Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP PASIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh:
G1B118012 Rani Alfiyyah Azzahra

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
2021

LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP PASIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Ruang : Ruang Paru


Nama Mahasiswa : Rani Alfiyyah Az-zahra
NIM : G1B118012
Nama Pembimbing
Pembimbing akademik : Andika Sulistiawan, M.Kep
Pembimbing Klinik : Nurasyah.S.Kep
Ns. Kurnia.S.Kep

1. Konsep Penyakit
1. Definisi

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang


disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat,
2008). Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang
menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak,
teratur, dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan
meluas ke parenkim paru (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia
adalah suatu peradangan pada parenkim paru dimana peradangan tidak
saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).

2. Etiologi
Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti
diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus,
haemophilus influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni),
mycobacterium tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti respiratory
syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh
jamur seperti citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices
dermatides, aspergillus Sp, candinda albicans, mycoplasma pneumonia
dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih, 2013).

3. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan prediksi infeksi adalah sebagai
berikut:
1. Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan karena
obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses keganasan.
2. Bronchopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrate pada paru dan
disebabkan oleh virus atau bakteri (Riyadi,2011).

4. Manifestasi klinis
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu:
a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului
oleh infeksi saluran pernapasan atas.
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak
cepat dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan
wheezing.
d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-
kadang terjadi kejang.
e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan
bernapas.
f. Batuk disertai sputum yang kental.
g. Nafsu makan menurun.

5. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat,
2008). Suhu tubuh meningkat sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang
karena demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami
bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung dan
mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009). Bakteri yang
masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas
yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan
edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi &
Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema
yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga
kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak dapat
berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat
pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan.
Perubahan tersebut akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen
yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja
jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia.
Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat
sampai sianosis.
6. Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil) (Sandra M,
Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
(Barbara C, Long, 1996: 435)
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa (Sandra M, Nettina, 2001: 684)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001: 684)
2. Pemeriksaan radiologi
a) Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple
seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
(Barbara C, Long, 1996: 435).
b) Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan
nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001)

7. Penatalaksanaan
1) Oksigen 1-2 liter per menit
2) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal
bertahap melaui selang nasogastrik dengan feeding drip
3) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transport muskusilier
4) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief
Mansjoer, 2000)

8. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah:
1) Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek
batuk hilang
2) Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga
pleura.
3) Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang
meradang
4) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (Whaley
Wong, 2006)

2. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi; nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh
sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami
batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada
saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturutturut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter
AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir,
dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat
penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu
riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1. Pernafasan
Gejala: Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada
saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap
tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/
kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang,
biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam
jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap
(misalnya: asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)
Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda: Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan
bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung)
Dada: Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter
AP (bentuk barel), gerakan difragma mini mal.
Bunyi nafas: Krekels lembab, kasar
Warna: Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu
keseluruhan.

2. Sirkulasi
Gejala: Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda: Peningkatan tekanan darah, Peningkatan frekuensi
jantung / takikardi Berat, disritmia Distensi vena leher
(penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan
penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan
dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit /
membrane mukosa: normal atau abu-abu/ sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukan anemia.

3. Makanan / cairan
Gejala: Mual / muntah, Nafsu makan buruk / anoreksia
(emfisema), Ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernafasan
Tanda: Turgor kulit buruk, Berkeringat, Palpitasi abdominal
dapat menyebabkan, hepatomegali.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala: Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan
melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktifitas atau istirahat
Tanda: Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum/
kehilangan masa otot

5. Integritas ego
Gejala: Peningkatan faktor resiko
Tanda: Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka
rangsang

6. Hygiene
Gejala: Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari
Tanda: Kebersihan buruk, bau badan.

7. Keamanan
Gejala: riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan, Adanya infeksi berulang.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
(Doengoes,1999 :166).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
penerimaan oksigen (Doengoes, 1999: 166).
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam
alveoli (Doengoes, 1999 :177).
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral (Doengoes,
1999: 172).
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia (Suyono
riyadi,2009)
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari- hari (Doengoes, 1999 :170)
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Gangguan  Respiratory Status : Gas Airway Management


pertukaran gas Exchange
 Respiratory Status : 1. Berikan posisi untuk memaksimalkan ventilasi
Ventilation 2. Memberikan oksigen bila perlu
 Vital Sign Status Setelah 3. Auskultasi suara napas tambahan
diberikan asuhan keperawatan 4. Berikan bronkodilator bila perlu
selama ....x24 jam, diharapkan 5. Monitor respirasi dan status O2
pertukaran gas pada pasien 6. Monitor pola napas
adekuat dengan kriteria hasil: 7. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
1. Mendemonstrasikan 8. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
peningkatan ventilisasi dan penggunaan otot tambahan, retraksi dada.
oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru- Respiratory Monitoring
paru dan bebas dari tanda-
tanda distress pernafasan 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
3. Suara nafas yang bersih, tidak bernafas
sianosis dipsnea 2. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, kussmaul,
hiperventilasi, cheynestokes, biot
Tanda-tanda vital dalam rentang 3. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
normal mengetahui hasilnya
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut
menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu
tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat. Sebelum melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung
dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup
pengetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana, persiapan pasien
dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi keperawatan yang
berorientasi pada tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien
setelah implementasi keperawatan selesai dilakukan (Potter & Perry, 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan
dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi keperawatan terdiri
dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif
yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain,
bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau
hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan
evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah
SOAP. S: Subjective yaitu keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang
diobservasi, A: Analisys yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P:
Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
(Potter & Perry, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C, dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku


Dari Brunner & Suddarth. Alih Bahasa. Jakarta: EGC.
Bentz, Cecily Lynn, dkk. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda juall. 2009.Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Dahlan, Zul. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
FKUI.
DAS. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University
Press.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance medicine. Alih bahasa. Jakarta: Erlangga.
DEPKES RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut, Untuk Penganggulangan Pneumonia Pada Balita.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa: Yasmin
Asih. Edisi 3. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan anak 1. Jakarta:
Salemba medika.
IDAI. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Murwani, Anita. 2010. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Muha
Medika.
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa. Prima Medika.
Nelson, MD. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15 vol.2. Jakarta:
EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik. Edisi 4. Volume1.Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk.
Jakarta : EGC.
Rahajoe, Nastiti N, dkk. 2009. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
Riyadi, Sujono, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing.
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Ward, Jeremy P.T. 2007. At a Glance Sistem Respirasi. Edisi 2. Jakarta:
Erlangga.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai