Anda di halaman 1dari 6

KEHAMILAN DENGAN HIV / AIDS

A. PENGERTIAN
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang
disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh
Dapatan. Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan. Immune : Sistem
kekebalan tubuh. Deficiency : Kekurangan. Syndrome : Kumpulan gejala-gejala
penyakit.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang
disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai
depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk
pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita
hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu
yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.

B. ETIOLOGI
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan
seksual).
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai
alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan
kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi
HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
a) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
b) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan
2. Manifestasi Klinis Minor
a) Batuk kronis
b) Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida
Albicans
c) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh
tubuh

D. PATOFISIOLOGI
HIV AIDS Pada Ibu hami
Etiologi : Infeksi Virus
Faktor Resiko :
1. Seks Bebas
2. Berganti-ganti pasangan
3. Pengguna Narkoba suntik
4. Penerima transfusi darah
5. Tenaga medis
6. Ibu hamil-bayi

Penularan melalui :

1. Antepartum / in utero
2. Inpartum
3. Postpartum / melalui ASI
4. Cara Penularan HIV / AIDS dari ibu ke anak.
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita
yang menderita HIV / AIDS sebagian besar masih
berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan.
5. Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau
pasangan yang sudah terinfeksi HIV / AIDS karena
sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup.
Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal
ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh
virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat
menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin
dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan
darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan,
maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya
persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak
selama proses persalinan adalah:Lama robeknya membran.
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya).
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan
darah ibu misalnya, episiotomy.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar.
3. Periode Post Partum

Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI.


Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk, diketahui bahwa ibu yang
menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15%
dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui
ASI tergantung dari:

a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk

E. PENATALAKSANAAN

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah


pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian infeksi oportunistik


Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi
opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat
enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses
nya.Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine,
recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak
berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh
sehat.
7. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi
imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi
dari masyarakat.

F. PENCEGAHAN

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga
cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:

1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan


untuk bayi yang baru dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih
rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat
rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak
memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang
dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama
waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir.
Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu
tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan
nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi
hanya 2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada
hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal
ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu.
Resistensi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun
begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan

Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio


caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari
ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan
penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai
87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena
kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan
luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.

3. Penatalaksanaan selama menyusui


Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan
untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil
penelitian, didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI
yang terinfeksi.

Anda mungkin juga menyukai