Anda di halaman 1dari 22

BUKU LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK HEWAN

NAMA : Dian Apriana Sari


NIM : G1A019022
Kelas / : B1 (Kelompok 2)
Kelompok
CO - ASS : Mawaddah Shihab

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2021
ACARA 1
PEMBUATAN SEDIAAN SUPRAVITAL

Tujuan Praktikum :
1. Melihat bentuk sel hidup (bentuk sel epitel dinding pipi bagian dalam yang pipih)
2. Melihat bagian-bagian sel hidup seperti membrane sel, sitoplasma, nucleus dan organela sel.
3. Melihat miktokondria (jika memungkinkan)

Alat dan Bahan :


1. Alat tulis dan dokumentasi
2. Alkohol 70%
3. Cotton bud / stik es krim
4. Kaca benda
5. Kaca penutup
6. Metilen biru
7. Pipet tetes
8. Tissue

Prosedur Kerja :
1. Berkumurlah dengan air sebelum mengambil cuplikan sampel. Kegiatan ini bertujuan untuk
menghilangkan kotoran yang menempel di dinding pipi di dalam mulut sehingga tidak
mengganggu proses pengamatan.
2. Keroklah dinding pipi bagian dalam secara perlahan dengan cotton bud atau stik es krim yang
telah dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%. Pengerokan dilakukan perlahan tetapi
mantap sehingga sejumlah sel dinding pipi bagian dalam dapat terambil.
3. Letakkan hasil kerokan diatas kaca benda lalu tetesi dengan metilen biru. Homogenkan / aduk
sebentar dengan stik es krim lalu tutup dengan kaca penutup.
4. Buatlah hasil kerokan yang tidak ditetesi dengan metilen biru sebagai pembanding antara yang
diberi pewarna dan tidak.
5. Amati hasil sediaan dibawah mikroskop. Mulailah dari perbesaran lemah lalu semakin kuat
dan setiap hasil pengamatan di dokumentasikan.
6. Berikan keterangan gambar pada saat menyusun laporan
Hasil :
A. Tanpa Pewarna
1. Hasil preparat yang dibuat
Keterangan :
Tidak ada perlakuan pewarnaan,
kondisinya tidak rusak, tetapi tidak
terlihat dengan jelas karena
transparan.

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Keterangan :
b a a. Membran sel
c
b. Sitoplasma
c. Inti sel

3. Hasil dalam perbesaran 10x10


Keterangan :
a. Membrane sel
b. Sitoplasma
a c. Inti sel

c
4. Hasil dalam perbesaran 40x10
Keterangan :
a. Membrn sel
a b c d b. Organel sel
c. Sitoplsma
d. Inti sel

B. Dengan Pewarna
1. Hasil preparat yang dibuat
Keterangan :
Preparat diberi perlakuan pewarnaan
dengan metilen biru, kondisi preparat
setelah diwarnai tetap bagus atau tidak
rusak.

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Keterangan :
a b
a. Kumpulan sel-sel
epitel pipi
b. Sel yang terpisah
dari sel lainnya
3. Hasil dalam perbesaran 10x10
Keterangan :
c b a a. Membran sel
b. Inti sel
c. Sitoplasma

4. Hasil dalam perbesaran 40x10


Keterangan :
a. Membrane sel
b. Organel sel
a c. Sitoplasma
b c d. Inti sel
d

Diskusi dan pembahasan


Methylene blue yang memiliki rumus kimia C16H18ClN3S, adalah senyawa hidrokarbon
aromatik yang beracun dan merupakan zat warna kationik dengan daya adsorpsi yang sangat kuat.
Pada umumnya methylene blue digunakan sebagai pewarna sutra, wool, tekstil, kertas, peralatan
kantor dan kosmetik. Senyawa ini berupa kristal berwarna hijau gelap. Ketika dilarutkan,
methylene blue dalam air atau alkohol akan menghasilkan larutan berwarna biru.Methylene blue
memiliki berat molekul 319,86 gr/mol, dengan titik lebur di 105°C dan daya larut sebesar 4,36 x
104 mg/L. Dalam penelitian, metilen biru berfungsi untuk mewarnai sel-sel yang diamati melalui
mikroskop.Metilen biru tidak beracun, sehingga aman digunakan. Secara fisik, metilen biru
memberi warna pada sel, namun secara kimia tidak menggangu metabolisme dalam sel, sehingga
pengamatan tetap akurat. Selain itu, metilen biru bisa menjadi indikator adanya kehidupan dalam
sel. Jika warnanya berangsur-angsur memudar, maka sel yang diamati masih hidup dan
menghasilkan enzim yang menguraikan metilen biru. Jika warnanya tetap biru, berarti sel yang
diamati sudah mati. Dalam literatur lain, metilen biru berfungsi untuk Identifikasi Kerusakan DNA
Spermatozoa Ternak. Methylene blue (MB) dapat bekerja dengan baik pada membran sel karena
bersifat basa alkalin (komponen kromofiknya bermuatan positif), sedangkan sitoplasma sel
spermatozoa bersifat basofilik (suka terhadap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara
komponen kromofor pada pewarna dengan sel spermatozoa. Hal tersebut menyebabkan sel
spermatozoa dapat menyerap pewarna dengan sel spermatozoa (Prabowo, 2016).
Pada pembuatan sediaan supravital dibuat 2 sediaan yang berbeda, dimana sediaan yang
satu diberi pewarna menggunakan metilen blue, sedangkan sediaan lainnya tidak diberi warna.
Hasil yang didapatkan berbeda, sediaan yang diberi pewarna etilen biru lebih mudah
diidentifikasikan bagian-bagian sel yang diamati. Saat menggunakan metilen biru, warna sel
menjadi biru dengan keberadaan inti memiliki warna biru yang gelap sedangkan untuk
sitoplasmanya memiliki warna biru yang lebih muda. Selain itu, jika ada kotoran pada apusan
maka ia juga akan berwarna biru tua seperti inti sel. Oleh karena itu, apusan harus dalam keadaan
bersih dengan memperhatikan kebersihan kaca benda serta alat lain yang digunakan, karena
kesalahan identifikasi mengakibatkan kesalahan dalam pelaporan serta informasi yang didapatkan.
Selain itu, bisa juga terjadi kesalahan dengan mengira kotoran sebagai salah satu organel sel. Pada
sediaan tanpa pewarna lebih sulit diidentifikasi karena warna inti, sitoplasma, dan lain yang
teramati memiliki warna yang mirip dan bahkan sama. Selain itu, sediaan terlihat lebih pudar dan
inti sel serta organel lainnya tidak terlihat jelas.
Bagian-bagian sel yang berhasil diamati:
Sel yang tidak diwarnai perbesaran 40 x 10

Keterangan :
a b c d e. Membrn sel
f. Organel-organel sel
g. Sitoplsma
h. Inti sel
Sel yang diwarnai perbesaran 40 x 10
Keterangan :
a. Membrane sel
b. Organel-organel sel
a c. Sitoplasma
b c d. Inti sel
d

Gambar pembanding

Keterangan:
a a. Membrane sel
b. Orgnel sel
c. Sitoplasma
b d. Inti sel

Pada gambar pembanding terlihat jelas organel-organel selnya, sedangkan pada hasil pengamatan
organel-organel selnya tidak terlalu jelas/samar-samar. Selain itu warna dari sel pembanding lebih
jelas dan tajam dibandingkan dengan hasil pengamatan yang warnnya berbeda dan kurang tajam.
Namun dari hasil pengamatan dan gambar pembanding, semua bagian sel bias teramati, meskipun
sulit membedakan mana organel mitokondria, reticulum endoplasa, dan lainnya.
ACARA 2
PEMBUATAN SEDIAAN APUSAN DARAH

Tujuan Praktikum :
1. Melatih keterampilan membuat apusan darah diatas kaca benda.
2. Mengamati sediaan apusan darah dan membedakan serta menyebutkan komponennya
(eritrosit, trombosit dan berbagai jenis leukosit).

Alat dan Bahan :


1. Alat tulis dan dokumentasi
2. Alkohol 70%
3. Botol penyemprot
4. Giemsa 10%
5. Kaca benda
6. Kertas label
7. Metanol
8. Nampan plastic
9. Pipet tetes
10. Spuit injeksi 3 mL
11. Staining jar
12. Tissue
13. Vacubat ber EDTA

Prosedur Kerja :
1. Darah diambil dari probandus laki-laki dan perempuan oleh tenaga ahli
2. Masing-masing praktikan mengambil 2 buah kaca benda yang dicuci bersih dan dikeringkan
atau diusap dengan alkohol 70%.
3. Teteskan sedikit darah pada salah satu ujung kaca benda.
4. Dengan bantuan kaca benda yang lain buatlah apusan setipis mungkin dengan cara :
- Letakkan kaca benda di depan tetesan darah, posisikan dengan membentuk sudut 30 – 40º.
- Tarik ke belakang kaca benda kedua sehingga menempel pada tetesan darah.
- Biarkan darah menyebar ke tepi kaca benda lalu dorong kaca benda ke depan dengan
kecepatan yang stabil hingga membentuk apusan tipis, rata dan berbentuk seperti lidah.
5. Apusan kemudian dikering-anginkan lalu difiksasi dengan merendamnya dalam methanol di
staining jar selama 5 menit.
6. Angkat dan kering-anginkan
7. Tetesi apusan dengan pewarna giemsa hingga tertutup rata dan diamkan sekitar 15 – 20 menit
8. Bilas di air mengalir atau semprotkan aquadest dengan botol penyemprot secara perlahan
sampai seluruh pewarna hilang.
9. Kering-anginkan apusan
10. Amati dibawah mikroskop, mulailah dari perbesaran lemah sampai ke perbesaran 40x10.
Dokumentasikan hasil pengamatan disetiap perbesaran.
11. Catat dan beri keterangan jenis sel-sel darah yang berhasil diamati

Hasil :
A. Laki-laki
1. Hasil preparat yang dibuat
Keterangan :
Preparat yang diamati sebelumnya diberi
perlakuan pewarnaan, yaitu pewarna
giemsa. Setelah diwarnai dengan pewarna
giemsa, kondisi preparat bagus dan setelah
dibilas dengan aquades kondisinya juga
tetap bagus. Selama pembuatan preparat
sedikit ada kendala saat memubuat apusan
darah karena hasil yang didapat terlalu
tebal, sehingga perlu pengulangan
sebanyak 2 kali.

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Keterangan :
a. Plasma darah
a b b. Eritrosit
3. Hasil dalam perbesaran 10x10
Keterangan :
a. Plasma darah
b. Leukosit
c. Eritrosit

4. Hasil dalam perbesaran 40x10


Keterangan :
a. Neutophil
b. Eosinophil
b a
c. Eritrosit
i d. Basophil
e. Neutrophil
f. Myeloblast
g. monosit
h. Keping darah
i. Plasma darah

d
g h

f c
e
Hasil :
B. Perempuan
1. Hasil preparat yang dibuat
Keterangan :
Preparat yang diamati sebelumnya diberi
perlakuan pewarnaan, yaitu pewarna giemsa.
Setelah diwarnai dengan pewarna giemsa,
kondisi preparat masih bagus, namun setelah
dibilas dengan aquades kondisinya rusak
pada bagian tengah. Hal ini disebabkan
karena penetesan aquades terlalu deras.

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Keterangan :
a a. Kumpuln
b eritrosit
b. Plasma darah
(jarak antar
eritrosit)
3. Hasil dalam perbesaran 10x10
Keterangan :
a. Plasma darah
b. Eritrosit

4. Hasil dalam perbesaran 40x10


Keterangan :
a
d a. Plasma darah
b
c b. Neutrophil
c. Neutrophil
d. Eritrosit
e. Neutrophil
f. Bhasopil
g. Keeping darah
e f g

Hasil : Tikus
1. Hasil preparat yang dibuat
Keterangan :
Preparat yang diamati sebelumnya diberi
perlakuan pewarnaan, yaitu pewarna giemsa.
Setelah diwarnai dengan pewarna giemsa,
kondisi preparat bagus dan setelah dibilas
dengan aquades kondisinya juga tetap bagus.
Selama pembuatan preparat tidak ada
kendala, berjalan lancer sesuai petunjuk
kerja

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Keterangan :
a. Kumpulan eritrosit
a
3. Hasil dalam perbesaran 10x10
Keterangan :
c b a a. Plasma darah
b. Leukosit
c. Eritrosit

4. Hasil dalam perbesaran 40x10

Keterangan :
a. Eritrosit
b. Plasma darah
c. Leukosit
b a

Diskusi dan pembahasan


Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk pemeriksaan
mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malariayaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan
ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik. dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria
dan juga parasit jenis lainnya. (Jason and Frances, 2010). Dasar dari pewarnaan Giemsa adalah
presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan
di dalam metanol. Yaitu dua zat warna yang berbeda , Azur B ( Trimetiltionin ) yang bersifat basa
dan eosin y (tetrabromoflurescin). Azur B (Trimetiltionin) akan mewarnai komponen yang bersifat
asam seperti kromatin, DNA dan RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang
bersifat basa seperti granula, eosinofili dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada azur B yang
beragregasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek
Romanowskygiemsa. Efek ini terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak terjadi pada RNA
sehingga akan menimbulkan kontras antara inti yangberwarna dengan sitoplasma yang berwarna
biru. ( Arjatmo Tjokronegoro, 1996).
Pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih
jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan inibanyak
dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-
parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Pewarna Giemsa juga banyak digunakan di
laboratorium klinis untuk apusan hematologi, sampel sumsum tulang, dan bagian jaringan. Teknik
giemsa sangat berguna untuk biologi karena memungkinkan pengamatan struktur tertentu seperti
dapat menodai sitoplasma, nucleus, nucleolus, vakuola, dan butiran sel, yang mampu membedakan
jejak halus kromatin. Selain itu, dapat juga dignunakan untuk mengidentifikasikan sel-sel yang
belum matang, mendeteksi hemoparasit, dan juga dapat mempelajari mitosol.
Kesulitan yang dihadapi saat melakukan praktikum apusan darah yaitu saat pendorongan
kaca benda agar darahnya tersebar secara tipis dan merata pada kaca benda alas. Hal ini sulit
dilakukan karena kurangnya pengalaman praktikan, pegangan pada kaca benda yang tidak konstan,
tehnik pemegangan kacabenda yangkuragbaik, sertaketepatan pendorongannya yang sulit.
Kesulitan dalam mendorong apusan ini menyebabkan sampai terjadi lebih dari tiga kali
pengulangan. Ketepatan sudut kaca perlu diperhatikan agar darah tersebar merata pada ujung slide.
Selain dari proses pendorongan, waktu pewarnaan juga perlu diperhatikan, karena ini akan
mempengaruhi hasil dar iapusan.
Untuk mengatasi masalah saat pendorongan kaca benda agar menghasilkan apusan yang
tipis dan bagus,baiknya praktikan akan terus mengulang sampai apusan yang dihasilkam tipis dan
bagus sehingga dapat diamati pada mikroskiop, dengan memperhatikan gerakan tangan serta sudut
saat mendorong juga dengan cara memahami ketepatan waktu saat mendorong. Selain itu,
kenyamanan saat mendorong pun perlu diperhatikan agar kaca benda terdorong dengan konstan
dan tidak kesana-kemari sehingga hasilnya tidak putus-putus atau tidak rata.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa hasil yang didapat cukup memuaskan,
hanya saja warna dari pewarna giemsa kurang terlihat ini disebabkan oleh pewarna yang kurang
menyerap. Pada perbesaran 4x10 kumulan sel darah terlihat belum jelas, Pada perbesaran 10 x 10
sel darah masih berkumpul rapat dan yang terlihat jelas eritrosit dan leukosit yang masih belum
terlihat jelas bentuknya, plasma darahnya juga semakin terlihat. Pada perbesaran 40 x 10 terlihat
jelas eritrosit dan beberapa jenis leukositnya terlihat jelas. Keeping darah juga terlihat bersebaran
diantara eritrosit dan leukosit. Komponen darah yang paling dominan dalam pengamatan adalah
eritrosit sesuai dengan teori bahwa terdapat sekitar 5 juta sel eritsosit dalam darah. Eritrosit yang
tampak di mikroskop berwarna bening transparan dengan bentuk bulat seperti cekungan (cakram)
pada posisi dalam (tengah) dan tidak berinti, sedangkan leukosit terlihat seperti sel yang memiliki
inti berwarna ungu. Warna ungu yang tampak pada leukosit tersebut disebabkan oleh inti leukosit
yang bersifat basa sehingga mudah menyerap zat warna Giemsa. Jenis leukosit yang dominan
dalam pengamatan yaitu limfosit. Sedangkan leukosit jenis lain yaitu tampak neutrofil, eosinofil .
Selain itu juga terlihat monosit, namun untuk trombosit dan basofil belum ditemukan pada
pengamatan ini.
ACARA 3
PEMBUATAN SEDIAAN UTUH (KUTU)

Tujuan Praktikum :
Membuat sediaan organisme atau bagian dari organisme hewan secara utuh.

Alat dan Bahan :


1. Alkohol 30%
2. Alkohol 50%
3. Alkohol 60%
4. Alkohol 70%
5. Alkohol 80%
6. Alkohol 96%
7. Entelen
8. Eppendorf
9. HCl pekat
10. Kaca arloji
11. Kaca benda
12. Kaca penutup
13. Kertas label
14. KOH 10%
15. Kuas cat air
16. Kutu
17. Metil salisilat
18. Minyak cengkeh
19. Pewarna alami
20. Pipet tetes
21. Pinset ujung runcing
22. Xilol

Prosedur Kerja :
1. Kutu dan pinjal yang diperoleh difiksasi dengan alkohol 70% minimal 2 X 24 jam.
2. Pindahkan kutu dan pinjal dari alkohol ke dalam KOH 10%. Lama perendaman dalam KOH
untuk pinjal ± 6 hari dan untuk kutu ± 1 hari. Rendam dalam tube Eppendorf atau wadah yang
bertutup rapat dan jangan lupa diberi label.
Fungsi perendaman dalam KOH adalah untuk melunakkan eksoskeleton sehingga lebih mudah
untuk dijernihkan dan diwarnai.
3. Setelah direndam dalam KOH, ambil spesimen dari KOH lalu letakkan pada gelas arloji yang
sudah berisi aquadest. Rendam selama 2 menit lalu buang aquadest dan ganti dengan aquaest
baru. Ulangi tahap pencucian ini sebanyak 3 kali.
4. Buang aquadest secara perlahan, lalu dehidrasi spesimen dengan alkohol bertingkat mulai dari
alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, dan 96% masing-masing 10 menit.
Larutan yang digunakan sebagai larutan dehidrasi sebaiknya dimulai dari yang terdekat dengan
larutan awal (dalam hal ini air), oleh sebab itu alkohol bertingkat dimulai dari 30%. Dilakukan
secara bertingkat atau bertahap agar penarikan molekul air dilakukan secara perlahan dan
bertahap sehingga sela tau jaringan tidak mengkerut.
5. Buang alkohol 96% lalu beri spesimen minyak cengkeh sampai terendam dan rendam
spesimen selama ± 15 – 30 menit atau sampai tampak jernih.
Minyak cengkeh merupakan salah satu media / larutan penjernih yang juga sekaligus memberi
kontras warna.
6. Buang minyak cengkeh lalu bilas spesimen dengan xylol beberapa kali (± 3 kali) dan rendam
spesimen dalam xylol selama 10 menit.
Pembilasan dilakukan untuk membuang kelebihan minyak cengkeh yang masih ada di
spesimen.
Perendaman dalam xilol selain membantu menjernihkan juga menjadi media perantara dengan
media penutup yaitu entellan. Entellan hanya larut dalam xilol.
7. Ambil spesimen secara hati-hati dengan kuas, letakkan diatas gelas benda, atur posisi
spesimen, dan tutup dengan entelan dan gelas penutup. Alternatif lain, teteskan entelan pada
kaca benda, lalu ambil dan letakkan spesimen pada tetesan entelan dengan hati-hati dan tutup
dengan kaca penutup.
8. Diamkan preparat selama 2 hari lalu siap diamati.

Hasil :
1. Hasil preparat yang dibuat
Keterangan :
Preparat yang diamati sebelumnya diberi
perlakuan pewarnaan, yaitu minyak
cengkeh. Setelah diwarnai dengan minyak
cengkeh, kondisi preparat bagus dan setelah
dijernihkan dengan xylol kondisinya juga
tetap bagus. Adapun kendala yang dialami
yaitu pada saat meletakkan specimen di atas
gelas benda, harus dilakukan hati-hati
supaya specimen tidak terbalik.
2. Hasil dalam perbesaran 4x10
Keterangan :
f a. Antenna
e b. Kuku tarsus
c. Mata
d
d. Tibia
e. Torax
a f. Abdomen
g. Alat kelamin

g c
b

3. Hasil dalam perbesaran 10x10


f Keterangan :
c a. Antenna
b. Mata
c. Tibia
a d. Kuku tarsus
e e. Torax
f. Spirakle
b g. Abdomen
h. Anus
i. Bulu
j. Alat kelamin
d

g
h

4. Hasil dalam perbesaran 40x10


Keterangan :
a. Anten
b. Mata
c. Bulu kutu
a d. Spiracle
e. Anus

d
e

Diskusi dan pembahasan


Pada pengamatan sediaan utuh, spesimen yang diamati adalah kutu rambut manusia. Kutu
mula-mula difiksasi dalam alkohol selama 5 hari, kemudian direndam dalam KOH 10% selama 1
hari. KOH dapat digunakan dalam proses penipisan Eksoskeleton pada serangga. Proses
deproteinasi ini akan memecah ikatan peptida pada molekul protein. Pecahnya ikatan peptida
dalam protein Ini akan membuat eksoskeleton serangga menipis. Masing-masing spesimen
memiliki waktu perendaman dalam larutan KOH 10% yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
karena setiap spesimen memiliki ketebalan eksoskleton yang berbeda-beda. Penyusun eksoskleton
serangga adalah khitin yang berikatan dengan protein.
Pewarna yang digunakan dalam pembuatan sediaan utuh pada kutu rambut yaitu minyak
cengkeh. Minyak cengkeh mengandung eugenol sebanyak 95%, salah satu senyawa dalam eugenol
adalah gugus karbon yang berfungsi dalam proses dealkoholisasi. Dealkoholisasi merupakan
proses ketika gugus karbon yang terkandung dalam minyak cengkeh menyerap sisa alkohol dari
proses dehidrasi. Proses penyerapan alkohol secara sempurna dapat membuat jaringan preparat
terlihat lebih transaparan sehingga menghasilkan kualitas preparat yang baik. Kandungan eugenol
sebanyak 95% tersebut kemungkinan dapat membuat kutu terlihat lebih jelas dan transparan.
Kondisi sediaan kurang bagus karena saat dipindahka ke kaca benda, kutunya menjadi
terbalik, sehingga saat diamati di bawah mikroskop sedikit bingung dengan bagian-bagian
tubuhnya. Selain itu salah satu organnya ada yang hilang. Proses perendaman dalam larutan xylol
berpengaruh terhadap keutuhan anggota tubuh spesimen kutu tersebut. Olehkarena itu, pada saat
meletakkan kutu ke kaca benda harus dilakukan secara hati-hati supaya spesimennya tidak terbalik
dan proses perendaman dalam larutan xylol juga harus hati-hati supaya tidak ada bagian tubuh
yang hilang.
Berdasarkan gambar hasil pengamatan, kualitas pewarnaan pada spesimen kutu sudah
bagus. Ketebalan warnanya sudah bagus dan kejernihannya sudah transparan. Hal ini disebabkan
karena proses clearingnya sempurna, sehingga dapat diketahui bahwa pada tubuh spesimen kutu
sudah tidak mengandung alkohol, sehingga dapat memperlihatkan struktur tubuh secara jelas.
Naman spesimen kutu yang diamati adalah Pediculus humanus capitus. Berdasarkan
gambar has pengamatan, ciri dari kutu ini adalah bentuknya yang pipih dorsoventral, berukuran 2
– 3 mm, tubuh dibagi menjadi 3 bagian antara lain : chepalus, thorax, dan abdomen. Pada bagian
chepalus atau kepala terdapat 1 pasang antena terdiri dari 5 ruas besar dan 1 pasang mata. Pada
bagian thorax atau dada ada 3 pasang kaki yang terletak pada prothorax 1 pasang, mesothorax 1
pasang, dan metathorax 1 pasang dan tidak mempunyai sayap. Pada bagian abdomen atau perut
ada 8 ruas abdomen, terdapat lubang pernapasan atau spirakel yang terlihat jelas. Alat kelamin
betina berbentuk seperti huruf V terbalik disebut porus genitalis atau lubang kelamin.
Berikut gambar hasil pengamatan:
Keterangan :
f h. Antenna
e i. Kuku tarsus
j. Mata
d
k. Tibia
l. Torax
a m. Abdomen
n. Alat kelamin

g
c
b

Anda mungkin juga menyukai