Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN II

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMISAHAN


EKSTRAKSI CAIR-CAIR

OLEH :
ANJANI AWIJAYANTI (1948201008)
5B FARMASI

DOSEN PENGAMPU :
LOVERA ANGGRAINI, M. Si.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2021
PRAKTIKUM II
ESKTRAKSI CAIR-CAIR
A. Tujuan
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui prinsip dasar ekstraksi cair-cair.
2. Melakukan ekstraksi cair-cair komponen kimia dari bahan alam.
3. Melakukan ekstraksi cair-padat komponen kimia dari bahan alam.
B. Prinsip Percobaan
Prinsip dasar dari ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi cair-cair dilakukan
dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak
saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama, dan
sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan
terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimia yang terpisah.
C. Teori Umum
Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia
sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta
peningkatan kesehatan (promotif).Hal ini dikarenakan tanaman banyak
mengandung senyawa-senyawa yang mempunyai khasiat, terutama untuk
meningkatkan kesehatan.Sekarang sedang digalakkan trend kembali ke alam
dengan memanfaatkan bahan alami untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kesehatan.Tanaman mengandung senyawa penting yang
dikenal sebagai fitokimia, kelompok senyawa alami yang bisa dimanfaatkan
untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit.Kelompok senyawa kimia
tanaman yang memberikan efek farmakologis adalah senyawa metabolit
sekunder, terdiri dari minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, steroid dan
triterpenoid yang akan memberikan aroma, bau yang spesifik serta
kualitasnya. Teknik penanganan pascapanen tanaman obat terdiri dari sortasi,
pencucian, penirisan, perajangan, pengeringan, dan pengolahan lebih lanjut
menjadi berbagai macam produk seperti simplisia, serbuk, minyak atsiri,
ekstrak kental/kering, kapsul, tablet, dan minuman (Hernani, 2009).
Jahe-jahean (Famili; Zingiberaceae) sudah dikenal dan dipergunakan
oleh masyarakat sebagai tanaman obat sejak berabad-abad yang lalu.Zingiber
officinale (jahe) adalah salah satu yang digunakan sebagai bahan mentah
dalam pembuatan obat modernmaupun obat-obatan tradisional Kandungan
senyawa metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean terutama golongan
flavonoid, fenol, terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa metabolit sekunder
yang dihasilkan tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya dapat menghambat
pertumbuhan patogen yang merugikan kehidupan manusia, diantaranya
bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis,Staphylococcus aureus, jamur
Neurospora sp, Rhizopus sp.dan Penicillium sp. (Sari, 2013).
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah
penting yang digunakan sebaga bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada
makanan serta minuman, industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional.
Terdapat2 zat penyusun utama yang terdapat didalam jahe yaitu minyak jahe
dan oleoresin. Minyak atsiri memberikan aroma harum sedangkan oleoresin
memberikan rasa pedas. Oleoresin jahe banyak mengandung komponen
pembentuk rasa pedas yang tidak menguap, terdiri atas gingerol, zingiberen,
shagaol, minyak jahe danresin.Gingerol dapat digunakan untuk modifikasi
pati. Pati yang dimodifikasimenggunakangingerol menghasilkan cross-
linking yaitu mengikat silangkan rantai karbon pati yangdapat memperkuat
ikatan hidrogen dalam molekul pati. Manfaat laingingerol antara lain sebagai
obat penyembuh kanker, meredakan migrain, mengurangi mual-mual pada
saat kehamilan dan mabuk perjalanan, serta menyembuhkan bercak putih
pada kulit karena kehilangan pigmen (Hargono, 2013).
Cara pemanenan jahe yang baik adalah dengan membongkar tanah
menggunakan cangkul atau garpu secara hati-hati agar tidak melukai
rimpang.Selanjutnya, rimpang jahe diangkat dan dibersihkan dari kotoran dan
tanah yang melekat.Setelah dipanen, rimpang jahe dicuci untuk
menghilangkan tanah dan kotoran yang melekat.Selanjutnya, rimpang
dijemur di atas papan atau daun pisang selama satu minggu. Setelah kering,
rimpang disimpan di tempat yang terbuka dan tidak lembab, dengan cara agak
disebarkan. Jika terpaksa dapat dilakukan penumpukan, namun sebaiknya
tidak terlalu tinggi(Suprapti, 2003).
Berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna rimpangnya, dikenal tiga
varietas jahe, yaitu jahe putih besar (jah gajah), jahe putih kecil (emprit), dan
jahe merah (jahe sunti). Di antara ketiga varietas tersebut yang paling banyak
digunakan untuk pengobatan adalah jahe merah karena kadar minyak
atsirinya tinggi dan lebih pedas. Dalam pengobatan keluarga, yang banyak
digunakan adalah jahe putih kecil, digunakan untuk mengobati masuk angin,
kurang nafsu makan, batuk kering, muntah-muntah, kolera, peluruh keringat,
dan peluruh haid. Sedangkan rimpang jahe putih besar banyak dibutuhkan
terutama oleh industri makanan seperti permen, sirup, dan instan (Kardian,
2002).
Ekstraksi akan mendapatkan hasil yang optimum bila dilakukan
dengan metode serta penyari yang sesuai. Ekstraksi adalah pemisahan yang
digambarkan sebagai proses perpindahan satu atau lebih komponen dari satu
fasa ke fasa lain. Salah satu teknik ekstraksi adalah ekstraksi berpengaduk.
Proses pemisahan jenis ini selalu melibatkan dua fase. Idealnya kedua fase
ini tidak saling terlarut pada saat proses ekstraksi berlangsung. Sampel bisa
merupakan suatu gas, suatu cairan atau suatu padat. Ekstraksi dengan
menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan komponen zat terlarut
berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut yang tidak saling melarut.
Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan, senyawa yang diinginkan dapat
dipisahkan secara selektif. Selektifitas antara pelarut di dalam pelarut lainnya
yang berbeda kepolarannya dalam melarutkan senyawa organik akan
membentuk dua lapisan yang saling memisah, dimana proses ini berdasarkan
distribusi sampel diantara dua pelarut tersebut. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses ekstraksi. Perbedaan metode, pelarut,suhu serta waktu
ekstraksi akan berpengaruh terhadap jumlah rendemen serta kualitas
ekstrakyang didapatkan. Menggunakan metode, pelarutserta waktu yang
sesuai akan menghasilkanrendemen serta kulitas ekstrak yang maksimal
(Wildan, 2013).
Estraksi cair-cair merupakan proses pemisahan dimana suatu zat
terbagi dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Koefisien distribusi atau
koefisien partisi merupakan tetapan kekskketimbangan yang merupakan
kelarutan relatif dari suatu senyawa terlarut dalam dua pelarut yang tidak
bercampur. Prinsip ekstraksi cair-cair adalah like disolves like yang berarti
bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa
nonpolar mudah larut dalam senyawa nonpolar (Dilaga, 2016).
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan
terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok
dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut
tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Dengan Kd koefisien distribusi dan C,dan Cmasing-masing adalah konsentrasi


solut pada pelarut 1, 2, organik, dan air. Dari rumustersebut jika hargaK d
besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke
dalam pelarut organik, begitu pula terjadi sebaliknya (Purwani, 2008).
Proses ekstraksi merupakan tahapan yangpenting dalam pembuatan
oleoresin jahe.Oleoresin merupakan bentuk ekstraktif rempah yang
didalamnya terkandung komponen komponen utama pembentuk perisa yang
berupa zat-zat volatil (minyak atsiri) dan non-volatil (resin dan gum) yang
masing-masing berperan dalam menentukan aroma dan rasa.Kesempurnaan
proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran bahan
baku,pemilihan pelarut, waktu proses ekstraksi, suhuekstraksi dan lain-
lain.Interaksi antara faktor pelarut dan suhu berpengaruh secara nyata
terhadap kadar minyakatsiri dalam oleoresin jahe yang dihasilkan.
Padapenggunaan berbagai pelarut, suhu ekstraksisemakin meningkat akan
menghasilkan minyakatsiri dalam oleoresin yang semakin tinggi pulasampai
batas tertentu.Ekstraksi menggunakan pelarutetanol dengan meningkatnya
suhu 40oC sudahcukup untuk menghasilkan kadar minyak atsiriyang tinggi.
Semakintinggi suhu, viskositas pelarut semakinrendah sehingga makin mudah
untukmengekstrak oleoresin. Perludipertimbangkan bahwa penguapan dengan
suhu yang terlalu tinggi dan waktu yang lama dapatmerusak komponen
minyak atsiri yang adadidalam oleoresin. Oleoresin hanya tahan sampai suhu
90oC tanpa mengalami penurunan mutu yang nyata.Pemakaian suhu diatas
titik didih pelarut yangdigunakan dan waktu yang lama akanmenyebabkan
banyaknya pelarut yang terbuangdan selain itu pula banyaknya komponen
oleoresinyangmudahmenguapakanterbawaolehpelarutyangteruapkan (Anam,
2010).
Gingerol merupakan senyawa alamiberwarna kuning pucat yang
terdapat dalamoleoresin jahe yang labil terhadap panas baik selama
penyimpanan maupun pada waktupemrosesan, sehingga gingerol sulituntuk
dimurnikan. Gingerol merupakansenyawa yang volatil dan tidak larut
dalam air. Rumusmolekul gingerol adalah C17H26O4. Gingerol dapat
diekstraksi dari rimpang jahe segar dengan pelarut non polar dan bertitik
didih rendah 30-32oC danakan terdekomposisi menjadi shogaol padasuhu
60oC.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksiharussesuaiagarzat
yangdi inginkan dapat terekstrak. Adabeberapa hal yang harus
diperhatikandalam pemilihan pelarut yaitu selektifitas, densitas, titik didih,
tegangan antar permukaan, koefisien distribusi, kemudahan pengambilan
kembali pelarut, keaktifan secara kimia, murah dan tidak beracun.Gingerol
sangatrentan terhadapdekomposisitermaloleh karena itu ekstraksi gingerol
dari rimpang jahe segardilakukan pada suhu rendah dengan menggunakan
pelarut n-hexane yang memiliki titik didihrendah.Pelarut n-hexan dianggap
cocok untuk mengekstrak gingerol dari rimpang jahe segar karenabersifat non
polar, relatif murah, aman, tidakmudah bereaksi dan mudah
menguap,sertamemliki solubility parameteryang hampirberdekatan dengan
gingerol (Hargono, 2013).
Pelarut n-heksan merupakan pelarut yang paling ringan dalam
mengangkat minyak yang terkandung dalam biji–bijian dan mudahmenguap
sehingga memudahkan untuk refluk. Pelarut ini memiliki titik didih antara
65–70oC.Etil asetat merupakan jenis pelarut yang bersifat semi polar. Pelarut
ini memiliki titik didih yang relatif rendahyaitu 77oC sehingga memudahkan
pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses destilasi. Sedangkan Pelarut
metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses
isolasi senyawa organik bahan alam. Metanol merupakan senyawa polar yang
disebut sebagai pelarut universal karena selain mampu mengekstrak
komponen polar juga dapat mengekstrak komponen nonpolar seperti lilin dan
lemak. (Susanti, 2012). Polaritas diluen akan sangat berpengaruh pada proses
ekstraksinya, semakin polar diluen yang digunakan akan semakin besar daya
pemisahnya (Putranto, 2012).
Menurut Materia Medika (1978), mutu jahe berdasarkan standar
nasional Indonesia yaitu kadar abu tidak lebih dari 5 % dan kadar abu yang
tidak larut dalam asam tidak lebih dari 3,9 %. Kadar sari yang larut dalam air
tidak kurang dari 15,6 % dan kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang
dari 4,3 %. Sedangkan kandungan bahan organik asing tidak lebih dari 2 %.
Kadar minyak atsiri padarimpang jahe tidak kurang dari 0,7 % v/b.

D. Klasifikasi Tanaman

1. Klasifikasi Jahe Merah

Regnum : Plantae,
Divisi : Pteridophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Scitamineae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Rose
(Suprapti, 2003).
2. Morfologi
Jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu, dan berdiri tegak
dengan ketinggian mencapai 0,75 m. Secara morfologi, tanaman jahe terdiri
atas akar, rimpang, batang, daun dan bunga. Perakaran tanaman jahe
merupakan akar tunggal yang semakin membesar seiring dengan umurnya,
hingga membentuk rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi
tanaman baru. Batang tanaman jahe merupakan batang semu yang tumbuh
tegak lurus. Batang ini terdiri atas seludang-seludang dan pelepah daun yang
menutup batang. Bagian luar batang licin dan mengilap, serta mengandung
banyak air. Daun tanaman jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai
rumput-rumputan besar. Bunga tanaman jahe terletak pada ketiak daun
pelindung. Bentuk bunga bervariasi: panjang, bulat telur, lonjong, runcing,
atau tumpul (Suprapti, 2003).

E. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Batang Pengaduk
b. Botol vial
c. Cawan porselin
d. Gegep
e. Gelas kimia
f. Oven
g. Tabung reaksi
h. Timbangan Analitik

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Air suling
b. Aluminium foil
c. Pelarut semi polar Etil
d. Pelarut nonpolar N-heksan
e. Pelarut polar Metanol
f. Tissue
F. Prosedur Kerja

Rimpang Jahe Merah(Zingiber rhizoma)

- Dilakukan penimbangan pada sampel

ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber

rhizoma) sebanyak 5 gram

- Dimasukkan kedalam wadah cawan

porselin

- Ditambahkan pelarut metanol sebanyak

10 ml sambil diaduk dengan batang

pengaduk

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambahkan pelarut n-heksan sebanyak

10 ml

- Ditunggu hingga terbentuk dua fase

- Dipisahkan fraksi n-heksan yang

terbentuk dan dimasukkan kedalam botol

vial

- Ditambahkan lagi pelarut etil ke dalam

tabung reaksi yang berisi fraksi metanol

- Ditunggu hingga fraksi terpisah, apabila

sulit untuk berpisah tambahkan pelarut

air untuk mempermudah pemisahan


- Diambil fraksi etil yang terbentuk yang

berada pada bagian atas tabung

- Dimasukkan dalam botol vial fraksi etil

yang didapatkan

- Dimasukkan fraksi metanol yang berada

pada bagian bawah tabung reaksi ke

dalam botol vial

- Diberikan label pada semua fraksi

- Disimpan dalam oven fraksi metanol dan

disimpan dalam lemari asam untuk fraksi

n-heksan dan fraksi etil.

G. Hasil Pengamatan

a. Tabel Hasil Pengamatan

1. Berat Sampel

Nama Sampel Bobot Simplisia Bobot Ekstrak Randemen

Rimpang Jahe Merah


(Zingiber 650 gram 49,5 gram 7,61 %
Officinalle)

2. Hasil Ekstraksi
LABORATORIUM UNIVERSITAS ABDURRAB
Nama Pelarut Gambar

Pelarut Metanol

Pelarut N-Heksan

Pelarut Etil
3. Berat Fraksi Sampel
Nama Sampel Bobot Simplisia Bobot Fraksi Randemen
Fraksi Metanol 650 gram 2,5 gram 0,38 %

Fraksi N-Heksan 650 gram 2,5 gram 0, 38 %

Fraksi Etil 650 gram 4 gram 0,61 %

b. Perhitungan

1. % Rendamen Sampel Ekstrak Jahe Merah

Bobot Ekstrak
% Rendamen = x 100%
Bobot Serbuk Kering

49 , 5 gram
= x 100%
650 gram

= 7, 61 %

2. % Rendamen Fraksi Metanol

Bobot Ekstrak
% Rendamen = x 100%
Bobot Serbuk Kering

2,5 gram
= x 100%
650 gram

= 0,38 %

3. % Rendamen Fraksi Etil

Bobot Ekstrak
% Rendamen = x 100%
Bobot Serbuk Kering

4 gram
= x 100%
650 gram

= 0,61 %

4. % Rendamen Fraksi N-Heksan

Bobot Ekstrak
% Rendamen = x 100%
Bobot Serbuk Kering
2,5 gram
= x 100%
650 gram

= 0,38 %

H. Pembahasan
Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dari ekstraksi bahan mentah secara
kimiawi. Senyawa kimia yang diekstrak meliputi senyawa aromatik, minyak
atsiri, ester, dan sebagainya yang kemudian menjadi bahan baku proses industri
atau digunakan secara langsung oleh masyarakat.Ekstraksi merupakan suatu
proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain-lain dengan
menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai
metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi
dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah
dikeringkantergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi.
Penggunaan sampel segar lebih disukai karena penetrasi pelarut yang digunkan
selama penyarian kedalam membran sel tumbuhan secara difusi akan
berlangsung lebih cepat, selain itu juga mengurangi kemungkinan terbentuknya
polimer berupa resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses
pengeringan. Penggunaan sampel kering dapat mengurangi kadar air didalam
sampel sehingga mencegah kemungkinan rusaknya senyawa akibat aktivitas
anti mikroba.
Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair. Hal ini didasarkan padabentuk campurannya (yang
diekstraksi). Ekstraksi padat-cair (partisi padat-cair) adalah proses pemisahan
untuk memperoleh komponen zat terlarut dan campurannya dalam padatan
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sedangkan ekstraksi cair-cair
(partisi cair-cair) adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam dua macam zat
pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air.
Ekstraksi cair - cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan
corong pisah.Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur
dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut
pada fase kedua.Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu
didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase
zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasatersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Ekstraksicair-cairdigunakan karena metode ini dapat dilakukan dalam
skala mikro maupun makro, pemisahannya tidak memerlukan alat khusus,
melainkan hanya beberapa corong pemisah.Pemisahan yang dilakukan bersifat
sederhana, bersih, cepat dan mudah, dan seringkali untuk melakukan
pemisahan diperlukan beberapa menit.Pada metode ekstraksi cair-cair,
ekstraksi dapat dilakukan dengan kontinyu atau dengan cara bertahap.
Tekniknya dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur
dengan pelarut, lalu dikocok.Pengocokan dilakukan dengan tujuan agar dapat
terlihat lapisan dua fase pada larutan.Perlakuan pertama melalui corong pisah,
kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi
solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua
lapisan. Lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat
dipisahkan untuk melakukan analisa selanjutnya.
Praktikum kali ini dilakukan ekstraksi cair-cair dengan sampel yang
berasal dari hasil ekstraksi maserasi terhadap tumbuhan rimpang jahe merah
(Zingiber rhizoma). Hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Kemudian alat tersebut dibersihkan dengan air
suling dan dibilas dengan alkohol.Tujuannya yaitu untuk menghilangkan
kotoran, lemak dan mikroba yang menempel pada alat tersebut. Setelah itu
sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan analitiksebanyak 5 g.
Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam cawan porselin lalu
ditambahkan 10 ml metanol dan diaduk menggunakan batang pengaduk hingga
larut dan homogen. Digunakan pelarut metanol karena tujuan pelarut yang
pertama yaitu sebagai pembawa senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak
tersebut. Setelah itu dimasukkan dalam tabung reaksi yang kemudian
ditambahkan 10 ml n-heksan. Tabung reaksi digunakan sebagai alternatif
karena corong pisah yang tersedia dalam laboratorium tidak mencukupi.
Setelah itu tabung reaksi tersebut dikocokagar larutan n-heksan tersebut dapat
bercampur dengan ekstrak kental dari rimpang jahe merah (Zingiber rhizoma),
lalu didiamkan selama beberapa menit sampai terjadipemisahan dan terbentuk
2 fase dari cairan tersebut. Dalam proses pemisahan ini, senyawa yang bersifat
nonpolar akan berada pada fase bawah sedangkan senyawa yang bersifat polar
berada pada fase atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan berat jenis
antara methanol dan n-heksan. Berat jenis n-heksanyaitu 0,654 g/ml lebihkecil
dibandingkan dengan metanol 0,79 g/ml. Setelah terjadi pemisahan, pelarut
tersebut dikeluarkan dari tabung reaksi dengan mendahulukan pelarut yang
berada dibagian atas yaitu fraksi n-heksan menggunakan pipet tetes dan
dimasukkan kedalam botol vial. Setelah itu sisa pelarut yang berada dalam
tabung reaksi ditambahkan lagi dengan pelarut etil. Pada proses ini sulit terjadi
pemisahan sehingga digunakan air untuk memudahkan terjadinya pemisahan
pelarut yang bersifat polar dan semi polar. Digunakan air karena zat-zat yang
dapat larut akan terdisitribusi diantara lapisan air dan lapisan organik sesuai
dengan perbedaan kelarutannya sehingga dapat membantu terjadinya
pemisahan.Kemudian setelah terpisah dimasukkan dalam botol vial yang
berbeda. Untuk fraksi metanol disimpan dalam oven dan untuk fraksi n-heksan
dan etil disimpan dalam lemari asam. Penyimpanan dilakukan pada tempat
yang berbeda karena ketiga pelarut tersebut memiliki sifat yang berbeda
dimana pelarut n-heksan dan etil akan menguap apabila disimpan dalam oven
karena memiliki titik didih relatif rendah yaitu antara 65-700C dan pelarut etil
memiliki titik didih yaitu 770C sehingga tidak disimpan dalam oven sedangkan
fraksi metanol disimpan dalam oven agar didapatkan fraksi yang kering.
Manfaat partisi ekstrak dalam bidang farmasi yaitu untuk mendapakan
senyawa murni dari simplisia atau ekstrak bahan obat sehingga dapat dilakukan
pengembangan obat tradisionalyangtelah teruji khasiat dan keamanannya, bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis.
Senyawa murni ekstrak yang berasal dari bahan alam dapat digunakan dalam
pembuatan suatu obat atau sebagai bahan – bahan dasar fitofarmaka.

I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
yaitu :

1. Prinsip dasar dari ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi cair-cair dilakukan


dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak
saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama,
dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna
dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimia yang
terpisah.
2. Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan pemisahan zat terlarut di dalam dua
macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain
perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut
air. Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini terbagi menjadi tiga yaitu
pelarut polar menggunakan metanol, pelarut semi polar menggunakan etil
dan pelarut nonpolar menggunakan n-heksan.
3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kadar fraksi
metanol sebanyak 2,5 gram, fraksi etil sebanyak 4 gram dan fraksi n-
heksan sebanyak 2,5 gram.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale) Kajian


Dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu Dan Suhu. Jurnal Pertanian Mapeta.
Vol. Xii (2).

Anonim. 1978. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Dilaga, A.P.H., dkk. 2016. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavanoid dari
Rimpang Pacing Costus Speciosus (J.Koenig) Sm. Prosiding Farmasi.
Vol. 2 (1).

Hargono, Fitra P., Dan Margaretha P.A. 2013. Pemisahan Gingerol Dari Rimpang
Jahe Segar Melalui Proses Ekstraksi Secara Batch. Momentum.Vol. 9 (2).

Hernani, dan Nurdjanah, R.,. 2009. Aspek Pengertian Dalam Mempertahankan


Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tanaman Obat. Perkembangan
Teknologi TRO.Vol. 21(2).

Kardian, A., dan Agus R. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Secara Organik.
AgroMedia.

Sari, K.I.P., Periadnadi dan Nasril N. 2013.Uji Antimikroba Ekstrak Segar Jahe-
Jahean (Zingiberaceae) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli
dan Candida albicans.Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol. 2(1).

Suprapti, M.L. 2003. Aneka Awetan Jahe. Yogyakarta : Kanisius.

Susanti, A.D., Dwi A., Gita G.P., dan Yosephin B.G. 2012. Polaritas Pelarut
Sebagai Pertimbangan Dalam Pemilihan Pelarut Untuk Ekstraksi Minyak
Bekatul Dari Bekatulvarietas Ketan(Oriza sativa glatinosa). Simposium
Nasional RAPI XI FT UMS-2012. ISSN : 1412-9612.

Wildan, A., Devina I.A., Indah H., dan Widayat. 2013. Proses Pengambilan
Minyak Dari Limbah Padat Biji Karet Dengan Metode Ekstraksi
Berpengaduk. Momentum. Vol. 9 (1).
Purwani, Mv, Suyanti, Dan Muhadi Aw. 2008. Ekstraksi Konsentrat Neodimium
Memakai Asam Di- 2 - Etil Heksil Fosfat. Seminar Nasional Iv Sdm
Teknologi Nuklir.Issn 1978-0176.

Putranto, A.M.H. 2012. Metoda Ekstraksi Cair-Cair Sebagai Alternatif untuk


Pembersihan Lingkungan Perairan dari Limbah Cair Industri Kelapa
Sawit. Jurnal Gradien.Vol. 8 (1).

Anda mungkin juga menyukai