Anda di halaman 1dari 5

M4 Prosedur, Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Endodontik

Tahapan perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik) yaitu: preparasi
biomekanis saluran akar (cleaning and shapping), kontrol mikroba atau sterilisasi saluran akar,
dan obturasi atau pengisian saluran akar (Kumar dkk., 2014).Tahap pertama dari perawatan
saluran akar adalah preparasi biomekanis yang bertujuan untuk membersihkan dan mendisinfeksi
sistem saluran akar, membentuk dinding saluran akar dan ujung apikal agar dapat ditempati oleh
bahan pengisi saluran akar. Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu menentukan
arah saluran akar, membersihkan saluran akar, membentuk saluran akar, preparasi daerah apikal
Tahap selajutnya adalah sterilisasi saluran akar yang bertujuan membinasakan
mikroorganisme patogenik, pada tahap ini dilengkapi dengan medikasi intrasaluran (Grossman
dkk., 2013). Sterilisasi yang meliputi irigasi dan disinfeksi serta pengisian. Selama proses
preparasi saluran akar dilakukan irigasi untuk membersihkan sisa jaringan pulpa, jaringan
nekrotik dan serbuk dentin. Tujuan irigasi saluran akar yaitu: mengeluarkan debris, melarutkan
jaringan smear layer, antibakteri, sebagai pelumas. Larutan yang digunakan yaitu lrutan salin
fisiologi, larutan kloramin, sodium hipoklorit, etilendiaminotetrasetik.
Tahap terakhir adalah obturasi atau pengisian saluran akar. Obturasi adalah pengisisan
saluran akar tiga dimensi yang dilakukan sedekat mungkin dengan cementodentinal junction
(Deshpande dan Naik, 2015). Tujuan pengisian saluran akar adalah memasukan suatu bahan
pengisi dengan teknik pengisian saluran akar tertentu ke dalam ruangan yang sebelumnya
terdapat jaringan pulpa, guna mencegah terjadinya infeksi ulang. Bahan pengisi saluran akar
berfungsi untuk menggantikan pulpa yang sudah diambil dan menghilangkan semua pintu masuk
antara periodonsium dan saluran akar sehingga kebocoran cairan dari periondosium dapat
dihindari (Grossman dkk., 2013). Berbagai teknik diperkenalkan untuk mengisi saluran akar
dengan bahan pengisi saluran akar, salah satunya adalah teknik kondensasi lateral, teknik
kondensasi vertikal, dan teknik single-cone.
Teknik kondensasi lateral bertujuan untuk mengisi saluran akar secara tiga dimensi
dengan guta-perca dan siler tanpa melunakkan guta-perca dengan bahan kimia atau panas
(Tronstad, 2009). Kerucut utama disesuaikan dengan ukuran dan panjang instrumen terakhir
yang dapat masuk ke dalam kanal yang sudah dilapisi siler, selanjutnya dilakukan kondensasi ke
arah vertikal dengan menggunakan spreader sehingga guta-perca terdorong ke arah lateral, dan
menambahkan 3 kerucut aksesori untuk mengisi ruang yang masih kosong (Deshpande dan Naik,
2015). Teknik ini sering digunakan karena sangat mudah beradaptasi dengan berbagai kasus dan
golden standart untuk membandingkan dengan teknik obturasi lainnya (Kocak dan Yaman,
2012), serta teknik ini memiliki kontrol yang mudah sehingga kemungkinan terjadi overfilling
sangat kecil (Deshpande dan Naik, 2015). Teknik kondensasi lateral memiliki kekurangan, yaitu
tidak menghasilkan pengisian yang homogen dengan demikian kemungkinan munculnya rongga
dapat terjadi di antara kerucut (Shan Ho dkk., 2015).
Teknik kondensasi vertikal atau teknik “guta-perca panas” untuk pengisian saluran akar
diperkenalkan oleh Schilder dengan tujuan mengisi secara baik saluran lateral dan aksesoris
maupun saluran akar utama. Teknik ini, menggunakan plugger yang dipanaskan, dilakukan
kondensasi pada guta-perca yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal dengan
demikian guta-perca akan mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar (Grossman dkk.,
2013). Kelebihan teknik ini menghasilkan pengisian saluran akar yang homogen serta guta-
percha yang mampu beradaptasi secara baik dengan dentin (Mahera dkk., 2009). Kekurangannya
adalah memerlukan waktu yang lama, terkadang terjadi pengisian yang berlebihan karena
sulitnya mengontrol panjang kerja dan tidak dapat dikeluarkan kembali dari jaringan apikal
(Walton dan Torabinejad, 2008).
Teknik single-cone adalah teknik yang menggunakan satu kerucut utama dan preparasi
saluran akar menggunakan instrumen putar ProTaper system. Penggunaan teknik single-cone
dengan semen endodontik dapat mengisi saluran akar tanpa tambahan dari kerucut aksesori
sehingga teknik ini hanya 4 membutuhkan waktu yang sedikit bila dibandingkan dengan teknik
kondensasi lateral. Kekurangan teknik ini adalah kurang efektif dalam pengisian saluran akar
karena kerucut utama yang besar tidak selalu bisa mengisi variasi anatomis yang terjadi di
saluran akar sehingga mengakibatkan porositas, pelarutan semen (Pereira dkk., 2012)

M4 Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan Keberhasilan Perawatan Endodontik serta


Efek Samping Perawatan Endodontik
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah

faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur

perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).

A. Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan

perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan

secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan

jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar

adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996) :

1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau

kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa

nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki

prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal

Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran

akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih

buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena

secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan

histologi kista periapikal sulit dilakukan.

3. Keadaan periodontal

Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis

perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal

melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan

lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah

bertahannya reaksi inflamasi.

4. Resorpsi internal dan eksternal


Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan

perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit

menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi.

Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan

pengisian yang hermetis.

B. Faktor Penderita

faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran

akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994; Walton &Torabinejad, 1996) :

1. Motivasi Penderita

Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,

mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama

perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).

2. Usia Penderita

Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau

kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami

penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui

bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak

mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan

bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).

3. Keadaan kesehatan umum

Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk

terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh

karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis,
dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis

(Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).

Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2 nd ed.

Philadelphia : W.B. Saunders Co.

Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.

Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc.

Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and management. 2

nd ed., St louis : mosby Year Book.

Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit

Universitas Indonesia.

http://eprints.ums.ac.id/62654/3/Bab%20I%20Skripsi%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai