Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

     COVID-19 telah memberikan dampak terhadap pendidikan di

Indonesia. Pada empat bulan pertama masa darurat pandemi COVID-19

pendidikan di semua level dilaksanakan secara daring. Namun, di masa new

nomal ini, ada beberapa sekolah yang melaksanakan pembelajaran secara tatap

muka walaupun hanya tiga hari dalam seminggu dan tetap memperhatikan

protokol kesehatan. Proses peralihan dari daring ke tatap muka ini nampaknya

membuat siswa merasa kurang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran tatap

muka karena mereka sudah merasa nyaman dengan belajar daring. Jika

dalam sistem daring mereka bisa belajar sambil bermain di luar rumah tanpa

mendapat teguran dari guru namun di dalam sistem tatap muka ini pembelajaran

tidak bisa ditingalkan serta anak-anak mendapatkan pengawasan langsung dari

guru.

Selama masa pandemi, anak-anak tetap belajar dengan memperhatikan

protokol kesehatan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih ada anak-

anak yang tidak berangkat sekolah padahal mereka sudah mengetahui bahwa

pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka di sekolah. Selain itu, proses

peralihan ini membuat anak-anak belum siap jika menerima materi yang

banyak. Hal ini berdampak pada anak-anak yang terlihat tidak memperhatikan

pelajaran. Dalam hal ini, guru harus bisa menjalin kedekatan dengan siswa untuk

1
mengetahui karakteristik mereka. Dengan mengetahui karakteristik anak-anak,

guru bisa merancang metode pembelajaran yang tepat..

Adaptasi dan inovasi pembelajaran harus dilakukan oleh guru

(Puspitasari, Rahayu & Rohmatunnazilah, 2020) Guru harus beradaptasi kembali

dengan anak- anak dengan menyesuaikan psikologis mereka. Namun, guru

juga harus berinovasi agar peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

Salah satu wujud inovasi guru adalah dengan mengembangkan metode

pembelajaran yang kreatif agar minat peserta didik dalam belajar bangkit kembali.

Kurangnya minat dalam belajar ini terlihat dalam pelajaran bahasa inggris. Di

dalam kurikulum 2013, bahasa inggris sebagai bahasa asing masuk ke dalam mata

pelajaran muatan lokal yang mana dalam satu minggu hanya ada satu pertemuan

(Permendikbud 81A tahun 2013). Dengan waktu yang singkat ini, seharusnya

guru harus bisa memaksimalkan proses pembelajaran dengan maksimal agar

tujuan pembelajaran tercapai.

Kedudukan bahasa Inggris di Indonesia adalah sebagai bahasa asing atau

lebih dikenal dengan istilah English as Foreign language (EFL). Terkait dengan

hal tersebut, maka tidaklah heran jika adanya anggapan bahwa pembelajaran

writing dalam bahasa Inggris dipandang sulit. Peserta didik perlu menuangkan ide

pikirannya ke dalam bahasa lain selain bahasa ibu dengan cara yang berbeda.

Peran guru ialah menyediakan suatu pembelajaran dengan model pembelajaran

yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan  perkembangan  peserta didik.

Rangkaian  model yang telah dirancang tersebut diharapkan  dapat menjadi alat

2
bagi peserta didik dalam menuangkan idenya ketika proses menulis tersebut

berlangsung.

Beberapa hambatan yang dirasakan oleh peserta didik ketika menulis

dalam bahasa Inggris disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor internal

yaitu hambatan yang timbul dari dalam peserta didik itu sendiri misalnya Peserta

didik tidak memiliki vocabulary yang cukup, peserta didik belum bisa membaca

dalam bahasa ibu. Kedua, faktor eksternal yaitu hambatan yang timbul dari luar

diri peserta didik yaitu dari guru itu sendiri seperti: guru tidak menyediakan

process writing bagi peserta didik, sehingga tidak ada tahapan-tahapan yang dapat

membantu peserta didik dalam membuat karya tulisnya. Guru tidak mengajarkan

menulis dengan menggunakan teknik yang tepat. Guru tidak menyediakan materi

atau media yang menarik dalam aktivitas writing peserta didik. Media dapat

digunakan untuk mengatasi rasa kebosanan peserta didik; jika peserta didik

tertarik dengan apa yang mereka kerjakan, mereka akan menikmati proses belajar

mengajar dan memahami materi yang diberikan (Ur, 1988).

          Keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling sulit diantara

keterampilan berbahasa yang lain, maka dalam upaya peningkatannya guru harus

lebih kreatif agar peserta didik tidak merasa jenuh. Guru harus mampu

meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga terciptanya suasana

menyenangkan pada proses pembelajaran. Diperlukan suatu metode pembelajaran

yang sesuai dan penggunaan media pembelajaran yang menarik bagi generasi

milenial agar lebih termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga mencapai

hasil yang diharapkan.

3
          Rendahnya nilai keterampilan menulis kelas IX di SMP N 1 Pageruyung

telah terbukti bahwa hasil keterampilan menulis pada semester genap nilai rata-

rata kelas pada keterampilan menulis hanya mencapai 52%, masih dibawah KKM

yang ditentukan sekolah yaitu 75%. Hal ini disebabkan karena peserta didik

merasa kesulitan dalam menentukan diksi pada kalimat. Perlu dilakukan proses

penyusunan kalimat menjadi sebuah paragraf.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan

diteliti dalam karya ilmiah ini adalah :

1. Bagaimana pembelajaran 3M dapat meningkatkan keterampilan menulis teks

information report kelas IXI dalam pembelajaran jarak jauh?

2. Apakah pembelajaran 3M dapat meningkatkan keterampilan menulis teks

information report kelas IX dalam pembelajaran jarak jauh?

C. Tujuan

Tujuan penulisan praktik baik ini dalah untuk mengetahui proses

pembelajaran menggunakan pembelajaran 3M dalam meningkatkan keterampilan

menulis teks information report dan mengetahui peningkatan hasil menulis teks

information report melalui pembelajaran 3M.

    Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas IX F semester 2

tahun pelajaran 2020/2021 di SMP Negeri 1 Pageruyung sebanyak 32 orang.

4
D. Manfaat

   Hasil penulisan pratik baik ini ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yaitu.

1.  Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan media pembelajaran agar

dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan

mempermudah peserta didik untuk menulis teks information report dapat

memotivasi peserta didiknya untuk berpikir yang sistematis dan terarah. Akan

lebih jelas dalam mengajarkan materi tentang menulis teks information report

2.   Bagi peserta didik

Sebagai wahana baru dalam proses peningkatan keaktifan diskusi peserta

didik dan mempermudah untuk menulis teks information report.

3. Bagi penulis

Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam

pembelajaran menulis teks information report pada mata pelajaran Bahasa Inggris

Anda mungkin juga menyukai