Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan semangat dan dorongan demi
terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan Medical Bedah 1 (KMB 1)  ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Rizka Austriani, S.Kep yang telah  membantu kami,
sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca
makalah ini.

                                                                                       

                                                                                                           

                                                                                                            Padang, 7 November 2012

                                                                                                                       

                                                                                                                        Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
 
 
1. I.       LATAR BELAKANG
 
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba eustachius
(merupakan penyebab utama darikejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius
terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri( Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella
catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).

      Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya
(Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalamisekurang-kurangnya satu episode
OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA
(Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40%
anak-anak pada usia 4 sampai dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertigakunjungan ke dokter
didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah untuk  follow-up

penyakit otitis media tersebut (Teeleet al.,1989).

Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya
satu episode OMAdalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode OMA
ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan
anak-anak pada usia 5 tahun.

B.   TUJUAN
1.    Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami kelainan pendengaran pada pasien otitis media

2.    Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien dengan otitis media


2. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien dengan otitis media
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien dengan otitis media
4. Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien dengan otitis media
5. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien dengan otitis media
 

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
 
1. I.       DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
(Ahmad Mufti, 2005)

1
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada
anak – anak di bawah usia 15 tahun.

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah(Smeltzer, 2001).

Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).

1. II.    ETIOLOGI
2. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media yang menyebabkan pertahanan
tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan
terganggu
3. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi
(misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media
akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
4. BakteriBakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus
influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris.
 
1. III.    PATOFISIOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga
tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi
pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang
terkumpul di belakang membran timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga
pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian
dalam tidak dapatbergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung
selama lebih dari dua bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan, terapi
yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.

IV. MANIFESTASI KLINIS
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini
biasanya unilateral pada orang dewasa.

 Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi
pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ),
dapat mengalami perforasi.
 Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
 Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
 Demam
 Anoreksia
 Limfadenopati servikal anterior
 

1. Otitis Media Serosa


Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan
suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning
redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya
menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

1. Otitis Media Kronik


Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau
busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan
merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan
adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna
melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.

1. V.    ANATOMI FISIOLOGI
           Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam
merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan.
Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai
pubertas.  

a)      Telinga dalam

Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu
plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya
tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi,
pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas
memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan
sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer
gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk
spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis

2
semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti.
Diferensiasi ini berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi telinga orang dewasa
telah siap.

b)      Telinga Luar dan Tengah

Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama.
Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang
terus berkembang sampai pubertas.

Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel
berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus.

Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada
awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.

1. VI.   KOMPLIKASI
A. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke
jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
B. Mastoiditis
C. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
D. Keseimbangan tubuh terganggu
E. Peradangan otak kejang
 

1. VII.          PENATALAKSANAAN
Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap. Pemberian antibiotika atau
pemberian bubuk antibiotika sering membantu bila terdapat cairan purulen.

Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif. Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang
paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari timpanoplasti adalah
mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki
pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis
telinga tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering
terjadi pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi
osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali
osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.

 
1. VIII.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya meliputi :

 Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar


 Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
 Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane
timpani)
 

IX. TERAPI
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awalditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas
atas, dengan pemberianantibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

v  Stadium OklusiTujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes
hidung, HCl efedrin 0,5% dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun danpada orang dewasa).

v  Stadium PresupurasiObat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golonganpenisilin/ampisilin).

v  Stadium SupurasiDisamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bilamembran tympani masih utuh.

v   Stadium ResolusiMembran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi danperforasi membran tympani menutup.

1. X.    PENCEGAHAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMApada anak antara lain:

1. Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak 


2. Pemberian ASI minimal selama enam bulan
3. Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
4. Hindari pajanan terhadap asap rokok
 

1. XI.   WOC
Organism / bakteri & jamur

                                                        telinga eksternal

3
pendengaran                             telinga tengah(tuba eustachi)

infeksi sepanjang kulit kanal

proses produksi terhambat

       gagguan komunikasi        bengkak, merah, panas sehingga menutup daerah kanal telinga

                          terbentuk furunkel yang menekan kulit yang sensitive

                     nyeri makin berat dan tidak ada ruang untuk furunkel berkembang didaerah telinga

                                                               telinga tengah

OM serosa memblok tuba eustachi                 OM puruten terbentuk pus

Tidak ada aliran udara ke telinga tengah                        mengisi ruang / rongga telinga

Karena ada penekannan erat

nyeri
 

Eksudat seruosa meningkat

Membrane tipani                                            

Reptur membrane tipani                     

Perubahan persepsi sensori


 

 
 
 

BAB III
ASKEP TEORITIS
 
1. I.       PENGKAJIAN
1)      Identitas klien

2)      Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan dahulu

4
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang
dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat
pada anggota keluarga.

 Riwayat kesehatan sekarang


kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang
dirasakan.

 Riwayat kesehatan keluarga


 Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran
nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.
3)      Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum klien


 Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan  di daerah telinga,dengan menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan
yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.

 Kaji adanya nyeri pada telinga


 Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
 Dada / thorak
 Jantung
 Perut / abdomen
 Genitourinaria
 Ekstremitas
 Sistem integumen
 Sistem neurologi
 Data pola kebiasaan sehari-hari
 

1. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.

1. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien

1. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri


Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga
nya sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.

1. Pemeriksaan diagnostik
Tes Audiometri : AC menurun

X ray : terhadap kondisi patologi

Tes berbisik

Tes garpu tala

1. II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan prosesperadangan pada telinga tengah

2)      Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilanganpendengaran

3)      Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.

4)      Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

1. III.   INTERVENSI KEPERAWATAN
v  Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses   peradangan pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang skala 0-10

Intervensi Keperawatan :

 Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas
dalam)
 Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik 
 Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menitpemberian analgetik 
 Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeriyang dirasa
Rasional

 Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantumengurangi nyeri yang                dirasab.
 Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeridapat berkurang

5
 Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
 Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasaoleh klien dan keluarga
 

v  Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan   pendengaran.


Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi

Kriteria hasil : 

 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik 


 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasitulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga
yangbaik.
 

Intervensi Keperawatan :

 Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat padarencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan
klien, eperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
 Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara
denganperlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal inilebih baik daripada berbicara dengan keras).
 Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhada pandengan pintu.
 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.-
 Jika klien dapat membaca ucapan
 Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
 Hindari berdiri di depan cahaya karena dapatmenyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.-
 Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakankomunikasi tertulis.
 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.-
 Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak
kepadapenerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsungberbicara kepada klien dnegan mengabaikan
keberadaanpenerjemah.
 Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran danpemahaman
 Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaanyang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :

 Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klienmaka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan
dengankemampuan dan keterbatasan klien.
 Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapatditerima dengan baik oleh klien.
 Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan kliendapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima
pesanperawat secara tepat.
 

v  Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil :  Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaransampai pada tingkat fungsional  

 Intervensi Keperawatan :

 Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat


 Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan
denganmenggunakan cutton bud  secara hati-hati, sementara waktu hindariberenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat
mencegahterjadinya ketulian lebih jauh.
 Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
 Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :

 Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
 Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, makapendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan
infeksisehingga harus dilindungi.
 Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
 Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi
akanberlanjut.
 

v  Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat  


Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.


 Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :

 Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguanyang dialami.


 Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan darifungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan
kliendalam berkomunikasi.
 Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernahmengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk
memberikandukungan kepada klien.
 Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yangtersedia yang dapat membantu klien.

6
Rasional :

 Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi denganefektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat
mengurangirasa cemasnya.
 Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangikecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan
klienterhadap perawat.
 Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yangpaling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan
dnegantingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas danfrustasinya.
 Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yangsama akan sangat membantu klien.
 

 
 
 
 
BAB IV
PENUTUP
 
1. I.       KESIMPULAN
 

Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnyasaluran/tuba eustachius yang bisa
disebabkan oleh proses peradangan akibatinfeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yangberulang
pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA padaanak.

Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: StadiumHiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi.
Dimana manifestasidari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dariOMA juga berdasar pada stadium
yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien,antara lain:
gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsipendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.

Disusun Oleh (2A) :


Khikmah Yuniati (A01301778)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
  2014
LAPORAN PENDAHULUAN

7
DENGAN PASIEN OTITIS MEDIA

A. Definisi 
      Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat bakteri melalui saluran
eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar
saluran, mengakibatkan tersumbatnya saluran (Mansjoer, 2001, 76).
      Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media berarti peradangan dari
telinga tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.
Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

B. Jenis Otitis Media


Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
1. Otitis media akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah.
2. Otitis media serosa
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan
gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang
disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.
3. Otitis media kronik
Otitis Media Kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum
timpani.Otitis Media Kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan
biasanya disebabkan oleh episode berulang Otitis Media Akut yang tak tertangani.
C. Etiologi
      Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas dan bakteri piogenik seperti
streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus, haemophylus influenza, escherecia coli,
streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
       Penyebab lainnya yaitu virus. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik
yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza
virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau
enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun
lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme
farmakokinetiknya (Kerschner, 2007).

D. Patofisiologi
       OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek yang menyebar ke
telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan
infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, terseumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
      Sel darah putih akan melawan sel-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri, sedikitnya terbentuk
nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringans ekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan
sel-sel jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan
tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengatran di telinga dalam bergerak bebas.
Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapt merobek gendang telinga karena tekanannya.

E. Manifestasi klinis
1. Otitis Media Akut
Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa: 
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, dapat
mengalami perforasi.
b. Keluhan nyeri telinga ( otalgia ) 
c. Demam
d. Anoreksia
e. Limfadenopati servikal anterior
2. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan
bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik. 
3. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau
persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post
aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.

8
F. Stadium Otitis Media Akut 
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu : 
1. Stadium oklusi tuba eustakhius, adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan negative di dalam
tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium
ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi. 
2. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi) 
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani
tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat. 
3. Stadium supurasi 
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat
yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol kearah liang telinga luar. Pada
keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah
di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya
trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur. 
4. Stadium perforasi 
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini anak yang tadinya
gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut
Stadium Perforasi.
5. Stadium resolusi 
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah perforasi maka secret akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi dapat
terjadi, walaupun tanpa pengobatan.

G. Komplikasi 
1. Sukar menyembuh 
2. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang 
3. Ketulian sementara atau menetap 
4. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan saraf facialis,
komplikasi intracranial(meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis. 
H. Tes diagnostic
1. Pada pemeriksaan otoskopik ditemukan ear drum tampak merah dan menggelembung.
2. Spesimen cairan yang keluar dari telinga(dari ear drum yang ruptur)→untuk kultur guna identifikasi pathogen
bakteri penyebab.
3. Audiometri→untuk evaluasi adanya tuli konduktif.
4. X-Ray(Rὂ)→pada area mastoideus.

I. Penatalaksanaan 
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya 
1. Stadium oklusi 
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah
hilang. Pemberian obat tetes telinga: HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas 12 tahun) sumber
infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adalah kuman bukan virus atau alergi.
2. Stadium presupurasi 
Pemberian antibiotika, obat tetes telinga dan analgetika. Bila membran timpani terlihat hiperemis difus dilakukan
Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin. 
3. Stadium supurasi 
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih utuh untuk menghilangkan gejala
klinis dan ruptur dapat dihindari.
4. Stadium resolusi 
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. K DENGAN KASUS OTITIS MEDIA AKUT
DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA

A. DATA SUBJEKTIF 
1. Biodata 
Nama : Ny. K 
Umur : 45 tahun 
Jenis Kelamin : Perempuan 

9
Agama : Islam 
Alamat : Kebumen 
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 
Tanggal Masuk RS : 17 November 2014
TanggalPengkajian : 18 November 2014 
Diagnosa Medis : Otitis Media 
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri telinga.
3. Riwayat Kesehatan 
a. Riwayat Kesehatan Sekarang 
Pasien bernama Ny.K berusia 45 tahun datang ke ruang IGD Rumah Sakit Permata Medika dengan keluhan
nyeri telinga, keluar cairan putih dari telinga kanan yang disertai dengan demam. Pasien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak, nyeri dirasakan seperti diremas-remas, nyeri telinga secara terus menerus, skala nyeri
7. Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan membersihkan telinga menggunakan peniti setiap hari, ketika sakit
pasien hanya memberikan tetes telinga. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri telinga, dan
serumen kental serta terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan, tes rinne (-), tes weber :
lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah. TTV :
120/80mmHg, N: 110x/menit, P: 20x/menit, S: 39ºC. Keluarga  pasien mengatakan harus bebicara dengan nada
tinggi pada klien, karena klien kadang tidak nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah. Pasien
juga mengatakan cemas apabila harus melakukan operasi. Pasien tampak bingung dan gelisah. 
b. Riwayat Kesehatan Dahulu 
Pasien mengatakan memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang dan dua hari terakhir tiba-tiba keluar
cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak bau.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga 
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti saya sekarang. 
4. Pengkajian Pola Pemenuhan Dasar Virginia Henderson 
a. Pola Oksigenasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
• Selama  sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
b. Pola Nutrisi
• Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/ hari. 
• Saat sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan BAK 3x/ hari, BAB 1x/ hari pagi. 
• Selama sakit pasin mengatakan BAK 4x/ hari, BAB 1x/ hari pagi.
d. Pola Aktivitas

• Sebelum sakit pasien mengatakan aktivitasnya dilakukan sendiri.


• Selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga (seperti: seka, dibantu jalan ke KM untuk
BAK, BAB).
e. Pola Istirahat
• Sebelum sakit pasien mengatakan pola istirahatnya teratur (sekitar jam 21.00 sudah tidur), dan tidurnya
nyenyak jika di rumah (lamanya tidur 7-8 jam).
• Selama sakit pasien mengatakan sulit tidur (lamanya tidur sekitar 5-6 jam) karena telinganya nyeri. 
f. Pola berpakaian
• Sebelum sakit pasien mengatakan pakaiannya tertutup berjilbab. 
• Selama sakit pasien mengatakan pakaiannya tertutup berjilbab. 
g. Menjaga suhu tubuh
• Sebelum sakit pasien mengatakan jika kedinginan menggunakan jaket dan selimut. Saat cuaca panas, pasien
menggunakan kaos.
• Selama sakit pasien mengatakan jika kedinginan menggunakan jaket dan selimut. Saat cuaca panas, pasien
menggunakan kaos.
h. Pola personal hygiene
• Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan gosok gigi, mandi sebanyak 2x sehari secara mandiri.
• Selama sakit pasien mengatakan untuk seka dibantu oleh keluarga.
i. Pola menghindar dari bahaya
• Sebelum sakit pasien mengatakan menggunakan alas kaki dan menggunakan pelindung diri saat berkendara.
• Selama sakit pasien mengatakan lebih proteki pada dirinya.
j. Pola komunikasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan dalam berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa Jawa dan
Indonesia. 
• Selama sakit pasien mengatakan berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan Indonesia. 
k. Pola spiritual

10
• Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan sholat 5 waktu.
• Selama sakit pasien mengatakan solat 5 waktu dengan cara berbaring.  
l. Pola rekreasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan jarang melakukan rekreasi/ liburan.
• Selama sakit pasien mengatakan hanya ngobrol bersama keluarga dan nonton tv. 
m. Pola bekerja
• Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagi ibu rumah tangga. 
• Selama sakit pasien mengatakan tidak bekerja.
n. Pola belajar
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
• Saat dikaji pasien mengatakan ingin tahu lebih dalam tentang penyakitnya. Pasien tampak bertanya-tanya
tentang penyakitnya. 
B. DATA OBJEKTIF 
1. Pemeriksaan Umum 
a. Keadaan Umum : Lemah 
b. Kesadaran : Composmentis 
c. TD : 120/80mmHg
d. N : 110x/menit
e. RR : 20x/menit
f. S : 39ºC
g. BB : 52 kg 
h. TB : 150 cm 
2. Pemeriksaan Fisik 
a. Kepala : tidak ada benjolan 
b. Muka : simetris 
c. Mata : konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil mengecil saat ada cahaya dan melebar saat tidak ada
cahaya
d. Hidung : bersih tidak ada kotoran
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi
f. Telinga : ada cairan berwarna putih kental, ada nyeri tekan, bentuk simetris, terdapat perforasi pada membrane
timpani telinga kanan, tes rinne (-), tes weber: lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat
mendengarkan suara berfrekuensi rendah.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan. 
h. Dada : Paru: I (simetris), Pa(tidak ada nyeri tekan), Pe(normal), A(vesikuler), Jantung: tidak ada pembesaran 
i. Abdomen : I( simetris), A(bising usus 12x/menit), Pa(tidak ada nyeri tekan), Pe: timpani 
j. Ekstermitas : tidak ada kelemahan di ekstermitas 
k. Kulit : tampak sawo matang
l. Genealia : tidak terpasang kateter
3. Pemeriksaan 
Tes Rine : - (negative) 
Tes Weber : lateralisasi ke kanan 
Spesimen cairan : berwarna putih kental 
4. Terapi 
Amoxcicillin (antibiotik)
Asam mefenamat (analgetik) 
Methylprednisolon (antiradang) 
C. ANALISA DATA 
No. Waktu Data Fokus Problem Etiologi TTD 
1 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS: 
• Pasien mengatakan nyeri telinga 
P: nyeri bertambah saat bergerak 
Q: nyeri dirasakan seperti diremas-remas
R: nyeri pada telinga kanan
S: Skala nyeri 7
T: nyeri terus menerus 
• Pasien mengatakan demam dan keluar cairan berwarna putih kental. 
DO: 
• serumen kental 
• terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan, 
• tes rinne (-),
• tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi
rendah.
• TTV : 120/80mmHg, 

11
N: 110x/menit, 
RR: 20x/menit, 
S: 39ºC. Nyeri akut Proses peradangan pada telinga

2. Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS: 


• Keluarga pasien mengatakan harus bebicara dengan nada tinggi pada klien, karena klien kadang tidak
nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah. 
DO: 
• serumen kental 
• terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan, 
• tes rinne (-),
• tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi
rendah. Perubahan sensori / persepsi Auditorius Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
3 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS: 
• Pasien mengatakan cemas jika harus dilakukan operasi telinga. 
• Pasien mengatakan tidak paham tentang operasi telinga. 
DO: pasien tampak bingung dan gelisah 
Ancietas Prosedur pembedahan; miringoplasty / mastoidektomi.
4 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS: 
• Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan membersihkan telinga menggunakan peniti setiap hari, ketika sakit
pasien hanya memberikan tetes telinga
• dua hari terakhir tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak bau.
DO: keluar cairan berwarna putih kental ditelinga. Resiko tinggi infeksi 

Adanya eksudat di dalam saluran eusthasius 

5 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS: Pasien mengatakan belum mengetahui penyakitnya dan cara
pengobatanya. 
DO: Pasien tampak bertanya-tanya tentang kesehatanya. Kurang pengetahuan Penyakit dan proses pengobatan

D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 


1. Nyeri akut b.d Proses peradangan pada telinga
2. Gangguan sensori atau persepsi auditoris b.d gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
3. Resiko tinggi infeksi b.d adanya cairan eksudat di dalam saluran eusthasius
4. Ancietas b.d Prosedur pembedahan; miringoplasty/ mastoidektomi.
5. Kurang pengetahuan b.d penyakit dan proses pengobatan 

E. INTERVENSI KEPERAWATAN 
Waktu No.Dx Tujuan(NOC) Intervensi(NIC) TTD&
Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan nyeri
berkurang dengan criteria hasil: 
• Mampu mengontrol nyeri 
• Nyeri turun sampai skala ringan 1-3
• Pasien tenang, tidak mengalami gangguan tidur 
• Tanda vital dalam rentang normal • Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri. 
• Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri. 
• Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
• Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri 
• Anjurkan pasien untuk tidak batuk 
• Anjurkan pasien untuk tidak menyedot flu 
• Anjurkan pasien untuk tidak melakukan kebiasaan buruk seperti memebersihkan telinga dengan peniti. 
• Anjurkan pasien untuk tidak menekan-nekan bagian telinga
• Kolaborasi pemberian analgetik, dan antibiotik, antiradang

Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mendengar lebuh
baik dengan criteria hasil: 
• Pasien mendengar suara dengan benar
• Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan benar • mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak

12
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
• Menggunakan tanda – tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan bentuk
komunikasi lainnya.
• Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana teknik komunikasi yang efektif
sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien
• Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran.
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam diharapkan tidak terjadi
infeksi yang meluas dengan criteria hasil: 
• Radang telinga hilang
• Tidak ada udema 
• Mengetaahui ttg resiko 
• Memonitor factor resiko dari lingkungan • Observasi tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo; untuk
mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
• Jaga kebersihan pada daerah liang telinga; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
• Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi); untuk menghindari transfer organisme dari tuba
eustacius ke telinga tengah.
• Lakukan irigasi telinga
• Berikan obat tetes telinga
• Batasi pengunjung bila perlu 
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 
• Kolaborasi pemberian antibiotik

Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien tidak
cemas untuk melakukan pembedahan dengan criteria hasil: 
• Menyingkirkan tanda kecemasan 
• Menggunakan strategi koping efektif 
• Mampu menggunakan teknik relaksasi 

• Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 


• Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Observasi tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya
mengenai pembedahan.
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum
pembedahan
• Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal-hal yang tidak
diketahui klien.
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien mengetahui penyakitnya dan cara pengobatanya dengan criteria hasil: 
• Pasien mengerti sakitnya
• Pasien paham cara pengobatanya • Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan bersih serta
menggunakan antibiotik secara kontinyu sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga
• Ajarkan pasien untuk tidak membersihkan dengan alat2 yang kotor 

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 
Waktu No.Dx Implementasi Respon TTD
&Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 1 • Kompres panas 
• Kompres dingin
• Mengajarkan teknik nafas dalam
• memberian analgetik, dan antibiotik
• Nyeri sdikit berkurang 
• Tekanan sedikit berkurang, pasien tampak menahan tekanan (meringis) 
• Pasien melakukan nafas dalam saat nyeri 
• Pasien minum obat, tampak lebih baik
Selasa, 18 Nov 2014 (09.20 WIB) 2 • mengurangi kegaduhan 
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
• Memberikan alat bantu pendengaran • Pasien jadi tampak tenang 

13
• Pasien belum mengerti dengan jelas pembicaraan 
• Cahaya cukup terang 
• Pasien tidak mau menggunakan alat bantu pendengaran karena tidak nyaman
Selasa, 18 Nov 2014 (09.40 WIB) 3 • Menjaga kebersihan pada daerah liang telinga; untuk mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme
• Melakukan irigasi telinga
• Memberikan obat tetes telinga
• Membatasi pengunjung bila perlu 
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 
• Memberian antibiotik • Pasien memegang-megang telinga ketika tangan kotor 
• Pasien menjadi sedikit nyaman 
• Pasien nyaman 
• Pengunjung hanya sedikit yang boleh masuk ruangan 
• Pasien paham tehnik cuci tangan 
• Antibiotik masuk
Selasa, 18 Nov 2014 (10.00 WIB) 4 • Menjelaskan semua prosedur 
• Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum
pembedahan • Pasien masih bingung
• Pasien tampak sedikit tenang saaat ditemani 
• Pasien masih cemas
Selasa, 18 Nov 2014 (10.20 WIB) 5 • Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan bersih serta
menggunakan antibiotik secara kontinyu sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga
• Ajarkan pasien untuk tidak membersihkan dengan alat2 yang kotor • Pasien kooperatif 
• Pasien masih tampak bingung komplikasi yang mungkin timbul
• Pasien kadang menekan saat sakit 
• Pasien kooperatif

G. EVALUASI 
Waktu No.Dx SOAP TTD
& Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 1 S: Pasien mengatakan nyeri dan tekanan ditelinga sedikit berkurang 
O: Pasien tampak menahan tekanan sakit telinga(meringis) 
A: Masalah belum teratasi 
P: Lanjutkan intervensi 
• Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri. 
• Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
• Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri 
• Anjurkan pasien untuk tidak batuk
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 2 S: Pasien mengatakan belum mengerti dengan jelas pembicaraan 
O: Pasien tampak tenang karena tidak ada kegaduhan 
A: Masalah teratasi sebagian 
P: Lanjutkan Intervensi 
• mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 3 S: Pasien mengatakan sedikit nyaman sesudah telinga diirigasi 
O: Pasien memegang-megang telinga ketika tangan kotor 
A: Masalah teratasi sebagian 
P: Lanjutkan interensi 
• Lakukan irigasi telinga
• Berikan obat tetes telinga
• Batasi pengunjung bila perlu 
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 
• Kolaborasi pemberian antibiotik
Selasa, 18 Nov 2014 (11.000 WIB) 4 S: Pasien mengatakan masih bingung  dan cemas 
O: Pasien tampak sedikit tenang saaat ditemani 
A: Masalah belum teratasi 
P: Lanjutkan intervensi 
• Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

14
• Observasi tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya
mengenai pembedahan.
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum
pembedahan
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 5 S: Pasien mengatakan masih bingung komplikasi yang mungkin timbul
O: Pasien kadang menekan saat telinga sakit 
A: Masalah Belum teratasi 
P: Lanjutkan Intervensi 
• Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan bersih serta menggunakan antibiotik secara kontinyu
sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga


DAFTAR PUSTAKA

Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan Wicara.
Editor : Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes. STIKes Santo Borromeus. Bandung. 
Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa: Agung Waluyo dkk. EGC.
Jakarta.
Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book.
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997. 
Mansjoer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah II: Otitis Media. Jakarta 

BAB I
TINJAUAN TEORI

A.           PENGERTIAN
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis
Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga bagian
dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah. (Rahajoe, 2012)

15
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002)
Otitis media akut ialah radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi
atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004,
h.141)

B.            ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari noninfeksius tidak
diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba eustasius akibat edema yang
terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid. Merokok pasif juga menjadi faktor
penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari 2005, h.220 otitis media terjadi karena
mekanisme pertahanan humoral yang belum matang sehingga meningkatkan terjadinya
infeksi, pemberian susu bayi dengan botol pada posisi terlentang akan memudahkan
terkumpulnya susu formula di rongga faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat
pembukaan tuba eustachii. Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan
saluran kartilago yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.

C.            PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang
mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut
memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah dan
memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar. Drainase
yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah. Udara, tidak dapat ke
luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam sirkulasi yang menyebabkan
tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini
menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat berproliferasi
dan menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944)

D.           STADIUM
            Stadium Otitis Media Akut dibagi menjadi :
1.        Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi/penonjolan membran tympani akibat tekanan negatif di dalam
telinga tengah kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar
dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2.        Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebat di membran tympani atau seluruh membran tympani
tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
serosa sehingga sukar terlihat.
3.        Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel ephitel superfisial. Serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran tympani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
4.        Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi, maka akan terjadi ruptur membran tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar.
5.        Stadium Resolusi
Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan.

16
E.            MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a.         Stadium Hiperemi
      Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yangmengalami
hiperemi dan edema
      Demam
      Pendengaran biasanya masih normal
b.        Stadium Oklusi
      Nyeri dan demam bertambah hebat
      Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
      Pendengaran mulai berkurang
c.         Stadium Supurasi
      Keluar sekret dari telinga
      Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur
      Demam berkurang
      Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara
dalam telinga tengah
d.        Stadium Koalesen
            Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari.
e.         Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.

F.             TERAPI
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk
mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal
atau sistemik, dan antipiretik.
a.         Stadium Oklusi
Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang di telinga tengah
hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12
tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun dan pada orang dewasa).
b.        Stadium Presupurasi
Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan penisilin/ampisilin).
c.         Stadium Supurasi
Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila membran tympani
masih utuh.
d.        Stadium Perforasi
            Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
e.         Stadium Resolusi
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran
tympani menutup.

G.           KOMPLIKASI
            Komplikasi yang terjadi pada OMA adalah :
            1.    Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
            2.    Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
            3.    Tuli
            4.    Peradangan pada selaput otak (meningitis).
            5.    Abses otak
            6.    Ruptur membrane timpani
            7.    Tuli jangka pendek
Tanda-tanda terjadi komplikasi :
            1.    Sakit kepala
            2.    Tuli yang terjadi secara mendadak
            3.    Vertigo (perasaan berputar)

17
            4.    Demam dan menggigil

H.           PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1.        Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2.        Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan kultur dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
3.        Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan
pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.

I.              PENATALAKSANAAN
1.        Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.
            Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya :
            a.         Stadium oklusi tuba
1)        Berikan antibiotik selama 7 hari :
  Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
  Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
  Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
            2)      Obat tetes hidung nasal dekongestan
            3)      Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
            4)      Antipiretik
            b.         Stadium hiperemis
            1)      Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
  Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
  Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
  Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
            2)      Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
            3)      Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
            4)      Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
            c.         Stadium supurasi
1)        Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2)        Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari. Apabila
ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.
3)        Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan
miringotomi.
2.    Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah :
a.     Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang mungkin
terjadi.
b.     Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas pakainan anak
yang berlebihan.
c.         Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan makanan lunak pada
anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan, dan berikan kompres panas atau
kompres hangat lokal pada telinga yang sakit.
d.        Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit tergantung.
e.         Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.
f.          Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :
1)        Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat.
2)        Tekankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan antibiotik
3)        Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan pentingnya uji audiologik,
jika diperlukan.
4)        Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi tegak pada waktu
makan, menghembus udara hidung dengan perlahan, permainan meniup.

18
5)        Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan terapi antibiotik
untuk memeriksa adanya infeksi persisten.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.              PENGKAJIAN
a.      Biodata
OMA dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, dan seringkali terjadi pada usia anak.
b.       Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga bagian tengah.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang memeriksakan diri ke rumah sakit yaitu
adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi pendengaran.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
            Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
e.       Pemeriksaan Fisik
      Otoskopi
-       Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
-       Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada membran
tympani
-       Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
      Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien
dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit.
`     Tes garputala
-            Tes Rinne
Pada uji rinne didapatkan hasil negatif
-            Tes Weber
Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit

B.           DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
            2.    Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
3.    Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di syaraf pendengaran.
4.    Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

C.            INTERVENSI
1.        Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
      Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 dari rentang skala 0-10
            Intervensi Keperawatan :
a.     Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas
perlahan, teratur, atau nafas dalam)
b.     Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
c.     Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menit pemberian analgetik
d.    Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeri yang dirasa
           Rasional :
a.     Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasa
b.    Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeri dapat berkurang
c.     Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
d.    Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasa oleh klien dan keluarga

19
2.    Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan :   Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
            Kriteria hasil :
           Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
           Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,
berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
            Intervensi Keperawatan :
a.     Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode
yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
b.    Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
-   Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas
langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
      Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan
pintu.
      Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
-       Jika klien dapat membaca ucapan :
      Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
      Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi
anda.
-       Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
           Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
      Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
-   Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi
pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung
berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
            c.     Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
   Bicara dengan jelas, menghadap individu.
      Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
      Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
      Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
a.     Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan
digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
b.    Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh
klien.
c.     Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan
baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
3.    Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.
            Tujuan :    Persepsi / sensoris baik.
            Kriteria hasil :
     Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
Intervensi Keperawatan :
a.     Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b.    Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman dalam perawatan telinga
(seperti: saat membersihkan dengan menggunakan cutton bud secara hati-hati, sementara
waktu hindari berenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian
lebih jauh.
c.     Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d.    Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik maupun lokal).

20
           Rasional :      
a.     Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.
b.     Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
c.     Diagnosa dini terhadap keadaan  telinga atau terhadap masalah-masalah  pendengaran rusak
secara permanen.
d.    Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisaresisten sehingga infeksi akan berlanjut.
           4.    Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
           Tujuan :  Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
           Kriteria hasil :
           Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
           Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi  Keperawatan :
a.     Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguan yang dialami.
b.     Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya
untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
c.     Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang
dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
d.    Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu
klien.
            Rasional :
a.     Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
b.     Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan,  justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
c.     Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d.    Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.

BAB III
PENUTUP 

A.     KESIMPULAN
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah
tersumbatnya saluran/tuba eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi bakteri yang
masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada anak juga dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya OMA pada anak.
Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: Stadium Hiperemi, Oklusi, Supurasi,
Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasi dari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami
oleh klien. Terapi dari OMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat
muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri),
perubahan sensori persepsi pendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.

21
TINJAUAN MEDIS
A.  PENGERTIAN
OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah
(Mansjoer, 2001)
     OMA adalah infeksi atau inflamasi (peradangan) di telinga tengah.
     OMA adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua usia,
tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama pada usia 3 bulan s/d 3 tahun
(www.google.com).’
OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi
dari tenggorok (farinitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas).

B.    ETIOLOGI
Penyebab Otitis Media Akut aktif (OMA) dapat merupakan vius maupun bakteri. Virus
atau bakteri dari tenggorokan (penderita infeksi saluran pernapasan atas) dapat sampai ke
telinga tengah melalui tuba eustachius / kadang melalui aliran darah.
Bakteri penyebab OMA adalah bakteri piogenik seperti :
-      streptococcus,
-      hemolytitus,
-      staphylocottus aureus,
-      pneumokous,
-      influenza,
-      etolr,
-       s.anhemolytyticus,
-      p.vulgaris, dan
-      p.aeroginosa,
-      mora xella cattan halis

C.    TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.
Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.Pada anak kecil dan bayi
dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50oC, gelisah, susah tidur diare, kejang,
memegang telinga yang sakit.Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.  Keluar
cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya
berupa nanah (jika gendang telinga robek). Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa
telinga tengah : Stadium Oklusi Tuba Eustachius Terdapat Oklusi retraksi membran timpani
akibat tekanan negativ di dalam telinga tengah.  Berwarna normal atau keruh pucat.
a.     Stadium hiperemis (Presupurasi)
  Seluruh membran timpani tampak hiperemis dan edema karma pembuluh darah yang melebar.
  Sekret yang terbentuk bersifat eksudat serosa, sukar terlihat.
b.     Stadium Supurasi
  Membran timpani menonjol ke telinga luar karena edema pada mukosa telinga tengah.
  Hancurnya sel epitel superficial.
  Terbentuknya eksudat purulen di kavium timpani.
c.     Stadium Peforasi
  Ruptur membran timpani.
  Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.
  Pasien mulai tenang, suhu badan turun dan dapat tidur nyenyak.

22
d.     Stadium Resolusi
  Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
  Jika peforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus / hilang timbul lebih dari tiga
minggu terjadilah OMSK.

D.  PENATALAKSANAAN
Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi
dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1%
dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu,
sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik . Pada stadium
presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran
timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan
minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB,
amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu
diberikan agar nyeri dapat berkurang.
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini dapat
dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga telah
terjadi mastoiditis.

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
             

-      IDENTITAS
-      IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
-      RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU

23
Penyakit yang pernah diderita: OMA?
Kebiasaan buruk: mengorek telinga dengan benda tajam?
-      RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan utama: kurang bisa mendengar?

POLA FUNGSI KESEHATAN GORDON

1.     Pola persepsi dan manajemen keperawatan


Pada pola ini kita mengkaji:
a.       bagaimana klien memandang penyakitnya
b.      apakah klien memiliki riwayat merokok dan konsumsi alkohol

2.     Pola nutrisi - metabolik


Pada pola ini kita mengkaji:
a.       Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit?
b.      Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
c.       Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
d.      Apakah klien mengalami mual dan muntah?
e.       Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya?

3.     Pola eliminasi
 pada pola ini kita mengkaji:
a.       Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
b.      Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c.       Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
d.      Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?

4.      Pola aktivitas - latihan


: pada pola ini kita mengkaji:
a.       Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?
b.      Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
c.       Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4        = ketergantungan
d.      Apakah klien mengeluh mudah lelah?

5.      Pola istirahat - tidur


: pada pola ini kita mengkaji:
a.       Apakah klien mengalami gangguang tidur?
b.      Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
c.       Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?

6.      Pola kognitif - persepsi


: pada pola ini kita mengkaji:
a.       Kaji tingkat kesadaran klien
b.      Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami perubahan?
c.       Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
d.      Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?

24
7.      Pola persepsi diri - konsep diri
: Pada pola ini kita mengkaji:
a.       Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?
b.      Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
c.       Apakah klien merasa rendah diri?

8.      Pola peran - hubungan


: pada pola ini kita mengkaji:
a.       Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?
b.      Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
c.       Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?

9.      Pola reproduksi dan seksualitas


: Pada pola ini kita mengkaji:
a.       Bagaimanakah status reproduksi klien?
b.      Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?
10.  Pola koping dan toleransi stress
: Pada pola ini kita mengkaji:
a.       Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
b.      Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
c.       Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?

11.  Pola nilai dan kepercayaan


: Pada pola ini kita mengakaji:
a.       Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
b.      Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?

B.               DIAGNOSA KEPERAWATAN


1, Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pendengaran jaringan telinga tengah
2. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
3. Gangguan komunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan obstruksi , infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di saraf pendengaran
5. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri , otore berbau busuk
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang minat dalam
belajar

C.
              PERENCANAAN

NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut Nyeri berkurang - kaji tanda-tanda -  Peningkatan tanda-
berhubungan atau hilang vital tanda vital
dengan inflamasi K.H : Nyeri merupakan salah
pendengaran yysng dirasakan satu akibat dari
jaringan telinga klien berkuang nyeri
tengah dengan skala 0-2
dari rentang - Kaji skala nyeri

25
skala 0-10 -  Metode pengalihan
suasana degan
melakukan
relaksasi bisa
mengurangi nyeri
yang diderita klien
-  Anjurkan klien
untuk
mengshliksn
suasana dengan -  Informasi yang
melakukan cukup agar
metode relaksasi kecemasan
saat nyeri ysng berkurang
teramat sangat
muncul ,
relaksasi
seperti ,menarik
napas panjang
-  Berikan
informasi
2 Ansietas Rasa cemas -  Mengatakan hal -  Menunjukan
berhubungan klien akan yang sejujurnya kepada klien bahwa
dengan status berkurang / kepada klien dia dapat
kesehatan hilang dengan ketika berkomunikasi
kriteria hasil : mendiskusikan dengan baik tanpa
klien mampu mengenai menggunakan alat
mengungkapkan kemungkinan khusus sehingga
ketakutan / kemajuan dan dapat mengurangi
kekhawatiran fungsi rasa cemasnya.
pendengarannya
untuk
mempertahankan
harapan klien
dalam
berkomunikasi

-  Berikan -  Agar klien


informasi menyadari sumber-
sumber apa saja
yang ada
disekitarannya .
3 Gangguan Setelah - Dapatkan apa - Dengan mengetahui
komunikasi dilakukan metode metode komunikasi
berhubungan tindakan komunikasi yang yang diinginkan
dengan keperawatan diinginkan dan oleh klien maka
kehilangan gangguan catat pada metoode yang akan
pendengaran komunikasi rencana digunakan dapat
berkurang / perawatan disesuaikan dengan
hilang metode yang kemampuan dan
digunakan klien keterbatasan klien

- Memungkinkan

26
komunikasi dua
-  Gunakan faktor- arah antara perawat
faktor yang dan klien dapat
meningkatkan berjalan dengan
pendengaran dan baik , dan klien
pemahaman , menerima pesan
bicara dengan perawat dengan
jelas menghadap cepat
individu
4 Perubahan Persepsi sensori - Instruksikan -apabila
persepsi sensori baik klien untuk penyebab pokok
berhubungan K.H : klien akan menggunakan ketulian tidak
dengan obstruksi , mengalami teknik-teknik progress , maka
infeksi ditelinga peningkatan yang aman pendengaran yang
atau kerusakan persepsi sensori sehingga dapat tersisa sensitif
disaraf pendengaran mencegah terhadap trauma
pendengaran sampai pada terjadinya
tingkat ketulian lebih
fungsional lanjut

-  Keefektifan alat
pendengaran
- ajarkan klien tergantung pada
menggunakan tipe gangguan
dan merawat alat pemakaian serta
pendengaran perawatannya yang
secara tepat tepat

-  Diagnosa dini
- observasi tabda
tanda awal
terhadap keadaan
kehilangan telinga atau
pendengaran terhadap masalah
yang lanjut pendengaran rusak
secara permanen
5 Isolasi sosial Tetap -  Bina hubungan -  Hubungan saling
berhubungan mengembangka saling percaya percaya dapat
dengan nyeri otore n hubungan menjadi dasar
, berbau busuk dengan orang terjadinya
lain hubungan sosial

-     Yakinkan klien
bahwa setelah
dilakukan -  Klien akan
pengobatan / kooperatif /
pembedahan berpartisipasi
cairan akan dalam persiapan
keluar dan bau pembedahan
busuk akan
hilanh
6 Defisiensi Klien akan-    Ajarkan klien -  Pendidikan
pengetahuan mempunyai mengganti kesehatan dengan
berhubungan pemahaman balutan dan cara mengganti

27
dengan yang baik menggunakan balutan dapat
keterbatasan tentang antibiotik secara meningkatkan
kognitif dan pengobatan dan kontinyu sesuai pahaman klien
kurang minat cara pencegahan aturan sehingga dapat
dalam belajar kekambuhan berpartisipasi
dengan kriteria dalam pencegahan
hasil : klien-    Beritahu kekambuhan
paham mengenai komplikasi yang
pengobatana dan mungkin timbul -  Pemahaman
pencegahan dan bagaimana tentang komplikasi
kekambuhan cara yang dapat terjadi
melaporkannya pada klien dapat
membantu klien
dan keluarga untuk
melaporkannya
-    Tekankan hal-hal ketenaga kesehatan
yang penting
yang perlu - follow up sangat
ditindak lanjuti / penting dilakukan
evaluasi oleh klien karena
pendengaran dapat mengetahui
perkembangan
penyakit dan
mencegah
terjadinya
kekambuhan

                                                                         

                                                                                                                     

RESUME POLI THT


I.                  PENGKAJIAN
28
A.    Initial klien
Nama klien                  :   Tn. S.J
Umur                           :  66 tahun
Pekerjaan                     :
Pendidikan terakhir     :
Status                          :  Kawin
Agama                         :  Islam
Tanggal MRS              : 18 November 2013
Tanggal Pengkajian     : 18 November 2013
Diagnosa Medis          : Otitis Media Akut

B.     Penanggung Jawab
Nama                           :
Umur                           :
Pekerjaan                     :
Alamat                                    :
Hubungan                   :

C.     Tanda – Tanda Vital   : T.D    : 140 / 70 mmHg         N         :           x/menit


 R        :           x/menit            S.B      :        

D.    Therapi                        :  - Neurodex 2x1


      Cofadroel 2x5 mg
      Clatritin 1x1

II.                RIWAYAT KESEHATAN
a.       Keluhan utama ( keluhan penyyebab pasien MRS )
Nyeri , telinga gatal-gatal , telinga berdenging (+) , telinga kanan keluar cairan

b.      Pemeriksaan fisik
Pus . Tonsil : n/n lgld ( normal )

c.       Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : klien INVASI BAKTERI Nyeri Akut
mengatakan nyerii
pada bagian telinga
INFEKSI TELINGA
DO : TENGAH
- TTV : T.D :
140/70 PROSES PERADANGAN
- Pemeriksaan fisik :
Pus tonsil n/n lgld
( normal )

DS : kliem INVASI BAKTERI Defisiensi


mengatakan tidak Pengetahuan
tau apa apa tentang
penyakitnya INFEKSI TELINGA
TENGAH

29
DO : klien tampak
bingung KURANG
PENGETAHUAN

           
III.             DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri akut b/d inflamasi pada jaringan telinga tengah


2.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang minat dalam
belajar

IV.             INTERVENSI

NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut berhubungan Nyeri berkurang - kaji tanda-tanda vital -  Peningkatan tanda-tanda
dengan inflamasi atau hilang vital merupakan salah
pendengaran jaringan K.H : Nyeri satu akibat dari nyeri
telinga tengah yysng dirasakan
klien berkuang
dengan skala 0- - Kaji skala nyeri
2 dari rentang
skala 0-10

-  Anjurkan klien untuk -  Metode pengalihan


mengshliksn suasana suasana degan melakukan
dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi
metode relaksasi saat nyeri yang diderita klien
nyeri ysng teramat
sangat muncul ,
relaksasi seperti
,menarik napas
panjang
Berikan informasi -  Informasi yang cukup
agar kecemasan
berkurang

30
2 Defisiensi pengetahuan Klien akan-     Ajarkan klien -  Pendidikan kesehatan
berhubungan dengan mempunyai mengganti balutan dengan cara mengganti
keterbatasan kognitif dan pemahaman dan menggunakan balutan dapat
kurang minat dalam yang baik antibiotik secara meningkatkan pahaman
belajar tentang kontinyu sesuai aturan klien sehingga dapat
pengobatan dan berpartisipasi dalam
cara pencegahan pencegahan kekambuhan
kekambuhan -    Beritahu komplikasi
dengan kriteria yang mungkin timbul -  Pemahaman tentang
hasil : klien dan bagaimana cara komplikasi yang dapat
paham melaporkannya terjadi pada klien dapat
mengenai membantu klien dan
pengobatana dan keluarga untuk
pencegahan melaporkannya ketenaga
kekambuhan -  Tekankan hal-hal kesehatan
yang penting yang
perlu ditindak lanjuti / - follow up sangat penting
evaluasi pendengaran dilakukan oleh klien
karena dapat mengetahui
perkembangan penyakit
dan mencegah terjadinya
kekambuhan

VII. IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
1.        Nyeri akut b/d inflamasi pada Mengkaji TTV
    
jaringan telinga tengah T.D 140/70
  Mengkaji skala nyeri dengan ekspresi wajah meringis
pada pasien nyeri 8
  mengajarkan teknik relaksasi seperti saat nyeri seperti
menarik napas panjang
- memberikan informasi yang cukup kepada klien agar
kecemasan berkurang

2.        Defisiensi Pengetahuan b/d     Mengajarkan klien mengganti balutan dan


keterbatasan kognitif dan menggunakan antibiotik
kurang minatt dalam belajar     Memberikan kepada klien komplikasi yang mungkin
muncul dan bagaimana cara melaporkannya
    Menekankan kepada klien hal yang penting yang
perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran seperti
perkembangan penyakit dan pencegahan apabila

31
terjadi kekambuhan

VIII. EVALUASI
Dx 1 : Nyeri Akut b/d inflamasi pada jaringan telinga tengah
S          : klien mengatakan nyeri , gatal-gatal , telinga berdenging (+) , telinga kanan keluar cairan
O         : klien tampak meringis
A         : masalah belum teratasi
P          : intervensi dilanjutkan dan dianjurkan kepada klien untuk melakukan pemeriksaan secara berskala

Dx 2  : Defisiensi Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif dan kurang minatt dalam belajar
S          : klien mengatakan tidak tau apa apa tentang penyakitnya
O         : klien tampak bingung
A         :  Masalah belum teratasi
P          :  lanjutkan intervensi dan dianjurkan kepada klien agar menggunakan antibiotik
secara kontinyu dan sesuai aturan

32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN “E”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN
PADA KASUS OTITIS MEDIA AKUT (OMA) DI RUANG ANAK (DAHLIA)
RS PENDIDIKAN TINGKAT. II PELAMONIA

I.       BIODATA
A.    Identitas Klien
Nama Klien                             : An”E”
Usia/ Tempat tggl Lahir          : 8 Tahun
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : SD
Alamat                                     : Jl. Mannuruki 2, Lr 5A, No. 7
Tanggal Masuk RS                  : 19 Maret 2013
Tanggal Pengkajian                 : 21 Maret 2013
Diagnosa Medik                      : Otitis Media Akut (OMA)
Rencana Terapy                      : IVFD RL 15 tts/menit, Caterolac
B.     Identita Orang Tua
1.      Ayah
Nama                                 : Tn “A”
Usia                                   : 35 Tahun
Pendidikan                          : S1 Peternakan
Pekerjaan                           : Pegawai Swasta
Agama                               : Islam
Alamat                              : Jl. Mannuruki 2 Lr. 5A, No.7
2.      Ibu
Nama                                 : Ny “A”
Usia                                   : 30 Tahun
Pendidikan                          : S1 Keperawatan
Pekerjaan                           : Tenaga Honorer di Puskesmas Kassi-Kassi
Agama                               : Islam
Alamat                              : Jl. Mannuruki 2 Lr. 5A, No.7
C.     Identitas Saudara Kandung
Klien anak pertama dari 3 bersaudara
Anak
Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
ke
2 An “ C” 5 Tahun Saudara Kandung Sehat
3 An “ J” 2 Tahun Saudara Kandung Sehat

II.    KELUHAN UTAMA
A.    Keluhan Utama Klien             : Nyeri pada telinga sinistra
B.     Riwayat Keluhan Utama
P : Ibu Klien mengatakan anaknya merasa nyeri pada telinga kiri Karena adanya infeksi.
Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada daerah telinga sampai ke kepala
S : Skala nyeri yang dirasakan adalah 7 rentang 0 – 10
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, lama nyeri ± 15 -20 menit
III. RIWAYAT KESEHATAN
A.    Riwayat Kesehatan Sekarang
Awal keluhan dialami klien sejak 2 hari sebelum klien masuk Rumah Sakit. Klien masuk
RS pada tanggal 19 Maret 2013I dengan keluhan pendengaran menurun, nyeri (+) pada

33
telinga kiri klien, demam (+) selama 2 hari.  Klien didagnosa Otitis Media Akut. TTV saat
masuk RS didapatkan hasil:
TD       : 100/70 mmHg
N         : 98 X/ menit
S          : 37, 80C
P          : 28 X/ Menit
-           Pada saat klien dikaji yaitu pada tanggal 21 Maret 2013, ibu klien mengatakan anaknya
merasakan nyeri pada telinga bagian sinistra. Ibu klien mengatakan pendengaran anaknya
menurun serta saat diajak berbicara klien terkadang diam dan tidak nyambung, dengan skala
5 rentang 0 – 10. Ibu klien mengatakan anaknya cemas dengan kondisi pendengarannya dan
selalu bertanya-tanya kepada ibunya mengenai pendengarannya. TTV saat di kaji didapatkan
hasil:
TD       : 100/60 mmHg
N         : 100 X/menit
S          : 37,50C
P          : 40 X/ Menit
B.     Riwayat Kesehatan Lalu
1.      Penyakit yang pernah dialami\
Klien pernah menderita diare pada usia 4 Tahun dan di Rawat di RS Haji Makassar.
2.      Kecelakaan yang dialami
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
3.      Klien pernah dibawa ke RS
Klien pernah dibawa ke RS Haji Makassar pada usia 4 tahun dan menjalani perawatan selama
1 minggu
4.      Alergi
Klien alergi terhadap cuaca
5.      Konsumsi obat-obat bebas
Klien pernah mengkonsumsi obat-obat bebas
6.      Perkembangan Anak
Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya sama

C.     Riwayat Kesehatan Keluarga


IV. RIWAYAT IMMUNISASI
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Pemberian
1. BCG I bulan Demam
2. DPT (I, II, III) Lupa Lupa
3. Polio (I, II, III) 12 bulan Demam
4. Campak Tidak ada Tidak ada
5. Hepatitis Lupa Lupa

V.    RIWAYAT TMBUH KEMBANG


A.    Pertumbuhan Fisik
BB Lahir                                 : 3 kg
PB Lahir                                  : 48 cm
BB Sekarang                           : 28 kg
PB Sekarang                           : 120 cm
Waktu tumbuh Gigi                : 1 tahun
Tanggal Gigi                           : Gigi geraham bawah: 2 (sinistra dan dekstra)
B.     Pertumbuhan tiap tahapan Usia Anak saat:
Berguling                                : 6 bulan
Duduk                                     : 8 bulan
Merangkak                              : 10 bulan
Berdiri                                     : 1 tahun
Berjalan                                   : 1 tahun 2 bulan

34
Senyum pertama kali               : 2 bulan
Bicara pertama kali                 : 1 tahun
Berpakaian tanpa bantuan       : 5 tahun
VI. RIWAYAT NUTRISI
A.    Pemberian ASI
1.      Pertama kali disusui                      : Hari ke-1 saat lahir
2.      Cara pemberian                 : Saat bayi menangis
3.      Lama pemberian                : 0 – 2 Tahun
B.     Pemberian Susu Formula
1.      Alasan pemberian              : Agar nutrisi klien terpenuhi
2.      Jumlah pemberian             : Lupa
3.      Cara memberikan              : Dengan dot
C.     Pemberian Makan Tambahan
1.      Pertama kali diberikan usia : 5 bulan
2.      Jenis                                     : bubur halus + kuah sayur
D.    Pola Perubahan Nutrisi tiap Tahapan Usia Sampai Saat Ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0 – 4 bulan ASI 5 bulan
4 – 12 bulan ASI + Bubur Sum 1 tahun VII.          RIWAYAT
1 – 2 tahun ASI + Nasi halus + 1 tahun PSIKOSOSIAL
kuah sayur 1.      Apakah anak
2 – 6 tahun Nasi + telur + sayur  4 tahun tinggal
+ indomie di                       :
Rumah sendiri
6 – 8 tahun Nasi + telur + ikan + Umur 6 tahun
2.      Lingkungan
indomie + sayur sampai sekarang
berada
di                         : Kota
3.      Apakah rumah dekat                           : Sekolah
4.      Apakah ada tangga yang berbahaya   : Tidak ada
5.      Apakah anak punya ruangan bermain: Ada
6.      Hubungan antara anggota keluarga    : anak sangat dekat dengan 2 saudara kandungnya
7.      Pengasuh anak                                                : Orang tua
VIII.       RIWAYAT SPIRITUAL
-          Support Sistem dan Keluarga
Keluarga klien sangat mendukung klien dalam penyembuhan dan menginginkan segera
pulang
IX. REAKSI HOSPITALISASI
A.    Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1.      Mengapa ibu membawa anaknya ke RS?
-          Karena ibu klien khawatir
2.      Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak?
-          Iya
3.      Bagaimana perasaan orang tua saat ini?
-          Masih khawatir
4.      Apakah orang tua selalau berkunjung?
-          Iya
5.      Siapa yang akan tinggal dengan anak?
-          Orang tua, nenek dari ayah
B.     Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
-          Klien mengerti bahwa dirinya sakit, namun tidak tahu mengenai penyakitnya. Klien cemas
dengan kondisi penyakitnya terutama pendengarannya yang menurun. Klien tampak gelisah
X.    AKTIVITAS SEHARI-HARI

Kondisi Jenis Kegiataan Sebelum sakit Saat sakit

35
1.      Selera makan Baik Baik
2.      Menu makan Nasi + sayur Bubur +sayur
+ayam +indomie+ +hati ayam +
telur telur
3.      Frekuensi makan 3 X sehari 3 X sehari
Nutrisi 4.      Makanan disukai Ayam goreng Ayam goring
5.      Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
6.      Pembatasan pola
Tidak ada Tidak ada
makan
7.      Cara makan Makan sendiri Disuap
8.      Ritual saat makan Berdoa Berdoa
1.      Jenis minuman Air putih+ susu Air putih + susu
dancow dancow
Cairan 2.      Frekuensi minuman 3 - 4 gelas sehari 2 - 4 gelas sehari
3.      Kebutuhan cairan Lupa 1500 – 2000 cc
4.      Cara pemenuhan Gelas Gelas dan pipet
1.      Jam tidur
Siang   : 13. 00 – 15. 00 Tidak teratur
Malam : 20. 00 – 06. 00 Tidak teratur
Istirahat Tidur 2.      Pola tidur Tidak teratur Tidak teratur
3.      Kebiasaan sebelum
Menonton TV Menonton TV
tidur
4.      Kesulitan tidur Tidak ada Nyeri telinga
BAB
1.      Tempat pembuangan WC WC
2.      Frekuensi 3 X Sehari 2 – 3 X Sehari
3.      Konsistensi Lunak Lunak
4.      Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
BAK
1.      Tempat pembuangan WC WC
2.      Frekuensi 3 X Sehari 3 – 4 X sehari
3.      Warna Kuning pucat Kuning pekat
4.      Bau Amis Obat
1.      Program bermain Tidak ada Tidak ada
2.      Jenis permainan Banyak Tidak ada
Olah raga
3.      Kondisi setelah bermain Senang dan
Tidak ada
lelah
Personal hygiene Mandi
1.      Cara mandi Mandi sendiri Dimandikan
2.      Frekuensi 3 X Sehari 1 X sehari
3.      Alat mandi Handuk, Handuk,
sabun,dll sabun, dll
Cuci rambut
1.      Frekuensi 4 X seminggu Tidak pernah
2.      Cara Sendiri Dibantu ibu
Gunting kuku
1.      Frekunsi 1 X seminggu 1 X seminggu
2.      Cara Dengan Dengan
gunting kuku gunting kuku
Gosok gigi
1.      Frekuensi Setiap kali Setiap kali

36
mandi mandi
2.      Cara Sendiri Sendiri
1.      Kegiatan sehari-hari Sekolah +
Berbaring
bermain
2.      Pengaturan jadwal harian Tidak teratur Tidak teratur
Aktivitas/Mobilita
3.      Penggunaan alat bantu
s Fisik Tidak ada Tidak ada
aktivitas
4.      Kesulitan pergerakan tubuh Tidak bisa
Tidak ada
miring kekiri
1.      Perasaan setelah rekreasi Senang Tidak ada
2.      Waktu luang Bermain Tidur
Rekreasi 3.      Waktu senggang keluarga Berkumpul Berkumpul
4.      Kegiatan hari libur Istirahat
Tidak ada
+bermain

XI. PEMERIKSAAN FISIK
A.    Keadaan Umum          : Lemah, GCS 15
B.     Tanda- tanda Vital      :
TD       : 100/60 mmHg
N         : 95 X/menit
S          : 38,40C
P          : 30X/Menit
C.     Sistem Pernapasan
Hidung sismetris kiri dan kanan, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, ada secret,
tidak ada pembesaran kelencaj tyroid dan tumor. Bentuk dada normal (normal chest),
perbandingan posterior- inferior dan transversal adalah 2: 1, gerakan dada simetris, tidak ada
gerakan tambahan. Tidak ada suara napas ronci, wheezing, strender dan rates.
D.    Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir tidak pucat, ukuran jantung normal, suara jantung S1
Lub, S2 dup.
E.     Sistem Pencernaan
Sclera tidak ikterus, bibir agak kering, mulut tidak mengalami stomatitis, jumlah gigi
tidak utuh (2 yang tanggal), kemampuan menelan baik, tidak ada kesulitan saat menelan,
gaster tidak kembung, gerakan peristaltic normal yaitu 12 X permenit. Tidak ada nyeri tekan
pada abdomen.
F.      Sistem Indra
1.      Mata
Visus normal, lapang pandang normal, klien mampu melihat jari pemeriksa saat diperksa,
tidak ada nyeri tekan pada kelopak mata
2.      Hidung
Penciuman klien baik, mampu membedakan bau, terdapat secret, dengan warna kuning pucat.
3.      Telinga
Keadaan daun telinga normal, terdapat nyeri tekan, terdapat massa, terlihat adanya tanda-
tanda imflamasi (kalor, dolor, rubor, tumor, disfungsi sel). Terdapat cairan (Otorrhea).
Pendengaran menurun dilakukan dengan uji berbisik di dekat klien.
G.    Fungsi Saraf
Keadaan klien compos mentis. Klien dapat mengenali keluarganya dengan baik.
Pemeriksaan Nervus VIII (Audiotorius): Klien tidak dapat mendengar dengan baik.
Pendengaran klien menurun.
H.    Sistem Integumen
Tidak terdapat perdarahan dibawah kulit, turgor kulit klien baik.
XII.          TERAPY SAAT INI

37
-          IVFD RL 15 tts/ menit
-          Caterolac
-          Cefotaxime

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
        Ibu klien mengatakan anaknya         Klien tampak meringis
merasakan nyeri pada telinga kirinya.          Skala nyeri 7 rentang 0 – 10
P : Ibu Klien mengatakan anaknya merasa         Klien tidak bisa miring ke kiri (lateral
nyeri pada telinga kiri Karena adanya kiri)
infeksi.
Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
R : Nyeri pada daerah telinga sampai ke
kepala
S : Skala nyeri yang dirasakan adalah 7
rentang 0 – 10
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, lama
nyeri ± 15 -20 menit
        Saat klien diajak berbicara oleh
        Ibu klien mengatakan pendengaran perawat klien tidak menjawab dan
anaknya menurun, serta saat diajak kadang menjawab tapi pertanyaan
berbicara klien terkadang diam dan diulang berulang kali, dan kadang
tidak nyambung, dengan skala 5 rentang menjawab tapi tidak nyambung.
0 – 10
        Klien tampak gelisah

        Ibu klien mengatakan anaknya cemas         Klien selalu bertanya-tanya saat


dengan kondisi pendengarannya dan diperiksa tentang pendengarannya yang
selalu bertanya-tanya kepada ibunya menurun.
mengenai pendengarannya. TD       : 100/60 mmHg
N         : 100 X/menit
S          : 37,50C
P          : 40 X/ Menit
PENYIMPANGAN KDM OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

Otitis Media

Infeksi Mikroorganisme

38
Udem Pada Tuba                                                                                                       Sel Darah Putih

    Eustachius                                                                                                           Melawan Bakteri

Produksi Lendir
Terbentuk Push
                                                                                                                               
Sumbatan Tuba

Eustachius

Disfungsi Tuba

Eustachius

                                                        Ggn Drainase Cairan            

Telinga Tengah

Eksudat Pirulen di

Telinga Tengah
           
            Tekanan ↑ di                                                                                      Ggn Penghantaran

            Telinga Tengah                                                                                                            Suara                                                  


           

Nyeri
 
                                                                                                                              Tuli Konduktif

Ansietas Gangguan Komunikasi


 
 

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri berhubungan dengan  proses inflamasi pada jaringan telinga tengah, ditandai
dengan wajah meringis
2.      Gangguan komunikasi  berhubungan dengan  pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan
tuli konduktif
3.      Ansietas berhubungan dengan  pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan gelisah

39
ANALISA DATA
Diagnosa Keperawatan Etiologi Masalah
1.      Nyeri b/d proses inflamasi pada Nyeri
jaringan telinga tengah, ditandai Infeksi mikroorganisme
dengan wajah meringis.
DS: Ibu klien mengatakan anaknya merasakan
nyeri pada telinga kirinya.  Sel darah putih melawan bakteri
P : Ibu Klien mengatakan anaknya
merasa nyeri pada telinga kiri
Terbentuk push
Karena adanya infeksi.
Q : Nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk Edema Tuba Eustachius
R : Nyeri pada daerah telinga sampai
ke kepala
S : Skala nyeri yang dirasakan adalah Produksi lendir
7 rentang 0 – 10
Sumbatan Tuba
T : Nyeri dirasakan hilang timbul,
 
lama nyeri ± 15 -20 menit
DO :
        Klien tampak meringis
        Skala nyeri 7 rentang 0 – 10 Eustachius
        Klien tidak bisa miring ke kiri
(lateral kiri) Disfungsi Tuba

Eustachius

Ggn Drainase Cairan

Telinga Tengah

Eksudat Pirulen di

Telinga Tengah

Tekanan ↑ di Telinga Tengah


 

Nyeri  
2.      Gangguan komunikasi Gangguan
b/dpendengaran tidak adekuat, Infeksi mikroorganisme Komunikasi
ditandai dengan tuli konduktif.

40
DS :
        Ibu klien mengatakan pendengaran anaknya Sel darah putih melawan bakteri
menurun, serta saat diajak berbicara klien
terkadang diam dan tidak nyambung, dengan
skala 5 rentang 0 – 10 Terbentuk push
DO :
        Saat klien diajak berbicara oleh perawat
klien tidak menjawab dan kadang menjawab Edema Tuba Eustachius
tapi pertanyaan diulang berulang kali, dan
kadang menjawab tapi tidak nyambung.
Produksi lendir

Sumbatan Tuba
 

Eustachius

Disfungsi Tuba

Eustachius

Ggn Drainase Cairan

Telinga Tengah

Eksudat Pirulen di

Telinga Tengah

Gangguan penghantaran
suara

Tuli produktif

Gangguan komunikasi
3.      Ansietas b/dpendengaran tidak Cemas
adekuat, ditandai dengan Infeksi mikroorganisme
gelisah.
DS :  
        Ibu klien mengatakan anaknya Sel darah putih melawan bakteri

cemas dengan kondisi


pendengarannya dan selalu Terbentuk push
bertanya-tanya kepada ibunya
mengenai pendengarannya.
DO : Edema Tuba Eustachius
        Klien tampak gelisah
        Klien selalu bertanya-tanya saat
Produksi lendir
diperiksa tentang pendengarannya
yang menurun.
Sumbatan Tuba
TD       : 100/60 mmHg  
N         : 100 X/menit
S          : 37,50C
P          : 40 X/ Menit
Eustachius

41
Disfungsi Tuba

Eustachius

Ggn Drainase Cairan

Telinga Tengah

Eksudat Pirulen di

Telinga Tengah

Gangguan penghantaran
suara

Tuli produktif

Ansietas

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Nyeri b/d proses inflamasi pada jaringan telinga tengah, ditandai dengan wajah meringis
Tujuan: Penurunan rasa nyeri
Kriteria Hasil: Rasa nyeri berkurang ataupun hilang.
Intervensi:
a.       Kaji tingkat intensitas klien dan mekanisme koping klien.
Rasional: Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/ keefektifan intervensi.
b.      Selidiki dan laporkan adanya nyeri yang hebat
Rasional: Diduga inflamasi pada tubu eustachius, yang memerlukan intervensi medik cepat
c.       Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik-teknik relaksasi.
Rasional: Karena dengan teknik relaksasi dapat membantu klien untuk Perubahan sensori-persepsi ;
Auditorius b/d Gangguan penghantaran bunyi pada organ  pendengaran.
d.      Berikan analgetik sesuai indikasi.
Rasional:   Pemberian obat analgetik dapat mengurangi atau  menghilangkan rasa nyeri  yang
dirasakan oleh klien.
2.         Gangguan Komunikasi b/d pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan tuli  konduktif
            Tujuan: Tidak terjadi gangguan komunikasi.
Kriteria Hasil: Komunikasinya jelas.
Intervensi:
a.       Memandang klien ketika sedang berbicara
Rasional:  Klien merasa dihargai
b.      Usahakan menggunakan bahasa non verbal
Rasional: Agar klien lebih mudah memahami interaksi   disekitarnya.
c.       Pasang alat bantu pendengaran
Rasional: Untuk memudahkan komunikasi
d.      Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
Rasional:  Mengurangi resiko keparahan penyakit klien

42
3.         Ansietas b/d pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan gelisah
Tujuan: Mengatasi rasa cemas
Kriteria Hasil: Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani  
Intervensi:
a.       Catat petunjuk perilaku gelisah yang dialami klien
Rasional:  Indikator derajat ansietas, klien dapat merasa tidak terkontrol
b.      Dorong klien meyatakan perasaan
Rasional:  Membuat hubungan terapeutik
c.       Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan
Rasional:  Keterlibatan klien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas
d.      Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar klien.
Rasional:  Validasi bahwa perasaan normal dapat menurunkan stres

43

Anda mungkin juga menyukai