Anda di halaman 1dari 125

EFEKTIVITAS PENGURUSAN PERTANAHAN BERBASIS

ONLINE DALAM MEMBANTU KINERJA PPAT


MELAKUKAN TUGAS JABATANNYA
(STUDI PADA KANTOR NOTARIS/PPAT DI KOTA MEDAN)

TESIS

Oleh

NOPIKA SARI ARITONANG


157011204 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


EFEKTIVITAS PENGURUSAN PERTANAHAN BERBASIS
ONLINE DALAM MEMBANTU KINERJA PPAT
MELAKUKAN TUGAS JABATANNYA
(STUDI PADA KANTOR NOTARIS/PPAT DI KOTA MEDAN)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada


Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOPIKA SARI ARITONANG


157011204 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada :
Tanggal : 19 Januari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
Anggota : 1. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, MHum
2. Prof. Dr. Saidin, SH, MHum
3. Dr. T. Keizerina Devi A. SH., CN., M.Hum
4. Dr. Rudi Haposan SH., SpN., M.Kn

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional terus


melakukan berbagai terobosan dan inovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi. Berbagai Inovasi dalam meningkatkan pelayanan bidang Pertanahan
agar pelayanan BPN menjadi efektif, efisien, transparan, dan berbiaya tidak mahal.
Salah satu inovasi yang sudah diberlakukan adalah Layanan Online Kantor
Pertanahan dan Pelayanan Mandiri Akta Tanah, yang aplikasinya disebut dengan
Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan. Aplikasi Layanan Online Kantor
Pertanahan adalah aplikasi yang digunakan oleh PPAT untuk melakukan pengurusan
3 (tiga) kegiatan pertanahan, salah satunya peralihan hak atas tanah. Aplikasi
Layanan Online bertujuan untuk menyederhanakan dan mengefektifkan proses
peralihan hak atas tanah sehingga memudahkan pekerjaan PPAT, namun dalam
kenyataan, Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan tidak sederhana dan belum
efektif dalam membantu PPAT untuk melakukan tugas jabatannya berkaitan dengan
peralihan hak atas tanah. Hal inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
hukum normatif, yaitu meneliti asas-asas hukum dan perundang-undangan serta
hukum lainnya dengan teknik pengumpulan data melalui peenelitian kepustakaan dan
wawancara. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menguraikan apa adanya
terhadap suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum
dengan pendekatan kualitatif sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
tentang fakta yang terdapat dalam praktek di lapangan oleh PPAT.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian tesis ini adalah pengurusan
pertanahan berbasis Online bagi PPAT masih kurang maksimal dalam
menyederhanakan proses pengurusan pertanahan khususnya mengenai peralihan hak
atas tanah di Kantor Pertanahan karena yang online masih sebatas permohonan
pendaftaran saja. Berbasis online belum begitu efektif dalam membantu PPAT karena
justru bertambah prosedur yang harus dikerjakan yang membutuhkan waktu dan
biaya, sementara proses di Kantor Pertanahan juga masih tetap yaitu manual. Dalam
permohonan pendaftaran tersebut pun terdapat beberapa kendala baik internal dari
BPN dan juga eksternal dari PPAT. Kendalanya yaitu adanya sertipikat yang belum
masuk dalam sistem sehingga tidak bisa di-input, aplikasi layanan online Kantor
Pertanahan sering error dan offline, terbatasnya jumlah berkas yang bisa didaftarkan
melalui sistem, penerbitan Surat Perintah Setor (SPS) yang hanya bisa dilakukan
setelah validasi data oleh Kantor Pertanahan serta keterbatasan jaringan internet di
Kantor PPAT. Sebaliknya, bagi Kantor Pertanahan, berbasis online ini sangat
membantu sekaligus sebagai sarana pemantauan aktifitas pendaftaran tanah.
Jadi, bagi PPAT, pengurusan pertanahan berbasis online perlu ditingkatkan
lagi, baik aturan dan prosedurnya sehingga efektif dalam membantu PPAT
melakukan tugas jabatannya khususnya dalam pendaftaran peralihan hak atas tanah.

Kata Kunci : Efektivitas, Pengurusan Berbasis Online, PPAT.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The ministry of Land and Spatial Planning /BPN (the National Land
Agency) is continuously making various innovations by using information and
communication technology in increasing its service in land affairs so that BPN
will become more effective, efficient, transparent, and affordable. One of the
innovations is online service at the Land and Self-Service in Land Certificate
Office which is called Online Service Application of Land Office which is used by
PPAT (Official Empowered to Draw up Land Deeds) to do 3(three) types of land
management, using user-id in each PPAT. As what is generally done with online,
online management is aimed to simplify the process of land registration which
makes PPAT easy to handle their job.
The research used juridical empirical method by directly doing field
research and interviewing source persons – PPAT and the Head of the Land
Office. It also used discriptive analytic method which describe the condition or
the position of the legal and non-legal propositions, using qualitive approach so
that complete description in the field could be obtained.
The result of the research obtained in this thesis research is the Online-
based land management for PPAT is still not optimal in simplifying the process of
land management, especially regarding the transfer of land rights at the Land
Office because the online application is still limited only to registration
application. Online-based has not been very effective in helping PPAT because it
actually increases the procedures that must be done that require time and money,
while the process at the Land Office is also still manual. In the registration
application there are also several obstacles both internally from BPN and also
externally from PPAT The obstacle is the presence of certificates that have not
been entered into the system so that they cannot be input, the Land Services online
service application is often error and offline, the limited number of files that can
be registered through the system, the issuance of SPS (Deposit Order) that can
only be done after data validation by Land Office and internet network limitation
in the PPAT Office. On the contrary, for the Land Office, this online-based is very
helpful as a means of monitoring land registration activities.
Therefore, for PPAT, online-based land management needs to be
improved, both the rules and procedures so that it is effective in helping PPAT
perform its job duties, especially in the registration of the transfer of land rights.

Keywords: Effectiveness, Online Service Application at the Land Office, PPAT

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah Tri Tunggal, yang terus bermurah hati menolong dan

memampukan penulis selama lebih kurang 2 tahun menjalani perkuliahan di

Magister Konotariatan ini. Terkhusus untuk menyelesaikan penulisan tesis ini,

sungguh banyak tantangan dan kendala selama ini. Tapi syukur kepada Tuhan

yang terus memampukan sampai penulisan ini selesai.

Berbagai inovasi yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan tentu harus

diapresiasi sebagai peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu inovasi

tersebut adalah layanan online Kantor Pertanahan dan Pelayanan Mandiri Akta

Tanah, yang aplikasinya disebut dengan Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan. Dalam praktiknya ternyata inovasi ini kurang efektif dalam

membantu PPAT melakukan tugas jabatannya karena beberapa kendala yang

terjadi. Hal inilah yang akan dijelaskan dalam penelitian ini yaitu dengan judul

“Efektivitas Pengurusan Pertanahan Berbasis Online Dalam Membantu Kinerja

Ppat Melakukan Tugas Jabatannya (Studi Pada Kantor Notaris/Ppat Di Kota

Medan).

Terima kasih untuk lelaki dan wanita terhebat yaitu orang tua penulis,

Bapak B. Aritonang dan Ibu L. Lumban Gaol, atas semua doa, semangat dan

kebutuhan yang dipenuhi selama hidup penulis khususnya selama menyelesaikan

perkuliahan ini. Dan penyelesaian penulisan ini tentu tidak selesai tanpa

bimbingan dari dosen pembimbing, yaitu Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin,

SH., MS., C N., Bapak Dr. Faisal Akbar, SH., M.Hum dan Bapak Prof. Dr.

O K Saidin, SH., M.Hum. Terima kasih untuk semua bimbingan, masukan dan
iii

Universitas Sumatera Utara


kritikan serta kerelaan memberi waktu untuk mengajari penulis, kiranya Tuhan

Yang Maha Esa memberi kesehatan, umur panjang dan rejeki berlimpah kepada

Bapak dan keluarga. Dan terima kasih juga kepada Dosen penguji saya yaitu Ibu

Dr. T. Keizerina Devi A. SH., CN., M.Hum dan Bapak Dr. Rudi Haposan

SH., SpN., M.Kn secara khusus, yang bersedia memberi masukan, mengarahkan

penulis dan mengoreksi kekurangan demi penyempurnaan tesis ini. Tuhanlah juga

yang senantiasa memberi kelimpahan kepada Ibu dan Bapak serta keluarga, diberi

kesehatan, panjang umur dan rejeki yang berlimpah. Dan selanjutnya penulis juga

berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang tersedia selama

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang

tersedia selama menyelesaikan pendidikan ini.

3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A. SH, CN, M.Hum, selaku Ketua Program

Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan

penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. Edy Ikhsan., SH. M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang

iv

Universitas Sumatera Utara


telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan

penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta

arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan

perkuliahan.

6. Seluruh pegawai (Ka Sari, Ka Mira, Ka Winda dan ka Dwi) di Program

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang

telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama ini dalam

menjalankan pendidikan dan penelitian tesis ini.

7. Saudara-saudara kandung penulis yang juga terus mendoakan dan

menyemangati penulis yaitu Evo Aritonang, Am.Keb, Julfredi Aritonang

S.Hut, Adelastri Aritonang, Rikky I. Aritonang dan Tasya Aritonang.

8. Teman-teman di Pelayanan UKM KMK USU, teman KTB (Ka Sonak,

Tommi, Iqnatius, Faber, Novel dan Cardo), kelompok Gloria (Ka Lusi,

Kastro, Advend, Togi), adik-adik kelompok penulis yaitu Sylvia, Betti, Vina,

Stevia, Arjuna, Gita, Septa, Iwan, Chessa, Tania, dan semua yang

mendoakan. Dan adik-adik di rumah, Roinisma dan Adelastri, yang terus

setia mendoakan dan menyemangati penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi di Program Magister Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Epipanni, SH.,

M.Kn, Ka Dona Sinaga SH., M.Kn, Ka Noni Wulandari Lubis SH., M.Kn,

Defina Anggriani Simangunsong SH, Novita Dameria Marbun, SH, Moria

Universitas Sumatera Utara


Gunawaty SH serta seluruh teman-teman di Grup A angkatan 2015 yang telah

banyak memberikan motivasi kepada penulis baik berupa masukan dan

dukungan dalam penulisan tesis ini, sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih

baik. Kalian luar biasa.

Penulis mengakui bahwa penulisan ini banyak ketidaksempurnaan baik

penulisan maupun substansi, untuk itu penulis menerima masukan dan kritikan

yang membangun guna penyempurnaan penulisan ke depan. Atas perhatiannya

saya ucapkan terimakasih.

Medan, 19 Januari 2018


Penulis,

(NOPIKA SARI ARITONANG)

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : NOPIKA SARI ARITONANG
Tempat/ Tanggal Lahir : Pearaso/21 Januari 1992
Alamat : Pearaso Dolok Margu
Kec. Lintong Nihuta
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Bangun Aritonang
Nama Ibu : Linar Lumban Gaol

II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Negeri 173416 Sipituhuta
(1998-2004)
Sekolah Menengah Pertama : SMP N 1 Doloksanggul (2004-2007)
Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Pollung (2007-2010)
Universitas : S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara (2010-2014)
Universitas : S2 Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
(2015-2017)

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 14
E. Keaslian Penelitian ............................................................... 15
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ............................................. 16
1. Kerangka Teori ............................................................. 16
2. Konsepsi ........................................................................ 22
G. Metode Penelitian................................................................. 25
1. Jenis Penelitian .............................................................. 25
2. Sumber Data .................................................................. 26
3. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 28
4. Analisis Data ................................................................. 29
BAB II PENGURUSAN PERTANAHAN KHUSUSNYA
MENGENAI PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS
TANAH DENGAN BEBASIS ONLINE .................................. 30
A. Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan ............................... 30
B. Jenis-Jenis Peralihan Hak Atas Tanah ................................. 37
C. Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Sebelum Dan
Sesudah Menggunakan Aplikasi Layanan Online Kantor
Pertanahan ............................................................................ 40

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB III EFEKTIVITAS PENGURUSAN PERTANAHAN
BERBASIS ONLINE DALAM MEMBANTU KINERJA
PPAT MELAKUKAN TUGAS JABATANNYA ................... 59
A. Tinjauan Umum Tugas Dan Kewenangan PPAT ................ 59
B. Efektivitas Pengurusan Pertanahan Berbasis Online Dalam
Membantu PPAT.................................................................. 65

C. Perbedaan Sebelum dan Sesudah Online ............................. 81


BAB IV KENDALA-KENDALA DALAM PENGURUSAN
PERTANAHAN DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI
LAYANAN ONLINE KANTOR PERTANAHAN ................ 84
A. Tinjauan Mengenai Tugas dan Kewenangan BPN .............. 84
B. Pengurusan Pertanahan Berbasis Online dalam Rangka
Pelaksanaan Good Governance............................................ 90
C. Kendala-Kendala Dalam Pengurusan Pertanahan Berbasis
Online ................................................................................... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 104


A. Kesimpulan ......................................................................... 104
B. Saran .................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 108

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan politik sejak terjadinya reformasi politik di tahun 1998 telah

membawa dampak pada pengaturan kembali tentang tata kehidupan berbangsa

dan bernegara termasuk didalamnya tentang pengaturan tentang kebijakan hukum

pertanahan. Arah baru reformasi hukum pertanahan khususnya pada kebijakan

hukum pertanahan perlu dirancang untuk mendukung demokratisasi dan

terbentuknya clean and good governance yang ditandai dengan adanya

pemerintahan yang rasional, transparansi, dan memiliki sikap kompetisi antar

departemen dalam memberikan pelayanan, mendorong tegaknya hukum serta

bersedia memberikan pertanggungjawaban terhadap publik (public accountability)

secara teratur.1

Kebijakan hukum pertanahan yang dimaksud mencakup aspek yang sangat

mendasar yaitu prinsip pemenuhan hak-hak konstitusional rakyat dalam rangka

menjalankan hidup sehari-hari. Dan hal ini tentu dikoordinir oleh pemerintah,

sebagaimana yang kita ketahui bahwa tugas pokok pemerintah adalah

menciptakan sistem manajemen pemerintahan yang dapat mengelola dengan baik

sumber daya nasional demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan serta

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1
Widhi Handoko, Kebijakan Hukum Pertanahan, Sebuah Refleksi Keadilan Hukum
Progresif, Thafa Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 1

Universitas Sumatera Utara


2

Untuk mengerjakan tugas tersebut, Pemerintah harus mampu mewujudkan

reformasi hukum pertanahan khususnya pelayanan publik di bidang pertanahan

pada birokrasi pemerintahan, supaya tercapai birokrasi yang akuntabel, produktif,

profresional dan bebas korupsi.2 Dan sebenarnya, kebijakan hukum pertanahan

dan peraturan hukum pertanahan sudah sering dibenahi, akan tetapi hasil

pelaksanaan pada sistem birokrasi dan pelayanan publik Badan Pertanahan

Nasional (selanjutnya disebut BPN) masih jauh dari perwujudan nilai keadilan

sosial.

Hukum pertanahan dipahami sebagai suatu sistem norma, maka

seharusnya setiap peraturan perundang-undangan yang paling tinggi sampai pada

peraturan yang paling rendah (terkait dengan kebijakan hukum pertanahan) harus

merupakan suatu jalinan sistem yang tidak boleh saling bertentangan satu sama

lain. Proses pembentukan norma-norma itu dimulai dari yang paling tinggi sampai

yang paling rendah sehinggga terjadilah konkretisasi.3

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mulai

melaksanakan reformasi birokrasi sejak tahun 2013. Reformasi Birokrasi di BPN

merupakan upaya dalam mewujudkan good governance dengan melakukan

pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan di BPN.

Salah satu aspek yang direformasi oleh BPN adalah aspek Pelayanan Publik

bidang Pertanahan. Tantangan bagi BPN untuk menghapus stigma masyarakat

bahwa pelayanan BPN bidang Pertanahan merupakan pelayanan yang ruwet,

lama, dan syarat dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) perlu segera

2
Ibid., hlm. 2
3
Ibid., hlm. 37

Universitas Sumatera Utara


3

diubah. Disisi lain, tuntutan masyarakat akan perbaikan dan peningkatan kualitas

pelayanan BPN merupakan kebutuhan yang mendesak. Hal ini ditandai dengan

banyaknya keluhan masyarakat terhadap pelayanan pertanahan. Pelayanan yang

banyak dikeluhkan masyarakat adalah pelayanan pemberian sertifikat tanah, untuk

memperoleh sertifikat sebidang tanah, masyarakat dipungut biaya macam-macam

dan urusannya berbelit-belit.4 Data yang yang keluarkan oleh Ombusmand RI

terkait jumlah keluhan masyarakat terkait pertanahan adalah sebagai berikut:5

Grafik Jumlah Laporan Masyarakat berdasarkan Kelompok Instansi Terlapor

4
Sandy Indra Pratama, CNN Indonesia, Ombudsman Sebut Tiga Lembaga dengan
Pelayanan Terburuk. http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160308150625
20116107/ombudsman-sebut-tiga-lembaga-dengan-pelayanan-terburuk, di akses tanggal 30 Juli
2017, pukul 13.00 Waktu Indonesia bahagian Barat (selanjutnya disingkat WIB)
5
Ombudsman Republik Indonesia, Statistik Laporan/Pengaduan Masyarakat
,http://www.ombudsman.go.id/index.php/laporan/laporanstatistik.html?download=252:laporan-
statistik-tahun-2015, diakses tanggal 13 September 2017, pukul 12.22 WIB

Universitas Sumatera Utara


4

Dari grafik diatas, BPN menduduki posisi ke-5 terbanyak jumlah

laporan/pengaduan masyarakat yang mengeluhkan pelayanan publik di BPN yaitu

sejumlah 530 atau 7,73%. Berdasarkan data tersebut, dugaan maladministrasi

berdasarkan laporan/pengaduan masyarakat dikelompokkan yaitu adanya

keberpihakan, diskiriminasi, konflik kepentingan, penundaan berlarut,

penyalahgunaan wewenang, penyimpangan prosedur, permintaan imbalan

uang/barang, tidak kompeten, tidak memberikan pelayanan, serta tidak patut. Oleh

karena itu peningkatan kualitas pelayanan publik di BPN diperlukan strategi yang

tepat karena BPN merupakan satu-satunya institusi yang memiliki kewenangan

untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan secara nasional,

regional dan sektoral.

Hal tersebut mendorong Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan

Pertanahan Nasional melakukan berbagai terobosan dan inovasi dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai Inovasi dalam

meningkatkan pelayanan bidang Pertanahan agar pelayanan BPN menjadi efektif,

efisien, transparan, dan berbiaya tidak mahal. Sebagai institusi pelayanan publik,

BPN Republik Indonesia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas

pelayanannya. Salah satu upayanya adalah dengan melakukan perubahan pola

pelayanan kepada masyarakat, dari pelayanan manual menjadi pelayanan yang

berbasis komputerisasi yang dimulai sejak tahun 1997. Berbagai Inovasi Layanan

Pertanahan yang telah dibangun BPN adalah sebagai berikut:6

6
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Badan Pertanahan Nasional), Inovasi Layanan
Pertanahan, http://www.bpn.go.id/publikasi/inovasi, diakses tanggal 30 Juli 2017, pukul 13.10
WIB

Universitas Sumatera Utara


5

1. Program Komputerisasi Kantor Pertanahan

2. Layanan Sertifikat Tanah untuk Rakyat (LARASITA)

3. Layanan Tujuh Menit

4. Layanan One Day Service (Layanan 1 hari)

Beberapa layanan pertanahan dalam One Day Service antara lain :

a. Pengecekan Sertifikat

b. Penghapusan Hak Tanggungan (Roya)

c. Pendaftaran Hak Milik Berdasarkan Surat Keputusan

d. Peningkatan Hak / Perubahan Hak

e. Peralihan Hak

f. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)

g. Perpanjangan Hak Tanpa Ganti Blanko

h. Pencatatan Sita

i. Pencatatan Blokir

5. Layanan Weekend Service (Layanan akhir pekan)

6. Program Quick Service (Layanan Cepat)

7. Layanan Informasi Online

8. Layanan pendaftaran Online

a. Layanan Online Kantor Pertanahan (LOKET)

Penerapan LOKET dapat memperpendek antrian di Kantor pertanahan

dan mengurangi kontak langsung petugas pelayanan dengan pengguna

layanan pertanahan. Selain itu, penerapan LOKET dapat mengurangi peluang

terjadinya KKN serta memperluas akses layanan pertanahan. Layanan

Universitas Sumatera Utara


6

LOKET juga diiringi dengan pembayaran elektronik (e-payment) layanan

pertanahan sebagai bagian dari pelaksanaan Gerakan Nasional Non Tunai

(GNPT).

b. Pelayanan Mandiri Akta Tanah (PERMATA)

Layanan online Permata merupakan terobosan pelayanan pertanahan

yang memberikan kemudahan terkait dengan pendaftaran akta pejabat

pembuat akta tanah (PPAT). Dengan Permata, PPAT atau pengguna layanan

secara langsung dapat mengaplikasikan berdasarkan user ID masing- masing.

9. Layanan Anggota Masyarakat

10. Layanan Non Tunai

11. Layanan Pengukuran menggunakan CORS

12. Layanan Monitoring Online

13. Layanan Geoservice Peta Tematik Pertanahan

Demikianlah 13 (tiga belas) inovasi pertanahan yang dibuat oleh BPN, dan

beberapa dari kebijakan tersebut yang sudah berlaku sejak awal Januari 2017 di

Kantor Pertanahan Kota Medan, termasuk poin nomor 8 terkait Layanan

pendaftaran Online (Layanan LOKET dan Layanan PERMATA) yang aplikasi

untuk menggunakannya dikenal dengan nama Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan.

Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan adalah aplikasi yang

digunakan oleh PPAT untuk melakukan pengurusan 3 kegiatan pertanahan yang

pengaplikasiannya dengan memakai user ID masing-masing PPAT yang telah

diperoleh oleh PPAT pada waktu pelatihan PPAT Online se-Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


7

Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan tersebut meliputi pengurusan

pertanahan dalam 3 kegiatan yaitu :

1. Pelayanan peralihan hak, yakni dengan 9 kegiatan yakni jual beli, pewarisan,

hibah, tukar menukar, pembagian hak bersama, pemasukan ke dalam

perusahaan, merger, penetapan atau putusan Pengadilan dan lelang

2. Pelayanan hak tanggungan, yakni dengan 5 kegiatan antara lain hak

tanggungan, cessie, subrogasi, merger hak tanggungan dan roya.

3. Pelayanan informasi pertanahan, yakni dengan 4 kegiatan antara lain

pengecekan sertipikat, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah, Informasi Nilai

Tanah atau Nilai Aset Properti, dan Informasi Zonasi Nilai Tanah.

Tiga pelayanan tersebut tentu tidak lepas dari Pejabat Pembuat Akta Tanah

(selanjutnya disebut PPAT) dalam melakukan tugas jabatannya. Sebagaimana kita

tahu bahwa sebelum adanya Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan ini,

ketiga pengurusan pertanahan tersebut dilakukan secara manual yaitu PPAT

melengkapi berkas-berkas yang telah ditentukan lalu mengantarkannya ke Kantor

Pertanahan. Dan setelah adanya Aplikasi Online Layanan Pertanahan, sebagian

besar dari semua berkas yang telah dilengkapi tersebut (semua berkas adalah

berkas yang sama pada saat pelaksanaan manual) harus di-input melalui Aplikasi

Layanan Online Kantor Pertanahan dengan user ID PPAT tersebut. Jadi oleh

PPAT harus mendaftarkan sendiri berkas-berkas tersebut secara online.

Sebagai contoh untuk kegiatan peralihan hak atas tanah dengan jual beli,

maka PPAT harus mempersiapkan berkas berupa Akta Jual Beli, Pengikatan Jual

Beli (jika ada), Identitas bisa berupa Fotocopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan

Universitas Sumatera Utara


8

atau Surat Ijin Mengemudi (SIM) dan atau Pasport yang dilegalisir, fotocopi

Kartu Keluarga yang dilegalisir, Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB), bukti

pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) serta fotocopi masing-masing, Asli Surat Kuasa Pengurusan,

Kuasa jika memakai Kuasa dalam Akta Jual Beli, dll yang diperlukan (sesuai

kondisi berkas). Dalam hal ini berkas yang harus di-input oleh PPAT adalah AJB,

Sertipikat, PBB, Bukti pembayaran PPh dan BPHTB.

Tujuan awal layanan online ini adalah untuk untuk memperpendek antrian

di Kantor pertanahan dan mengurangi kontak langsung petugas pelayanan dengan

pengguna layanan pertanahan sehingga mengurangi peluang terjadinya Korupsi

Kolusi Nepotisme (Selanjutnya disebut KKN), PPAT juga dapat mengecek

dokumen yang didaftarkan kapan dan di mana saja. Selain itu PPAT memperoleh

kemudahan dalam melakukan pekerjaan ke-PPAT-an karena sudah online.

Dengan demikian, saat mendaftarkan berkas ke Kantor Pertanahan maka

pendaftar tidak perlu antri terlalu lama karena data sudah tersedia dan tinggal

validasi data secara langsung.

Berdasarkan tujuan tersebut tentu Aplikasi Layanan Online dirancang

dengan mengingat asas-asas pendaftaran tanah yang diatur dalam PP Nomor 24

Tahun 1997 sebagai landasan atau yang menjiwai pelaksanaan kegiatan

pendaftaran tanah. Asas-asas pendaftaran tanah yaitu:

1) Asas sederhana, yaitu bahwa prosedur pendaftaran tanah mudah dipahami

oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas

tanah.

Universitas Sumatera Utara


9

2) Asas aman, yaitu bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti

dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum

sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

3) Asas terjangkau, yaitu peraturan tentang pendaftaran tanah terjangkau bagi

pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan

dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Peayanan yang diberikan dalam

rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oeleh pihak

yang memerlukan.

4) Asas mutakhir, yaitu kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan

berkesinambungan dalam pemeliharaan datanya..

5) Asas terbuka, yaitu masyarakat dapat mengetahui atau memperoleh

keterangan-keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap

saat di Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten.

Secara khusus mengenai asas sederhana, penerapan asas ini seharusnya

terdapat dalam pengurusan pertanahan dengan menggunakan Aplikasi Layanan

Online khususnya mengenai pendaftaran peralihan hak atas tanah. Sebagaimana

tujuan online pada dasarnya adalah menyederhanakan proses dari yang

sebelumnya manual. Tetapi dalam prakteknya, Aplikasi Layanan Online ini justru

menjadikan tidak sederhana, misalnya dalam hal peralihan hak atas tanah yang

sertipikatnya lama dan atau tidak punya Nomor Identifikasi Bidang (selanjutnya

disebut NIB), harus diurus terlebih dahulu ke Kantor Pertanahan supaya sistem

bisa menerima, tentu hal ini membuat prosesnya bertambah dan waktu

pengurusan pun lebih lama. Hal ini karena dibandingkan proses manual baik

Universitas Sumatera Utara


10

sertipikat lama dan juga sertipkat yang tidak punya NIB bisa langsung diproses

balik namanya di Kantor Pertanahan.

Selain itu mengenai mengurangi kontak langsung dengan petugas di

Kantor Pertanahan, tetap juga harus kontak langsung karena berkas yang diantar

tersebut harus diperiksa pada waktu itu juga supaya bisa mendapatkan Surat

Perintah Setor (selanjutnya disebut SPS) untuk membayar Penerimaan Negara

Bukan Pajak (selanjutnya disebut SPS.

Hal inilah yang akan diteliti lebih dalam, yaitu apakah dengan hadirnya

Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan tersebut menyederhanakan proses

pengurusan pertanahan khusunya mengenai pendaftaran peralihan hak atas tanah

sehingga efektif dalam mendukung sebagian dari proses pengurusan pertanahan

yang dikerjakan oleh PPAT sesuai tugas jabatannya. Sebagaimana yang dijelaskan

di atas, salah satu tujuan aplikasi ini yaitu untuk mempermudah pekerjaan PPAT.

PPAT merupakan pejabat umum yang menjadi mitra instansi BPN guna

membantu menguatkan/mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas bidang tanah

yang dilakukan oleh subyek hak yang bersangkutan yang dituangkan dalam suatu

akta otentik. PPAT berwenang atas setiap perbuatan hukum dalam membuat akta

peralihan hak atas tanah. Tanpa adanya akta peralihan dari PPAT, maka BPN

tidak dapat bekerja untuk membuat pendaftaran peralihan hak atas tanah dan

sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai peralihan hak atas tanah PPAT

wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai

kesesuaian sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan dengan daftar-daftar yang

ada di Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertifikat asli. Dengan

Universitas Sumatera Utara


11

demikian terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara PPAT dengan

BPN dalam proses pendaftaran tanah.

Ketika ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka

pertama-tama harus dapat mengukur, sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau

tidak ditaati. Tentu saja, jika suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target

yang menjadi sasarannya, baru akan mengatakan bahwa aturan hukum yang

bersangkutan adalah efektif.7 Namun demikian, sekalipun dapat dikatakan aturan

yang ditaati itu efektif, tetap masih dapat dipertanyakan lebih jauh derajat

efektivitasnya. Artinya tidak mudah menyimpulkan bahwa produk hukum yang

dibuat tersebut efektif atau tidak dalam mencapai tujuan dari hukum itu sendiri

yaitu demi kepastian, kemanfaatan dan keadilan. Menurut Amin Tunggul

Widjaya, efektivitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan,

melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu

perusahaan atau pencapaian tujuan.8 Sedangkan Menurut Sondang P.Siagian

definisi Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kinerja semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.9

7
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Kencana
Prenadamedia Grup, Jakarta, 2009, hlm. 375
8
Amin Tunggul Wijaya, Manajemen Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, Rineka Cipta
Jaya, Jakarta, 1993, hlm. 32
9
Sondang P Siagian, Sistem Informasi Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm. 24

Universitas Sumatera Utara


12

Setelah berlakunya Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan tersebut,

beberapa orang yang merasakan dampak termasuk pegawai PPAT memberikan

respon yang arahnya menunjukkan kurang puas. Hal ini disimpulkan dari langkah

penelitian awal yang sudah dilakukan yakni wawancara terhadap 2 (dua) orang

yang bekerja di Kantor PPAT di Kota Medan.

Kebijakan ini justru menambah pekerjaan karena membuat dua kali

bekerja, yakni meng-input secara online dan mengantar berkas fisik ke Kantor

Pertanahan. Padahal sebelum adanya kebijakan ini, hanya mengantar berkas fisik

ke Kantor Pertanahan. Jadi masih kurang memahami dimana unsur sederhana dan

efektifnya kebijakan ini bagi PPAT.10 Kebijakan ini justru kadang membuat lama,

karena meng-input datanya susah, kadang karena jaringan aplikasinya yang sering

macet, kadang karena ukuran data yang diminta terlalu kecil sehingga harus

mengecilkan ukuran supaya bisa di-input.11 Hal ini merupakan kendala di awal

yang dialami oleh PPAT, yaitu website aplikasi tersebut yang tidak bisa dibuka

karena server rusak, data harus sangat kecil agar bisa di-input (ukuran data), gagal

input berkali-kali karena jaringan, sehingga harus diulangi berkali-kali bahkan

sampai berhari-hari. Oleh karena itu perlu diteliti sejauh mana kebijakan ini

memudahkan dan mengekfektifkan pekerjaan PPAT untuk melakukan tugas

jabatannya.

10
Hasil wawancara dengan Kristina Siahaan, SH, MKn, Pegawai Kantor Notaris/PPAT
WANDA LUCIA, SH, MKn, yang berlamat di Jalan Iskandar Muda Nomor 153/22 A pada
tanggal 11 Juni 2017 pukul 11.00 WIB
11
Hasil wawancara dengan Intan Maisyarah, SH, MKn, Pegawai Kantor Notaris/PPAT
RISNA RAHMI ARIFA, SH, MKn, yang berlamat di Jalan Ramlan Yatim Nomor 1 pada, tanggal
12 Juni 2017 pukul 13.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


13

Dengan demikian, berdasarkan hal-hal yang dijelaskan di atas, maka

penulis menganggap perlu dilakukan penelitian terhadap efektivitas kebijakan

tersebut khususnya terhadap kinerja PPAT dalam melakukan tugas jabatannya,

dengan judul penelitian EFEKTIVITAS PENGURUSAN PERTANAHAN

BERBASIS ONLINE DALAM MEMBANTU KINERJA PPAT MELAKUKAN

TUGAS JABATANNYA (Studi Pada Kantor Notaris/PPAT di Kota Medan).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan yang diuraikan dalam latar belakang di atas, maka pokok

rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah proses pengurusan pertanahan khususnya mengenai pendaftaran

peralihan hak atas tanah dengan berbasis Online menyederhanakan proses

penyelesaian pendaftarannya di Kantor Pertanahan?

2. Bagaimana efektifitas pengurusan pertanahan dengan menggunakan Aplikasi

Layanan Online Kantor Pertanahan terhadap PPAT di Kota Medan dalam

melakukan tugas jabatannya?

3. Apa kendala-kendala yang dialami PPAT dalam pengurusan pertanahan

dengan menggunakan Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sesuai dengan yang

diuraikan dalam rumusan masalah, yaitu:

1. Untuk mengetahui proses pendaftaran pertanahan berbasis online yang telah

diberlakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan sehingga bisa disimpulkan

menyederhanakan atau tidak serta mengetahui kelebihan dan kekurangannya

Universitas Sumatera Utara


14

sehingga kekurangan atau kelemahannya dapat diperbaiki guna tercapainya

tujuan dari Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan.

2. Untuk mengetahui efektivitas pengurusan pertanahan berbasis online terhadap

PPAT di Kota Medan dalam melakukan tugas jabatan, sehingga PPAT bisa

memberikan masukan ataupun kritikan dalam pemberlakuan kebijakan

pertanahan tersebut guna memaksimalkan efektifitas kebijakan tersebut.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam sistem pengurusan

pertanahan dengan menggunakan Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu diharapkan mampu untuk memberi manfaat baik

secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis dan praktis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

serta pemahaman bagi ilmu pengetahuan dalam mengembangkan kebijakan

hukum pertanahan khususnya mengenai pendaftaran tanah yang kemungkinan ke

depan akan terus berkembang sampai penerapan asas-asas pendaftaran tanah

benar-benar optimal dan tujuan pendaftaran tanah tercapai dengan baik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi yang

berkepentingan khususnya untuk PPAT dalam mengerjakan tugas jabatannya

Universitas Sumatera Utara


15

dengan sistem yang baru diberlakukan oleh Kantor Pertanahan khususnya PPAT

yang daerah kerjanya di Kota Medan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran dan pemeriksaaan serta hasil cek bersih judul

Tesis yang pernah dikerjakan di Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan

judul “Efektivitas Pengurusan Pertanahan Berbasis Online Dalam Membantu

PPAT Mengerjakan Tugas Jabatannya (Studi di Kantor Notaris/PPAT di Kota

Medan), belum pernah ada dilakukan penelitian. Oleh karena itu, penulis

menjamin keaslian dari penelitian ini dan siap menanggung segala resiko jika

dikemudian hari ada ditemukan hal-hal yang membuktikan penulis melakukan

tindakan plagiat dalam penelitian ini. Penelitian ini adalah mutlak hasil kerja dari

penulis yang didasarkan atas hasil pemikiran dan pecarian informasi baik di buku-

buku, artikel, karya ilmiah ataupun internet serta hasil wawancara dari beberapa

orang yang mengetahui permasalahan yang dibahas. Dan berdasarkan hasil cek

bersih dari kampus, beberapa judul memiliki kemiripan dengan judul dalam

penelitian ini, antara lain:

1. Tinjauan Yuridis akta-akta pertanahan yang dibuat oleh PPAT berdasarkan

peraturan kepada Badan Pertanahan nasional Nomor 8 Tahun 2012 (Dirga

Arbas, NIM: 117011107).

2. Pertanggungjawaban Notaris/PPAT terhadap akta jual beli tanah yang

mengandung cacat hukum materil ditinjau dari hukum pidana (studi putusan

Mahkamah Agung Nomor 126/PID/B/PN.DUM) – (Hanna Mandela. NIM:

137011003), dengan permasalahan yaitu:

Universitas Sumatera Utara


16

(1)Bagaimana akibat hukum suatu Akta Jual Beli yang mengandung cacat

materil akta ?

(2)Bagaimana tanggungjawab Notaris/PPAT terhadap akta jual beli tanah

yang mengandung cacat materil akta ditinjau dari hukum pidana ?

(3)Bagaimana Analisis pertimbangan hukum hakim terhadap Putusan

Mahkamah Agung No.126/PID/B/2009/PN.DUM ?

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,

teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan

perbandingan, pegangan teoritis yang mingkin disetujui atau tidak disetujui.12

Dalam dunia ilmu, teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa

gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, sedangkan kerangka teori merupakan

landasan dari teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari

permasalahan yang dianalisis.13

Sugiono berpendapat bahwa fungsi dari kerangka teori selaras dengan apa

yang digunakan yaitu bahwa teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk

menjelaskan tentang variable yang akan diteliti, setara sebagai dasar untuk

memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan.14

Dalam melakukan penelitian ini, yaitu terkait efektivitas dari

diberlakukannya sistem pengurusan pertanahan berbasis online atau yang dikenal

12
M. Solly Lubis, Fisafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 27
13
JJJ.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1996, hlm 203.
14
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 1983, hlm. 121.

Universitas Sumatera Utara


17

dengan Aplikasi Layanan Online oleh BPN, maka teori yang digunakan sebagai

pisau analisis dalam menguraikan pembahasan untuk menjawab rumusan

permasalahan adalah teori efektivitas hukum, teori utilitas hukum dan teori

kewenangan. Sebagaimana yang dijelaskan di atas yaitu bahwa BPN

mengeluarkan suatu peraturan yang tentu tujuan awalnya adalah untuk

memaksimalkan fungsinya sebagaimana sebagai sebuah lembaga yang dipercaya

mengurusi pertanahan, dan disini akan dibahas, apakah kebijakan hukum tersebut

efektif dan membawa manfaat bagi semua pihak secara khusus untuk PPAT yang

tugas jabatannya dominan berhubungan dengan BPN.

Efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan atau

kemanjuran/kemujaraban, membicarakan keefektifan hukum tentu tidak terlepas

dari penganalisisan terhadap karakteristik dua variable terkait yaitu

karakteristik/dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan.15

Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-tama

harus dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati.jika

suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran

ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah

efektif.16

Menurut Soerjono Soekanto, efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan

oleh 5 (lima) faktor, yaitu :17

15
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Cetakan Ketiga, Citra Aditya
Bandung, 2013, hlm. 67
16
Salim,H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan
Disertasi, Edisi Pertama, Cetakan Kesatu, Rajawali Press, Jakarta, 2013, hlm. 375
17
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 8

Universitas Sumatera Utara


18

1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).


2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Hukum akan menjadi efektif jika tujuan keberadaan dan penerapannya

dapat mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan dan dapat

menghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif secara umum dapat membuat apa

yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu kegelapan maka kemungkinan

terjadi pembetulan secara gampang jika terjadi keharusan untuk melaksanakan

atau menerapkan hukum dalam suasana baru yang berbeda, hukum akan sanggup

menyelesaikan.18

Dan mengenai keefektifan dari kebijakan ini, akan dibahas lebih lanjut

dalam penelitian ini, dengan terlebih dahulu melakukan wawancara terhadap

sebagian PPAT yang berkedudukan di Kota Medan, sehingga bisa disimpulkan,

apakah kebijakan ini efektif atau tidak.

Teori utilitas (utiliteis theorie) hukum bertujuan untuk menjamin adanya

kemanfaatan atau kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-

banyaknya. Aliran utilitarianisme ini menganggap bahwa tujuan hukum semata-

mata adalah memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya

bagi sebanyak-banyaknya warga masyarakat. Pandangannya didasarkan pada

falsafah sosial bahwa setiap warga masyarakat mencari kebahagiaan dan hukum

merupakan salah satu alatnya. Hukum harus mampu menyelesaikan

18
Salim,H.S dan Erlis Septiana Nurbani, op.cit., hlm. 303.

Universitas Sumatera Utara


19

permasalahan-permasalahan masyarakat dan memberikan rasa kesehjateraan.

Pencetusnya adalah Jeremy Betham. Aliran utilitas menganggap, bahwa pada

asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan atau

kebahagiaan warga masyarakat.19

Di dalam bukunya yang berjudul “Intoduction to The Principles of Morals

and Legislation (1780)”, Jeremy Betham, seorang pakar hukum Inggris

menegaskan bahwa tujuan hukum adalah sedapat mungkin mendatangkan

kebahagiaan yang sebesar-besarnya terhadap jumlah orang yang banyak atau yang

terkenal dengan “the greatest good of the greatest number.” 20


Aliran ini juga

didukung oleh James Mill, John Stuart Mill, dan Soebekti. Soebekti menyatakan,

bahwa tujuan hukum itu mengabdi kepada tujuan negara, yaitu mendatangkan

kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya. Artinya, tujuan hukum hendaknya

memberikan manfaat (nilai guna) yang sebesar-besarnya kepada warga

masyarakat. Dalam teori ini, hukum dipandang semata-mata hanya untuk

memberikan kebahagiaan bagi warga masyarakat dan pelaksanaan hukum tetap

mengacu pada manfaat bagi warga masyarakat.

Dan mengenai teori kewenangan, kaitannya dalam penelitian ini adalah

mengenai kedudukan PPAT dalam hubungannya dengan BPN. Secara konseptual,

kewenangan sering disejajarkan dengan istilah wewenang. Istilah wewenang

digunakan dalam bentuk kata benda dan sering disejajarkan dengan istilah

“bevoegheid” dalam istilah hukum Belanda. Menurut Phillipus M. Hadjon, jika

dicermati ada sedikit perbedaan antara istilah kewenangan dengan istilah


19
Teguh Prasetyo & Abdul Alim, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum, Pustaka pelajar,
Yogyakarta, 2003, hlm. 100.
20
Ibid.,

Universitas Sumatera Utara


20

“bevoegheid”. Perbedaan tersebut terletak pada karakter hukumnya. Istilah

“bevoegheid” digunakan dalam konsep hukum publik maupun dalam hukum

privat. Dalam konsep hukum kita istilah kewenangan atau wewenang seharusnya

digunakan dalam konsep hukum publik.21

Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum

organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-aturan

yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang oleh

subjek hukum publik didalam hubungan hukum publik.22 Menurut Bagir Manan

wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya

menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat. Wewenang sekaligus

berarti hak dan kewajiban.23

Kewenangan diperoleh oleh seseorang melalui 3 (tiga) cara yaitu dengan:

1) Atribusi, yaitu wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Dalam

tinjauan hukum tata Negara, atribusi ini ditunjukan dalam wewenang yang

dimiliki oleh organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya

berdasarkan kewenangan yang dibentuk oleh pembuat undang-undang.

Atribusi ini menunjuk pada kewenangan asli atas dasar konstitusi (UUD)

atau peraturan perundang-undangan.

2) Delegasi, yaitu pelimpahannya berasal dari suatu organ pemerintahan

kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan perundang-

21
Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah,
Alumni, Bandung, 2004, hlm. 4
22
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2013,
hlm. 71.
23
Nurmayani S.H.,M.H, Hukum Administrasi Daerah, Universitas Lampung, Bandar
lampung, 2009, hlm. 26.

Universitas Sumatera Utara


21

undangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih ke

delegataris. Pemberi delegasi tidak dapat menggunakan wewenang itu

lagi.

3) Mandat, yaitu mumnya mandat diberikan dalam hubungan kerja internal

antara atasan dan bawahan.

Kewenangan yang dimiliki oleh PPAT dalam melakukan sebagian dari

pendaftaran tanah adalah kewenangan yang diperoleh dari Presiden sebagaimana

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang PPAT

dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat

Pembuat Akta Tanah. Tanpa kewenangan tidak dapat dikeluarkan suatu keputusan

yuridis yang benar. Dan terkait keweangan yang dimiliki oleh PPAT dan BPN,

akan dijelaskan lebih rinci dalam bab selanjutnya.

Berdasarkan yang dijelaskan di atas, bahwa penelitian ini akan membahas

salah satu kebijakan BPN dihubungkan dengan Pihak yang terkait dengan BPN

tersebut yang dalam hal ini adalah PPAT. Sebagaimana kita tahu bahwa PPAT

sebagai Pejabat Umum yang ikut serta memegang andil dalam mengurusi

pertanahan tentu akan merasakan dampak dari beberapa kebijakan yang

dikeluarkan oleh BPN.

Setelah diberlakukannya Aplikasi Layanan Online di Kota Medan,

tepatnya mulai Januari 2017, tentu beberapa hal yang telah berubah dari yang

biasanya dikerjakan oleh PPAT, dan sehubungan dengan itu memang Kantor

Pertanahan Kota Medan telah mengadakan pelatihan khusus melalui seminar

Universitas Sumatera Utara


22

kepada seluruh PPAT untuk menggunakan Aplikasi Online tersebut. Perubahan-

perubahan tersebutlah yang akan dibahas dalam penelitian ini dengan

menggunakan teori efektifitas, utilitas hukum dan teori kewenangan, guna

mengetahui seberapa besar efektivitas Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan tersebut dalam membantu PPAT.

2. Konsepsi

Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau

pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.24 Konsepsi

adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep diartikan sebagai kata yang

menyatakan abstrak yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus, yang disebut

defenisi operasional.25

Defenisi operasional digunakan untuk menghindari perbedaan pengertian

atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Kegunaan dari

apadanya konsepsi agar supaya ada pegangan dalam melakukan penelitian atau

penguraian, sehingga memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-

batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan.

Untuk memudahkan menjawab rumusan masalah dalam penelitian tesis

ini, maka perlu mendefinisikan guna menyamakan presepsi agar dapat dibatasi

ruang lingkup variable serta memperoleh hasil penelitian secara optimal sesuai

dengan tujuan penelitian, maka dari itu, untuk menyamakan presepsi terhadap

judul yang akan diteliti, pengertian dari judul tersebut akan dijabarkan, yaitu:

a) Efektivitas
24
Liza Erwina, Ilmu Hukum, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2012, hlm. 30
25
Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998,
hlm. 3

Universitas Sumatera Utara


23

Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Efektivitas adalah suatu

ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah

tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi

efektivitasnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektivitas berasal dari kata

efektif yang artinya ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau

mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha,

tindakan); mangkus; mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan).26

Dalam penulisan tesis ini, efektivitas yang dibahas adalah efektivitas

dalam membantu PPAT melakukan tugas jabatannya khususnya mengenai

kegiatan pendaftaran tanah kedua kali atau yang disebut dengan pemeliharaan

data pendaftaran tanah. Hal ini untuk mengetahui apakah tugas PPAT

dimudahkan atau disederhanakan dengan hadirnya Aplikasi Layanan Online

Kantor Pertanahan.

b) Pengurusan Pertanahan Berbasis Online

Maksud dari pengurusan pertanahan berbasis online adalah Layanan

Online Kantor Pertanahan (LOKET) dan Pelayanan Mandiri Akta Tanah

(PERMATA) yang dalam praktik diaplikasikan dengan Aplikasi Layanan Online

Kantor Pertanahan. Ini adalah salah satu inovasi layanan pertanahan yang

dikeluarkan oleh BPN dan mulai diberlakukan di Kota Medan mulai dari Januari

26
Hasan Alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen
Pendidikan Nasional Balai Pustaka, Jakarta, 2005.

Universitas Sumatera Utara


24

2017 yang lalu untuk melakukan beberapa pengurusan termasuk 3 (tiga) bentuk

pelayanan yaitu pelayanan peralihan hak, pelayanan hak tanggungan dan

pelayanan informasi pertanahan. Dan secara khusus dalam penelitian ini akan

dibahas mengenai pendaftaran peralihan hak atas tanah melalui Aplikasi Layanan

Online Kantor Pertanahan.

c) PPAT

PPAT adalah Pejabat Umum yang diberikan kewenangan untuk membuat

akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah

atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. Dalam penelitian ini, PPAT yang

menjadi Subjek penelitian adalah PPAT yang diangkat oleh BPN atau yang biasa

disebut dengan PPAT Umum yang kedudukannya di Kota Medan.

d) Tugas Jabatan

Tugas jabatan yang dimaksud disini adalah tugas jabatan ppat yang

berhubungan kantor pertanahan yaitu yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 37 Tahun 1998 Tentang PPAT dan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun

1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Tugas PPAT yang

dimaksud dalam penelitian ini secara khusus mengenai kegiatan pemeliharaan

data pendaftaran tanah (Bijhouding atau Maintenance).

e) Kantor Pertanahan

Kantor pertanahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Kantor

Pertanahan Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


25

G. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu bentuk kegiatan ilmiah, yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisisnya. Disamping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam

terhadap suatu faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang

bersangkutan.27

Menurut Sunaryati Hartono, metode penelitian adalah cara atau jalan atau

proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan

teori-teori yang logis-analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan

teori-teori suatu ilmu (atau beberapa cabang ilmu) tertentu untuk menguji

kebenaran (atau mengadakan verifikasi) suatu hipotesis atau teori tentang gejala-

gejala atau peristiwa alamiah, peristiwa sosial atau peristiwa hukum tertentu.28

Secara garis besar metode penelitian tesis ini mencakup mengenai jenis penelitian,

jenis pendekatan, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum, dan

teknik analisis bahan hukum.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berkaitan dengan sifat data dan cara atau teknik analisis

data yang digunakan. Apabila data yang digunakan atau data yang dianalisis

adalah data numerik (angka) dan cara analisisnya dengan cara matematis atau

27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, UI-Press, Jakarta,
1986, hlm.43
28
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni,
Bandung, 1994, hlm. 105.

Universitas Sumatera Utara


26

menggunakan teknik statistik, maka jenis penelitian tersebut adalah penelitian

kuantitatif. (quantitative research) (kuantitas berkaitan dengan angka nominal

atau bilangan yang dapat dihitung). Sedangkan, apabila data yang digunakan

dalah data string atau sebagai bentuk record atas suatu kondisi tertentu (seperti

kondisi sosial, kondisi seseorang / individu) yang lebih berkaitan dengan kualitas

atau sifat dan perilakunya, maka jenis penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif. Disamping itu, terdapat jenis penelitian lainnya, yaitu apabila data yang

akan dianalisis adalah data tunggal yang diperoleh dari kasus tertentu, maka

penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case research).

Metode penelitian dalam tesis ini adalah metode penelitian yuridis

normatif, yaitu suatu penelitian hukum dengan cara kepustakaan atau bahan data

sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat

dalam peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan

sistematika hukum serta mengkaji peraturan perundang-undangan, dan hukum

lainnya untuk menemukan ide, konsep, landasan dan asas-asas hukum yang

relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, 29 sedangkan

menurut Zainuddin Ali30 penelitian yuridis normatif membahas doktrin-doktrin

atau asas-asas dalam ilmu hukum.

2. Sumber Data

Data yang digunakan sebagai bahan analisis penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

29
Ibrahim Johni, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Piblishing,
Malang, 2005, hlm. 336
30
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta,
2011, hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara


27

a. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui kepustakaan dengan

jalan membaca, mengkaji serta mempelajari buku-buku yang relevan

dengan objek yang diteliti.31 Data sekunder dibagi menjadi 3 yaitu:

(1) Bahan hukum primer, yaitu segala bentuk peraturan dan produk

perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas

yaitu antara lain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Selanjutnya disebut UUPA

1960), Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah (Selanjutnya disebut PP Nomor 24 Tahun 1997),

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang PPAT dan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan

Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dan Peraturan Menteri Agraria

dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2017

Tentang Layanan Informasi Pertanahan Secara Elektronik (selanjutnya

disebut Permen ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017.

(2) Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku hasil penelitian dan atau

karya ilmiah serta bahan dari internet yang relevan dan berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

31
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 hlm. 14

Universitas Sumatera Utara


28

(3) Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang berisi petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder seperti kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

b. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari yang bersangkutan

melalui wawancara langsung dengan responden. Wawancara tersebut

dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan yang

sesuai untuk menjawab permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Namun, dimungkinkan juga untuk menanyakan hal-hal lain untuk

melengkapi dan mempertajam analisis terhadap permasalahan dalam

penelitian ini. Selain mewawancarai beberapa PPAT di Kota Medan,

dalam penelitian ini juga akan mewawancarai petugas di Kantor

Pertanahan Kota Medan, sehingga semua data, baik dari pembuat

peraturan itu sendiri (BPN) dan juga yang melaksanakan peraturan

tersebut (PPAT) dapat diperoleh.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian tesis ini dipergunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Penelitian Kepustakaan (library research)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun data yang

berasal dari kepustakaan, berupa buku-buku atau literatur, jurnal ilmiah,

peraturan perundang-undangan, yang ada hubungannya dengan masalah

yang diteliti serta tulisan-tulisan yang terkait dengan proses pendaftaran

tanah.

Universitas Sumatera Utara


29

b. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer

yang berkaitan dengan materi penelitian. Adapun penelitian lapangan

dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber yaitu:

1) PPAT/Pegawai PPAT di Kota Medan

2) Pegawai Kantor Pertanahan

4. Analisis Data

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pongolahan data merupakan

kerja seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya pikir

secara optimal.32 Analisis data merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan.33

Bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, baik

berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dianalisa dengan

teknik deskripsi. Teknik deskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat

dihindari penggunanya. Deskripsi berarti uraian apa adanya terhadap suatu

kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum.34 Teknik

analisis data deskriptif merupakan tekhnik analisis yang dipakai untuk

menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang

sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil

penelitian.

32
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996,
hlm. 77
33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2006, hlm. 103
34
H. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 25.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PENGURUSAN PERTANAHAN KHUSUSNYA MENGENAI


PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH
DENGAN BEBASIS ONLINE

A. Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan

1. Pengertian Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan

Sistem online adalah suatu sistem pengiriman data melalui fasilitas

telekomunikasi dari satu lokasi ke pusat pengolahan data, data yang dikirim

langsung diproses oleh CPU (Central Processing Unit). Pada sistem komunikasi

Online ini, data yang dikirim melalui terminal komputer bisa langsung diperoleh.

Langsung diproses oleh komputer pada saat kita membutuhkan.

Salah satu kebijakan BPN dalam meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat sebagaimana sudah disebutkan di atas yaitu Layanan Online Kantor

Pertanahan (LOKET) dan Pelayanan Mandiri Akta Tanah (PERMATA). Layanan

Pendaftaran Online terdiri dari:

a. Layanan Online Kantor Pertanahan (LOKET), yaitu pelayanan yang

bertujuan untuk memperpendek antrian di Kantor pertanahan dan

mengurangi kontak langsung petugas pelayanan dengan pengguna layanan

pertanahan. Selain itu, penerapan LOKET dapat mengurangi peluang

terjadinya KKN serta memperluas akses layanan pertanahan. Layanan

LOKET juga diiringi dengan pembayaran elektronik (e-payment) layanan

pertanahan sebagai bagian dari pelaksanaan Gerakan Nasional Non Tunai

(GNPT).

30

Universitas Sumatera Utara


31

b. Pelayanan Mandiri Akta Tanah (PERMATA), yaitu terobosan pelayanan

pertanahan yang memberikan kemudahan terkait dengan pendaftaran akta

pejabat pembuat akta tanah (PPAT). Dengan Permata, PPAT atau

pengguna layanan secara langsung dapat mengaplikasikan berdasarkan

user ID masing-masing. Pengguna layanan juga dapat mengakses dan

melakukan entri data terhadap berkas atau dokumen yang didaftarkan.

Melalui menu yang tersedia, pengguna dapat mengecek dokumen yang

didaftarkan kapan dan di mana saja. Dengan demikian, saat mendaftarkan

berkas ke Kantor Pertanahan maka pendaftar tidak perlu antre terlalu

lama. Pasalnya data sudah tersedia dan tinggal validasi data secara

langsung. Melalui layanan PERMATA, maka PPAT memperoleh

kemudahan dalam melakukan pekerjaan ke-PPAT-an karena sudah

online. Penggunaan layanan ini tidak dikenakan biaya dan penginputan

data dapat dilakukan sebelumnya oleh PPAT sehingga waktu pendaftaran

dapat lebih cepat.

Kedua bentuk layanan berbasis online di atas yang menjadi

pembahasan dalam tesis ini dijalankan sehari-hari dengan aplikasi yang

disebut Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan (untuk selanjutnya

berbasis online yang dimaksud dalam tesis ini disebut Aplikasi Layanan

Online Kantor Pertanahan). Yang dimaksud dengan Aplikasi Layanan

Online Kantor Pertanahan adalah aplikasi yang digunakan oleh PPAT

untuk melakukan pengurusan 3 kegiatan pertanahan yang mana

pengaplikasiannya dengan memakai user ID masing-masing yang

Universitas Sumatera Utara


32

sebelumnya telah diperoleh oleh PPAT ketika pelatihan PPAT Online se-

Kota Medan di adakan.

Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan tersebut meliputi

pengurusan pertanahan dalam 3 hal yaitu :

1) Pelayanan peralihan hak, yakni dengan 9 kegiatan yakni jual beli,

pewarisan, hibah, tukar menukar, pembagian hak bersama, pemasukan

ke dalam perusahaan, merger, penetapan atau putusan pengadilan dan

lelang;

2) Pelayanan hak tanggungan, yakni dengan 5 kegiatan antara lain Hak

Tanggungan, cessie, subrogasi, merger hak tanggungan dan roya;

3) Pelayanan informasi pertanahan, yakni dengan 4 kegiatan antara lain

pengecekan sertipikat, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah, Informasi

Nilai Tanah atau Nilai Aset Properti, dan Informasi Zonasi Nilai

Tanah.

2. Bentuk-bentuk Inovasi Bebasis Online Kantor Pertanahan Seluruh


Indonesia

Secara umum inovasi merupakan suatu bentuk pembaruan terhadap hal-hal

tertentu yang pada umumnya menjadikan sesuatu lebih baik ataupun lebih

menarik baik dari bentuk fisik maupun kualitas. Inovasi dalam bidang

pertanahan pastilah berupa suatu pembaruan dalam sistem pendaftaran itu

sendiri atau bisa kita sebut sebagai suatu kebijakan yang mendukung

pelaksanaan pengurusan pertanahan tertentu baik untuk pendaftaran tanah,

peralihan, pembebanan dan juga pengecekan informasi tanah dan bangunan

serta satuan rumah susun.

Universitas Sumatera Utara


33

Perdebatan tentang kebijakan hukum pertanahan dewasa ini semakin

mengemuka dengan beragam pandangan yang telah disampaikan dalam

ruang-ruang publik. Dalam konteks keindonesiaan tentu harus berpedoman

pada hukum dasar Indonesia yaitu Pancasila, meskipun tidak menutup

kemungkinan di jaman kebebasan yang saat ini sedang dimiliki oleh

Indonesia tentu akan muncul pandangan-pandangan yang lainnya, termasuk

sistem apa yang sedang dianut oleh negara Indonesia.35

Sebagai institusi pelayanan publik, BPN Republik Indonesia senantiasa

berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya. Salah satu upayanya adalah

dengan melakukan perubahan pola pelayanan kepada masyarakat, dari

pelayanan manual menjadi pelayanan yang berbasis komputerisasi yang

dimulai sejak tahun 1997. Berbagai Inovasi Layanan Pertanahan yang telah

dibangun BPN adalah sebagai berikut:36

1) Program Komputerisasi Kantor Pertanahan. Program ini meliputi

pembangunan database pertanahan melalui kegiatan konversi atau

digitalisasi data pertanahan, baik data tekstual (Buku Tanah) maupun data

spasial (Surat Ukur dan Peta Pendaftaran Tanah).

2) Layanan Sertifikat Tanah untuk Rakyat (LARASITA), yaitu layanan

pertanahan bergerak (mobile land service) yang bersifat pro aktif dengan

"hadirnya" petugas BPN RI ke tengah-tengah masyarakat.

35
Widhi Handoko, op.cit., hlm. 35
36
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Badan Pertanahan Nasional), Inovasi Layanan
Pertanahan http://www.bpn.go.id/publikasi/inovasi,diakses tanggal 30 Juli 2017, pukul 13.10
WIB

Universitas Sumatera Utara


34

3) Layanan Tujuh Menit (LANTUM), yaitu suatu bentuk inovasi layanan

pertanahan yang dilaksanakan Kantor Pertanahan Kota Surabaya II.

4) Layanan One Day Service (Layanan 1 hari), yaitu layanan satu hari selesai

dibidang pertanahan yang dilaksanakan pada Loket Pelayanan Kantor

Pertanahan maupun mobil LARASITA. Layanan ini dilaksanakan untuk

jenis pelayanan yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 hari (1-8

jam) yang dilaksanakan pada hari kerja meliputi pengecekan sertifikat,

penghapusan hak tanggungan, pendaftaran hak milik Berdasarkan Surat

Keputusan, peningkatan hak/perubahan hak, peralihan hak, Surat

Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT), perpanjangan hak tanpa ganti

blanko, pencatatan sita, pencatatan blokir.

5) Layanan Weekend Service (Layanan akhir pekan), yaitu salah satu inovasi

dibidang layanan pertanahan, dimana kantor pertanahan membuka

pelayanan di luar hari kerja yaitu pada akhir pekan atau Hari Sabtu.

6) Program Quick Service (Layanan Cepat), yaitu inovasi layanan pertanahan

yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kota Surabaya II. Dengan

Quick Service layanan pertanahan dapat diselesaikan 4 kali lebih cepat dari

standar waktu yang telah ditentukan.

7) Layanan Informasi Online, yaitu dalam rangka membangun sistem

pelayanan publik yang berlandaskan pada prinsip keterbukaan serta

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses informasi,

layanan akses Informasi pertanahan secara online disediakan oleh BPN.

Layanan informasi ini disediakan dalam berbagai bentuk media informasi.

Universitas Sumatera Utara


35

8) Layanan pendaftaran Online (LOKET) dan Pelayanan Mandiri Akta Tanah

(PERMATA).

9) Layanan Anggota Masyarakat (LAYANG MAS), yaitu aplikasi layanan

mandiri bagi masyarakat berbasis GeoSpatial dengan menggunakan

teknologi komputer touchscreen, sebagai wujud pemanfaatan lebih lanjut

dari aplikasi pelayanan pertanahan berbasis komputer (Komputerisasi

Kantor Pertanahan/KKP).

10) Layanan Non-Tunai, yaitu sebagai salah satu upaya peningkatan

transparansi dan pencegahan korupsi dalam pelayanan publik. Layanan

Non-tunai merupakan cara pembayaran biaya layanan pertanahan, sesuai

ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan

Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Yang Berlaku

Pada Badan Pertanahan Nasional, tidak dalam bentuk uang tunai yang

diserahkan kepada petugas loket pembayaran, tetapi pembayaran

dilakukan pada Bank Persepsi atau menggunakan kartu kredit/kartu debit.

Inovasi layanan ini dicetuskan mengingat besarnya jumlah uang

pembayaran sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang

diterima Kantor Pertanahan setiap harinya, sehingga menimbulkan potensi

terjadinya korupsi, kejahatan perampokan/pencurian mengingat bendahara

harus menyetorkan PNBP ke Bank Persepsi maupun beredarnya uang

palsu jika pembayaran dilakukan secara tunai. Pembayaran non-tunai

dapat mencegah terjadinya hal-hal tersebut disamping manfaat lainnya

seperti transaksi aman, mudah dan cepat, transaksi terkontrol, mengurangi

Universitas Sumatera Utara


36

waktu penghitungan dan salah penghitungan saat transaksi. Pembayaran

non-tunai dilaksanakan bekerjasama dengan perbankan, dalam berbagai

bentuk antara lain :

a) Bank Persepsi, tersedianya kantor cabang/kas Bank di Kantor

Pertanahan.

b) Electronik Data Capture (EDC), tersedianya perangkat EDC di Loket

Pembayaran.

c) Mobile Bank, tersedianya mobile bank sebagai bank persepsi di

Kantor Pertanahan.

11) Layanan Pengukuran menggunakan CORS, yaitu kegiatan pendaftaran

tanah di Indonesia salah satunya bertujuan untuk menjamin kepastian

hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah

yang dinyatakan dalam bentuk sertifikat.

12) Layanan Monitoring Online, yaitu pemantauan proses pelaksanaan layanan

pertanahan serta pelaksanaan program kerja/kegiatan dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sebagai

pengembangan dan terobosan dari sistem monitoring manual yang telah

dimiliki BPN RI. Melalui sistem ini, monitoring perkembangan proses

layanan pertanahan, kinerja kantor, kemajuan pelaksanaan

program/kegiatan serta pelaporannya dapat dilaksanakan dengan lebih

cepat dan efektif. Dengan data yang disajikannya, sistem ini dapat pula

memberikan feedback untuk peningkatan kinerja maupun pendukung

Universitas Sumatera Utara


37

pengambilan suatu keputusan/kebijakan, disamping terwujudnya pelaporan

secara cepat dan paperless.

13) Layanan Geoservice Peta Tematik Pertanahan, yaitu layanan web yang

khusus mendukung akses ke data peta tematik pertanahan, mencari strategi

dalam jaringan data yang tersedia dan memfasilitasi prensentasi data peta

(WMS/Web Map Service, WFS/Web Feature Service dan WCS/Web

Coverage Service), menawarkan analisis fungsi pendekatan untuk data

peta tematik pertanahan.

B. Jenis-Jenis Peralihan Hak Atas Tanah

Peralihan hak atas tanah dapat diartikan sebagai suatu perbuatan hukum

yang dikuatkan dengan akta otentik yang diperbuat oleh dan dihadapan PPAT

yang mengakibatkan beralihnya pemegang hak atas tanah kepada pihak lainnya.37

Peralihan hak atas tanah menurut pasal 37 PP Nomor 24 Tahun 1997 dapat

dilakukan melalui perbuatan hukum seperti jual beli, tukar menukar, hibah,

pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum lainnya yang dibuktikan

dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang, peralihan hak atas tanah

tersebut adalah perbuatan hukum berupa: 38

1. Jual beli;

2. Tukar menukar;

3. Hibah;

4. Pemasukan dalam perusahaan;

5. Pembagian hak bersama;


37
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi
Revisi, Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm. 277
38
Ibid., hlm. 277

Universitas Sumatera Utara


38

6. Penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang didahului

dengan likuidasi.

Terkait dengan peralihan karena jual beli, berdasarkan pada bunyi Pasal

1457, 1458 dan 1459 KUHPerdata, dapat dirumuskan bahwa jual beli tanah

adalah suatu perjanjian dimana satu pihak mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan tanah dan pihak lainnya untuk membayar harga yang telah

ditentukan. Pada saat kedua belah pihak telah mencapai kata sepakat, maka jual

beli dianggap telah terjadi, walaupun tanah belum diserahkan dan harga belum

dibayar. Akan tetapi, walaupun jual beli tersebut dianggap telah terjadi, namun

hak atas tanah belum beralih kepada pihak pembeli. Agar hak atas tanah beralih

dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka masih diperlukan suatu perbuatan

hukum lain, yaitu berupa penyerahan yuridis (balik nama). Penyerahan yuridis

(balik nama) ini bertujuan untuk mengukuhkan hak - hak si pembeli sebagai

pemilik tanah yang baru.

Terkait dengan peralihan karena hibah, menurut Pasal 1666 KUHPerdata,

hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah di waktu hidupnya,

dengan cuma - cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan

sesuatu barang guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu

dan pada dasarnya setiap orang dan/atau badan hukum diperbolehkan untuk

diberi/menerima hibah, kecuali penerima hibah tersebut oleh undang - undang

dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum.

Sedangkan mengenai tukar menukar, sebagaimana halnya dengan jual beli,

maka tukar menukar tanah bukan diartikan sebagai suatu perjanjian di mana

Universitas Sumatera Utara


39

seorang pemilik tanah berjanji akan menyerahkannya kepada pihak lain, tetapi

merupakan perbuatan hukum yang berupa peralihan hak milik atas tanah yang

bersangkutan kepada pihak yang menukarnya. Peralihan lainnya yaitu

penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang didahului dengan

likuidasi juga harus dibuktikan dengan adanya akta yang dibuat oleh PPAT yang

berwenang.

Selain itu, juga terdapat pemindahan hak yang juga sering disebut sebagai

peralihahan hak yaitu pewarisan, pelelangan, dan penggabungan atau peleburan

perseroan atau koperasi yang tidak didahului dengan likuidasi, yang

pendaftarannya tidak harus dibuat oleh PPAT. Khusus mengenai penggabungan

atau peleburan perseroan atau koperasi yang tidak didahului dengan likuidasi,

dapat didaftar berdasarkan akta yang membuktikan terjadinya penggabungan atau

peleburan perseroan atau koperasi yang bersangkutan setelah penggabungan atau

peleburan tersebut disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan

perundang-undangan.39

Pendaftaran peralihan hak dengan pewarisan adalah tindakan pemindahan

hak milik atas benda dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang lain

yang ditunjuknya dan/atau ditunjuk pengadilan sebagai ahli waris. Menurut Pasal

20 PP No. 10 Tahun 1961, menyatakan bahwa jika orang yang mempunyai hak

atas tanah meninggal dunia, maka yang menerima tanah itu sebagai warisan wajib

meminta pendaftaran peralihan hak tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan sejak

meninggalnya orang itu. Setelah berlakunya PP No. 24 Tahun 1997, maka

39
Ibid., hlm. 292

Universitas Sumatera Utara


40

keterangan mengenai kewajiban mendaftarkan peralihan hak milik atas tanah

karena pewarisan diatur dalam Pasal 36 PP No. 24 Tahun 1997. Peralihan hak atas

tanah karena pewarisan wajib didaftarkan demi memberikan perlindungan hukum

kepada para ahli waris.40

Mengenai Peralihan hak atas tanah melalui lelang, hanya dapat didaftarkan

kepada Kantor Pertanahan jika dibuktikan melalui kutipan risalah lelang yang

dibuat oleh pejabat lelang. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

sebelum dilakukannya lelang, Kepala Kantor Lelang mempunyai kewajiban untuk

meminta keterangan mengenai status tanah yang akan dilelang tersebut kepada

Kantor Pertanahan, yang dinamakan dengan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah

(SKPT).41

C. Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Sebelum Dan Sesudah


Menggunakan Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan.

1. Sebelum Menggunakan Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan

Pendaftaran sebelum online tentu mengacu kepada PP Nomor 24 Tahun

1997. Peraturan ini menjadi tulang punggung yang mendukung berjalannya

adiministrasi pertanahan sebagai salah satu program Catur Tertib Pertanahan dan

Hukum Pertanahan di Indonesia. Maria S W Sumardjono menyatakan bahwa

terbitnya PP Nomor 24 Tahun 1997 dilatarbelakangi oleh kesadaran semakin

pentingnya peran tanah dalam pembangunan yang semakin memerlukan

dukungan kepastian hukum di bidang pertanahan. Secara normatif, kepastian

hukum itu memerlukan tersedianya perangkat peraturan perundang-undangan

40
Arba, Hukum Agraria Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 167
41
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, op.cit., hlm. 285

Universitas Sumatera Utara


41

yang secara operasional mampu mendukung pelaksanaannya. Secara empiris,

keberadaan peraturan perundang-undangan itu perlu dilaksanakan secara

konsisten dan konsekuen oleh sumber daya manusia pendukungnya.42

a. Pengertian, Asas, Tujuan Serta Manfaat Pendaftaran Tanah

Menurut A.P. Parlindungan, pendaftaran tanah berasal dari kata Cadastre

(Bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu record (rekaman),

menunjukkan kepada luasa, nilai, dan kepemilikan (atau lain-lain dari bahasa latin

“Capistratum’ yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat

untuk pajak tanah Romawi (Capotatio Terrens). Dalam arti tegas, Cadastre

adalah record pada lahan-lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan

untuk kepentingan perpajakan. Dengan demikian Cadastre merupakan alat yang

tepat yang memberikan uraian dan identifikasi dari tersebut dan juga sebagai

Continuous recording (rekaman yang berkesinambungan dari hak atas tanah.43

Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.44

Dalam pengertian modern kadaster adalah suatu pendaftaran persil-persil

dalam bentuk peta dan daftar, hasil pengukuran, pemetaan serta penyelidikan

riwayat atas tanah secara saksama, dengan demikian dapar dikatakan bahwa

42
Maria S W Sumardjono, 1997, Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum Dalam
Pendaftaran Tanah, makalah, dalam Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah,
Prenadamedia Group, Jakarta, 2010, hlm. 7
43
A.P Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju. Bandung, 1999,
hlm. 18-19
44
Pasal 1 angka 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Universitas Sumatera Utara


42

cadaster, itu merupakan alat yang tepat yang memberikan uraian dan identifikasi

dari lahan tersebut secara saksama.45

Dalam Pasal 2 PP Nomor 24 Tahun 1997, asas pendaftaran tanah adalah:

1) Asas sederhana, yaitu bahwa prosedur pendaftaran tanah mudah dipahami

oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas

tanah.

2) Asas aman, yaitu bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara

teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian

hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

3) Asas terjangkau, yaitu peraturan tentang pendaftaran tanah terjangkau bagi

pihak-pihak yang memerluakn, khususnya dengan memperhatikan

kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Peayanan yang

diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa

terjangkau oeleh pihak yang memerlukan.

4) Asas Mutakhir, yaitu kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya

dan berkesinambungan dalam pemeliharaan datanya.

5) Asas terbuka, yaitu masyarakat dapat mengetahui atau memperoleh

keterangan-keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar

setiap saat di Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten.

Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa asas dalam pendaftaran tanah

yaitu:46

45
Hermanses,R., Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Direktorat Jenderal Agraria, Jakarta,
1981, hlm. 2.
46
Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, Karunika, Jakarta. 1988, hlm. 99

Universitas Sumatera Utara


43

1) Asas Specialteit, yaitu bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah itu

diselenggarakan atas dasar peraturan perundang-undangan tertentu, yang

secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran

peralihannya.

2) Asas Openbaarheid, yaitu dalam pendaftaran tanah, diberikan data yuridis

tentang siapa yang menjadi subjek hak nya, apa nama hak atas tanah, serta

bagaimana terjadinya peralihan dan pembebanannya. Data ini sifatnya

terbuka untuk umum, artinya setiap orang dapat melihatnya.

Sedangkan tujuan pendaftaran tanah yaitu sesuai yang diatur dalam PP

Nomor 24 Tahun 1997 tetap dipertahankan tujuan diselenggarakannya

pendaftaran tanah yang pada hakikatnya sudah ditetapkan dalam Pasal 19 UUPA

yaitu bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian

hukum di bidang pertanahan. Secara rinci tujuan dari pendaftaran tanah di

jelaskan dalam Pasal 3 dan PP Nomor 24 Tahun 1997, yaitu:

1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak

lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan.

2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Universitas Sumatera Utara


44

Sedangkan manfaat dari diselenggarakan pendaftaran tanah yaitu:47

1) Manfaat bagi pemegang hak yaitu memberikan rasa aman, dapat

mengetahui dengan jelas data fisik dan data yuridisnya, memudahkan

dalam pelaksanaan peralihan hak, dapat dijadikan jaminan utang dengan

dibebanu hak tanggungan, dan penetapan Pajak Bumi dan Bangunan

tidak mudah keliru.

2) Manfaat bagi pemerintah yaitu terwujudnya tertib administrasi

pertanahan sebagai salah satu progra Catur Tertib Pertanahan, dapat

memperlancar kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan tanah

dalam pembangunan, serta dapat mengurangi sengketa di bidang

pertanahan, misalnya sengketa batas-batas tanah, pendudukan tanah

secara liar

3) Manfaat bagi calon pembeli atau kreditur yaitu dapat dengan mudah

memperoleh keterangan yang jelas mengenai data fisik dan data yuridis

tanah yang akan menjadi objek perbuatan hukum mengenai tanah.

b. Sistem Pendaftaran Tanah yang Berlaku di Indonesia

Pendaftaran tanah yang diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 menganut

stelsel publisitas negatif (berunsur negatif), hal ini karena terdapatnya unsur-

unsur positif dalam sistem pendaftaran tanah. A.P. Parlindungan mengatakan

bahwa sejarah pemilikan tanah secara individual jika hanya mengandalalkan

kepada ingatan atau keterangan saksi pasti tidak teliti, karena ingatan bisa saja

kabur dan saksi-saksi hidup satu masa akan meninggal dunia, apalagi seperti di

47
Urip Santoso, op.cit., hlm. 21

Universitas Sumatera Utara


45

Indonesia, tanah sudah ada sejak dahulu aritnya bahwa hubungan manusia dengan

tanah telah ada sejak dahulu, namum karena tidak tertulis apalagi tidak terdaftar

hanya secara lisan diketahui tanah itu milik siapa dan batas-batasnya, atau

setidaknya satu bidang tanah itu umum diketahui adalah milik seorang ataupun

warisan seseorang pada ahli warisnya.48

Unsur-unsur positif pendaftaran tanah diambil dari torrens system,

sedangkan ketidakmurnian dari stelsel publisitas negatif tersebut adalh tidak

adanya jaminan kepastian hukum terhadap hak atas tanah. Terbuka peluang bagi

pihak ketiga untuk melakukan gugatan terhadap kepemilikan hak atas tanah

dengan tidak dibatasi waktu, sehingga setiap saat kepemilikan hak atas tanah

dapat dengan mudah untuk digugat dan dibatalkan sekalipun kepemilikan tersebut

sudah dimiliki bertahun-tahun lamanya tidak menjamin kepastian haknya. Hal ini

disebakan karena pelaksanaan pembukuan terhadap hak atas tanah tidak

mengakibatkan atau tidak secara otomatis atau tidak menjamin terjadinya

perpindahan hak atas tanah atas nama seseorang, artinya bahwa orang yang

sebenarnya berhak atas tanah itu, akan tidak secara otomatis kehilangan hak nya

sehingga tidak ada jaminan hukum pemegang hak atas tanah yang tercatat

namanya dalam sertipikat aman (kuat), baik pihak yang mengalihkan haknya dan

atau pihak ketiga hanya dengan bukti selmbar surat atau secarik kertas maka

seseorang tersebut masih dapat menggugat hak dari orang yang terdaftar dalam

buku tanah sebagai orang yang berhak.

48
A.P. Parlindungan, Pedaftaran Tanah di Indonesia, (PP Nomor 37 Tahun 1997)
Cetakan Keempat, Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm. 36

Universitas Sumatera Utara


46

Pendaftaran Tanah di Indonesia yang menganut stelsel publisitas negatif

(berkarakter positif) sangat terlihat. Karakter positif tersebut dapat dilihat antara

lain:

1) Adanya panitia pemeriksaan tanah "barrister and conveyancer" yang

disebut panitya A dan B yang tugasnya melakukan pengujian dan

penelitian "examiner of title". dari penelitian tersebut maka akan dilakukan

pengujian dan menyimpulkan bahwa setidaknya berisi: pertama, lahan atau

bidang tanah yang diajukan permohonan pendaftaran adalah dalam

keadaan baik dan jelas. Kedua, bahwa atas permohonan tersebut tidak ada

sengketa dalam kepemilikannya. Ketiga, bahwa atas kenyakinan panitya

permohonan tersebut dapat diberikan. Keempat, bahwa terhadap alat bukti

yang dijadikaan alas hak untuk pengajuan pendaftaran tidak ada orang

yang berprasangka dan keberatan terhadap kepemilikan pemohon tersebut.

tujuannya untuk menjamin kepastian hukum tanah yang didaftarkan ( pasal

19 UUPA).

2) Model karakter positif yang terlihat dalam ketentuan Peraturan Pemerintah

No. 24 tahun 1997, antara lain:

a) PPAT diberikan tugas untuk meneliti secara material dokumen-

dokumen yang diserahkan dan berhak untuk menolak pembuatan akta;

b) Pejabat yang berwenang (petugas) berhak menolak melakukan

pendaftaran jika pemilik tidak wewenang mengalihkan haknya;

c) Pemerintah menyediakan model-model akta untuk memperlancar

mekanisme tugas-tugas PPAT.

Universitas Sumatera Utara


47

d) Adanya sertifikat hak atas tanah yang diterbitkan, sebagai tanda bukti

dan alat pembuktian hak kepemilikan atas tanah.

Stelsel publisitas negatif juga dinyatakan secara tegas dalam

penjelasan Pasal 32 PP No. 24 tahun 1997 yang menyatakan bahwa

pendaftaran tanah diselenggarakan tidak menggunakan sistem

publikasi positif, namun negatif. Karakter negatif muncul karena tidak

adanya kompensasi yang diberikan apabila terjadi kesalahan atau

kekeliruan dalam rangka penerbitan sertifikat hak atas tanahnya.

c. Proses di Kantor PPAT dan di Kantor Pertanahan Sebelum


menggunakan Aplikasi Layanan Kantor Pertanahan

Di Kantor PPAT, hal yang pertama mengenai prosedur pendaftaran

peralihan hak atas tanah di Kantor PPAT tentu adalah dengan memenuhi syarat

materil baik bagi yang mengalihkan maupun yang menerima pengalihan untuk

proses peralihannya. Misalnya dalam hal jual beli, syarat materil bagi penjual

yaitu:49

a) Pihak yang berhak mengalihkan adalah yang namanya tercantum dalam

sertipikat atau selain sertipikat (jika alas hak belum sertipikat). Bila

pemilik tanah adalah dua orang maka yang berhak menjual adalah dua

orang tersebut bersama-sama. Tidak boleh seorang saja yang bertindak

sebagai penjual.50

b) Seseorang yang akan mengalihkan itu harus sudah dewasa dan kalau

belum maka harus diwakili oleh walinya.

49
Urip Santoso., op.cit., hlm. 367
50
Efendi Perangin, Praktik Jual Beli Tanah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 2

Universitas Sumatera Utara


48

c) Kalau yang mau mengalihkan dalam pengampuan maka harus diwakili

oleh pengampunya.

d) Kalau penjualnya diwakili oleh orang lain maka harus dibuat surat kuasa

notaril untuk menunjukkan kuasanya.

e) Kalau yang mau dialihkan adalah harta bersama maka harus ada

persetujuan dari isteri atau suami.

Syarat materil bagi pembeli yaitu:51

a) Kalau objek jual beli tanah itu Hak Milik, maka pihak yang dapat mebeli

tanah adalah perseorangan warga negara Indonesia, bank pemerintah,

badan keagamaan, dan badan sosial;

b) Kalau objek jual beli tanah itu Hak Guna Usaha, maka pihak yang dapat

membeli tanah adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan hukum

yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

c) Kalau objek jual beli tanah itu adalah Hak Guna Bangunan, maka pihak

yang dapat memmbeli tanah adalah perseorangan warga negara Indonesia,

badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan

di Indonesia.

d) Kalau objek jual beli tanah itu adalah Hak Pakai, maka pihak yang dapat

membeli tanah adalah subjek Hak Pakai yang bersifat privat, yaitu

perseorangan warga negara Indonesia, perseorangan warga negara asing

yang berkedudukan di Indonesia, badan Hukum yang didirikan menurut

51
Ibid.,

Universitas Sumatera Utara


49

hukum Indonesua dan berkedudukan di Indonesua, badan hukum asing

yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

Sedangkan untuk syarat peralihan karena hibah adalah

a) Penerima hibah sudah dewasa dan cakap melakukan tindakan hukum.

b) Pemberi hibah memiliki harta atau barang yang sudah ada untuk

dihibahkan, bukan harta atau barang yang akan ada di masa mendatang.

c) Pemberi hibah dan penerima hibah bukan merupakan suami-istri dalam

suatu perkawinan.

d) Penerima hibah harus sudah ada pada saat penghibahan terjadi.

Setelah syarat materil dipenuhi, syarat formal yaitu harus dibuktikan

dengan akta yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT,52 hal ini sesuai dengan

yang ditegaskan dalam Pasal 37 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997 yaitu:

“Peralihan hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Rumah
Susun melalui jual beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan dalam
perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali
pemindahan hak melalui leleng hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan
dengan akya yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Khusus untuk jual beli tanah Hak Guna Usaha, akta jual beli dibuat oleh

PPAT khusus, yaitu pejabat BPN yang ditunjuk karejan jabatannya untuk

melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus

dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah tertentu. Berkenaan

dengan itu, maka PPAT khusus adalah Pejabat di lingkungan Badan

52
Bachtiar Effendi, Kumpulan Tulisan tentang Hukum Tanah, Alumni, Bandung, 1993,
hlm. 23

Universitas Sumatera Utara


50

Pertanahan Nasional terutama untuk pembuatan akta peraihan hak-hak atas

tanah yang beristatus Hak Guna Usaha.53

Setelah terpenuhinya syarat materil dan syarat formal tersebut maka

sampailah kepada proses pembuatan akta yaitu:

1) PPAT harus melakukan pengecekan sertipikat ke Kantor Pertanahan atau

yang biasa disebut cek bersih. Setelah selesai maka sertipikat dipegang

oleh PPAT sendiri.

2) Sambil melakukan cek bersih biasanya para pihak membayar Pajak yaitu

Pajak Penghasilan (PPh) oleh penjual dan Pajak Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) oleh pembeli, kemudian asli bukti setornya

diberikaan kepada PPAT;

3) Setelah sertipikat dinyatakan sesuai dengan daftar di Kantor Pertanahan

maka selanjutnya pembuatan akta PPAT sesuai jnis peralihannya. Ini harus

dihadiri oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan

atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat kuasa tertulis;

4) Para pihak harus menyerahkan dokumen seperti fotokopi KTP, KK,

sebagai identitas, Bukti pembayaran PBB dan lain-lain yang dianggap

perlu;

5) Akta yang dibuat adalah dua rangkap asli. Satu rangkap untuk Kantor

Pertanahan dan satu rangkap untuk disimpan oleh PPAT. Dan kalau para

pihak meminta maka dibuatkan lembar salinan. Kemudian PPAT harus

membacakan akta yang dibuatnya dihadapan para pihak dan saksi.

53
A.P. Parlindungan., op.cit., hlm. 178

Universitas Sumatera Utara


51

Setelah pembuatan akta dan kelengkapan berkas sesuai dengan jenis

peralihannya, maka Kantor Pertanahan adalah tempat proses final dari

semua pendaftaran tanah. Setelah berkas-berkas peralihan hak atas tanah

dilengkapi oleh PPAT, maka PPAT harus mengantarkannya ke Kantor

Pertanahan setempat untuk di proses. PPAT menyampaikan dokumen-

dokumen yang diperlukan untuk balik nama selambat-lambatnya tujuh hari

kerja sejak penandatanganan akta peralihannya. Dokumen yang wajib

diserahkan oleh PPAT ke Kantor Pertanahan adalah diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nomor 3

Tahun 1997 tentang ketentuan pelaksanaan peraturan pemerintah nomor

24 tahun 1997, baik dengan jual beli, tukar menukar, hibah, pewarisan,

pemasukan ke dalam perusahaan, pembagian hak bersama, dll. Misalnya

untuk pendaftaran peralihan karena jual beli adalah:

1) Surat permohonan pendaftaran pemindahan hak yang ditandatangani

oleh penerima hak atau kuasanya;

2) Surat kuasa tertulis dari pembeli apabila yang mengajukan

pendaftaran adalah dikuasakan;

3) Asli Akta Jual Beli

4) Fotokopi Bukti identitas diri penjual dan pembeli (KTP, KK)

5) Asli Sertipikat Tanah

6) Bukti pelunasan PBB, PPh dan BPHTB

Selanjutnya di Kantor Pertanahan diproses pencatatan pemindahan hak

dalam buku tanah, sertipikat dan daftar lainnya sesuai dengan tata cara yang

Universitas Sumatera Utara


52

berlaku. Setelah selesai di proses lalu sertipikat diserahkan kepada PPAT

yang memeberikan pengurusan diawal untuk diserahkan kepada pemegang

hak yang baru.

2. Prosedur Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah dengan Aplikasi


Layanan Online Kantor Pertanahan

a. Proses di Kantor PPAT

Hal yang mendasari dibuatnya Aplikasi Layanan online Kantor Pertanahan

adalah Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Layanan Informasi Pertanahan

Secara Elektronik (selanjutnya disebut Permen ATR/BPN Nomor 5 Tahun

2017).54 Dimana dibagian menimbang poin a dan poin b disebutkan:55

a. bahwa untuk meningkatkan pelayanan informasi pertanahan dengan


mudah, cepat, dan biaya rendah, perlu dilakukan pelayanan informasi
pertanahan secara elektronik.
b. bahwa untuk pelaksanaan pendaftaran tanah berdasarkan asas sederhana,
aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka, secara bertahap data pendaftaran
tanah disimpan dan disajikan secara elektronik maka ketentuan mengenai
tata cara pelayanan informasi pertanahan perlu disesuaikan dengan
perkembangan hukum, teknologi dan kebutuhan masyarakat;

Hal ini tentu sangat baik mengingat banyaknya hal yang menjadi

pertanyaan masyarakat terkait tanah atau bangunan yang dimilikinya. Namun jika

ditelaah lebih lanjut, dalam Permen ATR/BPN Nomor 5 tahun 2017 tersebut tidak

ada disebutkan secara langsung mengenai pengertian dan tujuan Aplikasi Layanan

Online Kantor Pertanahan yang diteliti dalam tesis ini, justru layanan informasi

tersebut merupakan bagian yang terdapat dalam Aplikasi Layanan Online Kantor

54
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugeng Kariyono, Pegawai Bidang Adiministrasi
Kantor Pertanahan Kota Medan tanggal 10 Oktober 2011
55
Poin a dan b Konsideran Permen ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Layanan
Informasi Kantor Pertanahan.

Universitas Sumatera Utara


53

pertanahan. Artinya bukan layanan informasi Kantor Pertanahan yang

menghadirkan aplikasi layanan online Kantor Pertanahan, tetapi sebaliknya

Aplikasi Layanan Online memuat Layanan Informasi Online.

Peralihan hak atas tanah sebelum dan sesudah online, dalam hal berkas

yang diperlukan untuk melakukan pengurusan balik nama sertipikat, tidak ada

perubahan, seperti asli sertipikat, KTP, KK, PBB, bukti bayar PPh dan BPHTB

serta dokumen pendukung lain jika diperlukan (seperti surat kuasa dalam hal jual

beli, penjual memakai kuasa). Semua berkas tersebut harus dilengkapi para pihak.

Mengenai langkah-langkah dalam proses pembuatan dan penandatanganan akta

serta pembayaran pajak-pajak peralihan hak atas tanah, tidak ada yang berubah

bahkan mengenai kelangkapan data pun tetap sama. Hanya sebelum

mengantarkannya ke Kantor Pertanahan, semua kelengkapan berkas harus di-

input terlebih dahulu dari kantor PPAT, dalam hal inilah yang disebut PPAT

online.

Selanjutnya, agar berkas dapat diantar ke Kantor pertanahan, maka

perjanjian antar berkas juga harus di-input. Input perjanjian datang ke BPN

memuat daftar berkas yang sudah selesai dientri dan siap untuk divalidasi dan

didaftarkan ke BPN. Dalam penginputan perjanjian antar berkas, pemohon

memasukkan tanggal dan apabila BPN menyetujui maka pemohon bisa mencetak

(print out) pengantar pendaftaran ke BPN. Pengantar ini yang dibawa ke BPN

bersama dengan seluruh kelengkapan berkas. Jadi prosedur yang dikerjakan di

Kantor PPAT yaitu:

Universitas Sumatera Utara


54

1. Sertipikat, Akta PPAT, PBB, SSP-BPHTB, Bukti bayar PPh dan BPHTB

di-scan terlebih dahulu;

2. Hasil scan tersebut pada poin 1 di-input melalui Aplikasi Layanan Online

Kantor Pertanahan dan setelah selesai maka pengantar kelengkapan berkas

bisa di print out untuk dibawa ke Kantor Pertanahan;

3. Terakhir adalah input perjanjian antar berkas, dan setelah selesai pengantar

nya (berisi nomor berkas sementara) juga di print-out;

4. Kedua pengantar hasil print-out tersebut bersama dengan semua

kelengkapan berkas permohonan dibawa ke Kantor Pertanahan.

Penginputan data sudah diatur sedemikian rupa sehingga PPAT dapat

memahami setiap prosesnya. Dalam seminar PPAT online se-Kota Medan yang

diadakan pada bulan Nopember 2016, Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Pertanahan Kota Medan

menjelaskan langkah-langkah setiap prosesnya dalam modul yang diberikan

kepada masing-masing peserta seminar yaitu PPAT atau yang mewakili. Prosedur

penginputan yang banyak serta banyaknya kelengkapan data-data yang harus diisi

adalah demi kepentingan para pihak supaya perbuatan hukum yang akan diproses

Kantor Pertanahan memenuhi syarat formal dan materil.

Prosedur Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan terbilang cukup

panjang, tidak sederhana dan sajian menu yang terdapat dalam aplikasi sangat

banyak sehingga sulit dipahami serta sangat banyak yang harus diisi.56 Selain itu,

56
Hasil Wawancara dengan Juniar Tobing, Pegawai Kantor Notaris/PPAT JULIANITA
PERANGIN-ANGIN, yang beralamat tdi Jalan A.H. Nasution Nomor 777 pada tanggal 10
Oktober 2017, pukul 16.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


55

sangat terbatas berkas yang bisa dimasukkan ke Kantor Pertanahan karena

dibatasi oleh sistem. Misalnya, dalam berkas peralihan yang hendak dimasukkan

sebanyak 7 (tujuh) berkas, kemungkinan besar berkas-berkas ini tidak bisa

dimasukkan dalam dalam waktu bersamaan karena keterbatasan waktu untuk

menginput data dan perjanjian. Sementara ketika manual, sebanyak apapun berkas

yang akan dimasukkan di Kantor Pertanahan, bisa dalam waktu yang bersamaan

didaftarkan ke Kantor Pertanahan.

Hal ini tentu tidak sejalan dengan tujuan aplikasi ini dibuat, yaitu dalam

hal memberi kemudahan bagi PPAT untuk mengerjakan sebagian proses

pendaftaran tanah. Jika dibandingkan dengan penerapan asas sederhana dalam

pendaftaran tanah yang diatur dalam PP Nomor 24 tahun 1997, proses pendaftaran

tanah di Kantor PPAT justru lebih sederhana dibandingkan setelah hadirnya

aplikasi layanan online Kantor Pertanahan. Dalam pendaftaran berkas ke Kantor

Pertanahan, penginputan data dan peniginputan perjanjian harus dilakukan

sementara dalam hal manual, berkas yang telah dilengkapi bisa langsung diantar

ke Kantor Pertanahan. Penginputan berkas dan perjanjian ini lah yang membuat

pelaksanaan kinerja PPAT kurang efektif dalam menjalankan tugas jabatannya.

Meskipun hal penginputan data dan perjanjian terlihat teknis, namun sangat

mempengaruhi jalannya proses pendaftaran tanah karena sistem online inilah yang

mengawali seluruh proses, sementara di awal pun sudah terdapat beberapa

kendala, baik sistem yang sering error maupun waktu pengurusan yang terkadang

menjadi bertambah.

Universitas Sumatera Utara


56

b. Proses di Kantor Pertanahan

Sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa hal yang berubah setelah

hadirnya Aplikasi Layanan Online adalah proses pendaftaran pelayanan

pertanahan saja. Pendaftaran berkas ke Kantor Pertanahan yaitu dengan

penginputan berkas dari kantor PPAT, kemudian mengantarkan kelengkapan

berkas fisik ke Kantor Pertanahan sesuai dengan jadwal perjanjian yang disepakati

di sistem. Prosedurnya adalah:

1. Membawa seluruh kelengkapan berkas pendaftaran yaitu sertipikat, Akta

PPAT, Identitas Pembeli dan Penjual, bukti bayar PBB, SSP dan SSPD-

BPHTB serta berkas lain jika ada, misalnya surat kuasa. Berkas diberikan

di loket 2 bersamaan dengan Surat Pengantar hasil print out dari

penginputan berkas dan perjanjian di Kantor PPAT;

2. Di loket pendaftaran, Petugas memeriksa kelengkapan berkas dan

menyesuaikan dengan yang sudah di-input dalam sistem Aplikasi Layanan

Online Kantor Pertanahan (validasi berkas);

3. Setelah petugas menyatakan lengkap dan data-data sesuai, maka

diterbitkanlah SPS untuk pembayaran PNBP yang dibayarkan oleh

pemohon.

4. Setelah pembayaran PNBP, buktinya diberikan kepada petugas, kemudian

petugas memberikan nomor berkas permohonan berkas untuk diproses

sesuai SOP Kantor Pertanahan.

Universitas Sumatera Utara


57

Adapun tujuan dari sistem ini bagi Kantor Pertanahan sendiri yaitu:57

1) Memudahkan proses pekerjaan di intern BPN itu sendiri;

2) Informasi PPAT yang aktif di Kota Medan;

3) Mengetahui jumlah berkas masuk di Kantor Pertanahan;

4) Memantau aktifitas PPAT di Kota Medan.

Hal ini membuktikan bahwa Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan ini dibuat hanya untuk memudahkan pihak Kantor Pertanahan

saja sementara pihak lain yang berkaitan seperti PPAT dan para pihak

yang melakukan pendaftaran (pemegang hak) pendaftaran tanah tidak

diuntungkan atau dimudahkan. Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan masih sangat terbatas pada permohonan pendaftarannya ke

Kantor Pertanahan saja, sementara proses setelahnya tidak ada yang

berubah. Jadi ketika dikatakan memberikan kemudahan bagi BPN, hal

tersebut juga masih sebatas memudahkan pendataan saja dan bukan proses

menyelesaikannya.

Selain itu, pernyataan memudahkan proses pekerjaan di intern Kantor

Pertanahan tentu dimaksudkan bahwa prosesnya lebih sederhana dari

manual sehingga tentu bisa lebih cepat selesai. Namun dalam kenyataan,

kemudahan dan kesederhanaan proses penyelesaiannya tidak menjadikan

prosesnya lebih cepat selesai. Misalnya dalam hal balik nama sertipikat,

dalam proses manual biasanya selesai dalam waktu 3 (tiga) sampai 4

57
Hasil Wawancara dengan LIDIA, Staf Administrasi Kantor Pertanahan Kota Medan,
tanggal 11 Oktober 2017, pukul 15.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


58

(empat) minggu, setelah memakai Aplikasi Layanan Online juga 3 (tiga)

sampai dengan 4 (empat) minggu. Jadi proses pendaftarannya tidak bisa

disebut lebih sederhana karena jangka waktunya tetap sama.

Aspek sederhana pendaftaran tanah ditandai dengan bahwa prosedur

mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara setelah

Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan ini dimunculkan, justru

menambah prosedur kegiatan pendaftaran dari prosedur yang sebelumnya

diatur dalam PP Nomor 24 tahun 1997. Makna sederhana dalam kamus

besar bahasa Indonesia adalah suatu perbuatan (tindakan) yang hemat dan

tuntas.58 Hemat berarti efisien baik biaya, waktu maupun prosedur

sedangkan tuntas berarti perbuatan (tindakan) itu efektif dan tidak berbelit-

belit dan prosedurnya terlaksana dengan baik.

58
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Edisi Ketiga, Penerbit Departeman
Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

EFEKTIVITAS PENGURUSAN PERTANAHAN BERBASIS ONLINE


DALAM MEMBANTU KINERJA PPAT MELAKUKAN
TUGAS JABATANNYA

A. Tinjauan Umum Tugas Dan Kewenangan PPAT

PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-

akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. Akta Otentik sebagai alat bukti terkuat dan

terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam

kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang

perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, daln lain-lain., kebutuhan akan

pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat sejalan dengan

berkembangnya tuntutan kepastian hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan

sosial di bidang pertanahan, baik pada tingkat nasional, regional maupun global.

Melalui akta otentik ditentukan secara jelas hak dan kewajiban masing-masing

pihak dalam hubungan hukum pertanahan, serta menjamin kepastian hukum, dan

sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa-sengketa di bidang

pertanahan. Walaupun pada kenyataannya sengketa tersebut tidak dapat dihindari.

Akta otentik merupakan alat bukti tertulis terkuat dan terpenuh memberi

sumbangan nyata bagi penyelesaian sengketa tersebut.59

Sistem ketatanegaraan diakui adanya keberadaan suatu jabatan yang

dipegang oleh seseorang pejabat yang sifatnya bukan struktural, melainkan

fungsional dan keberadaannya memiliki peran yang amat penting. Jabatan

59
Widhi Handoko, op.cit, hlm. 162
59

Universitas Sumatera Utara


60

Notaris-PPAT adalah jabatan fungsional yang diatur di dalam UU Nomor 30

Tahun 2004 yang telah diubaha dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014

tentang Jabatan Notaris dan Peraturan Jabatan PPAT dalam PP Nomor 37 Tahun

2008 yang telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016,

serta diatur dalam Pasal 6 ayat (2) PP nomor 24 Tahun 1997 tentang kewenangan

PPAT.60

1. Pengertian, Tugas dan Kewenangan PPAT

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, PPAT adalah

pejabat umum yang diberi tugas dan wewenang untuk membuat akta pemindahan

hak atas tanah, akta pembebanan Hak Tanggungan menurut peranturan

perundang-undangan yang berlaku. Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor

40 Tahun 1996, PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk

membuat akta-akta tanah. Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997, PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk

membuat akta-akta tanah tertentu. Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor

37 Tahun 1998, PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk

membuat akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas

tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. Pasal 1 angka 1 Peraturan

Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2006, PPAT adalah pejabat umum yang diberi

kewenangan untuk membuat akta-akta autentik mengenai perbuatan hukum

tertentu mengenai hak-hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.

60
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


61

Hakekat PPAT antara lain:61

a. Pejabat umum yang diberi tugas dan wewenang khusus memberikan


pelayanan kepada masyarakat berua pembuatan akta yang membuktikan,
bahwa telah dilakukan dihadapannya perbuatan hukum pemindahan hak atas
tanah, Hak Milik atas Satuan Rumah Susun atau pemberian Hak Tanggungan
atas tanah;
b. Akta yang dibuatnya adalah akta otentik;
c. PPAT adalah Pejabat Tata Usaha Negara, karena tugasnya di bidang
penyelenggaraan pendaftaran tanah yang merupakan keguiatan di bidang
Eksekutif/Tata Usaha Negara;
d. Akta PPAT bukan surat Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara, karena akta
relaas, yaitu suatu laporan tertulis dari pembuat akta berupa pernyataan
mengenai telah dilakukannya oleh pihak-pihak tertentu suatu perbuatan
hukum di hadapannya pada suatu waktu yang disebut dalam akta yang
bersangkutan;
e. Yang merupakan keputusan PPAT sebagai pejabat Tata Usaha Negara adalah
keputusan menolak atau mengabulkan permohonan pihak-pihak yang datang
kepadanya untuk dibuatkan akta mengenai perbuatan hukum yang mereka
akan lakukan dihadapannya.

PPAT merupakan salah satu sumber utama dalam rangka pemeliharaan

data pendaftaran tanah. Kegiatan PPAT membantu Kepala Kantor Pertanahan

(BPN) dalam melaksanakan tugas dibidang pendaftaran tanah khususnya dalam

kegiatan pemeliharaan data pendaftaran.62 Pelaksanaan pendaftaran tanah oleh

Kepala Kantor Pertanahan dibantu PPAT bukan berarti mangandung pengertian

bahwa PPAT pembantu atau bawahan dari Kepala Kantor Pertanahan, akan tetapi

pengertian tersebut harus diartikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pendaftaran oleh karena undang-undang atau peraturan yang mendasari, sehingga

tidak secara otomatis PPAT sebagai bawahan Kepala Kantor Pertanahan, akan

tetapi tugas dan kewenangan tersebut bersifat mandiri (indevenden).63

61
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hlm. 485
62
Widhi Handoko, op.cit., hlm. 166
63
Ibid., hlm. 167

Universitas Sumatera Utara


62

Tugas pokok PPAT dalam membantu pelaksanaan pendaftaran tanah oleh

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ditetapkan dalam Pasal 2 PP Nomor

37 Tahun 1998, yaitu:64

a. PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah

dengan membuatkan akta sebagi bukti telah dilakukannya perbuatan

hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan

Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data

pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

b. Perbuatan hukum sebagaimana yang dimaksud yaitu jual beli, tukar

menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng), pembagian

hak bersama, pemberian hak tanggungan dan pemberian kuasa

membebankan hak tanggungan.

Perbuatan hukum yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang dilakukan

oleh para pihak mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun,

yang menimbulkan akibat hukum bagi para pihak tersebut. Akibat hukum dari

perbuatan tersebut dapat berupa pemindahan hak, pembebanan hak, dan

pemberian hak.65

Pasal 2 ayat (1) PP Nomor 37 Tahun 1998 menyatakan bahwa tugas pokok

PPAT adalah melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah. Kegiatan

pendaftaran tanah yang dilakukan Pemerintah menurut Pasal 19 ayat (2) UUPA

1960 yaitu:

a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah;


64
Urip Santoso, op.cit., hlm. 339
65
Ibid., hlm. 340

Universitas Sumatera Utara


63

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak atas tanah tersebut;

c. Pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian

yang kuat.

Dari dua macam kegiatan pendaftaran tanah, yaitu kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah

sebagaimana ditetapkan dalam PP Nomor 24 Tahun 1997, maka kegiatan

pemeliharaan datalah yang menjadi tugas pokok PPAT. Dalam kegiatan

pemeliharaan data pendaftaran tanah terdaftar perbuatan hukum mengenai

hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, berupa pemindahan

hak, pembebanan hak tanggungan, pemberian hak guna bangunan, hak pakai

atas tanah hak milik, dan pemberian kuasa membebankan hak tanggungan.

Dalam perbuatan hukum mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan

rumah susun tersebut dibutuhkan PPAT untuk membuat akta.

A.P. Parlindungan menyatakan bahwa tugas PPAT adalah melaksanakan

suatu recordingh of deed conveyance, yaitu suatu perekaman pembuatan akta

tanah yang meliputi mutasi hak, pengikatan jaminan dengan hak atas tanah

sebagai hak tanggungan, mendirikan hak baru di atas sebidang tanah (Hak

Guna bangunan di atas hak milik atau hak pakat di atas hak milik) ditambah

surat kuasa memasang hak tanggungan.66

Pada dasarnya tugas PPAT dalam pendaftaran tanah adalah membantu

Kepala Kantor Pertanahan dalam mewujudkan salah satu tujuan pendaftaran

66
A.P. Parlindungan,1999, op.cit., hlm. 83

Universitas Sumatera Utara


64

tanah sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997,

yaitu untuk terwujudnya tertib adminsitrasi pertanahan.67

Tugas PPAT berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran

tanah adalah:68

1. Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai peralihan, pemindahan

atau pembebanan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun,

PPAT wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaaan pada Kantor

Pertanahan mengenai kesesuaian sertipikat hak atas tanah atau hak milik

atas satuan rumah susun dengan daftar-daftar yang ada di Kantor

Pertanahan dengan memperlihatkan sertipikat asli. Dalam praktek sehari-

hari hal ini disebut cek bersih.

2. PPAT hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah atas

hak milik atas satuan rumah susun pada saat wajib pajak menyerahkan

bukti pembayaran pajak berupa Surat setor Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan (SSPD BPHTB) dan bukti setor Pajak Penghasilan (SSP-

PPh).

3. PPAT wajib membacakan akta kepada para pihak yang bersangkutan dan

memberi penjelasan mengenai isi dan maksud pembuatan akta, dan

prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya sesuai

ketentuan yang berlaku.

PPAT juga wajib menyampaikan akta PPAT dan dokumen-dokumen

lain yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran pemindahan dan

67
Urip Santoso, op.cit., hlm. 345
68
Ibid.,

Universitas Sumatera Utara


65

pembebanan Hak Tanggungan atas hak atas tanah atau hak milik atas

satuan rumah susun yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan

setempat selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta

yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan terkait dengan tugas dan kewenangan PPAT,

keweangan PPAT diperoleh langsung dari Pemerintah, atau yang disebut

juga kewenangan yang diperoleh melalui delegasi. Secara delegasi artinya

pelimpahan kewenangan terjadi dari BPN kepada PPAT. Dan BPN

sebagai pemberi delegasi tidak dapat menggunakan wewenang yang sudah

diberikannya tersebut. Namun demikian, sebagaimana yang sudah disebut

di atas, sekalipun BPN yang mendelegasikan kepada PPAT untuk

melaksanakan sebagian pendaftaran tanah, tidak ada hirarki diantara BPN

dan PPAT, dalam arti bahwa PPAT bukan sebagai bawahan BPN. PPAT

adalah pejabat yang mandiri dalam melaksanakan tugas jabatannya

sekalipun dalam perbuatan hukum tertentu tunduk kepada peraturan-

peraturan yang dibuat oleh BPN.

B. Efektivitas Pengurusan Pertanahan Berbasis Online Dalam Membantu


PPAT

Teknologi Informasi atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

Information Technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang

membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan

dan/atau menyebarkan informasi. Teknologi Informasi merupakan pengetahuan

yang mencakup berbagai hal seperti sistem komputer hardware, dan software,

LAN ( Local Area Network ). MAN (Metropolitan Area Network), WAN (Wide

Universitas Sumatera Utara


66

Area Network), Sistem Informasi Manajemen (SIM), Sistem telekomunikasi dan

lain–lain.69 Menurut William dan Sawyer, Teknologi Informasi adalah teknologi

yang menyatukan komputerisasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data,

suara, dan video.70 Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa

komputer pribadi, tetapi juga telepon, televisi, peralatan rumah tangga elektronik,

dan piranti genggam modern (misalnya ponsel). Perkembangan bidang Teknologi

Informasi tersebut sangat cepat bahkan sekarang orang bisa melakukan transaksi

jual beli melalui online tanpa harus datang sendiri ke supermarket. Perkembangan

ini menawarkan kemudahan bagi manusia dalam memperoleh informasi.

Pemenuhan kebutuhan berupa informasi dalam waktu yang cepat. Perbedaan jarak

dan waktu sekarang tidak menjadi masalah, misal kita ingin mendapatkan

informasi, tinggal melakukan pencarian atau mencari video di halaman Youtube.

Banyak ahli yang membuat kemajuan milenium ini dengan melakukan

sinkronisasi di satu bidang intern ataupun antar bidang dalam satu lembaga.

Bahkan bisa melampaui dan melewati lembaga untuk dijadikan sistem informasi

terpadu. Teknologi Informasi adalah bidang pengelolaan teknologi dan mencakup

berbagai bidang yang termasuk tetapi tidak terbatas pada hal - hal seperti proses,

perangkat lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa

program, dan data konstruksi. Singkatnya, apa yang membuat data, informasi atau

pengetahuan yang dirasakan dalam format visual apapun, melalui setiap

mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian dari teknologi informasi.

69
Lantip Dian Prasojo, Riyanto, Teknologi Informasi Pendidikan, Gava Media,
Yogyakarta, 2011, hlm. 1.
70
Abdul Kadir, Terra Ch. Triwahyuni, Pengenalan Teknologi Informasi, Yogyakarta,
2003, hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara


67

Teknologi Informasi melakukan berbagai fungsi dari meng-instal aplikasi

untuk merancang jaringan komputer dan database informasi. Beberapa tugas

Teknologi Informasi yang dilakukan termasuk manajemen data, jaringan,

rekayasa perangkat keras komputer, database dan desain perangkat lunak, serta

manajemen dan administrasi sistem secara keseluruhan. Teknologi informasi

mulai menyebar lebih jauh dari konvensional komputer pribadi dan teknologi

jaringan, dan lebih ke dalam integrasi teknologi lain seperti penggunaan ponsel,

televisi, mobil, dan banyak lagi, yang meningkatkan permintaan untuk pekerjaan.

Penggunaan teknologi berbasis internet semakin banyak diterapkan untuk

mempercepat proses dalam semua bidang kehidupan.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa dengan hadirnya sistem online

harusnya menjadikan suatu pekerjaan lebih mudah, lebih cepat dan efektif

diselesaikan. Efektivitas adalah seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang

terlebih dahulu ditentukan. Efektif secara singkat berarti pengaruhnhya, akibatnya,

ataupun kesannya. Dalam tesis ini, efektivitas yang dibahas adalah terhadap PPAT

dalam membantu pelaksanaan tugas jabatannya yaitu melakukan sebagian

kegiatan pendaftaran tanah secara khusus pendaftaran tanah kedua kali. Karena

salah satu tujuan Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan yaitu memudahkan

pekerjaan PPAT. Kemudahan yang diberikan dengan pengurusan tanah berbasis

online seharusnya bisa dirasakan perbedaaannya dengan nyata oleh seluruh PPAT,

namun tampaknya belum bisa karena kemudahan yang diharapkan tidak maksimal

Universitas Sumatera Utara


68

dalam praktiknya. Jadi sebenarnya masih dipertanyakan kemudahan bagaimana

yang diperoleh PPAT dengan diadakannya sistem yang baru ini.71

Dengan adanya aplikasi online ini, prosedur pengurusan di Kantor PPAT

menjadi bertambah. Kalau melihat kembali tujuan yang disebutkan di awal yaitu

sistem online ini memudahkan PPAT dalam proses pendaftaran tanah, dan akan

mengurangi kontak langsung dengan petugas Kantor Pertanahan, serta akan

mengurangi adanya pungli, itu semua tidak terbukti dalam praktiknya. Misalnya

terkait dengan kontak langsung dengan petugas, dalam hal online ini tetap harus

kontak langsung karena berkas fisik pengurusan yang sedang dikerjakan harus

diantar ke Kantor Pertanahan. Di Kantor Pertanahan (di loket pemberian berkas)

langsung dilakukan validasi data oleh petugas. Validasi data dilakukan untuk

mengetahui kelengkapan berkas sehingga SPS nya bisa dikeluarkan. SPS keluar

jika berkasnya sudah lengkap, dan kelengkapan itu diketahui bukan pada saat

online dari kantor masing-masing, melainkan ketika sudah di Kantor Pertanahan

dan berhadapan dengan petugas yang memeriksa.72

Dalam hal tersebut, bisa dinilai ketidaksederhanaan prosedur ini. Sistem

online seharusnya tidak hanya dipendaftarannya saja, melainkan di prosesnya juga

harus online. Artinya adalah bahwa melalui sistem seharusnya bisa dilakukan

pengecekan kelengkapan berkas, sehingga sebelum berkas fisik diantar ke Kantor

Pertanahan, PPAT sudah mempersiapkan kelengkapan berkas sesuai prosedur

71
Hasil Wawancara dengan Juniar Tobing, Pegawai Kantor Notaris/PPAT JULIANITA
PERANGIN-ANGIN, yang beralamat di Jalan A.H. Nasution Nomor 777 pada tanggal 10 Oktober
2017, Pukul 16.30 WIB.
72
Hasil Wawancara dengan Juniar Tobing, Pegawai Kantor Notaris/PPAT JULIANITA
PERANGIN-ANGIN, yang beralama di Jalan A.H. Nasution Nomor 777 pada tanggal 10 Oktober
2017, Pukul 16.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


69

pedaftaran tanah di Kantor Pertanahan. Hal ini tentu menghindari penolakan

berkas karena tidak lengkap oleh petugas Kantor Pertanahan.

Mengenai waktu dalam pengurusannya, sebenarnya sangat relatif.

Terkadang bisa cepat dan terkadang bisa lama seperti halnya ketika manual,

misalnya kecepatan selesai balik nama karena jual beli, setelah online bisa cepat

tetapi bisa juga lama. Oleh karena itu masih perlu ditingkatkan supaya benar-

benar nyata menolong PPAT dalam tugas jabatannya.73

Jangka waktu selesai proses pendaftaran tanah dengan Aplikasi Layanan

Online Kantor Pertanahan berarti masih relatif dan tidak berbeda dengan manual.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan online pada umumnya yang membuat

pengurusan jauh lebih cepat atu efisien. Misalnya jika dibandingkan dengan

pendaftaran fidusia online, SABH Perseroan Terbatas, sangat nyata penghematan

waktu pengurusan dari yang sebelumnya manual.

Berdasarkan data yang Penulis peroleh dari Kantor Pertanahan Kota

Medan, berikut jumlah akta PPAT yang dibuat oleh beberapa PPAT di Kota

Medan:74

BULAN
No Nama PPAT Septembe Oktobe Nopembe Desembe
r r r r
1 Edy, SH 44 61 128 69
2 Eddy Simin, SH 13 18 27 69

73
Hasil Wawancara dengan Juniar Tobing, Pegawai Kantor Notaris/PPAT JULIANITA
PERANGIN-ANGIN, yang beralamat di Jalan A.H. Nasution Nomor 777 pada tanggal 10 Oktober
2017, Pukul 16.30 WIB.
74
Jumlah akta diperoleh berdasarkan laporan PPAT bulanan yang terdapat di Kantor
Pertanahan Kota Medan. Berdasarkan penjelasan dari Bapak Sugeng Kariyono, selaku Pegawai
Bidang Adiministrasi Kantor Pertanahan Kota Medan, bahwa tidak semua PPAT memberikan
laporan setiap bulannya. Oleh karena itu, Penulis hanya mengambil data dari PPAT yang lengkap
memberikan laporan periode September 2017 sampai Desember 2017.

Universitas Sumatera Utara


70

3 Elza Mawarni 8 23 58 17
Franky Tjokroahdymylya,
4 SH 17 17 28 66
5 GO Uton Utomo, SH 3 5 13 32
6 Halim, SH 17 19 49 66
7 Helena, SH., M.Kn 10 5 35 36
8 Hj. Mariana, SH 12 14 20 49
9 Henry Tjong, SH 14 11 40 52
10 Jhon Langsung, SH 40 29 92 127
Jonas Marolop Simarmata,
11 SH 9 5 38 31
12 Lince Hutahayan, SH 1 4 4 2
Makmur Ritonga SH.,
13 Mkn., MH 3 2 4 27
14 Ratna Berutu, SH 1 1 1 10
15 Rosnidar, SH 43 50 113 141
16 San Smith, SH 12 10 14 7
17 Suprayitno, SH 3 3 12 15
18 Tjong Deddy Iskandar, SH 14 10 65 147
19 Wanda Lucia, SH 3 11 3 1
Tabel 3.1 Jumlah Akta PPAT Periode September 2017 – Desember 2017

Berdasarkan tabel di atas, jenis akta PPAT yang paling banyak adalah

Akta Jual Beli (AJB). Penulis menyimpulkan bahwa proses peralihan tanah

dengan jual beli sangat banyak terjadi di Kota Medan. Dengan demikian,

kemudahan untuk melakukan pendaftaran dan proses balik nama di Kantor

Pertanahan sangatlah perlu untuk mendukung selesainya proses tersebut dengan

cepat dan juga biaya ringan. Baik dari masyarakat (selaku pembeli dalam AJB)

maupun PPAT sendiri mengharapkan sistem yang efektif dari segi biaya maupun

waktu. Dengan hadirnya Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan ini,

sangatlah besar harapan dari PPAT bahwa aplikasi ini akan sangat membantu

dalam proses pengurusan pertanahan (khususnya pendaftaran tanah kedua kali)

yang menjadi tugas dari PPAT.

Universitas Sumatera Utara


71

Namun demikian, adanya aplikasi online ini, tidak ada kemudahan yang

siginifikan dalam berurusan dengan Kantor Pertanahan, tetapi untuk Kantor

Pertanahan mungkin terbantu. Karena justru menambah pekerjaan dengan meng-

input data terlebih dahulu serta membuat janji secara online, sementara berkas

yang bisa kita input pun akan terbatas jumlahnya, berbeda dengan ketika manual,

sebanyak-banyaknya bisa diantarkan ke Kantor Pertanahan untuk segera

diproses.75 Keterbatasan dalam memasukkan berkas ke Kantor pertanahan

dikarenakan banyaknya dokumen dan perjanjian antar berkas yang harus di-input,

sementara sistem juga terkadang error.

Kendala-kendala lain dalam praktik adalah terdapat beberapa sertipikat

lama yang tidak bisa di proses, misalnya sertipikat yang belum mempunyai NIB.

Sertipikat ini harus dilakukan pengurusan manual terlebih dahulu ke Kantor

Pertanahan. Hal ini sangat berbeda dengan proses manual, dimana semua berkas

bisa masuk dan diproses di Kantor Pertanahan. Pengurusan NIB tentu menambah

prosedur dan menambah jangka waktu pengurusan pertanahan karena Aplikasi

Layanan online mengharuskan sertipikat memiliki NIB. Hal ini diperlukan agar

sertipikat bisa di-input ke dalam sistem. Kendala ini tidak diperhitungkan dalam

Aplikasi Layanan Online, jadi prosedur pengurusan pun bisa menjadi “double”

dalam arti online dan manual, keduanya dikerjakan terhadap berkas yang sama

supaya berkas tersebut bisa masuk ke Kantor Pertanahan.

Aplikasi online ini masih 70 % fisik dan 30 % online, tidak seperti online

yang lain yang fisiknya jauh lebih sedikit, jadi belum bisa disebut efektif.
75
Hasil Wawancara dengan Elvi Sahara, Pegawai Kantor Notaris/PPAT JULIANITA
PERANGIN-ANGIN, yang beralamat di Jalan A.H. Nasution Nomor 777 pada tanggal 10 Oktober
2017, Pukul 15.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


72

Misalnya melakukan cek bersih, dari kantor PPAT dilakukan penginputan data

dan perjanjian untuk mengantar berkas. Setelah itu berkas fisiknya diantar ke

Kantor Pertanahan, kemudian di Kantor Pertanahan dilakukan validasi untuk

mengeluarkan SPS. Petugas kantor pertanahan mengeluarkan SPS setelah

mengecek kelengkapan berkas. Setelah SPS dikeluarkan barulah PPAT membayar

PNBP. Sementara bukti pembayaran PNBP ini tetap harus diantar ke Kantor

Pertanahan. Tentu hal ini menambah waktu karena harus bolak-balik ke Kantor

Pertanahan. Selain itu sebagian besar berkas yang dimasukkan melalui sistem

tidak bisa pantau dari Aplikasi Layanan Online di kantor untuk mengetahui

apakah cek bersihnya sudah selesai atau belum. Hal ini disebabkan karena

terkadang tidak muncul pemberitahun di aplikasi (sistem) sehingga harus pergi ke

Kantor Pertanahan untuk mengetahui siap atau tidaknya cek bersih tersebut. Dan

mengenai waktu, sepertinya sama saja, ketika manual cek bersih adalah 2 (dua)

sampai 3 (tiga) hari, setelah online begitu juga yaitu 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari.76

Terkait dengan berkas fisik yang harus diantar ke Kantor Pertanahan, hal

tersebut memang adalah wajar mengingat berkas-berkas yang harus diilengkapi

tersebut adalah penentu bahwasanya pengurusan itu bisa dilanjutkan atau tidak

(menjadi bahan pertimbangan tentang keabsahan proses pengurusan yang sedang

akan diproses di Kantor Pertanahan), tetapi bukan tidak bisa sistem didesain

sedemikian rupa supaya bisa mengoreksi keabsahan data-data yang diperlukan

untuk proses tersebut. Dengan demikian ketika berkas diantar ke Kantor

Pertanahan, validasi data yang dikerjakan harus juga melalui online

76
Hasil wawancara dengan LINCE HUTAHEAN, Notaris/PPAT yang berlamat di Jalan
Cik Di Tiro Nomor 96 pada tanggal 9 Oktober 2017, pukul 12. 00 WIB

Universitas Sumatera Utara


73

pemberitahuannya kepada pemohon (dalam hal ini PPAT), sehingga terciptalah

sesuai tujuan dari sistem online ini yaitu mengurangi kontak fisik dengan petugas

Kantor Pertanahan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, Aplikasi Layanan Online masih kurang

efektif dalam membantu PPAT melakukan tugas jabatannya. Jika ditinjau dari

teori efektivitas hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, bahwa efektif

tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor yaitu faktor hukumnya

sendiri (undang-undang), faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas,

faktor masyarakat dan faktor kebudayaan.

1. Faktor yang pertama yaitu faktor hukumnya sendiri (undang-undang).

Mengenai Layanan Online Kantor Pertanahan (LOKET) dan Pelayanan

Mandiri Akta Tanah (PERMATA) yang diaplikasikan dengan Aplikasi

Layanan Online Kantor Pertanahan, memang belum ada peraturan yang

mengatur tata cara pelaksanaan kebijakan ini. Kebijakan ini dikeluarkan

sebagai salah satu inovasi BPN dengan pertimbangan untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, namun rumusan secara lengkap terkait tata

cara dan pelaksanaannya disampaikan kepada PPAT hanya melalui seminar

dan pemberian modul. Kejelasan rumusan dari substansi aturan, turut

mempengaruhi efektif tidaknya hukum sehingga mudah dipahami oleh target

diberlakukannya aturan hukum tersebut, jadi harus dirancang dengan baik dan

mampu dipahami secara pasti.77

77
C.G. Howard & R. S. Mumners, Law, Its Nature and Limits, 1965, Page 46-47 yang
diterjemahkan dalam buku Achmad Ali, op.cit., hlm. 376

Universitas Sumatera Utara


74

2. Faktor kedua adalah penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum. Layanan Online Kantor Pertanahan (LOKET)

dan Pelayanan Mandiri Akta Tanah (PERMATA) dibentuk atau dikeluarkan

oleh BPN dan diterapkan bersama dengan PPAT sebagai mitra BPN. Di awal

pelaksanaannya, BPN melakukan seminar untuk mensosialisasikan

pelaksanaan kebijakan online ini bersama dengan seluruh PPAT. Namun pada

saat sosialisasi, yang dibahas adalah mengenai prosedur teknis menggunakan

Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan sementara manfaat dan dasar

yuridis pembuatan kebijakan, kurang dibukakan. Hal ini tentu mempengaruhi

pendapat beberapa PPAT/Pegawai PPAT dalam menanggapi kebijakan online

ini. Dan sebagaimana diuraikan di atas, BPN dan PPAT berada dalam posisi

yang mengapresiasi dan tidak mengapresiasi. Sementara sosialisasi yang

optimal kepada seluruh target aturan hukum, turut menjadi faktor efektifnya

hukum.78

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung yang dalam hal ini yaitu

jaringan internet atau aplikasi yang digunakan untuk Layanan Online Kantor

Pertanahan (LOKET) dan Pelayanan Mandiri Akta Tanah (PERMATA).

Fakta sekarang ini, transaksi elektronik sudah menjadi bagian dari kehidupan

sehari-hari, baik secara domestik mupun lintas negara. Transaksi elketronik

telah memiliki ketentuan hukum baik secara nasional (UU ITE) maupun

secara Internasional dengan berlakunya United Nations Convention on the

Use of Electronic Communication in International Contracts pada 2005. Dari

78
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


75

sudut pandang komunikasi suatu transaksi elektronik pada dasarnya adalah

suatu kegiatan pertukaran informasi melalui sistem komunikasi elektronik

yang ditujukan untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu. Perbuatan

hukum tersebut dapat dilaksanakan dalam konteks antara lain:79

a) Hubungan penyelenggara negara kepada publiknya (pelayanan publik);

b) Hubungan perdata para pihak untuk melakukan perikatan atau kontrak

elektronik.

Sementara Beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain

meliputi:

a) Teknoligi Informasi sangat mudah dipelajari;

b) Teknologi Informasi mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh

pengguna;

c) Keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan TI;

d) Teknologi Informasi sangat mudah untuk dioperasikan.

Hal tersebut tentu masih jauh berbeda dengan yang bisa dikerjakan dalam

sistem online Kantor Pertanahan sebagaimana yang dimaksud dalam penulisan

tesis ini. Tidak adanya timbal balik antara para pihak secara online membuat

sistem ini kurang efektif. Artinya bahwa PPAT masih dihadapkan kepada orang

dan bukan dihadapkan kepada sistem. Hal ini karena PPAT hanya melakukan

penginputan dari Kantor, sementara proses selanjutnya tetap dikerjakan seperti

biasa dalam hal ketika pengurusan manual. Yang dikerjakan sistem masih hanya

79
Edmon Makarim, Notaris dan Transaksi Elektronik, Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2012, hlm. 43-44

Universitas Sumatera Utara


76

pendaftarannya saja, seluruh proses misalnya balik nama sertipikat, yang terjadi di

Kantor Pertanahan masih tetap sama.

Aplikasi ini merupakan langkah yang baik bagi pembenahan dalam

pengurusan pertanahan kalau saja sistem lebih canggih dari sekarang, karena

sekarang masih belum efektif, dengan kata lain perbedaaanya dengan manual

belum memberikan dampak terhadap kemudahan proses di kantor PPAT. Selain

itu, sistem yang sering bermasalah dan juga termasuk Sumber Daya Manusia

(SDM) di Kantor Pertanahan. Karena sebenarnya yang diharapkan ketika sistem

ini diluncurkan adalah bahwa sampai hasil akhir bisa dikerjakan dari Kantor atau

dari sistem, touch fisik ke Kantor Pertanahan benar-benar harus diminimalkan.

Jadi kemudahan setelah online ini belum terasa.80

Pengurusan pertanahan dengan Aplikasi Layanan Online memang tidak

menyederhanakan proses dan jangka waktu penyelesaian pun tetap relatif, cepat

selesainya tergantung kondisi berkas. Hal ini tentu menambah dalamnya

ketidaksederhanaan proses dalam PP Nomor 24 Tahun 1997. Sebelumnya

prosedur dalam pengurusan pertanahan manual memang belum bisa dikatakan

sederhana karena banyaknya prosedur yang harus dilaksanakan baik oleh

pemegang hak maupun PPAT. Dan hadirnya aplikasi layanan online ini justru

menambah ketidaksederhaan proses tersebut khususnya bagi PPAT. Sebagaimana

yang disebutkan di atas, sekalipun penginputan berkas dan perjanjian dari Kantor

PPAT terkesan teknis, dalam praktiknya tetap menyulitkan PPAT.

80
Hasil wawancara dengan LINCE HUTAHEAN, Notaris/PPAT yang berlamat di Jalan
Cik Di Tiro Nomor pada tanggal 9 Oktober 2017, pukul 12. 00 WIB

Universitas Sumatera Utara


77

Pengurusan pertanahan ketika manual sepertinya lebih mudah daripada

setelah online ini, karena yang kita harapkan dengan hadirnya online ini adalah

bisa menghemat waktu, padahal kenyataannya itu sangat relatif, kadang cepat

kadang lama. Waktu manual juga demikian, pengurusan yang kita lakukan pun

kadang cepat kadang lama. Sistem online ini harus ditingkatkan lagi, dan kalau

mengharapkan supaya bagus, selain sistem harus siap, sumber Daya Manusia

(SDM) juga harus siap.81

Berdasarkan hal yang dipaparkan di atas, sistem aplikasi online ini justru

menambah prosedur pengurusan pertanahan itu sendiri. Aplikasi ini juga kurang

di dukung dengan Sumber Daya Manusia sehingga peningkatan yang nyata belum

tercipta, baik dari PPAT maupun dari kantor Pertanahan selaku pembuat aplikasi

ini.

Berbeda dengan PPAT, Kantor Pertanahan sebagai pihak yang

mengeluarkan kebijakan ini mengatakan aplikasi ini membantu Kantor Pertanahan

dalam hal mengetahui secara detail dan intens berkas yang masuk dan keluar

melalui informasi berkas dari aplikasi.82 Adapun tujuan dari sistem ini bagi

Kantor Pertanahan sendiri yaitu:83

1) Memudahkan proses pekerjaan di intern BPN itu sendiri;

2) Informasi PPAT yang aktif di Kota Medan;

3) Mengetahui jumlah berkas masuk di Kantor Pertanahan;

81
Hasil wawancara dengan Wanda Lucia, SH, MKn, Notaris/PPAT yang beralamat di
Jalan Iskandar Muda Nomor 153/22 A pada tanggal 10 Oktober 2017, pukul 12.00 WIB
82
Hasil Wawancara dengan Lidia, Staf Administrasi Kantor Pertanahan Kota Medan,
pada tanggal 11 Oktober 2017, pukul 15.30 WIB.
83
Hasil Wawancara dengan Lidia, Staf Administrasi Kantor Pertanahan Kota Medan,
pada tanggal 11 Oktober 2017, pukul 15.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


78

4) Memantau aktifitas PPAT di Kota Medan.

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Aplikasi layanan Online

Kantor Pertanahan ini tentu sangat membantu kantor pertanahan

mengingat banyak tugas pokok dan fungsi kantor pertanahan. Dari segi ini,

tentu aplikasi ini patut diapresiasi karena secara tidak langsung akan

berdampak pada pemangku kepentingan khususnya masyarakat yang

berurusan dengan kantor pertanahan. Berdasarkan data dari Kantor

Pertanahan Kota Medan, berikut jumlah pendaftaran tanah karena

peralihan dan pembebanan hak yang terdaftar di Kantor Pertanahan Kota

Medan.84

PERALIHAN HAK
BULAN
KEGIATAN
Jan. Peb. Maret April Mei Juni Juli Agts Sept. Okt. Nop. Des.

Jual Beli 814 174 534 650 838 730 1168 919 877 1194 1064 1483

Waris 69 24 54 68 104 84 144 127 84 117 129 135

Hibah 47 11 33 24 37 40 76 35 37 47 55 39

Lelang 6 10 8 4 15 8 25 9 16 10 13 9

Pembagian Hak Bersama 3 1 5 3 5 13 8 17 7 6 12 14

Tukar Menukar 2

PEMBEBANAN HAK

BULAN
KEGIATAN
Jan. Peb. Maret April Mei Juni Juli Agts Sept. Okt. Nop. Des.
Hak
Tanggungan 757 691 809 668 793 697 901 1030 783 1042 993 633
Tabel 3.2 Jumlah Pendaftaran Peralihan Pembebanan Hak di

Kantor Pertanahan Kota Medan

84
Data jumlah Permohonan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah tahun 2017 yang
diperoleh dari Kantor Pertanahan Kota Medan tanggal 6 Februari 2018.

Universitas Sumatera Utara


79

Berdasarkan data dari tabel di atas, khususnya pendaftaran tanah karena

peralihan hak dengan jual beli, dari bulan Januari sampai Desember 2017

mengalami peningkatan. Dengan adanya Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan, tentu sangat membantu Petugas untuk memproses peralihan hak

tersebut.

Dari penjelasan di atas, aplikasi online ini memang suatu peningkatan

pelayanan di Kantor Pertanahan, khususnya Kota Medan, hanya saja dalam

praktiknya, kemudahan itu masih hanya menguntungkan intern Kantor Pertanahan

sementara PPAT kurang merasakan kemudahan yang nyata, baik dari segi

pemberkasan dari kantor maupun setelah berkas masuk di Kantor Pertanahan.

Jika ditinjau dari teori utilitas yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham,

mengatakan bahwa tujuan hukum semata-mata untuk memberikan kemanfataan

atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk orang banyak, hukum merupakan

salah satu alat untuk mendatangkan kebahagiaan.85 Kebijakan pertanahan

seharusnya memberi dampak yang nyata dan berguna bagi setiap pemangku

kepentingan atas apa dan untuk siapa suatu kebijakan itu dibuat. Seharusnya

dengan hadirnya sistem online ini, PPAT juga dimudahkan dalam tugas

jabatannya dan bukan justru menambah pekerjaannya (dua kali bekerja). PPAT

cenderung menyatakan ketidakpuasan dengan adanya aplikasi ini. Teori utilitas

memusatkan masyarakat sebagai subjek yang harus dibahagiakan, diuntungkan

dengan adanya suatu hukum, dan hubungannya dengan kebijakan yang

dikeluarkan oleh BPN dalam tesis ini adalah bahwa PPAT merupakan pejabat

85
Achmad Ali., op.cit.,hal 272

Universitas Sumatera Utara


80

yang akan menyelesaikan urusan masyarakat jika hendak melakukan peralihan

hak atas tanah sertipikat dengan jual beli.

Dalam perkembangannya, konsep teori utilitas memang mendapat kritikan

yang cukup keras karena kebahagiaan, keuntungan maupun kesenangan tidak

sama bagi semua orang, dalam artian bahwa suatu kebahagian bagi orang lain bisa

menjadi ketidakbahagian bagi yang lainnya, sehingga tentu sulit bagaimana

merealisasikan teori utilitas tersebut.86 Hal inilah yang digambarkan dari PPAT

dan BPN terkait dengan kebijakan pertanahan dengan Aplikasi Layanan Online

Kantor Pertanahan imi, dalam artian hanya BPN yang diringankan.

Terkait dengan proses pengurusan manual, memang mempunyai

kelemahan yaitu adanya kemungkinan terjadinya berkas terselip karena dalam

mendata berkas, dilakukan secara langsung, sementara kelemahan dalam aplikasi

online hanya ada pada penginputan dan pengerjaan berkas tidak bisa dilakukan

kalau aplikasi sedang bermasalah atau error. Sedangkan kelebihan pengurusan

waktu manual yaitu berkas masuk dan berkas keluar bisa dikerjakan secara rutin,

sementara kelebihan setelah adanya aplikasi online ini yaitu bahwa Kantor

Pertanahan mengetahui secara detail dan intens berkas yang masuk dan keluar

melalui informasi berkas dari aplikasi. Jadi aplikasi ini sangat efektif, dimana

akurasi dan kondisi berkas dicantumkan dengan detail, memudahkan pencarian

posisi berkas yang diproses, hanya saja ada kendala ketika terjadi listrik padam

86
June & Ron Katz, Konsep Jeremy Bentham dan Konsep John Rawls tentang Keadilan,
majalah Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Amannagappa, Juli-Agustus 1992, hal. 15
dalam Achmad Ali, op.cit.,hlm. 274

Universitas Sumatera Utara


81

dan atau jaringan tidak bagus dan atau kesalahan penginputan data, maka aplikasi

online ini tidak bisa dikerjakan.87

Berdasarkan hal tersebut diatas, Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan yang digunakan PPAT masih hanya dalam tahap mendaftarkan

permohonan perbuatan hukum yang dilakukan dihadapannya atau oleh PPAT itu

sendiri. Artinya adalah yang dimaksud online hanya terkait dengan proses

pendaftaran pengurusan ke Kantor Pertanahan. Hal ini nampak dari penginputan

data yang harus dilakukan sebelum penyerahan berkas permohonan kepada

Kantor Pertanahan. Bagian PPAT hanya sampai menginput data saja, dan proses

tetap dikerjakan oleh Kantor Pertanahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Oleh karena itu, adanya sistem online ini tidak mengurangi pekerjaan yang

diberikan kepada PPAT sendiri, justru menambah pekerjaan karena harus

menginputnya terlebih dahulu.

C. Perbedaan Sebelum dan Sesudah Online

Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Bab II di atas, bahwa Aplikasi

Layanan Online ini merupakan suatu pembaharuan dalam pelayanan pendaftaran

tanah dengan tujuan memudahkan pekerjaan PPAT. Perbedaan pengurusan antara

manual dengan online ini yaitu pada permohonan pendaftaran pelayanan yakni

PPAT bertugas dalam menginput data permohonan dan perjanjian antar berkas

dari Kantor PPAT, kemudian mengantar semua kelengkapan berkasnya ke Kantor

Pertanahan.

87
Hasil Wawancara dengan Lidia, Staf Administrasi Kantor Pertanahan Kota Medan
tanggal 11 Oktober 2017, pukul 15.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


82

Setelah PPAT menginput semua kelengkapan berkas, ternyata itu tidak

terhitung sebagai waktu untuk pendaftaran permohonan di Kantor Pertanahan.

Pendaftaran permohonan baru terhitung setelah PPAT mengantarkan berkasnya ke

Kantor Pertanahan, lalu berkas divalidasi oleh petugas, dan setelah berkas

dinyatakan lengkap, petugas akan memberikan nomor berkas untuk melanjutkan

proses penyelesaiannya. Dengan demikian, memang tidak dapat dipungkiri bahwa

dengan sistem online ini, antrian PPAT di Kantor Pertanahan bisa dihindari,

namun hanya sebatas itu.

Selain dalam penginputan data, hal yang berbeda setelah hadirnya Aplikasi

Layanan Online Kantor Pertanahan ini yaitu adanya berkas-berkas tertentu yang

tidak dapat diproses di sistem sehingga harus dilakukan pengurusan ke Kantor

Pertanahan. Misalnya sertipikat yang belum memiliki NIB, sertipikat yang harus

cek plotting, dan sertipikat yang belum diketahui Zona Nilai Tanah (ZNT) nya.

Dalam mengurus sertipikat yang demikian, PPAT memerlukan waktu bahkan

biaya. Sementara dalam hal manual, berkas tersebut bisa langsung didaftarkan ke

Kantor Pertanahan untuk segera diproses.

Bedasarkan hal tersebut, terdapat sisi ketidakefektifan dari online ini bagi

PPAT karena hanya sebatas memasukkan berkas (pendaftaran pelayanan),

setelahnya masih tetap sama. Prosedur bertambah namun proses penyelesaian dan

biaya yang dibutuhkan tetap sama. Memang bagi Kantor Pertanahan, kebijakan ini

berguna dalam hal menghindari penumpukan berkas di Kantor Pertanahan, hal ini

karena perjanjian antar berkas ke Kantor Pertanahan dibatasi oleh sistem, jadi

berkas bisa terhindar dari penumpukan berkas seperti semasa manual. Namun

untuk PPAT, kebijakan ini kurang memberi manfaat, karena dalam berkas tertentu

Universitas Sumatera Utara


83

menimbulkan pekerjaan-pekerjaan lain yang tentu menambah waktu dan biaya

pengurusan. Dengan demikian PPAT sebagai pejabat yang wewenangnya

melakukan sebagian kegiatan pendaftaran tanah, tidak merasakan bahwa

kebijakan ini efektif baik dari segi waktu maupun dari segi biaya penyelesaian.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KENDALA-KENDALA DALAM PENGURUSAN PERTANAHAN


DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI LAYANAN
ONLINE KANTOR PERTANAHAN

A. Tinjauan Mengenai Tugas dan Kewenangan BPN

Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah lembaga pemerintah non-

departemen di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang Pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Badan Pertanahan Nasional dibentuk pada tanggal 19 juli 1998

berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998.

Badan ini merupakan peningkatan dari Direktorat Jenderal Agraria Departemen.

Peningkatan status tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa tanah sudah tidak

lagi merupakan masalah agraria yang selama ini lazimnya di identifikasikan

sebagai pertanahan, namun telah berkembang menjadi masalah lintas sektoral

yang mempunyai dimensi pertahanan dan keamanan.

Kewenangan yang dimilik BPN bersumber dari UUD 1945. Pasal 33 ayat

(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur

bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara

dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal tersebut merupakan

landasan konstitusional yang memberikan kewenangan kepada penyelenggara

pemerintahan dalam bidang pertanahan, yang berarti bahwa kewenangan

mengelola dan mengatur tanah dalam bidang hukum publik dalam hukum

pemerintahan merupakan kewenangan pemerintah pusat.

84

Universitas Sumatera Utara


85

Menurut Philipus M. Hadjon mengatakan bahwa kekuasaan hukum terkait

dengan wewenang dalam bidang hukum publik terutama dalam hukum

administrasi pemerintahan, kekuasaan hukum menunjuk kepada wewenang

Pemerintah Pusat dan diatur dalam norma pemerintahan.88 Hal tersebut berarti

bahwa tindakan pemerintah harus didasarkan pada kewenangan yang sah yang

memiliki dasar hukum. Oleh karena itu sebagai konsekuensi logis dan yuridis dari

ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut, maka diundangkan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Dimana dalam Pasal 2 UUPA diatur bahwa:

(1) Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan
hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi air dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat.
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) Pasal ini memberi
wewenang untuk :
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orangorang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orangorang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air
dan ruang angkasa.
(3)Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada
ayat (2) Pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran
rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil
dan makmur.

88
Yudhi Setiawan, Hukum Pertanahan, Teori dan Praktik, Bayumedia Publishing,
Malang, 2010, hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara


86

Dengan demikian, berdasarkan Pasal 2 UUPA, dapat diketahui bahwa

terdapat 3 (tiga) fungsi utama keagrariaan yang harus dijalankan oleh negara

dalam hal ini BPN, yaitu :

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa;

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang

angkasa.89

Pasal 2 UUPA 1960 merupakan landasan hukum yang memungkinkan

administrasi negara melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang di bidang

pertanahan”.90 Hal tersebut berarti bahwa diaturnya hak menguasai negara dalam

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

mengandung makna bahwa negara sebagai tingkat tertinggi yang memiliki

kewenangan dalam bidang pertanahan, dimana negaralah yang memiliki

kewenangan dan berhak mengatur penguasaan, peruntukan, pemanfaatan dan

penguasaan tanah. Kewenangan negara ini merupakan suatu kewenangan asli atau

yang disebut dengan kewenangan yang diperoleh secara atribusi yang langsung

bersumber pada Pasal 33 ayat (3) yaitu memberikan kewenangan tersebut kepada

penyelenggara pemerintahan untuk mengatur penguasaan, peruntukkan dan

89
Adrian Sutedi, Politik dan Kebijakan Hukum Pertanahan Serta Berbagai
Permasalahan, BP. Cipta Jaya, Jakarta, 2006, hlm. 12
90
SF. Marbun, et.al, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII,
2001, hlm. 371

Universitas Sumatera Utara


87

pemanfaatan tanah. BPN mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Dalam

melaksanakan tugas, BPN menyelenggarakan fungsi:91

a. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;


b. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan
pemetaan;
c. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah,
pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;
d. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan
e. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
f. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penanganan sengketa dan perkara pertanahan;
g. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
h. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
i. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;
j. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan
k. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.

Merujuk kepada fungsi BPN dalam poin a di atas, dimana BPN berwenang

mengeluarkan suatu kebijakan di bidang pertanahan termasuk salah satu

kebijakannya yaitu sistem pengurusan pertanahan berbasis online yang

aplikasinya dijalankan dengan Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan.

Hanya saja kebijakan ini masih belum tertuang dalam bentuk peraturan yang

tertulis, sekalipun sudah dilaksanakan hampir di seluruh Kantor Pertanahan di

Indonesia. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN

menyelenggarakan agenda yaitu:92

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional.

91
Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Badan Pertanahan Nasional
92
Wikipedia, Badan Pertanahan Nasional.
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pertanahan_Nasional, diakses tanggal 15 Oktober 2017, pukul
21.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


88

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi

tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana

alam dan daerah-daerah konflik.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik

pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan

sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.

9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan

Pertanahan yang telah ditetapkan.

10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.

11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan

Pertanahan.

BPN bertugas untuk mengelola dan mengembangkan administrasi

pertanahan yang meliputi Pengaturan Penggunaan, Penguasaan, Pemilikan dan

Pengelolaan Tanah (P4T), penguasaan hak-hak atas tanah, pengukuran dan

pendaftaran tanah dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan,

sehingga BPN sangat berperan aktif dalam mewujudkan penggunaan tanah untuk

Universitas Sumatera Utara


89

sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan melaksanakan fungsinya di bidang

pertanahan sebagai lembaga Non-Departemen pembantu Presiden.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UUPA pendaftaran tanah

diselenggarakan oleh Pemerintah, dalam hal ini BPN. Menurut PP Nomor 24

Tahun 1997 pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor

Pertanahan, kecuali mengenai kegiatan-kegiatan tertentu yang ditugaskan kepada

Pejabat lain. Kegiatan-kegiatan tertentu yang ditugaskan kepada pejabat lain, yaitu

kegiatan-kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional atau melebihi wilayah

kerja Kepala Kantor Pertanahan, misalnya pengukuran titik dasar teknik dan

pemetaan fotogametri.

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk

Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di kabupaten/kota.

Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal BPN di Kabupaten/ Kota yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional

melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi. Kantor

Pertanahan dipimpin oleh seorang kepala yang berstatus sebagai pegawai negeri

sipil. Dan dalam pelaksanaan tugas tersebut Kepala Kantor Pertanahan dibantu

oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ini dan

peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


90

B. Pengurusan Pertanahan Berbasis Online dalam Rangka Pelaksanaan


Good Governance

Good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi

masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam

rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem

pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga dalam penyelenggaraan

pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna bertanggung

jawab serta bebas KKN. Konsep good governance untuk dilaksanakan dalam

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilatar belakangi oleh

banyak faktor. Namun demikian salah satu faktor yang terbesar adalah

ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam menghadapi era

globalisasi yang penuh dengan persaingan kompetensi standar tinggi. Pemerintah

tidak lagi menjadi pemain tetap mengharapkan peran lebih besar dari sektor

swasta dan masyarakat sipil.93

Peran pemerintah yang cukup besar ini berimplikasi pada bagaimana

birokrasi mampu melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Oleh karena

itu pemerintah harus terlibat langsung dalam penyediaan barang dan jasa yang

diperlukan oleh masyarakat, serta secara aktif terlibat di dalam kehidupan sosial

masyarakat. Berkenaan dengan upaya pelayanan dan mewujudkan kesejahteraan

rakyatnya, birokrasi publik memberikan andil yang relatif besar.94

93
Uar, Aty, “Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Kinerja
Pelayanan Publik Pada Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kota Ambon,” Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 6(1): 1-11, April 2016, hlm. 2
94
Sulistiyani, Ambar Teguh, dkk. Memahami Good Governance dalam Perspektif
Sumber Daya Manusia. Gava Media, Yogyakarta, 2011.

Universitas Sumatera Utara


91

Hukum sebagai sarana untuk menyalurkan kebijaksanaan-kebijaksanaan

sangat ditentukan oleh hubungan antara komponen-komponen itu satu sama lain

serta bagaimana hubungan antara komponen itu dengan tujuan yang hendak

dicapai kebijaksanaan. Berhasil tidaknya seluruh rencana tersebut di atas tentu

tidak hanya tergantung dari kebijaksanaan resi pemerintah, melainkan ditentukan

oleh segala tindakan para pelaksananya.95 Dalam melaksanakan kebijakan

pertanahan yang menjadi permasalahan dalam tesis ini, efektif tidaknya juga

dipengaruhi oleh SDM yang ada di Kantor Pertanahan.

Pemerintah Indonesia mengatur dengan jelas mengenai pelayanan publik

yaitu dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

(Selanjutnya disebut UU Nomor 25 Tahun 2009). Dalam Pasal 1 angka 1 dan 2

disebutkan:96

1. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka


pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
2. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut Penyelenggara
adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik,
dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik.97

Dengan melihat ketentuan tersebut, tentu Kantor Pertanahan juga termasuk

sebagai salah satu lembaga yang turut sebagai penyelenggara kegiatan pelayanan.

Dalam UU Nomor 25 Tahun 2009 disebutkan bahwa tujuan dari pelayanan publik

adalah:98

95
Widhi Handoko, op.cit., hlm. 232
96
Pasal 1 angka 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
98
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Universitas Sumatera Utara


92

a. terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik;
b. terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;
c. terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
d. terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.

Selanjutnya dalam UU Nomor 25 Tahun 2009 juga disebutkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan berasaskan: 99

a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Dalam asas-asas tersebut tentu tercakup asas dalam pendaftaran yang

diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 yaitu asas sederhana, aman, terjangkau,

mutakhir dan terbuka. Segala kebijakan yang dikeluarkan oleh BPN tentu harus

diarahkan supaya pelaksanaan asas-asas tersebut dalam tiap prosesnya secara

nyata terjadi. Dengan kata lain setiap proses pendaftaran tanah mulai dari awal

sampai akhir harus menghidupi asas-asas tersebut dengan baik.

Aplikasi berbasis online banyak dikerluarkan oleh BPN, dan kita tidak

bisa memungkiri bahwa semua itu didasari oleh cita-cita yang sangat mulia yaitu

untuk memberikan pelayanan yang efisien bagi seluruh masyarakat. Namun

99
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Universitas Sumatera Utara


93

tampaknya cita-cita tersebut masih sebagai teori sebagaimana biasa terjadi.

Banyak aspek yang membuat demikian antara lain SDM di Kantor Pertanahan

serta terbatasnya kemampuan sistem prasarana dan sarana yang ada.

Sistem ini harus terus dibaharui, mengingat pengurusan online kurang

memberi kontribusi yang berarti bagi PPAT. Sepertinya SDM di Kantor

Pertanahan masih kurang mampu menghadapi yang disebut pengurusan online,

orang-orang yang membidangi adiministrasi di Kantor Pertanahan harus terus

diperlengkapi supaya sistem ini benar-benar bisa membantu PPAT dalam

melakukan tugas jabatannya.100

Tradisi atau kultur birokrasi di Indonesia cenderung memiliki ciri,

karakteristik ikut serta sistem yang sama, yaitu feodal, sistem hukum pada

kebijakan hukum pertanahan, pada pilihan penggunaan stelsel publisitas negatif

berunsur positif yang otoriter.101 Kebijakan hukum pertanahan masih

menempatkan warga negara sebagai objek hukum sehinggasistem pendaftaran

tanah cenderung bersifar diskriminatif.102

Tanggungjawab seorang pejabat pemerintah seharusnya bukan hanya

kepada organisasi yang dikelolanya atau kepada atasannya akan tetapi kepada

warga negara yang secara langsung atau tidak langsung terkena kebijakan yang

diambilnya.103 Kebijakan publik termasuk hukum pertanahan merupakan

100
Hasil wawancara dengan Rida, Pegawai Kantor Notaris PPAT IKA AZNIGA
LOKMAN, SH yang beralamat di Jalan Brigadir Jenderal Katamso Nomor 52 tanggal 12 Oktober
2017
101
Budi Winarmo, Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Cetakan Kedua, Medpress,
Yogyakarta, 2008, hlm. 42.
102
Mohtar Mas’oed, Politik, Birokrasi dan Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2003, hlm. 68
103
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2009, hlm. 374

Universitas Sumatera Utara


94

preferensi nilai-nilai dari para elit yang berkuasa, sementara seharusnya harus

merupakan refleksi dari tuntutan-tuntutan rakyat.104

Aplikasi online sebagai kebijakan pertanahahan tentu tidak lepas dari

peran pembuat kebijakan itu sendiri. Penerapan kebijakan ini pun tidak bisa lepas

dari pemimpin publik yang mempunyai posisi khusus karena kedudukan

formalnya. Pentingnya kedudukan pemimpin publik dalam wacana pemerintahan

dapat ditunjukkan dengan tingginya kesempatan yang bersangkutan untuk

merancang sebuah kebijakan yang berpengaruh secara luas. Apabila seorang

pejabat pemerintah mengambil suatu kebijakan, dia tidak hanya menentukan

kelompok sasaran yang akan memperoleh manfaat dari kebijakan tersebut tetapi

juga kelompok yang akan melaksanakan keputusan tersebut dalam aktivitas-

aktivitas teknisnya.105

Kelengkapan dan pengesahan bukti surat-surat tanah di PPAT dalam

pendaftaran tanah merupakan implementasi dari kebijakan hukum pertanahan

yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan, dalam rangka kelancaran pelaksanaan

tugas pendaftaran tanah, pemerintah memberikan kewenangan kepada pajabat lain

untuk membantu BPN dalam pelaksanaan tugasnya tersebut. Keberadaan Pejabat

dalam suatu tatanan ketatanegaraan sangat dibutuhkan, karena pejabat tersebut

merupakan pelaksana tugas-tugas dari perseonifikasi negara. Negara dalam suatu

konsep ketatanegaraan dalam menjalankan fungsinya diwakili oleh pemerintah,

pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam rangka merelisasikan

tujuan negara diwakili pula oleh pejabat. Keberhasilan dari sebuah lembaga
104
Thomas R Dye dan Harmon Zeigler, The Irony of Democracy, Belmont Calif:
Wadsworth, dalam Budi Winaryo., op.cit., hlm. 42
105
Widhi Handoko,op.cit.,hlm. 67

Universitas Sumatera Utara


95

negara ditentukan pula oleh kemampuan pejabat yang ditugaskan dalam

mejalankan roda pemerintahan.106

Terjadinya penyimpangan secara umum pada sistem birokrasi dan

pelayanan publik BPN, bisa dilihat dari pendapat Blau dan Meyer yang

mengatakan bahwa birokrasi dalam pengertian sehari-harinya diidentikkan dengan

tidak efisien (inefficiency) atau “benang merah” dalam arti pemerintahan.107

Presepsi publik terhadap birokrasi BPN adalah birokrasi pemerintahan yang

sering kali diartikan sebagai oficialdom atau kerajaan pejabat yaitu suatu kerajaan

yang raja-rajanya adalah para pejabat dari suatu bentuk organisasi yang

digolongkan modern.108 Tidak efisiensinya birokrasi tersebut, Mark Weber

menandai ciri-ciri dan gejala-gejala yang terkait dengan implikasi model

kelembagaan birokrasi sebagai berikut:109

1. Birokrasi tradisional, yang beriorentasi kosmologi belum berstatus birokrasi

kesejahteraan dan pendidikan, bermental priyayi dan feodalistik.

2. Birokrasi yang tidak bertanggungjawab, dalam hubungannya dengan

ketidakmampuan (tidak profesional) mengurus mandat legislatif dalam

eksekusi ketetapan-ketetapan yang telah digariskan.

3. Birokrasi disfungsional, yang berada dibawah standar mengacu pada

prevalensi-prevalensi dari sisi tidak layaknya fungsi distributif dalam konteks

efektivitas kinerja instrumen pemerintahan demokratis dan partisipatif.

106
Widhi Handoko, op.cit., hlm. 161
107
Peter Blau dan Marshml W Meyer, 1997, Birokrasi Dalam Masyarakat Modern,
Jakarta, Universitas Indonesia, hlm. 3 dalam Widhi Handoko, Ibid., hlm. 279
108
Miftah Thona, Perspektif Perilaku Birokrasi, P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002, hlm. 2
109
H. Hariyoso, S, Pembaharuan Birokrasi dan Kebijakan Publik, Peradaban, Jakarta,
2002, hlm. 51

Universitas Sumatera Utara


96

4. Birokrasi patrimonial dan korporatis, yang dibentuk oleh sejarah dan realita

politik yang bekerja dalam kebiasaaan otoritarian (The Otoritarian Of

Traditional) yang sangat aktif dalam mengambil peran inisiatif (dominan)

dalam penyusunan kebijakan publik dengan orientasi vertikal melalui

jaringan korporatis yang selalu berorientasi ke atas dan kompleks.

5. Birokrasi non pongah (sombong), yang dikaitkan dengan kinerja kurang

menanggapi dan memfasilitasi isu dan praktik demokratisasi perintah untuk

menghadapi kepentingan rakyat.

Uraian di atas jika ditarik dalam pemahaman sistem birokrasi BPN maka

dapat dipahami, bahwa birokrasi BPN merupakan suatu sistem yang mencoba

memahami prilaku-prilaku di dalam organisasi birokrasi BPN tersebut, agar bisa

tetap rasional sehingga efektif dalam pencapaian tujuan, untum itu dapat

dikemukakan disini bahwa perilaku sitem birokrasi pertanahan merupakan suatu

fungsi dari interaksi antara seseorang individu dari lingkungaannya atau dengan

kata lain bahwa perilaku seseorang itu tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri

melainkan ditentukan sampai sejauh mana interaksi antara dirinya dengan

lingkungannya.

C. Kendala-Kendala Dalam Pengurusan Pertanahan Berbasis Online

Jika hukum pertanahan dipahami sebagai suatu sistem norma, maka setiap

peraturan perundangan dari yang paling tinggi sampai pada peraturan yang paling

rendah (khususnya mengenai pendaftaran tanah) harus merupakan suatu jalinan

sistem yang tidak bisa saling bertentangan satu sama lain. Proses pembentukan

norma-norma itu dimulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah,

Universitas Sumatera Utara


97

disebut sebagai konkretisasi.110 Namun dalam hal terjadi kendala dalam

pelaksanaan berbasis online di Kantor Pertanahan, kendalanya adalah dalam

teknis pelaksanaan (karena dalam peraturan perundang-undangan belum dibuat),

pun demikian kendala tersebut cukup mempengaruhi proses pendaftaran tanah

yang dikerjakan oleh PPAT.

Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan dalam bab II dan bab III di atas,

bahwa tidak bisa dipungkiri kelemahan dari sistem pengurusan online ini cukup

menyita banyak aspek bagi PPAT sebagai mitra BPN. Suatu kebijakan ketika

dikeluarkan tentu sudah dipikirkan supaya semaksimal mungkin memberikan

kemudahan dan seminimal mungkin memberi kesulitan bagi yang berkepentingan.

Kebijakan pertanahan diharapkan mampu menjawab kesulitan bagi penyelenggara

dan juga bagi yang melaksanakan. Berbagai kendala yang didapati dalam praktik

pelaksanaan pengurusan online ini disebabkan faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah dari sistem itu sendiri dalam kaitannya dengan BPN

sebagai pihak yang mengeluarkan kebijakan, dan faktor eksternal adalah dari

PPAT.

1. Faktor Internal

a. Sertipikat yang tidak terdeteksi dalam sistem

Ada beberapa sertipikat yang tidak terdeteksi dalam sistem, seperti hal nya

sertipikat lama dan juga sertipikat yang tidak mempunyai NIB. Artinya adalah

walaupun sertipikat sudah pernah dilakukan penggantian blanko, tetap saja ada

yang belum masuk ke sistem dan harus dilakukan pengurusan manual supaya bisa

110
Widhi Handoko, op.cit.,hlm. 37

Universitas Sumatera Utara


98

terdaftar, dalam praktik ini disebut dengan cek plotting. Untuk cek plotting

sertipikat harus mengeluarkan biaya meskipun dengan jumlah yang sedikit, tetapi

itu tetap terasa karena dibebankan kepada pemegang hak. Padahal sertipikat

tersebut adalah sertipikat yang dikeluarkan oleh BPN sendiri sebagai lembaga

yang ditugaskan oleh pemerintah, dan masih bagus baik kondisi fisik maupun

uraian di dalam sertipikat.111 Selain biaya, tentu waktu juga dibutuhkan untuk cek

plotting. Dalam praktik di Kantor Pertanahan, waktu yang diperlukan untuk cek

plotting bisa sampai satu minggu.112

Plotting adalah upaya pengajuan BPN kepada pemohon baik individu

ataupun atas nama Notaris/PPAT dengan tujuan memastikan kebenaran dari data

sertifikat yang ditunjuk. Upaya plotting tersebut menggunakan GPS (Global

Positioning System) untuk masuk ke dalam peta pendaftaran. Selanjutnya,

hasil plotting akan menunjukkan apakah benar di lokasi ini terdapat lahan

kepemilikan sesuai dengan sertifikat.

Pemerintah dalam mengeluarkannya harus dapat bertanggung jawab baik

secara formal dari sertipikat tersebut apalagi secara materil, karena pemerintah lah

yang mengeluarkannya. Bila pemerintah tidak menjamin sertipikat yang

dikeluarkannya secara materil, sudah pasti fungsinya sebagai pengaman milik

tidak terwujud. Bila tidak terwujud maka sebagai surat berharga juga tidak akan

111
Hasil wawancara dengan LINCE HUTAHEAN, SH., Notaris/PPAT di Kota Medan
yang beralamat di Jalan Cik Di Tiro Nomor, pada tanggal 09 Oktober 2017 pukul 12.00 WIB
112
Hasil wawancara dengan KRISTINA SIAHAAN, SH, MKn, Pegawai Kantor
Notaris/PPAT WANDA LUCIA, SH, MKn, yang berlamat di Jalan Iskandar Muda Nomor 153/22
A, pada tanggal 11 Juni 2017 pukul 11.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


99

bernilai tinggi, yang tentunya akan tidak dapat digunakan sebagai benda ekonomi

yang dimintai masyarakat.113

Selain untuk cek plotting, sertipikat yang belum mempunyai NIB juga

tidak bisa diproses dalam sistem, jadi harus dimintakan NIB ke Kantor

Pertanahan. Dalam meminta NIB ini tentu akan membutuhkan waktu kurang lebih

2 (dua) minggu. NIB diperlukan untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan

membedakan dengan bidang tanah lainnya. NIB diberikan dengan tanda pengenal

bidang tanah yang bersifat unik, sehingga dengan mudah mencari dan

membedakan bidang tanah yang dimaksud dengan bidang tanah lainnya. Selain

untuk maksud-maksud tersebut diatas, NIB merupakan penghubung antara Peta

Pendaftaran dan daftar lainnya yang ada dalam proses pendaftaran tanah. Dalam

sistem komputerisasi pendaftaran tanah NIB yang unik diperlukan sebagai

penghubung yang efisien antara data yang diperlukan dan sebagai akses informasi

atas suatu bidang tanah.114

b. Aplikasi Error dan atau Offline

Sistem online ini mulai berlaku di Kota Medan sejak Januari 2017, tetapi

sampai saat ini masih sangat sering terjadi aplikasi error. Hal ini tentu akan

memperlama proses pengurusan pertanahan di Kantor PPAT. Penginputan data

memerlukan waktu yang tidak singkat, banyak berkas yang harus di-input. Selain

berkas, kita juga harus mengatur perjanjian dengan Kantor Pertanahan untuk bisa

mengantar berkas fisik ke Kantor Pertanahan. Jika lewat dari waktu yang

113
Muhammad Yamin Lubis dan Abd.Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, CV.
Mandar Maju, Bandung, 2010, hlm. 197-198
114
https://akoerday.wordpress.com/2013/05/08/tentang-nomor-identifikasi-bidang-nib-
dalam-sertifikat/, diakses tanggal 13 Oktober 2017, Pukul 11.05 WIB.

Universitas Sumatera Utara


100

dijanjikan, maka harus di-input ulang. Hal ini tentu membuat lama karena sering

gagal input berkali-kali. Apalagi kalau berkas yang akan diantar ke Kantor

Pertanahan ada beberapa berkas, waktu yang dibutuhkan sangat banyak, berbeda

dengan waktu manual, meskipun berkas yang akan kita masukkan sangat banyak

dalam waktu yang bersamaan, itu bisa langsung kita antar ke Kantor Pertanahan

tanpa memikirkan lewat waktu perjanjian seperti dalam sistem online tersebut.

Pekerjaan PPAT di kantor sudah cukup banyak, jika ditambah dengan

proses menginput data, tentu bukan mengefektifkan pekerjaan, sebaliknya

menjadi 2 (dua) kali bekerja. Sistem online menjadi harus dipersiapkan dengan

matang, sehingga ketika diberlakukan akan memberi kemudahan yang nyata bagi

penikmat sistem tersebut, aplikasi error membuat pekerjaan terhenti, meskipun

memang Kantor Pertanahan pada akhirnya mau menerima secara manual ketika

terjadi sistem error.115

c. Terbatasnya Jumlah Berkas yang Dapat Dimohonkan

Dalam berbasis online ini, jumlah berkas yang bisa dimohonkan

pendaftarannya ke Kantor Pertanahan sangat terbatas, karena keterbatasan waktu

dalam penginputan berkas ke dalam sistem aplikasi. Sebagaimana yang dijelaskan

di atas, bahwa sebelum mengantarkan berkas ke Kantor terlebih dahulu harus

dilakukan penginputan data ke dalam sistem dari Kantor PPAT. Setelah

penginputan data selesai, perjanjian untuk mengantar berkas ke Kantor Pertanahan

juga harus di-input melalui sistem, jadi tentu memerlukan waktu yang banyak

untuk menyelesaikannya.
115
Hasil Wawancara dengan Juniar Tobing, Pegawai Kantor Notaris/PPAT JULIANITA
PERANGIN-ANGIN, yang beralamat di Jalan A.H. Nasution Nomor 777 pada hari Selasa,
tanggal 10 Oktober 2017, Pukul 16.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


101

Berbeda dengan sebelum online, dalam hal pengurusan manual, tidak ada

keterbatasan berkas yang akan dimohonkan pendaftarannya ke Kantor Pertanahan,

karena dalam pelaksanaannya, tidak perlu ada persetujuan dari Kantor Pertanahan

untuk mengantarkannya. Berapa banyak pun berkas permohonan pendaftaran

yang akan didaftarkan PPAT, semua berkas tersebut bisa diterima di Kantor

Pertanahan untuk diperiksa kelengkapannya.

d. Penerbitan SPS

Sebagai salah satu upaya peningkatan transparansi dan pencegahan korupsi

dalam pelayanan publik, Badan Pertanahan Nasional RI mengembangkan

Layanan Non-tunai. Layanan Non-tunai merupakan cara pembayaran biaya

layanan pertanahan, sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional, tidak dalam bentuk uang tunai

yang diserahkan kepada petugas loket pembayaran, tetapi pembayaran dilakukan

pada Bank Persepsi atau menggunakan kartu kredit/kartu debit. Inovasi layanan

ini dicetuskan mengingat besarnya jumlah uang pembayaran sebagai Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diterima Kantor Pertanahan setiap harinya,

sehingga menimbulkan potensi terjadinya korupsi, kejahatan

perampokan/pencurian mengingat bendahara harus menyetorkan PNBP ke Bank

Persepsi maupun beredarnya uang palsu jika pembayaran dilakukan secara

tunai.116

116
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Badan Pertanahan Nasional), Layanan Non-
Tunai http://www.bpn.go.id/PUBLIKASI/Inovasi/Layanan-Non-Tunai, diakses tanggal 13
Oktober 2017, pukul 12.13 WIB.

Universitas Sumatera Utara


102

Pembayaran non-tunai dapat mencegah terjadinya hal-hal tersebut

disamping manfaat lainnya seperti transaksi aman, mudah dan cepat, transaksi

terkontrol, mengurangi waktu penghitungan dan salah penghitungan saat

transaksi. Pembayaran non-tunai dilaksanakan bekerjasama dengan perbankan,

dalam berbagai bentuk antara lain :

1. Bank Persepsi, tersedianya kantor cabang/kas Bank di Kantor Pertanahan;

2. Electronik Data Capture (EDC), tersedianya perangkat EDC di Loket

Pembayaran;

3. Mobile Bank, tersedianya mobile bank sebagai bank persepsi di Kantor

Pertanahan.

Hal ini tentu peningkatan yang sangat baik demi transparansi dalam

pengurusan pertanahan. Hanya saja dalam sistem online, untuk mendapatlan SPS

pembayaran PNBP, tetap harus menunggu validasi berkas di Kantor Pertanahan.

Alangkah lebih baik jika dalam sistem PPAT online ini bisa dicetak sendiri SPS

nya di kantor PPAT untuk langsung dibayarkan, sehingga tidak bolak-balik ke

Kantor Pertanahan untuk memberikan bukti setor PNBP.117

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang membuat adanya kendala dalam penggunaan

Aplikasi Layanan Online adalah dari PPAT. Adanya fasilitas yang kurang

memadai yang tersedia di Kantor PPAT seperti penyediaan jaringan internet.

Sementara dalam penginputan data melalui Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan tentu memerlukan jaringan internet yang kuat berhubung banyak

117
Hasil Wawancara dengan Jusuf, Pegawai Kantor Notaris LINCE HUTAHEAN, SH,
Notaris/PPAT di Jalan Cik Ditiro Nomor 96 pada tanggal 9 Oktober 2017, pukul 12.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


103

berkas yang harus di-input. Keterbatasan jaringan internet yang membuat

penginputan berkas gagal membuat penumpukan berkas terjadi di Kantor PPAT,

dan hal ini tentu menambah jangka waktu selesai pengurusan karena belum bisa

didaftarkan ke Kantor Pertanahan.

Selain terkait penyediaan jaringan internet, terdapat juga kendala dalam

pengoperasian Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan. Beberapa narasumber

yang diwawancarai mengatakan bahwa penyajian menu dalam aplikasi tidak

sederhana sehingga sulit untuk dipahami pengguna (dalam hal ini Pegawai

PPAT). Akibatnya adalah terkadang terjadi kesalahan dalam penginputan berkas.

Hal tersebut tentu membuat penginputan berkas harus diulangi berkali-kali.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang sudah dijelas dalam bab II, III dan IV di atas,

maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Pendaftaran peralihan hak atas tanah dengan Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan tidak menyederhanakan proses penyelesaiannya di Kantor

Pertanahan sehingga asas sederhana pendaftaran tanah yang diatur dalam PP

Nomor 24 tahun 1997 belum juga bisa terealisasi dengan baik. Hal ini

disebabkan karena sistem Aplikasi Layanan Online ini hanya mengerjakan

permohonan pendaftaran pengurusan saja sementara proses selanjutnya yang

dikerjakan di Kantor pertanahan tetap sama. Artinya hal yang membedakan

dengan manual adalah dalam prosedur di awal yaitu pada saat permohonan

pendaftaran pengurusan, berkas dan perjanjian untuk mengantar berkas ke

Kantor Pertanahan harus di-input dari Kantor Pertanahan malalui user ID

masing-masing PPAT. Berdasarkan hal tersebut, prosedur yang harus

dikerjakan oleh PPAT menjadi bertambah, meskipun penginputan berkas dan

perjanjian tersebut terkesan teknis, namun hal tersebut memberi beberapa

kendala kepada PPAT dalam melakukan pengurusan pertanahan khususnya

pendaftaran tanah kedua kali.

2. Aplikasi Layanan Online Kantor Pertanahan masih belum efektif dalam

membantu kinerja PPAT melakukan tugas jabatan secara khusus mengenai

peralihan hak atas tanah dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah. Hal ini

104

Universitas Sumatera Utara


105

disebabkan karena aplikasi online ini tidak memberi perubahan yang

signifikan terhadap proses, waktu dan juga biaya pengurusan. Salah satu

tujuan dari adanya aplikasi online ini adalah untuk memudahkan PPAT dalam

pendaftaran pengurusan ke Kantor Pertanahan, padahal dalam praktiknya

justru terkadang membuat lebih lama karena aplikasi tidak bisa menerima

semua berkas permohonan, misalnya sertipikat yang tidak mempunyai NIB.

Selain itu beberapa sertipikat harus dilakukan Plotting, dan tentunya itu

semua memakan waktu dan biaya. Selain itu, teknis penginputan berkas dan

perjanjian membuat berkas yang bisa diantar ke Kantor Pertanahan sangat

terbatas jumlahnya. Hal ini membuat banyak berkas yang tertunda

pendaftaran pengurusannya. Dengan demikian, prosedur dengan Aplikasi

layanan online tersebut belum efektif untuk mendukung proses pengurusan

pertanahan.

3. Dalam pengurusan dengan memakai aplikasi layanan online, beberapa

kendala yang didapati baik dari internal maupun eksternal yaitu adanya

sertipikat yang tidak terdeteksi dalam sistem seperti hal nya sertipikat lama

dan juga sertipikat yang tidak mempunyai NIB harus dilakukan pengurusan

manual supaya bisa terdaftar dalam sistem, Aplikasi Layanan Online sering

Error dan atau Offline sehingga penginputan data di Kantor PPAT dan proses

vasilidasi di Kantor Pertanahan tidak bisa dikerjakan. Hal ini tentu

memperlama proses pengurusan pertanahan di Kantor PPAT karena

penginputan data dan perjanjian memerlukan waktu yang tidak singkat,

banyak berkas yang harus di-input, terbatasnya jumlah berkas yang bisa

Universitas Sumatera Utara


106

dimohonkan pendaftarannya, dan kendala terakhir adalah dalam pembayaran

PNBP yaitu dalam sistem online, untuk mendapatkan Surat Perintah Setor

(SPS) PNBP ini, masih harus menunggu validasi berkas dari Kantor

Pertanahan, hal ini membuat harus bolak-balik membayar lalu memberikan

bukti bayar ke Kantor Pertanahan.

B. Saran

Setelah membahas berbagai permasalahan terkait dengan aplikasi layanan

online Kantor Pertanahan, ada beberapa saran yaitu:

1. Pendaftaran peralihan hak atas tanah dengan Aplikasi Layanan Online Kantor

Pertanahan harus diperbaharui sistemnya supaya benar-benar

menyederhanakan proses pengurusan pertanahan. Prosedurnya harus

sederhana sehingga waktu untuk penyelesaiannya menjadi lebih cepat. Online

berarti kita berhadapan dengan sistem secara softcopy dan bukan hardcopy.

Aplikasi layanan online Kantor Pertanahan ini juga masih hanya untuk

pendaftaran pelayananan saja, dan itu pun terkadang menyulitkan karena

sistem tidak bisa menerima semua bentuk kelengkapan permohonan seperti

halnya sertipikat yang tidak punya NIB. Jadi aplikasi ini harus dirangkai

dengan sistem yang lebih canggih supaya baik permohonan pendaftaran

maupun proses penyelesaiannya di dalam Kantor Pertanahan bisa lebih

sederhana dan hemat waktu.

2. Aplikasi layanan online Kantor Pertanahan belum efektif bagi PPAT dalam

melakukan tugas jabatannya, karena baik prosedur, waktu maupun biaya yang

harus dikeluarkan dalam pengurusan hampir sama dengan ketika dikerjakan

Universitas Sumatera Utara


107

manual oleh PPAT. Jadi sebaiknya aplikasi ini diperbaharui lagi supaya bisa

menyederhanakan pekerjaan PPAT khususnya dalam melakukan kegiatan

pendaftaran tanah kedua kali. Sistem dalam aplikasi ini harus dirancang

dengan menu yang bisa meng-cover semua proses pengurusan tersebut,

dengan demikian semua proses bisa dipantau melalui Aplikasi Layanan

Online Kantor Pertanahan. Selain ini, Pemerintah harus membuat peraturan

yang jelas terkait dengan penggunan aplikasi ini supaya efisisensinya dapat

ditingkatkan khususnya bagi PPAT.

3. Dalam hal sertipikat belum tedaftar dalam sistem, sebaiknya Kantor

Pertanahan memberikan alternatif lain yang bisa cepat sehingga waktu untuk

menunggu supaya masuk sistem tidak begitu lama, misalnya untuk sertipikat

yang belum mempunyai NIB. Dan terkait dengan server sering error dan atau

offline, sebaiknya Kantor Pertanahan meningkatkan kualitas jaringan internet

pada sistem supaya hal tersebut bisa diminimalisir. Dan terkait pembayaran

PNBP, sebaiknya SPS bisa dikeluarkan PPAT dari Kantor sendiri sehingga

waktu pengantaran berkas sekaligus menjadi waktu pemberian bukti setor

PNBP.

Universitas Sumatera Utara


108

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Ali, Achmad, 2009, Teori Hukum dan Teori Peradilan, Jakarta: Kencana
Prenadamedia Grup.

Blau, Peter dan Marshml W Meyer, 1997, Birokrasi Dalam Masyarakat Modern,
Jakarta: Universitas Indonesia

Daliyo, JB, 2001, Hukum Agraria I, Jakarta: Prenhalindo.

Lubis, M Solly, 1994, Fisafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju.

Effendi, Bachtiar, 1993, Kumpulan Tulisan tentang Hukum Tanah, Bandung:


Alumni.

Erwina, Liza, 2012, Ilmu Hukum, Medan: Pustaka Bangsa Press.


Fachruddin, Irfan, 2004, Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan
Pemerintah, Bandung: Alumni.

Handoko, Widhi, 2014. Kebijakan Hukum Pertanahan, Sebuah Refleksi Keadilan


Hukum Progresif, Yogyakarta: Thafa Media.

Hartono, Sunaryati, 1994, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20,
Bandung: Alumni.

Hariyani, Iswi, 2011, Panduan Praktis SABH Sistem Administrasi Badan Hukum,
Yogyakarta: Pustaka Yustisia, Cetakan Pertama

H. Hariyoso, S, 2002, Pembaharuan Birokrasi dan Kebijakan Publik, Jakarta:


Peradaban.

Harsono, Budi, 1999, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: Djambatan.

____________, 1997, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Dan Pembentukan Isi


dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan.

Hermanses, R. 1981, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Jakarta: Direktorat


Jenderal Agraria,

HR., Ridwan, 2013, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, PT Raja Grafindo


Persada.

108

Universitas Sumatera Utara


109

H.S, Salim, dan Erlis Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada
Tesis dan Disertasi, Edisi Pertama, cetakan Kesatu, Jakarta: Rajawali
Press.

Kelsen, Hans, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul
Muttaqien, 2011, Bandung: Nusa Media.

Mabdurrahman, Muslan, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang:


UMM Pers.

Makarim, Edmon , 2012, Notaris dan Transaksi Elektronik, Jakarta: Rajagrafindo


Persada.

_______________, 2010, Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Elektronik,


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mohtar Mas’oed, 2003, Politik, Birokrasi dan Pembangunan, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Masyhur, Kahar, 1985, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta: Kalam Mulia.
Mertokusumo, Soedikno, 1988, Hukum dan Politik Agraria, Jakarta: Karunika.

Moleong, Lexy J, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nawawi Arief, Barda, 2013, Kapita Selekta Hukum Pidana, cetakan Ketiga,
Bandung: Citra Aditya

Nurmayani S.H.,M.H, 2009, Hukum Administrasi Daerah. BandarLampung:


Universitas Lampung.

P Siagian, Sondang, 2001, Sistem Informasi Manajemen, Jakarat: Bumi Aksara.

Parlindungan, A P, 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Cetakan Pertama,


Bandung: Mandar Maju.

___________, 2009, Pedaftaran Tanah di Indonesia, (PP Nomor 37 Tahun 1997)


cetakan keempat, Bandung: Mandar Maju

Prasetyo, Teguh & Abdul Alim. 2007, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum,
Yokyakarta: Pustaka pelajar.

Perangin, Efendi, 1994, Praktik Jual Beli Tanah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Universitas Sumatera Utara


110

Santoso, Urip, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta:
Prenadamedia Group,

Soekanto, Soerjono, 2001, Penelitian Hukum Normatif, catakan kelima, Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmuji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soerodjo, Irwan, 2003, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Arkola,
Surabaya.

Subagio, Joko P, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo, Jakarta

Sugiono, 1983, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfa Beta.

Sulistiyani, Ambar Teguh , dkk. 2011. Memahami Good Governance dalam


Perspektif Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gava Media

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Suryabarata, Sumadi, 1998, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Thona, Miftah, 2002, Perspektif Perilaku Birokrasi, Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada.

Tunggul Wijaya, Amin, 1993. Manajemen Suatu Pengantar, Cetakan Pertama,


Jakarta: Rineka Cipta Jaya.

Yamin Lubis, Muhammad dan Abd Rahim Lubis, 2008, Hukum Pendaftaran
Tanah, CV Mandar Maju, Bandung

Waluyo, Bambang , 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar


Grafika.

Winarmo, Budi, 2008, Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Cetakan Kedua,
Yogyakarta: Medpress

Wuisman, JJJ M, 1996, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


111

WAWANCARA:

1. Hasil wawancara dengan KRISTINA SIAHAAN, SH, MKn, Pegawai Kantor


Nitaris/PPAT WANDA LUCIA SH, yang beralamat di Jalan Iskandar Muda
Nomor 153/22 A tanggal 11 Juni 2017, Pukul 11.00 WIB

2. Hasil wawancara dengan INTAN MAISYARAH, SH, MKn, Pegawai Kantor


Notaris/PPAT RISNA RAHMI ARIFA, SH, MKn, yang berlamat di Jalan
Ramlan Yatim Nomor 1, tanggal 12 Juni 2017 pukul 13.00 WIB

3. Hasil wawancara dengan LINCE HUTAHEAN, Notaris/PPAT yang berlamat


di Jalan Cik Di Tiro Nomor 92 pada tanggal 9 Oktober 2017, pukul 12.00
WIB

4. Hasil Wawancara dengan Jusuf, Pegawai Kantor Notaris LINCE


HUTAHEAN, SH, Notaris/PPAT di Jalan Cik Ditiro Nomor 92 pada tanggal
9 Oktober 2017, pukul 12.00 WIB

5. Hasil wawancara dengan WANDA LUCIA, SH, MKn, Notaris/PPAT yang


beralamat di Jalan Iskandar Muda Nomor 153/22 A pada tanggal 10 Oktober
2017, pukul 12.00 WIB

6. Hasil Wawancara dengan LIDIA, Staf Administrasi Kantor Pertanahan Kota


Medan, tanggal 11 Oktober 2017, pukul 15.30 WIB.

7. Hasil Wawancara dengan Juniar Tobing, Pegawai Kantor Notaris/PPAT


JULIANITA PERANGIN-ANGIN, yang beralama di Jalan A.H. Nasution
Nomor 777 pada tanggal 10 Oktober 2017, Pukul 16.30 WIB.

8. Hasil Wawancara dengan ELVI SAHARA, Pegawai Kantor Notaris/PPAT


JULIANITA PERANGIN-ANGIN, yang beralama di Jalan A.H. Nasution
Nomor 777 pada tanggal 10 Oktober 2017, Pukul 16.30 WIB.

9. Hasil wawancara dengan Rida, Pegawai Kantor Notaris PPAT IKA AZNIGA
LOKMAN, SH yang beralamat di Jalan Brigadir Jenderal Katamso Nomor 52
tanggal 12 Oktober 2017

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Peratuan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Universitas Sumatera Utara


112

Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Badan Pertanahan Nasional


Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Layanan Informasi
Kantor Pertanahan.

WEBSITE:

http://tesisdisertasi.blogspot.co.id/2009/12/cara-merancang-metodologi-
penelitian.html, diakses tanggal 15 Juni 2017, pukul 14.09 WIB

http://kbbi.web.id/efektif, diakses tanggal 16 Juni 2017, pukul 09.55 WIB

http://www.cnnindonesia.com/nasional/2016030815062520116107/ombudsman-
sebut-tiga-lembaga-dengan-pelayanan-terburuk, di akses tanggal 30 Juni
2017, pukul 13.00 WIB

http://www.bpn.go.id/publikasi/inovasi, di akses tanggal 30 Juni 2017, pukul


13.10 WIB

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/05/nr0kq5-bpn-
seindonesia-online-di-2017,. diakses tanggal 10 Juni 2016 pukul 10.49
WIB

https://akoerday.wordpress.com/2013/05/08/tentang-nomor-identifikasi-bidang-
nib-dalam-sertifikat/, diakses tanggal 13 Oktober 2017, Pukul 11.05 WIB.

http://www.bpn.go.id/PUBLIKASI/Inovasi/Layanan-Non-Tunai, diakses tanggal


13 Oktober 2017, pukul 12.13 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pertanahan_Nasional, diakses tanggal 15


Oktober 2017, pukul 21.00 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Administrasi_Badan_Hukum, diakses
tanggal 12 Oktober 2017, pukul 05.24 WIB

JURNAL

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good


Governance Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Pada Badan Pertahanan
Nasional (BPN) Kota Ambon, 6 April 2016

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai