NOTARIS
DAN HUKUM
PIDANA
PROF.DR.ROMLI ATMASASMITA,
SH,LLM./GURU BESAR UNPAD/UNPAS
ASPEK HUKUM UU JABATAN NOTARIS
TINDAK PIDANA ADALAH SUATU PERBUATAN/TINDAKAN YANG MEMENUHI UNSUR MENS-REA (NIAT
JAHAT) DAN ACTUS REUS (PERBUATAN) YANG DAPAT DIANCAM PIDANA (STRAFBAARHEID VAN HET
FEIT)
UNSUR MENS-REA DIBEDAKAN DALAM DENGAN SENGAJA (DOLUS) ATAU CULPA (KELALAIAN)
DELIK FORMIL ADALAH TINDAK PIDANA SEMPURNA DENGAN DILAKUKANNYA TINDAK PIDANA
DELIK MATERIEL ADALAH TINDAK PIDANA SEMPURNA JIKA TELAH MENIMBILKAN AKIBAT YANG
MERUGIKAN
BENTUK SENGAJA –DOLUS= WETENS UND WILLEN
Menentukan adanya kesalahan subjek hukum harus memenuhi beberapa unsur, antara
lain : (1) Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat, (2) Hubungan batin
antara si pembuat dan perbuatannya yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan
(culpa), (3) Tidak adanya alasan penghapus kesalahan atau tidak adanya alasan pemaaf.
ADANYA UNSUR SIFAT MELAWAN HUKUM YANG NEGATIF-YURISPRUDENSI
MA PERKARA SISMINBAKUM, MACHROES EFFENDI DAN IR OTJO
DANAATMADJA
Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain, dimana unsur yang satu bergantung pada unsur yang lain.
APLIKASI KETENTUAN PIDANA DALAM JABATAN NOTARIS
PASAL 263 KUHP TENTANG PEMALSUAN:
AYAT (1):BARANG SIAPA MEMBUAT SURAT PALSU ATAU MEMALSUKAN SURAT YANG DAPAT
MENIMBULKAN SUATU HAK, SUATU PERIKATAN ATAU SUATU PEMBEBASAN HUTANG, ATAU YANG
DIPERUNTUKKAN SEBAGAI BUKTI DARIPADA SESUATU HAL DENGAN MAKSUD UNTUK MEMAKAI
ATAU MENYURUH ORANG LAIN MEMAKAI SURAT TERSEBUT SEOLAH-OLAH ISINYA BENAR DAN
TIDAK DIPALSU, DIANCAM JIKA PEMAKAIAN TERSEBUT DAPAT MENIMBULKAN KERUGIAN KARENA
PEMALSUAN SUARAT DENGAN PIDANA PALING LAMA ENAM TAHUN
AYAT (2) DIANCAM DENGAN PIDANA PENJARA YANG SAMA, BARANG SIAPA DENGAN SURAT PALSU
ATAU YANG DIPALSUKAN SEOLAH-OLAH SEJATI, JIKA PEMAKAIAN TERSEBUT DAPAT MENIMBULKAN
KERUGIAN.
PASAL 263 KUHP TERMASUK DELIK MATERIEL
PENERAPAN PASAL 372 KUHP DAN PASAL 378 KUHP DALAM PERKARA KETUT NELY DI BALI
APLIKASI PASAL 372 KUHP –PENGGELAPAN DAN PASAL 378
KUHP-PERBUATAN CURANG-PENIPUAN
PASAL 372:Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau Sebagian
adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaanhya bukan karena kejahatan, diancam karena
peenggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidna denda
PASAL 378: barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
dengan nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain
untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang mauoun menghapuskan piutang , diancam
pidana paling lama empat tahun.
UU JABATAN NOTARIS DAN UU PIDANA
UU JABATAN NOTARIS (UU JN) TERMASUK SALAH SATU HUKUM YANG BERSIFAT REGULATIF
BERSANKSI ADMINISTRATIF
UU PIDANA DIBEDAKAN :
(1) UU PIDANA UMUM (LEGE GENERALI), UU YANG MEMUAT KETENTUAN PIDANA KONVENSIONAL
(2) UU PIDANA KHUSUS (LEX SPECIALIS), UU YANG MEMUAT KETENTUAN PIDANA TERTENTU YANG
TIDAK DAITUR DALAM UU PIDANA UMUM, dan
(3) UU PIDANA PIDANA ADMINISTRATIF )LEX SPECIALIS SYSTEMATIC)- UU JN TERMASUK LEX
SPECIALIS SYSTEMATIC
HUBUNGAN KETIGA PEMBEDAAN JENIS UU PIDANA
LEX SPECIALIS DEROGAT LEGE GENERALI: UU PIDANA KHUSUS MENGENYAMPINGKAN UU PIDANA
UMUM
PASAL 63 AYAT (2) KUHP:
“JIKA SUATU PERBUATAN MASUK DALAM SUATU ATURAN PIDANA YANG UMUM, DIDATUR PULA
DALAM ATURAN PIDANA YANG KHUSUS, MAKA HANYA YANG KHUSUS ITULAH YANG DITERAPKAN
CONTOH: KETENTUAN MENGENAI DELIK /KEJAHATAN DALAM JABATAN –BAB XXVIII- KUHP
TERMASUK KETENTUAN PIDANA UU TIPIKOR—PASAL 5 s/d PASAL 12 B
PASAL 14 UU TIPIKOR: LEX SPECIALIS TIDAK DAPAT DITERAPKAN TERHADAP PELANGGARAN ATAS
KETENTUAN UU PIDANA ADMINISTRATIF. DIKUATKAN OLEH KETENTUAN PASAL 6 UU PENGADILAN
TIPIKOR
CONTOH: UU TIPIKOR TERHADAP PELANGGGARAN UU KEPABEANAN, UU TERKAIT K/L, UU
PERBANKAN DLL
JABATAN NOTARIS
DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat, perlu
mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum;
untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik
mengenai perbuatan, perjanjian, penetapan, dan peristiwa hukum yang dibuat di hadapan atau oleh pejabat yang
berwenang;
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undangundang lainnya.
SISTEM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN JABATAN NOTARIS
Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai
kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris
PASAL 67 AYAT (1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri.
PASAL 66 AYAT (1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan
persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang: a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat
yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan b. memanggil
Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris
yang berada dalam penyimpanan Notaris. (2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita acara penyerahan
KEWAJIBAN NOTARIS
PASAL 6 KEWAJIBAN NOTARIS KHUSUS TERMASUK pada huruf d. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya; e. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain
Pasal 17 Notaris dilarang: a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya; b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh)
hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah; c. merangkap sebagai pegawai negeri; d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara; e.
merangkap jabatan sebagai advokat; f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah atau badan usaha swasta; g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan Notaris; h. menjadi
Notaris Pengganti; atau i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat
mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan Notaris. LARANGAN-LARANGAN TSB BERISFAT REGULASI ADMINISTRATIF
KEWAJIBAN UTAMA, MERAHASIAKAN ISI AKTA NOTARIS, DAN MEMBERIKAN PELAYANAN JASA HUKUM SESUAI
UU KECUALI ADA ALASAN UNTUK MENOLAKNYA – 13 JENIS KEWAJIBAN
LARANGAN SEBANYAK 8( DELAPAN) JENIS LARANGAN
PEMBERHENTIAN NOTARIS DENGAN TIDAK HORMAT