ABSTRAK
Penyampaian hate speech atau ujaran kebencian dalam pengabdian ini secara khusus
berfokus pada media sosial yang saat ini secara luas digunakan oleh masyarakat.
Diketahui bahwa saat ini penggunaan media sosial tidak memiliki ruang batas,
pengguna dapat secara bebas memanfaatkan apa yang ada didalamnya. Segala fungsi
tersedia di ruang yang dikenal dengan istilah dunia maya ini. Bisa digunakan untuk
bisnis online, entertaint, informasi, komunikasi di dunia maya yang dapat
menghubungkan seluruh pengguna internet di dunia sehingga jarak tidak lagi terasa.
Pada pengguna media internet di Indonesia sendiri hate speech atau ujaran kebencian
biasanya dilakukan pada aplikasi media sosial yang familiar di masyarakat seperti
Facebook, twitter, instagram, dsb. Serta ada juga media dengan konten video seperti
youtube. Ujaran kebencian yang menyebar didunia maya semakin mengkhawatirkan,
tidak terbatasnya ruang bagi pengguna internet membuat perbuatan tersebut bisa
menyasar siapapun menjadi korban maupun pelakunya.
Tujuan pengabdian ini adalah membekali pemahaman terhadap masyarakat pengguna
internet terutama anak remaja mengenai dampak buruk dan hukuman yang
mengancam dari perbuatan ujaran kebencian atau hate speech di media sosial.
Masyarakat pengguna internet saat ini berpikir bahwa media sosial masih berfungsi
pada area-area yang bersifat kesenangan dan cenderung lebih personal sedangkan
fungsi lain yang produktif tidak banyak dimanfaatkan.
Pengabdian ini menggunakan sosialisasi, games, dan training motivasi sebagai
suatu strategi yang efektif untuk menanamkan kesadaran pada khalayak sasaran akan
bahaya dampak dari tindak pidana ujaran kebencian atau hate speech serta kejahatan
mayantara lainnya oleh pengguna media sosial, sehingga pada akhir pengabdian dapat
dicapai khalayak sasaran yang dapat menggunakan media internet dengan lebih
cerdas, produktif, bermanfaat baik bagi masyarakat dan dapat dipertanggung-
jawabkan.
Penggunaan media sosial tidak Indonesia hingga saat ini telah mencapai
di ruang yang dikenal dengan istilah tersebut merupakan remaja berusia 15-19
dunia maya ini. Bisa digunakan untuk tahun. Jumlah ini tentunya menjadi
internet kini telah banyak menjamur Dari segala fasilitas yang terdapat dalam
penduduk yang cukup besar tentu tidak tepat. Banyak perbuatan negatif
ujaran kebencian.
Pengabdian ini secara khusus akan keagamaan, media massa cetak maupun
dijelaskan bahwa ujaran kebencian adalah dunia maya telah diatur dalam Pasal 27
tujuan atau dapat berdampak pada tindak Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
nyawa, dan atau konflik sosial. (1) muatan yang melanggar kesusilaan (2)
Aspek hate speech meliputi suku, agama, muatan perjudian (3) muatan penghinaan
aliran keagamaan, keyakinan dan dan/atau pencemaran nama baik dan (4)
sosial, penyampaian pendapat di muka pada aplikasi media sosial yang familiar
instagram, dsb. Serta ada juga media internet usia remaja agar memahami
Ujaran kebencian yang menyebar cerdas, dan terhindar dari jeratan tindak
perasaannya baik itu suka, sedih, bahkan Upaya Penanggulangan Tindak Pidana
benci itu sendiri. Ini artinya siapapun Hate Speech Pada Siswa SMAN 06
hukum yang minim dari ancaman Speech). Surat edaran Hate Speech ini
Melalui program ini diharapkan dapat antara lain lingkup perbuatan yang dapat
luas, terutama remaja atau siswa di Kota tindak pidana yang berkaitan. Pada
Semarang untuk dapat menggunakan dasarnya, jika kita telusuri, tujuan Kapolri
media sosial dengan lebih cerdas dan mengeluarkan Surat edaran Hate
produktif sekaligus mengurangi tingkat speech ini adalah untuk menjadi acuan
kejahatan mayantara atau cyber crime bagi penegak hukum khususnya anggota
seperti perbuatan tindak pidana ujaran kepolisian agar mengetahui tindakan yang
perlu dilakukan dalam menangani di Indonesia sekitar 15%, persentasi
perbuatan ujaran kebencian atau hate tersebut hampir sama dengan total
Surat edaran tentang Hate speech Indonesia atau dengan kata lain hampir
petunjuk dan panduan bagi kepolisian di sosial media, baik itu penipuan,
Peraturan dan Etika Bermedia Sosial hingga etika bersopan santun kini tak ada
Internet dan Mobile di Indonesia tahun Indonesia merupakan salah satu negara
Indonesia mencapai 15% atau 38,191,873 babak baru dalam tata cara pengaturan
sedang indikator pengguna sosial media media internet yakni seperti informasi,
pertukaran data, transaksi online dsb. Hal mengontrol perkembangan anak dengan
itu di lakukan oleh Indonesia melalui baik, sehingga sang anak tumbuh dengan
membuat sebuah draft atau aturan dalam dan kesadaran mengikuti aturan hukum
bidang komunikasi yang tertuang dalam yang terbatas, khusus terkait pengabdian
RUU ITE atau Undang-Undang Informasi ini adalah anak remaja yang
Anak speech.
anak tumbuh dengan moral yang tidak ini dilakukan pada awal dan akhir
mendukung serta peran orang tua yang mengenai bahaya atau dampak dari tindak
terbatas dalam mendidik anak remaja. pidana ujaran kebencian atau hate speech
sosial untuk mengumbar ujaran kebencian Pasal 330 ayat (1) KUHP Seorang belum
atau hate speech pada anak usia remaja dapat dikatakan dewasa jika orang
dan ditambah dengan dialog interaktif tersebut umurnya belum genap 21 tahun,
mengenai bahaya atau dampak dari tindak masyarakat dalam berbagai komunitas
pidana ujaran kebencian atau hate speech yang dibedakan dari aspek: suku; agama;
pengguna media sosial maka program kepercayaan; ras; antar golongan; warna
diskriminasi, kekerasan, dan bahkan pada ketika era teknologi modern berkembang.
pembantain etnis atau genosida terhadap bahwa jari tangan lebih tajam dari lidah,
kebencian. Selain itu, perbuatan ujaran saat ini masyarakat lebih suka
efektif, efisien, dan sesuai dengan media sosial, dan cara yang digunakan
dituntut untuk bisa mengatasai segala hal faktanya memang tidak ada lawan bicara
diskusi disana maka setiap perkataan forum internet dan berita untuk
menyakiti atau bahkan muncul substansi Selama ini, Ujaran Kebencian berdampak
yang bersifat ujaran kebencian (hate pada pelanggaran HAM ringan hingga
Ujaran Kebencian (Hate Speech) sendiri di media sosial, maupun lewat selebaran,
dilakukan oleh suatu individu atau hingga memicu konflik dan pertumpahan
hasutan, ataupun hinaan kepada individu Kondisi ini, mendorong untuk segera
atau kelompok yang lain dalam hal memunculkan tindakan dari aparat dalam
berbagai aspek seperti ras, warna kulit, menangani perbuatan hatespeech didalam
kewarganegaraan, agama dan lain-lain.” bahkan sampai pada titik yang tidak lagi
Hate speech banyak ditemukan dalam dapat di kontrol. Tindakan aparat itu tidak
berbagai media online, baik itu di media hanya bersifat represif, namun juga harus
hukum serta disiplin masyarakat dan (Hate Speech) dapat berupa tindak pidana
mencegah terjadinya pengulangan tindak yang di atur dalam KUHP dan ketentuan
Republik Indonesia mengeluarkan Surat Speech ini penting bagi anggota Polri
akibat dari ujaran kebencian tersebut. (the first crime), merupakan satu cara
ditangani dengan efektif, efisien, dan terjadinya kejahatan yang pertama kali
sesuai ketentuan perundang-undangan (the first crime) yang akan dilakukan oleh
berpotensi memunculkan konflik sosial seseorang dan metode ini juga dikenal
di kutip pada buku Barda Nawawi Arief memperbaiki perilaku seseorang yang
pelaksanaannya ada dua metode yang setidaknya ada dua poin penting yang
dipakai untuk mengurangi frekuensi dari perlu diatur dalam Surat Edaran Kapolri
menyasar kelompok rentan dan minoritas. merasa penerapan Surat Edaran Kapolri
banyaknya perdebatan antara itu Hate Speech Pada Anak Usia Remaja
merupakan tindakan represif yang penting Teori Konvergensi ini memandang bahwa
sosial. Sudah cukup banyak juga pelaku kesimpulan bahwa seseorang remaja yang
yang terjaring oleh aparat kepolisian berasal dari keturunan baik-baik belum
tentu akan selalu berkelakuan baik, sebab dalam Azwar (2012:05) yang menyatakan
ia bisa dihadapkan pada lingkungan yang bahwa “sikap adalah keteraturan tertentu
tidak baik. Demikian pula sebaliknya, dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
keturunan seorang penjahat maka belum (konasi) seseorang terhadap suatu aspek
sama dengan orang tuanya. Menurut tentang sikap tersebut diperkuat dengan
Suamadi (1993:83) Pola perilakunya akan pendapat yang disampaikan oleh Mar’at
tinggal dan pergaulan. Uraian tersebut “sikap merupakan produk dari sosialisasi
jelas bahwa remaja pengguna media di mana seseorang bereaksi sesuai dengan
sosial itu melakukan tindakannya karena rangsang yang diterimanya”. Selain itu
sikap dari diri sendiri dan pengaruh dari menurut pendapat Allport dalam Djaali
teman atau lingkungan. Dalam peraturan (2008 : 114) “sikap adalah suatu kesiapan
mereka belum mengetahui bahaya hate mental dan saraf yang tersusun melalui
speech itu dianggap tidak terlalu penting. pengalaman respon individu terhadap
masyarakat. Pengawasan dari orang tua sikap dapat disimpulkan bahwa sikap
pun kadang tidak cukup untuk mencegah adalah keteraturan tertentu dalam hal
Hate Speech pada remaja, antara lain 3. siswa yang menyampaikan ujaran
Perlindungan Anak
Anak di Indonesia, 2, PT
Hukum PerlindunganAnak,
PT Grasindo, Jakarta.
Jakarta.