Anda di halaman 1dari 28

STASE THT

CASE REPORT
Pembimbing

dr. Frita Oktina Wijaya, Sp. THT-KL

Disusun Oleh

Yolanda Rezky Pradani


Mellya Trisyane M
Identitas pasien
Nama Pasien : Nn. LS
Tanggal Lahir : 14 Mei 2003
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja (baru lulus SMA)
Alamat : Cibuluh, Palasari Hilir, PR Kuda
Tanggal Masuk : 19 Agustus 2021
Ruang Rawat : NAS 1
Anamnesis
Keluhan Utama

Mimisan dari kedua hidung dan keluar darah dari mulut sejak pukul 01.00 WIB .

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan keluar darah dari hidung dan mulut sejak pukul 01.00 WIB dan
dibawa oleh ibunya ke IGD pukul 03.00 WIB. Pasien mengatakan ia sering mengalami
mimisan yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengatakan mimisan hampir
dirasakan setiap minggu, dengan frekuensi mimisan sehari dapat terjadi sebanyak 2 – 3
kali. Pasien mengeluhkan setiap mimisan telinganya berdengung, terasa nyeri pada bagian
jidat dan pipi, pusing, serta demam.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang

Pada awalnya, pasien mengatakan keluar darah hanya dari hidung, namun sekarang
darah keluar dari hidung dan mulut dengan jumlah yang banyak (±). Untuk
menangani mimisannya, pasien melakukan penekanan pada hidungnya, namun
darah tidak berhenti dan darah sering tertelan oleh pasien.
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya. Pasien tidak
ada mengeluhkan penurunan pendengaran, nyeri menelan, batuk, sesak nafas, bersin-
bersin, atau hidung gatal.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien pernah mengalami
bronchitis pada usia 6 tahun dan menjalani pengobatan selama 6 bulan (sembuh).
Pasien tidak memiliki riwayat asma, gangguan darah, tekanan darah tinggi, atau
diabetes melitus.

Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa, tidak ada riwayat alergi, asma,
gangguan darah, tekanan darah tinggi, atau diabetes melitus.

Riwayat Alergi

Tidak memiliki alergi makanan, obat, dingin, debu


Anamnesis
Riwayat Pengobatan

Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi tablet penambah darah karena sempat


mengalami anemia pada saat pertama kali mengalami mimisan.
Untuk saat ini sedang tidak ada obat-obatan yang rutin dikonsumsi.

Riwayat Psikososial
Pasien sedang tidak bekerja dan hanya beraktivitas di rumah. Pasien mengatakan ia
tidak suka makan, biasanya sehari hanya makan satu kali dan hanya 2 – 3 suap.
Pasien mengatakan ia suka makan mie dan makanan yang pedas, tidak pernah
konsumsi sayur namun suka konsumsi buah-buahan akan tetapi tidak sering. Pasien
mengatakan ia banyak mengkonsumsi air putih, pasien juga senang mengkonsumsi
teh. Riwayat konsumsi alcohol (-), tidak pernah berolahraga.
Physical
examination

Keadaan Umum Kesadaran

Tampak sakit ringan Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : 100/80 mmHg


Frekuensi nadi : 80x/menit
Freuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,5⁰C
SpO2 : 97%
Status generalis
Kepala : Normochepali Abdomen
1 3 Inspeksi : distensi (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), massa (-)
Palpasi : soepel, organomegali (-)
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera iterik (-/-),
Perkusi : timpani (+)
perdarahan (-/-) Auskultasi : bising usus (+) normal
Thoraks
2
Cor Ekstremitas : edema (-/-), varises (-/-), akral
4
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat dingin
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung DBN
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Gerakan simetris saat statis dan
dinamis
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Status lokalis
TELINGA KANAN KIRI

Aurikula Radang (-), nyeri tekan tragus (-) Radang (-), nyeri tekan tragus (-)

Retroaurikula Radang (-), nyeri tekan (-) Radang (-), nyeri tekan (-)

Meatus akustikus eksternus Mukosa hiperemi (-) Mukosa hiperemi (-)

Membran timpani Utuh, hiperemis (-), reflex cahaya baik. Utuh, hiperemis (-), reflex cahaya baik.

= = = =
Status lokalis
HIDUNG KANAN KIRI

Vestibulum Sekret (-), massa (-), hiperemis (-) Sekret (-), massa (-), hiperemis (-)

Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-) Hipertrofi (-), hiperemis (-)

Meatus nasi media Pus (-), polip (-) Pus (-), polip (-)

Kavum nasi Lapang Lapang

Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Darah / sekret - Sedikit

Septum Normal Normal


Status lokalis
TENGGOROK KANAN KIRI

Arkus faring Simetris Simetris

T1, hiperemi (-), kripta (-), T1, hiperemi (-), kripta (-),
Tonsil
detritus (-), permukaan rata detritus (-), permukaan rata

Uvula Simetris, hiperemi (-), oedem (-)

Palatum mole Simetris, hiperemi (-)

Dinding faring Mukosa halus, hiperemi (-)


Pemeriksaan
penunjang
19-08-2021
Pemeriksaan Lab
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

HEMATOLOGI

HB 10,7 Gr% 12-14

LEUKOSIT 5,500 /mm3 4000-11000

TROMBOSIT 340,000 /mm3 150000-400000

EOSINOFIL 0

BASOFIL 0

BATANG 0

SEGMEN 59
Pemeriksaan Lab
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

LIMFOSIT 27

MONOSIT 14

HEMATOKRIT/PVC 31 %% 36-46

WAKTU PEMBEKUAN 6 Menit 3-7

WAKTU PENDARAHAN 3 Menit 1-3

KLINIK

UREUM 23 mg/dl 10-50

KREATININ 0,5 mg/dl 0,5-0,9


DIAGNOSIS
Diagnosis klinis

Epistaksis posterior e.c sinusitis

Diagnosis banding

Ca nasofaring
tatalaksana
Bila perdarahan masih aktif
Menjaga kestabilan airway, breathing, circulation
Posisi kepala ditinggikan 45
Pemasangan tampon posterior

medikamentosa
Ringer Lactate
Asam tranexamat
Ceftriaxone
Vit K
Alerfed
Metil prednisolone
Tinjauan pustaka

Topic: Epistaxis
Epistaksis
Epistaksis atau perdarahan yang berasal dari hidung merupakan keluhan yang sering
dijumpai. Keluhan ini jarang mengancam nyawa. Kebanyakan epistaksis bersifat
benign, self-limiting, dan spontan, namun beberap dapat terjadi berulang.

Epistaksis dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu epistaksis anterior dan epistaksis
posterior.
anatomi
Terdapat dua daerah
anastomosis arteri yang sering
terlibat dalam epistaksis yaitu
pleksus Kiesselbach dan
pleksus Woodruff
Etiologi
Local Sistemik Medication
1. Digital manipulation 1. Hipertensi 1. NSAID
2. Trauma 2. Alcoholism 2. Antikoagulan
3. Deviasi septum 3. Koagulopati (von 3. Topical nasal steroid spray
4. Penggunaan nasal kanul Willebrand disease,
yang lama hemophilia)
5. Tumors
6. Mucosal irritation
7. Penyakit inflamasi
Lingkungan
1. Allergic
2. Lingkungan yang kering
Klasifikasi
Anterior Epistaxis

 Perdarahan pada septum anterior biasanya ringan karena


keadaan mukosa yang hiperemis atau kebiasaan mengorek
hidung.
 Seringkali berulang dan dapat berhenti sendiri.

Posterior Epistaxis

 Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti


sendiri.
 Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi,
arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler
karena pecahnya arteri sfenopalatina
Tatalaksana
Topic: Epistaxis
Perhatikan keadaan umumnya (nadi, pernapasan serta tekanan darahnya). Jalan
1 napas dapat tersumbat oleh darah atau bekuan darah, perlu dibersihkan atau diisap.

Cari sumber perdarahan (anterior atau posterior)


2
Pasien dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir
keluar dari hidung sehingga bisa dimonitor. Kalau keadaanya lemah sebaiknya
3 setengah duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan. Harus diperhatikan
jangan sampai darah mengalir ke saluran napas bawah.

Pasang tampon sementara : kapas yang telah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000


dan pantocain atau lidocain 2%, dibiarkan selama 10-15 menit
4
Epistaksis Anterior
1. Menekan hidung dari luar selama 10-15 menit

2. Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal


perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti
(AgNOs) 25-30%. Sesudahnya area tersebut diberi krim
antibiotik.

3. Peasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas (2-4


buah) atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep
antibiotic. Dipasang 2x24 jam.
Epistaksis posterior
Tampon Bellocq: Dibuat dari kasa padat dibentuk bulat dengan diameter 3
cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di
sisi berlawanan.

Memasang tampon posterior pada perdarahan satu sisi


• Gunakan bantuan kateter karet  dimasukkan dari lubang hidung
sampai tampak di orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut.
• Pada ujung kateter diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi, kemudian
kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat
ditarik.
• Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat
meliwati palatum mole masuk ke nasofaring.

Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior ke dalam
kavum nasi.
Thankyou!

Anda mungkin juga menyukai