Anda di halaman 1dari 8

“ANALISIS SDM & POLA KEPEGAWAIAN

DI UPTDD PUSKESMAS KEPUNG


KABUPATEN KEDIRI”

SHOLIG BASTIAN
NIP 19920505 202012 1 013

CPNS DAY
JUMAT, 15 JANUARI 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen utama dalam suatu organisasi karena
manusia yang mengendalikan perangkat-perangkat lain untuk menjalankan suatu organisasi.
Perencanaan tenaga kesehatan harus tepat sesuai dengan beban kerja puskesmas karena
merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan yang fungsinya sangat menunjang pencapaian
visi Indonesia Sehat
Keberhasilan pengembangan Puskesmas sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia dan peran aktif masyarakat sebagai pemakai pelayanan kesehatan. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan prioritas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
di UPTD Puskesmas Kepung sehingga dapat memberi dampak positif terhadap derajat
kesehatan masyarakat disekitarnya. Bahwa pembangunan kesehatan di daerah baik Propinsi
maupun Kabupaten/Kota sehat dengan menerapkan pembangunan berwawasan kesehatan
dengan didukung SDM kesehatan yang bermutu.
Berbagai hasil penelitian membuktikan pendistribusian tenaga kesehatan merupakan
masalah kesehatan sesudah pembiayaan kesehatan. Pendistribusian tenaga kesehatan
merupakan kesulitan kedua yang dialami terutama dalam era desentralisasi3. Isu-isu yang
paling relevan adalah berkaitan dengan sumber daya manusia dan suplai tenaga yang
mengakibatkan distribusi tenaga tidak merata. Isu lain dalam manajemen sumberdaya
manusia adalah tidak tersedianya sistim informasi yang memadai sehingga informasi yang
bersifat mendasar (seperti jumlah pegawai, jenis tenaga, lokasi, pangkat dan gaji) tidak
tersedia. Hal ini berakibat sering diambil keputusan yang tidak berlandaskan bukti sehingga
distribusi petugas tidak merata.
Peramalan kebutuhan karyawan merupakan bagian terpenting dan tersulit dilaksanakan4.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan perlu didukung oleh pengembangan sumber daya
manusia kesehatan yang pada hakekatnya adalah proses pengembangan yang bersifat
multidisiplin, baik lintas sektor maupun lintas program. Untuk meratakan dan meningkatkan
mutu tenaga kesehatan melalui upaya pokok penyusunan kebijakan dan rencana
pendayagunaan pendidikan serta pelatihan tenaga kesehatan. Untuk mengatasi hal tersebut,
telah dikembangkan penyusunan kebutuhan pegawai yang dikenal dengan istilah DSP
Puskesmas. Pedoman DSP puskesmas dari Depkes Republik Indonesia dituangkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 976/MenKes/VIII/1995. Berbagai
metoda penentuan kebutuhan sumberdaya manusia kesehatan terus berkembang untuk
mengantisipasi kebutuhan tenaga jangka pendek atau kurang dari 5 tahun
Kebijakan dan strategi dalam pengembangan SDM Kesehatan haruslah mengedapankan
pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan. Dalam kaitan ini perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan perencanaan
pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan untuk
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Diharapkan dalam penyusunan
perencanaan SDM sebaiknya ditetapkan dahulu rencana jangka panjang untuk
mengantisipasi masalah – masalah kesehatan yang mungkin akan terjadi, karena SDM
kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan. Pedoman ini
dapat sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan SDM Kesehatan secara menyeluruh
( jangka pendek, menengah dan panjang ) di UPTD Puskesmas Kepung.

B. TUJUAN
Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perencanaan tenaga
puskesmas, pendistribusiannya, serta untuk mengidentifikasi keadaan tenaga yang selama ini
tidak pernah dianalisis. Harapannya dapat ditata kembali kondisi tenaga yang telah ada.
BAB II
DASAR HUKUM DAN POKOK – POKOK
PERENCANAAN SDM KESEHATAN

A. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO 43 TAHUN 2019 tentang SDM


Pasal 17
(1) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) meliputi dokter
dan/atau dokter layanan primer.
(2) Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Puskesmas harus memiliki:
a. dokter gigi;
b. Tenaga Kesehatan lainnya;dan
c. tenaga nonkesehatan.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling
sedikit terdiri atas:
a. perawat;
b. bidan;
c. tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
d. tenaga sanitasi lingkungan;
e. nutrisionis;
f. tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
g. ahli teknologi laboratorium medik.
(4) Dalam kondisi tertentu, Puskesmas dapat menambah jenis tenaga kesehatan lainnya
meliputi terapis gigi dan mulut, epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, perekam
medis dan informasi kesehatan, dan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan.
(5) Dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bertugas untuk memberikan Pelayanan
Kesehatan di wilayah kerjanya.
(6) Tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus mendukung
kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan
operasional lain di Puskesmas.
(7) Dalam hal jumlah dan jenis dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan
Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah memenuhi
kebutuhan ideal, dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga
Kesehatan lainnya dapat diberikan tugas lain.

Pasal 18
(1) Puskesmas harus menghitung kebutuhan ideal terhadap jumlah dan jenjang jabatan
dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan masing-masing jenis Tenaga
Kesehatan lainnya serta tenaga nonkesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatannya.
(2) Perhitungan kebutuhan ideal terhadap jumlah dan jenjang jabatan dokter dan/atau dokter
layanan primer, dokter gigi, dan masing-masing jenis Tenaga Kesehatan lainnya serta
tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui analisis
beban kerja dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, rasio
terhadap jumlah penduduk dan persebarannya, luas dan karakteristik wilayah kerja,
ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja,
dan pembagian waktu kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
(1) Setiap dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lain
yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan etika profesi.
(2) Selain harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, dan etika profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap dokter
dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lain harus
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien
dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
(3) Dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. STANDAR KETENAGAAN PUSKESMAS MENURUT PERATURAN MENTERI


KESEHATAN NO 43 TAHUN 2019

Puskesmas kawasan
Puskesmas Puskesmas
Terpencil dan Sangat
kawasan Perkotaan kawasan Pedesaan
Terpencil
No Jenis Tenaga
Non Non
Rawat Rawat
Non Rawat Inap Rawat Rawat
Inap Inap
Inap Inap
Tenaga Kesehatan
1. Dokter dan/atau dokter 1 1 2 1 2
layanan primer
2. Dokter gigi 1 1 1 1 1
3. Perawat 5 5 8 5 8
4. Bidan 4 4 7 4 7
5. Tenaga promosi 2 1 1 1 1
kesehatan dan ilmu
perilaku
6. Tenaga sanitasi 1 1 1 1 1
lingkungan
7. Nutrisionis 1 1 2 1 2
8. Tenaga apoteker 1 1 1 1 1
dan/atau tenaga teknis
kefarmasian
9. Ahli teknologi 1 1 1 1 1
laboratorium medik
Tenaga Non Kesehatan
10. Tenaga sistem informasi 1 1 1 1 1
kesehatan
11. Tenaga administrasi 1 1 1 1 1
keuangan
12. Tenaga ketatausahaan 1
13. Pekarya 2 1 1 1 1
Jumlah 23 20 28 20 28

Keterangan:
Standar ketenagaan sebagaimana tersebut di atas:
a. merupakan kondisi minimal yang diharapkan agar Puskesmas dapat terselenggara
dengan baik.
b. belum termasuk tenaga di Puskesmas Pembantu dan tempat praktik bidan desa.
c. jumlah dan jenis kebutuhan ideal tenaga di Puskesmas ditetapkan berdasarkan hasil
perhitungan analisis beban kerja.
C. STRATEGI PERENCANAAN SDM KESEHATAN
Dalam perencanaan SDM Kesehatan perlu memperhatikan :
1. Rencana kebutuhan SDM kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya.
2. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara serasi dan seimbang terhadap
kebutuhan masyarakat dan dunia usaha.
3. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan di dasarkan pada kesesuaian
metode yang diberikan oleh Depkes dengan kemampuan dan keadaan UPTD Puskesmas
Kepung.
4. Penyusunan rencana pengembangan tenaga kesehatan (termasuk penyusunan kebutuhan
tenaga) tidak akan berhasil bila tidak disusun dalam konteks kebijakan pengembangan
SDM Kesehatan secara keseluruhan yang menunjang.
5. Sistem Informasi Ketenagaan yang baik dapat mendukung sepenuhnya pengembangan
SDM Kesehatan secara keseluruhan.

D. METODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN SDM KESEHATAN


MELALUI APLIKASI RENBUT KEMKES BERDASARKAN ABK
1. Menetapkan Fanyankes dan Jenis SDMK
Untuk menetapkan jenis SDMK sapat mengacu pada
a. Daftar pengelompokan dan jenis SDMK (UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan)
b. Daftar nama jabatan fungsional tertentu (Permenkes No 73 tahun 2013)
c. PERDA tingkat Provinsi tentang organisasi dan tata cara SKPD
d. Data hasil analisis jabatan (peta jabatan dan informasi jabatan) dari SKPD masing-
masing
e. Pedoman teknis SPO setiap tugas pokok dan fungsi jabatan
Data dar informasi Fanyankes, Unit/ instalasi dan jenis SDMK dapat diperoleh dari
a. Struktur organisas dan tata kerja / SOTK institusi
b. UU No. 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
c. Permenkes No 73 tahun 2013 tentang Jabfung Umum di lingkungan Kemenkes RI
d. Permen PAN-RB tentang jabfung tertentu (28 jenis jabfung tertentu)
2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia(WKT)
Waktu kerja tersedia adalah waktu yang dipergunakan SDMK untuk melaksanakan
tugas dan kegiatannya dalam kurun waktu satu tahun.
Dalam keputusan presiden no 68 tahun 1995 telah ditentukan jam kerja instansi
pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik untuk yang 5 hari kerja maupun yang 6 hari
kerja sesuai dengan yang ditetapkan kepala daerah masing masing
Berdasarkan peraturan BKN no 19 tahun 2011 tentang pedoman umum penyusunan
kebutuhan PNS, jam kerja efektif (JKE) sebesar 1250 jam oertahun. Demikian juga
menurut permen PAN-RB no 25 tahun 2011, jam kerja efektif antara 1192-1237 jam per
tahun atau dibulatkan menjadi 1200 jam pertahun atau 72000 menit pertahun baik yang 5
atau 6 hari kerja
3. Menerapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok, Tugas Penunjang, Uraian
Tugas) dan Norma Waktu
Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas secara nyata dilaksankan
oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan tupoksi yang telah ditetapkan
Norma waktu adala rata rata waktu yang dibutuhkan seorang SDMK yang terdidik,
terampil, terlatih dan berdedikasi untuk melaksanakansuatu kegiatan secara normal sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku di fanyankes bersangkutan
4. Menghitunng Standar Beban Kerja (SBK)
SBK adalah volume / kuantitas pekerjaan selama 1 tahun untuk tiap jenis SDMK. SBK
untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu kerja tersedia dibagi norma waktu
per kegiatan pokok
5. Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP)
STP adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan kegiatan baik yang terkait langsung
atau tidak langsung dengan tupoksi ysng dilakukan oleh seluruh jenis SDMK. STP
merupakan suatu nilai yang merupakan pengali terhadap kebutuhan SDMK
6. Menghitung Kebutuhan SDMK per Institusi / Fanyankes
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas


Ketersediaan tenaga puskesmas di Kabupaten Kediri sebenarnya sudah mencukupi tapi
dalam penempatan tidak merata. Dinas Kesehatan Kediri perlu melakukan penataan kembali
ketenagaan puskesmas di wilayah kerjanya. Mutasi dapat dilakukan pada petugas yang
ketesediaannya melebihi. Untuk tenaga yang ketersediaannya masih kurang seperti dokter
gigi perlu diusulkan rekrutmen pegawai baru. Petugas lain yang ketersediaannya sudah
mencukupi atau melebihi di Kediri tidak perlu dilakukan rekrutmen pegawai baru, namun
hanya perlu ditata kembali melalui mutasi dari tempat tempat yang sudah melebihi
ketersediaannya. Perputaran karyawan atau mutasi akan menambah jumlah beban di suatu
tempat, organisasi perlu menekan pada tingkat yang wajar, perputaran perlu dilakukan untuk
mengembangkan keahlian dan peningkatan tanggungjawab.

2. Kebutuhan Tenaga Puskesmas Kepung berdasarkan Permenkes No 43 tahun 2019


Jumlah kebutuhan tenaga Puskesmas Kepung berdasarkan permenkes no 43 tahun 2019
adalah sudah sesuai atau bisa dikatakan kondisi minimal yang diharapkan agar Puskesmas
dapat terselenggara dengan baik. Akan tetapi pada pelaksanaannya jumlah SDMK tersebut
dirasa sangat kurang terlebih dengan beban kerja yang relatif tinggi. Beban kerja yang tinggi
ini dipengaruhi oleh luas wilayah, rasio jumlah tenaga PNS dengan non PNS, Jumlah tenaga
yang berkompeten, tupoksi yang berbeda beda maupun jumlah pasien/penduduk perkapita.

3. Kebutuhan Tenaga Puskesmas Kepung menggunakan aplikasi Renbut Kemkes


berdasarkan Angka Beban Kerja
Perhitungan tenaga Puskesmas Kepung melalui aplikasi Renbut berdasarkan Angka
Beban Kerja didapatkan bahwa masih terdapat kekurangan pegawai terutama pegawai
berstatus PNS karena penanggung jawab proker di Puskesmas adalah PNS.

No Jenis SDMK Jumlah Jumlah Kesenjangan Keadaan


SDMK SDMK yang SDMK
saat ini seharusnya (5)=(4)-(3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Dokter Umum 2 2 0 Sesuai
2 Dokter Gigi 2 2 0 Sesuai
3 Perawat 7 9 2 Kurang
4 Bidan 8 9 -1 Kurang
5 Nutrisionis 2 2 0 Sesuai
6 Apoteker 1 1 0 Sesuai
7 Asisten Apoteker 1 1 0 Sesuai
8 Sanitarian 1 1 0 Sesuai
9 Pranata Labkes 1 1 0 Sesuai
10 Penyuluh Kesmas 1 1 0 Sesuai
11 Terapis Gigi dan Mulut 1 1 0 Sesuai
12 Rekam Medis 1 1 0 Sesuai
13 Bendahara 0 2 2 Kurang
14 Pengadministrasian Umum 1 4 3 Kurang
15 Pengadministrasian Keuangan 1 1 0 Sesuai
16 Pengadministrasian Kepegawaian 0 1 1 Kurang
17 Pranata Barang & Jasa 0 1 1 Kurang
18 Pengemudi 1 1 0 Sesuai
19 Pramu Kebersihan 2 2 0 Sesuai
20 Petugas Keamanan 1 2 1 Kurang
21 Pranata TIK 1 1 0 Sesuai
22 Kasubag Tata Usaha 1 1 0 Sesuai

Puskesmas Kepung 37 47 10
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Puskesmas Kepung masih kekurangan jenis/ jabatan perawat sebanyak 2-3 orang. Pada
bulan Juni 2021 akan ada 1 pegawai PNS yang purna tugas. Rencananya akan ada
tambahan 1 CPNS pada tahun 2021
2. Puskesmas Kepung akan kekurangan jenis/ jabatan bidan sebanyak 1 orang berstatus
PNS. Hal ini dikarenakan 1 PNS proses penghentian fungsional bidan karena tidak bisa
memenuhi angka kredit
3. Puskesmas Kepung masih kekurangan jenis/ jabatan petugas keamanan sebanyak 1 orang
4. Puskesmas Kepung masih kekurangan jenis/ jabatan petugas pranata barang dan jasa
sebanyak 1 orang karena selama ini orang yang mengisi jabatan tersebut merangkap
jabatan lain
5. Puskesmas Kepung masih kekurangan jenis/ jabatan pengadministrasian kepegawaian
sebanyak 1 orang karena selama ini orang yang mengisi jabatan tersebut merangkap
jabatan lain
6. Puskesmas Kepung masih kekurangan jenis/ jabatan petugas pengadministrasian umum
sebanyak 3 orang karena selama ini orang yang mengisi jabatan tersebut merangkap
jabatan lain
7. Puskesmas Kepung masih kekurangan jenis/ jabatan petugas bendahara sebanyak 2 orang
karena selama ini orang yang mengisi jabatan tersebut merangkap jabatan lain
8. Jumlah tenaga PNS Puskesmas Kepung sejumlah 15 orang dan jumlah tenaga kontrak 22
orang.
9. Bilamana kekurangan tersebut tidak terpenuhi, maka mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kepung menjadi berkurang karena volume beban kerja melebihi beban kerja
yang seharusnya dilaksanakan oleh jenis / jabatan
10. Kondisi pekerjaan yang dihadapi oleh tenaga yang kurang dan merangkap tugas
lain merupakan tekanan dalam melaksanakan pekerjaanya yang berakibat dalam bekerja
menjadi tergesa gesa, tidak sesuai dengan SPO dan tidak memenuhi standar mutu
pelayanan dalam melaksanakan pekerjaannya
11. Bagi SDMK yang lain melaksanakan pekerjaanya secara normal, hal ini akan
berdampak pada kinerja yang optimal dan bermutu karena beban kerja sesuai dengan
kapasitas SDMK nya

Melihat kondisi diatas, maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut
1. Melakukan redistribusi SDMK sesuai kebutuhan antar puskesmas di Kabupaten Kediri
dari puskesmas puskesmas yang kelebihan ke puskesmas puskesmas yang kekurangan
SDMK
2. Meningkatkan kinerja bagi puskesmas yang kelebihan SDMK sehingga kulaitas dan
kuantitas capaian meningkat
3. Dengan adanya penambahan SDMK sesuai kebutuhan pada puskesmas yang kekurangan
SDMK, maka akan terjadi peningkatan kulaitas dan kuantitas capaian kerja
4. Melakukan usulan alokasi formasi kebutuhan SDMK kepada Pemda untuk diteruskan Ke
KEMENPAN-RB
5. Melakakukan penambahan SDMK dengan sistem kontrak BOK maupun sistem kontrak
BLUD
BAB IV
PENUTUP

Sejalan dengan prinsip penyelenggaraan SDM Kesehatan pada sistem kesehatan nasional
yang saat ini sedang dirancang, maka perencanaan sumber daya manusia kesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.

Paper tentang perencanaan SDM Kesehatan di lingkungan UPTD Puskesmas Kepung ini
diharapkan dapat dipergunakan sebagai panduan yang merupakan satu dari sekian banyak
panduan dalam pengelolaan SDM Kesehatan.

Kerjasama lintas program dengan pengelola kesehatan dan kerjasama lintas sektor termasuk
organisasi profesi, penyelenggara pelayanan, dan pengelola sarana merupakan mitra kerja yang
perlu dibina sejak dari proses penyusunan proposal.

Sudah barang tentu buku pedoman ini masih banyak kekurangannya, namun demikian
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan SDM Kesehatan
di UPTD Puskesmas Kepung

Anda mungkin juga menyukai