Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN CANDILOMA AKUMINATA

Nama : LATIFATUL HASANAH

NIM : P17220194063

Tingkat : 3

Kelompok : 4B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN
KEPERAWATAN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan …………………………………………………………………………...


dan Asuhan Keperawatan Maternitas
………………………………………………………………....................................
………………………………………………………………………………………
ini telah diperiksa dan disetujui pada

Hari : ……………………………
Tanggal : ……………………………

Mengetahui,
Mahasiswa

(____________________)

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(____________________) (____________________)

Kepala Ruangan

(____________________)
LAPORAN PENDAHULUAN
CANDILOMA AKUMINATA

A. Definisi
Kondiloma akuminata (KA) atau genital warts atau lebih dikenal oleh masyarakat awam
dengan istilah penyakit kutil kelamin ataupun penyakit jengger ayam digolongkan dalam
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV)
(Ratnasari, 2018)

B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah virus papilloma. transmisi penularan utamanya melalui
hubunan seksual dimana terjadi kontak lesi epitel serta dapat pula melalui cairan genital
yang mengandung HPV.(Saputra, 2020)
Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak
menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim.
Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher
rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina,
vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
Kasus KA dapat menular melalui berganti ganti pasangan seksual, akan lebih berisiko
jika tidak menggunakan kondom.

C. Patofisiology
Sel dari lapisan basal epidermis di invasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan
menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau
gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikuti fase laten, produksi DNA
virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal
morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena
adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum, dan perineal. Lesi mukosa yang tidak
biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trakea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah
dilaporkan diarea lainyang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering
dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensi dengan baik.
Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan
onkogenik
Pathway
D. Manifestasi klinis
a. Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
b. Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin.
c. Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin.
d. Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.
e. Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
f. Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
g. Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
h. Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain.
i. PMS kadang tidak memiliki gejala.
j. Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita,
terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan,
kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap
dan berlendir.
k. Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing,
biasanya disebabkan oleh PMS.
l. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan
oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
m. Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut
dapat terasa sakit atau tidak.
n. Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin
o. Kemerahan di sekitar alat kelamin.
p. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
q. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan
dengan menstruasi.

E. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
1. Tes asam asetat Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang
dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih (acetowhite).
2. Kolposkopi Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat
serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang dilakukan
bersamaan dengan tes asam asetat.
3. Pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan
rutin KA. Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif
terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan cepat,
fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi spontan. Secara mikroskopis, lesi KA
ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit berukuran besar dengan area halo dan
vakuolisasi perinuklear). Pada epidermis terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete
redges yang memanjang.
4. Pemeriksaan dermoskopi Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu
membedakan dengan lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi
KA menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola
mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola menyerupai tombol (knoblike), serat
menyerupai jari pada lesi papilomatosa.
5. Identifikasi genom HPV. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi
HPV anogenital secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe HPV.
Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA HPV
dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi

F. Penatalaksanaan medis
1. Tinktura podofilin 10-25% Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang
menginduksi nekrosis jaringan. Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan meliputi
area seluas 10cm2 atau jumlah podofilin kurang dari 0,5ml. Tidak boleh diberikan
pada ibu hamil.
2. Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-95% Bahan ini bersifat korosif dan dengan
cepat menjadi inaktif setelah kontak dengan kulit/lesi. Aman digunakan untuk ibu
hamil dan menggunakan konsentrasi 50% ternyata juga memberikan hasil yang
memuaskan. Komplikasi yang mungkin terjadi adala erosi dan ulkus dangkal.
3. Imiquimod 5%. Imidazoquilinamine tidak memiliki anti virus in vitro namun dapat
memodifikasi respon imun pejamu melalui peningkatan produksi sitokin interferon-α,
tumor necrosis factor (TNF), dan interleukin sehingga sel natural killer (NK cell), sel
PMN, makrofag, dan sel T yang bersifat anti tumor mampu mengeradikasi virus.
Obat ini tidak dapat digunakan pada membran mukosa dalam (uretra, vagina dan
serviks) dan tidak boleh untuk ibu hamil. Sayangnya obat ini belum tersedia di
Indonesia.
4. Bedah eksisi. Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat
diambil secara keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa nyeri,
perdarahan, sampai timbul jaringan parut.
5. Bedah listrik. Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan
komplikasi sama dengan bedah eksisi.
6. Bedah beku. Menggunakan N2 cair, CO2 padat, cryoprobe untuk membekukan
kandungan air jaringan sehingga terjadi lisis sel.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
- Status kesehatan saat ini
- Status kesehatan masa lalu
- Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat disebabkan
oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual terlalu dini
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas
dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh wanita.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria.
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat
terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita serta
pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya mengalami
penurunan nafsu makan.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca
indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.Dimana salah satu
etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total). Pasien wajar
jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang.
Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat lemah terutama
pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik
akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien
menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa
nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta
adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
berbau busuk dari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita
dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stress
yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan
dirinya sendiri.
10. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Wanita
dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang
terdekatnya karena itu akan mempe ngaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping
keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita
penyakit kanker vulva.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.

B. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d px tampak meringis
2. intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d pasien mengeluh lelah
3. deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah yang
dihadapi
Ansietas b.d krisis situasional d.d pasien tampak gelisah

C. Perencanaan
Perencanaan adalah untuk menguraikan berbagai diagnosa keperawatan diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dalam menentukan tujuan dan hasil yang akan
dicapai . Tahap dalam perencanaan melibatkan perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat
klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah yang
sedang di alami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis untuk
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakkuan kepada
klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkkan diagnose keperawatan.

D. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi
keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Dalam
implementasi terdapat tiga komponen tahap implementasi, yaitu: tindakan keperawatan
mandiri, tindakan keperawatan kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan
respons klien terhadap asuhan keperawatan (Allen, 1998) dalam (Puspitasari, 2019)

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnyasecara umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan
klien dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum, mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.Evaluasi
terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, dirumuskan
dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, subyektif(data berupa
keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan
teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008) dalam (Puspitasari,
2019)
DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari, kristia ayu indah. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD. ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA. Sustainability (Switzerland), 11(1), 19.
http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?
sequence=12&isAllowed=y
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net
/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELEST
ARI
Ratnasari, D. T. (2018). Kondiloma Akuminata. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(2),
18. https://doi.org/10.30742/jikw.v5i2.336
Saputra, N. (2020). Karakteristik Kejadian Kasus Kondiloma Akuminata di Indonesia.
Muhammadiyah Journal of Midwifery, 1(1), 25. https://doi.org/10.24853/myjm.1.1.25-29

Anda mungkin juga menyukai