Rifai
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur – Universitas Tadulako
a.ramadanta@gmail.com
Abstract
It is proved that the use of remote sensing imagery as urban analysis tool is reduces enormous time on
collecting data and improving the quality of spatial analysis. This study is to use the ability of remote
sensing on investigate the urban physic pattern in Palu during the year of 1972, 1990 and 2001. Using
maximum likelihood methods, these three image satellite of Palu is classified in to 4 different classes, and
develop information from this classified image on what type actually formed during the three year of
where the image was taken. Although Kota Palu is shown concentric development pattern, the result of
this study is find that during the three phases, this city also shown different variant type of urban
development on it fringe area.
Keywords : Urban physic pattern, Landsat
Abstrak
Penggunaan citra satelit sebagai alat analisis kekotaan telah terbukti ampuh untuk memaksimalkan
waktu survey serta mampu meningkatkan kualitas analisis keruangan. Untuk itu penelitian ini
menggunakan kemampuan citra satelit dalam melihat pola perkembangan fisik Kota Palu pada tahun
1972, 1990 dan tahun 2001. Dengan menggunakan metode maximum likelihood, ketiga citra satelit dari
tahun-tahun ini diklasifikasikan dalam empat kelas yang berbeda dan membangun informasi tentang
bentuk perkembangan fisik kota yang terjadi pada ketiga tahun tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
walaupun pada ketiga fase pertumbuhan fisik Kota Palu menunjukkan pola utama konsentrik, namun
pada tepian kota menunjukkan variasi pola-pola perkembangan yang berbeda
Kata Kunci : Perkembangan Fisik Kota, Landsat
terdapat tiga komponen utama yang gelombang yang tidak tampak (inframerah
mempengaruhi mental kawasan yaitu: sampai RADAR).
identitas, berarti kemampuan orang Citra Satelit dan foto udara dapat
untuk memahami gambaran kota mereka, menurunkan peta tata bangunan dengan
struktur, adalah kemampuan orang skala besar yang pada akhirnya sangat
untuk melihat pola-pola dalam membantu perancangan kota dalam
masyarakatnya, dan menghasilkan rancangan yang berpresisi
makna, kemampuan orang dalam tinggi, kebutuhan-kebutuhan inilah yang turut
mengalami/ merasakan ruang perkotaan. memacu pengembangan kemampuan citra
Lynch kemudian membagi Teori ini penginderaan jauh.
dalam lima elemen, yaitu: Landmark, Node, Untuk skala medium, sebuah kawasan
Path, Edge dan District. kota dapat di analisis dengan menggunakan
Perkembangan sebuah kota citra penginderaan jauh dengan resolusi
berdasarkan kajian teori dapat mengikuti spasial medium yan disediakan beberapa
pola-pola yang terulang (Hadisabari, 1987), satelit diantaranya SPOT, ASTER, LANDSAT,
hal ini dikarenakan beberapa aspek yang dan ALOS yang semuanya kembali,
sangat berpengaruh dalam proses tergantung pada tujuan dan tingkatan analisis
pembentukan ruang kota, diantaranya adalah yang diperlukan,
struktur ruang di mana infrastruktur yang ada Dari beberapa citra satelit dengan
cenderung menjadi magnet (insentif fisik) tingkat resolusi spasial medium terdapat citra
bagi permukiman untuk berkembang Satelit LANDSAT 7 ETM (Enhanced Thematic
sehingga secara iterativ, penambahan Mapper) merupakan salah satu satelit yang
infrastruktur dan perkembangan permukiman relatif fenomenal. Dengan 9 band (saluran
saling berlomba menjadikan sebuah kawasan perekaman spektrum
semakin solid berkembang. elektromagnetik/panjang gelombang) yang
Jika dicermati keruangan kota dimilikinya, satelit ini mampu mengakuisisi
memperlihatkan adanya aspek-aspek umum, objek kebumian dengan resolusi spasial 60m
yaitu: aspek kepadatan (density), aspek X 60m untuk saluran infra merah thermal,
pengaturan atau penataan (arrangement), 30m x 30m untuk 3 saluran pankhromatik,
aspek kecenderungan (trend), aspek dan infra merah serta memiliki resolusi spasial
keterkaitan (connectivity) dan aspek hirarki 15m untuk band 8 yang merupakan saluran
(hierarchy) (Muckerhe, 1990). pankhromatik untuk menganalisis objek
Sesuai karakteristiknya yang detail kekotaan.
namun menyeluruh, kajian tentang fisik kota Jumlah saluran (band) yang dimiliki
memerlukan data yang relatif rinci namun satelit ini termasuk banyak (multispektral)
luas melingkupi sebuah kawasan kota (urban dan hal ini akan sangat membantu untuk
area). Untuk mendapatkan data ini, telah mengenali obyek secara tepat sehingga
dikembangkan beberapa cara, mulai dari cara pengenalan dan pembedaan obyek akan lebih
yang sangat tradisional dengan survai berhasil jika menggunakan citra yang multi
terrestrial hingga penggunaan teknologi spektral jenis ini (Dulbahri, 1997).
satelit baik sistem jaringan terikat GPS,
maupun sistem pencitraan baik dalam bentuk RUMUSAN MASALAH
hasil yang menggunakan panjang gelombang Penelitian ini bertujuan menemukenali
tampak (panchromatic) sampai panjang morfologi Kota Palu sejak tahun 1970an
sampai dengan tahun 2005 dengan
46
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 3 NOMOR 1 Maret 2011
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pola Perkembangan Fisik Kota
Perkembangan-perkembangan ini dapat
Umumnya proses perkembangan fisik kota
Gambar 1.
(urban sprawl), membentuk pola-pola
Pola Perkembangan Kekotaan yang
perkembangan ruang diantaranya adalah:
bersifat Konsentris
1) pola perkembangan konsentrik (concentric
development/low density continuous
development),
2. Pola perkembangan memanjang (ribbon
2) pola perkembangan memanjang (ribbon
development/lineair development/axial
development/linear development/ axial
development).
development),
Pola ini menunjukkan keadaan yang tidak
3) pola perkembangan lompatan katak (leap
merata perkembangan areal kekotaan di
frog development/ checkerboard
semua bagian sisi-sisi luar dari daerah inti
development).
kota. Perkembangan paling cepat terjadi di
1. Pola perkembangan fisik kota yang bersifat
sepanjang jalur transportasi, khususnya
konsentris (concentric development/low
yang bersifat menjari (radial) dari inti kota.
density continous development).
Daerah di sepanjang jalur transportasi
Merupakan jenis perkembangan fisik
mendapatkan tekanan paling berat dari
kekotaan yang paling lambat dimana
proses perkembangan ini. Melambungnya
perkembangan berjalan perlahan-lahan
harga lahan pada kawasan demikian
terbatas pada semua bagian-bagian luar
semakin menggoda para pemilik lahan
kenampakan fisik kekotaan.
pertanian. Makin cepatnya laju konversi
Karena sifat perkembangannya yang
lahan pertanian menjadi lahan bukan
merata di seluruh bagian luar kenampakan
pertanian, meningkatnya jumlah
kota yang telah ada, maka tahap
penduduk, meningkatnya aktivitas di luar
berikutnya adalah akan membentuk suatu
pertanian, semakin padatnya bangunan
kenampakan morfologi kota yang relatif
semakin memperbesar gangguan terhadap
kompak. Pada pola perkembangan ini
sektor pertanian yang ada di pinggiran
terlihat bahwa peranan jalur transportasi
kota, sehingga mendorong petani untuk
terhadap perkembangannya tidak terlalu
meninggalkan aktivitas pertaniannya dan
nampak.
menjual lahan yang dimilikinya. Bagi
masyarakat petani, hasil penjualan lahan
ini kemudian diinvestasikan kembali pada
lahan yang lebih jauh dari kota sehingga
akan memperoleh lahan pertanian yang
lebih luas.
47
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2011
Gambar 3
Pola Perkembangan Fisik Kekotaan
Gambar 2
Loncatan Katak
Pola Perkembangan Fisik Kota yang
bersifat Memanjang
48
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 3 NOMOR 1 Maret 2011
untuk penyetaraan kemampuan interpretasi yang merupakan wilayah Afdeling dari Miden
antara foto udara dan citra satelit. Celebes (Sulawesi Tengah).
Banyak faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kota Palu terasa meningkat
kemampuan sebuah citra dalam menyadap semenjak tahun 1950 dikarenakan serangan
objek. Menurut Sabins (1996) bahwa citra bom sekutu terhadap Donggala.
penginderaan jauh adalah representasi dari Perkembangan kota kemudian semakin cepat
pictorial. Citra merupakan kesatuan dengan dikeluarkannya Undang-undang No
fundamental dari beberapa aspek berupa 13 tahun 1964 tentang pembentukan Propinsi
skala, brightness, kontras dan resolusi serta dan Kota Palu menjadi Ibukotanya. Palu
rona dan tekstur juga merupakan fungsi menjadi Kota Administratif pada tahun 1978
fundamental. Karakter lain yang penting (Peraturan Pemerintah No 18 Tahun1978 dan
adalah kemampuan untuk mengenal objek kembali berubah menjadi Kotamadya pada
(recognizability) dan kemampuan deteksi tahun 1994.
(detectability). Setiap perubahan status Kota Palu, terjadi
Kemampuan pengenalan objek pertambahan sarana dan prasarana dan
(recognizability) adalah kemampuan untuk tentunya mempengaruhi pertambahan
mengenali objek dalam sebuah citra. Sebuah penduduk yang bermukim di dalamnya.
objek mungkin dapat dideteksi namun belum
tentu dapat dikenali. Karakteristik citra
IKONOS yang memiliki resolusi spasial 1 m. METODE
seharusnya memiliki kemampuan untuk a. Pemilihan Jenis Data Citra Satelit
mengenal objek-objek elemen utama kota Jenis data citra satelit yang digunakan
walaupun tidak sebaik pengenalan foto udara adalah dengan persyaratan konsistensi
1 :13.000 yang memiliki resolusi spasial lebih tersedianya citra itu sendiri selama lebih dari
detail. 20 tahun dan tentunya affordable untuk di
Kemampuan mendeteksi (detectability) dapatkan
yang ada pada sebuah citra adalah Yang paling penting adalah citra tersebut
kemampuan sebuah sistem citra untuk telah merekam kondisi Kota Palu sejak 20-30
merekam kehadiran atau ketidakhadiran tahun yang lampau. Berdasarkan hal ini maka
sebuah objek. Sebuah objek dapat terdeteksi citra yang ideal adalah citra Landsat 1 dan
bahkan jika lebih kecil dari resolving power citra Landsat 7 yang terbukti secara konsisten
yang dihitung secara teori, dalam kasus ini telah menyediakan data kebumian sejak era
misalnya jalan sebagai objek linear yang 1960an
cenderung terlihat jelas pada citra walaupun
lebar jalan lebih kecil dari resolusi spasial citra b. Menyusun Sistem Klasifikasi
penginderaan jauh yang digunakan. Hal ini Langkah kedua yang dilakukan adalah
dapat dikarenakan perbedaan nilai menyusun sistem klasifikasi. Langkah ini
kekontrasan antara objek yang terekam. sangat penting sekali untuk melihat
perkembangan fisik Kota Palu. Klasifikasi
c. Kota Palu lahan ini hanya untuk memisahkan 4 jenis
Kota Palu merupakan ibukota propinsi Tutupan Lahan yang sangat mempengaruhi
Sulawesi Tengah yang telah berdiri semenjak bentuk permukiman kota.
jaman Kolonial Belanda. Awalnya merupakan Keempat jenis tutupan lahan adalah :
sub wilayah (onder afdeling) dari Donggala lahan kosong permukiman / vacant land;
ruang terbuka/bare land; vegetasi dan hutan;
49
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2011
serta permukiman terbangun (built up area) Affine. Dan karena ukuran piksel pada dua
sedangkan penggunaan jalan, secara langsung citra tersebut berbeda, maka sebelum
diambil dari data vektor yang telah tersedia. proses koreksi geometri dilakukan maka
Interpretasi tutupan lahan dilakukan ukuran piksel tersebut terlebih dahulu
dengan teknik interpretasi secara digital dari disamakan dan diubah menjadi 30m X
Citra Landsat 7 dan Landsat 1, dilengkapi 30m melalui resampling. Penyamaan
dengan uji lapangan pada daerah sampel yang ukuran piksel dimaksudkan agar pada
ditentukan secara random/acak. Uji ketelitian proses analisa tumpang susun/overlay
hasil interpretasi dilakukan dengan tidak terjadi penyimpangan letak obyek
mengkaitkan antara keadaan di lapangan dan dan pergeseran letak pada piksel yang
hasil interpretasi. sama. Setelah melalui proses koreksi
Analisis pola perkembangan fisik kekotaan geometri ini akan didapatkan nilai
dilakukan dengan teknik tumpang susun penyimpangan posisional tertentu, yang
dengan memanfaatkan Sistem Informasi menunjukkan besarnya pergeseran letak
Geografi. Jika format data masih dalam piksel, di mana batas maksimal
bentuk raster, maka dapat memanfaatkan SIG pergeseran yang diperbolehkan adalah
dalam perangkat lunak ArcGIS 9.3. 15m.
Untuk mempermudah analisis visual terhadap morfologi Kota Palu dilakukan segmentasi
dengan menggunakan klasifikasi penggunaan lahan, berikut adalah gambar core/inti kota
dengan 5 klasifikasi penggunaan lahan
51
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2011
Tabel 2 . Gambar Klasifikasi Penggunaan lahan Core Kota Palu Tahun 1972-2001
KOTA PALU 1972 KOTA PALU 1990 KOTA PALU 2001
Pada Core Kota
52
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 3 NOMOR 1 Maret 2011