Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MASYARAKAT YANG BERADAB DAN SEJAHTERA YANG


MENGHORMATI HAK ASASI MANUSIA (HAM) DAN DEMOKRASI”

NAMA KELOMPOK 8:
NURUL HASANAH (3203121025)
SITI NURHIDAYAH (3203121001)

DOSEN PENGAMPU:
DR. NURMAYANI, M.AG.

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun pembuatan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas KKNI dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Terima kasih
juga kami sampaikan kepada ibu Dr. Nurmayani, M.Ag sebagai dosen pengampu kami yang
telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah.

Adapun dalam pembuatan makalah ini kami masih banyak kekurangan, dalam
penyampaian materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, 24 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. KONSEP MASYARAKAT BERADAB DAN SEJAHTERA.........................................2
B. KONSEP ZAKAT DAN WAQAF DALAM ISLAM.......................................................5
C. PERBEDAAN HAM VERSI ISLAM DAN BARAT.......................................................7
D. ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAN LIL’ALAMIN............................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. KESIMPULAN...............................................................................................................13
B. SARAN............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada hakekatnya manusia sudah memiliki hak-hak pokok dari lahir sampai
meninggal. Hak-hak pokok tersebut adalah hak asasi manusia yang dikenal dengan HAM.
Hak asasi manusia bersifat universal. Hak asasi manusia (HAM) dalam Islam berbeda dengan
hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban
bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda:

"Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu”. Maka


negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai
kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.

HAM dan demokrasi dalam Islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep hukum
Islam, HAM menurut Islam dan demokrasi dalam Islam meliputi  prinsip bermusyawarah dan
pengambilan keputusan sesuai dengan sya’riat Islam.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun dapat diambil sebagai rumusan masalah, yaitu:


1. Bagaimana konsep masyarakat beradab dan sejahtera?
2. Bagaimana perbedaan konsep zakat dan wakaf dalam Islam?
3. Bagaimana perbedaan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) versi Islam dan Barat?
4. Bagaimana Islam sebagai agama Rahmatan Lil’alamin?
5. Bagaimana demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
6. Bagaimana perilaku demokratis?

C. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisannya yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep masyarakat beradab dan sejahtera
2. Untuk mengetahui perbedaan konsep zakat dan wakaf dalam Islam
3. Untuk mengetahui perbedaan konsep HAM versi Islam dan Barat

1
4. Untuk mengethui Islam sebagai agama Rahmatan Lil’alamin
5. Untuk mengetahui demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
6. Untuk mengetahui perilaku demokratis

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP MASYARAKAT BERADAB DAN SEJAHTERA

Masryarakat berarti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama. Dari pengertian ini dapat dicontohkan istilah
masyarakat desa, ialah masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama
bercocok tanam, perikanan, peternakan atau gabungan dari ketiganya ini, yang sistem
budayanya mendukung masyarakat itu. Masyarakat modern, berarti masyarakat yang sistem
perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi di bidang industri, dan
pemakaian teknoligi canggih (Kamus Besar, l990:564).

Kata beradab berarti kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti (Kamus Besar,
l990:5). Sementara itu kata sejahtera berarti aman sentosa dan makmur, selamat (dari
gangguan dan kesukaran - Kamus Besar, l990:795). Bertolak dari masing-masing pengertian
term “masyarakat”, “beradab”, dan “sejahtera”, rangkaian kata ketiganya menjadi masyarakat
beradab dan sejahtera mempunyai maksud bahwa masyarakat yang dikehendaki adalah
masyarakat yang kumpulan manusianya terdiri atas orang-orang yang halus, sopan, dan baik
budi pekertinya supaya masyarakat tersebut selamat dan bebas dari gangguan maupun
kesukaran.

Bangsa Indonesia secara prinsip adalah masyarakat majemuk terdiri atas kumpulan
masyarakat bagian-bagian sejak dari barat masyarakat Nangroe Aceh Darussalam (NAD)
hingga ke timur masyarakat Irian Jaya atau masyarakat Papua. Kumpulan besar dari berbagai
masyarakat itu masing-masing menghimpun menjadi masyarakat besar dengan nama
masyarakat (bangsa) Indonesia karena memiliki sistem budaya dan pandangan hidup yang

2
sama (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, berbahasa satu bahasa Indonesia, berbangsa satu
bangsa Indonesia, bernegara satu Negara Kesatuan Republik Indonesia, berbendera satu
bendera merah putih). Masyarakat (bangsa) Indonesia sesuai dengan sila kedua
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” menghendaki sebagai bangsa yang berkesopanan,
baik dan halus budi pekertinya supaya bisa menciptakan kemakmuran, kesentosaan, selamat
dari berbagai kesulitan dan gangguan.

Gangguan yang sekarang ini merebak dan mewabah dapat dirasakan oleh setiap yang
sadar sebagai anggota masyarakat (bangsa) Indonesia antara lain: budaya KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotesme), penggundulan hutan secara liar oleh cukong-cukong culas dan
berlanjut pada pembalakan kayu yang liar pula secara besar-besaran, demo-demo kolosal
yang anarkhis merusak fasilitas dan kepentingan umum, mafia hukum, markus yang
bermuara hukum berpihak kepada pemikik uang, di samping praktik-praktik amoral seperti
pornografi dan porno aksi, penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan masih banyak gangguan
lainnya.Dalam tinjauan agama, para pelaku gangguan menuju masyarakat beradab itu disebut
mufsidun, yaitu orang-orang yang berbuat kerusakan. Allah tidak menyukai orang semacam
ini. Allah berfirman:

َ‫اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬...

.... Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qasas: 77)

Masyarakat, sebagaimana masyarakat madani binaan Rasulullah, didasarkan pada Al


Quran dan Assunnah beliau sendiri. Petunjuk Al Quran yang langsung berkenaan dengan
masyarakat beradab dan sejahtera didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :

a. Bertauhid

Dalam ayat kedua dari surat al-ikhlas menyatakan bahwa segala sesuatu bergantung
kepada Allah SWT termasuk segala urusan yang berkenaan dengan masyarakat. Kepada
Allah mereka, masyarakat, kumpulan dari orang perorang, yang memiliki sistem budaya dan
pandangan hidup, menyembah dan mohon pertolongan. Allah berfirman: dalam surah al
Fatihah yang Artinya:

3
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan” (Q.S.
al-Fatihah/1: 5).

Dalam sistem kebangsaan dan kenegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI), prinsip tauhid sejalan dengan sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, bahkan
sebenarnya prinsip tauhid menjiwai sila pertama ini.

b. Perdamaian

Suatu masyarakat, negara, bahkan masyarakat yang paling mikro sekalipun, yaitu
keluarga batih (nuclear family: suami, istri, dan anak) tidak akan bisa bertahan
kebaradaannya kalau tidak ada perdamaian diantara warganya.

c. Saling Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan kelanjutan dan isi berbuat baik terhadap orang lain.
Secara naluri, orang yang pernah ditolong oleh orang lain di saat ia tertimpa kesulitan, diam-
diam ia berjanji “suatu saat akan membalas budi baik yang sedang diterima”. Di saat itu ia
merasa berhutang budi. Di saat ini pula sering terlontar kata “semoga Allah membalas budi
baik Bapak dan sering pula diiringi doa “Jazakumu-llahu khairal jaza’, jazakumu-llah khairan
kasira”(semoga Allah membalas kebaikan yang jauh lebih baik dan semoga Allah membalas
dengan kebaikan yang lebih banyak). Dalam hal tolong-menolong, Allah memerintahkan
demikian:

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫اونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۖ َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َوتَ َع‬

...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan-Nya. (Q.S Al-Maidah 5:2)

d. Bermusyawarah

4
Dalam bermusyawarah sering muncul kepentingan yang berbeda dari masing-masing
sub kelompok atau warga. Supaya tidak ada pihak yang dirugikan atau tertindas, musyawarah
untuk mencapai kata sepakat, motto yang harus sama-sama dijunjung tinggi adalah “berat
sama dipikul, ringan sama dijinjing”, nikmat sama-sama dirasakan”, “duduk sama rendah
berdiri pun sama tinggi”.

e. Adil

Adil merupakan kata kunci untuk menghapus segala bentuk kecemburuan sosial.
Aneka macam bentuk protes dan demo-demo kolosal umumnya menuntut keadilan atau rasa
keadilan karena merasa dirugikan oleh mitra kerja, juragan, majikan, atau pemerintah. Jika
para penguasa, majikan, juragan, dan pemegang amanah lainnya berbuat adil insyaallah
kesentosaan dan kesejahteraan akan menjadi kenyataan bagi masyarakatnya karena rakyat
merasa dilindungi, diayomi, sementara penguasa dihormati dan disegani. Sifat utama adil dan
keadilan amat diserukan dalam Islam. Himbauan, perintah, janji ganjaran bagi yang berbuat
adil, ancaman siksa bagiyang berbuat tidak adil (curang, culas, dan lalim) disebut 28 kali
(‘Abd al-Baqi, [t.th]:569-700), dan sinonimnya (al-qist) disebut 29 kali dalam Al Quran
(‘Abd al-Baqi, [t.th.]:691-692). Ini menandakan adil harus menjadi ciri utama bagi setiap
muslim atau masyarakat muslim dalam semua urusan

f. Akhlak

Nabi Muhammad mengaku bahwa dirinya diutus di muka bumi ini untuk
menyempurnakan akahlak manusia supaya ber-akhlaqul karimah. Pengakuan itu diwujudkan
dengan tindakan konkrit beliau baik sebagai pribadi maupun dalam membangun masyarakat
Islam di masanya, yaitu sebagai masyarakat yang disitir dalam Al Quran:
ٍ ٌ‫لَقَ ْد انَ لِ َسبَا ٍ ٰايَة‬
ٌ‫ال لُوْ ا اا لَهٗ ْل َدة‬
Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah
olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan syukurlah kepada- Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun.” (Q.S. as-Saba’/34: 15).

5
B. KONSEP ZAKAT DAN WAQAF DALAM ISLAM
1) Zakat
1. Pengertian Zakat

Menurut bahasa (lughat), zakat ialah : tumbuh; berkembang; kesuburan atau


bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS.
At-Taubah: 10). Menurut Hukum Islam (istilah syara’), zakat ialah nama bagi suatu
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu. Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian
ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah
dinamakan infaq.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti
shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur’an dan As
Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

2. Macam-macam Zakat
a. Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah.
b. Zakat Maal (harta).
3. Syarat-syarat Wajib Zakat
a. Muslim
b. Aqil
c. Baligh
d. Memiliki harta yang mencapai nishab

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan manfaat yang
demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki),
penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat
keseluruhan.

6
2) Waqaf

Secara bahasa, wakaf atau waqf berasal dari bahasa Arab waqafa. Asal kata waqafa
berarti menahan, berhenti, diam ditempat, atau tetap berdiri. Kata waqafa-yaqifu-waqfan
sama artinya dengan habasa-yahbisu-tahbisan (menahan). ( Wahbah al Zuhaili; t.th., 7599)
Wakaf dalam Bahasa Arab mengandung pengertian menahan, menahan harta untuk
diwakafkan, tidak dipindahmilikkan. Dengan kata lain, wakaf adalah menyerahkan tanah
kepada orang-orang miskin untuk ditahan, karena barang milik itu dipegang dan ditahan oleh
orang lain, seperti menahan hewan ternak, tanah, dan segala sesuatu. (Idris Thaha (Ed), 2003,
176)

Dalam istilah syara’ secara umum wakaf adalah sejenis pemberian dengan
pelaksanaannya dengan cara menahan (pemilikan) kemudian menjadikan manfaatnya berlaku
umum. Yang dimaksud kepemilikan adalah menahan barang yang diwakafkan agar tidak
diwariskan, dijual, dihibahkan, didagangkan, digadaikan, maupun disewakan. Sedangkan cara
pemanfaatannya adalah menggunakan sesuai dengan kehendak sang pemberi wakaf tanpa
imbalan. (Muhammad Daud Ali, 1988, 53-56)

Syarat dan Rukun Wakaf

1. Wakif yaitu orang yang mewakafkan harta


2. Mauquf bih yaitu barang atau harta yang diwakafkan
3. Mauquf ‘alaih yaitu pihak yang diberi wakaf atau peruntukkan wakaf
4. Shighat yaitu pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian
harta bendanya. (Departemen Agama RI, 2006, 21).

Dalam rukun-rukun wakaf tersebut terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi
guna menentukan sah atau tidaknya rukun tersebut.

1) Wakif

a. Wakif harus orang yang merdeka (bukan hamba sahaya)

7
b. Berakal sehat, sebab wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya dan
dapat menggugurkan hak miliknya
c. Dewasa (baligh)
d. Cerdas
e. Tidak berada dibawah pengampuan (boros atau lalai).

2) Maukuf Bih (benda atau barang yang diwakafkan)

a. Abadi untuk selamanya


b. Benda yang diwakafkan harus tetap zatnya dan bermanfaat untuk jangka panjang
c. Jelas wujudnya dan batasannya, contohnya tanah yang diwakafkan harus milik si wakif,
bukan benda yang diragukan serta terbebas dari segala ikatan dan beban
d. Jenis benda bergerak atau tidak bergerak seperti buku-buku, saham, dan surat berharga

3) Maukuf ‘alaih (pihak yang diperuntukkan wakaf)

a. Maukuf ‘alaih harus hadir saat penyerahan wakaf


b. Bertanggung jawab dalam menerima wakaf tersebut
c. Tidak durhaka pada Allah Swt.
d. Orang yang ditanggungjawabi wakaf harus orang yang tepat dan sesuai dengan yang
dimaksud oleh wakif.

4) Sighat

a. Tidak digantungkan
b. Tidak menunjukkan waktu yang terbatas
c. Tidak mengandung pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang hendak diberikan
atau diserahkan.

C. PERBEDAAN HAM VERSI ISLAM DAN BARAT

Rumusan tentang hak-hak asasi manusia (HAM) yang dianggap legal dan dijadikan
standar hingga saat ini adalah produk yang diterbitkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-

8
Bangsa (PBB). HAM yang hanya terdiri dari 30 pasal itu ternyata belum dapat
mengakomodasi keinginan serta kepentingan semua bangsa-bangsa di dunia yang amat
beragam latar belakang budaya dan agamanya. Bagi kita umat Islam kejanggalan yang amat
prinsipil di dalam pasal-pasal HAM tersebut dapat dilihat antara lain:

1. Pasal 16 berbunyi:

a. Laki-laki dan wanita yang telah dewasa tanpa pembatasan atas perbedaan ras,
kebangsaan dan agama mempunyai hak untuk menikah dan mendirikan rumah tangga.
Mereka mempunyai hak yang sama di dalam pernikahan selama pernikahan masih
berlangsung dan waktu perceraian.
b. Pernikahan dianggap telah terjadi hanya dengan persetujuan yang bebas sepenuhnya
dari kedua belah pihak calon mempelai,

Substansi dari pasal ini jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang tidak
membolehkan perkawinan dua jenis manusia yang berbeda agama (antara muslim dengan
nonmuslim). Sedangkan ayat 2 dari pasal tersebut membuka peluang bagi pernikahan tanpa
wali dan saksi sebagai persyaratan wajib (rukun) yang tidak boleh diabaikan dalam sebuah
akad nikah.

Adapun perbedaan yang mendasar antara HAM Barat dan HAM dalam perspektif
Islam antara lain:

1. HAM Barat (UDHR) bersumber pada pemikiran filosofis semata, karena ia sepenuhnya
produk otak manusia. Sedangkan HAM dalam Islam bersumber pada ajaran Al-Quran dan
Sunnah. Karena itu, HAM Barat terkesan sangat sekularistik.
2. HAM Barat lebih bersifat antrofosentrik, maksudnya ialah manusialah yang menjadi fokus
utama. Manusia dilihat sebagai pemilik sepenuhnya hak tersebut. Maka pertanggung
jawaban dalam menegakkan HAM lebih berpijak serta berorientasi kepada nilai-nilai
kemanusiaan semata. Sedangkan HAM di dalam Islam bersifat theosentrik. Manusia
dalam hal ini dilihat hanya sebagai makhluk yang dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, bukan
sebagai pemilik mutlak. Oleh Karena itu ia wajib memeliharanya sesuai dengan aturan
Tuhan. Penggunaan hak tersebut tidak boleh bertentangan dengan keinginan Tuhan.

9
Dalam penegakkannya, selain untuk kepentingan kemanusiaan juga didasari atas
kepatuhan/ketaatan melaksanakan perintah Tuhan dan dalam rangka mencari keridhaan-
Nya. Maka di dalam menegakkan HAM itu tidak boleh berbenturan dengan ajaran syari"
at secarakomprehensif.
3. HAM Barat lebih mengutamakan hak daripada kewajiban, karena itu ia lebih terkesan
individualistik. Dalam hal ini, penggunaan hak oleh seseorang kurang memperhatikan
kewajiban memelihara hak orang lain. Sedangkan HAM dalam Islam mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban pada seseorang. Karena itu, kepentingan sosial
(kebersamaan) sangat diperhatikan. Penggunaan hak-hakpribadi di dalam Islam tidak
boleh merugikan atau mengabaikan kepentingan orang lain. Seseorang yang memiliki
harta yang melimpah sehingga dengan hartanya tersebut berpotensi merusak atau
merugikan orang lain, maka tindakan penggunaan hak itu boleh dibatasi.
4. HAM Barat lebih bersifat individualistik, dimana kepentingan indvidu sangat diutamakan
bahkan bisa mengabaikan serta mengalahkan kepentingan sosial. Sedangkan HAM dalam
pespektif Islam selain melindungi kepentingan individu juga menjaga kepentingan sosial
secara berimbang. Karena itu segala sesuatu yang berpotensi menimbulkan kemudaratan
harus dicegah. Misalnya larangan khalwat, yakni berduaan di tempat yang sepi bagi dua
insan yang berbeda jenis kelaminnya yang bukan mahram dan tidak ada kepentingan
tertentu yang dapat dikategorikan ke dalam hal-hal yang bersifat darurat. Selain itu,
penggunaan hak individu menurut Islam harus memperhatikan kepentingan dan tidak
boleh merugikan orang lain. Di zaman Rasulullah pernah terjadi suatu kasus seorang dari
golongan Anshar datang mengadu kepada Rasulullah bahwa pohon kurma tetangga
kebunnya, Samurah bin Jandub, condong dan masuk ke kebunnya hingga ia dan
keluarganya merasa dirugikan. Samurah tidak mau memotong pohon tersebut karena
merasa itu adalah hak miliknya. Tetapi Rasullah memerintahkan agar Samurah mencabut
pohon tersebut.
5. HAM Barat memandang manusia sebagai pemilik penuh atas hak-haknya, sedangkan
HAM dalam perspektif Islam memandang manusia sebagai penerima titipan (amanah)
Allah terhadap hak-haknya dan bukan pemilik secara mutlak. Oleh karenanya, manusia
sadar bahwa dirinya akan dimintai pertanggungjawaban kepada Allah atas hak-hak
tersebut.

10
Dalam mengantisipasi terjadinya pelanggaran terhadap hak hak manusia, Islam
berpandangan lebih jauh ke depan. Tindakan preventif atas pelanggaran HAM lebih
diutamakan dari pada represif. Misalnya, seseorang yang diperkirakan punya gerak-gerik
yang mencurigakan untuk melakukan kejahatan atau tindakan yang dapat merugikan orang
lain boleh dicegah tangannya. Karena itu, misalnya Islam melarang khalwat (berduaan di
tempat yang sepi) antara dua jenis kelamin yang berbeda yang bukan muhrim. Larangan
tersebut tidak boleh diterjemahkan sebagai pelanggaran hak-hak asasi seseorang, tetapi lebih
dilihat pada tindakan antisipasi atau pencegahan atas kemungkinan terjadinya pelanggaran
HAM yang lebih fatal lagi.
Tindakan pencegahan itu di dalam Islam di ibaratkan pula sebagai "larangan terhadap
orang-orang yang sedang bermain-main di pinggir jurang karena dikhawatirkan mereka akan
terjatuh ke dalamnya". Bahkan ada sebuah kaidah di dalam ushul figh darul mafasid ‫درء المفاسد‬
‫ مق………دم على جلب المص………الح‬menyebutkan muqaddamun 'ala jalbil mashalih) artinya mencegah
kerusakan lebih diutamakan daripada berbuat kebajikan. Ini tentu saja jauh berbeda dari
HAM yang berpandangan antrofosentrik dan yang hanya mementingkan hak-hak pribadi,
pencegahan kurang diperhatikan karena takut dituduh melanggar HAM. Hal ini dapat
mengakibatkan merajalelanya kejahatan di sana sini. Itulah di antara kelemahan HAM dalam
paradigma Barat yang dipropaganda oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.

D. ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAN LIL’ALAMIN


Secara bahasa kata Islam berasal dari kata salama atau salima yang berarti damai,
keamanan, kenyamanan, dan perlindungan. Menurut Muhammad Tahir-ul-Qadri (2014: 74)
Islam adalah pernyataan absolut tentang perdamaian. Dan sebagai agama, Islam adalah
manifestasi damai itu sendiri. Dia mendorong manusia untuk menciptakan hidup
proporsional, damai, penuh kebaikan, keseimbangan, toleransi, sabar, dan menahan marah.”
Dari kata salima menjadi yaslaamu, salaaman, dan salaamatan, serta kata turunan lainnya,
yang di dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap kata berasal, serta terkonjungasi dari kata
Islam, secara esensial merujuk kepada pengertian damai, perlindungan, keamanan, dan
kenyamanan (Tahir-ul-Qadri, 2014: 82). Hadis-hadis Nabi Muhammad banyak yang
mengilustrasikan makna Islam sebagaimana pengertian di atas, antara lain:

11
Dengan tiga Hadis ini cukuplah untuk mengatakan dari kajian bahasa bahwa Islam
sebagai agama secara normatif memastikan terwujudnya kedamaian dan keselamatan untuk
seluruh umat manusia, dan orang muslim tidak lain adalah mereka yang mewujudkan nilai-
nilai luhur Islam tersebut. Istilah rahmatan lil’alamin terdiri atas dua kata rahmat yang berarti
kasih sayang, dan lil’alamin yang berarti seluruh alam. Istilah ini sebagaimana tercantum di
dalam surat Al-Anbiya’ (21): 107.
” Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
(rahmatan liralamin)”.

E. DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Demokrasi sebagai suatu system pemerintahan, disukai dan diterapkan di banyak


Negara di dunia karena system ini memberikan hak dan kebebasan kepada segenap warganya
mengeluarkan pandangan serta pendapat. Segenap warga negara dalam system demokrasi
ikut memerintah melalui wakil dan kepala negara pilihannya. Demokrasi juga dapat diartikan
kepada “Gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Demokrasi tidak bertentangan dengan Islam, bahkan dalam Islam sendiri terdapat
prinsip-prinsip, yang mestinya dijalankan dalam suatu kepemimpinan, yang relevan dengan

12
prinsip demokrasi. Islam mengajarkan musyawarah, misalnya, dalam menyelesaikan suatu
persoalan. Seperti terlihat dalam Q. S. Asy-Syuara: 38.

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (memetuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah anatara mereka, dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.”

Ayat di atas menggambarkan karakter orang-orang beriman, yaitu mematuhi seruan


Allah, mendirikan shalat, menetapkan urusan dengan jalan musyawarah, serta menafkahkan
sebagian rezekinya di jalan Allah. Bermusyawarah, yang disebut salah satu karakteristik
orang mukmin, merupakan prinsip demokrasi. A-Quran dengan tegas menjelaskan
pentingnya musyawarah. Dalam surat Ali Imran ayat 159 musyawarah itu diungkapkan
dengan menggunakan kata perintah yaitu Allah memerintahkan kepada Nabi agar
memutuskan suatu persoalan dengan musyawarah.

Walaupun sistem demokrasi itu relevan dengan pandangan Islam, namun Islam
memiliki ciri demokrasi yang tidak sama dengan demokrasi liberal yang berlaku di Barat.
Tidak ada kebebasan mutlak dalam Islam, kebebasan mempunyai batas-batas tertentu.
Demokrasi Islam tidak selamanya menggunakan suara terbanyak suatu komunitas, sebab
suara terbanyak belum tentu benar. Demokrasi Islam didasarkan atas prinsip kebenaran dan
keadilan. Maka jika suara terbanyak bertentangan dengan prinsip keadilan dan kebenaran,
suara terbanyak tidak bisa diterima, ia mesti ditolak. Menetapkan sesuatu persoalan bisa
didasarkan suara terbanyak selama suara itu tidak bertentangan dengan prinsip keadilan dan
kebenaran.
Parameter kebenaran dan keadilan yang mendasari demokrasi islami itu adalah Al-
Quran dan sunnah. Jika suatu kebijakan dan program pemerintah bertentangan dengan prinsip
kebenaran dan keadilan qurani, maka kebijakan dan program itu mesti ditolak atau
dihapuskan. Demikian pula kehendak dan keinginan masyarakat, keinginan mereka tidak bisa
dikabulkan jika bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah. Dengan demikian, demokrasi
Islami itu tidak semata-mata didasarkan atas suara mayoritas. Pandangan mayoritas rakyat
hanya menjadi pertimbangan dan bahkan rujukan ketiga setelah Al-Quran dan sunnah.

F. PERILAKU DEMOKRATIS

13
Untuk menjalankan kehidupan demokratis, setiap warga negara bisa memulai dengan
cara menampilkan beberapa prinsip. Berikut ini beberapa perilaku yang mendukung tegaknya
nilai-nilai demokratis dalam kehidupan sehari-hari:

 Membiasakan diri untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau hukum yang berlaku.
 Membiasakan diri bertindak demokratis dalam segala hal.
 Membiasakan diri menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.
 Membiasakan diri mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan.
 Membiasakan diri untuk memilih pemimpin-pemimpin melalui cara-cara demokratis.
 Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam musyawarah.
 Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara bahkan secara pribadi.
 Menuntut hak setelah melaksanakan kewajiban.
 Menggunakan kebebasan dengan rasa tanggung jawab.
 Mau menghormati hak orang lain dalam menyampaikan pendapat.
 Membiasakan diri memberikan kritik yang bersifat membangun.

14
15
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masyarakat beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis,
sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan sosial.
Peranan umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera yaitu dialog,
melakukan studi agama, menumbuhkan kesadaran pluralism dan masyarakat madani,
menjaga perdamaian, bermusyawarah, dan bersikap adil.
Hak asasi manusia adalah hak paling dasar yang dimiliki setiap individu. Bisa
dikatakan juga kalau hak asasi manusia merupakan hak mutlak yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Karena bersifat mutlak, artinya hak asasi manusia harus ada dan tidak dapat
diganggu gugat oleh siapa pun.
Demokrasi sebagai suatu system pemerintahan, disukai dan diterapkan di banyak
Negara di dunia karena system ini memberikan hak dan kebebasan kepada segenap warganya
mengeluarkan pandangan serta pendapat. Segenap warga negara dalam system demokrasi
ikut memerintah melalui wakil dan kepala negara pilihannya. Demokrasi adalah bentuk atau
sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-
wakilnya atau pemerintahan rakyat.

B. SARAN
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua, serta
dapat memberikan informasi tentang HAM dan Demokrasi. Selain itu dapat menjadi anggota
masyarakat yang beradab dan sejahtera yang menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan
Demokrasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Hapni Laila Dkk. 2021. Islam Kaffah Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi. Medan: Kencana Emas Sejahtera

Hastuti, Qurnatul Aini Wara. 2014. Urgensi Manajemen Zakat Dan Wakaf Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal ZISWAF. 1 (2): 379- 403

Sugiyar. 2017. Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Dalam Mayarakat Multikultural. Jurnal
Pendidikan Agama Islam. 3 (1): 51-68

file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/DEMOKRASI%20INDONESIA.pdf

https://m.merdeka.com/quran/saba/ayat-15#:~:text=QS.%20Saba'%20Ayat
%2015&text=Sungguh%2C%20bagi%20kaum%20Saba'%20ada,Tuhanmu%20dan
%20bersyukurlah%20kepada%2DNya.

17

Anda mungkin juga menyukai