INFEKSI OTAK
Disusun oleh:
Andhika Dimas Adyatma (2016730010)
Laela Fitriyah (2016730058)
Pembimbing:
dr. Wiwin Sundawiyani, SpS
Infeksi SSP
Intrakranial:
• Meningitis • Tuberkuloma
• Ensefalitis • Abses Otak
• Empiema
Demam, sakit kepala (biasanya berat), dan kaku pada leher Remaja dan dewasa N. meningitidis, S. pneumoniae
muda
Kejang umum dan gangguan kesadaran Orang dewasa yang S. pneumoniae, N. meningitidis,
lebih tua Hib, kelompok B Streptococcus,
L. monocytogenes
Patogenesis
Bakteri melintasi sawar darah otak Invasi bakteri ke ruang subarachnoid Peradangan pada meninges
Penunjang Sampel cairan serebrospinal (CSF), kultur darah, CT scan
Tata Laksana
Meningitis Tuberkulosa (TBM)
Epidemiologi
Patogenesis
Manifestasi awal biasanya demam ringan, malaise, sakit Pengobatan anti-TB lini pertama
kepala (lebih dari 50% kasus), lesu, letargi, dan leher kaku memiliki penetrasi CSF yang sangat baik
(75% kasus), dengan tanda-tanda Kernig dan Brudzinski.
Epidemiologi
Patogenesis
Klinis umum berupa episode kejang fokal tunggal Tata laksana mirip meningitis tuberkulosis
ataupun berulang (60-100%), tanda peningkatan TIK (terapi dasar TB dan kortikosteroid)
(56-93%) dan defisit neurologis fokal (33-68%) WHO, CDC merekomendasikan 9-12 bulan
pengobatan TB ketika jenis M.tb sensitif
terhadap semua obat
Pemeriksaan diagnostic:
Adjuvant thalidomide (3-5 mg / kg / hari)
Rontgen thorax
bila abses membesar
Kultur sputum
USG abdomen
CT Scan:
Lesi dengan ukuran> 20 mm, batas yang tidak
teratur dan midline shift di otak → tuberkuloma
Meningitis Viral
Patogenesis
Meningitis virus biasanya timbul dengan Perawatan suportif cairan dan elektrolit dan
timbulnya demam akut, sakit kepala, fotofobia, kontrol nyeri
kekakuan leher, dan mual / muntah Terapi antibiotik empiris biasanya diindikasikan
sampai meningitis bakteri disingkirkan
Bila curiga ensefalitis, pengobatan empiris
Pemeriksaan diagnostic:
dengan asiklovir IV bisa menjadi pertimbangan
Lumbal puncture
Pencitraan
Indikasi: Tanda neurologis fokal, papilledema, kejang
terus menerus atau tidak terkontrol, atau GCS <12
Analisis CSF:
Pleositosis mononuclear (khas), protein CSF yang
lebih tinggi
Tes PCR (enterovirus, VZV, dan HSV)
Meningitis Kriptokokus
Epidemiologi
Patogenesis
Enzim metaloproteinase dan urease
Inhalasi Penyebaran Afinitas Cryptococcus menyebabkan neuromodulasi dan
paru limfogen paru spp. pada SSP cukup kuat membantu kelangsungan hidup di
lingkungan otak yang kekurangan nutrisi
Diagnosis Tata Laksana
Virus Herpes Simplex (HSV)-1 paling sering Perjalanan ke SSP dari ujung saraf
dengan cara retrograde.
Patogenesis
Tanda dan gejala yang paling umum adalah Pasien ensefalitis HSV:
demam, sakit kepala, kejang, dan perubahan • Asiklovir 10 mg/kg IV setiap 8 jam (14 - 21
status mental. hari)
Gangguan neuropsikiatrik seperti perubahan Pasien ensefalitis VZV:
perilaku, halusinasi, dan/atau penurunan • Asiklovir 10 -15 mg/kg IV setiap 8 jam (10 -
kognitif sering terlihat 14 hari)
Pantau tekanan intra kranial
Pemeriksaan diagnostic:
Analisis cairan serebrospinal (CSF):
• Glukosa normal
• Protein sedikit meningkat
• Limfositosis sedang
• Sekitar 10% pasien CSF normal
CT scan, MRI
Ensefalitis Fungal
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain: Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari
Candida albicans, Cryptococcus neoformans, intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu
Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama
mycosis. 6 minggu.
Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada SSP
ialah meningo-ensefalitis purulenta.
Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah
daya imunitas yang menurun.
Ensefalitis Toxoplasma
Definisi Epidemiologi
Ensefalitis toksoplasma disebut juga Di Amerika angka kejadiannya mencapai 15% sampai
toxoplasmosis otak, muncul pada kurang 29,2%, sedangkan di Eropa mencapai rata-rata 90%.
lebih 10% pasien AIDS yang tidak diobati. Sekitar 10 - 20% dari pasien yang terinfeksi HIV di
Hal ini disebabkan oleh parasit Amerika Serikat pada akhirnya akan terkena ensefalitis
toksoplasma gondii. toksoplasma.
Di Indonesia prevalensi terdapatnya antitoksoplasma
positif pada manusia sekitar antara 2-63%.
Pasian dengan HIV positif terdapat sekitar 45% terinfeksi
Toxoplasma gondii.
Diagnosis Tata Laksana
Sakit kepala (85%) Kombinasi sulfadizine 1000 mg empat kali per hari atau 1500 mg
Hemiparesis (48%) empat kali per hari jika berat badan pasien > 60 kg)
Demam (47%) Pirimetamin 200 mg yang diikuti dengan 50 mg setiap hari atau 75
Penurunan kesadaran (37%) mg per hari jika berat badan > 60 kg
Kejang (37%) Untuk mencegah terjadinya toksisitas hematologis diberikan
leukovorin (asam folinat) 10 mg per hari.
Penunjang: Pada pasien dengan sulfadiazine yang tidak toleransi dapat diganti
Temuan klinis dengan klindamisin 600 mg empat kali per hari.
Pemeriksaan serologi
Analisis cairan otak
Biopsi otak
Pencitraan otak
Abses Otak
Definisi Etiologi
Abses otak adalah infeksi intraserebral Umumnya disebabkan oleh Streptococci virulen.
fokal yang merupakan kumpulan nanah Bakteri: Streptococcus dan Staphylococcuss.
yang terkapsulasi oleh mikroorganisme Mikroorganisme: Streptococcus pada 2.000 (34%) dan
ataupun parasit. Staphylococcuss pada 1.076 (18%) dari 5.894 bakteri yang
dikultur pada pasien dengan abses otak.
Gejala Klinis
Jamur: Aspergillus, candida, jamur dematiaceous, atau
Empiema subdural adalah adanya suatu Empiema subdural adalah kasus yang lebih jarang terjadi
penimbunan pus diantara otak dan jaringan dibandingkan dengan abses serebri dengan perbadingan abses
disekitarnya (meningen). empyema 5:1.
Sedangkan perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:1.
Lokasi yang sering terjadi empiema subdural adalah pada
Etiologi konveks (70-80%), dan parafalcine (10-20%).
Empyema subdural merupakan penyakit infeksi Prognosis empyema subdural tergantung kepada
yang membutuhkan operasi segera. seberapa cepat tatalaksana emergensi dilakukan dan
Prinsip tata laksana untuk empyema subdural seberapa berat empyema subdural yang terjadi.
adalah: Pada 55% pasien yang dipulangkan setelah
• Tata laksana adekuat pada sumber infeksi perawatan dari RS didapatkan defisit neurologis.
penyebab empyema subdural. Sekitar 34% pasien ditemukan kejang yang menetap.
• Drainase pus, baik dengan burr-hole maupun Diikuti dengan hemiparese yang menetap pada 17%
dengan kraniotomi atau kraniektomi jika pasien.
dibutuhkan Angka kematian mencapai 10% yang didapatkan
• Identifikasi mikroorganisme penyabab infeksi pada pasien yang telah terjadi infark.
• Tata laksana antibiotik adekuat yang sesuai
dengan mikroorganisme penyebab infeksi
Infeksi Sumsum
Tulang Belakang
Mielitis
Definisi Klasifikasi
Definisi Epidemiologi
Acute Transverse Myelitis (ATM) adalah kelainan Insiden ATM dari seluruh usia anak hingga dewasa
neurologi yang disebabkan oleh peradangan dilaporkan sebanyak 1-8 juta orang di Amerika
sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu Serikat, sekitar 1400 kasus baru ATM per tahun
tingkat atau segmen dari medulla spinalis. yang didiagnosis di Amerika Serikat.
Sebanyak 34.000 orang dewasa dan anak-anak
Etiologi
menderita gejala ATM berupa cacat sekunder.
Sekitar 20 % dari ATM terjadi pada anak-anak.
Infeksi langsung oleh virus, bakteri, jamur, maupun
parasit, human immunodeficiency virus (HIV ),
varicella zoster, cytomegalovirus, dan TBC.
Gejala Klinis Diagnosis
1.Steroid intravena
2.Plasma Exchange
3.Perawatan lain untuk ATM :
• Bagi pasien yang tidak berespon baik steroid atau plex dan terus menunjukkan
peradangan aktif di saraf tulang belakang, bentuk lain dari intervensi berbasis
kekebalan mungkin diperlukan.
• Penggunaan imunosupresan atau agen imunomodulator mungkin diperlukan.
• Salah satunya penggunaan siklofosfamid intravena (obat kemoterapi sering
digunakan untuk limfoma atau leukemia).
• Terapi rehabilitasi (physical therapy, occupational therapy, vocational therapy)
Polymyelitis
Definisi Etiologi