Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

Dosen Pengampu

Ibu Dra. Ely Rudyatmi, M.Si

oleh:

Nur Hidayati Puspita Sari

4401413056

Rombel 1 Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

A. Tujuan
1. Membuat preparat supravital epitelium mukosa mulut dengan zat warna Methylene
Blue .
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat supravital epitelium mukosa mulut.

B. Landasan Teori
1. Pengertian sel
Pada tahun 1850 seorang ahli patologi dari Austria bernama Rudolf Virchow
melaporkan bahwa seliap hewan tampaknya tersusun dari sejumlah unit vital, dan masing-
masing unit tersebut memiliki tanda-tanda kehidupan yang lengkap, unit ini kemudian
disebut cell (sel). Selanjutnya Virchow menduga bahwa semua sel berasal dari sel juga.
Teori sel modern berkembang dari pernyataan-pernyataan Virchow berikut ini:
1. Setiap mahluk hidup tersusun dari satu sel atau lebih.
2. Organisme hidup terkecil adalah sel tunggal, sel tunggal dan sel-sel tersebut
merupakan unit fungsional dari organisme.
3. Semua sel berasal dari sel yang ada sebelumnya.
Kebanyakan sel berukuran sangat kecil diameternya berkisar antara 1 - 100
mikrometer (micron). Ukuran yang kecil berhubungan erat dengan proses kehidupannya.
Sebagai mahluk hidup maka sel memerlukan nutrisi dan air dari lingkungannya, dan harus
membuang sisa-sisa metabolisme ke luar sel. Keluar masuknya kedua bahan tersebut
melalui berbagai macam mekanisme antara lain difusi (Acara III). Apabila sel berukuran
besar maka proses perpindahan bahan-bahan tersebut dari luar ke bagian paling dalam dari
sel atau sebaliknya menjadi sangat lama sehingga akan mengganggu atau bahkan
mengancam proses kehidupannya. Sebagai contoh pada suatu sel berukuran sekitar 20 cm,
maka oksigen dari luar untuk menyebar sampai ke bagian tengah sel memerlukan waktu
200 hari (Audesrisk, dkk. 2001). Jelas hal ini akan menghambat semua proses yang ada di
dalam sel, dengan kata lain mengancam kelangsungan hidupnya.

2. Pengertian Sel Epitel


Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga
membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai
epitel saja untuk membedakan dengan epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat
kuat, membentuk lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau
melapisi rongga-rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan
cairannya sangat sedikit.
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan thele yang
berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan
yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya
ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel
tidak terbatas pada kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga
digunakan untuk kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang
menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan pengikat di
bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.

3. Pengertian Sel Epitel mukosa mulut

Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling
dalam ke permukaan yaitu lapisan germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan
granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus
yang berbatasan dengan lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang secara
kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum
spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai
karakteristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel
yang lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak
granula keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari
selapis atau berlapis-lapis sel (tergantung regio) berbentuk pipih yang tidak berstruktur
dan tidak mempunyai inti sel. Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu
mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan
terdapat di regio rongga mulut yang menerima tekanan kunyah seperti gusi dan palatum
durum. Jaringan epitelnya parakeratinised (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa
selnya da yang masih memiliki inti sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat
pada dasar mulut, permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum
molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki
lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinised
(memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak berinti)
(Puspitawati, 2003). Perbandingan antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel
superfisial disebut indeks maturasi. Pada kondisi normal, jumlah sel pada lapisan
superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal (Naib, 1970).
Rongga mulut dibatasi oleh membrane mukosa yang berhubungan dengan kulit.
Rongga mulut terdiri dari bibir yang disekitarnya mulut yang terbuka, pipi berada
disepanjang rongga, lidah dan ototnya, hard dan soft palate. Mukosa mulut normalnya
berwarna merah jambu terang (light pink) dan lembab. Pada dasar mulut dan area bawah
lidah kaya akan pembuluh darah.tipe dari ulcer atau trauma dapat mengakibatkan
perdarahan. Ada 3 kelenjar saliva yang mensekresikan 1 liter saliva per hari. Kelenjar
buccal ditemukan pada mukosa yang membatasi pipi dan mulut yang mencegah hygiene
dan kenyamanan pada jaringan oral. Gigi adalah organ mengunyah, atau mastication.
Mereka didesain untuk memotong, menyobek, dan mematahkan makanan sehingga dapat
dicampur dengan saliva dan ditelan. Gigi yang normal terdiri dari kepala, leher, dan akar.
Gigi yang sehat terlihat putih, bersinar, dan berdiri sendiri. Kesulitan mengunyah dapat
berkembang sewaktu sekeliling gusi menjadi inflamasi atau infeksi atau ketika gigi
tanggal. Oral hygiene yang teratur dibutuhkan untuk menjaga integritas area gigi dan
untuk mencegah gingivitis, atau inflamasi gusi.

C. Prosedur

Persiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan preparat
supravital epitelium mukosa mulut. Selanjutnya mempelajari tahapan pembuatan preparat,
setiap tahapan harus dilakukan dengan seksama, berurutan, dan benar. Alokasi waktu juga
harus diperhatikan, karenanya diperlukan ketelitian dan kesabaran agar diperoleh hasil
preparat yang sesuai.

Tahap pertama, berkumur dengan menggunakan air bersih dengan tujuan agar
supravital mukosa mulut terbebas dari kotoran sebelum mengambil supravital epitelium
mukosa mulut pada pipi kanan atau kiri. Persiapkan obyek glas bebas lemak yang telah
dilap menggunakan tisu yang diberi alkohol secukupnya. Pada obyek glass, teteskan satu
tetes Methylen Blue 0,25% dalam larutan NaCl 0,9% dengan jarak 1,5cm dari sisi kiri
obyek glass. Mukosa mulut diambil menggunakan sendok bersih dengan cara
menyendokkan sendok pada pipi kanan atau kiri bagian dalam dari bawah ke atas.
Letakkan epitelium mukosa mulut yang terdapat pada sendok keatas zat warna dengan
bantuan tusuk gigi atau jarum agar sel-selnya terpisah, mudah diamati, dan tidak
menumpuk. Tutup menggunakan deck glass dengan bantuan penahan jarum, turunkan
perlahan. Pastikan tidak ada gelembung dan jarak deck glas dengan sisi kiri obyek glass
adalah 1 cm. Jika masih ada gelembung, buka kembali deck glass dan ulangi menutup
dengan perlahan.

D. Hasil dan Pembahasan


Hasil

3
2
1

Gambar preparat epitelium mukosa mulut


Perbesaran 40 X 10
Epitel yg diambil hanya satu lapis, jadi ketika preparat bertumpuk hal tersebut tidak
menunjukkan sel epitel berlapis namus selapis yang terlipat.
Keterangan:
1. Kumpulan sel epitelium mukosa mulut
2. Inti sel
3. Sitoplasma
4. Membran sel

Sel epitelium sudah terwarna sehingga dapat dibedakan antara inti sel dan sitoplasma,
namun belum terlalu kontras. Sel-selnya ada yang memisah, namun ada juga yang masih
menumpuk.
Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop, epitelium mukosa mulut


merupakan epitelium pipih dengan bentuk bulat agak bulat. Dalam pengamatan preparat
mukosa mulut dengan metode supravital dan menggunakan pewarnaan methelyn blue 0,25%
dalam larutan NaCl fisiologis dapat diketahui bahwa preparat epitel mukosa epitel dapat
diamati dengan baik pada perbesaran 40x10, meskipun pada beberapa tempat ada
penumpukan sel epitel.

Pengamatan dibawah mikroskop sel-sel epitel terwarna biru agak keunguan. Nukleus
sel epitel terwarna lebih kuat menjadi lebih biru karena nukleus bersifat asam akan terwarna
oleh pewarna basa yaitu methylene blue. Saat pengamatan sel masih dalam bentuk asalnya,
tidak terjadi plasmolisis atau krenasi karena menggunakan zat warna netral yaitu pada
kosentrasi setara dengan kosentrasi cairan tubuh 0,9% larutan. Didalam preparat masih
terdapat kotoran hal ini diduga berasal dari kotoran yang ada di dalam mulut yang ikut
terambil saat pengambilan epitelium mukosa menggunakan sendok.

Sel epitel merupakan epitelium pipih berlapis tetapi pada pembuatan preparat iniyang
di ambil hanya lapisan teratas, sehingga pada saat pengamatan sel terlihat berbentuk pipih
saja sedangkan lapisan-lapisan selnya tidak terlihat. Sehingga dapat dikatakan hasil
pengamatan preparat ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa sel epitel
merupakan epitelium pipih berlapis.

E. Kesimpulan
1. Preparat epitelium mukosa mulut merupakan preparat sementara yang dibuat dengan
metode supravital dan pewarnaan menggunakan methylene blue.
2. Pewarnaan dengan zat warna methylene blue dapat mewarnai sel epitelium mukosa
mulut dengan kontras, sehingga dapat dibedakan antara inti sel dengan sitoplasma.
F. Saran
1. Sebelum mengambil mukosa mulut, sebaiknya berkumur terlebih dahulu agar kotoran
dalam mulut tidak ikut terambil.
2. Sel epitelium mukosa mulut harus diratakan diatas gelas benda agar sel-selnya tidak
menumpuk.
G. Daftar Pustaka

Rudyatmi, Ely. 2016. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES.

Subowo. 2006. Histologi Umum. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai