Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pasal 1
ayat (4) undang-undang tersebut menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk: (1) meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, dan (2) meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab (UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3). Oleh karena itu, guru mempunyai fungsi,
peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional di bidang
pendidikan.
Keberadaan UU No. 20 tahun 2003 dan Pemendiknas No. 27 tahun 2008 tersebut
menunjukkan bahwa bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang integral
dalam mendorong tercapainya tujuan pendidikan. Pada kurikulum 2013 dirancang dengan
tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia. Dalam rangka implementasi kurikulum 2013 yang mengamanatkan adanya
peminatan peserta didik pada kelompok mata pelajaran, lintas mata pelajaran, dan
pendalaman mata pelajaran maka diperlukan adanya pelayanan Bimbingan dan
Konseling yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling atau konselor.
Implementasi kurikulum 2013 tentu membutuhkan usaha dan kinerja yang lebih dari
konselor.
Profesi bimbingan dan konseling menjadi profesi yang semakin di pandang dan
mapan. Profesi bimbingan dan konseling telah diberi kesempatan untuk menjadi profesi

1
yang bermartabat dan diakui oleh masyarakat. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan
bagi konselor untuk bisa menjawab tantangan tersebut dengan kinerja yang maksimal,
akan tetapi berbagai macam permasalahan muncul terkait pelaksanaan bimbingan dan
konseling di Indonesia. Pada saat awal seorang guru pemula mulai mengajar dan
mengenal lingkungan sekolah, mereka menghadapi beberapa hambatan antara lain:
pengenalan karakteristik peserta didik, budaya sekolah, beradaptasi, dan berkomunikasi
dengan warga sekolah. Pengenalan guru pemula terhadap situasi sekolah akan
menentukan karir dan profesionalitas seorang guru selanjutnya. Salah satu diantara
kebijakan dan program yang dapat membekali guru pemula dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi guru pada awal mereka bertugas adalah Program Induksi Guru Pemula
(PIGP). Oleh karena itu bagi konselor pemula atau guru pemula akan mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan terkait keprofesionalan kinerja konselor di sekolah.
Program PIGP yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Banyumas diharapkan
mampu meningkatkan keprofesionalan guru pemula dalam melaksanakan tugas sebagai
guru di sekolah. Program Induksi Guru Pemula (PIGP) ini dilaksanakan di tempat kerja
untuk melakukan praktek pemecahan permasalahan dalam proses pembelajaran bagi
guru pemula pada sekolah di tempat tugasnya. Agar PIGP berjalan dengan baik sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka disusun buku Pedoman Pelaksanaan
PIGP.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Guru
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2010 tentang Program
Induksi bagi Guru Pemula
7. Permendikbud no 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada
pendidikan dasar dan menengah

C. Tujuan Pelaksanaan
1. Beradaptasi dengan iklim kerja dan budaya sekolah
2. Melaksanakan pekerjaannya sebagai guru profesional di sekolah

D. Sasaran

2
Pedoman Pelaksanaan PIGP ini terutama diperuntukan bagi:
1. Guru Pemula
2. Guru Pembimbing
3. Kepala Sekolah
4. Pengawas Sekolah

E. Hasil yang Diharapkan


Semua pihak terkait baik itu Guru Pemula, Guru Pembimbing, Kepala Sekolah, dan
Pengawas Sekolah dapat melaksanakan Program Induksi bagi Guru Pemula (PIGP)
sesuai dengan ketentuan sehingga Guru Pemula dapat meningkatkan kompetensinya
dalam hal lingkungan kerja baru menjadi guru profesional.

3
BAB II
PELAKSANAAN

A. Konsep PIGP
Program Induksi Bagi Guru Pemula (PIGP) adalah kegiatan orientasi, pelatihan di
tempat kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam
proses pembelajaran atau bimbingan dan konseling bagi guru pemula pada sekolah di
tempat tugasnya. Guru pemula adalah guru yang baru pertama kali ditugaskan
melaksanakan proses pembelajaran/bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan ke-1 (kesatu) PIGP. Sekolah yang
akan melaksanakan PIGP perlu melakukan hal-hal berikut:
a. Kepala Sekolah
Dalam tahap persiapan kepala sekolah melakukan hal-hal berikut:
1) Melakukan analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
antara lain: ciri khas sekolah, latar belakang pendidikan dan
pengalaman guru pemula, ketersediaan pembimbing yang memenuhi
syarat, dan keberadaan organisasi profesi yang terkait (Gunakan Form
KS-01, KS-02)
2) Mempersipkan dan melaksanakan pelatihan PIGP yang diikuti oleh
kepala sekolah dan calon pembimbing, dengan pelatih seorang
pengawas yang telah lulus program pendidikan dan pelatihan (Diklat)
bagi pelatih PIGP.
3) Menyiapkan buku pedoman bagi guru pemula yang memuat kebijakan
sekolah, prosedur kegiatan sekolah, format administrasi pembelajaran/
pembimbingan, dan informasi lain yang dapat membantu guru pemula
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah (Gunakan Form
KS-03).
4) Menunjuk seorang pembimbing bagi guru pemula yang memiliki kriteria
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
menerbitkan surat keputusan (SK) kepala sekolah.
5) Menyusun rencana tindak implementasi PIGP (Gunakan Form KS-04).

4
6) Menyusun jadwal kegiatan pelaksanaan PIGP oleh Kepala Sekolah
(Gunakan Form KS-05).
b. Guru Pembimbing
Dalam tahap persiapan, pembimbing melakukan analisis kebutuhan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor antara lain: ciri khas sekolah, latar belakang
pendidikan, pengalaman guru pemula, keberadaan organisasi profesi yang
terkait, melakukan identifikasi kompetensi pembimbing (Evaluasi Diri
Pembimbing, Form PB-01), menyusun Rencana Tindak Pembimbingan oleh
Pembimbing (PB-02), menyusun jadwal kegiatan pembimbingan guru pemula
(PB-03), mengisi cheklist tugas pembimbing dalam PIGP (PB-04), dan menyusun
prioritas pembimbingan guru pemula (PB-05).
c. Pengawas Sekolah
Sebelum melakukan tahap persiapan, pengawas sekolah mempelajari buku-
buku panduan dan modul PIGP. Selanjutnya pengawas sekolah melakukan
perencanaan pengawasan dalam PIGP dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengisi format identifikasi tanggung jawab pengawas sekolah dalam
PIGP (PS-01)
2) Analisis Kebutuhan Sekolah Penyelenggara PIGP (PS-02)
3) Menyusun program kepengawasan tahunan (PS-03) dan program
pengawasan semester (PS-04)
4) Menyusun rencana tindak pengawasan PIGP (PS-05), Jadwal Kegiatan
Pengawasan PIGP (PS-06), Jadwal Kegiatan Monitoring (PS-07), dan
menyiapkan instrumen monitoring PIGP
5) Memberikan pelatihan PIGP bagi kepala sekolah dan calon
pembimbing. Pelatihan dapat dilakukan di setiap sekolah atau bersama-
sama di KKG/MGMP, KKKS/MKKS, atau diselenggarakan oleh dinas
pendidikan setempat.
2. Tahap Pengenalan Sekolah dan Lingkungannya
Pengenalan sekolah dan lingkungannya dilaksanakan pada bulan pertama
setelah guru pemula melapor kepada kepala sekolah tempat guru pemula bertugas.
Pada bulan pertama dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Kepala Sekolah
Setelah guru pemula melapor kepada kepala sekolah, selanjutnya kepala
sekolah memperkenalkan guru pemula kepada dewan guru, karyawan sekolah,
siswa, dan masyarakat sekitar.
b. Guru Pembimbing

5
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru pembimbing dalam tahap
pengenalan sekolah dan lingkungannya kepada guru pemula adalah:
1) Memperkenalkan situasi dan kondisi sekolah kepada guru pemula
2) Memperkenalkan guru pemula kepada siswa; dan
3) Mendiskusikan rencana pembimbingan dan pengembangan keprofesian
guru pemula (PB-06).
c. Guru Pemula
Setelah guru pemula diperkenalkan dengan lingkungan sekolah oleh kepala
sekolah dan pembimbing, selanjutnya guru pemula melakukan hal-hal berikut.
1) Melakukan evaluasi diri
2) Mengamati situasi dan kondisi sekolah serta lingkungannya, termasuk
melakukan observasi di kelas sebagai bagian pengenalan situasi.
3) Mempelajari buku pedoman dan panduan kerja bagi guru pemula, data
sekolah, tata tertib sekolah, dan kode etik guru.
4) Mempelajari ketersediaan dan penggunaan sarana dan sumber belajar
di sekolah.
5) Mempelajari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
3. Tahap Pembimbingan
Pelaksanaan pembimbingan dilakukan pada bulan ke dua sampai dengan bulan
ke sembilan oleh guru yang telah ditetapkan sebagai pembimbing. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam tahap pembimbingan adalah sebagai
berikut.
a. Pembimbingan Tahap 1
Pembimbingan Tahap 1 dilaksanakan pada bulan ke 2 (dua) sampai dengan
bulan ke 9 (sembilan) oleh pembimbing yang telah ditunjuk oleh kepala sekolah.
Pembimbingan tahap 1 bertujuan untuk membimbing guru pemula dalam proses
pembelajaran/ pembimbingan dan konseling, secara bertahap dengan
memberikan motivasi, arahan dan umpan balik untuk pengembangan
kompetensi guru dalam melaksanakan tugas dan menjalankan fungsinya dalam
proses pembelajaran/pembimbingan dan konseling. Pada bulan ke dua, guru
pemula bersama pembimbing menyusun: (1) Rencana Pengembangan
Keprofesian (RPK) untuk tahun pertama masa induksi, (2) Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan pada pertemuan
minggu-minggu pertama. Pembimbingan proses pembelajaran meliputi
penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran; membimbing dan melatih peserta didik; dan melaksanakan

6
tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan
beban kerja guru.
Proses pembimbingan ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi
pedagogis dan kompetensi professional. Pembimbingan proses pembelajaran
dapat dilakukan dengan cara (1) memberi motivasi dan arahan tentang
penyusunan perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian hasil belajar siswa (2) memberi kesempatan kepada guru pemula untuk
melakukan observasi pembelajaran guru lain, (3) melakukan observasi untuk
mengembangkan kompetensi pedagogis dan professional dengan menggunakan
Lembar Observasi Pembelajaran.
Pembimbingan pelaksanaan tugas tambahan yang terkait dengan tugasnya
sebagai guru, bertujuan untuk mengembangkan kompetensi kepribadian dan
sosial. Pembimbingan ini dilakukan dengan cara (1) melibatkan guru pemula
dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, (2) memberi motivasi dan arahan dalam
menyusun program dan pelaksanaan program pada kegiatan yang menjadi tugas
tambahan yang diemban guru pemula, (3) melakukan observasi untuk
mengembangkan kompetensi kepribadian dan sosial dengan menggunakan
Lembar Observasi Pembelajaran. Setelah pembimbingan proses pembelajaran,
maka dilakukan observasi pembelajaran oleh pembimbing sekuarang-kurangnya
1 kali setiap bulan pada masa pelaksanaan program induksi dari bulan ke 2
sampai dengan bulan ke 9.
b. Pembimbingan Tahap 2
Pembimbingan Tahap 2 dilaksanakan pada bulan 10 (sepuluh) dan 11
(sebelah) oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dengan tujuan melakukan
penilaian kinerja kepada guru pemula. Pembimbingan tahap ke dua dilaksanakan
pada bulan ke sepuluh sampai dengan bulan ke sebelas, berupa observasi
pembelajaran/bimbingan dan konseling diikuti dengan ulasan dan masukan oleh
kepala sekolah/madrasah dan pengawas, yang mengarah pada peningkatan
kompetensi dalam pembelajaran/bimbingan dan konseling.
Observasi pembelajaran yang dilakukan pada pembimbingan tahap 2 (dua)
dilaksanakan paling kurang 3 (tiga) kali oleh kepala sekolah dan 2 (dua) oleh
pengawas sekolah. Observasi pembelajaran/bimbingan dan konseling dalam
pembimbingan tahap ke dua yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrsah dan
pengawas disarankan untuk tidak dilakukan secara bersamaan dengan
pertimbangan agar tidak menggangu proses pembelajaran/bimbingan dan
konseling. Apabila kepala sekolah/madrasah dan pengawas menemukan adanya
kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran/ bimbingan dan konseling

7
oleh guru pemula maka kepala sekolah/madrasah dan atau pengawas wajib
memberikan umpan balik dan saran perbaikan kepada guru pemula.
Langkah observasi pembelajaran/bimbingan dan konseling yang dilakukan
oleh pembimbing (pembimbingan tahap 1), kepala sekolah dan pengawas
sekolah (pembimbingan tahap 2) adalah sebagai berikut:
1) Pra Observasi
Pembimbing atau kepala sekolah atau pengawas bersama guru pemula
menentukan fokus observasi pembelajaran atau bimbingan dan konseling.
Fokus observasi maksimal lima elemen kompetensi dari setiap kompetensi
inti pada setiap observasi pembelajaran. Fokus observasi ditandai dalam
Lembar Observasi Pembelajaran/Bimbingan dan Konseling dan Lembar
Refleksi Pembelajaran/Bimbingan dan Konseling sebelum dilaksanakannya
observasi.
2) Pelaksanaan Observasi
Pada saat pelaksanaan observasi, pembimbing atau kepala sekolah
atau pengawas mengamati kegiatan pembelajaran/ bimbingan dan konseling
guru pemula dan mengisi lembar observasi pembelajaran/ Bimbingan dan
Konseling sesuai dengan fokus elemen kompetensi yang telah disepakati.
3) Pasca Observasi
Kegiatan yang dilakukan pasca observasi adalah:
a) Guru pemula mengisi Lembar Refleksi Pembelajaran atau
Bimbingan dan Konseling setelah pembelajaran atau bimbingan dan
konseling dilaksakan.
b) Kepala sekolah/madrasah atau pengawas dan guru pemula
membahas hasil pembimbingan pada setiap tahap dan memberikan
masukan kepada guru pemula setelah observasi selesai.
c) Guru Pemula dan kepala sekolah atau pengawas menandatangani
Lembar Observasi Pembelajaran atau Bimbingan dan Konseling.
Kepala sekolah memberikan salinan Lembar Observasi
Pembelajaran atau Bimbingan dan Konseling kepada guru pemula.
4. Tahap Penilaian
a. Metode Penilaian
Penilaian guru pemula merupakan penilaian kinerja. Penilaian kinerja guru
adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya (pasal 1 Peraturan Menteri
Pendidikan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009). Penilaian berdasarkan penerapan kompetensi dalam

8
melaksanakan kegiatan pokok pada tugas utama guru. Kompetensi guru yang
dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional sebagaimana telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru).
Kegiatan pokok guru adalah kegiatan pokok: (1) merencanakan
pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran;
(4) membimbing dan melatih peserta didik; dan (5) melaksanakan tugas
tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban
kerja Guru (pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru). Sedangkan tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (pasal 1 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Penilaian dilakukan dalam dua tahap. Penilaian tahap pertama yang
dilakukan oleh pembimbing bersamaan dengan proses pembimbingan pada
bulan kedua samapai bulan kesembilan (assessment for learning). Penilaian
tahap kedua dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas pada bulan kesepuluh
dan kesebelas. Penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan instrumen
penilaian kinerja guru yang lebih fokus pada penerapan kompetensi pedagogik
dan profesional, dan instrumen/lembar observasi untuk mengukur penerapan
kompetensi kepribadian dan sosial dalam melaksanakan kegiatan pokok/tugas
utama guru. Instrumen penilaian yang digunakan adalah:
1) Instrumen penilaian kinerja pelaksanaan pembimbingan untuk
BK/Konselor.
2) Instrumen Penilaian Kepribadian dan Sosial Guru Pemula
Penilaian kinerja guru pemula dilakukan dengan menggunakan Lembar
Observasi Pembelajaran. Hasil penilaian kinerja pada akhir program induksi
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pembimbing, kepala sekolah/
madrasah dan pengawas dengan mengacu pada prinsip profesional, jujur, adil,
terbuka, akuntabel dan demokratis. Peserta Program Induksi dinyatakan
Berhasil, jika semua elemen kompetensi pada penilaian tahap ke dua paling
kurang memiliki kriteria nilai dengan kategori Baik. Penilaian guru pemula
merupakan penilaian kinerja berdasarkan elemen kompetensi guru: kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi tersebut dapat dinilai melalui observasi
pembelajaran/bimbingan dan konseling serta observasi pelaksanaan tugas lain

9
yang relevan. Keempat elemen kompetensi yang dinilai dalam Penilaian Kinerja
Guru Pemula program bimbingan dan konseling sebagai berikut:

10
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI
A. KOMPETENSI PEDAGOGIK
1. Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
1.2 Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran
1.3 Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan
2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan 2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran
psikologis serta perilaku konseli pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.
2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan.
2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan.
2.5 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
Pendidikan
3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan 3.1 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal
konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan 3.2 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus.
pendidikan 3.3 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah, serta
tinggi.
B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
4. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha 4.1 Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Esa 4.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain.
4.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
5. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai 5.1 Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial,
kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih individual, dan berpotensi.
5.2 Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya.
5.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya.
5.4 Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya.
5.5 Toleran terhadap permasalahan konseli.
5.6 Bersikap demokratis.
6. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian 6.1 Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten).
yang kuat 6.2 Menampilkan emosi yang stabil.
6.3 Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan.
6.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi
7. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi 7.1 Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif.
7.2 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri.
7.3 Berpenampilan menarik dan menyenangkan.
7.4 Berkomunikasi secara efektif
C. KOMPETENSI SOSIAL
8. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat 8.1 Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite
bekerja sekolah/madrasah) di tempat bekerja.
8.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat
bekerja.
8.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga administrasi)
9. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi 9.1 Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan
bimbingan dan konseling profesi.
9.2 Menaati Kode Etik profesi bimbingan dan konseling.
9.3 Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi
10. Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi 10.1 Mengkomunikasikan aspek-aspek profesional bimbingan dan konseling kepada organisasi profesi lain.

11
10.2 Memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling.
10.3 Bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi lain.
10.4 Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan
D. KOMPETENSI PROFESIONAL
11. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk 11.1 Menguasai hakikat asesmen.
memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli 11.2 Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling.
11.3 Menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling.
11.4 Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli.
11.5 Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi
konseli.
11.6 Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan
lingkungan
11.7 Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
11.8 Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat.
11.9 Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen.
12. Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan 12.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling.
dan konseling 12.2 Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling.
12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling.
12.4 Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja.
12.5 Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
12.6 Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling.
13. Merancang program Bimbingan dan Konseling 13.1 Menganalisis kebutuhan konseli
13.2 Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara
komprehensif dengan pendekatan perkembangan.
13.3 Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
13.4 Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling
14. Mengimplementasikan program Bimbingan dan 14.1 Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
Konseling yang komprehensif 14.2 Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
14.3 Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli.
14.4 Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling
15. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan 15.1 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling.
Konseling. 15.2 Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling.
15.3 Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait.
15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling
16. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika 16.1 Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional.
profesional 16.2 Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor
16.3 Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah konseli.
16.4 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan
16.5 Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi.
16.6 Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi konselor.
16.7 Menjaga kerahasiaan konseli
17. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam 17.1 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian.
bimbingan dan konseling 17.2 Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling.
17.3 Melaksaanakan penelitian bimbingan dan konseling.
17.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan
dan konseling

12
b. Tahap-tahap pemberian nilai
1) Pemberian Nilai Kinerja Guru Pemula
Setelah bukti-bukti kinerja diperoleh melalui pengamatan dan/atau
pemantauan penilai dapat menentukan nilai dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Penentuan Skor Butir Indikator Kinerja
Skor butir indikator kerja ditentukan berdasarkan pencapaian
kompetensi yang telah dilakukan oleh guru pemula. Penjumlahan
skor diprosentasekan untuk mengetahui hasil nilai maksimum yang
diperoleh. Penilaian dilakukan untuk setiap satu sub indikator
pencapaian. Berikut gambar contoh penilaian skor butir kinerja

13
b) Penentuan Skor Indikator Kinerja
Berdasarkan catatan hasil pengamatan, pemantauan,
wawancara, studi (penggalian) dokumen, dan bukti-bukti berupa data
lain yang dikumpulkan selama proses penilaian kinerja guru, penilai
menentukan setiap skor indikator kinerja dengan rumus sebagai
berikut:

Nilai yang diperoleh


Nilai indikator kerja = x 100
Nilai Tertinggi

Hasil perhitungan di atas, dikonversi ke skor 4-3-2-1, dengan


cara menetapkan skor pada rentang sebagai berikut:
No Rentang skor Skor
1 0% < x > 25 % 1
2 25% < x < 50 % 2
3 50 % < x < 75% 3
4 75% < x <100 % 4

c) Penentuan Nilai Kinerja Guru Pemula


i. Nilai Kinerja Guru adalah rentang 17-68 (guru BK/Konselor)
Untuk menentukan Nilai Kinerja Guru rentang 17-68 (guru
BK/Konselor) dengan cara menjumlahkan semua skor indikator
kinerja.
ii. Nilai Kinerja Guru Konversi 100
Untuk menentukan Nilai Kinerja Guru Konversi 100 dapat
dilakukan dengan cara membagi total skor indikator kinerja perolehan
dibagi jumlah skor indikator kinerja maksimal (68 untuk guru
BK/Konselor) dikalikan dengan 100. Maka Nilai Kinerja Guru Pemula
konversi 100 dapat dirumuskan sebagai berikut:

jumlah skor indikator


Nilai kinerja guru pemula = x 100
68

d) Penentuan Kategori Nilai Kinerja Guru


Kategori Nilai Kinerja Guru Pemula dapat dilihat pada tabel Nilai
Kinerja berikut:
Nilai kerja Kategori nilai

14
91-100 Sangat baik
76-90 Baik
61-75 Cukup
51-60 Sedang
≤ 50 Kurang

c. Proses Penilaian
1) Penilaian Tahap Pertama
Penilaian tahap pertama dilaksanakan pada bulan kedua sampai
dengan kesembilan berupa penilaian kinerja guru melalui observasi
pembelajaran dan pembimbingan, dan masukan oleh guru pembimbing.
Penilaian tahap pertama merupakan penilaian proses (asesment for
learning) sebagai bentuk pembimbingan guru pemula dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan pembimbingan yang meliputi
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan pembimbingan,
melaksanakan pembelajaran dan pembimbingan, menilai hasil
pembelajaran dan pembimbingan, dan melaksanakan tugas tambahan.
Penilaian tahap ini dilakukan oleh pembimbing melalui observasi
pembelajaran dan pembimbingan dan observasi kegiatan yang menjadi
beban kerja guru pemula. Tujuan penilaian tahap pertama ini adalah
untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang perlu dikembangkan,
memberikan umpan balik secara reguler, dan memberikan saran
perbaikan dengan melakukan diskusi secara terbuka tentang semua
aspek mengajar dengan suatu fokus spesifik yang perlu untuk
dikembangkan. Pembimbing dapat memberikan contoh proses
pembelajaran dan pembimbingan yang baik di kelasnya atau di kelas
yang diajar oleh guru lain.
Penilaian tahap pertama ini dilaksanakan selama pelaksanaan
kegiatan pokok proses pembelajaran atau pembimbingan dan tugas
lainnya. Selama berlangsungnya penilaian tahap pertama kepala sekolah
memantau pelaksanaan bimbingan dan penilaian tahap pertama terhadap
guru pemula. Dalam penilaian tahap pertama ini pengawas melakukan
pemantauan, pembinaan, dan pemberian dukungan dalam pelaksanaan
bimbingan dan penilaian guru pemula.
2) Proses Penilaian Tahap Kedua
Penilaian tahap kedua dilaksanakan pada bulan kesepuluh sampai
dengan bulan kesebelas berupa observasi pembelajaran/pembimbingan,

15
ulasan, dan masukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah, yang
mengarah pada peningkatan kompetensi dalam pembelajaran atau
pembimbingan. Penilaian tahap kedua merupakan penilaian hasil
(asesment of learning) yang bertujuan untuk menilai kompetensi guru
pemula dalam melaksanakan proses pembelajaran/pembimbingan dan
tugas lainnya. Observasi pembelajaran/pembimbingan pada penilaian
tahap kedua dilakukan oleh kepala sekolah sebanyak 2 (tiga) kali,
sedangkan oleh pengawas sekolah sebanyak 2 (dua) kali.
Observasi pembelajaran/pembimbingan dalam penilaian tahap kedua
oleh kepala sekolah/madrsah dan pengawas disarankan untuk tidak
dilakukan secara bersamaan, dengan pertimbangan agar tidak
menggangu proses pembelajaran dan pembimbingan. Apabila kepala
sekolah dan pengawas menemukan adanya kelemahan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dan pembimbingan oleh guru pemula,
maka kepala sekolah dan/atau pengawas wajib memberikan umpan balik
dan saran perbaikan kepada guru pemula.
Langkah observasi pembelajaran dalam kontek penilaian dan
pembimbingan yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas dalam
tahap kedua adalah sebagai berikut:
a) Pra-observasi
Kepala sekolah atau pengawas sekolah bersama guru pemula
menentukan dan menyepakati fokus observasi pembelajaran dan
pembimbingan yang meliputi paling banyak 5 (lima) sub-kompetensi
dari keseluruhan kompetensi sebagaimana yang tertulis dalam
lembar observasi pembelajaran yang akan diisi oleh kepala sekolah
atau pengawas sekolah dan lembar refleksi yang akan diisi oleh guru
pemula
b) Pelaksanaan Observasi
Kepala sekolah atau pengawas sekolah mengisi lembar
observasi pembelajaran dan pembimbingan secara objektif dengan
memberikan nilai pada saat seketika pelaksanaan observasi
dilakukan.
c) Pasca-observasi
Kegiatan yang dilakukan pasca observasi adalah:

16
i. Guru pemula mengisi lembar refleksi pembelajaran atau
pembimbingan setelah pembelajaran/ pembimbingan
dilaksakan.
ii. Kepala sekolah, pengawas sekolah dan guru pemula
mendiskusikan hasil penilaian pada setiap tahap
pembelajaran atau pembimbingan.
iii. Kepala sekolah dan pengawas sekolah memberikan
masukan kepada guru pemula setelah observasi selesai.
iv. Guru pemula dan kepala sekolah atau pengawas sekolah
menandatangani lembar hasil observasi pembelajaran guru
mata pelajaran/kelas Pemula. Kepala sekolah memberikan
salinan lembar tersebut kepada guru pemula.
5. Tahap Pelaporan
Penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan kesebelas setelah penilaian
tahap kedua, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Penentuan keputusan pada Laporan Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula
berdasarkan pengkajian penilaian tahap kedua dengan
mempertimbangkan penilaian tahap pertama. Selanjutnya guru pemula
dinyatakan memiliki nilai kinerja dengan kategori amat baik, baik, cukup,
sedang, atau kurang. Untuk menentukan keputusan nilai kinerja guru
pemula, kepala sekolah membuat rekapitulasi hasil penilaian kinerja guru
mata pelajaran/kelas pemula atau rekapitulasi hasil penilaian kinerja guru
BK/Konselor Pemula.
b. Penyusunan draft Laporan Hasil Penilaian Kinerja Guru Mata
Pelajaran/Kelas Pada program Induksi Guru Pemula atau Guru
BK/Konselor oleh kepala sekolah berdasarkan pembahasan dengan
pembimbing dan pengawas sekolah
c. Penandatanganan Laporan Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah.
d. Pengajuan penerbitan sertifikat PIGP dilakukan oleh kepala sekolah yang
disampaikan kepada kepala dinas pendidikan atau kepala kantor
kementerian agama kabupaten/kota bagi guru pemula yang telah memiliki
Laporan Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula dengan nilai baik. Sertifikat
tersebut menyatakan bahwa peserta PIGP telah berhasil menyelesaikan

17
PIGP dengan nilai baik. Guru pemula dinyatakan berhasil jika nilai kinerja
minimal Baik
Selanjutnya, laporan hasil pelaksanaan PIGP berisi:
a. Data sekolah;
b. Waktu pelaksanaan PIGP;
c. Data guru pemula peserta PIGP;
d. Deskripsi pelaksanaan pembimbingan oleh pembimbing;
e. Deskripsi pelaksanaan dan hasil penilaian tahap pertama;
f. Deskripsi pelaksanaan dan hasil penilaian tahap kedua;
g. Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula yang menyatakan kategori nilai
kinerja guru pemula (amat baik, baik, cukup, sedang dan kurang)
ditandatangani kepala sekolah.
h. Pengawas sekolah menandatangani Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula.

C. Profil Sekolah
SMP Negeri 1 Kebasen merupakan sekolah negeri yang terletak di Jl. Ngalisiwi,
Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen. Pada tahun 2017 memperoleh akreditasi A
(amat baik) dengan nilai 97. Sekolah ini memiliki total siswa 696 dengan jumlah rombel
21 kelas. SMP Negeri 1 Kebasen memiliki visi dan misi sebagai berikut”:
1. Visi SMP Negeri 1 Kebasen
Bermutu, Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan, Kompetitif
Berdasarkan Iman dan Taqwa
2. Misi
a. Mewujudkan pelaksanaan proses pembelajaran yang berkualitas, kreatif,
inovatif, dan variatif sebagai lomba karya tulis remaja;
b. Mewujudkan alumnus yang berkualitas dan perolehan NUM;
c. Mewujudkan alumnus yang mampu bersaing dalam studi lanjut;
d. Mewujudkan peran serta dalam berbagai lomba karya tulis remaja;
e. Mewujudkan peran serta dalam kegiatan lomba karya kreatifitas remaja;
f. Mewujudkan tercapainya prestasi dalam lomba seni, budaya, dan
keolahragaan;
g. Mengembangkan budaya sopan dan saling menghormati;
h. Mengembangkan perilaku berkarakter dengan penerapan etika dan
budaya luhur sesuai dengan norma-norma agama dalam kehidupan
sehari;

18
i. Memperkokoh nilai-nilai agama;
j. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan
bagi peserta didik di sekolah;
k. Meningkatkan tanggung jawab, kejujuran, percaya diri dan semangat
untuk berkompetisi pada peserta didik;
l. Menciptakan lingkungan sekolah yang sejuk, bersih, nyaman, dengan
prinsip pelaksanaan fungsi pelestarian lingkungan, pencegahan
pencemaran dan kerusakan lingkungan.

D. Tanggung Jawab Kepala Sekolah


Kepala Sekolah memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan PIGP. Berikut
tanggung jawab kepala sekolah:
Tanggung jawab kepala sekolah/madrasah:
1. Melakukan analisis kebutuhan guru pemula;
2. Menyiapkan buku pendoman pelaksanaan program induksi;
3. Menunjuk pembimbing yang sesuai dengan kriteria;
4. Menjadi pembimbing, jika pada satuan pendidikan yang dipimpinnya tidak
terdapat guru yang memenuhi kriteria sebagai pembimbing;
5. Mengajukan pembimbing dari satuan pendidikan lain kepada dinas pendidikan
terkait jika tidak memiliki pembimbing dan kepala sekolah/madrasah tidak
dapat menjadi pembimbing;
6. Memantau pelaksanaan pembimbingan oleh pembimbing;
7. Melakukan pembimbingan terhadap guru pemula serta memberikan saran
perbaikan;
8. Melakukan penilaian kinerja; dan
9. Menyusun Laporan Hasil Penilaian Kinerja untuk disampaikan kepada Kepala
Dinas Pendidikan terkait, dengan mempertimbangkan masukan dan saran
dari pembimbing, pengawas sekolah/madrasah, dan memberikan salinan
laporan tersebut kepada guru pemula.

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Program induksi dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kebasen selama 1 (satu) tahun,
yaitu mulai bulan Januari 2021 hingga bulan Desember 2021 dan dapat diperpanjang
paling lama 1 (satu) tahun.

19
F. Peran Pihak-pihak yang Terkait
Pihak yang terkait dalam pelaksanaan PIGP adalah pembimbing, kepala
sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah.
1. Pembimbing
Pembimbing ditugaskan oleh kepala sekolah/madrasah atas dasar
profesionalisme dan kemampuan komunikasi dan interpersonal yang baik, sesuai
bidang tugasnya. Sekolah/madrasah yang tidak memiliki pembimbing
sebagaimana dipersyaratkan, kepala sekolah/ madrasah dapat menjadi
pembimbing sejauh dapat dipertanggung-jawabkan dari segi profesionalisme dan
kemampuan berkomunikasi. Jika kepala sekolah/madrasah tidak dapat menjadi
pembimbing, kepala sekolah/madrasah dapat meminta pembimbing dari satuan
pendidikan yang terdekat dengan persetujuan pengawas dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota atau kantor kementerian agama kabupaten/kota sesuai
dengan tingkat kewenangannya.
Kriteria guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah sebagai
pembimbing memiliki:
a. Kompetensi sebagai guru profesional;
b. Kemampuan bekerja sama dengan baik;
c. Kemampuan komunikasi yang baik
d. Kemampuan menganalisis dan memberikan saran-saran perbaikan
terhadap proses pembelajaran/bimbingan dan konseling; dan
e. Pengalaman mengajar pada jenjang kelas yang sama dan pada mata
pelajaran yang sama dengan guru pemula, diprioritaskan yang telah
memiliki;pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun dan memiliki
jabatan sebagai Guru Muda.
Tanggung jawab Pembimbing:
a. Menciptakan hubungan yang bersifat jujur, memotivasi, bersahabat,
terbuka dengan guru pemula;
b. Memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran/bimbingan dan
konseling;
c. Melibatkan guru pemula dalam aktivitas sekolah/madrasah;
d. Memberikan dukungan terhadap rencana kegiatan pengembangan
keprofesian guru pemula;
e. Memberi kesempatan bagi guru pemula untuk melakukan observasi
pembelajaran/bimbingan dan konseling guru lain;

20
f. Melaporkan kemajuan dan perkembangan guru pemula kepada
pengawas sekolah/ madrasah; dan
g. Memberikan masukan dan saran atas hasil pembimbingan tahap kedua.
2. Pengawas Sekolah/Madrasah
Tanggung jawab pengawas sekolah/madrasah:
a. Memberikan penjelasan kepada kepala sekolah/madrasah dan
pembimbing dan guru pemula tentang pelaksanaan program induksi
termasuk proses penilaian;
b. Melatih pembimbing dan kepala sekolah/madrasah tentang pelaksanaan
pembimbingan dan penilaian dalam program induksi;
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program induksi di satuan
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya; dan
d. Memberikan masukan dan saran atas isi Laporan Hasil Penilaian
Kinerja

G. Jadwal Kegiatan
Berikut merupakan jadwal kegiatan PIGP yang akan dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Kebasen:
No Tahap kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Persiapan Januari 2021
2. Perencanaan Januari 2021
3. Pembimbingan Februari – September 2021
4. Penilaian
a. Penilaiam tahap 1 Februari – September 2021
b. Penilaian tahap 2 Oktober 2021
5. Pelaporan November 2021

21
BAB III
PENUTUP

Program Induksi adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat kerja,


pengembangan, dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran atau layanan bimbingan dan konseling bagi guru pemula pada sekolah
di tempat tugasnya. Mengingat akan pentingnya PIGP untuk mempercepat
peningkatan kompetensi dan keprofesionalan guru pemula, maka diharapkan semua
pihak terkait berperan aktif dalam mensosialisasikan dan mengimplementasikannya.
Panduan Pelaksanaan PIGP ini diharapkan dapat digunakan untuk mensukseskan
implementasi PIGP di SMP Negeri 1 Kebasen.

22

Anda mungkin juga menyukai