Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan semangat dan dorongan demi
terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan Medical Bedah 1 (KMB 1) ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Rizka Austriani, S.Kep yang telah membantu kami,
sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. I. LATAR BELAKANG
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba eustachius
(merupakan penyebab utama darikejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius
terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri( Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella
catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya
(Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalamisekurang-kurangnya satu episode
OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA
(Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40%
anak-anak pada usia 4 sampai dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertigakunjungan ke dokter
didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah untuk follow-up
Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya
satu episode OMAdalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode OMA
ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan
anak-anak pada usia 5 tahun.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. I. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
(Ahmad Mufti, 2005)
1
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada
anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah(Smeltzer, 2001).
Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).
1. II. ETIOLOGI
2. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media yang menyebabkan pertahanan
tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan
terganggu
3. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi
(misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media
akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
4. BakteriBakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus
influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris.
1. III. PATOFISIOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga
tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi
pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang
terkumpul di belakang membran timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga
pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian
dalam tidak dapatbergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung
selama lebih dari dua bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan, terapi
yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.
IV. MANIFESTASI KLINIS
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini
biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi
pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ),
dapat mengalami perforasi.
Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
Demam
Anoreksia
Limfadenopati servikal anterior
1. V. ANATOMI FISIOLOGI
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam
merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan.
Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai
pubertas.
Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu
plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya
tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi,
pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas
memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan
sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer
gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk
spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis
2
semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti.
Diferensiasi ini berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi telinga orang dewasa
telah siap.
Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama.
Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang
terus berkembang sampai pubertas.
Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel
berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus.
Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada
awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.
1. VI. KOMPLIKASI
A. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke
jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
B. Mastoiditis
C. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
D. Keseimbangan tubuh terganggu
E. Peradangan otak kejang
1. VII. PENATALAKSANAAN
Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap. Pemberian antibiotika atau
pemberian bubuk antibiotika sering membantu bila terdapat cairan purulen.
Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif. Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang
paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari timpanoplasti adalah
mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki
pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis
telinga tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering
terjadi pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi
osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali
osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.
1. VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya meliputi :
IX. TERAPI
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awalditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas
atas, dengan pemberianantibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
v Stadium OklusiTujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes
hidung, HCl efedrin 0,5% dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun danpada orang dewasa).
v Stadium PresupurasiObat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golonganpenisilin/ampisilin).
v Stadium SupurasiDisamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bilamembran tympani masih utuh.
v Stadium ResolusiMembran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi danperforasi membran tympani menutup.
1. X. PENCEGAHAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMApada anak antara lain:
1. XI. WOC
Organism / bakteri & jamur
3
pendengaran telinga tengah(tuba eustachi)
gagguan komunikasi bengkak, merah, panas sehingga menutup daerah kanal telinga
nyeri makin berat dan tidak ada ruang untuk furunkel berkembang didaerah telinga
Tidak ada aliran udara ke telinga tengah mengisi ruang / rongga telinga
nyeri
BAB III
ASKEP TEORITIS
1. I. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
4
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang
dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat
pada anggota keluarga.
1. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.
1. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
1. Pemeriksaan diagnostik
Tes Audiometri : AC menurun
Tes berbisik
1. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan prosesperadangan pada telinga tengah
3) Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
1. III. INTERVENSI KEPERAWATAN
v Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas
dalam)
Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menitpemberian analgetik
Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeriyang dirasa
Rasional
Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantumengurangi nyeri yang dirasab.
Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeridapat berkurang
5
Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasaoleh klien dan keluarga
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan :
Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat padarencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan
klien, eperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara
denganperlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal inilebih baik daripada berbicara dengan keras).
Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhada pandengan pintu.
Dekati klien dari sisi telinga yang baik.-
Jika klien dapat membaca ucapan
Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
Hindari berdiri di depan cahaya karena dapatmenyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.-
Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakankomunikasi tertulis.
Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.-
Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak
kepadapenerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsungberbicara kepada klien dnegan mengabaikan
keberadaanpenerjemah.
Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran danpemahaman
Bicara dengan jelas, menghadap individu.
Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaanyang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klienmaka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan
dengankemampuan dan keterbatasan klien.
Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapatditerima dengan baik oleh klien.
Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan kliendapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima
pesanperawat secara tepat.
v Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaransampai pada tingkat fungsional
Intervensi Keperawatan :
Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, makapendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan
infeksisehingga harus dilindungi.
Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi
akanberlanjut.
Kriteria hasil :
6
Rasional :
Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi denganefektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat
mengurangirasa cemasnya.
Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangikecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan
klienterhadap perawat.
Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yangpaling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan
dnegantingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas danfrustasinya.
Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yangsama akan sangat membantu klien.
BAB IV
PENUTUP
1. I. KESIMPULAN
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnyasaluran/tuba eustachius yang bisa
disebabkan oleh proses peradangan akibatinfeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yangberulang
pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA padaanak.
Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: StadiumHiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi.
Dimana manifestasidari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dariOMA juga berdasar pada stadium
yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien,antara lain:
gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsipendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.
7
DENGAN PASIEN OTITIS MEDIA
A. Definisi
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat bakteri melalui saluran
eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar
saluran, mengakibatkan tersumbatnya saluran (Mansjoer, 2001, 76).
Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media berarti peradangan dari
telinga tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.
Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
D. Patofisiologi
OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek yang menyebar ke
telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan
infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, terseumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sel-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri, sedikitnya terbentuk
nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringans ekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan
sel-sel jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan
tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengatran di telinga dalam bergerak bebas.
Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapt merobek gendang telinga karena tekanannya.
E. Manifestasi klinis
1. Otitis Media Akut
Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa:
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, dapat
mengalami perforasi.
b. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
c. Demam
d. Anoreksia
e. Limfadenopati servikal anterior
2. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan
bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik.
3. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau
persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post
aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.
8
F. Stadium Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu :
1. Stadium oklusi tuba eustakhius, adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan negative di dalam
tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium
ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani
tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat
yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol kearah liang telinga luar. Pada
keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah
di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya
trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur.
4. Stadium perforasi
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini anak yang tadinya
gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut
Stadium Perforasi.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah perforasi maka secret akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi dapat
terjadi, walaupun tanpa pengobatan.
G. Komplikasi
1. Sukar menyembuh
2. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang
3. Ketulian sementara atau menetap
4. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan saraf facialis,
komplikasi intracranial(meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.
H. Tes diagnostic
1. Pada pemeriksaan otoskopik ditemukan ear drum tampak merah dan menggelembung.
2. Spesimen cairan yang keluar dari telinga(dari ear drum yang ruptur)→untuk kultur guna identifikasi pathogen
bakteri penyebab.
3. Audiometri→untuk evaluasi adanya tuli konduktif.
4. X-Ray(Rὂ)→pada area mastoideus.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
1. Stadium oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah
hilang. Pemberian obat tetes telinga: HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas 12 tahun) sumber
infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adalah kuman bukan virus atau alergi.
2. Stadium presupurasi
Pemberian antibiotika, obat tetes telinga dan analgetika. Bila membran timpani terlihat hiperemis difus dilakukan
Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin.
3. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih utuh untuk menghilangkan gejala
klinis dan ruptur dapat dihindari.
4. Stadium resolusi
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. K DENGAN KASUS OTITIS MEDIA AKUT
DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny. K
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
9
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 17 November 2014
TanggalPengkajian : 18 November 2014
Diagnosa Medis : Otitis Media
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri telinga.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien bernama Ny.K berusia 45 tahun datang ke ruang IGD Rumah Sakit Permata Medika dengan keluhan
nyeri telinga, keluar cairan putih dari telinga kanan yang disertai dengan demam. Pasien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak, nyeri dirasakan seperti diremas-remas, nyeri telinga secara terus menerus, skala nyeri
7. Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan membersihkan telinga menggunakan peniti setiap hari, ketika sakit
pasien hanya memberikan tetes telinga. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri telinga, dan
serumen kental serta terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan, tes rinne (-), tes weber :
lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah. TTV :
120/80mmHg, N: 110x/menit, P: 20x/menit, S: 39ºC. Keluarga pasien mengatakan harus bebicara dengan nada
tinggi pada klien, karena klien kadang tidak nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah. Pasien
juga mengatakan cemas apabila harus melakukan operasi. Pasien tampak bingung dan gelisah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang dan dua hari terakhir tiba-tiba keluar
cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak bau.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti saya sekarang.
4. Pengkajian Pola Pemenuhan Dasar Virginia Henderson
a. Pola Oksigenasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
• Selama sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
b. Pola Nutrisi
• Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/ hari.
• Saat sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan BAK 3x/ hari, BAB 1x/ hari pagi.
• Selama sakit pasin mengatakan BAK 4x/ hari, BAB 1x/ hari pagi.
d. Pola Aktivitas
10
• Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan sholat 5 waktu.
• Selama sakit pasien mengatakan solat 5 waktu dengan cara berbaring.
l. Pola rekreasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan jarang melakukan rekreasi/ liburan.
• Selama sakit pasien mengatakan hanya ngobrol bersama keluarga dan nonton tv.
m. Pola bekerja
• Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagi ibu rumah tangga.
• Selama sakit pasien mengatakan tidak bekerja.
n. Pola belajar
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
• Saat dikaji pasien mengatakan ingin tahu lebih dalam tentang penyakitnya. Pasien tampak bertanya-tanya
tentang penyakitnya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TD : 120/80mmHg
d. N : 110x/menit
e. RR : 20x/menit
f. S : 39ºC
g. BB : 52 kg
h. TB : 150 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : tidak ada benjolan
b. Muka : simetris
c. Mata : konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil mengecil saat ada cahaya dan melebar saat tidak ada
cahaya
d. Hidung : bersih tidak ada kotoran
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi
f. Telinga : ada cairan berwarna putih kental, ada nyeri tekan, bentuk simetris, terdapat perforasi pada membrane
timpani telinga kanan, tes rinne (-), tes weber: lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat
mendengarkan suara berfrekuensi rendah.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan.
h. Dada : Paru: I (simetris), Pa(tidak ada nyeri tekan), Pe(normal), A(vesikuler), Jantung: tidak ada pembesaran
i. Abdomen : I( simetris), A(bising usus 12x/menit), Pa(tidak ada nyeri tekan), Pe: timpani
j. Ekstermitas : tidak ada kelemahan di ekstermitas
k. Kulit : tampak sawo matang
l. Genealia : tidak terpasang kateter
3. Pemeriksaan
Tes Rine : - (negative)
Tes Weber : lateralisasi ke kanan
Spesimen cairan : berwarna putih kental
4. Terapi
Amoxcicillin (antibiotik)
Asam mefenamat (analgetik)
Methylprednisolon (antiradang)
C. ANALISA DATA
No. Waktu Data Fokus Problem Etiologi TTD
1 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS:
• Pasien mengatakan nyeri telinga
P: nyeri bertambah saat bergerak
Q: nyeri dirasakan seperti diremas-remas
R: nyeri pada telinga kanan
S: Skala nyeri 7
T: nyeri terus menerus
• Pasien mengatakan demam dan keluar cairan berwarna putih kental.
DO:
• serumen kental
• terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan,
• tes rinne (-),
• tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi
rendah.
• TTV : 120/80mmHg,
11
N: 110x/menit,
RR: 20x/menit,
S: 39ºC. Nyeri akut Proses peradangan pada telinga
5 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS: Pasien mengatakan belum mengetahui penyakitnya dan cara
pengobatanya.
DO: Pasien tampak bertanya-tanya tentang kesehatanya. Kurang pengetahuan Penyakit dan proses pengobatan
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Waktu No.Dx Tujuan(NOC) Intervensi(NIC) TTD&
Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan nyeri
berkurang dengan criteria hasil:
• Mampu mengontrol nyeri
• Nyeri turun sampai skala ringan 1-3
• Pasien tenang, tidak mengalami gangguan tidur
• Tanda vital dalam rentang normal • Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
• Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
• Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
• Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
• Anjurkan pasien untuk tidak batuk
• Anjurkan pasien untuk tidak menyedot flu
• Anjurkan pasien untuk tidak melakukan kebiasaan buruk seperti memebersihkan telinga dengan peniti.
• Anjurkan pasien untuk tidak menekan-nekan bagian telinga
• Kolaborasi pemberian analgetik, dan antibiotik, antiradang
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mendengar lebuh
baik dengan criteria hasil:
• Pasien mendengar suara dengan benar
• Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan benar • mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
12
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
• Menggunakan tanda – tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan bentuk
komunikasi lainnya.
• Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana teknik komunikasi yang efektif
sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien
• Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran.
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam diharapkan tidak terjadi
infeksi yang meluas dengan criteria hasil:
• Radang telinga hilang
• Tidak ada udema
• Mengetaahui ttg resiko
• Memonitor factor resiko dari lingkungan • Observasi tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo; untuk
mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
• Jaga kebersihan pada daerah liang telinga; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
• Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi); untuk menghindari transfer organisme dari tuba
eustacius ke telinga tengah.
• Lakukan irigasi telinga
• Berikan obat tetes telinga
• Batasi pengunjung bila perlu
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
• Kolaborasi pemberian antibiotik
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien tidak
cemas untuk melakukan pembedahan dengan criteria hasil:
• Menyingkirkan tanda kecemasan
• Menggunakan strategi koping efektif
• Mampu menggunakan teknik relaksasi
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu No.Dx Implementasi Respon TTD
&Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 1 • Kompres panas
• Kompres dingin
• Mengajarkan teknik nafas dalam
• memberian analgetik, dan antibiotik
• Nyeri sdikit berkurang
• Tekanan sedikit berkurang, pasien tampak menahan tekanan (meringis)
• Pasien melakukan nafas dalam saat nyeri
• Pasien minum obat, tampak lebih baik
Selasa, 18 Nov 2014 (09.20 WIB) 2 • mengurangi kegaduhan
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
• Memberikan alat bantu pendengaran • Pasien jadi tampak tenang
13
• Pasien belum mengerti dengan jelas pembicaraan
• Cahaya cukup terang
• Pasien tidak mau menggunakan alat bantu pendengaran karena tidak nyaman
Selasa, 18 Nov 2014 (09.40 WIB) 3 • Menjaga kebersihan pada daerah liang telinga; untuk mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme
• Melakukan irigasi telinga
• Memberikan obat tetes telinga
• Membatasi pengunjung bila perlu
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
• Memberian antibiotik • Pasien memegang-megang telinga ketika tangan kotor
• Pasien menjadi sedikit nyaman
• Pasien nyaman
• Pengunjung hanya sedikit yang boleh masuk ruangan
• Pasien paham tehnik cuci tangan
• Antibiotik masuk
Selasa, 18 Nov 2014 (10.00 WIB) 4 • Menjelaskan semua prosedur
• Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum
pembedahan • Pasien masih bingung
• Pasien tampak sedikit tenang saaat ditemani
• Pasien masih cemas
Selasa, 18 Nov 2014 (10.20 WIB) 5 • Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan bersih serta
menggunakan antibiotik secara kontinyu sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga
• Ajarkan pasien untuk tidak membersihkan dengan alat2 yang kotor • Pasien kooperatif
• Pasien masih tampak bingung komplikasi yang mungkin timbul
• Pasien kadang menekan saat sakit
• Pasien kooperatif
G. EVALUASI
Waktu No.Dx SOAP TTD
& Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 1 S: Pasien mengatakan nyeri dan tekanan ditelinga sedikit berkurang
O: Pasien tampak menahan tekanan sakit telinga(meringis)
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
• Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
• Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
• Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
• Anjurkan pasien untuk tidak batuk
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 2 S: Pasien mengatakan belum mengerti dengan jelas pembicaraan
O: Pasien tampak tenang karena tidak ada kegaduhan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
• mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 3 S: Pasien mengatakan sedikit nyaman sesudah telinga diirigasi
O: Pasien memegang-megang telinga ketika tangan kotor
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan interensi
• Lakukan irigasi telinga
• Berikan obat tetes telinga
• Batasi pengunjung bila perlu
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
• Kolaborasi pemberian antibiotik
Selasa, 18 Nov 2014 (11.000 WIB) 4 S: Pasien mengatakan masih bingung dan cemas
O: Pasien tampak sedikit tenang saaat ditemani
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
• Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
14
• Observasi tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya
mengenai pembedahan.
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum
pembedahan
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 5 S: Pasien mengatakan masih bingung komplikasi yang mungkin timbul
O: Pasien kadang menekan saat telinga sakit
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
• Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan bersih serta menggunakan antibiotik secara kontinyu
sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan Wicara.
Editor : Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes. STIKes Santo Borromeus. Bandung.
Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa: Agung Waluyo dkk. EGC.
Jakarta.
Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book.
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997.
Mansjoer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah II: Otitis Media. Jakarta
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis
Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga bagian
dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah. (Rahajoe, 2012)
15
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002)
Otitis media akut ialah radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi
atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004,
h.141)
B. ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari noninfeksius tidak
diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba eustasius akibat edema yang
terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid. Merokok pasif juga menjadi faktor
penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari 2005, h.220 otitis media terjadi karena
mekanisme pertahanan humoral yang belum matang sehingga meningkatkan terjadinya
infeksi, pemberian susu bayi dengan botol pada posisi terlentang akan memudahkan
terkumpulnya susu formula di rongga faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat
pembukaan tuba eustachii. Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan
saluran kartilago yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.
C. PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang
mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut
memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah dan
memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar. Drainase
yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah. Udara, tidak dapat ke
luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam sirkulasi yang menyebabkan
tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini
menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat berproliferasi
dan menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944)
D. STADIUM
Stadium Otitis Media Akut dibagi menjadi :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi/penonjolan membran tympani akibat tekanan negatif di dalam
telinga tengah kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar
dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebat di membran tympani atau seluruh membran tympani
tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel ephitel superfisial. Serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran tympani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi, maka akan terjadi ruptur membran tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar.
5. Stadium Resolusi
Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan.
16
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a. Stadium Hiperemi
Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yangmengalami
hiperemi dan edema
Demam
Pendengaran biasanya masih normal
b. Stadium Oklusi
Nyeri dan demam bertambah hebat
Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
Pendengaran mulai berkurang
c. Stadium Supurasi
Keluar sekret dari telinga
Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur
Demam berkurang
Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara
dalam telinga tengah
d. Stadium Koalesen
Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari.
e. Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.
F. TERAPI
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk
mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal
atau sistemik, dan antipiretik.
a. Stadium Oklusi
Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang di telinga tengah
hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12
tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun dan pada orang dewasa).
b. Stadium Presupurasi
Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan penisilin/ampisilin).
c. Stadium Supurasi
Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila membran tympani
masih utuh.
d. Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
e. Stadium Resolusi
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran
tympani menutup.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada OMA adalah :
1. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
2. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
3. Tuli
4. Peradangan pada selaput otak (meningitis).
5. Abses otak
6. Ruptur membrane timpani
7. Tuli jangka pendek
Tanda-tanda terjadi komplikasi :
1. Sakit kepala
2. Tuli yang terjadi secara mendadak
3. Vertigo (perasaan berputar)
17
4. Demam dan menggigil
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan kultur dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
3. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan
pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.
Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya :
a. Stadium oklusi tuba
1) Berikan antibiotik selama 7 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik
b. Stadium hiperemis
1) Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
c. Stadium supurasi
1) Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2) Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari. Apabila
ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.
3) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan
miringotomi.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah :
a. Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang mungkin
terjadi.
b. Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas pakainan anak
yang berlebihan.
c. Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan makanan lunak pada
anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan, dan berikan kompres panas atau
kompres hangat lokal pada telinga yang sakit.
d. Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit tergantung.
e. Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.
f. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :
1) Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat.
2) Tekankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan antibiotik
3) Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan pentingnya uji audiologik,
jika diperlukan.
4) Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi tegak pada waktu
makan, menghembus udara hidung dengan perlahan, permainan meniup.
18
5) Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan terapi antibiotik
untuk memeriksa adanya infeksi persisten.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata
OMA dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, dan seringkali terjadi pada usia anak.
b. Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga bagian tengah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang memeriksakan diri ke rumah sakit yaitu
adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi pendengaran.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
e. Pemeriksaan Fisik
Otoskopi
- Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
- Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada membran
tympani
- Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien
dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit.
` Tes garputala
- Tes Rinne
Pada uji rinne didapatkan hasil negatif
- Tes Weber
Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di syaraf pendengaran.
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 dari rentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas
perlahan, teratur, atau nafas dalam)
b. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
c. Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menit pemberian analgetik
d. Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeri yang dirasa
Rasional :
a. Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasa
b. Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeri dapat berkurang
c. Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
d. Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasa oleh klien dan keluarga
19
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,
berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
a. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode
yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
b. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas
langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan
pintu.
Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
- Jika klien dapat membaca ucapan :
Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi
anda.
- Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
- Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi
pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung
berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
c. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
Bicara dengan jelas, menghadap individu.
Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
a. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan
digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
b. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh
klien.
c. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan
baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman dalam perawatan telinga
(seperti: saat membersihkan dengan menggunakan cutton bud secara hati-hati, sementara
waktu hindari berenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian
lebih jauh.
c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik maupun lokal).
20
Rasional :
a. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.
b. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
c. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak
secara permanen.
d. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisaresisten sehingga infeksi akan berlanjut.
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
a. Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguan yang dialami.
b. Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya
untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
c. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang
dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
d. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu
klien.
Rasional :
a. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
b. Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
c. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah
tersumbatnya saluran/tuba eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi bakteri yang
masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada anak juga dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya OMA pada anak.
Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: Stadium Hiperemi, Oklusi, Supurasi,
Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasi dari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami
oleh klien. Terapi dari OMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat
muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri),
perubahan sensori persepsi pendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.
21
TINJAUAN MEDIS
A. PENGERTIAN
OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah
(Mansjoer, 2001)
OMA adalah infeksi atau inflamasi (peradangan) di telinga tengah.
OMA adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua usia,
tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama pada usia 3 bulan s/d 3 tahun
(www.google.com).’
OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi
dari tenggorok (farinitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas).
B. ETIOLOGI
Penyebab Otitis Media Akut aktif (OMA) dapat merupakan vius maupun bakteri. Virus
atau bakteri dari tenggorokan (penderita infeksi saluran pernapasan atas) dapat sampai ke
telinga tengah melalui tuba eustachius / kadang melalui aliran darah.
Bakteri penyebab OMA adalah bakteri piogenik seperti :
- streptococcus,
- hemolytitus,
- staphylocottus aureus,
- pneumokous,
- influenza,
- etolr,
- s.anhemolytyticus,
- p.vulgaris, dan
- p.aeroginosa,
- mora xella cattan halis
22
d. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
Jika peforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus / hilang timbul lebih dari tiga
minggu terjadilah OMSK.
D. PENATALAKSANAAN
Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi
dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1%
dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu,
sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik . Pada stadium
presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran
timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan
minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB,
amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu
diberikan agar nyeri dapat berkurang.
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini dapat
dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga telah
terjadi mastoiditis.
A. PENGKAJIAN
- IDENTITAS
- IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
- RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
23
Penyakit yang pernah diderita: OMA?
Kebiasaan buruk: mengorek telinga dengan benda tajam?
- RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan utama: kurang bisa mendengar?
3. Pola eliminasi
pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
b. Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c. Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
d. Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
24
7. Pola persepsi diri - konsep diri
: Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?
b. Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
c. Apakah klien merasa rendah diri?
C.
PERENCANAAN
25
skala 0-10 - Metode pengalihan
suasana degan
melakukan
relaksasi bisa
mengurangi nyeri
yang diderita klien
- Anjurkan klien
untuk
mengshliksn
suasana dengan - Informasi yang
melakukan cukup agar
metode relaksasi kecemasan
saat nyeri ysng berkurang
teramat sangat
muncul ,
relaksasi
seperti ,menarik
napas panjang
- Berikan
informasi
2 Ansietas Rasa cemas - Mengatakan hal - Menunjukan
berhubungan klien akan yang sejujurnya kepada klien bahwa
dengan status berkurang / kepada klien dia dapat
kesehatan hilang dengan ketika berkomunikasi
kriteria hasil : mendiskusikan dengan baik tanpa
klien mampu mengenai menggunakan alat
mengungkapkan kemungkinan khusus sehingga
ketakutan / kemajuan dan dapat mengurangi
kekhawatiran fungsi rasa cemasnya.
pendengarannya
untuk
mempertahankan
harapan klien
dalam
berkomunikasi
- Memungkinkan
26
komunikasi dua
- Gunakan faktor- arah antara perawat
faktor yang dan klien dapat
meningkatkan berjalan dengan
pendengaran dan baik , dan klien
pemahaman , menerima pesan
bicara dengan perawat dengan
jelas menghadap cepat
individu
4 Perubahan Persepsi sensori - Instruksikan -apabila
persepsi sensori baik klien untuk penyebab pokok
berhubungan K.H : klien akan menggunakan ketulian tidak
dengan obstruksi , mengalami teknik-teknik progress , maka
infeksi ditelinga peningkatan yang aman pendengaran yang
atau kerusakan persepsi sensori sehingga dapat tersisa sensitif
disaraf pendengaran mencegah terhadap trauma
pendengaran sampai pada terjadinya
tingkat ketulian lebih
fungsional lanjut
- Keefektifan alat
pendengaran
- ajarkan klien tergantung pada
menggunakan tipe gangguan
dan merawat alat pemakaian serta
pendengaran perawatannya yang
secara tepat tepat
- Diagnosa dini
- observasi tabda
tanda awal
terhadap keadaan
kehilangan telinga atau
pendengaran terhadap masalah
yang lanjut pendengaran rusak
secara permanen
5 Isolasi sosial Tetap - Bina hubungan - Hubungan saling
berhubungan mengembangka saling percaya percaya dapat
dengan nyeri otore n hubungan menjadi dasar
, berbau busuk dengan orang terjadinya
lain hubungan sosial
- Yakinkan klien
bahwa setelah
dilakukan - Klien akan
pengobatan / kooperatif /
pembedahan berpartisipasi
cairan akan dalam persiapan
keluar dan bau pembedahan
busuk akan
hilanh
6 Defisiensi Klien akan- Ajarkan klien - Pendidikan
pengetahuan mempunyai mengganti kesehatan dengan
berhubungan pemahaman balutan dan cara mengganti
27
dengan yang baik menggunakan balutan dapat
keterbatasan tentang antibiotik secara meningkatkan
kognitif dan pengobatan dan kontinyu sesuai pahaman klien
kurang minat cara pencegahan aturan sehingga dapat
dalam belajar kekambuhan berpartisipasi
dengan kriteria dalam pencegahan
hasil : klien- Beritahu kekambuhan
paham mengenai komplikasi yang
pengobatana dan mungkin timbul - Pemahaman
pencegahan dan bagaimana tentang komplikasi
kekambuhan cara yang dapat terjadi
melaporkannya pada klien dapat
membantu klien
dan keluarga untuk
melaporkannya
- Tekankan hal-hal ketenaga kesehatan
yang penting
yang perlu - follow up sangat
ditindak lanjuti / penting dilakukan
evaluasi oleh klien karena
pendengaran dapat mengetahui
perkembangan
penyakit dan
mencegah
terjadinya
kekambuhan
B. Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan :
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama ( keluhan penyyebab pasien MRS )
Nyeri , telinga gatal-gatal , telinga berdenging (+) , telinga kanan keluar cairan
b. Pemeriksaan fisik
Pus . Tonsil : n/n lgld ( normal )
c. Analisa Data
29
DO : klien tampak
bingung KURANG
PENGETAHUAN
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
IV. INTERVENSI
30
2 Defisiensi pengetahuan Klien akan- Ajarkan klien - Pendidikan kesehatan
berhubungan dengan mempunyai mengganti balutan dengan cara mengganti
keterbatasan kognitif dan pemahaman dan menggunakan balutan dapat
kurang minat dalam yang baik antibiotik secara meningkatkan pahaman
belajar tentang kontinyu sesuai aturan klien sehingga dapat
pengobatan dan berpartisipasi dalam
cara pencegahan pencegahan kekambuhan
kekambuhan - Beritahu komplikasi
dengan kriteria yang mungkin timbul - Pemahaman tentang
hasil : klien dan bagaimana cara komplikasi yang dapat
paham melaporkannya terjadi pada klien dapat
mengenai membantu klien dan
pengobatana dan keluarga untuk
pencegahan melaporkannya ketenaga
kekambuhan - Tekankan hal-hal kesehatan
yang penting yang
perlu ditindak lanjuti / - follow up sangat penting
evaluasi pendengaran dilakukan oleh klien
karena dapat mengetahui
perkembangan penyakit
dan mencegah terjadinya
kekambuhan
VII. IMPLEMENTASI
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d inflamasi pada Mengkaji TTV
jaringan telinga tengah T.D 140/70
Mengkaji skala nyeri dengan ekspresi wajah meringis
pada pasien nyeri 8
mengajarkan teknik relaksasi seperti saat nyeri seperti
menarik napas panjang
- memberikan informasi yang cukup kepada klien agar
kecemasan berkurang
31
terjadi kekambuhan
VIII. EVALUASI
Dx 1 : Nyeri Akut b/d inflamasi pada jaringan telinga tengah
S : klien mengatakan nyeri , gatal-gatal , telinga berdenging (+) , telinga kanan keluar cairan
O : klien tampak meringis
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan dan dianjurkan kepada klien untuk melakukan pemeriksaan secara berskala
Dx 2 : Defisiensi Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif dan kurang minatt dalam belajar
S : klien mengatakan tidak tau apa apa tentang penyakitnya
O : klien tampak bingung
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dan dianjurkan kepada klien agar menggunakan antibiotik
secara kontinyu dan sesuai aturan
32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN “E”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN
PADA KASUS OTITIS MEDIA AKUT (OMA) DI RUANG ANAK (DAHLIA)
RS PENDIDIKAN TINGKAT. II PELAMONIA
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama Klien : An”E”
Usia/ Tempat tggl Lahir : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Mannuruki 2, Lr 5A, No. 7
Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2013
Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2013
Diagnosa Medik : Otitis Media Akut (OMA)
Rencana Terapy : IVFD RL 15 tts/menit, Caterolac
B. Identita Orang Tua
1. Ayah
Nama : Tn “A”
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : S1 Peternakan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mannuruki 2 Lr. 5A, No.7
2. Ibu
Nama : Ny “A”
Usia : 30 Tahun
Pendidikan : S1 Keperawatan
Pekerjaan : Tenaga Honorer di Puskesmas Kassi-Kassi
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mannuruki 2 Lr. 5A, No.7
C. Identitas Saudara Kandung
Klien anak pertama dari 3 bersaudara
Anak
Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
ke
2 An “ C” 5 Tahun Saudara Kandung Sehat
3 An “ J” 2 Tahun Saudara Kandung Sehat
II. KELUHAN UTAMA
A. Keluhan Utama Klien : Nyeri pada telinga sinistra
B. Riwayat Keluhan Utama
P : Ibu Klien mengatakan anaknya merasa nyeri pada telinga kiri Karena adanya infeksi.
Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada daerah telinga sampai ke kepala
S : Skala nyeri yang dirasakan adalah 7 rentang 0 – 10
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, lama nyeri ± 15 -20 menit
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Awal keluhan dialami klien sejak 2 hari sebelum klien masuk Rumah Sakit. Klien masuk
RS pada tanggal 19 Maret 2013I dengan keluhan pendengaran menurun, nyeri (+) pada
33
telinga kiri klien, demam (+) selama 2 hari. Klien didagnosa Otitis Media Akut. TTV saat
masuk RS didapatkan hasil:
TD : 100/70 mmHg
N : 98 X/ menit
S : 37, 80C
P : 28 X/ Menit
- Pada saat klien dikaji yaitu pada tanggal 21 Maret 2013, ibu klien mengatakan anaknya
merasakan nyeri pada telinga bagian sinistra. Ibu klien mengatakan pendengaran anaknya
menurun serta saat diajak berbicara klien terkadang diam dan tidak nyambung, dengan skala
5 rentang 0 – 10. Ibu klien mengatakan anaknya cemas dengan kondisi pendengarannya dan
selalu bertanya-tanya kepada ibunya mengenai pendengarannya. TTV saat di kaji didapatkan
hasil:
TD : 100/60 mmHg
N : 100 X/menit
S : 37,50C
P : 40 X/ Menit
B. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami\
Klien pernah menderita diare pada usia 4 Tahun dan di Rawat di RS Haji Makassar.
2. Kecelakaan yang dialami
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
3. Klien pernah dibawa ke RS
Klien pernah dibawa ke RS Haji Makassar pada usia 4 tahun dan menjalani perawatan selama
1 minggu
4. Alergi
Klien alergi terhadap cuaca
5. Konsumsi obat-obat bebas
Klien pernah mengkonsumsi obat-obat bebas
6. Perkembangan Anak
Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya sama
34
Senyum pertama kali : 2 bulan
Bicara pertama kali : 1 tahun
Berpakaian tanpa bantuan : 5 tahun
VI. RIWAYAT NUTRISI
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Hari ke-1 saat lahir
2. Cara pemberian : Saat bayi menangis
3. Lama pemberian : 0 – 2 Tahun
B. Pemberian Susu Formula
1. Alasan pemberian : Agar nutrisi klien terpenuhi
2. Jumlah pemberian : Lupa
3. Cara memberikan : Dengan dot
C. Pemberian Makan Tambahan
1. Pertama kali diberikan usia : 5 bulan
2. Jenis : bubur halus + kuah sayur
D. Pola Perubahan Nutrisi tiap Tahapan Usia Sampai Saat Ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0 – 4 bulan ASI 5 bulan
4 – 12 bulan ASI + Bubur Sum 1 tahun VII. RIWAYAT
1 – 2 tahun ASI + Nasi halus + 1 tahun PSIKOSOSIAL
kuah sayur 1. Apakah anak
2 – 6 tahun Nasi + telur + sayur 4 tahun tinggal
+ indomie di :
Rumah sendiri
6 – 8 tahun Nasi + telur + ikan + Umur 6 tahun
2. Lingkungan
indomie + sayur sampai sekarang
berada
di : Kota
3. Apakah rumah dekat : Sekolah
4. Apakah ada tangga yang berbahaya : Tidak ada
5. Apakah anak punya ruangan bermain: Ada
6. Hubungan antara anggota keluarga : anak sangat dekat dengan 2 saudara kandungnya
7. Pengasuh anak : Orang tua
VIII. RIWAYAT SPIRITUAL
- Support Sistem dan Keluarga
Keluarga klien sangat mendukung klien dalam penyembuhan dan menginginkan segera
pulang
IX. REAKSI HOSPITALISASI
A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS?
- Karena ibu klien khawatir
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak?
- Iya
3. Bagaimana perasaan orang tua saat ini?
- Masih khawatir
4. Apakah orang tua selalau berkunjung?
- Iya
5. Siapa yang akan tinggal dengan anak?
- Orang tua, nenek dari ayah
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Klien mengerti bahwa dirinya sakit, namun tidak tahu mengenai penyakitnya. Klien cemas
dengan kondisi penyakitnya terutama pendengarannya yang menurun. Klien tampak gelisah
X. AKTIVITAS SEHARI-HARI
35
1. Selera makan Baik Baik
2. Menu makan Nasi + sayur Bubur +sayur
+ayam +indomie+ +hati ayam +
telur telur
3. Frekuensi makan 3 X sehari 3 X sehari
Nutrisi 4. Makanan disukai Ayam goreng Ayam goring
5. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
6. Pembatasan pola
Tidak ada Tidak ada
makan
7. Cara makan Makan sendiri Disuap
8. Ritual saat makan Berdoa Berdoa
1. Jenis minuman Air putih+ susu Air putih + susu
dancow dancow
Cairan 2. Frekuensi minuman 3 - 4 gelas sehari 2 - 4 gelas sehari
3. Kebutuhan cairan Lupa 1500 – 2000 cc
4. Cara pemenuhan Gelas Gelas dan pipet
1. Jam tidur
Siang : 13. 00 – 15. 00 Tidak teratur
Malam : 20. 00 – 06. 00 Tidak teratur
Istirahat Tidur 2. Pola tidur Tidak teratur Tidak teratur
3. Kebiasaan sebelum
Menonton TV Menonton TV
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Nyeri telinga
BAB
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi 3 X Sehari 2 – 3 X Sehari
3. Konsistensi Lunak Lunak
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
BAK
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi 3 X Sehari 3 – 4 X sehari
3. Warna Kuning pucat Kuning pekat
4. Bau Amis Obat
1. Program bermain Tidak ada Tidak ada
2. Jenis permainan Banyak Tidak ada
Olah raga
3. Kondisi setelah bermain Senang dan
Tidak ada
lelah
Personal hygiene Mandi
1. Cara mandi Mandi sendiri Dimandikan
2. Frekuensi 3 X Sehari 1 X sehari
3. Alat mandi Handuk, Handuk,
sabun,dll sabun, dll
Cuci rambut
1. Frekuensi 4 X seminggu Tidak pernah
2. Cara Sendiri Dibantu ibu
Gunting kuku
1. Frekunsi 1 X seminggu 1 X seminggu
2. Cara Dengan Dengan
gunting kuku gunting kuku
Gosok gigi
1. Frekuensi Setiap kali Setiap kali
36
mandi mandi
2. Cara Sendiri Sendiri
1. Kegiatan sehari-hari Sekolah +
Berbaring
bermain
2. Pengaturan jadwal harian Tidak teratur Tidak teratur
Aktivitas/Mobilita
3. Penggunaan alat bantu
s Fisik Tidak ada Tidak ada
aktivitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh Tidak bisa
Tidak ada
miring kekiri
1. Perasaan setelah rekreasi Senang Tidak ada
2. Waktu luang Bermain Tidur
Rekreasi 3. Waktu senggang keluarga Berkumpul Berkumpul
4. Kegiatan hari libur Istirahat
Tidak ada
+bermain
XI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Lemah, GCS 15
B. Tanda- tanda Vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 95 X/menit
S : 38,40C
P : 30X/Menit
C. Sistem Pernapasan
Hidung sismetris kiri dan kanan, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, ada secret,
tidak ada pembesaran kelencaj tyroid dan tumor. Bentuk dada normal (normal chest),
perbandingan posterior- inferior dan transversal adalah 2: 1, gerakan dada simetris, tidak ada
gerakan tambahan. Tidak ada suara napas ronci, wheezing, strender dan rates.
D. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir tidak pucat, ukuran jantung normal, suara jantung S1
Lub, S2 dup.
E. Sistem Pencernaan
Sclera tidak ikterus, bibir agak kering, mulut tidak mengalami stomatitis, jumlah gigi
tidak utuh (2 yang tanggal), kemampuan menelan baik, tidak ada kesulitan saat menelan,
gaster tidak kembung, gerakan peristaltic normal yaitu 12 X permenit. Tidak ada nyeri tekan
pada abdomen.
F. Sistem Indra
1. Mata
Visus normal, lapang pandang normal, klien mampu melihat jari pemeriksa saat diperksa,
tidak ada nyeri tekan pada kelopak mata
2. Hidung
Penciuman klien baik, mampu membedakan bau, terdapat secret, dengan warna kuning pucat.
3. Telinga
Keadaan daun telinga normal, terdapat nyeri tekan, terdapat massa, terlihat adanya tanda-
tanda imflamasi (kalor, dolor, rubor, tumor, disfungsi sel). Terdapat cairan (Otorrhea).
Pendengaran menurun dilakukan dengan uji berbisik di dekat klien.
G. Fungsi Saraf
Keadaan klien compos mentis. Klien dapat mengenali keluarganya dengan baik.
Pemeriksaan Nervus VIII (Audiotorius): Klien tidak dapat mendengar dengan baik.
Pendengaran klien menurun.
H. Sistem Integumen
Tidak terdapat perdarahan dibawah kulit, turgor kulit klien baik.
XII. TERAPY SAAT INI
37
- IVFD RL 15 tts/ menit
- Caterolac
- Cefotaxime
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
Ibu klien mengatakan anaknya Klien tampak meringis
merasakan nyeri pada telinga kirinya. Skala nyeri 7 rentang 0 – 10
P : Ibu Klien mengatakan anaknya merasa Klien tidak bisa miring ke kiri (lateral
nyeri pada telinga kiri Karena adanya kiri)
infeksi.
Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
R : Nyeri pada daerah telinga sampai ke
kepala
S : Skala nyeri yang dirasakan adalah 7
rentang 0 – 10
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, lama
nyeri ± 15 -20 menit
Saat klien diajak berbicara oleh
Ibu klien mengatakan pendengaran perawat klien tidak menjawab dan
anaknya menurun, serta saat diajak kadang menjawab tapi pertanyaan
berbicara klien terkadang diam dan diulang berulang kali, dan kadang
tidak nyambung, dengan skala 5 rentang menjawab tapi tidak nyambung.
0 – 10
Klien tampak gelisah
Otitis Media
Infeksi Mikroorganisme
38
Udem Pada Tuba Sel Darah Putih
Produksi Lendir
Terbentuk Push
Sumbatan Tuba
Eustachius
Disfungsi Tuba
Eustachius
Telinga Tengah
Eksudat Pirulen di
Telinga Tengah
Tekanan ↑ di Ggn Penghantaran
Nyeri
Tuli Konduktif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah, ditandai
dengan wajah meringis
2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan
tuli konduktif
3. Ansietas berhubungan dengan pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan gelisah
39
ANALISA DATA
Diagnosa Keperawatan Etiologi Masalah
1. Nyeri b/d proses inflamasi pada Nyeri
jaringan telinga tengah, ditandai Infeksi mikroorganisme
dengan wajah meringis.
DS: Ibu klien mengatakan anaknya merasakan
nyeri pada telinga kirinya. Sel darah putih melawan bakteri
P : Ibu Klien mengatakan anaknya
merasa nyeri pada telinga kiri
Terbentuk push
Karena adanya infeksi.
Q : Nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk Edema Tuba Eustachius
R : Nyeri pada daerah telinga sampai
ke kepala
S : Skala nyeri yang dirasakan adalah Produksi lendir
7 rentang 0 – 10
Sumbatan Tuba
T : Nyeri dirasakan hilang timbul,
lama nyeri ± 15 -20 menit
DO :
Klien tampak meringis
Skala nyeri 7 rentang 0 – 10 Eustachius
Klien tidak bisa miring ke kiri
(lateral kiri) Disfungsi Tuba
Eustachius
Telinga Tengah
Eksudat Pirulen di
Telinga Tengah
Nyeri
2. Gangguan komunikasi Gangguan
b/dpendengaran tidak adekuat, Infeksi mikroorganisme Komunikasi
ditandai dengan tuli konduktif.
40
DS :
Ibu klien mengatakan pendengaran anaknya Sel darah putih melawan bakteri
menurun, serta saat diajak berbicara klien
terkadang diam dan tidak nyambung, dengan
skala 5 rentang 0 – 10 Terbentuk push
DO :
Saat klien diajak berbicara oleh perawat
klien tidak menjawab dan kadang menjawab Edema Tuba Eustachius
tapi pertanyaan diulang berulang kali, dan
kadang menjawab tapi tidak nyambung.
Produksi lendir
Sumbatan Tuba
Eustachius
Disfungsi Tuba
Eustachius
Telinga Tengah
Eksudat Pirulen di
Telinga Tengah
Gangguan penghantaran
suara
Tuli produktif
Gangguan komunikasi
3. Ansietas b/dpendengaran tidak Cemas
adekuat, ditandai dengan Infeksi mikroorganisme
gelisah.
DS :
Ibu klien mengatakan anaknya Sel darah putih melawan bakteri
41
Disfungsi Tuba
Eustachius
Telinga Tengah
Eksudat Pirulen di
Telinga Tengah
Gangguan penghantaran
suara
Tuli produktif
Ansietas
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d proses inflamasi pada jaringan telinga tengah, ditandai dengan wajah meringis
Tujuan: Penurunan rasa nyeri
Kriteria Hasil: Rasa nyeri berkurang ataupun hilang.
Intervensi:
a. Kaji tingkat intensitas klien dan mekanisme koping klien.
Rasional: Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/ keefektifan intervensi.
b. Selidiki dan laporkan adanya nyeri yang hebat
Rasional: Diduga inflamasi pada tubu eustachius, yang memerlukan intervensi medik cepat
c. Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik-teknik relaksasi.
Rasional: Karena dengan teknik relaksasi dapat membantu klien untuk Perubahan sensori-persepsi ;
Auditorius b/d Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
d. Berikan analgetik sesuai indikasi.
Rasional: Pemberian obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien.
2. Gangguan Komunikasi b/d pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan tuli konduktif
Tujuan: Tidak terjadi gangguan komunikasi.
Kriteria Hasil: Komunikasinya jelas.
Intervensi:
a. Memandang klien ketika sedang berbicara
Rasional: Klien merasa dihargai
b. Usahakan menggunakan bahasa non verbal
Rasional: Agar klien lebih mudah memahami interaksi disekitarnya.
c. Pasang alat bantu pendengaran
Rasional: Untuk memudahkan komunikasi
d. Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
Rasional: Mengurangi resiko keparahan penyakit klien
42
3. Ansietas b/d pendengaran tidak adekuat, ditandai dengan gelisah
Tujuan: Mengatasi rasa cemas
Kriteria Hasil: Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani
Intervensi:
a. Catat petunjuk perilaku gelisah yang dialami klien
Rasional: Indikator derajat ansietas, klien dapat merasa tidak terkontrol
b. Dorong klien meyatakan perasaan
Rasional: Membuat hubungan terapeutik
c. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan
Rasional: Keterlibatan klien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas
d. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar klien.
Rasional: Validasi bahwa perasaan normal dapat menurunkan stres
43