Anda di halaman 1dari 15

FARMASI FISIKA

“LARUTAN NON ELEKTROLIT”


Dosen pengampu: Apt. Almahera., S.farm., M.farm.

Oleh :

kelompok 2

1. Safwan Afandi (2008060036)


2. Wawan hasfi (2008060045)
3. Wulan aulia utami (2008060047)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA


BARAT

2021/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat allah swt, tuhan yang maha esa, berkat
rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
yang kami beri judul “LARUTAN NON-ELEKTROLIT” dengan tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
sallam yang syafaatnya kita nantikan kelak.
Makalah ini kami susun untuk menambah ilmu farmasi fisika serta
memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah “FARMASI FISIKA”, kami
menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
demi penyempurnaan makalah.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terimakasih
apabila ada kurang dan lebihnya kami meminta maaf sebesar besarnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.

Mataram, 10 oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1............................................................................................... Latar belakang
......................................................................................................................1
1.2.......................................................................................... Rumusan masalah
......................................................................................................................1
1.3............................................................................................................. Tujuan
......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2
2.1.................................................................... Pengertian larutan non elektrolit
......................................................................................................................2
2.2................................................................................................... Larutan ideal
......................................................................................................................2
2.3............................................................... Sifat koligatif larutan non elektrolit
......................................................................................................................3
BAB III PENUTUP ...............................................................................................9
3.1.................................................................................................... Kesimpulan
......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................. Latar belakang
Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki
komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu
atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut
merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua
komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner. Kemampuan
pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas tertentu. Larutan
dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperature tertentu disebut sebagai
larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan disebut larutan tidak jenuh.
Namun kadang- kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan
lebih banyak daripada yang seharusnya dapat larut dalam pelarut tersebut pada
suhu tertentu, larutan yang mempunyai kondisi seperti ini dikatakan sebagai
larutan lewat jenuh.

1.2.............................................................................................. Rumusan masalah


1. apa definisi dari larutan non elektrolit
2. bagaimana sifat sifat koligatif dari larutan non elektrolit
1.3................................................................................................................ Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan larutan elektrolit dan non elektrolit
2. Untuk mengetahui dan memahami sifat sifat koligatif dari larutan non
elektrolit

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penertian larutan non elektrolit


larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantar arus listrik
dan tidak menimbulkan gelembung gas. Zat zat yang terkandung dalam larutan
non elektrolit dinamakan zat non elektrolit. Pada larutan non elektrolit, molekul-
molekulnya tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang dapat
menghantarkan arus listrik, contohnya adalah larutan gula, protein, urea, glukosa,
oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.

Gambar 2.1. larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

Larutan berdasarkan interaksinya diantara komponen- komponen


penyusunnya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu larutan ideal dan larutan non
ideal. Sedangkan berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel pelarut tersusun
sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi efek kalor. Untuk larutan
biner, proses pencampuran tidak terjadi efek kalor bila energi interaksi antara
partikel zat terlarut dan partikel pelarut sama dengan energi interaksi antara
sesama partikel zat terlarut maupun sesama partikel pelarut. Secara umum larutan
ideal akan memenuhi hukum Raoult. Sangat jarang dalam kehidupan nyata
didapatkan larutan yang bersifat ideal, pada umumnya larutan menyimpang dari
keadaan ideal atau merupakan larutan non ideal.

2.2. larutan ideal

2
Suatu larutan dianggap bersifat ideal, karena didasarkan pada kekuatan
relative dari gaya tarik-menarik antara molekul solute dengan solventnya. Larutan
ideal adalah larutan yang gaya tarik-menarik antara molekul-molekul sama
dengan gaya tarik-menarik molekul-molekul dari solute dan solventnya masing-
masing.

Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Homogen pada seluruh kisaran komposisi dari system, mulai dari fraksi mol
nol sampai dengan satu (0<x<1).
2. Pada pembentukan larutan dari komponennya, tidak ada perubahan entalpi
(∆H campuran = 0), artinya panas larutan sebelum dan sesudah
pencampuran adalah sama.
3. Perubahan volume campuran adalah sama dengan nol (V campuran = 0),
artinya jumlah volume larutan sebelum dan sesudah pencampuran adalah
sama.
4. Memenuhi hukum Raoult.
Adapun bunyi dari hukum raoult yang di maksud adalah:
“tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut murni dan
fraksi mol zat pelarut yang terkandung dalam larutan tersebut”
Secara matematis, hukum raoult untuk satu komponen dalam larutan ideal ditulis
sebagai berikut:
Pi = Pi* Xi
Ket:
Pi = tekanan uap parsial komponen i pada campuran gas
Pi* = tekanan uap komponen murni i
Xi = fraksi mol komponen i dalam campuran
Ketika komponen dalam campuran telah mencapai kesetimbangan, total
tekanan uap pada campuran dapat ditentukan dengan menggabungkan hukum
raoult dengan hukum Dalton menjadi:
P = P*A . XA + P*B . XB + ……
Hukum raoult sangat penting untuk dipelajari sifat karakteristik fisik dari
larutan seperti menghitung jumlah molekul dan memprediksi massa molar suatu
zat (Mr).
Untuk larutann yang mengikuti hukum raoult, interaksi antara molekul
individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam tiap
komponen. Larutan semacam inilah yang di sebut dengan larutan ideal, tekanan
total campuran gas adalah jumlah tekanan parsial masing masing komponen
sesuai dengan hukum raoult.
2.3. Besaran konsentrasi
Konsentrasi larutan adalah besaran yang menunjukkan kepekatan suatu
larutan melalui perbandingan zat pelarut dan zat terlarut. Jika zat terlarutnya
banyak, maka larutan yang dibentuk memiliki konsentrasi yang tinggi (pekat).

3
Sebaliknya jika zat pelarutnya lebih banyak dari zat terlarut maka, larutan yang
dibentuk memiliki konsentrasi yang rendah (encer).
Satuan dari konsentrasi sendiri memiliki banyak satuan diantaranya persen massa,
persen volume, persen massa per volume, molaritas, molalitas, dan fraksi mol.
 Persen massa (% m/m)
 Persen volume (% v/v)
 Persen massa per volume (% m/v)
 Molaritas
 Molalitas
 Fraksi mol
2.4. Sifat sifat larutan
 Sifat aditif
dalam larutan, sifat aditif merupakan sifat yang bergantung pada atom total
dalam molekul atau pada jumlah sifat konstituen larutan.
Massa komponen dari suatu larutan termasuk sifat aditif, massa total dari
larutan adalah jumlah dari masing-masing komponen larutan yaitu zat terlarut dan
zat pelarut.
Contoh dari sifat aditif larutan adalah berat molekul, yaitu jumlah massa atom.
 Sifat konstitutif
Sifat konstitutif yaitu sifat yang tergantung pada atom penyusun molekul
(pada jenis dan jumlah atom). Sifat konstitutif menunjukkan aturan senyawa
tunggal dan kelompok molekul dalam sistem.

 Sifat koligatif
2.5. Sifat sifat koligatif larutan non elektronik
sifat koligatif dalam larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut). Hukum roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan.
Berikut sifat yang dimaksud ialah:
a. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan pelarut murni
b. Peningkatan titik didih
c. Penurunan titik beku
d. Gejala tekanan osmotic
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sifat
larutan non elektrolit dan elektrolit. Hal itu di sebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion ion, sedangkan zat
terlarut pada larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi
ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan non elektrolit
lebih renndah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Banyaknya partikel dalam
larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan larutan itu sendiri.

4
Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal-hal berikut:
 Molar, yaitu jumlah mol terlarut dalam satu liter larutan.
 Molal, yaitu jumlah mol terlarut dalam satu kilogram larutan.
 Fraksi mol, yaitu perbandingan jumlah mol terlarut dengan jumlah mol
pelarut dalam zat terlarut.
Sebagai tambahan, larutan non-elektrolit memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Tidak menghasilkan ion
 Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
 Tidak terionisasi jika dilakukan uji daya hantar listrik, tidak menghasilkan
gelembung dan lampu tidak menyala
 Derajat ionisasi sama dengan nol, contohnya adalah larutan gula, larutan
alkohol, bensin, larutan urea.

a. Penurunan uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas.
Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan
semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan
untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap.
Jika kedalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan
membentuksuatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene
sebagian yanglain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan
ini di selidiki olehRaoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekananuap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang
berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi.
Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan
tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan
uap ini disebut tekananuap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan
airadalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat
terlarutdisebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887–1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara
tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan
tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum
Roult,tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung
pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA = XA◦. Dari hukum Roult
ternyatatekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam

5
larutan.Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut.

P = P◦. Xpelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni

Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat


terlarut.Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut
terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:

P = P◦ - P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka
hukumRoult dapat ditulis:
P larutan = X larutan . P pelarut

Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol
zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap
selalu lebihrendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

b. Peningkatan titik didih


Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku.Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut:
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan
cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari
larutantersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti
tekananuap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar
kurang dari 1atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100
C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada
suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum
mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka

6
diperlukansuhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titikdidih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
denganhasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).
Dapat dirumuskan sebagai:

∆ T b = Kb . m
Jika
1000
M=n×
p

Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

1000
T b = Kb ( n × )
p
Ket:
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
M = molalitas zat terlarut
N = jumlah mol zat terlarut
P = massa pelarut

Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh denga


nmengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui
(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).
Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan
titik didihnya atau Tb = Tb + Tb.

c. Penurunan titik beku


Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak
antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat
terlarutakan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih
rendah.Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik
beku.Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut
(Kf) dinyatakan dengan persamaan:
∆Tf = Kf . m

7
1000
Tf = Kf (n × )
p
Ket:
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan titik brku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang
tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di
sinikita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan
dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut,
maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam
kesetimbangan dengantekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan
oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan
dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam
larutan berada bersama-sama, merekaharus memiliki tekanan uap yang sama. Ini
berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva
tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat
terlarut ditambahkan ke dalam larutan,tekanan uap pelarut turun dan titik beku,
yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih
dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati

d. Tekanan osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semi
permiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan
molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya
partikel (molekul atau ion) melalui dinding semi permeabel disebut osmotik.
Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik.
Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban
padakenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semi permiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:

PV = nRT

8
Maka tekanannya
nRT
P=
V

Jika tekanan osmotik dilambangkan dengan π, dari persamaan di atas dapat di


peroleh:

nRT
π=
V

Atau

π=MRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.


Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan
sebagai berikut :
π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol)
T = suhu mutlak (K)

Tetapan titik beku molal:

Titik beku (℃) Kf (℃)

Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalamlarutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan

9
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit
tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan
atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantar arus
listrik dan tidak menimbulkan gelembung gas. Zat zat yang terkandung
dalam larutan non elektrolit dinamakan zat non elektrolit
b. sifat koligatif dalam larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum roult merupakan dasar dari sifat
koligatif larutan.
c. Suatu larutan dianggap bersifat ideal, karena didasarkan pada kekuatan
relative dari gaya tarik-menarik antara molekul solute dengan solventnya.
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik-menarik antara molekul-
molekul sama dengan gaya tarik-menarik molekul-molekul dari solute dan
solventnya masing-masing.

d. Hukum Raoult menyatakan bahwa Tekanan uap parsial dari sebuah


komponen di dalam campuran adalah sama dengan tekanan uap
komponen tersebut dalam keadaan murni pada suhu tertentu dikalikan
dengan fraksi molnya dalam campuran tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA
Panjaitan, M.irfan. dkk. 2013. Larutan non elektrolit. Palembang. Universitas
sriwijaya. Dikutip dari https://www.scribd.com

12

Anda mungkin juga menyukai