Anda di halaman 1dari 3

Pohon Keramat

Unsur intrinsik dan ekstrinsik adalah dua unsur pembangun fisik sebuah


karya sastra, termasuk cerpen. Unsur intrinsik merujuk pada unsur yang
berasal dari dalam karya sastra, sementara unsur ekstrinsik berasal dari luar
karya sastra, seperti latar belakang masyarakat.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal meminta kita untuk menyajikan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dari cerpen "Pohon Keramat". Berikut kakak akan mencoba
menjawab pertanyaan tersebut.
Unsur Intrinsik Pohon Keramat
• Tema : Modernisasi Keadaan Penduduk
• Amanat : Kita tidak boleh menyekutukan Allah Swt. atau percaya
dengan hal2 yang berbau mistis. Kita juga harus menjaga dan
melestarikan alam, sehingga alam mau bersahabat dengan kita.
• Alur : Campuran (maju dan mundur)
• Tokoh dan karakter :
* Mbah Jayasakti : pemberani dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
* Pasukan Belanda dan centeng² demang : tidak menyerah.
* Penduduk desa : jahiliyah/ percaya dengan hal² mistis.
* Kakek : pemberani, bijaksana, dan suka menolong.
* Para penggerak pembangunan : pintar tp sebenarnya bodoh, egois.
* penduduk kota : pemalas.
• Latar :  
tempat : kampung, gunung beser, kaki gunung, rumah kakek, dan
sawah.
waktu : malam hari, pagi hari, sore hari, dan waktu panen.
suasana : sejuk, asri, damai, rukun, senang, san terusik.
• Sudut Pandang : sudut pandang pertama : aku.
UNSUR EKSTRINSIK
1. Budaya masyarakat Indonesia yang masih terikat erat pada hal-hal
mistis
2. Perjuangan masyarakat Indonesia, melawan penjajahan
Sebagai rujukan, berikut kakak sertakan teks yang dimaksud oleh soal.
Disebelah barat kampong ada gunung yang tidak begitu besar. Disebut
gunung barangkali tidak tepat karena areanya terlalu kecil. Lebih tepatnya
disebut bukit. Tapi, penduduk kampung, sejak dulu sampai sekarang,
menyebutnya dengan Gunung Beser.
Meski areanya kecil, jangan Tanya siapa saja penduduk yang pernah masuk
ke dalam Gunung Beser. Mereka akan bergidik hanya membayangkan
keangkerannya. Mereka, dari kakek-nenek sampai anak-anak, hapal cerita
keangkeran Gunung Beser.
Konon, saat pendudukan Belanda, di kampong saya ada seorang maling
budiman. Seperti Jaka Sembung dari Cirebon atau Robin Hood dari Inggris.
Maling Budiman itu sering merampok harta milik Belanda atau orang-orang
kaya yang tidak loyal kepada rakyat yang menderita. Harta hasil jarahan itu
secara diam-diam dibagikan kepada rakyat.
Sekali waktu, maling budiman yang selalu menutup wajahnya saat merampok
dan menyantuni rakyat itu, ketahuan oleh Belanda. Maling budiman itu
ternyata salah seorang penduduk kampong. Dia dikejar oleh pasukan
Belanda dan centeng-centeng demang.
Jayasakti, begitu nama si maling budiman itu, lari ke Gunung Beser dan
bersembunyi. Bertahun-tahun pasukan Belanda dan centeng-centeng
demang mengepung Gunung Beser, tapi Jayasakti tidak pernah menyerah.
Pasukan Belanda dengan dipandu centeng-centeng demang pernah melacak
Jayasakti ke dalam Gunung, tapi tidak ada seorang pun dari mereka yang
selamat. Kata orang-orang pintar, Jayasakti bersemedi dan tubuhnya menjadi
pohon harum yang baunya dibawa angina ke sekitar gunung.
Karena cerita yang dipercaya kebenarannya itu, tidak seorangpun berani
masuk ke kelebatan Gunung Beser. Mereka menghormati perjuangan yang
pernah dilakukan si Maling budiman. Tapi selain itu, konon, mereka takut
masuk ke dalam gunung karena dulu ada beberapa orang pencari kayu bakar
yang nekat masuk ke dalam tetapi dia bernasib seperti pasukan Belanda dan
centeng-centeng demang itu, tidak bisa kembali.
Siapa pun akan berhati-hati bila harus berhubungan dengan Gunung Beser,
Para pencari kayu bakar dan penyabit rumput hanya benari sampai ke kaki
gunung, sebelum mengambil air dari danau kecil untuk kebutuhan kebun dan
sawah, ketua kampung mengadakan syukuran kecil dan meminta ridho dari
penguasa Gunung Beser.
Sejak saya ingat, cerita yang diketahui seluruh penduduk kampung juga
meliputi kharisma Gunung Beser. Tiap malam tertentu, katanya dari Gunung
Beser keluar cahaya yang begitu menyejukkan. Hanya orang tertentu yang
bisa melihat cahaya itu. Konon, bila bila seseorang dapat melihat cahaya itu
dengan mata batinnya, maka ia termasuk orang yang bijaksana dan tinggi
ilmunya. Bila ada seorang saja dari seluruh penduduk kampung yang melihat
cahaya itu, artinya Mbah Jayasakti begitu penduduk kampung menyebut
penghuni Gunung Beser, melindungi kampung. Akan tetapi, bila ada orang
yang sembrono melanggar keheningan Gunung Beser. Mbah Jayasakti bisa
marah. Jangankan menebang pohon tanpa izin, masuk saja ke dalam gunung
bisa kualat, itulah sebabnya penduduk kampung begitu takut mengganggu
ketenangan Gunung Beser.

Anda mungkin juga menyukai