Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proes fotosintesis pada tumbuhan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan makanan agar tetap
dapat bertahan hidup. Prosesnya dilakukan dengan bantuan cahaya matahari untuk mengubah air
dan karbon dioksida menjadi glukosa, air, dan oksigen. Proses ini hanya bisa dilakukan oleh bagian
yang mempunyai pigmen fotosintesis yang dapat mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.
Bagian tumbuhan yang memiliki kemampaun tersebut yaitu daun karena memiliki jaringan
fotosintesis yang disebut jaringan mesofil. Jaringan mesofil merupakan jaringan yang tesusun dari
sel-sel parenkim atau jaringan dasar dan berfungsi sebagai pengisi antara jaringan lain. Jaringan ini
sangat penting dalam proses fotosintesis karena memiliki banyak klorofil. Klorofil pada daun
berwarna hijau, warna ini digunakan untuk menyerap cahaya matahari yang berguna sebagai energi
untuk memasak makanannya. Jaringan mesofil daun dibagi menjadi dua yakni jaringan palisade
atau jaringan tiang dan jaringan bunga karang (Koryati dkk., 2021).
Daun pada tumbuhan menurut Koryati dkk. (2021) memiliki kemampuan yang yang berbeda
dalam menyerap berbagai spektrum cahaya. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis
pigmen yang terkandung dalam jaringan daun misalnya pada jaringan bunga karang dan jaringan
palisade. Pigmen ini berperan penting dalam proses penyerapan energi matahari. Panjang
gelombang yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis yaitu panjang gelombang yang
berada dikisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya warna merah
(610-700 nm), cahaya hijau kuning (510-600 nm), cahaya biru ( 410-500 nm), dan cahaya violet
(<400 nm). Masing-masing jenis cahaya tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
fotosisntesis. Tahapan fotosintesis pada tumbuhan menurut Advinda (2018) terbagi menjadi dua
tahap yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang merupakan reaksi yang bergantung pada
keberadaan cahaya. Molekul yang dibuat pada reaksi ini akan berfungsi sebagai penyimpanan
energi NADPH dan ATP. Reaksi gelap atau reaksi reduksi karbon merupakan reaksi yang
digunakan untuk mereduksi karbon dioksida (CO 2) dari udara untuk membentuk glukosa (C 6H12O6).
Reaksi gelap tidak ada hubungannya dengan cahaya matahari langsung.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa fotosintesis merupakan proses transformasi
energi yang dilakukan oleh tumbuhan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Hasil
dari proses tersebut digunakan untuk bahan bakar dalam aktivitas oraganisme tersebut. Hasil
perubahan disimpan di dalam karbohidrat seperti gula yang dihasilkan dari sintesis CO 2 dan H2O.
Selain itu, proses fotosintesis juga dapat menghasilkan O 2 yang akan dilepaskan ke udara. Glukosa
juga merupakan hasil dari adanya reaksi dalam fotosintesis. Glukosa digunakan untuk membentuk
senyawa organik lain seperti selulosa dan digunakan sebagai bahan bakar. Organisme yang
melakukan proses fotosintesis disebut organisme fotoaoutotrop. Fotosintesis berperan dalam
memproduksi dan memelihara kandungan oksigen dari atmosfer bumi. Selain itu, juga menjadi
sumber energi untuk kehidupan di bumo serta sebagai pemasok senyawa-senyawa organik.
Karbohidrat sebagai produk hasil dari proses fotosintesis merupakan senyawa karbon yang
mengandung sejumlah besar gula hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa berupa aldehid
disebut polihidroksialdehid atau ketosa dan berupa keton disebut polihidroksikeon atau ketosa
(Sulastri & Erlidawati, 2019; Wahyuni dkk., 2019).
Fotosintesis merupakan salah satu reaksi terpenting yang terjadi di Bumi. Proses fotosintesis
menyediakan hampir semua makanan dan energi. Dalam prosesnya tersebut fotosintesis
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi
perbedaan antara spesies, pengaruh umur daun, dan pengaruh laju translokasi fotosintat. Sedangkan,
faktor lingkungan meliputi ketersediaan air, ketersediaan CO2, pengaruh cahaya, dan pengaruh
suhu. Laju fotosintesis akan maksimal ketika mendapatkan banyak cahaya. Hal tersebut
dikarenakan daunnya akan lebih berwarna hijau dibandingkan dengan intensitas cahaya yang
rendah. Semakin banyak karbon dioksida (CO2) di udara semakin banyak jumlah bahan yang dapat
digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. Apabila kadar CO2 maka proses
fotosintesis akan menurun. Kadar air yang kurang menyebabkan stomata tertutup yang dapat
menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga laju fotosintesis menurun. Laju fotosintesis jauh
lebih tinggi pada tumbuhan yang berkecambah dibandingan dengan tumbuhan dewasa. Selain itu,
proses fotosintesis akan optimal apabila daun semakin banyak jumlahnya dan memiliki ukuran yang
besar (Setyanti, 2013; Hou dkk., 2017 ).
Laju fotosintesis dipengaruhi oleh salah satu faktor eksternal yaitu intensitas cahaya. Proses
fotosintesis hanya akan terjadi apabila ada cahaya dan pigmen hijau klorofil yang terletak pada
organel sitoplasma yaitu kloroplas. Laju fotosintesis umumnya meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu hingga mencapai batas toleransi enzim. Enzim-enzim yang bekerja dalam
proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimal. Suhu sebesar 40-50oC merupakan suhu
optimum tanaman untuk melakukan fotosintesis. Apabila intensitas cahaya matahari yang diterima
kurang, maka tanaman masih dapat melakukan fotosintesis karena suhunya masih dalam batas
optimum. Berbeda dengan suhu di bawah 40-50oC (suhu kamar), maka tanaman kurang maksimal
dalam melakukan fotosintesis. Tanaman akan layu atau bahkan mati apabila suhu melebihi batas
optimum atau di atas 40-50oC (Setyanti, 2013; Lupitasari dkk., 2020).
Metode yang telah dikembangkan untuk analisis karbohidrat sangat banyak dan tergantung
dengan jenis analisis. Jenis tersebut dapat berupa analisis kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu,
juga tergantung dengan tipe karbohidrat yang akan dianalisis. Metode pengukuran karbohidrat
tersebut terdiri dari metode kromatografi, metode kimia, metode gravimetrik, metode kolorimetri
seperti anthrone sulfat dan fenol sulfat, dan metode enzimatis. Analisis karbohidrat secara kualitatif
dapat dilakukan dengan berbagai uji seperti uji Fehling, uji Moore, uji hidrolisa, uji iod, uji molisch,
uji barfoed, uji benedict, dan uji seliwanoff. Analisis karbohidrat secara kuantitatif dapat dilakukan
dengan metode spektrofotometri (Katoch, 2011; Fitri dkk., 2020). Uji koliometri menurut Taufik
dkk. (2019) merupakan metode perbandingan dengan menggunakan perbedaan warna. Metode ini
mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan. Biasanya cahaya putih digunakan sebagai sumber
cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relative terhadap suatu zat. Secara umum metode
anthrone digunakan untuk mengetahui total karbohidrat dalam sampel. Metode ini sering digunakan
karena dalam pengerjaannya menggunakan spektrofotometer. Keuntungan dari metode ini yaitu
lebih mudah, prosesnya cepat, dan hasilnya akurat.

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan
BAB II
METODE PRATIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

2.2. Metode Pembuatan Kurva Standart Glukosa

2.3. Metode Pengujian Kadar Gula atau Glukosa Pada Sampel


LAMPIRAN

Lampiran I. Jawaban Pertanyaan


1. Apa yang dimaksud gula reduksi? Berikan contohnya!

2. Apa yang dimaksud gula non-reduksi? Berikan contohnya!


3. Apa yang dimaksud dengan karbohidrat?
4. Apa yang dimaksud dengan pati?
5. Jelaskan dengan gambar struktur dari amilosa dan amilopektin
6. Apa yang anda ketahui tentang selulosa?
7. Apakah sama struktur selulosa dengan pati?
8. Bagaimana hasil kandungan gula daun pada tanaman kedelai pada hasil praktikum yang telah
dilakukan?

CATATAN: Sistematika dan tata cara penulisan laporan harap memenuhi kaidah penulisan ilmiah
DAFTAR PUSTAKA

Sulastri & Erlidawanti. 2019. Biokimia Dasar Bermuatan Nilai-Nilai Karakter. Syah Kuala
University Press. Aceh.
Koryati T., D.W. Purba, D.R. Surjaningsih, J. Herawati, D. Sagala, S.R. Purba, M. Khairani, K.
Amartani, E. Sutrisno, N.H. Panggabean, I. Erdiandini, & R.F. Aldya. 2021. Fisiologi
Tumbuhan. Yayasan Kita Menulis. Medan.
Wahyuni, S., E. Purwanti, S. Hadi, & D. Fatmawati. 2019. Anatomi Fisiologi Tumbuhan. UMM
Press. Malang.
Hou, H.J.M., M.M. Najafpour, G.F. Moore, & S.I. Allakhverdiev. 2017. Photosynthesis:
Structures, Mechanisms, and Applications. Springer. Switzerland.
Setyanti, Y.H., S. Anwar, & W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor
Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) Pada Tinggi Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen yang
Berbeda. Animal Agriculture Journal. 2(1): 86-96.
Lupitasari D., M. Melina, & V.A. Kusumaningtyas. 2020. Pengaruh Cahaya dan Suhu Berdasarkan
Karakter Fotosintesi Ceratophyllum demersum sebagai Agen Fitoremediasi. Jurnal Kartika
Kimia. 3(1): 33-38.
Fitri, A.S., Y. Arinda, & N. Fitriana. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. SAINTEKS.
17(1): 45-52.
Taufik, Y., Sumartini, & W. Endriana. 2019. Kajian Perbandingan Buah Black Mulberry (Morus
nugra L.) dengan Air Terhdap Karakteristik Spreadable Processed Cheese Black Mulberry.
Pasundan Food Technology Journal. 6(3): 183-191.

Anda mungkin juga menyukai