Anda di halaman 1dari 17

BUKU LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK HEWAN

NAMA : NUR INTAN OKTAVIANI


NIM : G1A019057
Kelas / Kelompok : A2 / 1
CO - ASS : NURUL NOVIANDI NAHDIA PUTRI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2021
ACARA 1
PEMBUATAN SEDIAAN SUPRAVITAL

Tujuan Praktikum :
1. Melihat bentuk sel hidup (bentuk sel epitel dinding pipi bagian dalam yang pipih)
2. Melihat bagian-bagian sel hidup seperti membrane sel, sitoplasma, nucleus dan organela sel.
3. Melihat miktokondria (jika memungkinkan)

Alat dan Bahan :


1. Kaca benda
2. Kaca penutup
3. Cotton bud / stik es krim
4. Metilen biru
5. Pipet tetes
6. Tissue
7. Alkohol 70%
8. Alat tulis dan dokumentasi

Prosedur Kerja :
1. Berkumurlah dengan air sebelum mengambil cuplikan sampel. Kegiatan ini bertujuan untuk
menghilangkan kotoran yang menempel di dinding pipi di dalam mulut sehingga tidak mengganggu
proses pengamatan.
2. Keroklah dinding pipi bagian dalam secara perlahan dengan cotton bud atau stik es krim yang telah
dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%. Pengerokan dilakukan perlahan tetapi mantap
sehingga sejumlah sel dinding pipi bagian dalam dapat terambil.
3. Letakkan hasil kerokan diatas kaca benda lalu tetesi dengan metilen biru. Homogenkan / aduk
sebentar dengan stik es krim lalu tutup dengan kaca penutup.
4. Buatlah hasil kerokan yang tidak ditetesi dengan metilen biru sebagai pembanding antara yang diberi
pewarna dan tidak.
5. Amati hasil sediaan dibawah mikroskop. Mulailah dari perbesaran lemah lalu semakin kuat dan
setiap hasil pengamatan di dokumentasikan.
6. Berikan keterangan gambar pada saat menyusun laporan
7. Beberapa hal yang dibahas dalam laporan yaitu:
- Apa itu pewarna metilen biru
- Mengapa digunakan metilen biru dalam praktikum
- Carilah satu contoh penggunaan lain dari metilen biru untuk pengamatan sela tau struktur melalui
studi literatur (sebutkan dan lampirkan sumbernya)
- Bagaimana hasil pengamatan antara yang diberi pewarna dan tidak
- Apa aja bagian sel yang berhasil diamati (tunjukkan dengan keterangan gambar)
- Bandingkan dengan gambar dari referensi seperti dari google atau buku teks, adakah bagian yang
belum berhasil teramati? Mengapa?

Hasil :
1. Hasil preparat yang dibuat

Keterangan :
Gambar disamping merupakan sediaan
pada pipi bagian dalam. Dimana pada
sediaan pertama tidak dilakukan
pewarnaan. Dan gambar sediaanya tidak
bisa terlihat melalui gambar karena tipis
dan bening.

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Sebelum pewarnaan Keterangan :
1. Sel epitelium mukosa mulut
Pada perbesaran 4x10 sebelum pewarnaan
belum bisa terlihat jelas baik sel epitelium
itu sendiri maupun bagian-bagian yang ada
di dalamnya. Karena sel-sel yang masih
bertumpuk-tumpuk.

Setelah pewarnaan

1
3. Hasil dalam perbesaran 10x10

Sebelum pewarnaan Keterangan :


1 1. Inti sel
2. Membrane plasma
2
3. Sel epitelium mukosa mulut
4. Sitoplasma

Setelah pewarnaaan Keterangan :


1. Inti sel
2. Membrane plasma
1 3. Sel epitelium mukosa mulut
4. Sitoplasma

3. Hasil dalam perbesaran 40x10

Sebelum pewarnaan Keterangan :


1. Inti sel
2. Membrane plasma
3. Sitoplasma
4. Sel epitelium mukosaa mulut

Keterangan :
Setelah pewarnaan
1. Inti sel
2. Membrane plasma
4 3. Sitoplasma
4. Sel epitelium mukosaa mulut

2
3

Pembahasan
Metode supravital adalah suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau
jaringan yang hidup, dimana Sel-sel yang hidup dapat menyerap warna. zat warna yang biasa
dipakai untuk pewarnaan supravital adalah janus green, neutral red,atau methylene blue dengan
kosentrasi tertentu. preparat supravital merupakan preparat yang bersifat sementara sehingga harus
segera diamati setelah pembuatan sediaan. Pada praktikum ini pewarna yang digunakan yaitu
metilen biru. Metilen biru memiliki rumus kimia C16H18CIN3S, adalah senyawa hidrokarbon
aromatic yang beracun dan merupakan zat warna kationik dengan daya adsorpsi yang sangat kuat.
Pada umunya metilen biru digunakan sebagai pewarna sutra, wool, tekstil, kertas, peralatan kantor
dan kosmetik. Senyawa ini berupa kristal berwarna hijau gelap. Ketika metilen biru ini dilarutkan
dalam air atau dalam alcohol makaakan menghasilkan larutan berwarna biru. Molekul zat warna
yang dikandung metilen merupakan gabungan dari zat organic tidak jenuh dengan kromofor
sebagai pembawa warna. Zat warna yang ditemukan merupakan senyawa arikl yaitu senyawa
hidrokarbon yang mengandung hydrogen.

Penggunaan metilen biru saat pewarnaan apusan supravital dikarenakan metilen biru
mudah ditemukan serta memilki harga yang terjangkau. Karena banyak apusan yang dibuat dan
harus diwarnai maka untuk mengurangi biaya pengeluaran selama praktikum maka digunakan
metilen biru. Saat sel tidak diberikan pewarna maka selnya terlihat putih atau transparan, oleh
karena itu diberikan pewarnaan. Penggunaan warna metilen biru tidak beracun walapun sudah
tidak direkomendasikan sebagai obat. Secara fisik, metilen biru memberi warna pada sel namun
secara kimia tidak menggangu metabolisme dalam sel, sehingga pengamatan tetap akurat. Metilen
biru juga bisa berfungsi sebagai indikator adanya kehidupan dalam sel. Jika warnanya berangasur-
angsur memudar maka dalam diketahui sel masih hidup dan menghasilkan senyawa yang dapat
menguraikan warna dari metilen biru, namun apabila warnany tetap biru maka sel sudah mati.

Dalam praktikum ini digunakan dua jenis apusan supravital, yaitu apusan dengan
pewarnaan metilen blue dan apusan yang bebas pewarna (tanpa pewarnaan). Hasil yang diperoleh
berbeda, dimana lebih mudah untuk mengidentifikasi bagian sel yang diamati dengan
menggunakan pewarna metilen biru. Ketika metilen biru digunakan, sel berubah menjadi biru
dengan inti yang berwarna lebih tua yakni biru tua, sedangkan sitoplasma memiliki warna biru
yang lebih terang. Selain itu, jika ada kotoran pada apusan maka akan berwarna biru tua seperti
nukleus. Oleh karena itu semua harus dalam keadaan bersih dan memperhatikan kebersihan kaca
benda dan alat lain yang digunakan, karena kesalahan identifikasi dapat mengakibatkan kesalahan
pada laporan dan informasi yang diperoleh. Selain itu,bisa juga terjadi kesalahan dengan mengira
kotoran sebagai salah satu organel sel. Pada apusan tanpa pewarna lebih sulit diidentifikasi karena
warna inti, sitoplasma, dan lain yang teramati memiliki warna yang mirip dan bahkan sama. Selain
itu, apusan terlihat lebih pudar dan itinya pun tidak terlihat jelas.

Berdasarkan gambar yang didapatkan dari internet bahwa hasil dari pengamatan yang
dilakukan praktikan memiliki keadaan yang mirip, yaitu hanya terlihat jelas bagian sitoplasma,
membrane sel, dan inti sel, sedangkan organel lainnya tidak terlihat atau tidak jelas sehingga tidak
dapat diidentifikasikan. Pada hasil pengamatan dengan pewarna metilen biru yang terlihat jelas
yaitu bagian inti selnya yang banyak menyerap warna sehingga berwarna lebih gelap, bagian
sioplasma yang berwarana lebih pudar, serta bagian dari membaran sel. Pada hasil internet,
terdapat granulla yang seperti butiran-butiran. Selain itu, hasilnya juga tampak jelas tanpa ada
gelembung udara dan kotoran lainnya walaupun sel epitelnya masih menumpuk.
ACARA 2
PEMBUATAN SEDIAAN APUSAN DARAH

Tujuan Praktikum :
1. Melatih keterampilan membuat apusan darah diatas kaca benda.
2. Mengamati sediaan apusan dan membedakan serta menyebutkan komponennya
(eritrositnya, trombosit dan berbagai jenis leukosit).

Alat dan Bahan :


1. Kaca benda
2. Staining jar
3. Giemsa 10%
4. Methanol
5. Alcohol 70%
6. Vacutab ber EDTA
7. Spuit injeksi 3 mL
8. Tissue
9. Pipet tetes
10. Nampan plastic
11. Botol penyemprot
12. Kertas label
13. Alat tulis dan dokumentasi

Prosedur Kerja :
1. Darah diambil dari probandus laki-laki dan perempuan oleh tenaga ahli
2. Masing-masing praktikan mengambil 2 buah kaca benda yang dicuci bersih dan dikeringkan atau
diusap dengan alkohol 70%.
3. Teteskan sedikit darah pada salah satu ujung kaca benda.
4. Dengan bantuan kaca benda yang lain buatlah apusan setipis mungkin dengan cara :
- letakkan kaca benda di depan tetesan darah, posisikan dengan membentuk sudut 30 – 40 º
- tarik ke belakang kaca benda kedua sehingga menempel pada tetesan darah
- biarkan darah menyebar ke tepi kaca benda lalu dorong kaca benda ke depan dengan kecepatan
yang stabil hingga membentuk apusan tipis, rata dan berbentuk seperti lidah
5. Apusan kemudian dikering-anginkan lalu difiksasi dengan merendamnya dalam methanol di staining
jar selama 5 menit.
6. Angkat dan kering-anginkan
7. Tetesi apusan dengan pewarna giemsa hingga tertutup rata dan diamkan sekitar 15 – 20 menit
8. Bilas di air mengalir atau semprotkan aquadest dengan botol penyemprot secara perlahan sampai
seluruh pewarna hilang
9. Kering-anginkan apusan
10. Amati dibawah mikroskop, mulailah dari perbesaran lemah sampai ke perbesaran 40x10.
Dokumentasikan hasil pengamatan disetiap perbesaran.
11. Catat dan beri keterangan jenis sel-sel darah yang berhasil diamati.

Hasil :
1. Hasil preparat yang dibuat

Perempuan Laki-laki Tikus Keterangan :


Gambar disamping merupakan preparat
apusan darah perempuan. Pada apusan darah
ini diberi pewarna giemsa dan telihat
kondisnya baik dan tidak terkelupas. Namun
apusan darah tidak dan agak tebal, karena
Teknik dorongan yang suulit dan kurang
maksimal.

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Perempuan Laki-laki Keterangan :
Pada perbesaran ini belum terlihat apapun.
Hanya terlihat sel yang bertumpuk ddan
sangat padat.

Tikus
3. Hasil dalam perbesaran 10x10

Perempuan Keterangan :
a. Eritrosit
Pada perbesaran ini hanya terlihat eritrosit
yang bertumpuk-tumpuk, sedangkan bagian
lainnya belum terlihat jelas.

Laki-laki Tikus

3. Hasil dalam perbesaran 40x10

Perempuan Keterangan :
a. Eritrosit
b. Eosinophil
c. Monosit
d. Neutrophil
e. Limfosit

d
Laki-laki Keterangan :
1. neutrophil
2. limfosit
3. erittrosit
2 4. basophil

Tikus
Keterangan:
1 1. Eritrosit
2. Trombosit
3. Limfosit

Pembahasan
Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk pemeriksaan
mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malariayaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan
ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik. dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria
dan juga parasit jenis lainnya. (Jason and Frances, 2010). Dasar dari pewarnaan Giemsa adalah
presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan
di dalam metanol. Yaitu dua zat warna yang berbeda , Azur B ( Trimetiltionin ) yang bersifat basa
dan eosin y (tetrabromoflurescin). Azur B (Trimetiltionin) akan mewarnai komponen yang bersifat
asam seperti kromatin, DNA dan RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang
bersifat basa seperti granula, eosinofili dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada azur B yang
beragregasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek
Romanowskygiemsa. Efek ini terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak terjadi pada RNA
sehingga akan menimbulkan kontras antara inti yangberwarna dengan sitoplasma yang berwarna
biru. ( Arjatmo Tjokronegoro, 1996).
Pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih
jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan inibanyak
dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-
parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Pewarna Giemsa juga banyak digunakan di
laboratorium klinis untuk apusan hematologi, sampel sumsum tulang, dan bagian jaringan. Teknik
giemsa sangat berguna untuk biologi karena memungkinkan pengamatan struktur tertentu seperti
dapat menodai sitoplasma, nucleus, nucleolus, vakuola, dan butiran sel, yang mampu membedakan
jejak halus kromatin. Selain itu, dapat juga dignunakan untuk mengidentifikasikan sel-sel yang
belum matang, mendeteksi hemoparasit, dan juga dapat mempelajari mitosol.

Kesulitan yang dihadapi saat melakukan praktikum apusan darah yaitu saat pendorongan
kaca benda agar darahnya tersebar secara tipis dan merata pada kaca benda alas. Hal ini sulit
dilakukan karena kurangnya pengalaman praktikan, pegangan pada kaca benda yang tidak konstan,
tehnik pemegangan kacabenda yangkuragbaik, sertaketepatan pendorongannya yang sulit.
Kesulitan dalam mendorong apusan ini menyebabkan sampai terjadi lebih dari tiga kali
pengulangan. Ketepatan sudut kaca perlu diperhatikan agar darah tersebar merata pada ujung slide.
Selain dari proses pendorongan, waktu pewarnaan juga perlu diperhatikan, karena ini akan
mempengaruhi hasil dariapusan.

Untuk mengatasi masalah saat pendorongan kaca benda agar menghasilkan apusan yang
tipis dan bagus,baiknya praktikan akan terus mengulang sampai apusan yang dihasilkam tipis dan
bagus sehingga dapat diamati pada mikroskiop, dengan memperhatikan gerakan tangan serta sudut
saat mendorong juga dengan cara memahami ketepatan waktu saat mendorong. Selain itu,
kenyamanan saat mendorong pun perlu diperhatikan agar kaca benda terdorong dengan konstan
dan tidak kesana-kemari sehingga hasilnya tidak putus-putus atau tidak rata.

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa hasil yang didapat cukup memuaskan,
hanya saja warna dari pewarna giemsa kurang terlihat ini disebabkan oleh pewarna yang kurang
menyerap. Pada perbesaran 4x10 sel darah belum terlihat jelas, Pada perbesaran 10 x 10 masih
terlihat apusan darah yang bertumpuk rapat dan yang terlihat jelas hanya eritrosit dengan bentuk
bikonkaf sedangkan struktur dan macam-macam bentuk leukosit baru dapat teramati jelas pada
perbesaran 40 x 10 terlihat juga beberapa jenis leukositnya komponen darah yang paling dominan
dalam pengamatan adalah eritrosit sesuai dengan teori bahwa terdapat sekitar 5 juta sel eritsosit
dalam darah. Eritrosit yang tampak di mikroskop berwarna bening transparan dengan bentuk bulat
seperti cekungan (cakram) pada posisi dalam (tengah) dan tidak berinti, sedangkan leukosit terlihat
seperti sel yang memiliki inti berwarna ungu. Warna ungu yang tampak pada leukosit tersebut
disebabkan oleh inti leukosit yang bersifat basa sehingga mudah menyerap zat warna Giemsa.
Jenis leukosit yang dominan dalam pengamatan yaitu limfosit. Sedangkan leukosit jenis lain yaitu
tampak neutrofil, eosinofil . Selain itu juga terlihat monosit, namun untuk trombosit dan basofil
belum ditemukan pada pengamatan ini.
ACARA 3
PEMBUATAN SEDIAAN UTUH TUNGAU PADA TKUS

Tujuan Praktikum :
Membuat sediaan pinjal atau bagian dari organisme pinjal secara utuh

Alat dan Bahan :


1. Akohol 96%
2. Eppendorf
3. Entelan
4. Fiiksatif alkohol 70%
5. Kaca arloji
6. Kaca benda
7. Kaca penutup
8. Kuas cat air
9. Kertas label
10. KOH 10%
11. Minyak cengkeh
12. Pinjal
13. Xilol

Prosedur Kerja :
1. Kutu dan pinjal yang diperoleh difiksasi dengan alkohol 70% minimal 2 X 24 jam.
2. Pindahkan kutu dan pinjal dari alkohol ke dalam KOH 10%. Lama perendaman dalam KOH untuk
pinjal ± 6 hari dan untuk kutu ± 1 hari. Rendam dalam tube Eppendorf atau wadah yang bertutup
rapat dan jangan lupa diberi label.
Fungsi perendaman dalam KOH adalah untuk melunakkan eksoskeleton sehingga lebih mudah
untuk dijernihkan dan diwarnai.
3. Setelah direndam dalam KOH, ambil spesimen dari KOH lalu letakkan pada gelas arloji yang sudah
berisi aquadest. Rendam selama 2 menit lalu buang aquadest dan ganti dengan aquaest baru.
Ulangi tahap pencucian ini sebanyak 3 kali.
4. Buang aquadest secara perlahan, lalu dehidrasi spesimen dengan alkohol bertingkat mulai dari
alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, dan 96% masing-masing 10 menit.
Larutan yang digunakan sebagai larutan dehidrasi sebaiknya dimulai dari yang terdekat dengan
larutan awal (dalam hal ini air), oleh sebab itu alkohol bertingkat dimulai dari 30%. Dilakukan secara
bertingkat atau bertahap agar penarikan molekul air dilakukan secara perlahan dan bertahap
sehingga sela tau jaringan tidak mengkerut.
5. Buang alkohol 96% lalu beri spesimen minyak cengkeh sampai terendam dan rendam spesimen
selama ± 15 – 30 menit atau sampai tampak jernih.
Minyak cengkeh merupakan salah satu media / larutan penjernih yang juga sekaligus memberi
kontras warna.
6. Buang minyak cengkeh lalu bilas spesimen dengan xylol beberapa kali (± 3 kali) dan rendam
spesimen dalam xylol selama 10 menit.
Pembilasan dilakukan untuk membuang kelebihan minyak cengkeh yang masih ada di spesimen.
Perendaman dalam xilol selain membantu menjernihkan juga menjadi media perantara dengan
media penutup yaitu entellan. Entellan hanya larut dalam xilol.
7. Ambil spesimen secara hati-hati dengan kuas, letakkan diatas gelas benda, atur posisi spesimen,
dan tutup dengan entelan dan gelas penutup. Alternatif lain, teteskan entelan pada kaca benda, lalu
ambil dan letakkan spesimen pada tetesan entelan dengan hati-hati dan tutup dengan kaca penutup.
8. Diamkan preparat selama 2 hari lalu siap diamati.

Hasil :
1. Hasil preparat yang dibuat

Keterangan :
Pada gambar disamping merupakan entelan
pinjal pada tikus. Namun tidak terlihat jelas
karena spesimen yang berukuran kecil dan
berwarna putih. Pada preparate ini
dilakukan pewarnaan menggunakan minyak
cengkeh dan dengan kondisi pinjal yang
bagus dan utuh. Dalam pembuatannya
kendala yang terjadi adalah sulitnya
ppemindaan spesimen dari satu wadah ke
wadah lainnya saat dehidrasi karena
ukurannya yang kecil dan mudah patah.

2. Hasil dalam perbesaran 4x10


Keterangan :
1 1. Kelisera
2. Kepala
2
3. Kaki bagian belakang
3 4. Kaki bagian depan
3. Hasil dalam perbesaran 10x10
Keterangan :
1. Kalisera
1 8 2. Pedipalpus
2 3. Dada ( thorax)
4. Kaki belakang
3 5. Perut(abdomen)
6. Rambut halus
5
7. Kuku
8. Kaki depan
6

4. Hasil dalam perbesaran 40x10

Keterangan :
1
1. Kaki depan
2. Peritreme
2 3. Kuku
4. Coxae

Keterangan :
1. Periretme
2. Keping anal
3. Rambut halus
4. Anus
2
4
3
Pembahasan
Pada praktikum kali ini digunakan sediaan utuh berupa ekstroparasit tungau pada tikus.
Dengan proses perendaman pada alcohol 70% selama 2 hari, kemudian dipindahkan pada KOH
70% dan direndam di dalamnya selama 6 hari. Penggunaan perendaman pada KOH dengan waktu
yang berbeda karena padasetiap spesimen memiliki tingkat ketebalan eksoeskoleton yang berbeda,
sehingga dibutuhkan waktu yang yang berbeda untuk membuat lapisan lignin yang ada dalam
eksoskeleton menipis agar spesimen lebih transparan.
Pewarna yang digunakan dalam pembuatan sediaan utuh pada tungau tikus yaitu minyak
cengkeh. Minyak cengkeh mengandung eugenol sebanyak 95%, salah satu senyawa dalam eugenol
adalah gugus karbon yang berfungsi dalam proses dealkoholisasi. Dealkoholisasi merupakan
proses ketika gugus karbon yang terkandung dalam minyak cengkeh menyerap sisa alkohol dari
proses dehidrasi. Proses penyerapan alkohol secara sempurna dapat membuat jaringan preparat
terlihat lebih transaparan sehingga menghasilkan kualitas preparat yang baik. Kandungan eugenol
sebanyak 95% tersebut kemungkinan dapat membuat tungau terlihat lebih jelas dan transparan.
Kondisi sedian utuh tungau sudah bagus, sehingga saat diamati pada mikroskop seluruh
bagian dapat terlihat dengan sangat jelas dan dalam keadaaan utuh dan tidak cacat atau patah.
Proses perendaman dalam larutan xylol berpengaruh terhadap keutuhan anggota tubuh spesimen
tungau tersebut. Oleh karena itu, pada saat meletakkan tungau ke kaca benda harus dilakukan
secara hati-hati supaya spesimennya tidak terbalik dan proses perendaman dalam larutan xylol
juga harus hati-hati supaya tidak ada bagian tubuh yang hilang.
Berdasarkan gambar hasil pengamatan, kualitas pewarnaan pada spesimen tungao sudah
bagus. Ketebalan warnanya sudah bagus dan kejernihannya sudah transparan. Hal ini disebabkan
karena proses clearingnya sempurna, sehingga dapat diketahui bahwa pada tubuh spesimen kutu
sudah tidak mengandung alkohol, sehingga dapat memperlihatkan struktur tubuh secara jelas.
Nama tungau yang diamati berdasarkan hasil pengamatan dari ciri morfogi yang ada adalah
Laelaps echidninus. Berdasarkan gambar hasil pengamatan, ciri dari tungau ini adalah bentuknya
yang pipih dorsoventral, dengan tubuh dibagi menjadi 3 bagian antara lain : chepalus, thorax, dan
abdomen. Pada bagian chepalus atau kepala terdapat 1 pasang kelisera, sepasang kaki depan dan
1 pasang mata. Pada bagian thorax atau dada ada sepasang kaki belakang dan coxae. sedangkan
pada bagian abdomen terdapat anus pada bagian bawah, keeping anal dan 2 pasang kaki belakang
serta rambut halus yang terlihat jelas.
REFRENSI
Hidayani,A., Tulus A, Arya I¸2018, Variasi Konsentrasi KOH dan Waktu Clearing Terhadap
Kualitas Preparat Awetan Caplak (Tick), Prosiding Seminar Nasional, 1 (1).
Santoso, D, dkk., 2013, Pengaruh Pemakaian Breket Terhadap Maturasi Sel Epitel Mukosa Bukal
pada Pasien Anak Periode Gigi Bercampur, Jurnal Kedokteran Gigi, 4 (4).
Mukh Syaifudin, Indah I, Dwi R, 2018, Optimalisasi Pewarnaan Giemsa Pada Apusan Darah Tipis
Terinfeksi Plasmodium berghei Untuk Mendukung Pengembangan Vaksin Malaria Iradiasi,
Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 7 (1).
Mahfud,T, 2018, Ekstraksi Pewarna Alami kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) pada
Pembuatan Minuman Serbuk Instan Rosella, Jurnal Sains Terapan, 1 (1).
https://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Giemsa

Anda mungkin juga menyukai