DIAJUKAN OLEH
ANASTASIA
No. Pokok : 040338305
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2005
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH :
ANASTASIA
No. Pokok : 040338305
DOSEN PEMBIMBING,
TANGGAL ………………….
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan, karena pada akhirnya Skripsi dengan judul
“Persepsi Manajemen Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Usaha Milik
Swasta di Jawa Timur terhadap Management Audit sebagai Strategi untuk Mencegah
dan Mendeteksi Kecurangan pada Fungsi Pembelian” dapat terselesaikan. Skripsi ini
semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini. Secara khusus pada
1. Bapak Drs. M.Suyunus, MAFIS, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi
2. Bapak Ardianto SE., M.Si., Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Program
3. Ibu Dra.Yustrida Bernawati M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
4. Semua responden. Terima kasih karena sudah menyediakan diri untuk mengisi
6. My Brothers. Ujang, Tata dan Brama. Thanks for always being there…in bad
and good times. Sorry for couldn’t set a good example. It’s been too long to
7. My friends. Vita di Jakarta (finally, vit) , Silvi di Kwang Tung, Yesika, Avi, Yuli,
Dita, Evi, Dian, Dori dll . Thanks for share our time together, for support each
(thanks for the car), Mbak Weni (for helping me calculate the figures), teman-
teman kuliah, temen-temen kos, temen-temen di Jogja (Ita, Eka , Gery, Mbak
Heni dll), temen-temen di West Borneo (Vera, Ajus, Lea dll). Thanks for all.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diidealkan, untuk
Anastasia
ABSTRAKSI
Fungsi pembelian merupakan fungsi yang diangap sangat penting dan rawan
bagi hampir semua perusahaan sehingga bisa menjadi sumber pemborosan apabila
tidak diselenggarakan dengan baik. Kecurangan yang terjadi pada fungsi pembelian
bisa merugikan perusahaan dalam jumlah besar. Lewat management audit, efisiensi,
efektivitas dan ekonomisasi organisasi dievaluasi untuk kemudian menentukan
langkah yang diperlukan atau rekomendasi dalam mengatasi kelemahan sekaligus
mencegah tindakan curang yang dilakukan baik oleh pihak intern maupun ekstern.
Dengan demikian, management audit merupakan strategi yang bisa digunakan untuk
mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian.
Management audit selama ini lebih dikenal oleh BUMN/BUMD daripada
BUMS, BUMS lebih familiar dengan audit keuangan. Pada penelitian ini penulis
ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara manajemen
BUMN/BUMD dan BUMS di Jawa Timur terhadap management audit sebagai
strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Penulis
meninjau kemungkinan perbedaan persepsi tersebut dari kepemilikan perusahaan,
bidang studi pendidikan manajemen dan level manajemen.
Ditinjau dari kepemilikan perusahaan , responden dalam penelitian ini
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu BUMN/BUMD dan BUMS. Ditinjau
dari bidang studi pendidikan, responden dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi
empat kelompok, yaitu responden dengan bidang studi pendidikan
Psikologi/Sosiologi, Hukum/Kriminologi, Ekonomi, dan bidang studi pendidikan
lainnya diluar ketiga kelompok tersebut. Ditinjau dari level manajemen, responden
penelitian diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu top management, middle
management, dan lower management.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah U-Mann Whitney
untuk hipotesis ditinjau dari kepemilikan perusahaan, dan Kruskall Wallis untuk
hipotesis ditinjau dari bidang studi pendidikan manajemen dan level manajemen.
Hasil uji statistik terhadap hipotesis-hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan persepsi manajemen yang signifikan terhadap management audit sebagai
strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian, baik
ditinjau dari kepemilikan perusahaan, bidang studi pendidikan maupun level
manajemen.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
ABSTRAKSI.........................................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
2.1.1. Persepsi..................................................................................................13
2.1.3. Auditing..................................................................................................21
2.1.3.6. Kecurangan.......................................................................................40
Hipotesis 1...........................................................................................106
Hipotesis 2...........................................................................................113
Hipotesis 3...........................................................................................121
4.4. Pembahasan................................................................................................128
level manajemen..................................................................................132
5.1. Simpulan....................................................................................................141
5.2. Saran..........................................................................................................142
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................144
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Sampel................................................................................................92
Pendidikan Psikologi/Sosiologi.......................................................98
Pendidikan Hukum/Kriminologi.......................................................99
Pendidikan Ekonomi.........................................................................100
Pendidikan Lainnya...........................................................................101
Tabel 4.13. Hasil Uji Validitas (Korelasi produk momen Pearson).....................102
Tabel 4.14. Hasil Uji U-Mann Whitney Persepsi Manajemen Ditinjau dari
Tabel 4.15. Hasil Uji U-Mann Whitney Persepsi Manajemen Ditinjau dari
Tabel 4.16. Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari
Tabel 4.17. Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari
Tabel 4.18. Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari
Tabel 4.19. Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari
PENDAHULUAN
Setiap manajer yang mengelola suatu perusahaan, baik itu perusahaan milik
setinggi mungkin. Hal tersebut dipicu oleh adanya tuntutan dari pihak-pihak yang
menghadapi berbagai kendala seperti kelangkaan input berupa dana, daya, sarana dan
prasarana sehingga tidak pernah ada alasan apapun yang membenarkan adanya
yang terjadi didalam perusahaan. Dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan
adalah penggambaran yang salah dari fakta material dalam buku besar atau laporan
keuangan. Pernyataan yang salah dapat ditujukan pada pihak luar organisasi seperti
pemegang saham atau kreditor, atau pada organisasi itu sendiri dengan cara menutupi
atau menyamarkan penggelapan uang, ketidakcakapan, penerapan dana yang salah
atau pencurian atau penggunaan aktiva organisasi yang tidak tepat oleh petugas,
pegawai dan agen. Kecurangan dapat juga ditujukan pada organisasi oleh pihak luar,
misalnya lewat penagihan yang berlebihan, dua kali penagihan, pengiriman material
dengan kualitas yang tidak sesuai, pernyataan yang salah mengenai mutu dan nilai
barang yang dibeli, atau besarnya kredit pelanggan. The Institute of Internal Auditor
ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan
maupun perusahaan besar, milik negara atau daerah maupun swasta tidak kebal
perusahaan yang tidak begitu besar tidak percaya bahwa hal itu bisa terjadi kepada
mereka, padahal perusahaan tersebut juga rentan terhadap adanya praktik pencurian
biasanya mempunyai karyawan yang tidak terlalu banyak, sehingga masih kurang
dalam hal pemisahan tugas, pengendalian akuntansi juga masih lemah dan biasanya
ada kepercayaan yang besar dari pemilik kepada karyawannya. Orang-orang yang
baik sekalipun, praktik kecurangan ini bisa terjadi karena faktor-faktor manusiawi
dimana setiap manusia pada kondisi tertentu berpotensi untuk berbuat menyimpang,
berbagai jenis pelaksanaan pada bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Dalam
Dalam suatu proses produksi perusahaan memerlukan bahan mentah dan atau bahan
menghasilkan suatu produk mungkin mencapai sekitar lima puluh persen dari harga
jual produk. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi pembelian dapat menjadi sumber
dengan teliti dan cermat. Fungsi pembelian juga meliputi semua pengadaan barang
pembelian merupakan salah satu fungsi terpenting dalam kehidupan suatu perusahaan
dan bahwa seluruh aspek kegiatan pembelian harus terselenggara dengan tingkat
efisiensi yang setinggi mungkin, berarti harus pula diterima pandangan bahwa audit
fungsi pembelian wajar dan tepat dijadikan salah satu sasaran audit. Pada intinya
pembelian sebagai sasarannya berorientasi pada pencarian dan penemuan fakta dan
bukan hanya tentang penyelenggaraan fungsi pembelian di masa yang akan datang
melainkan juga pada berbagai kegiatan lain yang terjadi karena dilakukannya
pembelian tertentu.
perusahaan tidak bisa mencapai tujuan perusahaan dengan efektif dan efisien
yang mungkin dilakukan oleh bagian pembelian adalah membayar tagihan palsu yang
pribadi pada perusahaan, dan yang paling sering terjadi adalah mengijinkan
pemberian harga khusus atau hak khusus pada konsumen, atau memprioritaskan
pemasok tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan uang suap (kickback). Kasus-
kasus yang terungkap beberapa waktu ini, memperlihatkan bahwa sebagian besar
kecurangan terjadi pada bagian logistik atau pengadaan barang. Kasus-kasus yang
terungkap tersebut sebagian besar berasal dari proyek-proyek pemerintah dan Badan
tingkat keberhasilan usaha. Pada era Revolusi Industri, seiring dengan perkembangan
dari pihak luar untuk menjalankan perusahaan. Dengan adanya pemisahan antara
pemilik dan manajemen tersebut, maka pemeriksaan oleh auditor lebih menekankan
kemungkinan dilakukan oleh manajer dan karyawan. Pada awal pertengahan abad ke-
20, tujuan dari pekerjaan audit mulai bergeser dari untuk mendeteksi kecurangan
yang lengkap dan wajar mengenai posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan
pemegang saham dan entitas perusahaan yang menjadi semakin besar. Profesi
akuntansi juga merasakan bahwa audit yang dibuat untuk menemukan kecurangan
terlalu banyak memakan biaya, sementara saat itu sudah terjadi peningkatan dalam
audit. Pengendalian internal yang baik dan surety bonds dianggap lebih baik sebagai
alat proteksi kecurangan dibandingkan audit. Namun, pada awal tahun 1960an
pendeteksian terhadap kecurangan yang material memperoleh porsi yang besar dalam
proses audit. Hal ini antara lain disebabkan karena tekanan kongres untuk tanggung
jawab yang lebih besar terhadap kecurangan maaterial, adanya cukup banyak perkara
hukum yang disebabkan kecurangan manajemen yang tidak terdeteksi oleh auditor
independen dan keyakinan akuntan publik bahwa audit diharapkan untuk bisa
mendeteksi adanya kecurangan yang material. Selanjutnya, pada awal 1990an terjadi
mengenai ketaatan manajemen terhadap hukum dan peraturan serta efektivitas dari
pengendalian internal.
atas bukti yang obyektif, yang dilakukan oleh personil yang kompeten, untuk
keuangan, sedangkan dalam hal-hal tertentu pemeriksaan ini sama dengan pendekatan
sumber-sumber yang dapat melengkapi data keuangan dan untuk menentukan apakah
menyuplai data yang akurat dan dapat dipercaya. Tujuan dari pemeriksaan
manajemen secara keseluruhan adalah untuk mengevaluasi keberhasilan dan efisiensi
pada perusahaan, yang lingkupnya bisa juga dibatasi pada suatu bagian tertentu atau
keuangan oleh kelompok audit internal, akan tetapi masih sedikit perusahaan yang
kedepan untuk melihat seberapa baik manajemen mencapai tujuannya dan untuk
secara periodik dapat menunjukkan masalah ketika masalah tersebut masih berskala
dikelola secara efisien dan efektif dapat terjawab, sehingga apabila ditemukan hal-hal
yang sekiranya tidak sesuai dapat segera dilakukan tindakan korektif dan
evaluasi terhadap sistem pengendalian internal yang ada untuk kemudian menentukan
langkah yang diperlukan atau rekomendasi dalam mengatasi kelemahan sekaligus
mencegah tindakan curang yang dilakukan baik oleh pihak intern maupun ekstern.
kebetulan, melalui informan, atau selama audit. Apabila pemeriksaan manajemen ini
dilakukan oleh seorang internal auditor, maka ia harus mempunyai pengetahuan yang
ada audit khusus untuk penyelidikan yang lebih mendalam terhadap kecurangan.
Akan tetapi, lewat pemeriksaan manajemen yang dilakukan secara perodik sesuai
lebih awal, tidak perlu menunggu kecurangan tersebut menjadi material, sehingga
pada BUMN/BUMD dan pemeriksaan non keuangan memang lebih dikenal pada
BUMN/BUMD seperti dikatakan oleh Karni (2000:7) bahwa audit khusus sudah
untuk melakukan management audit sendiri lebih banyak ditujukan kepada sektor
publik, seperti yang dikatakan oleh Sjamsuddin (1995) bahwa sebagai bentuk
segmen yang tidak mencapai sasaran atau secara potensial telah menyebabkan
kerugian atau masih dapat ditingkatkan efisiensi dan efektifitasnya. Arifin (2000)
juga mengungkapkan bahwa tuntutan untuk melakukan value for money audit pada
sektor publik mendesak seiring dengan adanya perubahan, tatanan politik, ekonomi,
seperti dikutip oleh Zuhroh (2001) menyarankan kepada pemerintah agar melakukan
laporan audit dari Departemen Keuangan tidak hanya audit finansial tapi justru
dan Badan Usaha Milik Swasta di Jawa Timur terhadap management audit sebagai
pemberian opini akuntan publik terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, dan
efektifitas dan ekonomisasi. Kinerja tersebut bisa dibatasi hanya pada suatu fungsi
tertentu dalam organisasi, dalam hal ini fungsi pembelian karena penulis melihat
fungsi pembelian sebagai area yang rawan terhadap kecurangan yang sulit terdeteksi
karena adanya praktek kecurangan. Perlu adanya deteksi terhadap adanya kecurangan
material agar tidak menjadi semakin besar. Sampel badan-badan usaha yang dianalisa
manajemen Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Usaha Milik Swasta di
Jawa Timur terhadap management audit sebagai strategi untuk mencegah dan
Negara/Daerah dan Badan Usaha Milik Swasta di Jawa Timur terhadap management
audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi
pembelian.
1.4. Manfaat Penelitian
audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi
pembelian.
Dalam membahas permasalahan yang ada, penulisan skripsi ini dibagi dalam
BAB I :Pendahuluan
analisis penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
penelitian dilakukan, jenis penelitian, jenis data dan dari mana data
akan dilakukan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Persepsi
melihat suatu hal (obyek) yang sama. Perbedaan pandangan ini akan dapat ditindak
lanjuti dengan perilaku atau tindakan yang berbeda pula. Pandangan itu disebut
memandang dunia.
“We human beings have five senses through which we experience the world around
us; sight, hearing, touch, smell and taste. Perception is the process by which
individuals select, organize, store and interpret the information gathered from these
senses”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa kita manusia
memiliki lima indera dimana lewat indera-indera tersebut kita bisa mengalami dunia
yang ada disekitar kita; yaitu lewat indera penglihatan, pendengaran, perasa,
indera-indera tersebut.
Pendapat Wagner dan Hollenbeck tersebut mirip dengan Robbins (2003:160)
untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
Robbins adalah pelaku persepsi, obyek atau target yang dipersepsikan dan situasi. Di
antara karakteristik pribadi dari pelaku persepsi yang lebih relevan mempengaruhi
persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan
pengharapan (ekspektasi). Obyek atau target bisa berupa orang, benda atau peristiwa.
Sifat-sifat obyek atau target itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang
melihatnya. Situasi adalah konteks objek atau peristiwa, yang meliputi unsur-unsur
Kita semua sadar akan lingkungan kita, namun tidak semuanya sama
pentingnya menurut persepsi kita. Kita menyimak beberapa data dan membuang yang
lainnya. Setiap orang menerima begitu banyak data-data sensoris sehingga tidak
mungkin untuk memprosesnya semua. Otak membawa data-data itu melewati suatu
perceptual filter yang akan menahan beberapa bagian (selective attention) dan
menyaring dan memilih berbagai objek dan stimuli yang bersaing untuk memperoleh
perhatian. Orang biasanya akan fokus pada stimuli yang memenuhi kebutuhan
mereka dan konsisten dengan sikap, nilai dan personaliti mereka. Karakteristik dari
stimuli itu sendiri juga akan mempengaruhi proses perceptual selectivity. Orang
cenderung akan memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli lainnya atau yang
lebih kuat dari stimuli lainnya. Orang juga cenderung akan lebih memperhatikan
Gambar 2.1
Proses Persepsi
Organizing the
Observing the Screening the selected data into
senses via the senses information and patterns for
selecting what to interpretation and
process response
Menurut Daft, proses persepsi yang dialami setiap orang akan melalui tahap-
mengenai proses persepsi dimana seseorang memberikan suatu pendapat atau atribusi
mengenai penyebab perilaku orang lain, yang terdiri atas dua tipe, yaitu:
1. Atribusi Internal
Atribusi internal terjadi ketika seseorang mempersepsikan bahwa penyebab
perilaku orang lain adalah situasi yang berkaitan dengan berbagai aspek dari
orang tersebut seperti personaliti, keahlian, kemampuan, motivasi, intelejensi
dan sebagainya.
2. Atribusi Eksternal
Atribusi eksternal terjadi ketika seseorang mempersepsikan bahwa
penyebab perilaku orang lain berkaitan dengan hal-hal seperti ketidak
beruntungan, waktu, masalah yang tidak terduga dan sebagainya.
situasi tertentu, dipengaruhi oleh hal-hal berikut (Zachary dan Kuzuhara, 2005:25):
ketika situasi yang dipersepsikannya adalah high consistency, high distinctiveness dan
low consensus. Sebaliknya, seseorang akan membuat atribusi eksternal ketika situasi
disekitarnya. Persepsi dipengaruhi oleh harapan kita terhadap sesuatu dan apa yang
kita yakini. Dalam banyak kasus, hal ini bukan mengenai pendapat seseorang benar
dan yang lainnya salah, melainkan hanya karena anda memandang dunia secara
berbeda.
dari pengambil keputusan individual akan mempunyai hubungan yang besar pada
hasil akhirnya.
2.1.2. Manajemen
penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi
merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu
atau lebih manajer yang secara individu maupun bersama-sama menyusun dan
allocate and oversee the use of resources, jadi merupakan orang yang mengatur dan
achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai
organisasi.
Menurut Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko (2000:8), manajemen
merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
diperlukan.
Berikut adalah lima fungsi manajemen yang paling penting menurut Handoko
(2000:21) yang berasal dari klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial
1. Planning
Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-
tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
2. Organizing
Organizing atau pengorganisasian ini meliputi:
a. Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja
yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
c. Penugasan tanggung jawab tertentu
d. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu
untuk melaksanakan tugasnya.
3. Staffing
Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment), latihan
dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi pada
karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
4. Leading
Leading atau fungsi pengarahan adalah bagaimana membuat atau
mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus
mereka lakukan.
5. Controlling
Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
penjelasannya:
berbeda, bekerja pada level hirarki yang berbeda, dan permintaan yang berbeda
dalam mencapai kinerja yang tinggi. Daft (2003:12) mengatakan bahwa perbedaan
tipe-tipe manajemen tersebut dapat dilihat secara vertikal maupun horisontal, berikut
penjelasannya:
2.1.3. Auditing
Definisi tersebut diatas dapat diuraikan menjadi tujuh elemen yang harus
mengenai informasi yang bisa diukur dari suatu entitas ekonomi untuk menentukan
dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang dibuat.
tujuannya (objective). Berikut adalah tipe-tipe audit menurut Whittington dan Pany
(2001:11), yaitu:
kelompok, yaitu:
efisiensi dari suatu perusahaan, departemen, atau setiap entitas dan subentitas yang
dapat diaudit. Penekanannya adalah untuk mencapai efisiensi yang lebih besar,
efektifitas, dan ekonomisasi dalam usaha dan organisasi yang lain. Dalam aplikasi
Management audit memiliki tujuan yang sama dengan operational audit, akan
tetapi untuk sektor swasta lebih dimaksudkan sebagai usaha untuk mengidentifikasi
masalah yang ada dalam organisasi. Istilah “Performance Audit” biasanya digunakan
baik untuk sektor publik maupun swasta atas keseluruhan operasi keuangan dan non
dikutip oleh Burrowes dan Persson (2000) mengatakan bahwa istilah–istilah yang
berbeda bisa muncul untuk digunakan atas konsep yang sama, atau jika tidak istilah
yang sama mungkin saja digunakan untuk konsep yang berbeda. Parker
dalam operasi, perlu dilakukan sesuatu sebagai pengawasan terhadap operasi untuk
Pendapat Hamilton tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa teknik management
audit meliputi spektrum yang luas dari prosedur, metode evaluasi, kebijakan dan
menilai kinerja perusahaan terhadap standar yang sudah ditentukan sebelumnya atau
Management audit may be described as the audit for and of management, in the
sense that, as top management does not have direct control over operations, so it
is interested in ensuring that business operations are conducted in an efficient
manner, decisions are based on information and made at appropriate levels of
authority, assets are safeguards, operational efficiency is promoted and that the
business is carried out in accordance with management instructions and
policies….Management audit is being termed as ‘audit of management’. It
signifies that management audit appraises the quality of top management.
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa management audit merupakan
audit untuk dan atas manajemen, dalam hal ini, karena top manajemen tidak
memastikan bahwa operasi bisnis dilakukan dengan cara yang efisien, keputusan-
keputusan berdasarkan informasi-informasi dan dibuat oleh otoritas level yang tepat,
aset aman, efisiensi operasional meningkat dan bisnis dilakukan sesuai dengan
instruksi dan kebijakan yang dibuat oleh manajemen….Dalam hal management audit
sebagai audit atas manajemen, maka management audit digunakan untuk menilai
non keuangan atas kualitas produk, kepuasan konsumen, dan pangsa pasar untuk
kinerja mungkin saja tidak sempurna dan terlalu banyak signal mengenai upaya
manajemen, maka ukuran non keuangan bisa memberikan nilai tambah dengan
mengenai upaya-upaya yang dilakukan manajemen sebagai agent. Salah satu asumsi
principal dalam agency theory adalah bahwa principal dan agent mempunyai tujuan
dan sasaran yang bertentangan (Solomon dan Solomon, 2004:17). Dilihat dari
perspektif agency theory, fungsi audit menyajikan suatu mekanisme tata kelola
Modern Auditing saat ini penekanannya lebih pada pada pemeriksaan internal
yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi organisasi secara keseluruhan. Hal ini
konsep yang digunakan untuk maksud tersebut. Management audit digunakan untuk
organisasi, mulai dari level teratas sampai level terbawah. Dengan demikian, hampir
setiap aspek manajemen diperiksa, dan rekomendasi yang ditawarkan diharapkan bisa
karena kebutuhan akan penilaian yang independen atas kinerja manajemen pada
Sedikit perhatian yang diberikan kepada auditing tipe ini. Management audit
pertama kali dikenal di United Kingdom pada tahun 1932, ketika T.G. Rose, yang
dikenal lewat bukunya yang berjudul The Management Audit, mengajukan konsep ini
Selanjutnya, konsep ini memperoleh perhatian yang lebih besar di USA (Batra,
1997). Management audit dianggap sebagai sebuah fenomena saat ini yang berasal
dari audit keuangan eksternal, audit operasional internal dan konsultasi manajemen.
Kebutuhan akan audit terhadap manajemen, termasuk direktur, muncul sebagai akibat
dari pemisahan antara pemilik dengan pengendalian perusahaan, yang merupakan ciri
dari perusahaan modern saat ini (Burrowes dan Persson, 2000). Operasi-operasi
ini mencakup suatu ruang lingkup penelaahan yang lebih luas daripada pemeriksaan
menurut Agoes (1996: 174) yang bisa dilihat pada Tabel 2.1.
TABEL 2.1
Kriteria dalam management audit bisa Kriteria dalam financial audit sudah jelas,
berupa kebijakan yang ditentukan yaitu prinsip akuntansi berlaku umum.
manajemen, peraturan pemerintah,
peraturan asosiasi dan lain-lain
Sumber: Soekrisno Agoes. 1996. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik. Jakarta: LP-FEUI.
4. Jenis-jenis management audit
1. Functional
Functional audit berkaitan dengan satu atau lebih fungsi didalam organisasi.
Keuntungan dari functional audit adalah diperbolehkannya adanya
spesialisasi oleh auditor. Auditor dalam staff internal audit bisa sangat ahli
dalam sebuah bidang, misalnya fungsi production engineering. Mereka bisa
secara efisisen menghabiskan waktu mereka untuk mengevaluasi fungsi-
fungsi yang berkaitan. Fungsi production engineering berkaitan dengan
fungsi manufacturing dan fungsi-fungsi lainnya dalam organisasi.
2. Organizational
Organizational audit dalam sebuah organisasi berkaitan dengan seluruh unit
organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan
dalam organizational audit adalah seberapa efektif dan efisien fungsi-fungsi
tersebut berinteraksi. Perencanaan organisasi dan metode-metode untuk
mengkoordinasi aktivitas-aktivitas yang ada sangat penting dalam tipe audit
ini.
3. Special Assignment
Dalam operational auditing, special assignment biasanya muncul karena
permintaan manajemen. Jenis audit tipe ini cukup luas. Sebagai contoh,
menentukan penyebab tidak efektifnya sistem IT, investigasi terhadap
kemungkinan adanya fraud dalam sebuah divisi, dan pemberian
rekomendasi untuk menurunkan harga pokok produksi.
jenis sesuai dengan keragaman departemen mereka dan ruang lingkupnya sebagai
berikut :
1. Internal Audit
Management audit ini dapat dilakukan oleh perusahaan atau departemen,
yang bersangkutan dengan sistem-sistem, prosedur-prosedur atau fasilitas-
fasilitas. Auditor yang mengerjakan dapat dari perusahaan mereka sendiri
(internal auditor) atau dengan menggaji auditor dari luar perusahaan
(external auditor). Internal audit merupakan teknik dimana manajemen
dapat merasakan masalah mereka sendiri dan menilai kinerja organisasi,
kebutuhannya, titik kekuatan, dan kelemahannya. Disebutkan bahwa self
audit merupakan bagian dari internal audit yang dilakukan oleh individual
dalam sistem mereka sendiri, prosedur-prosedur, dan fasilitas-fasilitas agar
dapat menilai kinerja, kebutuhan, kekuatan, dan kelemahannya.
2. External audit
Management audit ini dilakukan oleh perusahaan terhadap pemasok mereka
atau sub pemasok. Auditor dapat dari auditor internal maupun auditor
eksternal. Management audit dikerjakan untuk menilai status kontrak atau
perjanjian yang dibuat perusahaan pemasok atau sub pemasok untuk
menentukan keadaan perusahaan atas barang yang akan diterima sesuai
dengan yang dibayarkannya.
3. Extrinsic Audit
Management audit ini dilakukan oleh pelanggan atau badan-badan yang
berkaitan dengan peraturan atau suatu agen inspeksi. Audit ini meliputi
pelanggan dari perusahaan-perusahaan pemasok dan sub pemasok.
adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas dari organisasi. Evaluasi ini bisa
dilakukan pada perusahaan secara keseluruhan atau dibatasi pada lingkup departemen
atau fungsi tertentu dalam organisasi. Evaluasi terhadap kinerja perusahaan ini
dilakukan terhadap standar yang dibuat oleh manajemen atas dan pada saat yang
kebijakan tersebut.
dengan audit efisiensi, dimana tujuan utama dari audit efisiensi ini adalah untuk
memastikan bahwa setiap unit mata uang diinvestasikan dalam modal atau tempat
lain yang memberikan pengembalian yang optimum dan bahwa perencanaan investasi
antara berbagai fungsi dan aspek yang berbeda dirancang untuk memberikan hasil
yang optimum.
dengan tepat maka management audit bisa memberi manfaat yang besar, yaitu:
(2003:14), yaitu:
1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan
keputusan.
2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan
pengendalian.
3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan,
rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan
tindakan preventif yang akan diambil.
5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk
memperkecil pemborosan.
6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan.
7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi
perusahaan.
bisa menunjukkan masalah ketika masalah tersebut masih berskala kecil. Dengan
(1986:5) :
maupun tidak, baik kegiatan manajemen di dalam maupun di luar perusahaan. Dalam
aktual sesuai dengan operasi yang direncanakan. Semua manajer dalam sebuah
intinya terdapat kesamaan tujuan yaitu untuk mengevaluasi efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi organisasi. Efisiensi adalah ukuran dari hubungan antara masukan dan
keluaran, efektifitas adalah ukuran dari keluaran dan ekonomisasi merupakan ukuran
masukan. Berikut adalah beberapa definisi lain mengenai efisiensi, efektivitas dan
Daft (2003:9) mengatakan bahwa efektivitas adalah the degree to which the
organization achieves a stated goal, dan efisiensi merupakan the use of minimal
resources raw materials, money and people to produce a desired volume of output.
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa efektivitas adalah tingkat
pencapaian organisasi atas sasaran yang ditetapkan dan efisiensi adalah penggunaan
sumberdaya bahan baku, uang dan manusia secara minimal untuk menghasilkan
adalah pendapat Paton dan Littleton yang dikutip oleh Burrowes dan Persson
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa keberadaan akuntansi yang
utama adalah sebagai alat untuk menghitung residu, saldo, selisih antara beban
hal yang penting khususnya bagi mereka yang menyediakan modal dan memegang
2.1.3.6. Kecurangan
1. Definisi kecurangan
penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif dan ekonomis, sehingga harus selalu
berarti tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil dan keculasan (Karni, 2000:49).
Didalam buku Black’s Law Dictionary yang dikutip oleh Tunggal (2001:2)
dijelaskan satu definisi hukum dari kecurangan, yaitu berbagai macam alat yang
keuntungan terhadap orang lain, dengan cara bujukan palsu atau dengan menutupi
kebenaran, dan meliputi semua cara-cara mendadak, tipu daya (trick), kelicikan
(cunning), mengelabui (dissembling), dan setiap cara tidak jujur, sehingga pihak
mencakup suatu ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang
disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang
berikut:
Fraud is any behavior by which one person gains or intends to gain a dishonest
advantage over another. A crime is an intentional act that violates the criminal
law under which no legal excuse applies and where there is a state to codify
such laws and endorce penalties in response to their breach. The distinction is
important. Not all frauds are crims and the majority of crimes are not frauds.
Companies lose through frauds, but the police and other enforcement bodies
can take action only against crimes.
hukum tidak boleh dilakukan dimana sebuah negara mengikuti hukum tersebut dan
karena tidak semua kecurangan adalah kejahatan dan sebagian besar kejahatan bukan
badan penegak hukum lainnya bisa mengambil tindakan hanya terhadap kejahatan.
Fraud atau kecurangan ini juga perlu dibedakan dengan errors atau
dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, yaitu terjadinya
pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak
tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja (IAI, 2001:316.2).
karena praktik kecurangan antara lain sangat dipengaruhi oleh kondisi hukum di
negara yang bersangkutan. Negara dengan penegakan hukum yang sudah berjalan
baik dan kondisi ekonomi masyarakat secara umum cukup atau lebih dari cukup,
(2001:6), yaitu:
berikut:
1. Management Fraud
Kecurangan ini dilakukan oleh orang dari kelas ekonomi yang lebih atas dan
terhormat yang biasa disebut white collar crime, karena orang yang
melakukan kecurangan biasanya memakai kemeja berwarna putih dengan
kerah putih. Penyebutan istilah white collar crime sendiri diangkat oleh
Edwin H. Sutherland yang memberikan batasan tentang white collar crime
sebagai : a violation of criminal law by the person of the upper socio
economic class in the course of his occupational activities (Pranasari dan
Meliala, 1991:107).
2. Non Management (Employee) Fraud
Kecurangan karyawan biasanya melibatkan karyawan bawahan. Kecurangan
ini kadang-kadang merupakan pencurian atau manipulasi. Kesempatan
meleakukan kecurangan pada karyawan tingkat bawah relatif lebih kecil
dibandingkan kecurangan pada manajemen. Hal ini dikarenakan mereka
tidak mempunyai wewenang, sebab pada umumnya semakin tinggi
wewenang semakin besar kesempatan untuk melakukan kecurangan.
3. Computer Fraud
Kejahatan komputer dapat berupa pemanfaatan berbagai sumber daya
komputer di luar peruntukan yang sah dan perusakan atau pencurian fisik
atas sumber daya komputer itu sendiri. Termasuk juga defalcation atau
embezzlement yang dilakukan dengan memanipulasi program komputer, file
data, proses operasi, peralatan atau media lainnya yang mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan/organisasi yang mempergunakan sistem komputer
tersebut.
salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit
atas laporan keuangan, yaitu salah saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan
dalam pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti
yang disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian
laporan keuangan.
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan
keuangan peristiwa, transaksi atau informasi yang signifikan.
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan
dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara,
termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau
tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang
tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat
disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan
dapat menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan
atau pihak ketiga.
3. Penyebab kecurangan
kerja, salah satunya adalah kelemahan petugas serta pengawasan, yang kerap
dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan ekonomi (Pranasari dan Meliala, 1991:3).
kecurangan, akan tetapi sistem pengendalian yang kuat juga tidak menjamin bahwa
tetapi sistem pengendalian intern yang baik akan dapat menekan terjadinya kesalahan
dan penyelewengan dalam batas-batas biaya yang layak dan kalaupun kesalahan dan
penyelewengan terjadi hal ini dapat diketahui dan diatasi dengan cepat.
mengutip dari Venables dan Impey digolongkan menjadi penyebab utama dan
1. Penyebab utama
a. Penyembunyian (concealment)
Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari
deteksi dan hukuman sebagai akibatnya.
b. Kesempatan/Peluang (opportunity)
Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepat agar
dapat mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam sistem
dan juga menghindari deteksi.
c. Motivasi (motivation)
Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian,
suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kelobaan/kerakusan dan
motivator yang lain.
d. Daya tarik (attraction)
Sasaran dari kecurangan perlu menarik bagi pelaku.
e. Keberhasilan (success)
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur dengan baik
untuk menghindari penuntutan atau deteksi.
2. Penyebab sekunder
a. “A Perk”
Akibat kurangnya pengendalian, mengambil keuntungan aktiva
organisasi dipertimbangan sebagai suatu tunjangan karyawan.
b. Hubungan antar pemberi kerja/pekerja yang jelek
Rasa saling percaya dan menghargai antar pemberi kerja dan pekerja
telah gagal.
c. Pembalasan dendam (revenge)
Ketidaksukaan terhadap organisasi mengakibatkan pelaku berusaha
merugikan organisasi tersebut.
d. Tantangan (challenge)
Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerjanya berusaha mencari
stimulus dengan ‘memukul sistem’, yang dirasakan sebagai suatu
pencapaian atau pembebasan dari rasa frustasi.
tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak ada seorangpun yang tidak butuh
uang. Seyogianya oranglah yang menguasai uang, akan tetapi pada suatu saat dan
tingkat tertentu orang dapat diperbudak oleh uang, sehingga uang beralih menguasai
manusia. Dalam keadaan seperti itu, uang dapat mempengaruhi etika dan moral
Isi dari Implementation Guide tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa:
1. Manajemen atau karyawan mungkin didorong atau berada dibawah tekanan yang
dengan kode etik mereka. Beberapa orang mungkin memiliki sikap, karakter,
atau nilai-nilai yang memperbolehkan mereka untuk melakukan perbuatan tidak
1. Definisi pembelian
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti: bahwa pengadaan barang adalah
proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber daya, pemesanan dan perolehan
pembelian, yaitu: “The role of purchasing function is to make materials and parts of
the right quality, and quantity available for use by operations at the right time and at
the right place.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa peran fungsi
pembelian adalah untuk mengadakan material dan part pada kualitas yang tepat dan
kuantitas yang tersedia untuk digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan
perusahaan sudah memperoleh efisiensi biaya yang maksimum dari yang telah
dilaksanakan oleh fungsi tersebut selama ini. Penelitian ini menjadikan fungsi
Fungsi pembelian sering dianggap sebagai bagian yang paling penting dan
berpengaruh, bahkan bisa dikatakan sebagian besar proses bisnis berasal dari kegiatan
pembelian. Alasan yang sangat fundamental untuk membahas fungsi pembelian ialah
karena dalam bidang ini pemborosan mudah terjadi, baik karena perilaku yang
pembelian bahan, sarana, prasarana dan suku cadang yang diperlukan perusahaan.
proses produksi perusahaan memerlukan bahan baku. Tidak banyak perusahaan yang
menguasai sendiri bahan baku yang diperlukan untuk diolah lebih lanjut menjadi
produk jadi, sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada satupun bentuk atau jenis
perusahaan bahwa biaya untuk menghasilkan suatu produk mungkin mencapai sekitar
lima puluh persen dari harga jual produk, menjadikan fungsi pembelian sebagai
tersebut menjalankan bisnisnya. Pembelian yang baik juga perlu menjadi perhatian
berkaitan dengan kurangnya dana yang tersedia dan besarnya biaya, mendorong
seminimum mungkin.
dilaksanakan dengan ekonomis dan efektif amat diperlukan dalam upaya mencapai
kondisi perusahaan yang sehat karena pembelian merupakan kegiatan yang
Pada dasarnya peran fungsi pembelian adalah untuk menyediakan barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan pada waktu, harga dan kualitas yang tepat.
penemuan fakta dan informasi tentang seluruh kegiatan pembelian. Informasi yang
pengambilan keputusan.
audit pada fungsi pembelian, yaitu:“The major objective of the management audit of
(1990:310), yaitu: “The management auditor should examine the purchase function
to see that the most efficient and economical methods of purchasing have been
adopted.”
semua sumber keuangan untuk fungsi pembelian sudah digunakan dengan cara yang
BUMN/BUMD dan BUMS. Salah satu variabel utama yang mungkin akan membuat
perbedaan tersebut adalah karena BUMN/BUMD merupakan perusahaan sektor
publik, sedangkan BUMS merupakan perusahaan sektor swasta. Istilah sektor publik
dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang dan
definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
Domain publik memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks dibandingkan
dengan sektor swasta. Keluasan wilayah publik ini tidak hanya disebabkan luasnya
jenis dan bentuk organisasi yang berada didalamnya, akan tetapi juga karena
(pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara
(BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi massa, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), universitas dan organisasi nirlaba lainnya. Jika dilihat
dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya
faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik, sosial, budaya, dan historis juga
memiliki pengaruh yang signifikan. Sektor publik tidak seragam dan sangat
heterogen (Mardiasmo, 2004:1). Dalam penelitian ini, sektor publik yang menjadi
sifat khas lembaga pemerintahan menurut Edward S. Lyn yang dikemukakan oleh
Bastian (2003:60) mengatakan bahwa dari sisi kebijakan publik, sektor publik
dipahami sebagai tuntutan pajak, birokrasi yang berlebihan, pemerintahan yang besar
dan nasionalisasi versus privatisasi. Dalam arti luas, sektor publik disebut bidang
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan sektor swasta, akan tetapi dalam
Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dan sektor swasta
dapat dilihat pada tabel 2.2. yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2004:8).
TABEL 2.2
dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu yang pengelolaannya dipisahkan dan yang
Negara.
Ada tiga bentuk BUMN, yaitu Perusahaan Jawatan, Perusahaan umum Negara
tahun 1962, dengan modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah
pemerintah daerah :
Tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik, namun tidak
berarti organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan yang bersifat
finansial. Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial, akan tetapi hal
tersebut berbeda baik secara filosofis, konseptual dan operasionalnya dengan tujuan
profitabilitas pada sektor swasta. Tujuan finansial pada sektor swasta diorientasikan
sedangkan pada sektor publik tujuan finansial lebih pada maksimasi pelayanan
Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau audit sektor
swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat
nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD dan instansi lain
yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan negara. Mekanisme audit dapat
Berikut adalah beberapa hal yang mendasari kebutuhan akan proses auditing
1. Kendali saat ini ada ditangan masyarakat. Masyarakat memiliki hak yang bebas
5. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Proses audit akan memberikan nilai
perusahaan publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi,
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah di Indonesia juga
masih banyak yang tidak dijalankan secara efisien. Inefisien yang dialami oleh
BUMN dan BUMD tersebut antara lain disebabkan adanya intervensi politik,
Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi
publik dan politikus yang sudah mereka bayar. Menurut Bastian (2003:52), audit
b. Audit Program
b. Program audit
kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar sektor
Tuntutan terhadap sektor publik untuk lebih memberi penekanan pada value
for money dibandingkan audit terhadap keuangan dan regulasi terjadi di banyak
negara. Di UK dan USA tuntutan terhadap audit efisiensi dan value for money untuk
peningkatan akuntabilitas pada sektor publik muncul dari para pembayar pajak dan
bahwa 60% dari pengguna laporan keuangan mengharapkan agar auditor bisa
memberikan kepastian bahwa perusahaan yang diaudit tersebut telah terkelola secara
kompeten. Di Jepang, bahkan sudah sejak lama audit kinerja terhadap pemerintah
dilakukan. Dalam The 1891 Guidelines for Field Investigation by Auditor, peran
auditor lebih luas daripada audit keuangan tradisional dimana ia juga diminta untuk
mempertimbangkan apakah pembelian yang dilakukan memang diperlukan, terlalu
pengeluaran yang terlalu berlebihan sedangkan saat itu Jepang sedang mengalami
kesulitan fiskal. Auditor juga diharuskan untuk menilai operasi, pengendalian dan
tepat tidaknya metode pembelian yang digunakan (Burrowes dan Persson, 2000).
Di tengah berbagai kritik bahwa keberadaan sektor publik tidak efisien dan
jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta,
lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki
Istilah “akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik, privatisasi,
good public governance,” telah begitu cepat masuk kedalam kamus sektor publik
Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
2000:117).
Sektor publik mengenal yang namanya audit kinerja (perfomance audit), yang
bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau
Istilah audit kinerja pada sektor publik menurut peneliti sama dengan
management audit pada sektor swasta. Seperti dikemukakan oleh Parker yang dikutip
oleh Burrowes dan Persson (2000:89) mengenai konsep management audit yang
memiliki banyak istilah. Apabila evaluasi dilakukan atas manajemen dan fungsi serta
istilah tersebut merupakan konsep management audit. Management Audit saat ini
1997:151).
Tujuan dari audit ekonomi dan efisiensi menurut Bastian (2003:56) adalah:
1. Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah
ditetapkan oleh undang-undang atau badan lain yang berwenang.
2. Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan, atau fungsi
instansi lain yang bersangkutan.
3. Apakah entitas yang diaudit telah menaati peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya.
Mardiasmo menggunakan istilah value for money audit atau 3E’s audit
(economy, efficiency, and effectiveness audit) terhadap audit kinerja untuk sektor
publik, dan banyak penulis dan buku-buku yang berkenaan dengan sektor publik yang
menggunakan istilah value for money audit untuk audit kinerja. Sama seperti yang
dikemukakan Bastian, value for money audit ini juga terdiri atas audit ekonomi dan
Berikut adalah hal yang perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan
efisiensi menurut The General Accouting Office Standards yang dikutip oleh
1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun sudah berjalan, apakah
sudah memadai dan tepat.
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan.
3. Menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara
terpisah/sendiri-sendiri.
4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik
dan memuaskan.
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih
baik dengan biaya yang lebih rendah.
6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang tindih,
atau bertentangan dengan program lain yang terkait.
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan
lebih baik.
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk program tersebut.
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai
untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program.
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan
dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan oleh peneliti adalah milik Indriani
dengan judul “Manfaat dan Fungsi Komite Audit dalam Mewujudkan Tata
Persamaannya adalah pada latar belakang yang kurang lebih serupa dan metode
penelitian, dimana alasan penelitian tersebut adalah karena melihat bahwa banyak
dan korupsi yang disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi dan kurangnya
pemahaman terhadap manfaat fungsi komite audit. Penelitian ini juga tidak jauh
management audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada
mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. Management audit diharapkan bisa
adalah pada apa yang dibahas, dimana penelitian sebelumnya pada Komite Audit
sedangkan penelitian ini pada management audit, lebih spesifik lagi yaitu pada fungsi
pembelian.
Penelitian lain yang juga mirip dengan Indriani dan menjadi acuan peneliti
adalah milik Mei Indrayani, dengan judul :”Persepsi Manajemen Perusahaan terhadap
dilakukan Mei Indrayani karena ia merasa bahwa banyak manfaat yang akan
(GCG). Akan tetapi di Indonesia pada umumnya perusahaan belum mengetahui dan
memahami konsep GCG, sehingga pelaku dunia usaha mempunyai persepsi yang
mungkin berbeda. Sama seperti milik Indriani kesamaan dengan penelitian ini adalah
topik yang dibahas, Mei Indrayani membahas mengenai good corporate governance
Penelitian lain yang menjadi acuan di peroleh dari majalah Media Akuntansi
dan ditulis oleh Johan Arifin dengan judul “Korupsi dan Upaya Pemberantasannya
Melalui Strategi di Bidang Auditing”. Artikel tersebut mengatakan bahwa hasil jajak
dianggap paling banyak korupsinya. Untuk itu perlu dilakukan upaya pemberantasan
salah satunya adalah value for money audit yang merupakan management audit.
Diharapkan dengan diterapkannya value for money audit tindakan yang mengarah
atau memicu tindakan korupsi dapat terdeteksi sedini mungkin dan dapat diantisipasi
meskipun penelitian Johan Arifin lebih spesifik pada sektor pemerintahan. Penelitian
Johan Arifin membahas hampir semua tipe auditing, sedangkan penelitian ini spesifik
pada management audit terutama pada fungsi pembelian dan masalah yang ingin
perusahaan.
pendidikan manajemen.
pengujian hipotesis maka dalam menganalisis data digunakan metode statistik non
parametik untuk menguji perbedaan, yaitu Uji U-Mann-Whitney dan Uji Kruskal-
mengetahui perbedaan persepsi lebih dari dua kelompok responden (Siagian dan
Sugiarto, 2002:318).
Agar instrumen yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data benar-benar
mengukur yang ingin diukur, dilakukan uji validitas dan reliabilitas (Umar, 2003). Uji
teknik korelasi produk momen Pearson dengan tingkat signifikansi 5%. Uji
Model analisis dengan menggunakan uji beda statistik non parametik ini
dipilih karena peneliti tidak mengasumsikan bahwa data yang diperoleh terdisribusi
normal yang merupakan syarat utama dari dari statistik parametik dan karena jenis
data yang digunakan adalah data ordinal, sehingga lebih sesuai apabila menggunakan
management audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada
fungsi pembelian, diukur dengan menggunakan teknik skala Likert dan data yang
METODE PENELITIAN
pembelian.
1) Perusahaan BUMN/BUMD
2) Perusahaan BUMS
1) Top management
2) Middle Management
3) Lower Management
2) Hukum/Kriminologi
3) Ekonomi
4) Lainnya
Jawa Timur terhadap management audit sebagai strategi untuk mencegah dan
oleh peneliti adalah kepemilikan perusahaan, level manajemen dan latar belakang
1. Persepsi manajemen
dipengaruhi oleh faktor dari pelaku persepsi, objek atau target dan situasi. Ada
atau tidaknya perbedaan persepsi akan dinyatakan dari hasil penilaian kuesioner.
2. Kepemilikan perusahaan
apabila dikaitkan dengan teori persepsi termasuk dalam faktor situasi yang akan
3. Level Manajemen
dikaitkan dengan teori persepsi termasuk dalam faktor yang berasal dari pelaku
karena lingkup otorisasi dan tuntutan yang dihadapi juga berbeda. Peneliti
yang apabila dikaitkan dengan teori persepsi termasuk faktor yang berasal dari
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan skala
Likert.
Dalam penelitian ini jenis data yang diperoleh adalah data subyek. Data
subyek menurut Indriantoro dan Supomo (2002:145) adalah jenis data penelitian yang
berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi subyek penelitian (responden). Data subyek merupakan data penelitian
yang dilaporkan sendiri oleh responden secara individual atau secara kelompok. Data
diberikan, yaitu lisan (verbal), tertulis dan ekspresi. Data subyek dalam penelitian ini
Sumber data ada dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer menurut Silalahi (2003:57)
dapat berupa opini dari individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu
benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Indriantoro dan Supomo
(2002:147) mengatakan bahwa data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemilihan sampel bertujuan
mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Indriantoro dan
untuk itu subyek yang dianggap tepat dipilih sebagai sampel adalah para manajer,
mengatakan bahwa pengertian survei pada umumnya dibatasi pada penelitian yang
datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Dengan demikian penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan membuat daftar
pertanyaan yang akan dijawab oleh responden yang sudah ditentukan. Metode
2002:154).
Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi
sejumlah pertanyaan yang bersifat umum tentang identitas responden dan identitas
perusahaan responden, dan bagian kedua berisi sejumlah pertanyaan yang berisi
management audit. Kuesioner bisa dilakukan secara personal atau lewat pos. Pada
penelitian ini kuesioner dilakukan secara personal, yaitu dengan cara langsung
Keabsahan suatu hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh alat pengukur
yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti, untuk itu alat pengukur
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengukur yang disusun
telah memiliki validitas atau tidak. Validitas data pengukuran ditentukan oleh proses
pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Pendekatan yang digunakan untuk
menguji apakah suatu instrumen mengukur konstuk sesuai dengan yang diharapkan.
Konstruk merupakan kerangka dari suatu konsep. Apabila terdapat korelasi antara
tersebut memiliki validitas. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi produk
N xy x y
rxy
N x x N y y
……………………………(1)
2 2 2 2
dimana :
x = butir item
y = skor total keseluruhan butir item
n = jumlah sampel
rxy = korelasi produk momen
3.6.1.2. Uji Reliabilitas
digunakan. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur
internal dengan teknik Cronbach’s Alpha atau “koefisien alpha (á)” dari Cronbach.
Teknik ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1,
tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau
bentuk skala 1-3, 1-5, atau 1-7 dan seterusnya. Konsep reliabilitas menurut
k b
2
r11 1 …………………………………………………….(2)
k 1 t2
dimana:
yaitu pembahasan penelitian yang dimulai dari pengumpulan data terlebih dahulu
1. Pengeditan (Editing)
pemrosesan data dengan metode statistik. Data penelitian yang diperoleh lewat
metode survei perlu diedit dari kemungkinan kekeliruan dalam proses pencatatan
yang dilakukan oleh pengumpul data, pengisian kuisioner yang tidak lengkap
dalam skor numerik atau karakter simbol. Proses pemberian kode akan
dengan menggunakan program aplikasi SPSS (Stastitical Package for the Social
Sciences).
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian.
top management, middle management atau lower management dan berdasarkan latar
Hipotesis 1:
1. Menentukan Ho
3. Uji statistik
n1 n1 1
Ua n1n 2 R1 ………………………………………………
2
(3)
n 2(n 2 1)
Ub n1n 2 R 2 …………………………………………….
2
(4)
5. Menarik kesimpulan
Hipotesis 2:
Hipotesis kedua menggunakan uji hipotesis Kruskal Wallis untuk melihat perbedaan
dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari level manajemen,
1. Menentukan Ho
3. Uji Statistik
dimana,
α = 0,05
df = K-1 (K adalah jumlah kelompok yang diteliti)
df = 3-1=2
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (X(0,05,2)) adalah 5,991
5. Menarik kesimpulan
Hipotesis 3:
Hipotesis ketiga menggunakan uji hipotesis Kruskal Wallis untuk melihat perbedaan
dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari bidang studi
1. Menentukan Ho
(μ1 ≠ μ2 ≠ μ3 ≠ μ4)
3. Uji Statistik
12 Ri 2
H 3 n 1 …………………………………………(6)
n n 1 ni
dimana,
α = 0,05
df = 4-1=3
5. Menarik kesimpulan
BAB IV
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Usaha Milik
Swasta di Jawa Timur terhadap management audit sebagai strategi untuk mencegah
dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Responden dalam penelitian ini
Timur menyebutkan bahwa berdasarkan data tahun 2005 di Provinsi Jawa Timur
BUMD di Jawa Timur berdasarkan statistik keuangan BUMD yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik Jakarta sebanyak 86 unit usaha. Secara keseluruhan jumlah
industri besar dan sedang menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi
Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Usaha milik Swasta di Kota Surabaya,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo. Ketiga kota tersebut dipilih sebagai
sampel karena mempunyai karakteristik yang bisa mewakili karakteristik dari Badan
Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Usaha Milik Swasta di Jawa Timur pada
dalam memilih kota untuk dijadikan sampel dilihat dari segi efisiensi biaya dan
bidang usaha yang bermacam-macam, baik manufaktur, dagang maupun jasa. Berikut
adalah uraian jenis-jenis usaha yang dilakukan BUMN/BUMD dan BUMS sampel
penelitian:
Pengumpulan data responden dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara
yaitu metode langsung dan melalui perantara. Metode langsung dipilih dengan alasan
untuk efektifitas waktu dan agar peneliti dapat melakukan pendekatan secara
sampel. Sebagian besar data responden dalam penelitian ini dikumpulkan lewat
metode langsung.
karyawan/staff, kerabat atau keluarga dari responden. Respon yang diperoleh lewat
metode perantara ini lebih baik dari pada metode langsung, baik dari segi waktu
perantara peneliti memotong rantai birokrasi yang cukup panjang seperti halnya pada
metode langsung. Akan tetapi untuk mengumpulkan data lewat metode perantara
peneliti harus mempunyai relasi yang cukup banyak, yang dapat membantu dalam
Tabel 4.1
Deskripsi Responden Menurut Data Pribadi
Deskripsi Responden
Klasifikasi Responden Jumlah (responden) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Perempuan 29 34,52
Laki-laki 55 65,48
Total 84 100
Departemen/Divisi/Bagian
SPI/Internal Audit 8 9,52
Akuntansi/Keuangan 26 30,95
Pembelian/Pengadaan 7 8,33
Penjualan 5 5,95
Personalia dan Umum 21 25,00
Produksi/Engineering 9 10,71
Lain-lain 8 9,52
Total 84 100
Level Manajemen
Top Management 24 28,57
Middle Management 31 36,90
Lower Management 29 34,52
Total 84 100
Lama Jabatan
< 5 tahun 53 63,10
5 – 10 tahun 24 28,57
> 10 tahun 7 8,33
Total 84 100
Strata Pendidikan
SLTA 6 7,14
Sarjana Muda/Diploma 9 10,71
S1 61 72,62
S2 8 9,52
Total 84 100
Bidang Studi Pendidikan
Psikologi/Sosiologi 5 5,95
Hukum/Kriminologi 8 9,52
Ekonomi 45 53,57
Lain-lain 26 30,95
Total 84 100
Sumber : Data primer diolah
tetapi setelah melalui proses pengeditan maka hanya 84 eksemplar yang dinyatakan
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui komposisi dan klasifikasi atau karakteristik
responden menurut jenis kelamin, departemen, level manajemen, lama jabatan, strata
pendidikan dan bidang studi pendidikan responden. Terlihat dari tabel bahwa
kepada departemen yang menangani bidang yang dianggap relevan dengan bidang
departemen tertentu.
Dari level manajemen, terbaca dari tabel bahwa sebagian besar responden
terutama dikarenakan kesibukan yang tinggi dan beban tanggung jawab yang besar.
Metoda pengembangan karier tersebut dikenal dengan istilah metoda on the job,
dengan demikian maka posisi manajemen tertentu seringkali diisi untuk jangka waktu
yang tidak terlalu panjang karena manajemen akan dipindahkan untuk melalui
pendidikan tertentu.
Dilihat dari segi bidang studi pendidikan, sebagian besar responden berlatar
yang mengisi kuesioner penelitian sebagian besar berasal dari departemen yang
menangani bidang yang relevan dengan penelitian yang diambil, yaitu departemen
bidang studi pendidikan ekonomi yaitu akuntansi, manajemen dan administrasi niaga.
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Menurut Data Perusahaan
Data Responden
Klasifikasi Perusahaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Kepemilikan Usaha
BUMN/BUMD 36 42,86
BUMS 48 57,14
Total 84 100
Bidang Usaha
Manufaktur 47 55,95
Jasa 32 38,10
Dagang 5 5,95
Total 84 100
Sumber: Data primer diolah
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar responden berasal dari Badan
Usaha Milik Swasta (57,14%). Lebih banyaknya BUMS yang menjadi responden
dari keadaan industri menurut kelompok industrinya, terdapat 2957 unit usaha untuk
kelompok industri logam, mesin, elektronika dan aneka dan 11443 unit usaha untuk
kelompok industri kimia, agro, dan hasil hutan di Jawa Timur menurut data
BUMN/BUMD dan 22 perusahaan merupakan BUMS. Dilihat dari audit yang pernah
dan hanya 40,91% BUMS yang pernah melakukan management audit. Perinciannya
Tabel 4.3
Data Audit yang Dilakukan BUMN/BUMD dan BUMS Sampel
Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel independen yang diteliti, yaitu
strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian diinjau
dari variabel-variabel tersebut. Secara keseluruhan terdapat 51 item pertanyaan yang
pembelian, dan pemahaman mengenai management audit dan kecurangan pada fungsi
pembelian. Data skor jawaban yang diperoleh dari masing-masing pertanyaan untuk
keempat determinan pertanyaan kuesioner dideskripsikan pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Jawaban Responden BUMN/BUMD
mempunyai persepsi yang positif terhadap management audit sebagai strategi untuk
mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Dari 1836 total jumlah
besar responden menyatakan setuju (52,12%) dan sangat setuju (31,32%). Dengan
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden BUMS
mempunyai persepsi yang positif terhadap management audit sebagai strategi untuk
mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Dari 2448 total jumlah
Tabel 4.6
Distribusi Jawaban Responden Level Top Management
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa secara keseluruhan responden level top
strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Dari
1224 total jumlah jawaban terhadap 51 item pernyataan yang dijawab oleh 24
responden, sebagian besar responden menyatakan setuju (66,26%) dan sangat setuju
responden.
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban Responden Level Middle Management
Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa secara keseluruhan responden level middle
strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Dari
1581 total jumlah jawaban terhadap 51 item pernyataan yang dijawab oleh 31
responden, sebagian besar responden menyatakan setuju (59,27%) dan sangat setuju
responden.
4.2.2.3. Responden level lower management
Tabel 4.8
Distribusi Jawaban Responden Level Lower Management
Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa secara keseluruhan responden level lower
strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Dari
1479 total jumlah jawaban terhadap 51 item pernyataan yang dijawab oleh 29
responden, sebagian besar responden menyatakan setuju (51,59%) dan sangat setuju
responden.
Tabel 4.9
Distribusi Jawaban Responden dengan Bidang Studi Pendidikan
Psikologi/Sosiologi
Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa responden dengan bidang studi pendidikan
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian.
Dari 255 total jumlah jawaban terhadap 51 item pernyataan yang dijawab oleh 5
responden, sebagian besar responden menyatakan setuju (59,61%) dan sangat setuju
responden.
4.2.3.2. Responden dengan bidang studi pendidikan Hukum/Kriminologi
Tabel 4.10
Distribusi Jawaban Responden dengan Bidang Studi Pendidikan
Hukum/Kriminologi
Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa responden dengan bidang studi pendidikan
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian.
Dari 408 total jumlah jawaban terhadap 51 item pernyataan yang dijawab oleh 8
responden, sebagian besar responden menyatakan setuju (52,45%) dan sangat setuju
Tabel 4.11
Distribusi Jawaban Responden dengan Bidang Studi Pendidikan Ekonomi
Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa secara keseluruhan responden dengan bidang
audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi
pembelian. Dari 2295 total jumlah jawaban terhadap 51 item pernyataan yang
Tabel 4.12.
Tabel 4.12
Distribusi Jawaban Responden dengan Bidang Studi Pendidikan Selain
Psikologi/Sosiologi, Hukum/Kriminologi dan Ekonomi
Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa secara keseluruhan responden dengan bidang
studi pendidikan lainnya diluar ketiga kelompok yang sudah disebutkan seperti
Negara mempunyai persepsi yang positif terhadap management audit sebagai strategi
untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian. Dari 1326 total
sebagian besar responden menyatakan setuju (60,71%) dan sangat setuju (20,14%).
ini dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan
untuk mengukur variabel yang akan diteliti agar hasil penelitian yang diperoleh
pernyataan tersebut mampu mengukur apa yang hendaknya diukur dan mampu
korelasi antara komponen-komponen konstruk yang satu dengan yang lainnya, maka
Secara sederhana, hasil uji validitas disajkan dalam Tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas (Korelasi produk momen Pearson)
r-kritis
Item Koefisien
No Determinan (taraf Ket.
Pertanyaan Korelasi
sig.5%)
1 Pemahaman tentang
1 – 16 0.305-0.557 0.2172 Valid
kosep management audit
2 Pemahaman tentang 17 – 26,
0.231-0.581 0.2172 Valid
kecurangan 28-29
3 Pemahaman mengenai
30 - 40 0.289-0.598 0.2172 Valid
fungsi pembelian
4 Management audit dan
kecurangan pada fungsi 41 - 51 0.322-0.683 0.2172 Valid
pembelian
Sumber : Data primer diolah
dengan tingkat signifikansi 5%. Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus
dibandingkan dengan angka kritik Tabel korelasi nilai –r yang bisa dilihat pada
program SPSS versi 12, hasil lengkapnya bisa dilihat pada lampiran.
orang, diperoleh angka kritis r-tabel adalah 0,2172 pada Df = 82. Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa secara keseluruhan dari 51 item pernyataan sebanyak 50 item
selanjutnya tidak ikut diuji karena dinyatakan tidak valid setelah melalui uji validitas,
kaarena angka korelasi yang diperoleh dibawah angka kritis r-tabel, yaitu 0,153. Isi
item pernyataan no. 27 adalah manajemen atau karyawan mungkin didorong atau
digunakan. Uji reliabilitas dilakukan hanya untuk pernyataan yang dinyatakan valid
Cronbach’s Alpha. Pengolahan data untuk uji reliabilitas ini menggunakan program
SPSS versi 12. Teknik Cronbach’s Alpha merupakan pengukuran reliabilitas dengan
ini peneliti hanya perlu melakukan sekali pengujian terhadap skor jawaban responden
yang duji tersebut dinyatakan reliabel dengan koefisien alpha 0,928 karena nilainya
diatas nilai batas untuk reliabilitas yang dapat diterima. Meskipun bukan merupakan
standar mutlak, nilai batas yang umumnya digunakan untuk reliabilitas yang bisa
diterima adalah 0,70. Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.3.2. Analisis Data
Setelah data dinyatakan valid dan reliabel maka data dapat dianalisa untuk
Dalam penelitian ini ada tiga variabel independen yang dianggap peneliti
perusahaan, bidang studi pendidikan dan level manajemen. Metode pengujian yamg
digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non parametik U-Mann Whitney
dan Kruskal Wallis. Uji U-Mann Whitney digunakan untuk menganalisa perbedaan
antara dua kelompok, sedangkan uji Kruskal Wallis digunakan untuk menguji
perbedaan lebih dari dua kelompok responden. Pengolahan data untuk menguji
pernyataan dalam kuesioner dan secara agregat terhadap keseluruhan item pernyataan
dalam kuesioner. Dengan demikian, terdapat lima sub hipotesis pada tiap-tiap
kepemilikan perusahaan
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan persepsi manajemen dilihat dari kepemilikan
Deskripsi secara ringkas hasil pengujian untuk tiap determinan disajikan dalam
Tabel 4.14, sedangkan hasil pengujian secara agregat disajikan dalam Tabel 4.15.
Tabel 4.14
Hasil Uji U-Mann Whitney Persepsi Manajemen Ditinjau dari Kepemilikan
Perusahaan Pada Tiap Determinan
Mean Rank Uji Statistik
Determinan Mann Sig. (2
BUMN/D BUMS Z_Score
Whitney tailed)
Pemahaman tentang
konsep management 46.49 39.51 720.500 -1.301 0.193
audit
Pemahaman tentang
43.75 41.56 819.000 -0.408 0.683
kecurangan
Pemahaman mengenai
40.47 44.02 791.000 -0.663 0.508
fungsi pembelian
Management audit dan
kecurangan pada fungsi 47.75 38.56 675.000 -1.718 0.086
pembelian
Sumber : Data primer diolah
Tabel 4.15
Hasil Uji U-Mann Whitney Persepsi Manajemen Ditinjau dari Kepemilikan
Perusahaan Secara Agregat
3. Uji Statistik
sebesar 720,500 dan hasil uji Z sebesar -1,302. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel
masing lebih besar dari 10, maka kita bisa menggunakan hasil uji Z (Clave,
2001).
5. Dengan menggunakan tingkat signifikansi pengujian 0,05, maka nilai tabel Zα/2 =
Kesimpulan: karena |Z hitung | = 1,302 < Z0,025 = 1,96, maka belum cukup bukti
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
3. Uji Statistik
Dengan menggunakan program SPSS 12 diperoleh hasil uji U-Mann Whitney
sebesar 819,000 dan hasil uji Z sebesar -0,408. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel
4.14.
5. Dengan menggunakan tingkat signifikansi pengujian 0,05, maka nilai tabel Zα/2 =
Kesimpulan: karena |Z hitung| = 0,408 < Z0,025 = 1,96, maka belum cukup bukti
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
3. Uji Statistik
sebesar 791,000 dan hasil uji Z sebesar -0,663. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel
4.14.
5. Dengan menggunakan tingkat signifikansi pengujian 0,05, maka nilai tabel Zα/2 =
Kesimpulan: karena |Z hitung| = 0,663 < Z0,025 = 1,96, maka belum cukup bukti
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
pembelian
3. Uji Statistik
sebesar 675,000 dan hasil uji Z sebesar -1,718. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel
4.14.
5. Dengan menggunakan tingkat signifikansi pengujian 0,05, maka nilai tabel Zα/2 =
Kesimpulan: karena |Z hitung| = 1,718 < Z0,025 = 1,96, maka belum cukup bukti
3. Uji Statistik
sebesar 764,00 dan hasil uji Z sebesar -0,904. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel
4.15.
Kesimpulan: karena |Z hitung| = 0,904 < Z0,025 = 1,96, maka belum cukup bukti
strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian, maka
mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari level
manajemen
kedalam tiga kelompok, yaitu responden dengan level manajemen top management,
middle management dan lower management. Alat uji yang digunakan untuk
disajikan dalam Tabel 4.16 dan secara agregat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.16
Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari Level Manajemen
Pada Tiap Determinan
Mean Rank Kruskal Wallis
Determinan Chi-
Top Middle Lower Sig.
Square
Pemahaman tentang konsep
41.60 45.40 40.14 0.748 0.688
management audit
Pemahaman tentang kecurangan 37.98 42.29 46.47 1.601 0.449
Pemahaman mengenai fungsi
38.21 44.34 44.09 1.051 0.591
pembelian
Management audit dan kecurangan
37.10 43.85 45.52 1.733 0.420
pada fungsi pembelian
Sumber : Data primer diolah
Tabel 4.17
Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari Level Manajemen
Secara Agregat
Mean Rank Kruskal Wallis
Top Middle Lower Chi-Square Sig.
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 0,748. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.16.
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,2)) adalah 5,991. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 0,748 < χ2(0,05,2)= 5,991 maka belum cukup bukti untuk
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 1,601. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.16.
α = 0,05
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 1,601 < χ2(0,05,2)= 5,991 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 1,051. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.16.
b. Nilai kritis H berdasar tabel Chi-Square (χ2), dimana:
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,2)) adalah 5,991. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 1,051 < χ2(0,05,2)= 5,991 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
pembelian
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 1,733. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.16.
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,2)) adalah 5,991. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 1,733 < χ2(0,05,2)= 5,991 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 1,177. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.17.
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,2)) adalah 5,991. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 1,177 < χ2(0,05,2)= 5,991 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari level manajemen secara
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian.
bidang studi pendidikan lainnya. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui
Deskripsi secara ringkas hasil pengujian untuk tiap-tiap determinan disajikan dalam
Tabel 4.18 sedangkan hasil pengujian untuk item-item pertanyaan secara agregat
Tabel 4.18
Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari Latar Belakang
Bidang Studi Pendidikan Pada Tiap Determinan
Mean Rank Kruskal Wallis
Determinan Psikologi/ Hukum/ Lain- Chi-
Ekonomi Sig.
Sosiologi Kriminologi lain Square
Pemahaman tentang
konsep management 45.40 41.38 45.18 37.65 1.667 0.644
audit
Pemahaman tentang
39.10 45.44 44.72 38.40 1.326 0.723
kecurangan
Pemahaman mengenai
46.40 39.75 46.20 36.19 3.029 0.387
fungsi pembelian
Management audit dan
kecurangan pada 43.80 31.63 47.51 36.92 4.918 0.178
fungsi pembelian
Sumber : Data primer diolah
Tabel 4.19
Hasil Uji Kruskal Wallis Persepsi Manajemen Ditinjau dari Latar Belakang
Bidang Studi Pendidikan Secara Agregat
Mean Rank Kruskal Wallis
Psikologi/ Hukum/
Ekonomi Lain-lain Chi-Square Sig.
Sosiologi Kriminologi
40.30 39.44 46.71 36.58 3.045 0.385
Sumber : Data primer diolah
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 1,667. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.18.
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,3)) adalah 7,815. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 1,667 < χ2(0,05,)= 7,815 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari bidang studi pendidikan
3. Uji Statistik
a. Dengan menggunakan program SPSS 12 diperoleh hasil uji Kruskal Wallis
nilai H sebesar 1,326. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.18.
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,2)) adalah 7,815. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 1,326 < χ2(0,05,3)= 7,815 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari bidang studi terhadap
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 3,029. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.18.
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,3)) adalah 7,815. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 3,029 < χ2(0,05,3)= 7,815 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari bidang studi pendidikan
pembelian
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 4,918. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.18.
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,3)) adalah 7,815. Tabel bisa dilihat
pada Lampiran 4.
5. Kesimpulan: karena H = 4,918 < χ2(0,05,3)= 7,815 maka belum cukup bukti untuk
mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari bidang studi pendidikan
3. Uji Statistik
nilai H sebesar 3,045. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel 4.19.
α = 0,05
Jadi, nilai kritis H berdasar tabel (χ2 (0,05,3)) adalah 7,815. Tabel bisa dilihat
pada lampiran.
4. Aturan pengambilan keputusan: tolak Ho bila H > χ2(0,05,3)
5. Kesimpulan: karena H = 3,045 < χ2(0,05,3)= 7,815 maka belum cukup bukti untuk
Dengan demikian dari hasil uji hipotesis tidak terdapat perbedaan persepsi
mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian ditinjau dari bidang studi pendidikan
ditinjau dari bidang studi pendidikan tidak terdapat perbedaan persepsi manajemen
4.4. Pembahasan
cenderung homogen.
Dilihat dari rata-rata peringkat (mean rank) pada Tabel 4.14, terlihat bahwa
dengan BUMS yaitu 39,51. Begitu pula terhadap determinan management audit dan
kecurangan pada fungsi pembelian yaitu 47,75 untuk BUMN/BUMD dan 38,56 untuk
relatif kecil, yaitu 43,75 untuk BUMN/BUMD dan 41,56 untuk BUMS. Sedangkan
dibandingkan BUMS yaitu 45,28 untuk BUMN/BUMD dan 40,42 untuk BUMS.
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian
dilihat dari kepemilikan perusahaan. Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 memperlihatkan
audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi
management audit dibandingkan BUMS. Tampak pada Tabel 4.3 bahwa 76,90% dari
audit diperusahaannya dan hanya 40,91% BUMS yang menjadi sampel pernah
audit, pelaporan evaluasi kinerja, pemeriksaan pinjaman luar negeri dan pemeriksaan
management audit, misalnya terhadap kegiatan atau segmen yang tidak mencapai
sasaran atau secara potensial telah menyebabkan kerugian atau masih dapat
perbedaan tersebut tidak signifikan. Hal ini berbeda dengan audit keuangan yang rata-
rata dilakukan oleh sebagian besar BUMN/BUMD (92,30%) dan BUMS (86,36%).
Audit keuangan banyak dilakukan karena memang merupakan ketentuan bank dalam
dalam anggaran dasar, serta diperlukan dalam rencana kerja sama, pemberian lisensi,
BUMS sesuai dengan teori persepsi Robbins (2003:160) yang mengatakan bahwa
pengalaman masa lalu pelaku persepsi merupakan salah satu faktor yang
Akan tetapi Daft (2003) mengatakan bahwa karakteristik dari stimuli itu
sendiri juga akan mempengaruhi proses perceptual selectivity. Orang biasanya akan
fokus pada stimuli yang memenuhi kebutuhan mereka dan konsisten dengan sikap,
nilai dan personaliti mereka. Dengan demikian, persepsi manajemen BUMN/BUMD
dan BUMS yang cenderung homogen dan positif terhadap management audit dimana
management audit itu sendiri yang mungkin sesuai dengan kebutuhan dan konsisten
melaksanakan atau bahkan belum pernah mendengar tentang management audit, akan
tetapi dari proposal penelitian dan kuesioner yang diajukan serta dari tanya jawab
singkat yang dilakukan dengan peneliti responden bisa memperoleh gambaran umum
respon yang positif terhadap management audit untuk mencegah dan mendeteksi
mempunyai persepsi yang positif dan cenderung homogen. Lebih banyaknya jumlah
ditinjau dari level manajemen, baik untuk tiap-tiap determinan pernyataan maupun
dilihat dari level manajemen, baik top management, middle management maupun
Dilihat dari rata-rata peringkat (mean rank) pada Tabel 4.16, terlihat bahwa
management memiliki rata-rata peringkat yang lebih tinggi yaitu 44,34 dibandingkan
lebih tinggi yaitu 46,47 dibandingkan top management (37,98) dan middle
kecurangan pada fungsi pembelian, rata-rata peringkat lower management juga lebih
tinggi, yaitu 45,52 dibandingkan top management (37,10) dan middle management
(43,85).
tampak bahwa middle management memiliki rata-rata peringkat yang lebih tinggi
yaitu 44,34 meskipun perbedaannya sangat tipis dengan lower management (44,31).
Secara agregat, top management memiliki rata-rata peringkat paling kecil yaitu 37,94.
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian
dilihat dari level manajemen. Tabel 4.16 dan Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa
meskipun sangat kecil, terdapat perbedaan persepsi dilihat dari rata-rata peringkat
yang dihasilkan. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak signifikan setelah diuji secara
manajer bertanggung jawab terhadap departemen yang berbeda, bekerja pada level
hierarki yang berbeda, dan permintaan yang berbeda dalam mencapai kinerja yang
tinggi. Hal tersebut mengakibatkan perbedaan persepsi manajemen ditinjau dari level
Karena perbedaan rata-rata peringkatnya sangat kecil, yaitu 44,34 untuk middle
management dan 44,31 untuk lower management maka bisa dikatakan bahwa middle
management dan lower management memiliki persepsi yang relatif sama dan lebih
Dari teori kita mengetahui bahwa salah satu tujuan management audit
menurut Agoes (1996:173) adalah untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top
yang penting khususnya bagi mereka yang memegang tanggung jawab utama.
yang lebih positif. Lingkup management audit pada penelitian ini dibatasi pada fungsi
permasalahan dan mengetahui strategi yang tepat untuk mengatasinya dalam hal ini
kecurangan pada fungsi pembelian, sehingga mereka memiliki persepsi yang lebih
positif bahwa management audit memang bisa digunakan untuk mencegah dan
Meskipun dilihat dari rata-rata peringkat terdapat perbedaan, akan tetapi dari
uji statistik Kruskal Wallis tidak terdapat perbedaan persepsi manajemen yang
terhadap berbagai kebutuhan yang saling bertentangan agar sejalan dengan visi dan
misi serta sasaran yang ingin dicapai perusahaan. Dengan demikian, apapun level
ditinjau dari latar belakang bidang studi pendidikan, baik untuk tiap-tiap determinan
peringkat yang lebih tinggi untuk determinan pemahaman akan fungsi pembelian,
responden bidang studi pendidikan Ekonomi mempunyai persepsi yang lebih positif
Dilihat secara agregat dari Tabel 4.19, yaitu terhadap keseluruhan item
audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi
yang lebih positif karena memiliki rata-rata peringkat yang paling tinggi yaitu 46,71
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian
dilihat dari bidang studi pendidikan manajemen. Tabel 4.18 dan Tabel 4.19
dari rata-rata peringkat yang dihasilkan. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak
signifikan setelah diuji secara statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.
mereka harus menghadapi karyawan dan calon karyawan dari berbagai latar
ini memegang posisi yang berkaitan dengan pembelian, pemasaran dan pengadaan
fungsi pembelian, karena kedua bagian ini memang saling berhubungan. Seorang
staff purchasing dalam sebuah perusahaan akan banyak berhubungan dengan bagian
Secara langsung atau tidak langsung kecurangan akan merugikan pihak lain. Dalam
lain-lain) perlu dilindungi karena kepentingan tersebut kerap kali diancam atau
dilanggar oleh pihak lain sehingga hukum perlu mengamankannya dan bila perlu
dengan paksa.
paling tinggi untuk determinan management audit dan kecurangan pada fungsi
pembelian. Begitu pula apabila dilihat secara agregat, yaitu terhadap keseluruhan
audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi
pembelian. Hal ini karena sebagian besar responden dengan bidang studi Ekonomi
bidang studi pendidikan ekonomi lebih familiar dengan masalah auditing dalam hal
ini management audit terutama karena sebagian besar spesialisasi responden bidang
sesuatu yang familiar dengan mereka. Karena responden bidang studi Ekonomi lebih
familiar dengan masalah management audit dan bagaimana management audit bisa
digunakan untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian, maka
mereka mempunyai persepsi yang lebih positif. Disamping itu, orang juga akan fokus
terhadap stimuli yang memenuhi kebutuhan mereka serta konsisten dengan sikap,
nilai dan personaliti mereka. Bidang studi yang diambil seseorang di bangku kuliah
akan membentuk sikap, nilai dan personaliti seseorang yang akan mempengaruhinya
bidang studi pendidikan, nilainya sangat kecil dan tidak signifikan. Sehingga setelah
manajemen ditinjau dari bidang studi pendidikan. Persepsi manajemen bidang studi
menempati departemen yang sesuai dengan bidang studi pendidikan yang diambilnya,
sehingga persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan responden saat ini.
BAB V
5.1. Simpulan
menggunakan uji U-Mann Whitney. Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan
bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi manajemen yang signifikan ditinjau dari
memiliki persepsi yang positif dan cenderung homogen terhadap management audit
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian.
Persepsi manajemen ditinjau dari level manajemen dilakukan dengan
menggunakan uji Kruskal Wallis. Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan persepsi manajemen yang signifikan ditinjau dari level
persepsi yang positif dan cenderung homogen terhadap management audit sebagai
menggunakan uji Kruskal Wallis. Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan persepsi manajemen yang signifikan ditinjau dari bidang
Ekonomi dan lainnya memiliki persepsi yang positif dan cenderung homogen
Dengan demikian, dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa ditinjau
Timur terhadap management audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan pada fungsi pembelian. Meskipun terdapat perbedaan dilihat dari rata-rata
5.2. Saran
Dalam penelitian ini, hipotesa peneliti bahwa terdapat perbedaan persepsi
sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan pada fungsi pembelian
singkat sehingga peneliti hanya bisa mencapai responden yang lokasinya tidak terlalu
jauh. Tiga kota yang dijadikan sampel yaitu Surabaya, Gresik dan Sidoarjo memang
penelitian karena banyaknya kota dan kabupaten yang termasuk dalam wilayah
pertanyaan tertutup, diukur dengan menggunakan teknik skala Likert dan data yang
digunakan adalah data ordinal. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya juga
menggunakan teknik wawancara tatap muka agar bisa memperoleh jawaban yang
BUMS terhadap management audit sebagai strategi untuk mencegah dan mendeteksi
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Soekrisno. 1996. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh KAP. Jakarta: LP-
FEUI.
Assauri, Sofyan. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta: LP-
FEUI.
Bastian, Indra. 2003. Audit Sektor Publik. Jakarta: Visi Global Media.
Baswir, Revrisond. 2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Boynton, William C. and Walter G. Kell. 1996. Modern Auditing. Sixth Edition.
Canada: John Wiley & Sons.
Burrowes, Ashley and Marie Persson. 2000. The Swedish Management Audit: a
Precedent for Performance and Value for Money Audits. Managerial Auditing
Journal. (15/3): 85-96.
David, Fred. R. 2005. Strategic Management. Tenth Edition. 2005. New Jersey:
Prentice Hall.
Halim, Abdul. 2001. Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi Kedua
(Revisi). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Karni, Soejono. 2000. Auditing: Audit Khusus dan Audit Forensik Dalam Praktik.
Jakarta: LP-FEUI.
Lewis, Pamela S., Stephen H. Goodman and Patricia M. Fandt. 2004. Management:
Challenges for Tomorrow Leaders. Fourth Edition. Ohio: Thomson South-
Western.
Plunket, Warren R., Raymond F. Attner, and Gemmy S. Allen. 2005. Management:
Meeting and Exceeding Customer Expectations. Eighth Edition. USA: Thomson
South-Western.
Pranasari, Kiki dan Adrianus Meliala (Ed.). 1991. Praktek Pemberian Keterangan
yang Tidak Benar (Fraudulent Misrepresentation): suatu modus penyimpangan
ekonomi. Jakarta: UI-Press.
Ramanathan, A.R. 1990. Cost and Management Audit. New Delhi: Tata McGraw-
Hill.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Silalahi, Gabriel Amin. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo:
Citramedia.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Ed.).1995. Metode Penelitian Survai. Edisi
Revisi. Jakarta: LP3ES.
Sjamsuddin, Sjarfin. 1995. Pengendalian dan Pengawasan pada Era Globalisasi.
Himpunan Makalah : Rapat Koordinasi BPKP dan Direksi BUMN/BUMD serta
Munas FK-SPI BUMN/BUMD ke V. Jakarta.
Solomon, Jill and Aris Solomon. 2004. Corporate Governance and Accountability.
England: John Wiley & Sons.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Whittington, O. Ray and Kurt Pany. 2001. Principles of Auditing and Other
Assurances Services. Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Zuhroh, Diana. 2001. Audit Manajemen Kereta Api. Media Akuntansi. Edisi 22
(November-Desember), p: 17-19