Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

AGAMA NASRANI

Telah kita utarakan pada achir bab 4, berkuasanja civilisasi atas


kebudajaan, djadi tjorak materialistis kebudajaan Rumawi itu, tak dapat
menghalang-halangi, ja, bahkan mungkin mendjadi sebab mengapa
terutama orang banjak dan sebagian dari kaum atasan jang berkuasa
makin memerlukan agama sebagai pegangan hidup.
Kebutuhan ini makin djelas kira2 permulaan tahun Masehi, sebab
zaman itu bagi Rumawi merupakan zaman krisis. Perang saudara
meradjalela, demikian pula kekatjauan dan achirnja republik Rumawi
diganti dengan sebuah kekaisaran. Dan djelas Pula bahwa dewa2 Junani-
Rumawi itu tak dapat memenuhi kebutuhan tadi itu. Djadi dalam soal
agamapun bangsa Rumawi menjesuaikan diri dengan agama Junani.
Dewa, dewi, heros, peri dsb. itu hidup disurga, dibumi dan didunia
bawah dengan keinginan dan kekurangan duniawi. Mereka dianggan
melindungi manusia dan bangsa2, memberikan tanda2 kepada manusia.
Tetapi pada hakekatnja kehidupan dewa2 itu tjermin hidup manusia,
hanja dewa2 mengenal hidup-surga dengan segala kemungkinannja dan
hidup abadi. Agama-negara menghendaki pengorbanan

dan upatjara. Perajaan jang sangat banjak, jang dihubungkan dengan


itu, hanja dapat melunakan rakjat pada kesukaran hidup, bukan
memetjahkan masalah jang dihadapi. Rangkaian pertjintaan Jupiter
(Zeus), dewa terting¬gi, dengan berbagai wanita-surga dan wanita-dunia,
demikian pula pemba¬lasan jang dilakukan Juno-Hera isteri Zeus jang
tieinburu itu, begitu pula berbagai tingkah laku penduduk Olympus itu
merupakan bahan jang tak ada achirnja bagi Denjair, bahan bagi ahli seni
rune, tetapi dewa2 itu tidak memberikan djawaban atas rahasia hidup,
rahasia maut, ketidak-aba¬dian, penderitaan manusia, rasa njeri, maksud
dan tudjuan untung-nasib jang dialami manusia dibumi ini.
Dengan demikian baik bangsa Rumawi jang terpeladjar dan kritis,
baik rakjat jang banjak itu djumlahnja, lama' melepaskan diri dari
kepertjajaan kepada dewa2 Junani-Rumawi itu. Mereka memperoleh
hiburan dan kehi¬dupan rohani jang lebih mendalam pada religi mysteri,
jang tersebar setjara luas dalam keradjaan Rumawi dalam abad2 sebelum
dan sesudah permulaan tahun Masehi. Agama2 itu semuanja berasal dari
Asia-Denan dan Mesir : ada orang Rumawi jang memudja dewa Mithras
pada mulanja dewa tjahaja bangsa Persia, tetapi djuga mendjadi dewa-
djandji, sebab itu sangat dimulia¬kan oleh pradjurit Rumawi. Bagi dewa
itu mereka mendirikan kuil2 hingga kepelosok-pelosok negara. Ada Dula
jang memudja dewi kesuburan Cybele, disebut djuga Ibu-Akbar berasal
dari Asia Ketjil. Kekasih dewi itu bernama Attis. Tiap2 tahun diperingati
orang kematiannja dengan rasa chidmat dan kebangkitan dewa itu
dirajakan orang dengan meriah. Pemudjaan Isis, aga¬ma jang berasal dari
Mesir itu, menimbulkan harapan memperoleh penger¬tian akan dapat
menjelami rahasia dunia-atas, membangkitkan harapan ma-nusia akan
dapat hidun abadi. Ketjuali itu sekalian agama itu sama2 mem¬punjai
daja penarik jang besar. Penganut agama2 itu diikat oleh persaudara¬an
jang erat, sama2 merasakan kesadaran-ikatan. Kepada penganut baru
dibukakan tabir rahasia dewa itu dengan penuh rasa chidmat dan
upatjara, hingga mereka merasa seakan-akan dilahirkan kembali.
Karena Derubahan rohaniah itu, maka penganut merasa benar2 serta
dalam upatjara, tidak lagi sebagai penonton unatjara, jang hanja
diseleng¬garakan oleh para. pendeta. Pengertian hidup abadi, bangkit
kembali sesu¬dah meninggal jang diberikan mysteri itu kepada
penganutnja — mem¬berikan harapan kepada mereka jang hidup miskin,
sengsara dan terbelenggu itu. Mereka mengharap akan mengalami
„moksa", mempunjai kejakinan akan merasakan hidun berbahagia dialam
achirat. Sesudah berdjuang bebe¬rapa abad lamanja, achirnja agama
Nasrani dapat mendesak mysteri2 itu. Me¬mang agama Nasrani
memnunjai tjorak jang serupa dengan mysteri2 itu. Agama Nasrani
memang suatu agama jang mengadjarkan moksa Dula. Dalam agama
Nasrani ada Pula seorang dewa jang dibunuh, jakni Putra-Tuhan, jang
kemudian bangkit jlari kematian dan mendjamin kebahagiaan abadi
kepada orange saleh sebagai hiburan atas kesengsaraan didunia Mi.
Dengan mem¬pergunakan anggur dan roti sebagai perlambang pada
upatjara persadjian, maka orang seakan-akan ikut serta dalam badan dan
darah putra-Tuhan itu. Orang mendjadi nenganut agama itu sesudah
mengalami pembaptisan. Tetapi sedjak semula telah ada satu nerbedaan
antara agama Nasrani dengan mysteri2 itu. Mysteri berkembang
berdasarkan salah satu agama berhala, sedang agama Nasrani
berdasarkan agama Jahudi, jang sedjak berabad-abad bersifat
monotheistis. Dalam Indjil, jakni kitab sutji agama Nasrani, dima¬sukkan
pula kitab sutji agama Jahudi, jang disebut Perdjandjian Lama,

bersama-sama dengan keemnat evangelia (berita gembira). Dalam


evangelia itu a.l. oleh keempat discipulus (murid) jakni Matheus, Marcus,
Lucas dan Johannes, ditjeritakan pengembaraan Kristus jang pendek
dibumi ini, dan adjaran Kristus itu. Hal' itu dengan sedjumlah dokumen
a.l. surat2 Paulus, merupakan „Perdjandjian Baru".
Telah lama bangsa Jahudi mengharap kedatangan Messias, Djuru
Sela¬mat. Bangsa Jahudi, jang memeluk agama Nasrani mengakui Jezus
dari Nazareth — jang mengadjarkan agama baru itu kira2 30 Masehi —
sebagai Messias atau Kristus, maksudnja jang telah disalap (penjalanan
minjak jang mahal termasuk upatjara penobatan radja2 Jahudi). Kristus
sebenarnja kata Junani „christos". Mengapa dinakai kata Junani, bukan
karena kebetulan sadja. Sebab penganut agama Nasrani bangsa Jahudi
tidak hanja menga¬djarkan agama itu kepada bangsanja sadja, tetapi
djuga kepada orang2 jang masih menjembah berhala, bangsa Junani dan
Rumawi. Pada mulanja ter¬utama orang ketjil tertarik akan agama
Nasrani itu jakni : hamba sahaja, sahaja jang telah merdeka, pekerdja
tangan dan nradjurit. Kemudian aga¬ma itu mengalami perubahan besar
ketika memasuki lingkungan Junani — Rumawi jang beradab, memasuki
kota2 Syria dan Iskandaria. Agama Nasrani lalu banjak mengambil unsur
Junani, bukan unsur agama Junani, sebab mereka jang telah tjerdas itu
bersika-o skeptis terhadan polytheisme lama itu, melainkan unsur2
filsafat Junani dewasa itu, baik unsur aliran Stoa, atau unsur2 penganut
Plato. Keempat evangelia dalam Perdjandjian Baru, jang tertulis dalam
bahasa Junani itu, pasti berasal dari lingkungan Nasrani¬Junani itu.
Lebih2 dalam evangelium keempat, djadi evangelium Johannes, banjak
kita djumpai faham2 mystik dari aliran Neo-Platonisme:
Sebaliknja alam fikiran Junani kena pengaruh fikiran Jahudi-
Nasrani. Hal itu njata pada perubahan sikap terhadan alam. Dalam bab 3
telah kita lihat, berbeda dengan Pola T_Tmum, bangsa Junani tidak
merasa terikat pada alam, melainkan memandang alam sebagai objek
penjelidikan. Sikap agama Nasrani terhadan alam tidak netral, melainkan
bersifat menolak, ja bahkan beraifat mernusuhi. Agama Nasrani bersifat
transcendent, artinja berpaling dari dunia, ditudjukan kepada surga.
Menurut adjaran dosa-warisan, ma¬nusia dilahirkan dalam dosa. Segala
jang bersifat kealaman, apa jang ter¬dapat didunia semuanja terletak
dalam hal jang „djahat". Orang2 Nasrani pada permulaan agama itu
menantikan kedatangan kembali Kristus kebumi ini dengan rasa llama'
tjemas. Sebab pada saat itu mulailah keradjaan Tuhan, jang akan
melingkupi orang2 saleh. Karena harapan itu, maka hidup didunia ini
hilang nilai2nja. Orang Nasrani zaman itu ada jang hidup dengan penuh
kesederhanaan, benda mendjadi milik bersama. Tetapi jang dinanti¬nanti
itu tak kundjung datang, walaunun telah berabad-abad diharap-harap-kan.
Sekali lagi orang menjesuaikan din dengan dunia ini dengan
mengada¬kan compromis. Tetapi dalam adjaran tetap terdapat sikap
menolak, apa jang berbau keduniaan.
Dalam keradjaan Rumawi orang Nasrani makin bertambah
djumlahnja. Tak mau tunduk pada perintah mengadakan upatjara korban
bagi negara, karena masih mengharapkan akan keradjaan Tuhan itu.
Kaisar2 Rumawi mulai menganggap agama itu sebagai suatu antjaman
dan mulai menuntut penganutnja. Hal ini kelihatannja bertentangan
dengan ana jang kita kata¬kan tadi, jakni toleransi bangsa Rumawi.
Toleransi itu besar, selama pen¬duduk, golongan besar atau ketjil
disamping memuliakan dewa2 sendiri, ikut serta memuliakan agama
negara. Tetapi menerima agama Nasrani, berarti

menolak dewa2 lain. Orang Nasrani sangat berpegang .pada


monotheisme bangsa Jahudi itu ; disamping Tuhan tak ada berhala lain.
Orang Nasrani mengalami tuntutan2, terutama dalam zaman
pemerintahan caesar Decius dan caesar Diocletianus dalam abad ketiga.
Tetapi ± 300 pada perrnulaan abad ke-4, caesar pertama abad itu
menjerah kepada agama itu. Kata orang caesar Konstantin itu pada suatu
pertempuran melihat salib diangkasa de¬ngan tulisan : In hoc signo
vinces (dengan tanda ini engkau akan menang). Hal itu mejakinkann.ja
akan kebenaran agama Nasrani. Tak lama kemudian agama itu
berkembang dengan pesat, tetapi banjak pula kehilangan kese¬derhanaan
dan keasliannja.
Sekarang pengaruh Rumawi mulai masuk kedalam agama itu.
Pengaruh Junani dalam berbagai hal dalam agama itu telah kita utarakan.
Tetapi tidak hanja itu sadja. Pengaruh Junani terus ada dalam Geredja
jang telah dapat dtdirikan itu, dan jang telah pula diakui negara itu.
Demikian pula djiwa filsafat Junani itu djelas terbajang dalam diskussi
jang tak ada kesudahan¬nja dan pertengkaran hebat mengenai perbedaan
faham tentang sifat manu¬sia dan sifat Ketuhanan nabi Isa. Bagi orang
luar hal itu sungguh tak ter- salami. Dengan fikiran-tjiptanja bangsa
Junani menjumbangkan sesuatu ke¬pada agama Nasrani, sedangkan
bangsa Rumawi menjumbangkan keistime¬waan mereka jakni •
kesanggupan mengadakan organisasi. Djiwa organisasi Rumawi itulah
jang menjebabkan agama Nasrani mempunjai bentuk jang berbeda
dengan agama2 lain. Organisasi Rumawi itu jang menjebabkan aga¬ma
itu mempunjai sifat Eropa jang chas.
Bentuk itu ialah Susunan Geredja. Bagi bukan pemeluk agama
Nasrani agak sukar menjelami hakekat dan- arti Geredja Nasrani itu.
Dalam agama Islam orang mengenal chalifah atau imam, jang diakui oleh
umat Islam. Tetapi disamping itu kita lihat bahwa tiap2 kjai atau guru
sedjak dahulu tetap ada kekuasaannja. Dalam Geredja Nasrani sebaliknja
lama' segala kekuasaan berasal dari suatu pusat. Bukan itu sadja ! Paus
jang mendjadi anggota pertama dalam Geredja Nasrani bukan semata-
mata pemimpin ke¬rohanian sadja. Istana Paus, jakni Vaticaan, mendjadi
pusat organisasi aga¬ma Nasrani. Hal ini terdjadi akibat perkembangan
sekian abad lamanja. Pada mulanja karena chutbah2 Jezus dan rasul2nja,
diberbagai tempat dalam keradjaan Rumawi timbuilah masjarakat
Nasrani. Paulus dan Petrus ter¬masuk rasul2 jang tergiat dan terkenal.
Mereka mengadakan surat-menjurat dengan masjarakat Nasrani
diberbagai kota itu.
Diantara surat2 itu ada terdapat dalam Indjil misalnja surat kepada
orang Ephesus, Corinthe, Philippi dan kepada orang Rumawi. Permulaan
organisasi geredja Nasrani itu berasal dari daerah timur keradjaan
Rumawi. Hal itu dapat kita lihat pada nama2 Junani jang dipergunakan
bagi kedu¬dukan dalam organisasi geredja itu. Suatu djamaah Nasrani
mengangkat seorang presbyter (priester). Pada mulanja bukan sebagai
djabatan tetap. Seperti Paulus, untuk menutup keperluan hidup, mereka
melakukan suatu pekerdjaan tangan. Lama' agama Nasrani makin
berkembang. Mula2 dikota¬kota, achirnja didesa-desa (sebab itu kata
pagan, jang artinja petani, kemu¬dian berarti orang jang masih
menjembah berhala). Sekarang diangkat se¬orang episcopos (biskop)
untuk memimpin umat Nasrani dalam daerah jang lebih luas itu
(episcopos pada mulanja berarti pengawas). Kemudian dalam kelima
kota : Konstantinopel, Antiochia, Alexandria, Jeruzalem dan Roma —
diangkat patriarch. Achirnja kira2 400 Masehi patriarch jang ada itu
mengakui patriarch Roma sebagai Paus (papa ajah), jang berdiri diatas

mereka. Sementara itu imarn2 Geredia dan muktamar geredja


(concili) mene¬tapkan adjaran agama Nasrani hingga kepada garis2
ketjil.
Sambil berdjalan dari abad keabad dibentuk orang suatu hierarchi
ge-redja jang kokoh dengan Roma mendjadi pusat. Diatas sekali terdapat
paus, dibawahnja kardinal, kemudian biskop-pertama (aartsbisschop),
diikuti oleh biskop, pastur dan capellanus. Masing2 bertanggung djawab
pada orang jang ada diatasnja. Dalam organisasi geredja itu terlihat benar
tradisi pemerin¬tahan Rumawi. Organisasi itu merupakan daja
pendorong jang lebih besar bagi agama Nasrani, dari pada tjara2 jang
dikenal agama-dunia lainnja. Me¬mang ada sebabnja mengapa patriarch
Roma memegang pimpinan dalam geredja, jang kemudian disebut
Géredja Katholik (katholik umum). Dari abad keabad kekuasaan Paus
selalu bertambah. Ketentuan terachir menge¬nai adjaran agama
diputuskan oleh Paus, demikian Dula bagaimana sikap orang Nasrani
dalam lapangan politik dan sosial. Dalam abad pertengahan sering petjah
peperangan hebat, karena paus menuntut agar radja2 Nasrani mengakui
kekuasaannja sebagai kekuasaan tertinggi. Perdjuangan itu dapat
berachir, karena pertama paus kehilangan sebagian dari kekuasaannja,
aki¬bat hilang persatuan Geredja — hal ini nanti akan kita bitjarakan —
dan kedua karena organisasi jang mendjadi lebih sempurna itu Geredja
dapat mempertahankan kekuasaan rohaninja atas orang Nasrani
disamping kekua¬saan duniawi radja2. Walaupun ada organisasi jang
hebat itu, Roma tak da¬pat menghalang-halangi berulang-ulang ada
golongan2 jang menolak kekua¬saan Roma itu. Hingga sekarang Geredja
Roma menjebut dirinja Geredja Katholik (Umum) dan tak pernah
melepaskan pretensi bahwa ialah geredja Nasrani jang sedjati. Pretensi
itu tidak sesuai dengan kenjataan. Apa sebab¬nja tidak ? Dalam abad ke-
4 dan ke-5 keradjaan Rumawi jang terpetjah¬petjah karena penjerbuan
bangsa2 biadab, jakni suku2 bangsa Djerman dan Slavia, jang
mengembara kemana-mana itu, mendinikan keradjaan2 baru da¬lam
keradjaan Rumawi dan achirnja menduduki Roma. Memang lama2 bang-
sa2 itu memeluk agama Nasrani dan bersedia mengakui kekuasaan paus
da¬lam lapangan kerohanian, tetapi sementara itu keradjaan Rumawi
Timur atau Byzantium tetap ada. Ada djuga benarnja djika Byzantium
mengang¬gap dirinja sebagai keradjaan jang mexpertahankan peradaban
Junani-Ru¬mawi, sebab bagian barat keradjaan itu telah dapat
diruntuhkan oleh bangsa2 jang masih biadab tadi. Melihat perkembangan
ini dapat kita memahami mengapa tahun 1054 patriarch Konstantinopel
memisahkan diri clari Geredja Roma dan mengepalai geredja, jang
sekarang bernama Geredja Junani-or¬thodox. Karelia kehilangan daerah
timur itu mungkin dapat orang mengata¬kan, geredja Roma akan lebih
kokoh kedudukannja didaerah barat, sebab sekarang dapat memusatkan
perhatiannja didaerah itu. Bangsa2 Barat jang relatif belum sangat tinggi
peradabannja itu, menganggap Geredja Roma sebagai ahli waris
organisasi dan kebudajaan Rumawi.
Sedjak abad ke-6 timbul pula organisasi, jakni perbiharaan jang
sangat membantu geredja menjiarkan agama dan peradaban. Bihara tidak
hanja mengadjarkan pengetahuan buku, melainkan djuga mendjadi
perintis me¬ngercljakan tanah dan menegakkan industri. Disokong oleh
organisasi rahib itu dalam waktu lama geredja berhasil menahan aliran2
bid'ah, jang menen¬tang adjaran dan pengaruh Roma. Baru dalam abad
ke-16 alirac jang me¬nentang itu mendjadi sangat hebat, hingga tak dapat
dihalang-halangi .tim¬bulnja perpetjahan baru, jang achirnja
menimbulkan geredja2 protestan (protes terhadap Roma). Diantara
geredja Protestan itu jang terpenting ia

lah aliran jang didirikan oleh Calvin seorang ahli agama bangsa
Perantjis. Terutama dalam hubungan Eropa dengan benua lain, akan kita
lihat bahwa aliran Calvin itu tidak kalah Dentingnj a dengan agama
Katholik.
'Tak alcan dibantah prang, djika kita katakan bahwa dalam agressi
Eropa itu agama Nasrani Denting peranannja. Maksud kita agama
Nasrani dalam bentuk katholicisme, Junani-orthodoxisme dan
protestantisme. Memang da¬lam bab pertama telah kita ingkari bahwa
agama itu sendiri bukanlah jang bertanggung djawab atas expansi Eropa,
tetapi tak dapat diingkari, bahwa diantara faktor2 historis, jang dapat
dipakai untuk menerangkan agressi itu, agama Nasrani termasuk salah
satu faktor itu. Pertama, karena dalam agama Nasrani itu bangsa Eropa
merasa bersatu terhadan dunia luar. Dalam abad ke-17 sadja Hugo de
Groot -- jang meletakkan dasar2 hukum bangsa2 fi¬kirannja mengenai
perdamaian dunia terutama ditudjukan kepada perda¬maian antara
keradjaan2 Nasrani, walaupun is sendiri seorang jang lemah lembut dan
mengenal toleransi. Kepada radja-perang zamannja, diandjur- kannja,
djika mereka tak dapat menghentikan perkelahian, baiklah mereka
menjerang orange jang masih „kafir" sadja. Kedua, agama Nasrani selalu
mendjadi dalih bagi apa jang dilakukan oleh kaum agressor. Sedjarah
pane¬muan daerah baru, jang pada hakekatnja pendudukan daerah lain
oleh bang¬sa Eropa, sedjak semula disertai oleh masalah bagi penakluk
hingga mana¬kah 'prang boleh melakukan hal itu. Agama Nasrani selalu
did,jadikan dalih. Seorang juris bangsa Spanjol bernama Vitoria (tahun
1540) pernah berkata, bahwa bangsa Spanjol memang berhak
menaklukkan daerah2 jang tidak me¬meluk agama Nasrani, tetapi hak itu
tak dapat dilepaskan dari kewadjiban menasranikan daerah jang telah
ditaklukkan itu dan mendidik penduduknja kearah jang baik, maksudnja
baginja sunaja mereka mengenal adat istiadat Nasrani. Dan karena dalih
itu menghendaki hasil jang dapat dilihat, maka sering orang mengadakan
penasranian dengan paksa.
Agressi jang berbadjukan agama Nasrani telah kelihatan kira2 tahun
1100, ketika prang Nasrani memulai perang salib. Tudjuan pahlawan2
Eropa ialah menaklukkan Palestina, Tanah Sutii, dimana Kristus hidun
dan disalibkan. Orang mengemukakan, perang itu dilakukan demi atau
untuk kepentingan bangsa2 jang belum memeluk agama Nasrani.
Penjelidikan mo¬dern menundjukkan, bahwa memang bagi kebanjakan
orang hasrat hendak menasranikan bangsa lain dan hasrat hendak
mengembalikan kota2 sutji kembali kepada orang Nasrani merupakan
alasan mengapa prang Eropa me¬nudju ketimur itu. Tetapi bukan alasan
terachir peperangan itu dilakukan demi kepentingan materi. Apakah jang
terdjadi didunia timur itu ? Karena -perluasan daerah jang dilakukan
prang Arab dibawah pimpinan chalifah2, maka. Eropa kehilangan
perdagangannja dengan India dan Tiongkok. Per¬dagangan itu sangat
menguntungkan Eropa. Lebih2 kota2 perdagangan besar di Italia, sangat
banjak menarik keuntungan dari njala fikiran mengadakan perang salib
itu. Dalam prakteknja penasranian mendjadi soal kedua, &a¬rena. prang
Islam tak pernah tertarik setjara besar2an kepada agama lain. Bahkan
pada achirnja karena hubungan antara barat dan timur, jang ditim-bulkan
oleh perang salib itu, malahan orange Barat jang masih kasar itu djauh
lebih banjak menerima pengetahuan dan civilisasi Arab dan Byzan-tium,
jang telah madju itu. Kepertjajaan jang mereka masukkan tidak ba-njak
pengaruhnja.
Tahun 1450 bangsa Portugis memulai dengan menaklukkan Afrika.
Hal itu mereka anggap sebagai landjutan perang salib itu ; demikian pula
ang

gapan bangsa Spanjol, jang hampir menaklukkan seluruh Amerika


Selatan tak lama sesudah tahun 1500.
Dalam abad ke-19 mengenai hal itu telah banjak kita lihat per
ubahan. Imperialisme dan kolonictiisme tak langsung mempergunakan
penasranian sebagai dalih perbuatan mereka, tetapi fikiran tadi masih ada
sadja, walau¬pun dalam bentuk jang diduniawikan. Djadi dengan tudjuan
membawa „peradaban" kepada daerah2 jang mereka sebut masih
terkebelakang. Dalam abad itupun masih orang berpendapat -bahwa
penasranian adalah puntjak usaha menjerahkan peradaban itu.

Anda mungkin juga menyukai