Kepada:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H.,M.H. Dr. Andi Tenrifamauri, S.H.,M.H
NIP. 19630419 198903 1 003 NIP. 19730508 200312 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tak lupa pula shalawat serta salam terhatur
kekurangan, untuk itu besar harapan semoga tesis ini memenuhi kriteria
sebagai salah satu syarat untuk meraih Gelar Magister Kenotariatan pada
Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya
terus belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan
Ibunda tercinta Dra. Hj. A. Arni Marjani, M.Pd. yang tak kenal lelah untuk
masa studi.
Penelitian tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari para
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A, selaku Rektor
2. Ibu Prof Dr. Farida Pattitingi, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas
3. Ibu Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.H., M.Si, selaku Ketua Program
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H,. M.H. dan Ibu Dr. Andi Tenri
5. Bapak Prof. Dr. Aminuddin Salle, S.H., M.H., Ibu Prof. Dr. A.
Suriyaman Mustari Pide, S.H., M.H. dan Ibu Dr. Sri Susyanti Nur,
Safira Nuramalia, S,Kg dan Andi Muh. Fahrul yang juga selalu
perkuliahaan.
Notarich Familia.
11. Sahabat-sahabat penulis: Ririn, Marina, Farah, Ahmad, Agung,
14. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu-
Andi Sitti Saidah Nurfaradiba, The Role Of The Ministry Of Agrarian And
Space/National Landing Agency Of Makassar City In Resolving The Land
Disputes Through Mediation Based On Regulation Of The Minister Of
Agraria And Spatial Head Of National Landing Agency Number 11 Year
2016. (Supervised by Abrar Saleng dan Andi Tenrifamauri)
ABSTRACT ............................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................................................. x
3. Teori Keadilan...........................................................................49
Pertanahan ....................................................................................61
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. 96
PENDAHULUAN
tanah bukan hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah
bangsa Indonesia tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
dengan tanah bersifat abadi. Oleh karena itu harus dikelola secara cermat
hak atas tanah dengan mendapat ganti rugi yang tidak berupa uang
perorangan. Jadi tidak benar seorang yang menjual tanah berarti menjual
miliknya, yang benar dia hanya menjual jasa memelihara dan menjaga
1
Soedharyo Soimin, 1993, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 82
Hal tersebut adalah benar apabila dikaji lebih dalam bahwa tanah di
berarti hak atas tanah tidak mutlak. Namun demikian negara harus
Undang Pokok Agraria yang disingkat (UUPA) diatur tentang hak-hak atas
tanah yang dapat diberikan kepada warga negaranya berupa yang paling
utama Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak
Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak untuk Memungut Hasil Hutan dan hak-
hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas akan
yang individual dan bersifat pribadi tersebut dalam konsepsi Hukum Tanah
kebersamaan atau unsur kemasyarakatan tersebut ada pada tiap hak atas
tanah, karena setiap hak atas tanah secara langsung maupun tidak
langsung bersumber pada hak bangsa, adanya Hak bangsa inilah maka
yang terjadi jelas membutuhkan upaya yang tidak mudah. Karena itu
keadilan.
Negara Indonesia sebagai suatu negara hukum. Hal ini dengan tegas
dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar (UUD) 1945.
harus terdapat kondisi minimum dari suatu sistem hukum dimana hak
muncul adalah apakah ada dasar hukum yang mengatur bahwa lembaga
ketentuan pasal-pasal yang diatur dalam UUPA, namun jika ditelusuri dari
Pertanahan Nasional, telah ada organ yang diberi tugas dan fungsi untuk
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk
bukan hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan
Indonesia tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
Hal itu penting karena apabila ada landasan hukum yang jelas disertai
undangan.2
2
Ateng Syafruddin, 2000, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan Di Daerah, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 22
mendapatkan kepastian hukum atas produk hukum yang dikeluarkan oleh
Ruang. Sengketa atau konflik itu antara lain, kesalahan prosedur dalam
tanah terlantar, tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah yang
jalur mediasi. Jalur mediasi dalam aturan ini ditempuh juga untuk jenis
masalah di mana pihak ketiga yang tidak memihak bekerja sama dengan
memuaskan.
mufakat bagi kebaikan semua pihak. Jika salah satu pihak saja menolak,
berdasarkan berita acara mediasi yang mengikat para pihak. Setelah itu,
perlu dicatat, mediasi dianggap batal apabila setelah diundang tiga kali
secara patut, para pihak atau salah satu pihak yang berselisih tidak hadir.
Nasional, telah ada organ yang diberi tugas dan fungsi untuk
3
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan
konstitusional bagi pembentukan politik dan Hukum Agraria Nasional,
yang berisi perintah kepada negara agar bumi, air, dan kekayaan yang
dan biaya ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 yang selama ini dianggap tidak berjalan
Kasus Pertanahan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
Kasus Pertanahan.
1) Secara Teoritis.
proses penyelesaiannya.
masyarakat.
2) Secara Praktis
jawabnya.
E. Keaslian Penelitian
hasil karya ilmiah lainnya yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu
penelitian atau pemikiran yang sudah ada, literatur yang berkaitan dengan
TINJAUAN PUSTAKA
pengaruh asing dan norma hukum adat itu dalam kenyataannya masih
salah satu ciri yang tertuang dalam konsepsi Hukum Tanah Nasional juga
4
Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia – Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, jilid 1, Hukum Tanah Nasional, Djambatan, Jakarta, hal. 224
5
Ibid. hal. 225
Tanah ulayat sebagai salah satu wujud hak yang bersumber dari
Indonesia.
Maha Esa" (Sila Kesatu Pancasila), maka tanah yang merupakan tanah
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian sifat religiusnya menjadi jelas
benar.
kepala masyarakat hukum atau kepala desa saja yang berperan untuk
menyelesaikan sengketa, tetapi ia dapat juga bertindak sebagai mediator
rumah pihak ketiga, atau di tempat lain yang disepakati pihak-pihak yang
para pihak yang bersengketa, yaitu hukum ada setempat, hukum antar
adat, hukum adat campuran atau campuran hukum adat dan hukum
agama (Islam).6
Sifat religius hukum tanah nasional juga tampak dengan apa yang
agama.
1 Ayat (1) UUPA mengakui dan menempatkan hak bangsa sebagai hak
sebagai kesatuan tanah air terhadap seluruh rakyat Indonesia yang telah
penguasaan atas tanah yang lain, termasuk hak ulayat dan hak-hak
secara langsung atau pun tidak langsung semuanya bersumber pada hak
bangsa.
rumusan Pasal 1 Ayat (2) UUPA, artinya dengan kata "seluruh" berarti
seluruh bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
bahwa tidak ada sejengkal tanah pun di negara Republik Indonesia yang
7
Ibid. hal. 127
hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa
termaksud dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
Adapun hubungan antara bangsa dan bumi, air, dan ruang angkasa
Indonesia adalah hubungan yang bersifat abadi. Ini berarti bahwa selama
rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia masih ada dan
selama bumi, air serta ruang angkasa Indonesia masih ada pula dalam
sebagai salah satu unsur pendukung utama bagi kelangsungan hidup dan
nasional.
baik, bukan saja untuk generasi sekarang, melainkan juga untuk generasi-
bersifat pribadi.
diperbolehkan. Hal ini diatur dalam Pasa1 4 Ayat (1) yang menyatakan
bahwa: "Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud
bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
badan-badan hukum".
perorangan atas tanah bersifat pribadi hak-hak individual juga diakui unsur
dalam konsepsi Hukum Tanah Nasional. Oleh karena itu, konsepsi Hukum
Tanah Nasional, hak-hak atas tanah yang individual berunsur pribadi juga
bersifat kemasyarakatan tersebut ada pada tiap hak atas tanah, karena
dalam UUPA yang bersumber dan berdasarkan pada hukum adat, dengan
konsep hukum tanah nasional sebagai salah satu upaya dalam menata
1. Pengertian Sengketa
konflik itu sendiri adalah suatu perselisihan antara dua pihak, tetapi
sengketa.9
perbedaan pendapat antara dua pihak atau lebih yang berselisih perkara
dalam pengadilan.10
Sengketa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Sengketa
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai
Pustaka, Jakarta, 1990, hal. 643
9
Rachmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, PT. Citra Aditya
Bhakti, Bandung, hal. 1
10
Sudarsono, 2002, Kamus Hukum, Cetakan ke-3, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta, hal. 433
11
Ibid. hal. 103
dengan yang lainnya, dan sebagainya. Dengan kata lain, sengketa dapat
bersifat publik maupun bersifat keperdataan dan dapat terjadi baik dalam
Dengan kata lain telah terjadi wanprestasi oleh pihak-pihak atau salah
satu pihak.12
badan hukum atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-
politis”.16
merasa dirugikan oleh pihak lain. Hal ini diawali oleh perasaan tidak puas
yang bersifat subjektif dan tertutup yang dapat dialami oleh perorangan
14
Rachmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, PT. Citra Aditya
Bhakti, Bandung, hal. 1
15
Rusmadi Murad, 1991, Penyelesaian Sengketa Hukum atas Tanah, Alumni, Jakarta, hal. 22
16
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan
kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, maka
tidak adanya titik temu antara pihak-pihak yang bersengketa dan secara
antara lain :
masyarakat.18
17
Suyud Margono, 2004, ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase : proses pelembagaan
dan Aspek Hukum cet ke 2, Ghalia Indonesia, Bogor, hal. 34
18
Takdir Rahmadi, 2011. Mediasi: Penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat. PT
RajaGrafindo Persada Jakarta, hal. 8
penganjur teori ini berpendapat bahwa agar sebuah konflik
c. Teori identitas
19
Ibid. hal. 19
20
Ibid. hal. 9
lainnya, mengurangi stereotipe yang mereka miliki terhadap
pihak lain.21
e. Teori transformasi
keberadaan masing-masing.22
lain.
21
Ibid. hal. 9
22
Ibid. hal. 9
(substantive) berkaitan dengan kebutuhan manusia yang yang
pengadilan atau yang sering disebut dengan istilah “litigasi”, yaitu suatu
mana semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama lain
Prosedur dalam jalur litigasi ini sifatnya lebih formal dan teknis,
proses peradilan formal ini lah yang disebut dengan “Alternative Dispute
dimana pada intinya berisi tentang perbuatan melanggar hukum, dan ganti
perbuatan melanggar hukum dan ganti rugi diatur dalam Pasal 1365 yang
1365 ini erat terkait dengan Pasal 1243 yang menyatakan bahwa,
25
M. Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata, Cet. 8, Sinar Grafika, Jakarta, hal.234
perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah
jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya hanya dapat diberikan
berarti bila tidak terbukti adanya kesalahan, tidak ada kewajiban ganti
kerugian.
masyarakat untuk mencari jalan lain yang lebih efektif dan efisien dalam
proses penyelesaian yang mana akan dijalani. Ketika yang yang dihadapi
dan dijalani oleh para pihak tanpa dibantu oleh pihak-pihak lain yang tidak
sendiri yang artinya bahwa pada dasarnya masyarakat itu sendiri aktif
adakalanya diselesaikan oleh pihak lain diluar sengketa secara damai, jika
tidak teratasi melalui proses diluar pengadilan maka baru dapat dilakukan
ke “meja hijau”.
26
Ade Saptomo, 2010, Hukum dan Kearifan Lokal Revitalisasi Hukum Adat Nusantara, Grasindo,
Jakarta, hal. 5
dikembangkan untuk mengatasi kemacetan dan penumpukan perkara di
diantaranya:
a. Arbitrase
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999
27
Buku Tanya Jawab PERMA No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, 2008:1
b. Negosiasi
Negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang
c. Mediasi
Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan
tercapainya mufakat.31
28
Nurnaningsih Amriani, Op.Cit. 2012, hal. 23
29
Susanti Adi Nugroho, 2009, Mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa, Prenada, Jakarta,
hal. 21
30
Nurnaningsih Amriani, Op.Cit. 2012, hal. 28
31
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit. 2009, hal. 21
d. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan lanjutan dari mediasi. Mediator
e. Penilaian ahli
Penilaian ahli merupakan cara penyelesaian sengketa oleh
sengketa.34
32
Nurnaningsih Amriani, Op.Cit. 2012, hal. 34
33
Takdir Rahmadi, Op.Cit. 2011, hal. 19
34
Ibid. hal. 17
3. Tinjauan tentang Mediasi
a) Pengertian Mediasi
mediasi (mediator) harus berada di tengah orang yang berikai. Dari segi
dilakukan oleh kedua pihak yang sedang bertikai, serta kepercayaan dari
meminta atau menggunakan bantuan dari pihak ketiga yang netral untuk
membantu para pihak untuk mencapai penyelesaian. Namun hal ini tidak
Situasi ini yang membedakan mediasi dari litigasi. Litigasi pasti berakhir
ketegangan diantara para pihak masih berlangsung dan pihak yang kalah
sedang terjadi, serta tidak diuntungkan atau dirugikan jika sengketa dapat
35
Indonesian Institute for Conflict Transformation, 2006.
36
Takdir Rahmadi, Op.Cit. 2011, hal. 13
sedangkan bantuan substansial berupa pemberian saran-saran kepada
para pihak. Peran aktif harus dilakukan bila para pihak yang bersengketa
melaksanakan perundingan.38
b) Tujuan Mediasi
putusan yang mereka buat dengan mengurangi rasa khawatir dan dampak
37
Ibid. hal. 14
38
Ibid.
39
Abbas Syahrizal, 2009, Mediasi Dalam Presfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan
Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, hal. 24
negatif lainnya dari suatu konflik, karena pihak yang bersangkutan telah
c) Prinsip Mediasi
tunduk pada kesepakatan para pihak. Hal ini dapat dilihat dari sifat
d) Keunggulan Mediasi
40
Ibid, hal. 28
4) Terbukanya kesempatan untuk menelaah masalah yang
D. Landasan Teori
dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya
merupakan unsur yang mutlak ada agar suatu kaidah dapat dikategorikan
sebagai hukum, maka tentu saja unsur paksaan inipun erat kaitannya
hukum itu dalam mengatur dan atau memaksa masyarakat untuk taat
41
Munir Fuady, 2003, Arbitrase Nasional, Alternative Penyelesaian Sengketa Bisnis, PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, hal. 50
42
Soerjono Soekanto, 1988, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, CV. Ramadja Karya,
Bandung, hal. 80
Ukuran efektif atau tidaknya suatu peraturan perundang-undangan yang
yaitu:43
43
Ibid. 2008, hal. 8
44
Ibid. 1983, hal. 80
b. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu
pertentangan.
baik.
ada.
kepada masyarakat.
45
Ibid. hal. 82
d. Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi penugasan-penugasan
lagi fungsinya.
Ada beberapa elemen pengukur efektivitas yang tergantung dari
2. Teori Kewenangan
sangat luas, karena berkembang dari hari ke hari, dan begitu banyak teori
fungsi pemerintah.
1. Hak wewenang;
di tangan menteri.
berbuat dan tidak berbuat. Dalam hukum wewenang berarti hak dan
kewajiban.46
46
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 99-100
organ tertentu untuk dilaksanakan, dan wewenang adalah pelaksanaan
adalah otoritas yang dimiliki suatu lembaga untuk melakukan sesuatu atau
rupa, sehingga tingkah laku terakhir sesuai degan keinginan dari pelaku
47
Muhammad Yamin Lubis, Hukum Agraria, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003, hal. 56
48
Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta, hal. 30
49
https://id.wikipedia.org/wiki/Internet diakses pada tanggal 15-01-2-18
50
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, hal. 11
meletakan pengetahuan sebagai sumber kekuasaan, karena menurut
wewenang yang jelas maksud dan tujuannya, terkait pada waktu tertentu
dan tunduk pada batasan- batasan hukum tertulis dan tidak tertulis, isinya
dimilikinya.
yang lain dan, (3) mandat yakni kewenangan yang terjadi ketika organ
51
Ibid. hal. 13
52
Ridwan HR, Op.Cit. 2006, hal. 108
berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalam penggunaan
pertanggungjawaban).
yang diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan
wewenang yang sudah ada dengan tanggung jawab intern dan ekstern
namun hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada
pejabat yang lain. Tanggungjawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi
mandat, penerima mandat hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi
berada pada pemberi mandat. Hal ini karena pada dasarnya, penerima
sebagai hak atau kewajiban untuk menjalankan satu atau beberapa fungsi
3. Teori Keadilan
dalam hal tersebut untuk menjamin sebuah kepastian hukum, hal tidak
boleh terlepas ialah terkait keadilan. Dalam hal tersebut dapat dilihat
53
Marbun, S. F. 2001, Dimensi-dimensi pemikiran hukum administrasi Negara, UII Press,
Yogyakarta, hal. 41
prosedural atau keadilan formil berhubungan dengan gaya suatu sistem
ketentraman dalam hati seseorang, dan jika diusik atau dilanggar akan
dapat kita lihat bahwa hukum tidak saja harus mencari keseimbangan
54
Maidin Gultom, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia, Refika Aditama: cet. ke-1, Bandung, hal. 22
55
I Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Press: cet. ke-1, Jawa
Timur Setara, hal. 76.
56
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-keadilan-macam-macamkeadilan.html,akses
pada 18 Januari 2018.
mendapatkan keadilan tetapi pada pokoknya harus juga mendapatkan
kepentingan itu tidak dapat diganggu. Jelas disini, bahwa hukum memiliki
masyarakat
57
C.S.T. Kansil, 1986, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia Balai Pustaka, Jakarta,
hal. 41
58
Ibid., hal. 44-45.
59
Sukarno, Aburaera, dkk, 2013, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Kencana: cet. ke-1, Jakarta, hal.
111.
E. Kerangka Pikir
objek tanah antara satu atau beberapa objek tanah yang dapat
berlaku terus-menerus.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
B. Tipe Penelitian
komposisi, lingkup dan materi, penjelasan umum dari pasal demi pasal,
a. Data Primer
b. Data Sekunder
dan koleksi pustaka pribadi penulis, yang dilakukan dengan cara studi
Kehakiman;
62
Soetrisno Hadi, 1985, Metodologi Reseacrh Jilid II, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM,
Yogyakarta, hal. 26
b. Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional.
c. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016
tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan.
d. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan
Pertanahan Nasional.
e. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penanganan dan Penyelesaian Permasalahan Pertanahan.
2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat
Indonesia.
a. Populasi
bagian dari obyek yang akan diteliti. Untuk itu, untuk memilih sampel yang
Data yang diperoleh baik data primer dan data sekunder akan
Pertanahan.
pertanahan dikuasai oleh aspek hukum publik dan hukum privat maka
yang aman.maka perlu Pengelolaan tanah yang baik dalam hal ini
untuk :
masyarakat yang sulit untuk diatur maka sering terjadi konflik dan
sesuatu hak atas tanah adalah kewenangan Pemerintah yang dalam hal
administrasi.63
63
Rusmadi Murad, 1991, Penyelesaian Sengketa Hukum atas Tanah, Alumni, Jakarta, hal. 14
permasalahan tersebut. Di samping itu, dalam kasus-kasus tertentu
hal tersebut tegas disebut bahwa Peraturan Menteri Agraria dan Tata
64
Kepala Bagian seksi sengketa dan konflik, Wawancara dilakukan pada tanggal 30 November
2017
bersama melalui akta damai, maka tidak perlu lanjut ke tahap
pengadilan.65
bahwa tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi seluruh
kekayaan nasional. Oleh karena itu, hak penguasaan yang tertinggi atas
65
Ibid.
66
Ibid.
tanah diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
pertanahan dapat dilihat dari aspek publik dan aspek privat. Dari aspek
kekantor pertanahan, dalam hal ini kepala desa atau Kepala Kantor
mediator.
kehendak yang dirumuskan secara bebas oleh para pihak. Mereka boleh
melalui lembaga peradilan. Hal ini disebabkan para pihak tidak semata-
dari perasaan ketersinggungan salah satu pihak saja. Hal seperti ini tidak
atas kebenaran bukti-bukti yang seringkali hanya dilihat dari segi formal
Sebagaimana terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) BW. Di samping itu
kelemahan dari putusan mediasi juga dapat terjadi pada tindak lanjut
pengadilan.
pihak luar yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak
bahwa pihak ketiga akan mampu mengubah kekuatan dan dinamika sosial
67
Gary Goodpaster, 1993, Negosiasi dan Mediasi: Sebuah Pedoman Negosiasi dan Penyelesaian
Sengketa Melalui Negosiasi, ELIPS Project, Jakarta, 201
Secara mendasar seorang mediator berperan sebagai penengah
emosi.
secara pribadi. Sebagai wadah informasi antara para pihak, mediator akan
mempunyai lebih banyak informasi mengenai sengketa dan persoalan-
pemimpin diskusi saja, tetapi juga harus membantu para pihak untuk
kesepakatan bersama.
68
Ibid. hal. 16
Kalau mengenai efektifitas penyelesaian sengketa melalui mediasi,
jika sudah ada kesepakatan antar para pihak maka dibuatlah suatu akta
pengadilan negeri, jika disuatu hari salah satu pihak tidak mengindahkan
karena tidak harus masuk ke pengadilan, tetapi para pihak harus mentaati
apa yang sudah mereka sepakati, jadi tidak perlu lagi menempuh jalur
pengadilan.69
tersebut maka bisa jadi masuk menjadi bahan di pengadilan. Kalau salah
satu pihak yang merasa dirugikan atau dibohongi atau merasa dicurangi
atau salah satu pihak wanprestasi maka hal tersebut bisa diajukan ke
intervensi lain dengan tujuan menuntun para pihak untuk mencapai suatu
69
Kepala Bagian seksi sengketa dan konflik, Wawancara dilakukan pada tanggal 30 November
2017
70
Ibid.
mufakat sehat.71 Diagnosis sengketa penting untuk membantu para pihak
c Menyusun agenda;
71
Gary Goodpaster, Op.Cit. 1977, hal. 253
yaitu lembaga penyelesaian sengketa alternatif atau alternative dispute
resolution.72
72
Satjipto Rahardjo, 2000, Pembangunan Hukum di Indonesia Dalam Konteks Situasi Global,
dikutip dari Problema Globalisasi Perspektif Sosiologi Hukum, Ekonomi dan Agama,
Muhammadiyah University Press, Surakarta, hal. 3
73
Achmad Santosa, 1995, Pendayagunakan Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa d
Bidang Lingkungan di Indonesia, Jakarta, hal. 1-2
memiliki kemampuan untuk menghasilkan kesepakatan yang
merupakan hal yang sangat penting dan oleh karenanya mendapat tempat
aspek hukum publik dan hukum privat, tidak semua sengketa pertanahan
pihak tergugat.
tanah melalui lembaga mediasi ini dilakukan oleh kedua belah pihak yang
bersengketa yaitu dengan jalan menunjuk BPN sebagai seorang mediator
yakni:
Pertanahan Nasional:
74
Kepala Bagian seksi Perkara, Kanwil BPN, Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Desember 2017
Pasal 23 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional
“Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
lainnya;
berlaku.”
75
Maria SW Sumardjono, 2008, Mediasi Sengketa Tanah, cet. 2, Kompas, Jakarta, hal. 7
76
Ibid.
Bagan prosedur penyelesaian Kasus Pertanahan dalam
Peraturan Menteri Agrariadan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional No.11/2016
Sukses batal/gagal
register.
tertentu yang tidak atau belum dilekati hak (tanah Negara), maupun
77
Kepala Seksi Sengketa Konflik dan Perkara Kantor Pertanahan Kota Makassar, wawancara
Tanggal 11 Desember 2017
78
http://www.bpn.go.id/Layanan-Publik/Program/Penanganan-Kasus-Pertanahan diakses 2
desember 2017
2. Sengketa batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu
batas.
7. Akta Jual Beli Palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
salah.
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu
tanahnya.
dengan subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai prosedur
79
Ibid.
1. Pelayanan pengaduan dan Informasi Kasus
ditunjuk.
syarat.
membutuhkan.
2. Pengkajian Kasus
3. Penanganan Kasus
/investigasi.
strategis.
4. Penyelesaian Kasus
yaitu:
mediasi. Setelah dibuatnya Berita Acara maka pihak mediator dalam hal
ini adalah BPN akan mengadakan mediasi dengan kedua belah pihak
b) Pengaduan masyarakat.
80
Kepala Seksi Sengketa Konflik dan Perkara Kantor Pertanahan Kota Makassar, wawancara
Tanggal 11 Desember 2017
pemberitaan pada surat kabar. Selanjutnya, Kakantah
hukum;
berwenang;
5) Keterangan saksi.
perhitungan luas;
hak tanah;
e Tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah yang salah satu
tanah;
Kementerian
Pada Pasal 17 ayat (1) Permen ATR/BPN No. 11 Tahun 2016, Jika
terkait;
menjelaskan dalam hal di atas satu bidang tanah terdapat tumpang tindih
sertifikat hak atas tanah, Menteri atau Kepala Kantor Wilayah BPN sesuai
tumpang tindih, sehingga di atas bidang tanah tersebut hanya ada 1 (satu)
sertifikat hak atas tanah yang sah. Dalam hal penyelesaian Sengketa dan
hak atas tanah atau hak keperdataan lainnya kepada para pihak.
Setelah pemberitahuan atau pengumuman, Kepala Kantor
Daftar Umum lainnya, pada Sertifikat hak atas tanah, Buku Tanah
sertifikat pengganti.
Kewenangan Kementerian
Pada Pasal 37 ayat (1) Permen ATR/BPN No. 11 Tahun 2016, Jika
melalui mediasi.
Apabila salah satu pihak menolak untuk dilakukan Mediasi maka
peraturan perundang-undangan.
BPN sendiri tidak demikian akan tetapi sifatnya tetap perjanjian, yang
81
Staf bagian Seksi Sengketa Konflik dan Perkara Kantor Pertanahan Kota Makassar, wawancara
Tanggal 11 Desember 2017
Pertanahan Nasional dibuat dengan isi konsep perjanjiannya tergantung
kepada para pihak yang bersengketa ingin seperti apa, setelah dibuat
hukum.
Tabel
2016 38 31 7 67 45 13 0 4 5
2017 26 15 11 24 14 16 0 3 1
kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik serta memeriksa
para pihak yang menjadi pelapor adalah Drs. R. Bambang Soewarjo dan
kekantor pertanahan, dalam hal ini kepala desa atau Kepala Kantor
mediator.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Buku
Ade Saptomo, 2010, Hukum dan Kearifan Lokal Revitalisasi Hukum Adat
Nusantara, Grasindo, Jakarta.
C.S.T. Kansil, 1986, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia
Balai Pustaka, Jakarta.
Halim HS, Erlies Septiana Nurbani, 2014 Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
John.M. Echlos dan Hasan Shadily, 1996, Kamus Inggris Indonesia dan
Indonesia Inggris, Penerbit Gramedia, Jakarta.
Sukarno Aburaera, dkk, 2013, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Kencana:
cet. ke-1, Jakarta.
Wantjik Saleh, K., 1985, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta.
b. Peraturan Perundang-Undangan
Pokok Agraria.
c. Website
Data Sekunder dan Data Primer. (2016, 12). Diambil kembali dari
Https://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunder-dan-
data-primer/ .
Pendaftaran dan Peralihan hak atas tanah. (2017, 2). Diambil kembali dari
http://roufibnumuthi.blogspot.co.id/2012/09/pendaftaran-dan-
peralihan-hak-atas-tanah.html.
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-keadilan-macam-macam
keadilan.html, akses pada 18 Januari 2018.