakit Gagal Ginjal Kronik
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan
sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).
c. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Mencegah atau mengurangi
progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi
glomerulus.

3. Peranan penting diit gagal ginjal kronik

a) Masukan energi yang memadai untuk mencegah terjadinya pemecahan protein

jaringan.

b) Pasien mungkin mengeksresikan air, natrium dan kalium dengan jumlah yang

sangat banyak. Kehilangan ini harus diimbangi dan masukannya harus

berdasarkan pada pengeluarannya. Jika pasien menderita hipertensi dan edema,

jumlah garam mungkin harus dibatasi. Sebagian pasien akan menahan kalium

hingga taraf yang tidak proporsional sehingga diperlukan pembatasan kalium.


c) Masukan protein mungkin harus dikurangi sampai suatu taraf tertentu dan

pengurangan ini berdasarkan kepada kemampun ginjal untuk mengeksresikan

bahan nitrogenous serta garam yang ada hubungannya dengan metabolisme

protein.

4
4. Syarat Dalam Menyusun Diet Penyakit Ginjal Kronik

a. Energi cukup ,yaitu 35 kkal/kg BB

b. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB.Sebagian harus bernilai biologik tinggi.

c. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak

Jenuh ganda .

d. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal

dari Protein dan lemak

e. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.

f. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah >5,5 mEq),

oliguria, atau anuria.

g. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan

melalui keringat dan pernafasan(500 ml)

h. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C,

dan vitamin D.

5. prinsip diet bagi pasien gagal ginjal kronik

a). Asupan kalori harus ditentukan pada tingkat yang bisa mencegah pemecahan

lean tissue (protein) untuk memenuhi kebutuhan energi. Jika energi dari makan

yang dikonsumsi tidak cukup, tubuh cendrung akan menggunaka simpanan

protein dalam otot untuk menghasilakn energi.


b). Asupan kalori dianjurkan sebesar 30-35 kal/kg BB/hari.

c). Pembatasan protein dilakukan berdasarkan berat badan,derajat insufisiensi

renal, dan tipe dialisis yang akan dijalani. Ketimbang protein nabati yang nilai

biologisnya lebih rendah, maka penggunaan sumber protein hewani dengan nilai

biologis yang tinggi, seperti telur, daging, ikan, dan ayam, harus dianjurkan. d).

Kenaikan kadar serum magnesium, kalium, dan fosfor umumnya terjadi.

6. Diet yang efektif


Bagi penderita gagal ginjal kronik, meningkatkan kualitas hidup adalah

cara yang terbaik agar fungsi tubuh dapat bekerja lebih optimal. Adapun hal-hal

yang menjadikan diet dapat berjalan efektif menurut adalah sebagai berikut

a. Memahami kondisi ginjal dan terapi yang dilakukan karena menentukan pola diet

yang akan dijalani. Pola diet bagi setiap orang akan berbeda-beda.

b. Menyesuaikan aturan diet bagi penderita gagal ginjal dengan sisa fungsi ginjal dan

ukuran tubuh (tinggi maupun berat badan).

c. Menjaga agar selera makan pasien tidak hilang. Hal ini penting karena penderita

gagal ginjal mudah kehilangan selera makan.

7. Pengaturan makan dan minum (Diet)


Penyandang hemodialisis diharuskan melaksanakan pengaturan

makan/minum. Berikut beberapa makanan dan porsi yang dianjurkan untuk pasien

12
gagal ginjal kronis .

a. Nasi
Walaupun secara teori ada jumlah kalori tertentu yang harus dimakan oleh

para penyandang hemodialisis, tetapi dalam kehidupan sehari-hari penyandang

diperbolehkan makan nasi secara bebas, kecuali yang menderita diabetes (kencing
manis). Hal ini dikarenakan, penyandang hemodialisis memerlukan kalori yang

cukup tinggi untuk mengimbangi penyakit ginjalnya. Bagi yang sering mengalami

gangguan pada pencernaan disarankan untuk makan dalam porsi kecil beberapa

kali (4-5 kali) dalam sehari. Tidak dianjurkan makan terlalu kenyang atau

menunda sampai terlalu lapar

b. Protein
Berguna untuk penyandang hemodialisis diperbolehkan 1,2 gr/kg berat

badan /hari. Jumlah ini tidak terlalu jauh beda dengan konsumsi protein untuk

penduduk Indonesia pada umumnya, yaitu: 1,2-1,5 gr/kg berat badan/hari. Di

samping daging, sumber protein lain yang boleh dikonsumsi adalah ikan, telur,

dan susu. Jenis daging yang tidak dianjurkan adalah jeroan (hati, usus, otak. dan

lainnya). Hal tersebut dapat meningkatkan asam urat dimana sebagian besar

penyandang hemodialisis mengalami kenaikan kadar asam urat dalam darahnya.


c. Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dan mengakibatkan

sembab/bengkak. Sehingga pada penyandang hemodialisis garam hanya

diperbolehkan paling banyak setengah sendok teh dalam sehari. demikian pula

makanan asin lainnya seperti kecap asin, bumbu penyedap dan lain sebagainya.

d. Buah

Buah-buahan dibatasi untuk penyandang hemodialisis karena banyak

mengandung kalium. Kalium ini banyak terdapat dalam buah sehingga dapat

mengakibatkan kelainan jantung. Artinya, penyandang hemodialisis boleh makan

buah dalam jumlah yang terbatas. Buah yang tidak boleh dimakan adalah durian,

belimbing, air kelapa, pisang, pepaya, apel, melon. Untuk mengurangi kadar

kalium dalam buah, dapat diupayakan dengan merebus buah tersebut atau

dipotong-potong kemudian dicuci dan direndam dengan air hangat sehingga

kalium yang terkandung didalamnya terlarut dalam air.

e. Sayur
Sayur juga mengandung banyak kalium, oleh karenanya harus dibatasi

untuk penyandang hemodialisis. Beberapa jenis sayur yang dibatasi adalah bayam,

buncis, kembangkol. Hal tersebut dikarenakan dapat meningkatkan asam urat.

Kalium dalam sayur dapat dikurangi dengan cara memotong-motong terlebih

dahulu kemudian dicuci dan dimasak. Cara mengurangi kalium dari bahan

16
makanan, adalah:

1. Cuci sayuran, buah dan bahan makanan lain yang telah dikupas dan dipotong
Potong
2. Rendam bahan makanan dalam air hangat yang banyak selam 2 jam

3. Air buangan dn bahan makanan dicuci dalam air mengalir selama beberapa
menit.

4. Setelah itu masaklah. Lebih baik lagi jika air yang digunakan untuk memasak

banyaknya 5 kali bahan makanan.

f. Tahu dan tempe

Penyandang hemodialisis diperbolehkan makan tahu dan tempe karena tetap

diperlukan oleh tubuh namun dengan jumlah yang terbatas. Jumlahnya paling

banyak adalah 50 gram perhari.

g. Air dan minuman

Air baik berupa air minum ataupun sajian lain (kuah, sop, juice, kopi, susu,

dan lain sebagainya) sangat dibatasi untuk penyandang hemodialisis karena dapat

mengakibatkan bengkak, meningkatkan tekanan darah dan sesak nafas akibat

sembab paru. Bagi penyandang hemodialisis yang masih keluar kencing, boleh

minum lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak keluar kencing sama sekali.

Dasarnya adalah, membuat keseimbangan antara air yang asupan cairan yang

dibutuhkan= jumlah urin 24 jam+(500 sampai 750)ml/hari.

8. Jenis Diet

Karena kebutuhan gizi pasien penyakit gagal ginjal kronik sangat

bergantung pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang

diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari pada standar. Mutu protein

dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino esensial murni.


Tabel 2. 1 Bahan makanan sehari

Bahan makanan 30 g protein 35 g protein 40 g protein


Berat urut Berat urut Berat urut

Beras 100 g(1,5 gls nasi) 150 g(2 gls nasi) 150 g(2 gls nasi)

Telur ayam 50 g(1btr) 50 g(1btr) 50 g(1btr)

Daging 50 g(1 ptg sdg) 50 g(1 ptg sdg) 75 g(1 ptg bsr)

Sayuran 100 g(1 gls) 150 g (1.5 gls ) 150 g(1,5 gls)
Pepaya 200 g(2 ptg sdg) 200 g(2 ptg sdg) 200 g(2 ptg sdg)

Minyak 35 g(3,5 sdm) 40 g(4 sdm) 40 g(4 sdm)

Gula pasir 60 g(6 sdm) 80 g(8 sdm) 100 g(10 sdm)

Susu bubuk 10 g(2 sdm) 150 g(3 sdm) 20 g(4 sdm)

Sumber : Gramedia Pustaka Utama, 2005

Tabel 2. 2 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan/dibatasi

Sumber karbohidrat Nasi,bihun, jagung,


kentang,makaroni ,mi,
tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai,
madu, permen

Sumber protein Telur, daging, ikan, ayam, Kacang-kacangan dan


susu hasil olahannya, seperti
tempe dan tahu.

Sumber lemak Minyak jagung, minyak Kelapa, santan, minyak


kacang tanah, minyak kelapa: margarin, mentega
kelapa sawit, minyak biasa dan lemak hewan.
kedelai: margarin dan
mentega rendah garam.

Sumber vitamin dan Semua sayuran dan buah, Sayuran dan buah tinggi
Mineral kecuali pasien dengan kalium pada pasien
hiperkalemia dianjurkan dengan hiperkalemia.
yang mengandung kalium
rendah/sedang

Sumber :Gramedia Pustaka Utama, 2005


4
Contoh menu makanan sehari untuk pasien HD

Waktu Ukuran Rumah Tangga Berat (gr)

Pagi

Nasi putih ¾ gelas 100

Telur dadar 1 butir 55

Tempe bacem 1 potong sedang 25

Tumis labu siam ¾ gelas 75

10.00 WIB
Puding maizena saos sirup 1 potong sedang 50

Siang

Nasi Putih 1 1/4 gelas 200

Ayam goreng 1 potong sedang 50

Pepes tahu 1 bujur besar 110

Sayur sop 1 gelas 100

Pepaya 1 potong sedang 110

16.00 WIB

Nagasari tanpa isi 1 bungkus 50

Sore

Nasi putih 1 1/4 gelas 200

Ikan pepes 1 potong 50

Tempe bumbu kuning 2 potong sedang 50

Tumis kangkung 1 gelas 100

Semangka 1 potong sedang 180

E. Konsep pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu .Pengindraan terjadi melalui
panca inra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

a. Tahu (know)
Tahu diartiakan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsanangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami

Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

e. Sintesis (synthesis).

Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-


bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

ada.

Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria

yang ada

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-

penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang

mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang

dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur

seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang

dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam


pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan

hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah

menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam

menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan

memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup

manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan

membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang

berkualitas.

c. Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka

berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh

informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

yang dimiliki.

d. Sosial ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga, status

ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan

status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang


semakin mudah dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan

hidup lebih berkualitas

e. Hubungan sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai

komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan

yang dimiliki juga akan bertambah.

f. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

13.
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu

D. Alur Pikir
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu .Pengindraan terjadi melalui panca inra

manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar

7
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pada pasien gagal ginjal kronik harus mengetahui mengenai diit makanannya,

agar mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat

turunnya laju filtrasi glomerulus.


BAB III

METODE PENELITIAN

31 RANCANGANPENELITIAN

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal kronik tentang
pelaksanaan diet menggunakan metode survey morbiditas yaitu suatu kejadian didalam
masyarakat atau populasi.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Yunus Kota Bengkulu

3.1.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini adalah dari bulan Agustus 2021 sampai dengan bulan Oktober 2021

3.2 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dengan cara total sampling pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Yunus Kota Bengkulu

3.2.2 Besar Sampel

Pada penelitian ini besar sampel dihitung menggunakan Rumus Slovin...past Rumus Slovin
digunakan untuk menentukan besar sampel dari populasi yang sudah diketahui jumlahnya.
Rumus Slovin tidak bias digunakan jika jumlah populasi tidak diketahui pasti. Besar perhitungan
sampel ini dihitung dengan rumus Slovin sebagai berikut:

n = N (1 +N e2)n = N (1 + N e2)

n=Besar sampel

N= Jumlahpopulasi
e-Batas toleransi kesalahan (error)

3.3 KRITERIA SAMPEL PENELITIAN

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara datang ke ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.M.Yunus Kota Bengkulu. Kelompok sampel tersebut kemudian diseleksi kembali dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi
untuk kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

3.3.1 Kriteria Inklusi

Pasien gagal ginjal kronik datang melakukan perawatan hemodialisa di RSUD


Dr.M.Yunus Kota Bengkulu. Pasien gagal ginjal kronik bersedia dijadikan sampel. Pasien
tersebut dapat membaca dan menulis.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Pasien gagal ginjal kronik yang sedang tidak menjalankan hemodialisa di RSUD
Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.

3.4.1 Data Primer

Data penelitian ini diperoleh membagikan yang kuesioner yang dengan cara berisi
beberapa jumlah pernyataan yang dibuat oleh peneliti.

3.4.2 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner. Dalam penelitian ini,
digunakan kuesioner berupa pernyataan disiapkan untuk mendapatkan informasi dan data dari
responden. telah

3.5 METODE ANALISIS DATA

Data yang terkumpul diolah dengan sebuah perangkat lunak statistik dengan tujuan penelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing Editing bertujuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

b. Coding Data yang telah dikumpulkan dan telah diperiksa ketepatan dan kelengkapannya telah
diberi kodesec aramanual sebelum diolah dengan komputer.
c. Entry Setelah data dibersihkan dan diberi kode kemudian dimasukkan kedalam program
computer.

d. Cleaning Semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer harus diperiksa kembali agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving Data disimpan dan siap dilakukan analisis data. yang

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi: Pengetahuan segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengaturan diet pada
gagal ginjal kronik.
Alat Ukur: Kuesioner
Hasil Ukur:
 Dikatakan Baik jika nilai jawaban responden 76-100%
 Dikatakan Cukup jika nilai jawaban responden 60-75%
 Dikatakan Kurang jika nilai jawaban responden ≤60%
Skala Ukur: Nominal

Anda mungkin juga menyukai