OLEH :
ANITA WIDIYASTUTI
1914901712
1
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners Program
Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Perintis Padang
OLEH :
ANITA WIDIYASTUTI
1914901712
i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
PADANG KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIAN), 02
September 2020
ANITA WIDIYASTUTI
1914901712
ABSTRAK
Secara global World Health Organization (WHO) tahun 2013 menyebutkan 360 juta
orang atau 5,2 % diseluruh dunia memiliki gangguan pendengaran. Di Asia Tenggara,
Indonesia termasuk keempat negara dengan prevalensi gangguan telinga tertinggi (4,6%).
Tujuan dari karya ilmiah ini untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam
menerapkan perawatan luka dalam memberikan asuhan keperawatan pada An. A dengan
post operasi Otitis Media di Ruang THT RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi kasus dengan pemberian
intervensi perawatan luka moist pada pasien post operasi. Intervensi diberikan sebanyak 1
kali sehari selama 3 hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan perawatan
luka dengan menggunakan teknik modern dressing selama 3 hari didapatkan hasil bahwa
balutan luka sudah diganti, luka terpasang perban, luka tampak mulai mengering, tidak
terdapat pus dan jaringan nekrotik, warna kemerahan disekitar luka post operasi
berkurang dan pasien mengatakan nyeri berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perubahan setelah dilakukan perawatan luka menggunakan teknik modern dressing pada
luka An. A. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada An. A selama 3 hari, yaitu pada tanggal 09
Oktober sampai 11 Oktober dengan kasus Otitis Media, di Ruang THT RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi, sudah diterapkan salah satu intervensi dari jurnal terkait
dalam asuhan keperawatan pada An. A ruang THT RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi. Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan menajemen asuhan keperawatan dan membantu perawat diruang
perawatan dalam meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan
yang diberikan.
ANITA WIDIYASTUTI
1914901712
ABSTRACT
Globally, the World Health Organization (WHO) in 2013 stated that 360 million people
or 5.2% worldwide have hearing problems. In Southeast Asia, Indonesia is among the
four countries with the highest ear disorder prevalence (4.6%). The purpose of this
scientific work is to increase knowledge and ability in applying wound care in providing
nursing care to An. A with postoperative Otitis Media in the ENT Room Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. The method used in this paper is a case study by providing moist
wound care interventions in postoperative patients. The intervention was given once a day
for 3 days. This study showed that after 3 days of wound care using modern dressing
techniques, the results showed that the wound dressing had been replaced, the wound was
attached to a bandage, the wound appeared to be drying, there was no pus and necrotic
tissue, the redness around the postoperative wound was reduced and the patient said less
pain. This shows that there are changes after being carried out by wound care using
modern dressing techniques on An's wound. A. Based on these results it can be concluded
that based on the nursing care that has been carried out on An. A for 3 days, from October
9 to October 11 with the Otitis Media case, in the ENT Room Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi, an intervention has been implemented from related journals in nursing care
to An. A ENT room Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. The results of writing scientific
papers are expected to be used as a basis for developing nursing care management and
assisting nurses in the care room in increasing patient satisfaction with the nursing care
services provided.
Identitas Diri
Nama : Anita Widiyastuti
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Anak Ke 1
Riwayat Pendidikan
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang selalu
tercurah sehingga memberikan penulis kekuatan dan kemampuan yang luar biasa
dalam menjalani hidup ini. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada
junjungan umat sepanjang zaman Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) dengan
Wound Healing Pada Otitis Media Di Ruang THT RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2019”. Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini
Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis
Padang.
2. Ibu Ns. Mera Delima, M.Kep selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
3. Ibu Ns. Dia Resti DND, M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak
masukan yang bermanfaat bagi penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)
ini dan juga memberi motivasi, semangat dan dukungan kepada penulis
yang bermanfaat bagi penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini dan
5. Bapak Ns. Andrye Fernandes, M.Kep, Sp.Kep.An selaku penguji yang telah
6. Dosen dan staff pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes
Perintis Padang yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama
7. Kepada perawat serta staff RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang
Dasar berlangsung.
8. Teristimewa untuk orang tua dan keluarga tercinta, yang telah dengan sangat
luar biasa memberikan dukungan baik secara moril maupun secara materil
serta do’a, perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga sehingga membuat
masukan dan bantuan berharga dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIA-N) ini, dan kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini
masih banyak terdapat kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan
semua pihak demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.
semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners
Anita Widiyastuti
DAFTAR ISI
Halaman
HARD COVER...............................................................................................i
COVER KERTAS BERWARNA..................................................................ii
LEMBAR BEBAS PLAGIARISME.............................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vi
ABSTRACT.....................................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................viii
KATA PENGANTAR....................................................................................ix
DAFTAR ISI...................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................7
1.4.1 Bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittingi...............................7
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan..............................................................7
1.4.3 Bagi Penulis...................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Asuhan Keperawatan dengan Konsep Terkait............................85
4.2 Analisis Intervensi dengan Konsep Penelitian Terkait.............................96
4.3 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan.............................................100
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................101
5.2 Saran..........................................................................................................103
5.2.1 Bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.............................103
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan..............................................................103
5.2.3 Bagi Penulis...................................................................................103
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
belakang gendang telinga (Haryono, 2019). Otitis media dapat terjadi akibat
virus pada saluran pernapasan atas dan diperparah oleh infeksi sekunder oleh
bakteri (Shaikh & Hoberman, 2010). Gejala dan tanda klinik lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia,
demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah. Penyakit
Diperkirakan 70% anak mengalami satu atau lebih episode otitis media
menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi terutama pada anak dari baru
atau 328 juta diantaranya orang dewasa dan 9% atau 32 juta adalah anak-
1
termasuk keempat negara dengan prevalensi gangguan telinga tertinggi yaitu
4,6%.
ketulian, 18,8 % ada sumbatan serumen dan 2,4 % ada sekret diliang telinga.
usia diatas lima tahun di provinsi Sumatera Barat didapatkan sebesar 2,5 %
(KemenKes, 2013).
2019 didapatkan 192 pasien OMA dengan kejadian tertinggi, pada musim
hujan (65,6%), usia 6-12 tahun (30,7%), laki - laki (56,3%), keluhan otalgia
(85,9%).
saluran pernapasan atas baik berasal dari virus atau bakteri. Dalam banyak
seperti demam, nyeri telinga, iritabilitas, muntah, resiko infeksi, dan juga
Pada umumnya anak – anak sangat rentan untuk memegang dan menekan
area luka, bahkan saat tidur tanpa sengaja mengenai luka. Hal ini
bakteri, adanya benda asing dan pencucian yang tidak adekuat (Arisanty,
2013). Untuk itu agar angka infeksi tidak meningkat, maka diperlukan
perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi silang (Yusra & Aprilani,
2015).
Saat ini teknik perawatan luka yang berkembang adalah perawatan luka
bekas menghitam dan jaringan parut. Anggapan bahwa luka yang telah
mengering adalah kondisi luka yang telah sembuh inilah yang harus dirubah
karena tidak sesuai dengan prinsip penyembuhan luka (Baroroh, 2011 dalam
Banyak teknik yang bisa dilakukan untuk perawatan luka salah satunya
dengan cara tertutup dan lembab yang difokuskan untuk menjaga luka dari
bakteri gram positif dan gram negatif. Modern dressing dinilai efektif dan
efisien dalam proses penyembuhan luka klien dari segi biaya, waktu, dan
pencegahan infeksi. Oleh karena ini, hal ini penting untuk diketahui perawat
lukanya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Pada Otitis Media Di Ruang THT RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2019”.
Rumusan masalah dalam Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini adalah
Moist Wound Healing Pada Otitis Media Di Ruang THT RSUD Dr. Achmad
Stikes Perintis Padang. Hasil ini dapat diproses menjadi dasar atau
dasar.
TINJAUAN PUSTAKA
tengah dan tanda inflamasi pada telinga tengah. Otalgia dan demam
adalah tanda paling klasik dari otitis media akut yang telah terjadi
dengan gejala dan tanda - tanda yang bersifat cepat dan singkat.
Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara
2007).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Telinga
a. Membran Timpani
b. Kavum Timpani
2010).
c. Tuba Eustakhius
sudut yang lebih besar dari bidang horisontal pada usia 5-7
2. Fisiologi Pendengaran
(Djaafar, 2007).
normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat.
ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang
berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari (Djaafar,
3. Stadium Supurasi
Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan
4. Stadium Perforasi
dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif
5. Stadium Resolusi
Dhingra, 2007).
1. Bakteri
2007).
2007).
2. Virus
virus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang
tujuh bulan sampai tujuh tahun dengan otitis media akut adalah
1. Usia
Puncak insiden dari otitis media akut adalah pada dua tahun
2. Kolonisasi bakteri
onset awal dan frekuensi dari otitis media pada semua anak-anak.
3. Kondisi lingkungan
2014).
4. ASI
otitis media akut pada bayi di bawah satu tahun, tetapi pada
5. Merokok
Menurut Smeltzer & Bare (2001) Gejala otitis media akut dapat
pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah
lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat
mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu
gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare,
telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang (Djaafar, 2007).
temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan
OMA berat.
otalgia berat atau sedang, suhu lebih atau sama dengan 39°C oral atau
39,5°C rektal. OMA ringan bila nyeri telinga tidak hebat dan demam
terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring dan
bakteri. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi
(Kerschner, 2007).
proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta
(Kerschner, 2007).
dengan orang dewasa. Ini karena pada anak dan bayi, tuba lebih
pada anak di bawah umur 9 bulan adalah 17,5 mm (Djaafar, 2007). Ini
sehingga jarang terjadi obstruksi dan disfungsi tuba. Selain itu, sistem
Pada anak, adenoid relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi
Invasi bakteri
Infeksi virus ini akan menyebabkan pembengkakan dan menghasilkan penumpukan sekresi mukosa.
Otitis Media
Tindakan pembedahan
Perubahan status kesehatan Proses peradangan pada telinga tengah Tekanan udara pada telinga tengah
Luka terbuka
Kuman melepaskan endotoksin
Mengaktivasi reseptor nyeri Retraksi membran timpani
Kurang informasi Terputusnya kontinuitas jaringan
Merangsang tubuh mengeluarkan zat pirogen oleh leukosit
Defisit pengetahuan Melalui sistem saraf ascenden Hantaran suara / udara yang diterima menurun
Infasi bakteri
Suhu tubuh meningkat
Gg komunikasi verbal
Merangsang thalamus & korteks serebri
Resiko infeksi
Hipertermia
Muncul sensasi nyeri
Sumber : Corbeel, 2007
Nyeri akut
27
2.1.8 Penatalaksanaan Otitis Media Akut
1. Pengobatan
dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl
28
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien
timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak
2. Pembedahan
a. Miringotomi
2007).
b. Timpanosintesis
pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh
c. Adenoidektomi
otitis media dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang
(Kerschner, 2007).
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini
timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
dan kemoterapi).
Objektif : Gelisah
4. Gejala dan tanda minor
mual.
1. Pengertian nyeri
2. Fisiologi nyeri
medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf
dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
Abd.Wahid, 2016).
3. Klasifikasi nyeri
b. Efek fisik
1) Nyeri akut
(Andarmoyo, 2017).
2) Nyeri kronis
(Andarmoyo, 2017).
c. Efek perilaku
dan gerakan tubuh yang khas dan berespons secara vokal serta
2016).
Moist Wound Care atau nama lain dari Moist Wound Healing
Menurut Ghofar (2012) alat dan bahan yang digunakan pada saat
perawatan luka :
Sarung tangan non steril, cairan Nacl 0,9%, pengalas sesuai luas
c. Mencuci tangan.
2. Tahap orientasi.
a. Menjaga privacy.
c. Membuka peralatan.
j. Melakukan debridement.
n. Merapihkan pasien.
4. Tahap terminasi
c. Membereskan alat-alat.
d. Mencuci tangan.
tingkat nyeri.
atau materi dan buangan sel dari pembuluh darah. Daerah ini akan
2. Fase Rekontruksi
Fase ini mulai hari ketiga tau keempat setelah terjadinya luka
dan dapat bertahan hingga 2-3 minggu. Fase ini terdiri dari proses
Sel epitel akan berpindah dari sisi luar jaringan yang luka ke
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulasi pada hari ke-21 dan akan terus berlanjut
1. Identitas Klien
alamat.
2. Keluhan
6. Pemeriksaan Fisik
radang.
leher
- Nutrisi
- Eliminasi
lain.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Otoskopi
membran tympani
b. Tes bisik
yang sakit.
dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kulit terasa
hangat.
anjuran.
47
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
dengan jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
proses termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh.
penyakit dengan kriteria hasil: 3. Monitor kadar elektrolit.
dibuktikan - Suhu tubuh membaik 4. Monitor haluaran urine.
dengan suhu - Suhu kulit membaik 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia.
tubuh diatas - Kadar glukosa darah Terapeutik :
batas membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingin.
normal, kulit - Pengisian kapiler 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
merah, kulit membaik 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh.
terasa - Ventilasi membaik 4. Berikan cairan oral.
hangat. - Tekanan darah membaik 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis.
6. Lakukan pendinginan eksternal.
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin.
8. Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi : defisit pendengaran
komunikasi keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
verbal jam diharapkan komunikasi 1. Periksa kemampuan pendengaran.
berhubungan verbal meningkat dengan 2. Monitor akumulasi serumen berlebihan.
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi metode komunikasi yang disukai pasien
gangguan - Kemampuan berbicara Terapeutik :
pendengaran meningkat 1. Gunakan bahasa sederhana.
dibuktikan - Kemampuan mendengar 2. Gunakan bahasa isyarat, jika perlu.
dengan tidak - Kesesuaian ekspresi wajah 3. Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis pasien.
mampu / tubuh meningkat 4. Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar.
mendengar, - Kontak mata meningkat 5. Berhadapan dengan pasien secara langsung selama berkomunikasi.
menunjukka 6. Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi.
n respon 7. Hindari merokok, mengunyah makanan atau permen karet dan menutup
tidak sesuai, mulut saat berbicara.
sulit 8. Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
memahami 9. Hindari berkomunikasi lebih dari 1meter dari pasien.
komunikasi. 10. Lakukan irigasi telinga, jika perlu.
11. Pertahankan kebersihan telinga.
Edukasi :
1. Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat.
2. Ajarkan cara membersihkan serumen dengan tepat.
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
berhubungan jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
dengan pengetahuan meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
kurang dengan kriteria hasil: motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
terpapar - Perilaku sesuai anjuran Terapeutik :
informasi meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
dibuktikan - Verbalisasi minat dalam 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
dengan belajar meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
menunjukka - Perilaku sesuai dengan Edukasi :
n perilaku pengetahuan meningkat 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
tidak sesuai 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
anjuran. 3. Anjarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
5. Resiko Setelah dilakukan tindakan Perawatan Area Insisi
infeksi keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
dibuktikan jam diharapkan tingkat 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak atau tanda-tanda
dengan efek infeksi menurun dengan dehisen atau eviserasi.
prosedur kriteria hasil: 2. Identifikasi karakteristik drainase.
invasif. - Demam menurun 3. Monitor proses penyembuhan area insisi.
- Kemerahan menurun 4. Monitor tanda dan gejala infeksi.
- Nyeri menurun Terapeutik :
- Bengkak menurun 1. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang tepat.
2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju area yang kurang bersih.
3. Bersihkan area disekitar tempat pembuangan atau tabung drainase.
4. Pertahankan posisi tabung drainase.
5. Berikan salep antiseptik, bila perlu.
6. Ganti balutan luka sesuai jadwal.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur kepada pasien, dengan menggunakan alat bantu.
2. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat insisi.
3. Ajarkan cara merawat area insisi.
2.4.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
51
BAB III
Nama : An. A
Umur : 7 Tahun
Agama : Islam
Suku : Koto
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
No MR 395384
Umur : 42 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3.1.2 Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama :
Keluhan lain : pusing (+), badan panas (+), mual (-), muntah (-).
BAB dan BAK tidak ada masalah, tidak ada kejang, pola makan
berwarna bening.
keluarga mengatakan luka masih basah, terdapat pus dan tidak ada
nyeri terasa hilang timbul. Pasien tampak gelisah dan cemas. Pada
3. Faktor Pencetus
merah, menggelembung.
4. Lama keluhan
bulan terkhir.
5. Timbulnya keluhan
a. Anak – anak
Riwayat masa lalu pernah keluar cairan dari kedua telinga dan
b. Kecelakaan
mengalami kecelakaan.
di Rumah Sakit.
d. Alergi
2. Kebiasaan
terlarang.
X
X
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan : Menikah
X : Meninggal : Klien
melakukan aktivitas.
Keluarga mengatakan rumah pasien bersih, tidak ada bahaya yang ada
banyak pepohonan dan asri sehingga jauh dari polusi udara dan jalan
[ ] membaca / menulis
2. Persepsi diri
pulang kerumah.
bersama teman-temannya.
pola tidur.
kesembuhannya.
3. Suasana hati
a. Bicara
yang disampaikan.
b. Tempat tinggal
c. Kehidupan keluarga
minangkabau
cara bermusyawarah
5. Kebiasaan seksual
a. Pengambilan keputusan
Allah SWT.
untuknya.
mengaji.
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan
3. Tanda-tanda Vital :
Nadi : 98 x/i
Suhu : 38,1’C
4. BB : 23 Kg
TB : 122 cm
1. Kepala
2. Mata
kiri, mata isokor, tidak ada nyeri tekan, kedua mata simetris
kanan dan kiri, sklera tidak ikterus, reaksi pupil terhadap cahaya
isokor, tidak ada benjolan atau massa, visus 6 ml, conjungtiva
3. Hidung
Tampak tidak ada abses pada batang hidung, tidak ada pus, tidak
terasa nyeri pada saat ditekan. Tampak tidak ada reaksi alergi
pada hidung pasien, tidak ada sinusitis, tidak ada polip, tampak
4. Telinga
tampak basah, terdapat pus dan tidak ada nekrotik, tampak telinga
Mulut pasien tidak berbau dan gigi tampak bersih, masih terdapat
kering.
6. Leher
Pada leher pasien teraba arteri carotis, dan tidak ada pembesaran
yang terjadi pada kelenjar tyroid, tidak ada kelainan pada leher
7. Dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bunyi krepitasi, vokal
dilakukan perkusi.
8. Kardiovaskuler
vena jugularis dan arteri carotis, dan pada tes capilllary refill
kembali dalam 3 detik, tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas.
Perkusi : batas jantung kiri melakukan perkusi dari arah lateral
sisi sternum kiri bawah (lup) dan SII suara penutup katup
9. Abdomen
irama reguler.
nyeri lepas.
10. Punggung
dan lordosis.
11. Genitourinaria
12. Ekstremitas
Atas
dari perawat.
Bawah
gangguan.
Kekuatan otot :
55555555
55555555
13. Kulit
pada bibir dan juga kuku, kuku pendek dan bersih. Pasien tampak
berkeringat berlebihan.
DATA SUBJEKTIF
sebelah kanan.
8. S : Skala nyeri 6
10. Keluarga mengatakan pasien deman naik turun sejak 3 hari yang lalu.
11. Keluarga mengatakan pasien sering terbangun namun dapat tertidur lagi.
DATA OBJEKTIF
1. Tampak ada luka insisi pada bagian belakang telinga sebelah kanan
2. Luka tampak masih basah, terdapat pus dan tidak ada nekrotik.
3. Luka tampak terpasang perban dan kondisi perban masih tampak basah.
TD : - mmHg
N : 98x /i
RR : 22x / i
T : 38,1ºC
LED : 22mm/jam
Data Objektif
1. Pasien tampak meringis.
2. Pasien tampak bersikap
protektif terhadap nyeri.
3. Pasien tampak gelisah.
4. Pasien tampak berkeringat
berlebihan.
5. Tanda – tanda vital
N : 98x /i
RR : 22x / i
Data Subjektif Proses penyakit Hipertermia
1. Keluarga mengatakan pasien
deman naik turun sejak
3hari yang lalu
Data Objektif
1. Kulit pasien teraba hangat
2. Pasien tampak berkeringat
berlebihan.
3. Mukosa bibir kering
4. Tanda – tanda vital
S : 38,1ºC
Data Subjektif Efek prosedur Infeksi
1. Keluarga mengatakan ada luka
bekas operasi dibagian belakang invasif
telinga sebelah kanan.
2. Keluarga mengatakan luka
masih basah dan terdapat nanah.
3. Keluarga mengatakan luka
terpasang perban dan kondisi
perban basah.
4. Keluarga mengatakan luka
jahitan belum dilakukan
perawatan luka.
Data Objektif
1. Tampak ada luka insisi pada
bagian belakang telinga sebelah
kanan dengan jumlah jahitan 1,
panjang ±3 cm dan kedalaman
±1 cm.
2. Luka tampak masih basah,
terdapat pus dan tidak ada
nekrotik.
3. Luka tampak terpasang perban
dan kondisi perban masih
tampak basah.
4. Hasil pemeriksaan laboratorium
WBC : 15.77 gr/dl
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kulit terasa hangat.
72
kulit merah, Edukasi :
kulit terasa 1. Anjurkan tirah baring
hangat. Kolaborasi :
1. Pemberian obat ibuprofen.
3. Infeksi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Area Insisi
dibuktikan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
dengan efek diharapkan tingkat infeksi 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak atau tanda-tanda
prosedur menurun dengan kriteria hasil: dehisen atau eviserasi.
invasif. - Demam menurun 2. Monitor proses penyembuhan area insisi.
- Kemerahan menurun 3. Monitor tanda dan gejala infeksi.
- Nyeri menurun Terapeutik :
- Bengkak menurun 1. Ganti balutan luka sesuai jadwal.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur kepada pasien, dengan menggunakan alat bantu.
2. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat insisi.
3. Ajarkan cara merawat area insisi.
IMPLEMENTASI
Nama pasien : An. A Ruangan : THT
No MR 395384
PEMBAHASA
4.1.1 Pengkajian
bagian belakang telinga sebelah kanan, nyeri pada sekeliling area luka
nyeri terasa hilang timbul. Hal ini sesuai dengan teori bahwa gejala
otitis media yaitu nyeri telinga (otalgia), keluarnya cairan dari telinga,
tinggi maupun rendah seperti perenggangan dan suhu serta oleh lesi
85
akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan
panas sejak 3 hari yang lalu, di dapatkan data bahwa suhu tubuh
konjungtiva anemis. Hal ini sesuai dengan teori Otitis media akut
mengatakan luka masih basah, terdapat pus dan tidak ada nekrotik,
nyeri pada sekeliling area luka bekas operasi, nyeri terasa seperti
Nyeri ini umumnya kurang dari enam bulan dan biasanya kurang
dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan
(Suzanne, 2001).
2. Defisit pengetahuan
ditemukan.
4.1.3 Intervensi
1. Diagnosa pertama
2. Diagnosa Kedua
3. Diagnosa Ketiga
4.1.4 Implementasi
pasien dan keluarga agar nantinya pasien mau melaksanakan apa yang
1. Diagnosa pertama
2. Diagnosa kedua
3. Diagnosa Ketiga
4.1.5 Evaluasi
pasien atau dengan kata lain, tujuan tercapai atau tidak (Purwanto,
2016).
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan maka langkah
tidak. Hal ini didukung dengan kerjasama antara tenaga kesehatan dan
suhu 36,9ºC.
luka insisi yang salah satunya yaitu perawatan luka dengan menggunakan
Salah satu asuhan perawatan pada penderita post operasi Otitis Media
Infeksi luka post operasi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek
pembedahan (Potter & Perry, 2006). Teknik perawatan luka terkini di dunia
2004). Teknik perawatan luka lembab dan tertutup atau yang dikenal moist
dimana suplai oksigen dan nutrisi mengalami peningkatan. Proses lain adalah
pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan sel baru (Keast & Orsted,
2008).
terpasang perban, kondisi perban masih basah, kulit sekitar area luka post
operasi tampak kemerahan dan pasien merasakan nyeri saat luka dibersihkan.
healing selama 3 hari tampak kemerahan disekitar kulit area luka berkurang,
tampak luka mulai mengering, pada saat dilakukan perawatan luka, pasien
meringis menahan sakit dan pasien mengatakan nyeri berkurang. Hal ini
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Imaculata
Ose, dkk (2018) tentang Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-Dry
mendapatkan hasil bahwa perawatan luka pada ulkus diabetik dengan teknik
mendapatkan perawatan lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu dan
biaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Angriani, Sri dkk tahun 2019 dengan
wound healing pada ulkus diabetik di klinik perawatan luka etn centre
perawatan luka modern dengan metode moist wound healing efektif terhadap
dressing atau balutan luka modern yang digunakan untuk perawatan luka
dilakukan sekitar 50,8 % setengah dari luka yang telah sembuh menggunakan
luka mempunyai jumlah eksudat yang banyak dan tetap memberikan kesan
lembab dan mencegah kontaminasi dari bakteri yang ada diluar luka. Untuk
balutan basah kering apabila luka memiliki eksudat dalam jumlah banyak
kotor. Selain itu teknik moist healing tidak memberikan nyeri maupun
perawatan luka balutan basah kering akan sangat sulit saat ingin membuka
(Abun, 2013).
4.3 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan
mendapatkan kendala apapun. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya yang
luka dengan metode moist wound healing. Intervensi ini juga sangat mudah
Selain dengan teknik perawatan luka metode moist wound healing, ada
juga teknik lain yaitu perawatan luka modern dressing salep tribee banyak
salah satu perawatan luka modern yang dapat meringankan komplikasi dan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dengan kasus post operasi Otitis Media, di ruang THT RSUD Dr. Achmad
penatalaksanaan.
Otitis Media dengan post operasi pada bagian belakang telinga sebelah
terdapat pus dan tidak ada nekrotik, luka terpasang perban dan kondisi
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kulit terasa hangat.
yang ditemukan pada An. A dengan post operasi Otitis Media di ruangan
dengan post operasi Otitis Media di ruangan THT RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi.
post operasi Otitis Media di ruangan THT RSUD Dr. Achmad Mochtar
adanya perbaikan.
operasi Otitis Media pada An. A di ruangan THT RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi
healing An. A selama 3 hari didapatkan hasil bahwa balutan luka sudah
terdapat pus dan jaringan nekrotik, warna kemerahan disekitar luka post
Anonim . 2014. Clinical Practice Guideline : The Diagnosis and Management of Acute
Otitis Media. The American Academy of Pediatric.
Arisanty, Irma P. (2013). Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta : EGC.
Jakarta
Buchman, C.A., 2003. Infection of The Ear. In: Lee, K.J., ed. Essential Otolaryngology
Head and Neck Surgery. 8 th ed. USA: McGraw-Hill Companies, Inc., 462-511.
Corbeel, L. What Is New with Otitis Media. Eur J Pediatr, 2007 ;166: 511-519
David EL, David LB. Anesthesia for Otorhinolaryngologic (Ear, Nose, Throat) Surgery.
Anesthesiology. 2nd. 2012.
Djaafar ZA, 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung, Tenggorok Kepala Leher. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
Dhingra PL, Dhingra S (2007). Diseases of ear, nose and throat, 4th ed, India: Elsevier,
pp: 4-5, 70.
Fife., & Carter. (2012). Wound care outcomes and associated cost among patients treated
in US outpatient wound centers: Data from the US wound registry. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25875947
Gito & Rochmawati, E. (2018). Efektifitas kandungan modern wound dressing terhadap
perkembangan bakteri staphylococcus aureus. Jurnal Keperawatan, 9(2), 88-99.
https://doi.org/10.22219/jk.v9i2.5160
Handayani, L. T. (2016). Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki Diabetes Dengan
Modern Dressing. The Indonesian Journal Of Health Science, 6(2).
Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. In: Snow JB, Ballenger
JJ,eds. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 16th edition. New
York: BC Decker; 2003. p.249-59.
Keast dan Orsted. (2008). The Basic Principles of Wound Healing, (online)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Telinga Sehat Investasi Masa Depan. Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Available
from:http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180302/4725111/telinga-
sehat-investasi-masa-depan/
Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646.
Koksal, V. & Reisli, I. (2002). Acute otitis media in children. J Ank. Med Sch56, 19–24
Lieberthal, A. S., Carroll, A. E., Chonmaitree, T., Ganiats, T. G., Hoberman, A., Jackson,
M. A., Joffe, M. D., Miller, D. T., Rosenfeld, R. M., Sevilla, X. D., Schwartz, R. H.,
Thomas, P. A., & Tunkel, D. E. (2013). The diagnosis and management of acute
otitis media. Pediatrics, 131(3). https://doi.org/10.1542/peds.2012-3488
Naralia,T.W & Ariani, Y.(2018). Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Luka Dengan
Metode Moist Wound Healing di RSUD H.Adam Malik Medan.
Ose, M. I., Utami, P. A., & Damayanti, A. (2018). Efektivitas Perawatan Luka Teknik
Balutan Wet-Dry dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik.
Journal of Borneo Holistic Health, 1(1), 108-120.
Samuel S, Kardinan B, Soeng S. 2014. Karakteristik Pasien Rawat Inap Otitis Media
Akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2013.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Santoso, W., Purnomo, J. (2017). Effectiveness wound care using modern dressing
method to diabetic wound healing process of patient with diabetes mellitus in home
wound care. International Journal of Nursing and Midwifery, 1(2), 172- 181.
Diakses dari http://ijnms.net/index.php/ijnms/article/view/68/33
Sarheed, O., Ahmed, A., Shouqair, D., & Boateng, J. (2016). Antimicrobial Dressings for
Improving Wound Healing. In V. A. Alexandrescu (Ed.), Wound Healing - New
insights into Ancient Challenges. InTech.
Shaikh, N. And Hoberman. A. Update: Acute Otitis Media. Pediatric Annal. 2010;
39:1 Silbernagl & Lang, 2000, Pain in Color Atlas of Pathophysiology , Thieme New
York.
320-321
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.
Supartini. (2009). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
Titisari, H. 2005. Prevalensi dan Sensitivitas Haemophilus Influenzae pada Otitis Media
Akut di PSCM dan RSAB Harapan Kita. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Toll, E. C., and Nunez, D. A. Diagnosis and Treatment of Acute Otitis Media : Review.
The Journal of laryngology & Otology, 126: 976-983.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2011. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Wahyudi, Andri Setiya & Wahid, Abd. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
World Health Organization. 2012. Situation Review and Update on Deafnes, Hearing
Loss dan Intervention Program. Geneva: Regional Office for Geneva.
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2017), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-
Bedah: Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Yusra, S & Aprilani, I. 2015. Perawatan Luka Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di Cindara Wound Care Center Jepara. Jurnal Profesi Keperawatan : 117.
Lampiran 1