Percolation Test
I. Tinjauan Pustaka
1
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal
dengan infiltrasi, sedangkan perkolasi adalah proses bergeraknya air
melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak kedalam tanah
melalui celah – celah dan pori – pori tanah dan bantuan menuju muka air
tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Laju infiltrasi
dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi,
tersuspensi dalam air juga waktu.
Daya perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi
mamksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh
kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi
sebelum daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum
daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak
mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya lapisan.
Lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan
sementara didaerah tak jenuh.
Perkolasi disebut juga peresapan air kedalam tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya.
Untuk daerah irigasi, waduk, termasuk tekstur berat, perkolasinya
berkisar 1-3 mm/hari.
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat – sifat tanah. Data –
data mengenai perkolasi dari penelitian kempuan tanah maka perkolasi,
yaitu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan
terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul. Perkolasi juga dapat
disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zona yang jenuh kedalam
daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).
Konsep Umum Infiltrasi Pada saat air hujan jatuh ke permukaan
tanah, sebagian air tersebut tertahan di cekungan-cekungan, sebagian air
mengalir sebagai aliran permukaan (surface run off) dan sebagian lainnya
meresap ke dalam tanah. Saat hujan mencapai permukaan lahan maka
akan terdapat bagian hujan yang mengisi ruang kosong (void) dalam
2
tanah yang terisi udara sampai mencapai kapasitas lapang (field capacity)
dan berikutnya bergerak ke bawah secara gravitasi akibat berat sendiri
dan bergerak terus ke bawah (percolation) ke dalam daerah jenuh
(saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah/phreatik
(Mohammad Rusli, 2008).
Pengertian Infiltrasi Infilrasi adalah aliran air ke dalam tanah
melalui peimukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral,
sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai, atau
secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air
tanah (Bambang Triatmodjo, 2008).
Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh
gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran
selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler
menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari
daerah basah menuju daerah yang lebih kering. Tanah kering mempunyai
gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang
dengan bertambahnya kelembaban tanah. Seiain itu, gaya kapiler bekerja
lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada
tanah berbutir kasar seperti pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi
melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya
kapiler pada seluruh permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak
kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler. Hal ini
menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada
lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh.
Gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang
secara berangsur-angsur sampai dicapai kondisi konstan, dimana laju
infiltrasi sama dengan laju perkolasi tanah. Pengertian infiltrasi
(infiltration) sering dicampur-adukkan untuk kepentingan praktis dengan
pengertian perkolasi (percolation). Yang terakhir ini merupakan proses
air dalam tanah secara vertikal akibat gaya berat. Memang keduanya
saling berpengaruh, akan tetapi secara teoritik hendaknya pengertian
keduanya dibedakan (Rusli, mohammad, 2008).
3
Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas
infiltrasi, yaitu kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) dan laju infiltrasi
(infiltration rate). Untuk memudahkan uraian selanjutnya perlu diperjelas
definisi dari bbrapa istilah yang digunakan : 1. Kapasitas infiltrasi
(infiltration capacity) adalah kecepatan infiltrasi maksimum, yang
tergantung dari sifat permukaan tanah. 2. Kecepatan infiltrasi
(Infiltration rate) adalah kecepatan infiltrasi nyata. 3. Perkolasi
(percolation) kecepatan perkolasi yang ditentukan oleh sifat tanah pada
(aeration zone). 4. (Field capacity) adalah besarya kandungan air
maksimum yang dapat ditahan tanah terhadap gaya tarik gravitasi, 5.
(Soil moisture deficiency) adalah jumlah kandungan air yang masih
diperlukan, untuk membawa tanah pada. 6. Abstraksi awal (initial
abstraction) adalah jumlah intersepsi dan penampungan cekungan
(depression storage), yang harus dipenuhi lebih dahulu, sebelum terjadi
limpahan hujan. Kecepatan Infiltrasi Nyata (Actual Infiltration Rate)
Kecepatan infiltrasi nyata ditentukan oleh berbagai faktor, baik sifat
permukaan tanah, maupun sifat lapisan tanah dibawahnya. Pada
dasarnya, faktor - faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 golongan
(Holtan, 2008).
2. Sekop
4
3. Linggis
4. Meteran
5. Ember
B. Bahan
1. Pasir
5
2. Coral
3. Air
6
1. 15.05 13 cm
2. 15.10 16 cm
3. 15.15 11 cm
4. 15.20 8 cm
5. 15.25 5 cm
6. 15.30 6 cm
Jumlah 59 cm
Table 1.1 Test Percolation Penurunan Tinggi Air
Perhitungan :
Angka percolation test : Waktu pengamatan x 2,5 cm
Tinggi penurunan air
: 30 menit x 2,5
59 cm
: 1,27 ft
B. Pembahasan
Pada praktikum pengujian daya resap tanah terhadap air, kali
ini dilakukan di lapangan kampus jurusan kesehatan lingkungan.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok 3
didapat angka percolation test yakni 1,27 ft. Dengan memakai
7
kedalaman lubang sedalam 85 cm dan diameter 4 inchi. Tes
percolation ini ditinjukan untuk menentukan tingkat penyerapan air
tanah dalam persiapan untuk membagun bidang drainase septic / bak
resapan. Hasil uji perkolasi diperlukan merancang sistem septic
dengan benar. Setelah di dapat tingkat penurunan air atau resapan,
bagilah dengan interval waktu untuk menentukan tingkat perkolasi
dalam hitungan menit per inchi. Pada praktikum ini dilakukan tes
perkolasi didaerah tanah yang memiliki daya resap tanah terhadap air
tinggi. Pada pengamatan 5 menit pertama tingkat penurunan air
menurun sebesar 13 cm. Pengamatan 5 menit kedua tingkat
penurunan air menurun sebesar 16 cm. Pengamatan 5 menit ketiga
tingkat penurunan air menurun sebesar 11 cm. Pengamatan 5 menit
ke empat tingkat penurunan air menurun sebesar 8 cm. Pengamatan
5 menit kelima tingkat penurunan air menurun sebesar 5 cm, dan
pengamatan 5 menit terakhir penurunan air menurut sebesar 6 cm.
Pengamatan daya resap ini dengan rentang interval waktu 30 menit.
Melihat data hasil pengamatan maka ditarik kesimpulan yakni
penurunan air/daya resap air semakin lama waktu pengamatan
semakin berkurangnya penurunan daya resap air tanah.
V. Penutup
A. Kesimpulan
Angka perkolasi pada lokasi yang telah diteliti adalah 1,27 ft.
B. Saran
8
Percolation test dilakukan kadang kala harus disesuaikan dengan
iklim dan struktur tanah yang digunakan dalam mengukur daya resap
tanah. Pada tahap pengukuran jangan terjadi kesalahan waktu dari
yang ditentukan karena akan mempengaruhi angka percolation
sehingga terjadi nilai yang tidak akurat.
LAMPIRAN
9
PRAKTIKUM II
Septic Tank
Lingkungan.
I. Tinjauan pustaka
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur
kotoran. Septic tank merupakan sistem sanitasi yang terdiri dari pipa
saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak
resapan serta pipa pelepasan air bersih dan udara.
10
Hal – hal yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank
agar tidak mencemari air dann tanah sekitarnya adalah : (Chandra,
2007)
1. Jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m.
2. Untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah
resapan dengan lantai septic tank dibuat miring kearah ruang
lumpur.
3. Septic tank direncanakan untuk pembangunan pembuangan
kotoran rumah tangga dengan jumlah air limbah sntara 70 – 90%
dari volume penggunaan air bersih.
4. Waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24
jam.
5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung
lumpur yang dihasilkan setiap orang rata–rata 30–40
liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitung 2 –
4 tahun.
6. Pipa air masuk kedalam tangki hendaknya salalu lebih tinggi
kurang lebih 2,5 cm dari pipa air keluar.
7. Septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan
lubang penghaluan untuk membuang gas hasil penguraian.
11
meter sari sumur. Bagi masyarakat desa, 10 meter ini perkara gampang,
tapi tidak bagi masyarakat kota.
Septic Tank atau sering disebut sebagai tangki septik adalah
bangunan pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat
(onsite) dengan menggunakan bantuan bakteri. Tangki ini dibuat kedap
air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ke dalam tanah
dan akan mengalir keluar melalui saluran yang disediakan.
Septic tank (dengan disertai bidang resapan) merupakan salah satu
bentuk pengolahan limbah setempat yang umum digunakan di Indonesia
dan direkomendasikan sebagai pilihan teknologi yang relatif aman
apabila memenuhi persyaratan tertentu.
Kerja bakteri dalam melakukan pengolahan limbah yang memadai
dalam tangki septik sangat bergantung pada pengoperasian dan
perawatan yang benar yang dilakukan oleh rumah tangga bersangkutan.
Mengingat pentingnya peran bakteri tersebut maka perlu dihindari
masuknya bahan-bahan yang berbahaya bagi keberadaan bakteri ke
dalam septic tank. Bahan-bahan itu di antaranya adalah pemutih pakaian,
bahan-bahan kimia, cat, maupun deterjen. Perawatan Septic Tank
Dalam perawatan septic tank, salah satu indikator yang digunakan untuk
mengetahui bahwa tangki septik memenuhi standar adalah dilakukan atau
tidaknya pengurasan rutin terhadap lumpur tinja (indikator ini digunakan
dalam studi Environmental Health Risk Assessment – Penilaian Resiko
Kesehatan Lingkungan yang dilakukan Kabupaten/Kota dalam rangka
penyusunan Buku Putih Sanitasi).
Septic tank yang tidak pernah dikuras (ataupun memiliki periode
pengurasan lumpur yang panjang) mengidentifikasikan bangunan yang
tidak standar dan berpotensi mencemari air tanah setempat. Pengurasan
lumpur dari septic tank secara teratur akan menjamin proses pengolahan
air limbah berjalan optimal. Lumpur yang berlebih akan mengurangi
lamanya air limbah tinggal didalam septic tank sehingga mengurangi
kinerja proses pengolahan.
12
Waktu tinggal yang disyaratkan agar air limbah mengalami proses
pengolahan yang optimal di dalam septic tank adalah 1,5 hari.
Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-2398-2002 mengenai
Perencanaan Septic Tank dengan sistem resapan, memberikan pedoman
mengenai ukuran (dimensi) septic tank dengan periode pengurasan tiga
tahun untuk digunakan bagi satu keluarga (terdiri atas 5 jiwa). Apabila
ukuran (dimensi) septic tank telah sesuai dengan apa yang terdapat dalam
SNI, maka pengurasan dapat mengikuti periode yang disarankan tersebut.
Untuk septic tank yang tidak mengikuti ukuran standar maupun septic
tank yang tidak diketahui dimensinya, salah satu cara untuk mengetahui
apakah tangki septik tersebut perlu dikuras atau tidak adalah dengan
melakukan pengecekan sederhana terhadap ketinggian lumpur.
Pengecekan ini sangat sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja
dan perlu dilakukan secara teratur (sekitar 6 bulan sekali).
Ada beberapa macam limbah domestik atau limbah rumah, antara
lain limbah air kotor, kotoran (yang berasal dari WC), dan sampah.
Limbah rumah tangga diolah atau diatur dengan sistem pengolahan
limbah seperti septic tank dan sistem sanitasi air (got, gorong-gorong,
peresapan air). Masalah yang ditimbulkan oleh limbah rumah tangga
dalam skala kecil rumah tangga mungkin tidak menyebabkan masalah
yang serius. Dari rumah tangga, dapat dihasilkan limbah berupa air kotor,
limbah organik maupun sampah. Biasanya, air kotor dan sampah dapat
langsung dibuang melalui riol kota ataupun bak sampah yang akan
diangkut. Namun dalam skala perkotaan, kadangkala karena berbagai
keterbatasan, air limbah maupun limbah organik langsung dibuang begitu
saja melalui riol kota ataupun sungai. Hal ini sangatlah tidak sehat dan
dapat menyebabkan pencemaran serta polusi air dan tanah.
13
2. Pena
3. Buku
4. Penggaris
14
Septic tank :
a). Jumlah populasi : 16 orang
b). Debit lumpur : 30 L/org/hr
c). Waktu tinggal : 5 hr
d). Debit air : 25 L/org/hr
e). Waktu Kuras : 5 th
f). Tinggi :1m
g). P = 2 x L
Perhitungan
: 30 x 5 x 16
: 2400 L = 2,4 m3
: 25 x 5 x 16
: 2000 L = 2m3
1
3
x 2400 = 800L
= 0,8 m3
15
1 x 2000 = 666,6 L
= 0,66 m3
= 0,7
V = π . r2 . t
r =
√v
π .t
r =
√2,4
3,14 .1
r = √ 0,764
r = 0,87
V = π . r2 . t
r =
√v
π .t
r =
√2
23,14 .1
r = √ 0,636
r = 0,79
V = π . r2 . t
16
0,8 = 1,95 . t
0,8
t =
1,95
t = 0,41 m
t. total = 1 + 0,41
= 1,41 m
V = π . r2 . t
0,7 = 2,37 . t
0,7
t =
2,37
t = 0,29 m
t. total = 1 + 0,29
= 1,29 m
Jadi diketahui :
1m
1m
B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum perhitungan perencanaan desain
septic tank dengan jumlah populasi 16 orang, diperoleh desain
septic tank silinder dengan 2 bak / tuang. Bak pertama merupakan
bak lumpur, diperoleh dari hasil perhitungan yakni jari – jari 0,79
dan dengan tinggi total 1,41 m. Tinggi total bak lumpur diperoleh
dari jumlah tinggi bak + dengan tinggi ruang penghawaan.
Begitupun pada bak kedua / bak peresapan air. Diperoleh dari hasil
perhitungan perencanaan bak air dengan jari jari yakni 0,87 dan
tinggi total 1,29 m. Ruang penghawaan pada septic tank perlu
dibuat guna untuk membuang gas hasil penguraian.
V. Penutup.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum perhitungan perencanaan pembuatan
septic tank, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa/i dapat
mengetahui cara perhitungan desain septic tank.
18
PRAKTIKUM III
Pembuatan Bowl
I. Tinjauan Pustaka
19
Bowl adalah suatu tempat yang berbentuk seperti mangkuk yang
dipergunakan untuk membuang air besar dan air kecil. Secara umum,
jamban didefinisikan sebagai suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang kotoran manusia. Kotoran manusia ditampung pada suatu
tempat penampungan kotoran yang selanjutnya diresapkan kedalam tanah
atau diolah dengan cara tertentu. Sehingga tidak menimbulkan bau dan
mencemari sumber air disekitarnya.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pe,buatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara
kesehatan manusia dengan membuat lingkungan tempat hidup yang
sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar
jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi
yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat
jamban.
Jamban leher angsa adalah jamban jamban leher lubang closet
berbentuk lingkungan, dengan demikian air akan terisi guna nya sebagai
sumbat sehingga dapat menceagh bau busuk serta masuknya binatang –
binatang kecil. Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan
dalam kesehatan lingkungan (Abdullah, 2010).
Pembuatan jamban merupakan usahaa manusia untuk memelihara
kesehatan dengan membuat lingkungan hidup sehat. Dalam pembuatan
jamban sebisa mungkin harus di usahakan agar jamban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Menurut studi menunjukkan bahwa
penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28%
demikian penegasan menteri kesehatan dr. Achmad Sujudi, september
2004 (Depkes RI,2009).
20
diresapkan ke dalam tanah atau diolah dengan cara tertentu, sehingga
tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber air di sekitarnya.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk
memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang
sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar
jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi
yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat
jamban.
Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk
lengkungan, dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai sumbat
sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang
kecil. Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan dalam
kesehatan lingkungan (Abdullah, 2010).
A. Syarat – syarat jamban
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah
sabagai berikut :
21
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung
pada :
a. Keadaan daerah datar atau lereng.
b. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam.
c. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat
atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya
peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata
10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1). Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa
di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak
harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2). Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi
yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka
hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari
permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3). Mudah dan tidaknya memperoleh air.
4). Sifat, macam dan struktur tanah.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
22
di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak
harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
B. Macam-Macam Jamban
23
langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang
mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.
5. Septic tank
2. Ember
24
3. Sendok semen
4. Skrab
5. Golok
B. Bahan
1. Aci pewarna
2. Air
25
3. Pasir
4. Oli
5. Semen
26
6. Jemur selama satu hari tetapi jangan terlalu panas
7. Kemudian angkat dari cetakan bawah, setelah di angkat pukul
dengan palu pinggir – pinggir cetakan (jangan terlalu keras).
B. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan bowl leher angsa yang
dilakukan di workshop jurusan kesehatan lingkungan, maka dapat
dijelaskan langkah pembuatan bowl dimulai dengan mengolesi
seluruh bagian cetakan dengan oli dan dirtaburi semen.
Kekemudian selanjutnya tuangkan dengan adukan aci. Pengolesan
cetakan dengan oli bertujuan agar bowl dapat dengan mudah
dilepas dari cetakan. Tahap selanjutnya menuangkan adonan semen
dan pasir kedalam cetakan. Selanjutnya jemur hingga kering.
Penjemuran diusahakan tidak terlalu panas. Hal ini agar hasil
cetakan bowl tidak pecah atau rusak.
V. Penutup
A. Kesimpulan
27
Berdasarkan hasil praktikum dapat ditari kesimpulan bahwa :
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui cara pembuatan bowl yang baik
dan benar
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa/i lebih memperhatikan cara membuat jamban
dengan tipe leher angsa yang memenuhi syarat kesehatan agar
mempunyai keterampilan yang dapat diterapkan pada masyarakat.
LAMPIRAN
28
1. Proses plumasan cetakan dengan oli. 2. Penaburan semen.
PRAKTIKUM IV
29
Hari / tanggal : Senin, 07 Oktober 2019.
Pukul : 08.00 – 16.00 WIB.
Tempat : Desa Sidoharjo.
Tujuan :Agar Mahasiswa dapat Membuat Desain Septic Tank
yang Ramah Lingkungan.
I. Tinjaun Pustaka
30
menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya
dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena
merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah
dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare,
typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk
serta estetika.
Dilihat dari Perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat Kelurahan
Watubangga. masih rendah angka kesadaran akan perilaku hidup sehat.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perilaku buang air besar bukan
dijamban yang sehat.
Dari data SPM dapat diketahui cakupan penduduk yang
memanfaatkan jamban di wilayah kerja Puskesmas adalah, sedangkan
target Dinas Kesehatan. Menurut data yang memiliki jamban sebanyak.
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki jamban sebanyak.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor
lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
Termasuk lingkungan yaitu keadaan pemukiman/perumahan, tempat
kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi,
pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam
kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya
hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Dalam hal sanitasi
lingkungan, masyarakat masih memanfaatkan toilet terbuka yang
biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Melakukan
buang air besar di tempat terbuka akan menimbulkan pencemaran pada
permukaan tanah dan air. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septik
tank diperlukan biaya, tidak tersedianya septik tank umum dan layanan
yang baik untuk penyedotannya. Karena beberapa faktor tersebut, maka
31
muncullah suatu masalah yaitu adanya masyarakat yang masih buang air
besar di sembarang tempat.
Menurut data UNICEF, 44,5 % total seluruh penduduk Indonesia
belum memiliki akses pembuangan tinja yang layak dan 63 juta
masyarakat Indonesia masih buang air besar sembarangan atau 24% dari
total penduduk Indonesia pada tahun 2011 masih melakukan buang air
besar (BAB) Sembarangan. Lebih lanjut, UNICEF menyatakan bahwa
sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk, serta minum air yang tidak
aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh
dunia. Sanitasi yang baik dapat mengurangi penularan mikroba yang
menyebabkan diare dengan cara mencegah kontaminasi tinja manusia
dengan lingkungan. Meningkatnya sarana sanitasi dapat mengurangi
insiden diare sebesar 36 %. Penggunaan jamban efektif dapat mengurangi
insiden penyakit diare sebesar 30%. Pada tahun 2015 terdapat 130 rumah
tangga di desa Mayangkawis kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro
yang masih buang air besar sembarangan. Kondisi ini sangat menurunkan
sanitasi lingkungan. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Jamban sehat adalah fasilitas buang air besar yang dapat mencegah
pencemaran badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja,
mencegah hinggapnya lalat atau serangga lain di tinja, mencegah bau
tidak sedap, serta konstruksi dudukan (slab) yang baik, aman dan mudah
dibersihkan.
Menurut Soeparman (2003), jamban adalah suatu ruangan yang
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas
tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher
angsa(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan
air untuk membersihkan.
32
memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban adalah untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dan kotoran manusia.
A. Jenis Jamban Menurut Atika (2012)
Terdapat beberapa jenis jamban, yaitu:
1. Unsewered Areas
Merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak
menggunakan saluran air dan tempat pengelolaan air kotor. Terdapat
beberapa cara antara lain :
a. Service Type
Merupakan metode pengumpulan tinja yang terbuat dari
ember khusus yang diangkut ke TPA dan diletakkan pada lubang
yang dangkal.Contoh masyarakat yang menggunkan tipe ini adalah
masyarakat Bantul pada zaman dahulu.
b. Non Service Type (Sanitary Latrines)
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan :
Bore Hole Latrine, Yaitu tipe dengan membuat lubang dengan dibor
kemudian ditutup dengan tanah, berdiameter 30 - 40 cm dan dengan
kedalaman 4 - 8 m.
2. Ember
33
3. Sendok semen
5. Coral
6. Besi
7. Cangkul
8. Pipa
34
B. Bahan
1. Semen
2. Pasir
3. Air
35
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gali tanah berbentuk silinder diameter 1 - 1,5 m, dalam 3 m
atau lebih, tergantung kebutuhan.
3. Kemudian pasang cetakan cor yang berbentuk silinder.
4. Setelah terpasang, buat adukan semen dan pasir (21 = 2 lori
pasir dan 1 sak semen).
5. Lalu aduk hingga tercampur rata, kemudian tambahkan air
secukupnya.
6. Setelah adukan tercampur rata tambahkan coral sebanyak 6
ember.
7. Kemudian campur kembali antara pasir, semen, dan coral
hingga rata.
8. Siapkan ember, lalu masukkan adukan tersebut kedalam ember.
9. Kemudian masukkan adukan dan besi tersebut kedalam cetakan
coran silinder tersebut hingga penuh.
10. Tunggu coran tersebut sampai kering, lalu buka cetakan cor
tersebut.
11. Kemudian anyam besi tulangan berbentuk silinder.
12. Lalu lakukan pengecoran kembali, dan tunggu sampai kering.
13. Kemudian buat coran sebagai dudukan bowl dan pasang pipa
pvc dengan ukuran 3 inchi dan panjangnya 8 meter pada bowl
yang akan dipasang.
14. Tunggu coran tersebut hingga kering.
15. Setelah coran dibuka pasang bowl pada tempat yang telah
disiapkan tadi.
16. Kemudian lakukan pengacian pada dudukan coran bowl.
36
A. Hasil.
1. Diketahui :
Septic tank :
a). Jumlah populasi : 16 orang
b). Debit lumpur : 30 L/org/hr
c). Waktu tinggal : 5 hr
d). Debit air : 25 L/org/hr
e). Waktu Kuras : 5 th
f). Tinggi :1m
g). P = 2 x L
Perhitungan
: 30 x 5 x 16
: 2400 L = 2,4 m3
: 25 x 5 x 16
: 2000 L = 2m3
1
3
x 2400 = 800L
= 0,8 m3
37
1 x 2000 = 666,6 L
= 0,66 m3
= 0,7
V = π . r2 . t
r =
√v
π .t
r =
√ 2,4
3,14 .1
r = √ 0,764
r = 0,87
V = π . r2 . t
r =
√v
π .t
r =
√2
23,14 .1
r = √ 0,636
r = 0,79
V = π . r2 . t
38
0,8 = 1,95 . t
0,8
t =
1,95
t = 0,41 m
t. total = 1 + 0,41
= 1,41 m
V = π . r2 . t
0,7 = 2,37 . t
0,7
t =
2,37
t = 0,29 m
t. total = 1 + 0,29
= 1,29 m
Jadi diketahui :
39
B. Pembahasan
V. Penutup.
A. Kesimpulan.
40
PRAKTIKUM IV
Ipal Medis
I. Tinjauan Pustaka
41
prosesproduksi pabrik, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke
lingkungan.
A. Manfaat Ipal.
42
ikan tersebut mati dalam jangka waktu tidak lama, bearti air
limbah tersebut belum benar – benar bersih.
43
kepada masyarakat pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang
sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS
maupun orang lain yang berada di lingkungan RS dan sekitarnya,
Pemerintah (Depkes) telah menyiapkan perangkat lunak berupa
peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan
peningkatan kesehatan di lingkungan RS, termasuk pengelolaan limbah
RS.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8
kasus pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas
yang menangani limbah medis1.Hal ini menunjukkan bahwa perlunya
pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam
tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan. Namun,
berdasarkan hasil Rapid Assessment tahun 2002 yang dilakukan oleh
Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, menyebutkan bahwa sebanyak
648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki
insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah cair yang
telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai
52% 1.
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari
dukungan pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair
yang baik sangat dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas effluent
sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh
pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.
Oleh karena pentingnya pengelolaan limbah cair rumah sakit maka
disusun makalah ini yang akan membahas mengenai pengolahan limbah
Rumah Sakit, meliputi antara lain klasifikasi limbah rumah sakit, sumber-
sumbernya, serta metode-metode pengolahan limbah tersebut.
44
Limbah adalah bagian dari hasil produksi yang pada umumnya
dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik,
namun jika limbah tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang
kembali menjadi produk yang sejenis atau jenis produk lainnya maka
akan mempunyai nilai tambah (added value) yang sangat
menguntungkan. Dari semua kegiatan-kegiatanrumah sakit,
menghasilkan berbagai macam limbah berupa benda cair, padat dan
gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari
limbah rumah sakit. Sesuai dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-
pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi
pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan
dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2005).
2. Penggaris
45
3. Pena
4. Penghapus
5. Pensil
6. Kertas
7. Laptop
46
8. Applikasi Autocad
IV. Hasil.
1. Diketahui :
: 95000 Liter/hari
: 95 m3/h
47
a. Desain Bak Pemisah Lemak.
1
Volume Bak yang diperlukan : x ( 95 m3/h x
24 Hari
1,5 )
1
: x 142,5
24 Hari
: 5,9
: 6 m3
Lebar :2m
Panjang : 1,5 m
Volume Aktual : 6 m3
4
Volume Bak yang diperlukan : x 95 m3
24 Hari
: 15,83 m3
48
: 16 m3
Lebar :2m
Panjang :4m
16 m 3
Chek Waktu Tinggal ( Retention time ) Rata-rata : x 24
95 m3 /h
Jam/Hari
384
: = 4 Jam
95
95 m3
Beban permukaan ( Surface Loading ) Rata-rata :
2m x 8 m
: 5,9
: 6 m3/h
Standar JWWA
c. Bak Anaerob
: 66,7 %
Kriteria Perencanaan :
49
Untuk air limbah RS ditetapkan BOD : 0,75 kg
BOD/m3 media hari.
: 21,375 g/hari
: 21 Kg/h
21 kg/h
Volume media yang diperlukan : = 28 m3
0,75 kg/h
56 m3
Waktu tinggal didalam reaktor anaerob : x 24
95 m3 /hari
Jam/hari
: 14,1 Jam
Lebar :4m
Panjang :7m
Volume Aktual : 56 m3
d. Bak Aerob
: 7125 g/hari
: 7 kg/hari
50
Beban BOD yang dihilangkan : 0,6 x 7 kg/hari
: 4,2 kg/hari
7 kg /hari
Volume media yang diperlukan : = 14 m3
0,5 kg/m 3 .hari
10
Volume Reaktor Biofilter Aerob : x 14 m3 = 35 m3
4
35 m3
Volume Tinggal didalam Reaktor aerob: x 24
95 m3 /hari
Jam/hari
2. Ruangan Biofilter
Lebar :4m
Panjang :2m
Lebar :4m
Panjang : 2,3 m
51
4 Jam
Volume bak yang diperlukan : x 95 m3/hari
24 Jam/hari
: 15,83 m3
: 16 m3
Lebar :2m
Panjang :4m
16 m3
Check Waktu Tinggal : x 24 Jam
95 m3 /hari
384
: = 4 Jam
95
95 m3
Beban Permukaan ( Surface Loading ) Rata-rata : = 5,9
2m x 8 m
= 6 m3/h
Standar JWWA
V. Penutup.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum perencanaan ipal medis dapat di
tarik kesimpulan bahwa :
1. Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan ipal medis yang ramah
lingkungan dan dapat melakukan pengaplikasian pada autocad.
52
53