1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah erat kaitannya dengan estetika karena sifatnya yang
mudah dilihat dan diidentifikasi secara langsung. Karakteristik fisik air limbah meliputi
bau, suhu, densitas, warna, dan kekeruhan. Bau disebabkan oleh adanya bahan volatile,
gas terlarut, dan hasil samping dari pembusukan bahan organic. Bau yang dihasilkan air
limbah adalah gas hasil peruraian zat organic dalam air limbah seperti H2S. Suhu
menandakan adanya spesies biologi dan tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi suhu air,
maka kandungan oksigen terlarut dalam air berkurang dikarenakan aktivitas biologi yang
semakin meningkat (Ginting, 2010). Densitas dapat
memberikan informasi mengenai tingkat densitas air limbah dalam bak
sedimentasi maupun unit lain dalam instalasi pengolahan air limbah. Warna merupakan
ciri kualitatif untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Warna sejati adalah warna akibat
masih adanya padatan terlarut setelah penghilangan partikel suspended. Kekeruhan dapat
terjadi karena adanya proses penguraian zat organik yang di lakukan oleh
mikroorganisme (Septiana, 2019). Kekeruhan pada air limbah disebabkan suspended
solid yang tidak segera mengendap seperti koloid, zat organik, jasad renik. Lumpur,
tandah liat, dan lain-lain.
2. Karakteristik Kimia
Kandungan kimia yang terdapat pada limbah dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
yang mengandung campuran zat kimia anorganik dan zat kimia organik (Septiana, 2019).
Zat organic mencakup zat yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), dan nitrogen (N) atau pun protein, karbohidrat, minyak, lemak, dan pestisida.
Sedangkan zat kimia anorganik adalah zat yang tidak mengandung unsur yang telah
disebutkan, antara lain besi (Fe), crom (Cr), mangan (Mn), belerang (S), dan logam berat
seperti timbal (Pb).
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi dipengaruhi oleh mikroorganisme yang terdapat pada air
limbah. Mikroorganisme yang terdapat pada limbah antara lain yaitu, alga, fungi, bakteri,
protozoa dan mikroorganisme pathogen (Septiana, 2019). Mikroorganisme dapat
berperan penting dalam pengolahan air limbah secara biologis, namun terdapat pula
mikroorganisme yang membahayakan bagi kehidupan apabila mencemari air.
4. pH
Secara umum nilai pH air menggambarkan keadaan seberapa besar tingkat
keasaman atau kebasaan suatu perairan (Pamungkas, 2016). Perubahan pH di suatu air
sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, maupun biologi dari organisme yang
hidup di dalamnya. Derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun
bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air
(Ningrum, 2018). Semakin sedikit zat-zat organik diuraikan oleh mikroorganisme maka
pH yang dihasilkan semakin basa dan jika semakin banyak zat-zat organic yang diuraikan
maka semakin asam pH yang dihasilkan (Yulvizar, 2011). pH yang diharapkan untuk
limbah air RPH adalah 6-9.
5. Amonia
Amonia merupakan gas yang tak berwarna dan mudah larut dalam air (dengan
membentuk larutan basa), amonia mudah bereaksi dengan air dan membentuk larutan
amonium hidroksida (Farahdiba et al., 2019). NH3 atau Ammonia muncul sebagai akibat
dari pembusukan jaringan tanaman dan dekomposisi kotoran hewan. Amonia kaya akan
nitrogen dan merupakan bahan pupuk yang baik. Amonia juga merupakan suatu zat yang
menimbulkan bau yang sangat tajam sehingga kehadiran bahan ini dalam air adalah
menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut yang akan mempengaruhi ekosistem di
badan air. Keberadaan senyawa amonia dapat, menyebabkan kondisi toksik bagi
kehidupan perairan. Kadar amonia bebas dalam air meningkat sejalan dengan
meningkatnya pH dan suhu. Kehidupan air terpengaruh oleh amonia pada konsentrasi 1
mg/L dan dapatmenyebabkan mati karena dapat mengurangi konsentrasi oksigen dalam
air. Secara kimia, keberadaan amonia di dalam perairan dapat berupa ammonia terlarut
(NH3) dan ion amonium (NH4+ ). amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat
toksik bagi organisme akuatik. Pada pH rendah amonia akan bersifat racun jika
jumlahnya banyak, sedangkan pada kondisi pH tinggi amonia akan bersifat racun
meskipun kadarnya rendah. Penurunan kadar oksigen terlarut akan meningkatkan
toksisitas amonia dalam perairan (Kholif dan Ratnawati, 2017). Kadar ammonia paling
tinggi yang diperbolehkan ada di limbah air RPH adalah sebanyak 25 mg./L.
1. Pengenceran (Dilution)
Pengenceran atau dilution air buangan dilakukan dengan menggunakan air jernih
untuk mengencerkan sehingga konsentrasi polutan pada air limbah menjadi cukup rendah
untuk bisa dibuang ke badan-badan air. Pada keadaan-keadaan tertentu pengenceran
didahului dengan proses pengendapan dan penyaringan. Kekurangan yang perlu
diperhatikan dalam cara ini adalah penggunaaan jumlah air yang banyak, kontaminasi
pada badan-badan air,dan pendangkalan saluran air akibat adanya pengendapan. Sama hal
nya dengan Roniadi et al.,(2013) yang menyatakan bahwapengenceran dilakukan dengan
mengencerkan air limbah dengan air jernih sehingga konsentrasi polutan pada air limbah
cukup rendah sehingga aman untuk dialirkan ke badan air. Proses penyaringan dan
pengendapan dapat dilakukan sebelum melakukan pengenceran. Kerugian dari
pengolahan limbah dengan cara ini adalah penggunaan air yang sangat banyak,
kontaminasi pada badan air yang tinggi, dan rawan akan terjadinya pendangkalan pada
saluran air.
2. Irigasi Luas
Irigasi luas umumnya digunakan di daerah luar kota atau di pedesaan karena
memerlukan tanah yang cukup luas yang jauh dari pemukiman penduduk. Air limbah
dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan merembes masuk ke dalam tanah
permukaan melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Air limbah RPH yang banyak
mengandung ammonia atau bahan pupuk dapat dialirkan ke lahan pertanian karena
berfungsi untuk pemupukan.
3. Kolam Oksidasi
Kolam oksidasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
mengelola limbah. Kolam oksidasi terdiri dari beberapa kolam yang bertujuan untuk
menjernihkan limbah cair sehingga tidak membahayakan lingkungan (Andiese, 2011).
Empat unsur penting dalam proses pembersihan alamiah di kolam oksidasi adalah sinar
matahari, ganggang, bakteri dan oksigen. Ganggang dengan butir chlorophylnya dalam
air buangan mampu melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari
sehingga tumbuh dengan subur. Pada proses sintesis dibawah pengaruh sinar matahari
terbentuk O2 (oksigen). Oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan
dekomposisi zat- zat organik yang terdapat dalam air buangan.Disamping itu terjadi pula
penguraian dan flokulasi zat-zat padat sehingga terjadi pengendapan. Pada gilirannya
kadar BOD dan TSS dari air buangan akan berkurang sampai pada tingkat yang relatif
aman bila akan dibuang ke dalam badan-badan air. Pada bagian akhir kolam oksidasi
ditanami enceng gondok sebelum dibuang ke lingkungan yang berfungsi untuk
meningkatkan kandungan oksigen terlarut (Aini et al.,2017). Efektivitas eceng gondok
terbukti mampu menurunkan nilai COD sebesar 38,1% (Djo et al., 2017).
Membuat saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga tidak terjadi
perembesan air limbah ke lingkungan.
Memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan pencatatan debit harian
air limbah tersebut.
Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya.
Memisahkan saluran buangan air limbah dengan saluran limpahan air hujan.
Melakukan swapantau harian kadar parameter baku mutu air limbah, paling sedikit
memeriksa pH dan COD air limbah.
Memeriksakan kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini secara periodik paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan oleh laboratorium yang telah terakreditasi.
Menyampaikan laporan tentang hasil analisis air limbah dan debit harian sebagaimana
dimaksud dalam huruf b, huruf d, huruf f, dan huruf g paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri, serta
instansi lain yang terkait sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.