Anda di halaman 1dari 53

PRAKTIKUM I

Percolation Test

Hari / Tanggal : Jum’at, 06 September 2019.

Pukul : 13.00 WIB – 16.00 WIB.

Tempat : Lapangan Kampus Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Mengetahui Tingkat Daya Resap Tanah Lokasi


tertentu.

2. Mengetahui cara Pengukuran Daya Resap tanah.

I. Tinjauan Pustaka

Mencari angka peresapan dan percobaan perkolasi (percolation


test), dalam bidang resapan atau rembesan, perlu diadakan pengukuran
tingkatan tanah untuk dapat mengetahui daya resap tanah terhadap
terhadap air (degree of permeability of the soil) dengan mengadakan
percobaan pengukuran percolation maka daya resap tanah terhadap air
dapat diketahui pada suatu daerah karena setiap jenis tanah mempunyai
daya resap yang berbeda.
Perkolasi adalah proses mengalirnya air kebawah secara gravitasi
dari suatu lapisan tanah ke lapisan dibawahnya, sehingga mencapai
permukaan air tanah pada lapisan jenuh air. Tes percolasi ini bertujuan
untuk menentukan besarnya luas medan peresapan yang diperlukan untuk
suatu jenis tanah dari tempat percobaan. Semakin besar daya resap tanah,
maka semakin kecil luas daerah peresapan yang diperlukan untuk
sejumlah air tertentu. Mengingat setiap daerah memiliki jenis tanah yang
berbeda maka daya resap tanahnya juga akan berbeda pula.

1
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal
dengan infiltrasi, sedangkan perkolasi adalah proses bergeraknya air
melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak kedalam tanah
melalui celah – celah dan pori – pori tanah dan bantuan menuju muka air
tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Laju infiltrasi
dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi,
tersuspensi dalam air juga waktu.
Daya perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi
mamksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh
kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi
sebelum daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum
daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak
mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya lapisan.
Lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan
sementara didaerah tak jenuh.
Perkolasi disebut juga peresapan air kedalam tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya.
Untuk daerah irigasi, waduk, termasuk tekstur berat, perkolasinya
berkisar 1-3 mm/hari.
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat – sifat tanah. Data –
data mengenai perkolasi dari penelitian kempuan tanah maka perkolasi,
yaitu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan
terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul. Perkolasi juga dapat
disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zona yang jenuh kedalam
daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).
 Konsep Umum Infiltrasi Pada saat air hujan jatuh ke permukaan
tanah, sebagian air tersebut tertahan di cekungan-cekungan, sebagian air
mengalir sebagai aliran permukaan (surface run off) dan sebagian lainnya
meresap ke dalam tanah. Saat hujan mencapai permukaan lahan maka
akan terdapat bagian hujan yang mengisi ruang kosong (void) dalam

2
tanah yang terisi udara sampai mencapai kapasitas lapang (field capacity)
dan berikutnya bergerak ke bawah secara gravitasi akibat berat sendiri
dan bergerak terus ke bawah (percolation) ke dalam daerah jenuh
(saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah/phreatik
(Mohammad Rusli, 2008).
Pengertian Infiltrasi Infilrasi adalah aliran air ke dalam tanah
melalui peimukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral,
sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai, atau
secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air
tanah (Bambang Triatmodjo, 2008).
Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh
gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran
selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler
menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari
daerah basah menuju daerah yang lebih kering. Tanah kering mempunyai
gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang
dengan bertambahnya kelembaban tanah. Seiain itu, gaya kapiler bekerja
lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada
tanah berbutir kasar seperti pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi
melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya
kapiler pada seluruh permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak
kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler. Hal ini
menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada
lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh.
Gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang
secara berangsur-angsur sampai dicapai kondisi konstan, dimana laju
infiltrasi sama dengan laju perkolasi tanah. Pengertian infiltrasi
(infiltration) sering dicampur-adukkan untuk kepentingan praktis dengan
pengertian perkolasi (percolation). Yang terakhir ini merupakan proses
air dalam tanah secara vertikal akibat gaya berat. Memang keduanya
saling berpengaruh, akan tetapi secara teoritik hendaknya pengertian
keduanya dibedakan (Rusli, mohammad, 2008).

3
Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas
infiltrasi, yaitu kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) dan laju infiltrasi
(infiltration rate). Untuk memudahkan uraian selanjutnya perlu diperjelas
definisi dari bbrapa istilah yang digunakan : 1. Kapasitas infiltrasi
(infiltration capacity) adalah kecepatan infiltrasi maksimum, yang
tergantung dari sifat permukaan tanah. 2. Kecepatan infiltrasi
(Infiltration rate) adalah kecepatan infiltrasi nyata. 3. Perkolasi
(percolation) kecepatan perkolasi yang ditentukan oleh sifat tanah pada
(aeration zone). 4. (Field capacity) adalah besarya kandungan air
maksimum yang dapat ditahan tanah terhadap gaya tarik gravitasi, 5.
(Soil moisture deficiency) adalah jumlah kandungan air yang masih
diperlukan, untuk membawa tanah pada. 6. Abstraksi awal (initial
abstraction) adalah jumlah intersepsi dan penampungan cekungan
(depression storage), yang harus dipenuhi lebih dahulu, sebelum terjadi
limpahan hujan. Kecepatan Infiltrasi Nyata (Actual Infiltration Rate)
Kecepatan infiltrasi nyata ditentukan oleh berbagai faktor, baik sifat
permukaan tanah, maupun sifat lapisan tanah dibawahnya. Pada
dasarnya, faktor - faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 golongan
(Holtan, 2008). 

II. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Auger

2. Sekop

4
3. Linggis

4. Meteran

5. Ember

B. Bahan
1. Pasir

5
2. Coral

3. Air

III. Prosedur kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tentukan lokasi yang akan ditest daya resapnya.
3. Membuat lubang menggunakan auger dengan diameter lubang 4
inchi dan dengan kedalaman 85cm.
4. Kemudian masukkan pasir 5cm, coral 5cm pada lubang yang telah
dibuat.
5. Diisi air sampai jenuh.
6. Amati dan catat daya resap air setiap 5 menit sekali.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil

No Waktu per 5 menit Tinggi penurunan air

6
1. 15.05 13 cm
2. 15.10 16 cm
3. 15.15 11 cm
4. 15.20 8 cm
5. 15.25 5 cm
6. 15.30 6 cm
Jumlah 59 cm
Table 1.1 Test Percolation Penurunan Tinggi Air

Berdasarkan hasil praktikum percolation test pada percobaan


dilakukan pada enam kali percobaan setiap kali percobaan dilakukan
dalam waktu 5 menit. Percobaan pertama terjadi tinggi penurunan
air sedalam 13 cm dalam waktu 5 menit. Kemudian percobaan
kedua, terjadi penurunan tinggi air sedalam 16 cm dalam waktu 5
menit. Percobaan ketiga terjadi penurunan tinggi air sedalam 11 cm
selama 5 menit. Percobaan keempat terjadi penurunan air sedalam 8
cm dalam waktu 5 menit. Kemudian percobaan kelima terjadi
penurunan tinggi air sedalam 5 cm dalam waktu 5 menit dan pada
percobaan terakhir terjadi penurunan tinggi air sebanyak 6 cm. jadi
total penurunan tinggi air pada praktikum percolation test yang
dilakukan dengan 6 kali percobaan maka didapat tinggi total
penurunan air sebanyak 59 cm.

Perhitungan :
Angka percolation test : Waktu pengamatan x 2,5 cm
Tinggi penurunan air
: 30 menit x 2,5
59 cm
: 1,27 ft
B. Pembahasan
Pada praktikum pengujian daya resap tanah terhadap air, kali
ini dilakukan di lapangan kampus jurusan kesehatan lingkungan.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok 3
didapat angka percolation test yakni 1,27 ft. Dengan memakai

7
kedalaman lubang sedalam 85 cm dan diameter 4 inchi. Tes
percolation ini ditinjukan untuk menentukan tingkat penyerapan air
tanah dalam persiapan untuk membagun bidang drainase septic / bak
resapan. Hasil uji perkolasi diperlukan merancang sistem septic
dengan benar. Setelah di dapat tingkat penurunan air atau resapan,
bagilah dengan interval waktu untuk menentukan tingkat perkolasi
dalam hitungan menit per inchi. Pada praktikum ini dilakukan tes
perkolasi didaerah tanah yang memiliki daya resap tanah terhadap air
tinggi. Pada pengamatan 5 menit pertama tingkat penurunan air
menurun sebesar 13 cm. Pengamatan 5 menit kedua tingkat
penurunan air menurun sebesar 16 cm. Pengamatan 5 menit ketiga
tingkat penurunan air menurun sebesar 11 cm. Pengamatan 5 menit
ke empat tingkat penurunan air menurun sebesar 8 cm. Pengamatan
5 menit kelima tingkat penurunan air menurun sebesar 5 cm, dan
pengamatan 5 menit terakhir penurunan air menurut sebesar 6 cm.
Pengamatan daya resap ini dengan rentang interval waktu 30 menit.
Melihat data hasil pengamatan maka ditarik kesimpulan yakni
penurunan air/daya resap air semakin lama waktu pengamatan
semakin berkurangnya penurunan daya resap air tanah.

V. Penutup
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu : percolation test


adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur daya resapan
tanah, dengan adanya alat ini kita dapat mengukur berapa besar daya
resap tanah dalam suatu wilayah / daerah dengan bermacam – macam
jenis tanah yang berada pada lokasi tersebut.

Angka perkolasi pada lokasi yang telah diteliti adalah 1,27 ft.

B. Saran

8
Percolation test dilakukan kadang kala harus disesuaikan dengan
iklim dan struktur tanah yang digunakan dalam mengukur daya resap
tanah. Pada tahap pengukuran jangan terjadi kesalahan waktu dari
yang ditentukan karena akan mempengaruhi angka percolation
sehingga terjadi nilai yang tidak akurat.

LAMPIRAN

1. Pengukuran 2. Test Percolation.

9
PRAKTIKUM II
Septic Tank

Hari / tanggal : Jum’at, 06 September 2019

Pukul : 13.00 WIB – 16.00 WIB.

Tempat : Ruang Kelas Kampus Jurusan Kesehatan

Lingkungan.

Tujuan : Mengetahui Perhitungan Perancangan

Pembuatan Septic Tank.

I. Tinjauan pustaka
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur
kotoran. Septic tank merupakan sistem sanitasi yang terdiri dari pipa
saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak
resapan serta pipa pelepasan air bersih dan udara.

10
 Hal – hal yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank
agar tidak mencemari air dann tanah sekitarnya adalah : (Chandra,
2007)
1. Jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m.
2. Untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah
resapan dengan lantai septic tank dibuat miring kearah ruang
lumpur.
3. Septic tank direncanakan untuk pembangunan pembuangan
kotoran rumah tangga dengan jumlah air limbah sntara 70 – 90%
dari volume penggunaan air bersih.
4. Waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24
jam.
5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung
lumpur yang dihasilkan setiap orang rata–rata 30–40
liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitung 2 –
4 tahun.
6. Pipa air masuk kedalam tangki hendaknya salalu lebih tinggi
kurang lebih 2,5 cm dari pipa air keluar.
7. Septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan
lubang penghaluan untuk membuang gas hasil penguraian.

Selain sebagai penampung, septic tank itu sesungguhnya terjadi


serangkaian proses biologis dan kimiawi yang melibatkan mikroba secara
alamiah yang dimaksudkan untuk mengolah air limbah black water
sebelum nantinya meresap kedalam tanah atau dibuang ke pengolahan
lebih lanjut.
Saat ini, septic tank dirumah – rumah sudah mempunyai 2 ruang
dan memang seharusnya demikian. 1 ruang pertama untuk pengolahan
dan ruang kedua untuk peresapan air. Air yang meresap membawa
bakteri dari dalam septic tank sehingga bisa mencemari air tanah.
Anjuran yang sudah kita tahu bersama, resapan ini minimal berjarak 10

11
meter sari sumur. Bagi masyarakat desa, 10 meter ini perkara gampang,
tapi tidak bagi masyarakat kota.
Septic Tank atau sering disebut sebagai tangki septik adalah
bangunan pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat
(onsite) dengan menggunakan bantuan bakteri. Tangki ini dibuat kedap
air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ke dalam tanah
dan akan mengalir keluar melalui saluran yang disediakan.
Septic tank (dengan disertai bidang resapan) merupakan salah satu
bentuk pengolahan limbah setempat yang umum digunakan di Indonesia
dan direkomendasikan sebagai pilihan teknologi yang relatif aman
apabila memenuhi persyaratan tertentu.
Kerja bakteri dalam melakukan pengolahan limbah yang memadai
dalam tangki septik sangat bergantung pada pengoperasian dan
perawatan yang benar yang dilakukan oleh rumah tangga bersangkutan.
Mengingat pentingnya peran bakteri tersebut maka perlu dihindari
masuknya bahan-bahan yang berbahaya bagi keberadaan bakteri ke
dalam septic tank. Bahan-bahan itu di antaranya adalah pemutih pakaian,
bahan-bahan kimia, cat, maupun deterjen. Perawatan Septic Tank
Dalam perawatan septic tank, salah satu indikator yang digunakan untuk
mengetahui bahwa tangki septik memenuhi standar adalah dilakukan atau
tidaknya pengurasan rutin terhadap lumpur tinja (indikator ini digunakan
dalam studi Environmental Health Risk Assessment – Penilaian Resiko
Kesehatan Lingkungan yang dilakukan Kabupaten/Kota dalam rangka
penyusunan Buku Putih Sanitasi).
Septic tank yang tidak pernah dikuras (ataupun memiliki periode
pengurasan lumpur yang panjang) mengidentifikasikan bangunan yang
tidak standar dan berpotensi mencemari air tanah setempat. Pengurasan
lumpur dari septic tank secara teratur akan menjamin proses pengolahan
air limbah berjalan optimal. Lumpur yang berlebih akan mengurangi
lamanya air limbah tinggal didalam septic tank sehingga mengurangi
kinerja proses pengolahan.

12
Waktu tinggal yang disyaratkan agar air limbah mengalami proses
pengolahan yang optimal di dalam septic tank adalah 1,5 hari.
Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-2398-2002 mengenai
Perencanaan Septic Tank dengan sistem resapan, memberikan pedoman
mengenai ukuran (dimensi) septic tank dengan periode pengurasan tiga
tahun untuk digunakan bagi satu keluarga (terdiri atas 5 jiwa). Apabila
ukuran (dimensi) septic tank telah sesuai dengan apa yang terdapat dalam
SNI, maka pengurasan dapat mengikuti periode yang disarankan tersebut.
Untuk septic tank yang tidak mengikuti ukuran standar maupun septic
tank yang tidak diketahui dimensinya, salah satu cara untuk mengetahui
apakah tangki septik tersebut perlu dikuras atau tidak adalah dengan
melakukan pengecekan sederhana terhadap ketinggian lumpur.
Pengecekan ini sangat sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja
dan perlu dilakukan secara teratur (sekitar 6 bulan sekali).
Ada beberapa macam limbah domestik atau limbah rumah, antara
lain limbah air kotor, kotoran (yang berasal dari WC), dan sampah.
Limbah rumah tangga diolah atau diatur dengan sistem pengolahan
limbah seperti septic tank dan sistem sanitasi air (got, gorong-gorong,
peresapan air). Masalah yang ditimbulkan oleh limbah rumah tangga
dalam skala kecil rumah tangga mungkin tidak menyebabkan masalah
yang serius. Dari rumah tangga, dapat dihasilkan limbah berupa air kotor,
limbah organik maupun sampah. Biasanya, air kotor dan sampah dapat
langsung dibuang melalui riol kota ataupun bak sampah yang akan
diangkut. Namun dalam skala perkotaan, kadangkala karena berbagai
keterbatasan, air limbah maupun limbah organik langsung dibuang begitu
saja melalui riol kota ataupun sungai. Hal ini sangatlah tidak sehat dan
dapat menyebabkan pencemaran serta polusi air dan tanah.

II. Alat dan Bahan.


1. Pensil

13
2. Pena

3. Buku

4. Penggaris

III. Prosedur Kerja.


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Lakukan perhitungan perencanaan septictank sesuai kebutuhan
kapasitas.

IV. Hasil dan pembahasan


A. Hasil
Diketahui :

14
Septic tank :
a). Jumlah populasi : 16 orang
b). Debit lumpur : 30 L/org/hr
c). Waktu tinggal : 5 hr
d). Debit air : 25 L/org/hr
e). Waktu Kuras : 5 th
f). Tinggi :1m
g). P = 2 x L

Perhitungan

1). Volume bak lumpur

V : Debit Lumpur x Waktu Kuras x Jumlah Populasi

: 30 x 5 x 16

: 2400 L = 2,4 m3

2. Volume bak air

V : Debit Air x Wktu Tinggal x Jumlah populasi

: 25 x 5 x 16

: 2000 L = 2m3

3.Ruang udara bak lumpur

1
3
x 2400 = 800L

= 0,8 m3

4. Ruang udara bak air

15
1 x 2000 = 666,6 L

= 0,66 m3

= 0,7

5. Jari-jari bak air

V = π . r2 . t

r =
√v
π .t

r =
√2,4
3,14 .1

r = √ 0,764

r = 0,87

6. Jari- jari bak lumpur

V = π . r2 . t

r =
√v
π .t

r =
√2
23,14 .1

r = √ 0,636

r = 0,79

7. Tinggi ruang udara bak lumpur

V = π . r2 . t

0,8 = 3,14 . 0,792 . t

16
0,8 = 1,95 . t

0,8
t =
1,95

t = 0,41 m

t. total = 1 + 0,41

= 1,41 m

8. Tinggi ruang udara bak air

V = π . r2 . t

0,7 = 3,14 . 0,872 . t

0,7 = 2,37 . t

0,7
t =
2,37

t = 0,29 m

t. total = 1 + 0,29

= 1,29 m

Jadi diketahui :

Jari – jari bak air = 0,87 m

Jari – jari bak lumpur = 0,79 m

Tinggi total bak air = 1,29 m

Tinggi total bak lumpur = 1,41 m

0,87 0,79 0,41


17
0,29

1m

1m

1.1. Gambar bak air 1.2. Gambar bak lumpur

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum perhitungan perencanaan desain
septic tank dengan jumlah populasi 16 orang, diperoleh desain
septic tank silinder dengan 2 bak / tuang. Bak pertama merupakan
bak lumpur, diperoleh dari hasil perhitungan yakni jari – jari 0,79
dan dengan tinggi total 1,41 m. Tinggi total bak lumpur diperoleh
dari jumlah tinggi bak + dengan tinggi ruang penghawaan.
Begitupun pada bak kedua / bak peresapan air. Diperoleh dari hasil
perhitungan perencanaan bak air dengan jari jari yakni 0,87 dan
tinggi total 1,29 m. Ruang penghawaan pada septic tank perlu
dibuat guna untuk membuang gas hasil penguraian.

V. Penutup.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum perhitungan perencanaan pembuatan
septic tank, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa/i dapat
mengetahui cara perhitungan desain septic tank.

18
PRAKTIKUM III

Pembuatan Bowl

Hari / tanggal : Jum’at, 20 September 2019.


Pukul : 08.00 – 16.00 WIB.
Tempat : Workshop Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Tujuan : Mengetahui cara Pembuatan Bowl yang Baik dan
Benar.

I. Tinjauan Pustaka

19
Bowl adalah suatu tempat yang berbentuk seperti mangkuk yang
dipergunakan untuk membuang air besar dan air kecil. Secara umum,
jamban didefinisikan sebagai suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang kotoran manusia. Kotoran manusia ditampung pada suatu
tempat penampungan kotoran yang selanjutnya diresapkan kedalam tanah
atau diolah dengan cara tertentu. Sehingga tidak menimbulkan bau dan
mencemari sumber air disekitarnya.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pe,buatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara
kesehatan manusia dengan membuat lingkungan tempat hidup yang
sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar
jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi
yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat
jamban.
Jamban leher angsa adalah jamban jamban leher lubang closet
berbentuk lingkungan, dengan demikian air akan terisi guna nya sebagai
sumbat sehingga dapat menceagh bau busuk serta masuknya binatang –
binatang kecil. Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan
dalam kesehatan lingkungan (Abdullah, 2010).
Pembuatan jamban merupakan usahaa manusia untuk memelihara
kesehatan dengan membuat lingkungan hidup sehat. Dalam pembuatan
jamban sebisa mungkin harus di usahakan agar jamban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Menurut studi menunjukkan bahwa
penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28%
demikian penegasan menteri kesehatan dr. Achmad Sujudi, september
2004 (Depkes RI,2009).

Bowl adalah suatu tempat yang berbentuk seperti mangkuk yang


dipergunakan untuk membuang air besar dan kecil.

Secara umum, jamban didefinisikan sebagai suatu bangunan yang


digunakan untuk membuang kotoran manusia. Kotoran manusia
ditampung pada suatu tempat penampungan kotoran yang selanjutnya

20
diresapkan ke dalam tanah atau diolah dengan cara tertentu, sehingga
tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber air di sekitarnya.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk
memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang
sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar
jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi
yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat
jamban.
Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk
lengkungan, dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai sumbat
sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang
kecil. Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan dalam
kesehatan lingkungan (Abdullah, 2010).
A. Syarat – syarat jamban
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah
sabagai berikut :

1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air


minum,dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban.

2. Menghindarkan berkembang biaknya/tersebarnya cacing tambang


pada permukaan tanah.

3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan


yang tidak menyedapkan.

5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah.

6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima


masyarakat setempat.

21
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung
pada :
a. Keadaan daerah datar atau lereng.
b. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam.
c. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat
atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya
peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata
10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan:

1). Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa
di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak
harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.

2). Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi
yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka
hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari
permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3). Mudah dan tidaknya memperoleh air.
4). Sifat, macam dan struktur tanah.

Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya


peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-
rata 10 meter.

Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan:

a) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah


bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa

22
di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak
harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.

b) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi


yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka
hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari
permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.

c) Mudah dan tidaknya memperoleh air.

d) Sifat, macam dan struktur tanah.

B. Macam-Macam Jamban

Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa macam jamban menurut


beberapa ahli. Menurut Azwar (2012), jamban mempunyai bentuk dan
nama sebagai berikut :

1. Pit privy (Cubluk)


Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120 cm.
Dindingnya diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan
daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari
bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air
minum sekurang-kurangnya 15 meter.

2. Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya


menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi
ini dapat dibuat dari bambu.

3. Jamban empang (fish pond latrine)

Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam sistem


jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat

23
langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang
mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.

4. Jamban pupuk (the compost privy)

Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya


lebih dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang
kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.

5. Septic tank

Jamban jenis septic tank ini merupakan jamban yang paling


memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja
semacam ini yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk
mengalami dekomposisi.

II. Alat dan bahan


A. Alat
1. Cetakan bowl

2. Ember

24
3. Sendok semen

4. Skrab

5. Golok

B. Bahan
1. Aci pewarna

2. Air

25
3. Pasir

4. Oli

5. Semen

III. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lapis cetakan bowl dengan oli secara merata
3. Lapisi cetakan yang telah dilapisi oli dengan aci setebal 2 cm
4. Tunggu selama 5 menit samai kering
5. Setelah 5 menit tuangkan adukan semen dan pasir pada cetakan
secara merata

26
6. Jemur selama satu hari tetapi jangan terlalu panas
7. Kemudian angkat dari cetakan bawah, setelah di angkat pukul
dengan palu pinggir – pinggir cetakan (jangan terlalu keras).

IV. Hasil dan pembahasan


A. Hasil

B. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan bowl leher angsa yang
dilakukan di workshop jurusan kesehatan lingkungan, maka dapat
dijelaskan langkah pembuatan bowl dimulai dengan mengolesi
seluruh bagian cetakan dengan oli dan dirtaburi semen.
Kekemudian selanjutnya tuangkan dengan adukan aci. Pengolesan
cetakan dengan oli bertujuan agar bowl dapat dengan mudah
dilepas dari cetakan. Tahap selanjutnya menuangkan adonan semen
dan pasir kedalam cetakan. Selanjutnya jemur hingga kering.
Penjemuran diusahakan tidak terlalu panas. Hal ini agar hasil
cetakan bowl tidak pecah atau rusak.

V. Penutup
A. Kesimpulan

27
Berdasarkan hasil praktikum dapat ditari kesimpulan bahwa :
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui cara pembuatan bowl yang baik
dan benar
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa/i lebih memperhatikan cara membuat jamban
dengan tipe leher angsa yang memenuhi syarat kesehatan agar
mempunyai keterampilan yang dapat diterapkan pada masyarakat.

LAMPIRAN

28
1. Proses plumasan cetakan dengan oli. 2. Penaburan semen.

3. Penambahan Adukan Aci Semen. 4. Penambahan adukan pasir


dan semen

PRAKTIKUM IV

Pengabdian Masyarakat Pembuatan Jambanisasi


Di Desa Sidoharjo

29
Hari / tanggal : Senin, 07 Oktober 2019.
Pukul : 08.00 – 16.00 WIB.
Tempat : Desa Sidoharjo.
Tujuan :Agar Mahasiswa dapat Membuat Desain Septic Tank
yang Ramah Lingkungan.

I. Tinjaun Pustaka

Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang


dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang
lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif.
Sasaran utama pembangunan kesehatan itu salah satunya yaitu
kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan kehidupan yang
dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup yang sehat. Menurut Bloom, tingkat derajat kesehatan
manusia dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : faktor perilaku, genetik,
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa
lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Oleh
karena itu perlu adanya perhatian yang serius dalam menangani masalah-
masalah kesehatan khususnya kesehatan lingkungan.
Dengan adanya upaya kesehatan lingkungan maka diharapkan
meningkatnya jumlah kawasan sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat
pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan bangunan sehat, sarana
sanitasi, sarana air minum, dan sarana pembuangan limbah.
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada
pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan
yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja
masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena

30
menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya
dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena
merupakan  satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah
dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare,
typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk
serta estetika.
Dilihat dari Perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat Kelurahan
Watubangga. masih rendah angka kesadaran akan perilaku hidup sehat.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perilaku buang air besar bukan
dijamban yang sehat.
Dari data SPM dapat diketahui cakupan penduduk yang
memanfaatkan jamban di wilayah kerja Puskesmas adalah, sedangkan
target Dinas Kesehatan. Menurut data yang memiliki jamban sebanyak.
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki jamban sebanyak.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor
lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
Termasuk lingkungan yaitu keadaan pemukiman/perumahan, tempat
kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi,
pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam
kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya
hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Dalam hal sanitasi
lingkungan, masyarakat masih memanfaatkan toilet terbuka yang
biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Melakukan
buang air besar di tempat terbuka akan menimbulkan pencemaran pada
permukaan tanah dan air. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septik
tank diperlukan biaya, tidak tersedianya septik tank umum dan layanan
yang baik untuk penyedotannya. Karena beberapa faktor tersebut, maka

31
muncullah suatu masalah yaitu adanya masyarakat yang masih buang air
besar di sembarang tempat.
Menurut data UNICEF, 44,5 % total seluruh penduduk Indonesia
belum memiliki akses pembuangan tinja yang layak dan 63 juta
masyarakat Indonesia masih buang air besar sembarangan atau 24% dari
total penduduk Indonesia pada tahun 2011 masih melakukan buang air
besar (BAB) Sembarangan. Lebih lanjut, UNICEF menyatakan bahwa
sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk, serta minum air yang tidak
aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh
dunia. Sanitasi yang baik dapat mengurangi penularan mikroba yang
menyebabkan diare dengan cara mencegah kontaminasi tinja manusia
dengan lingkungan. Meningkatnya sarana sanitasi dapat mengurangi
insiden diare sebesar 36 %. Penggunaan jamban efektif dapat mengurangi
insiden penyakit diare sebesar 30%. Pada tahun 2015 terdapat 130 rumah
tangga di desa Mayangkawis kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro
yang masih buang air besar sembarangan. Kondisi ini sangat menurunkan
sanitasi lingkungan. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Jamban sehat adalah fasilitas buang air besar yang dapat mencegah
pencemaran badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja,
mencegah hinggapnya lalat atau serangga lain di tinja, mencegah bau
tidak sedap, serta konstruksi dudukan (slab) yang baik, aman dan mudah
dibersihkan.
Menurut Soeparman (2003), jamban adalah suatu ruangan yang
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas
tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher
angsa(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan
air untuk membersihkan.

Jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk


membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC dan

32
memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban adalah untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dan kotoran manusia.
A. Jenis Jamban Menurut Atika (2012)
Terdapat beberapa jenis jamban, yaitu:
1. Unsewered Areas
Merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak
menggunakan saluran air dan tempat pengelolaan air kotor. Terdapat
beberapa cara antara lain :
a. Service Type
Merupakan metode pengumpulan tinja yang terbuat dari
ember khusus yang diangkut ke TPA dan diletakkan pada lubang
yang dangkal.Contoh masyarakat yang menggunkan tipe ini adalah
masyarakat Bantul pada zaman dahulu.
b. Non Service Type (Sanitary Latrines)
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan :
Bore Hole Latrine, Yaitu tipe dengan membuat lubang dengan dibor
kemudian ditutup dengan tanah, berdiameter 30 - 40 cm dan dengan
kedalaman 4 - 8 m.

II. Alat dan bahan


A. Alat
1. Bowl

2. Ember

33
3. Sendok semen

5. Coral

6. Besi

7. Cangkul

8. Pipa

34
B. Bahan

1. Semen

2. Pasir

3. Air

III. Prosedur Kerja

35
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gali tanah berbentuk silinder diameter 1 - 1,5 m, dalam 3 m
atau lebih, tergantung kebutuhan.
3. Kemudian pasang cetakan cor yang berbentuk silinder.
4. Setelah terpasang, buat adukan semen dan pasir (21 = 2 lori
pasir dan 1 sak semen).
5. Lalu aduk hingga tercampur rata, kemudian tambahkan air
secukupnya.
6. Setelah adukan tercampur rata tambahkan coral sebanyak 6
ember.
7. Kemudian campur kembali antara pasir, semen, dan coral
hingga rata.
8. Siapkan ember, lalu masukkan adukan tersebut kedalam ember.
9. Kemudian masukkan adukan dan besi tersebut kedalam cetakan
coran silinder tersebut hingga penuh.
10. Tunggu coran tersebut sampai kering, lalu buka cetakan cor
tersebut.
11. Kemudian anyam besi tulangan berbentuk silinder.
12. Lalu lakukan pengecoran kembali, dan tunggu sampai kering.
13. Kemudian buat coran sebagai dudukan bowl dan pasang pipa
pvc dengan ukuran 3 inchi dan panjangnya 8 meter pada bowl
yang akan dipasang.
14. Tunggu coran tersebut hingga kering.
15. Setelah coran dibuka pasang bowl pada tempat yang telah
disiapkan tadi.
16. Kemudian lakukan pengacian pada dudukan coran bowl.

VI. Hasil dan Pembahasan.

36
A. Hasil.
1. Diketahui :
Septic tank :
a). Jumlah populasi : 16 orang
b). Debit lumpur : 30 L/org/hr
c). Waktu tinggal : 5 hr
d). Debit air : 25 L/org/hr
e). Waktu Kuras : 5 th
f). Tinggi :1m
g). P = 2 x L

Perhitungan

1. Volume bak lumpur

V : Debit Lumpur x Waktu Kuras x Jumlah Populasi

: 30 x 5 x 16

: 2400 L = 2,4 m3

2. Volume bak air

V : Debit Air x Waktu Tinggal x Jumlah populasi

: 25 x 5 x 16

: 2000 L = 2m3

3.Ruang udara bak lumpur

1
3
x 2400 = 800L

= 0,8 m3

4. Ruang udara bak air

37
1 x 2000 = 666,6 L

= 0,66 m3

= 0,7

5. Jari-jari bak air

V = π . r2 . t

r =
√v
π .t

r =
√ 2,4
3,14 .1

r = √ 0,764

r = 0,87

6. Jari- jari bak lumpur

V = π . r2 . t

r =
√v
π .t

r =
√2
23,14 .1

r = √ 0,636

r = 0,79

7. Tinggi ruang udara bak lumpur

V = π . r2 . t

0,8 = 3,14 . 0,792 . t

38
0,8 = 1,95 . t

0,8
t =
1,95

t = 0,41 m

t. total = 1 + 0,41

= 1,41 m

8. Tinggi ruang udara bak air

V = π . r2 . t

0,7 = 3,14 . 0,872 . t

0,7 = 2,37 . t

0,7
t =
2,37

t = 0,29 m

t. total = 1 + 0,29

= 1,29 m

Jadi diketahui :

Jari – jari bak air = 0,87 m

Jari – jari bak lumpur = 0,79 m

Tinggi total bak air = 1,29 m

Tinggi total bak lumpur = 1,41 m

39
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum jambanisasi di desa sidoharjo,


merupakan desa yang masih kurang perhatian dalam menangani
masalah-masalah kesehatan khususnya kesehatan lingkungan. Hal
ini di karenakan masih adanya penduduk yang tidak memiliki tempat
pembuangan tinja yang merupakan salah satu dari berbagai masalah
kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Dilihat dari Perilaku
hidup bersih dan sehat, masyarakat Kelurahan sidoharjo masih
rendah angka kesadaran akan perilaku hidup sehat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya perilaku buang air besar bukan dijamban yang
sehat. Oleh karna itu di lakukan pembuatan jamban ramah
lingkungan di salah satu kediaman rumah warga yang ada di desa
tersebut.
Pembuatan tempat pembuangan tinja pada praktikum kali ini
dengan model/bentuk septic tank berbentuk silinder. Dengan jari jari
bak lumpur 0,79 meter dan tinggi bak lumpur yakni 1,41 meter.
Sedangkan untuk bak resapan air menggunakan jari jari sebesar 0,87
meter dan tinggi 1,29 meter.

V. Penutup.

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil praktikum jambanisasi di desa maka dapat


disimpulkan bahwa :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan septic tank yang ramah


lingkungan.

40
PRAKTIKUM IV

Ipal Medis

Hari / Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019.


Waktu : 08.00 – 16.00 WIB.
Tempat : Kelas Reguller 1 Semester 3 Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui cara menggambar
desain ipal medis yang ramah lingkungan.

I. Tinjauan Pustaka

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan sebutan bagi


fasilitas pengolahan limbah cair/air limbah yang dibuang masyarakat
ataupun industri. Setiap industri yang menghasilkan limbah pencemar
seharusnya memiliki fasilitas IPAL.

Daerah pemukiman atau perkotaan juga idealnya memiliki IPAL


yang dapat menangani limbah limbah domestic. di IPAL, limbah cair
diolah melalui berbagai proses untuk menghilangkan atau mengurangi
bahan – bahan pencemar (polutan) yang terkandung dalam sehingga tidak
melebihi baku mutu. Setelah melalui proses pengolahan, air limbah
diharapkan dapat dibuang kelingkungan dengan aman. Limbah cair
dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses – proses
pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses, atau hanya salah satu. Proses pengolahan
tersebut juga dapat dimodifikasi, sesuai dengan kebutuhan atau factor
finansial. Pengertian IPAL adalah suatu perangkat peralatan teknik
beserta perlengkapannya yang memproses / mengolah cairan sisa

41
prosesproduksi pabrik, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke
lingkungan.

A. Manfaat Ipal.

IPAL itu sangat bermanfaat bagi manusia serta makhluk hidup


lainnya, anatara lain :
1. Mengolah air limbah domestic atau industri, agar air tersebut
dapat digunakan kembali sesuai kebutuhan masing – masing.
2. Agar air limbah yang akan dialirkan kesungai tidak tercemar.
3. Agar biota – biota yang ada disungai tidak mati.
Tujuan IPAL yaitu untuk menyaring dan membersihkan air yang
sudah tercemar dari baik domestik maupun bahan kimia industri.
Proses IPAL pada bagian yang satu ini, saya akan menjelaskan tentang
proses air limbah domestik ataupun dari industri, akan diolah menjadi air
bersih. Berikut penjelasannya :
a. Air limbah tersebut dialirkan ketempat instalasi.
b. Kemudian, air limbah tersebut akan melalui 4 tahap proses.
c. Pada proses pertama air limbah itu akan ditambung pada
tampungan yang berisi pasir, yang dimana fungsi pasir tersebut,
untuk mengendapkan air.
d. Yang kedua, air limbah tersebut akan mengalir ke tampungan
yang berisi kerikil, fungsi kerikil sama saja dengan fungsi pasir,
yaitu untuk mengendapkan air tersebut.
e. Pada tahap satu ini, air limbah akan mengalir di tampungan yang
berisi banyak enceng gondok. Enceng gondok tersebut berfungsi
sebagai penyerap zat – zat kimia terutama ammonia dan fosfat.
f. Setelah zat kimia air limbah tersebut diserap enceng gondok,
maka air tersebut disaring.
g. Dan terakhir air limbah yang sudah bersih akan ditampung,
ketampungan yang keempat, dimana tampungan keempat
tersebut diisi oleh ikan, yang fungsinya sebagai indicator. Jika

42
ikan tersebut mati dalam jangka waktu tidak lama, bearti air
limbah tersebut belum benar – benar bersih.

Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang


kesejahteraan masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat
dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit
merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai
pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit
lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur,
laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi
masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah
sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak
negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila
limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Dalam pengolahan
limbah Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan
anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan  beracun
berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai
15 persen di antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung
logam  berat, antara lain mercuri (Hg). Sekitar 40 % lainnya adalah
limbah organik yang  berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan
keluarga pasien maupun dapur gizi. Sisanya merupakan limbah anorganik
dalam bentuk botol bekas infus dan  plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu
sumber  pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena
air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi,
mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung
mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit (Said,
2003).
Pengolahan limbah Rumah Sakit yang tidak baik akan memicu
resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari  pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan

43
kepada masyarakat pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang
sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS
maupun orang lain yang berada di lingkungan RS dan sekitarnya,
Pemerintah (Depkes) telah menyiapkan perangkat lunak berupa
peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan
peningkatan kesehatan di lingkungan RS, termasuk  pengelolaan limbah
RS.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8
kasus  pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas
yang menangani limbah medis1.Hal ini menunjukkan bahwa perlunya
pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam
tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan. Namun,
berdasarkan hasil Rapid Assessment tahun 2002 yang dilakukan oleh
Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, menyebutkan  bahwa sebanyak
648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki
insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah cair yang
telah melalui  proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai
52% 1.
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari
dukungan  pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair
yang baik sangat dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas effluent
sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh
pemerintah dan tidak menimbulkan  pencemaran pada lingkungan sekitar.
Oleh karena pentingnya pengelolaan limbah cair rumah sakit maka
disusun makalah ini yang akan membahas mengenai  pengolahan limbah
Rumah Sakit, meliputi antara lain klasifikasi limbah rumah sakit, sumber-
sumbernya, serta metode-metode pengolahan limbah tersebut.

44
Limbah adalah bagian dari hasil produksi yang pada umumnya
dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik,
namun jika limbah tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang
kembali menjadi produk yang sejenis atau jenis produk lainnya maka
akan mempunyai nilai tambah (added value) yang sangat
menguntungkan. Dari semua kegiatan-kegiatanrumah sakit,
menghasilkan berbagai macam limbah berupa benda cair, padat dan
gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari  bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari
limbah rumah sakit. Sesuai dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-
pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi
pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan
dan pemberantasan  penyakit, pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, pemulihan kesehatan,  penerangan dan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2005).

II. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Milimeter block

2. Penggaris

45
3. Pena

4. Penghapus

5. Pensil

6. Kertas

7. Laptop

46
8. Applikasi Autocad

III. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Lakukan perhitungan perencanaan ipal medis sesuai kebutuhan
kapasitas.
3. Aplikasikan pada autocad.

IV. Hasil.
1. Diketahui :

Kapasitas IPAL : 190 Tempat tidur x 500 Liter/hari

: 95000 Liter/hari

: 95 m3/h

COD Air Limbah Maksimum : 500 mg/l

BOD Air Limbah Maksimum : 300 mg/l

Konsentrasi SS : 300 mg/l

Total Efisiensi Padatan : 90 %

BOD Air Olahan : 30 mg/l

SS Air Olahan : 30 mg/l

47
a. Desain Bak Pemisah Lemak.

Kapasitas IPAL : 95 m3/h

Kriteria Perencanaan : ± 60-120 Menit

Waktu Tinggal didalam Bak : ± 60 Menit

1
Volume Bak yang diperlukan : x ( 95 m3/h x
24 Hari
1,5 )

1
: x 142,5
24 Hari

: 5,9

: 6 m3

Ditetapkan Dimensi Bak Pemisah Lemak

Lebar :2m

Panjang : 1,5 m

Kedalaman Air :2m

Ruang bebas : 0,5 m

Volume Aktual : 6 m3

b. Bak Pengendap Awal

Debit Limbah : 95 m3/h

BOD Masuk : 300 mg/l

Skenario Efisiensi : 25%

BOD Keluar : 225 mg/l

Waktu Tinggal dalam Bak : 4 Jam

4
Volume Bak yang diperlukan : x 95 m3
24 Hari

: 15,83 m3

48
: 16 m3

Ditetapkan dimensi Bak Pengendap Awal

Lebar :2m

Panjang :4m

Kedalaman Air :2m

Ruang Bebas : 0,5 m

Volume Aktual :16 m3

16 m 3
Chek Waktu Tinggal ( Retention time ) Rata-rata : x 24
95 m3 /h
Jam/Hari

384
: = 4 Jam
95

95 m3
Beban permukaan ( Surface Loading ) Rata-rata :
2m x 8 m

: 5,9

: 6 m3/h

Standar JWWA

Beban Permukaan 20-30 m3/m2.hari

c. Bak Anaerob

Debit Limbah : 95 m3/hari

BOD Masuk : 225 mg/l

BOD Keluar : 75 mg/l

(225 mg/l – 75 mg/l)


Skenario Efisiensi Pengolahan : x 100 %
225mg /l

: 66,7 %

Kriteria Perencanaan :

Untuk Pengolahan air limbah dengan proses biofilter


standar beban BOD per volume benda adalah 0,4-4,7 kg BOD/
m3 hari.

49
Untuk air limbah RS ditetapkan BOD : 0,75 kg
BOD/m3 media hari.

Beban BOD dalam air limbah : 95 m3/hari x 225 g/m3

: 21,375 g/hari

: 21 Kg/h

21 kg/h
Volume media yang diperlukan : = 28 m3
0,75 kg/h

Volume media 50% dari volume reactor

Volume reaktor yang diperlukan : 2 x 28 m3 = 56 m3

56 m3
Waktu tinggal didalam reaktor anaerob : x 24
95 m3 /hari
Jam/hari

: 14,1 Jam

HRT didalam reaktor ditetapkan : 14,1 Jam

Ditetapkan dimensi bak anaerob

Lebar :4m

Panjang :7m

Kedalaman Air :2m

Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m

Volume Aktual : 56 m3

d. Bak Aerob

Debit Limbah : 95 m3/hari

BOD Masuk : 75 mg/l

BOD Keluar : 30 mg/l

Efisiensi Pengolahan : 53,3%

Beban BOD didalam air limbah : 95 m3/hari x 75 g/m3

: 7125 g/hari

: 7 kg/hari

50
Beban BOD yang dihilangkan : 0,6 x 7 kg/hari

: 4,2 kg/hari

Beban BOD per Volume media yang digunakan : 0,5 kg/m3.hari

7 kg /hari
Volume media yang diperlukan : = 14 m3
0,5 kg/m 3 .hari

Volume Media : 0,4 x Volume Reaktor

10
Volume Reaktor Biofilter Aerob : x 14 m3 = 35 m3
4

35 m3
Volume Tinggal didalam Reaktor aerob: x 24
95 m3 /hari
Jam/hari

: 8,8 Jam = 9 Jam.

Reaktor dibagi 2 ruangan : 1. Ruangan Aerasi

2. Ruangan Biofilter

Dimensi ruang aerasi reaktor biofilter aerob :

Lebar :4m

Panjang :2m

Kedalaman Air :2m

Tinggi ruang bebas : 0,5 m

Dimensi ruangan reaktor Biofilter aerob :

Lebar :4m

Panjang : 2,3 m

Kedalaman Air :2m

Tinggi ruang bebas : 0,5 m

e. Bak Pengendap Akhir

Debit Limbah : 95 m3/hari

Waktu tinggal didalam bak : 4 Jam

51
4 Jam
Volume bak yang diperlukan : x 95 m3/hari
24 Jam/hari

: 15,83 m3

: 16 m3

Ditetapkan dimensi Bak Pengendap Akhir

Lebar :2m

Panjang :4m

Kedalaman air :2m

Tinggi ruang bebas : 0,5 m

Volume Aktual :16 m3

16 m3
Check Waktu Tinggal : x 24 Jam
95 m3 /hari

384
: = 4 Jam
95

95 m3
Beban Permukaan ( Surface Loading ) Rata-rata : = 5,9
2m x 8 m
= 6 m3/h

Standar JWWA

Beban Permukaan 20-50 m3/m2.hari

V. Penutup.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum perencanaan ipal medis dapat di
tarik kesimpulan bahwa :
1. Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan ipal medis yang ramah
lingkungan dan dapat melakukan pengaplikasian pada autocad.

52
53

Anda mungkin juga menyukai