Anda di halaman 1dari 189

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN


NOMOR: 11161/Kpts/PK.000/F/10/2020

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK


SERTA PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK
TAHUN ANGGARAN 2021

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung program dukungan


menajemen, program ketersediaan akses dan konsumsi
pangan berkualitas, serta program nilal tambah daya salng
industri melalui Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun Anggaran 2021, Direktorat Perbibitan
dan Produksi Ternak akan melaksanakan Kegiatan
Penyediaan Benih Dan Bibit Serta Peningkatan Produksi
Ternak Tahun Anggaran 2021;
b. bahwa berdasrkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan melaksanakan ketentuan Pasal 21
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35 Tahun 2020 tentang
Pedoman Umum Bantuan Pemerintah Lingkup
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Penyediaan Benih
Dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak Tahun
Anggaran 2021;
2

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Repubi:
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentai
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5015) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 338,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5619);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tatacara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5423);
8. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 42
Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan I3e1anja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212);
9. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);
10. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);
11. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
12. Keputusan Presiden Nomor 132/TPA Tahun 2020 tentang
Pengangkatan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di
Lingkungan Kementenan Pertanian;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05 /20 15
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/ Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340),
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 173/PMK.05 /2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/
OT.210/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
4

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06 /20 16


tentang Tata Cara Pemindahtanganan Barang Milik Negara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1018);
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35 Tahun 2020 tentang
Pedoman Umum Bantuan Pemerintah Lingkup
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2021;
17. Peraturan Menteri Pertariian Nomor 36 Tahun 2020 tentang
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Perbantuan Lingkup Kementerian Pertanian Tahun
Anggaran 2021;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN


KESEHATAN HEWAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS
KEGIATAN PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT SERTA
PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK TAHUN ANGGARAN
2021.

KESATU Petunjuk Teknis Kegiatan Penyediaan Benih dan Bibit serta


Peningkatan Produksi Ternak Tahun Anggaran 2021 yang
selanjutnya disebut Petunjuk Teknis, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran VII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan Keputusan
in'.

KEDUA Petunjuk Teknis kegiatan Penyediaan Benih dan Bibit


serta Peningkatan Produksi Ternak Tahun Anggaran 2021,
dimaksud diktum KESATU, sebagal acuan dalam
pelaksanaan kegiatan Penyediaan Benih dan Bibit serta
Peningkatan Produksi Ternak Tahun Anggaran 2021.

KETIGA Jenis kegiatan Penyediaan Benih dan Bibit serta


Peningkatan Produksi Ternak Tahun Anggaran 2021
sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA, meliputi
kegiatan:
5

1. Optimalisasi Reproduksi;
2. Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui
Penambahan Sapi Potong Impor;
3. Pengembangan Ternak Ruminansia Potong;
4. Pengembangan Ternak Ruminansia Perah;
5. Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak;
6. Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate; dan
7. Penguatan Pembibitan Ternak di Unit Pelaksana Teknis
Daerah.

KEEMPAT Jenis kegiatan Kegiatan Penyediaan Benih Dan Bibit Serta


Peningkatan Produksi Ternak Tahun Anggaran 2021
sebagaimana dimaksud dalam diktum KETIGA yang
termasuk kategori bantuan pemerintah, meliputi kegiatan:
1. Optimalisasi Reproduksi;
2. Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui
Penambahan Sapi Potong Impor;
3. Pengembangan Ternak Ruminansia Potong;
4. Pengembangan Ternak Ruminansia Perah;
5. Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak;
6. Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate; dan
7. Penguatan Pembibitan Ternak di Unit Pelaksana Teknis
Daerah.

KELIMA : Untuk kelancaran Kegiatan Penyediaan Benih Dan Bibit


Serta Peningkatan Produksi Ternak Tahun Anggaran 2021,
ditetapkan:
a. Tim Pusat;
b. Tim UN';
c. Tim Provinsi; dan
d. Tim Kabupaten/Kota;
Oleh Direktur Jenderal, Kepala UPT, Kepala Dinas Provinsi,
Kepala Dinas Kabupaten/Kota, sesuai kewenangannya
dalam bentuk Keputusan.
6

KEENAM Dalam hal diperlukan ketentuan pelaksanaan dengan


mempertimbangkan kekhususan dan kondisi suatu daerah,
Dmas Daerah Provinsi dapat menyusun petunjuk
pelaksanaan kegiatan sepanjang tidak bertentangan dengan
Petunjuk Teknis mi.

KETUJUH : Keputusan mi mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Oktober 2020

DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

NASRULLAH
J NIP. 196602231993031001

Salman Keputusan mi disanipaikan kepada Yth:


1. Menteri Pertanian;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian.
LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN I-IEWAN
NOMOR: 11161/Kpts/PK,000/F/10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENJH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021

PETUNJUK TEKNIS OPTIMALISASI REPRODUKSI


TAHUN S ANG GARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian dan pembangunan
ketahanan nasional untuk mewujudkan ketahanan pangan dan
meningkatkan kesejahteraan petani/peternak. Ketersediaan pangan
hewani yang berasal dan ternak berupa daging sapi dan kerbau yang
mudah diakses dan sisi produksi dan harganya sangat diperlukan dalam
upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat.
Peningkatan konsumsi pangan asal hewan merupakan salah satu upaya
untuk menciptakan bangsa yang kuat, cerdas dan inovatif dalam
menyonsong era globalisasi yang mengedepankan daya saing dalam segala
bidang.
Peningkatan populasi ternak dan produksi daging sapi dan kerbau
menjadi hal utama untuk memenuhi kebutuhan daging nasional yang
mudah diakses oleh konsumen baik kualitas maupun kuantitasnya.
Permintaan terhadap daging sapi dan kerbau mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan,
tingginya kesadaran untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi dan
berkembangnya industri kuliner yang menyajikan bahan baku berbasis
daging sapi dan kerbau.Tingginya permintaan daging sapi dan kerbau
harus diimbangi dengan pertumbuhan populasi dan produksi daging sapi
dan kerbau dalam negeri, sehigga kebutuhan daging dalam negeri dapat
dipenuhi dan usaha peternakan rakyat sedangkan impor secara bertahap
2

dapat dikurangi, sejalan dengan rencana swasembada protein hewani.


Kebutuhan daging sapi dan kerbau nasional saat mi belum dapat
dipenuhi dan produksi dalam negeri.
Komoditas sapi dan kerbau sebagai salah satu sumber protein hewani
yang sangat diminati masyarakat, sebagian besar diusahakan secara
subsisten oleh petani dalam skala kecil sebagai usaha sambilan atau
disebut dengan peternakan rakyat, yang selama mi menjadi penopang
ekonomi keluarga. Usaha peternakan di pedesaan selama mi diharapkan
dapat meningkatkan dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan di
pedesaan. Perkembangan sektor peternakan juga akan mendorong
tumbuhnya kegiatan ekonomi hulu dalam penyediaan input produksi dan
ekonomi hilir dalam kegiatan distribusi, pemasaran, pengolahan hasil dan
jasa keuangan. Oleh karena itu pembangunan peternakan sebaiknya
diarahkan dalam satu sistem agribisnis yang holistik terintegrasi dan
hulu sampai hilir yang bersinergis dengan usaha pertanian lainnya
(diversifikasi pertanian) sehingga lebih efisen.
Lambatnya pertumbuhan populasi sapi dan kerbau dalam negeri secara
umum disebabkan oleh belum optimalnya manajemen reproduksi ternak
ditingkat peternak dan adanya gejala penurunan performan ternak yang
berdampak terhadap penurunan produktivitas daging. Manajemen
reproduksi yang tidak optimal berimplikasi pada banyaknya kejadian lB
berulang atau sevice per conseption (S/C) masih tinggi sehingga jarak
beranak menjadi lebih panjang dan normalnya. Selain itu masih banyak
terjadi perkawinan sedarah (inbreeding) terutama di daerah dengan
pemeliharaan ternak secara ektensif yang berpengaruh terhadap
rendahnya mutu genetik yang akan berdampak pada rendahnya
produktivitas ternak. Belum optimalnya manajemen reproduksi sapi
potong meyebabkan kerugian bagi peternak baik secara materi maupun
immaterial.
Mencermati hal tersebut dalam upaya percepatan peningkatan populasi
sapi dan kerbau, pemerintah menjalankan kegiatan optimalisasi
reproduksi, diharapkan dapat memperbaiki sistem pelayanan peternakan
kepada masyarakat, perbaikan manajemen reproduksi dan produksi
ternak serta perbaikan sistem pelaporan dan pendataan reproduksi ternak
melalui sistem aplikasi iSIKHNAS. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan
Optimalisasi Reproduksi, maka pelaksanaannya terdiri atas
3

pendistribusian semen beku dan N2 cair, operasional pelayanan IB,


sarana dan prasarana serta periingkatan SDM melalui pelatihan IB, PKb
dan ATR.
Optimalisasi Reproduksi merupakan kegiatan nasional yang memerlukan
kerjasama antar seluruh instansi pemerintah terkait pusat maupun
daerah untuk menterjemahkan, merumuskan dan mengimplementasikan
strategi dan upaya untuk mensukseskan program tersebut. Pelaksanaan
Optimalisasi Reproduksi tidaklah semudah yang difikirkan, karena akan
melibatkan unsur manusia, hewan ternak dan sarana prasarana
pendukung, sehingga dalam pelaksanaannya perlu manajemen yang baik
dan terstruktur. Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Optimalisasi
Reproduksi, diantaranya terlambatnya distribusi sarana dan prasarana
IB, keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM, pengetahuan peternak
masih rendah terhadap lB dan manajemen reproduksi terutama diwilayah
semi intensif dan ektensif, keterbatasan untuk mengakses akseptor
karena topografi daerah yang sulit serta masih banyak kondisi ternak
yang kurang baik karena keterbatasan pakan maupun penyakit gangguan
reproduksi.
Berbagai upaya dilakukan untuk menjalankari kegiatan Optimalisasi
Reproduksi dengan baik, mulai dengan perbaikan pelayanan kepada
masyarakat, pengembangan SDM tenaga inseminator dan PKb, perbaikan
sarana dan prasarana pendukung, melakukan sosialisasi serta perbaikan
sistem pelaporan melalui Isikhnas. Diharapkan pelaksanaan Optimalisasi
Reproduksi berjalan dengan baik, sehingga dapat memperbaiki sistem
reproduksi ternak yang berdampak terhadap kesejahteraan peternak dan
peningatan produktivitas ternak sapi/kerbau dalam negeri untuk
mewujudkan swasembada pangan.
Pangan senantiasa harus tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi,
dan beragam dengan harga yang terjangkau daya beli masyarakat, serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.
Bila ditinjau dan sumber asalnya, bahan pangan terdiri atas pangan
nabati (asal tumbuhan) dan pangan hewani (asal ternak dan ikan). Bahan
pangan hewani yang berasal dan ternak adalah daging, telur dan susu
yang berfungsi sebagai sumber zat gizi, utamanya protein dan lemak.
4

Menghadapi tantangan tersebut, Pemerintah perlu menyusun program


peningkatan produksi daging sapi/kerbau dalam negeri, menggunakan
pendekatan yang lebih banyak mengikutsertakan peran aktif masyarakat.
Sejak Tahun 2017 Pemerintah telah menetapkan Optimalisasi Reproduksi
dalam Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau
Bunting.
Dengan demikian Optimalisasi Reproduksi dalam rangka menjadikan sapi
kerbau komoditas andalan negeri mi perlu keberlanjutan di Tahun 2021
agar memastikan sapi/kerbau betina produktif milik peternak dikawinkan
baik melalui inseminasi buatan maupun kawin alam sehingga
Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau berjalan optimal.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Petunjuk Teknis mi dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas
pelaksana Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dan petugas lapangan
dalam melaksanakan kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun
Anggaran 2021. Petunjuk Teknis dapat dijabarkan lebih lanjut dalam
bentuk petunjuk operasional atau petunjuk pelaksanaan sesuai
dengan kepentingan.

2. Tujuan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021, bertujuan
untuk:
a. meningkatkan pelayanan perkawinan IB; dan
b. meningkatkan kualitas ternak dan pengembangan sumber daya
genetik lokal dan/atau persilangan.

C. Sasaran
Sasaran akseptor ternak ruminansia sapi dan kerbau pada wilayah yang
ditetapkan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan;
5

3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Melalui Inseminasi
Buatan (IB);
5. Pembiayaan;
6. Pembinaan Dan Pendampingan;
7. Indikator Keberhasilan;
8. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan; dan
9. Penutup.

E. Pengertian
Dalam Petunjuk mi yang dimaksud dengan:
1. Inseminasi Buatan yang selanjutnya disebut lB adalah teknik
memasukkan mani atau semen ke dalam alat reproduksi ternak
betina sehat untuk dapat membuahi sel telur dengan menggunakan
alat inseminasi.
2. Petugas Teknis Reproduksi adalah inseminator, petugas pemeriksa
kebuntingan, dan asisten teknis reproduksi, medik veteriner dan
paramedik veteriner
3. Inseminator adalah petugas yang berwenang mclaksanakan lB serta
telah memiliki SIPP Inseminator dan/atau keputusan penugasan.
4. Petugas Pemeriksa Kehuntingan yang selanjutnya disebut PKh
adalah petugas yang berwenang melaksanakan lB dan PKb serta
telah memiliki SIPP PKb dan/atau Keputusan Penugasan.
5. Asisten Teknis Reproduksi yang selanjutnya disingkat ATR adalah
petugas yang berwenang melaksanakan manajemen reproduksi yang
memiliki SIPP dan/atau Keputusan Penugasan.
6. Medik veteriner adalah Dokter Hewan yang memiliki profesi di bidang
kedokteran Hewan dan kewenangan Medik Veteriner dalam
melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan.
7. Paramedik veteriner adalah tenaga kesehatan hewan lulusan sekolah
kejuruan, pendidikan diploma atau memperoleh sertifikat untuk
melaksanakan urusan kesehatan hewan yang menjadi
kompetensinya dan dilakukan dibawah penyeliaan Dokter Hewan.
8. Data recorder adalah koordinator iSIKHNAS dan petugas yang
ditunjuk yang mempunyai tugas mengelola data optimalisasi
reproduksi di Provinsi Dan Kabupaten/Kota.
6

9. Akseptor adalah ternak sapi atau kerbau betina produktif yang


dimanfaatkan untuk inseminasi buatan dan kawin alam untuk
menjadi bunting.
10. Akseptor TB adalah ternak sapi/kerbau hetina produktif atau
indukan yang dimanfaatkan untuk lB.
11. Semen Beku Sapi/Kerbau adalah semen yang berasal dan pejantan
sapi/kerbau terpilih yang diencerkan sesuai prosedur proses
produksi sehingga menjadi semen beku dan di simpan di dalam
rendaman nitrogen cair pada suhu -196°C pada kontainer.
12. Dinas Daerah Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan.
13. Dinas Daerah Kahupaten/Kota adalah perangkat daerah
kabupaten/kota yang melaksanakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan.
14. Bimbingan Teknis Petugas Teknis Reproduksi adalah proses belajar
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang tcknis
reproduksi.

BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

Optimalisasi Reproduksi sebagai salah satu pelaksanaan tugas dan fungsi


Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dilaksanakan
melalui kegiatan lB dalam rangka meningkatkan populasi dan
meningkatkan kualitas ternak dan pengembangan sumber daya genetik
lokal dan/atau persilangan di dalam negeri.

A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi dilaksanakan dalam Tahun Anggaran
202 1. Jadwal palang pelaksanaan secara tentative sebagai berikut:
7

Bulan
No Uraian Kegiatan 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim
Penyusunan
3
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
Pelaksanaan
5
Kegiatan
Pendampingan,
6 Pembinaan, dan
Monitoring
7 Pelaporan
Ket: * Tahun 2020

B. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan
oleh:
1. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; dan
2. Dinas Daerah Provinsi

C. Kriteria Lokasi dan Penerima Manfaat


Kriteria lokasi kegiatan di 34 Provinsi merupakan wilayah yang mempunyai
sapi dan kerbau. Sedangkan penerima manfaat adalah para peternak yang
membutuhkan pelayanan lB sesuai dengan jumlah akseptor yang
ditetapkan sesuai tabel 1.

D. Jenis/Rumpun, dan Spesifikasi Teknis Ternak


Jenis dan rumpun ternak yang dikembangkan dalam kegiatan Optimalisasi
Reproduksi Tahun Anggaran 2021 disesuaikan dengan potensi daerah,
kearifan lokal daerah, ternak asli/lokal, persilangan, atau eks impor
sehingga diharapkan produksi dan distribusi semen sesuai dengan potensi
diatas dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8

E. PELAKSANAAN
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Optimalisasi Reproduksi
Tahun Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan baik di tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota maupun Penerima Manfaat meliputi antara
lain:
1. Persiapan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun 2021 dituangkan dalam
Petunjuk Teknis yang disusun oleh Tim Pusat dan ditandatangani oleh
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021 dilakukan sosialisasi di
tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Penerima Manfaat serta
stakeholder terkait. Sosialisasi dapat dilaksanakan secara langsung
ataupun tidak langsung.
Sosialisasi secara langsuhg dilaksanakan melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota,
sedangkan secara tidak langsung dilaksanakan melalui bahan
publikasi.
3. Penetapan Jumlah Akseptor
Penetapan jumlah akseptor per provinsi dilaksanakan berdasarkan
potensi akseptor, pola pemeliharaan dan ketersediaan petugas serta
sarana penunjang.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dan Bulan Januari sampai dengan
Desember 202 1.

F. Pengadaan Barang dan Jasa


Kegiatan pengadaan pada Optimalisasi Reproduksi Tahun 2021 oleh Satker
Pelaksana dengan mengacu ketentuan peraturan peruridang-undangan.
9

BAB III
PENGORGANISASIAN

Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan secara


terkoordinasi dan tingkat pusat, Dinas Daerah Provinsi, Dinas Daerah
Kabupaten/Kota sampai dengan penerima manfaat. Agar pelaksanaan kegiatan
berjalan optimal, perlu dibentuk tim untuk memperjelas tugas dan fungsi
masing-masing unit kerja yang terlibat, sebagai berikut:
A. Direktorat Jendera1 Peternakan dan Kesehatan Hewan
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan membentuk Tim Pusat
urituk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Tim Pusat mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Menyusun Petunjuk Teknis Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran
2021;
2. Melakukan sosialisasi dan Dinas Daerah Provinsi, Daerah
Kabupaten/Kota dan stakeholderterkait lainnya;
3. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi; dan
4. Membuat laporan pelaksanaan Kegiatan Optiamlisasi Reproduksi Tahun
Anggaran 2021 kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan.

B. Dinas Daerah Provinsi


Kepala Dinas Daerah Provinsi membentuk Tim Provinsi untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan. Tim Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan Pusat;
2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi kegiatan kepada instansi terkait
di Provinsi, Dinas Daerah Kabupaten/Kota, penerima manfaat dan
stake holder terkait lainnya;
3. Melakukan koordinasi dengan Tim Kabupaten/Kota dalam rangka
penetapan calon penerima manfaat atau jumlah akseptor;
4. Melakukan supervisi dan monitoring, serta pengendalian pelaksanaan
kegiatan;
5. Membuat laporan kegiatan pada tahun berjalan dan disampaikan
secara berkala kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi, selanjutnya
Kepala Dinas meneruskan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan; dan
10

6, Kepala Dinas Daerah Provinsi sebagai Pelaksana Kegiatan melakukan


evaluasi kegiatan dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan
tembusan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

C. Dinas Daerah Kabupaten/Kota


Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota membentuk Tim Kabupaten/Kota,
yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Identifikasi jumlah potensi akseptor dan disampaikan pada Dinas
Provinsi;
2. Melakukan sosialisasi dan .pembinaan kepada penerima manfaat atau
peternak
3. Melakukan koordinasi kegiatan di tingkat Kabupaten/Kota;
4. Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota menyampaikannya kepada
Kepala Dinas Daerah Provinsi dengan tembusan Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN OPTIMALISASI REPRODUKSI MELALUI
INSEMINASI BUATAN (TB)

A. Pelaksanaan Pelayanan lB

1. Akseptor lB
Akseptor adalah induk ternak yang sebelumnya sudah terdaftar di
iSIKHNAS, maupun calon akseptor yang baru di daftarkan. Ternak yang
sudah didaftarkan tetap menggunakan identitas ternak/daftar hewan
(DH) yang sudah terdaftar di iSIKHNAS. Akseptor baru yang helum
memiliki kartu ternak harus memiliki kartu ternak.
11

2. Pelaksanaan TB
Pelaksanaan TB dilakukan pada ternak yang berahi sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) IB, dan dilakukan pencatatan serta
dilaporkan melalui iSIKHNAS.

3. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) dilakukan melalui palpasi rectal dapat
dilakukan 3 (tiga) bulan setelah lB dan/atau dapat menggunakan alat
ultrasonografi (USG) dapat dilakukan 1 bulan setelah lB. Pelaksana
pemeriksaan kebuntingan adalah petugas PKb dan dokter hewan. Hasil
pemeriksaan kebuntingan dilaporkan di iSIKHNAS, umur kebuntingan
yang dicatat sebagai umur kebuntingan adalah 2 bulan sampai 9 bulan
untuk sapi dan kerbau sampai kebuntingan umur 10 bulan.

4. Pelaporan Kelahiran
Kelahiran yang dilaporkan merupakan kelahiran ternak hasil
pelaksanaan Optimalisasi Reproduksi tahun 2020 dan 2021 melalui
perkawinan TB. Pelaporan pedet dan basil perkawinan lB harus
dilengkapi dengan keterangan identitas induk (DH) dan straw/semen
beku/kode bull, dan jenis bangsa/rumpun pedet didasarkan atas
bangsa/rumpun dan pejantan sesuai dengan kode straw.
Pelaporan kelahiran dan hasil perkawinan lB dilakukan segera setelah
lahir oleh petugas teknis reproduksi dan dilaporkan langsung melalui
iSIKHNAS.

B. Petugas Teknis Reproduksi Ternak


Dalam mendukung keberhasilan Optimalisasi Reproduksi, sumber daya
manusia yang berperan langsung adalah petugas teknis reproduksi ternak.
Petugas teknis reproduksi ternak meliputi: Petugas Inseminator, Petugas
Pemeriksa Kebuntingan, Asistensi Teknis Reproduksi (ATR),
Medik/Paramedik Veteriner. Syarat menjadi petugas teknis kegiatan
Optimalisasi Reproduksi, sebagai berikut:
1. Inseminator:
a) memiliki SIPP Inseminator atau SIMI
b) bagi yang tidak memiliki SIPP Inseminator atau SIMI, harus memiliki
Surat Penugasan dan Kepala Dinas Daerah Provinsi atau Dinas
Daerah Kabupaten/Kota.
12

2. Petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKb):


a) memiliki SIPP/SIM PKb
b) bagi yang tidak memiliki SIPP PKb, harus memiliki Surat Penugasan
dan Kepala Dinas Daerah Provinsi atau Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota.

3. Petugas ATR
a) memiliki SIPP/SIM ATR
b) bagi yang tidak memiliki SIPP ATR, harus memiliki Surat Penugasan
dan Kepala Dinas Daerah Provinsi atau Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota.

4. Medik/Paramedik Veteriner
a) memiliki SIPP
b) bagi yang tidak memiliki SIPP, harus memiliki Surat Penugasan dan
Kepala Dinas Daerah Provinsi atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota.

C. Pelatihan/Bimbingan Teknis
1. Jenis Pelatihan/Bimbingan Teknis
Pelatihan/bimbingan teknis yang dialokasikan dalam rangka
mendukung Optimalisasi Reproduksi 2021 dikelompokan menjadi 3
(tiga) bagian yaitu:
a. pelatihan petugas baru.
Penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan oleh UPT Lingkup
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Bimtek bagi
petugas Inseminasi Buatan, Pemeriksaan Kebuntingan, Petugas
Penanganan Semen Beku.
b. penyegaran petugas teknis
Penyegaran Petugas Teknis dilakukan melalui Bimtek bagi petugas
Inseminasi Buatan, Pemeriksaan Kebuntingan, Petugas Penariganan
Semen Beku.

2. Syarat Peserta Pelatihan


Peserta pelatihan secara umum harus memenuhi persyaratan yang
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku:
a. diutamakan non ASN dan Kelompok Peternak;
13

b. siap melayani peternak sesuai bidangnya;


c. diusulkan oleh dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan kabupaten/kota setempat.

3. Materi Pelatihan/Bimbingan Teknis


Materi Pelatihan/Bimbingan Teknis Petugas Teknis Reproduksi Ternak
mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan.

4. Permohonan Pelatihan/Bimbingan Teknis


Permohonan pelatihan/bimbingan teknis sebagai berikut:
a. permohonan pelatihan dan dinas daerah kabupaten/kota ditujukan
kepada dinas daerah provinsi dengan melampirkan daftar peserta
dan kelengkapan persyaratan, selanjutnya diteruskan kepada
direktur jenderal peternakan dan kesehatan hewan.
b. permohonan pelatihan dan dinas daerah provinsi ditujukan kepada
direktur jenderal peternakan dan kesehatan hewan cq. direktur
perbibitan dan produksi ternak, dengan melampirkan daftar peserta
dan kelengkapan persyaratan.

5. Pemanfaatan Petugas Pasca Pelatihan


Peserta yang sudah mengikuti pelatihan harus diberdayakan oleh
Dinas, agar kinerja layanan meningkat secara signifikan dengan
memberikan penugasan secara tertulis. Kinerja layanan petugas
tersebut dipantau dan dievaluasi melalui iSIKHNAS.

BAB V
PEMBIAYAAN

Pembiayaan Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021


dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang digunakan antara lain
untuk:
1. Pengadaan Bahan lB Semen Beku dan N2 Cair;
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana lB antara lain, gun, plastic sheet, glove
dan kontainer;
14

3. Biaya Operasional (IB, P1Kb dan Pelaporan Kelahiran);


4. Kartu Ternak (alokasi akseptor dan ternak lahir);
5. Koordinasi;
6. Honorarium Rekorder; dan
7. Pelatihan SDM lB.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

Pembinaan dan pendampingan dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal


Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
agar tujuan Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021 dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
A. Pembinaan
Dalam pembinaan Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021
dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan TB, PKb, dan pelaporan
kelahiran.
B. Pendampingan
Pendampingan selama pelaksanaan kegiatan Optimalisasi Reproduksi
Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan (Pusat dan UPT), Dinas Daerah Provinsi/
Kabupaten/Kota, apabila diperlukan dapat melibatkan perguruan tinggi.

BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN

Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan dan hasilnya dapat dijadikan sebagai


bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya
serta untuk akuntabilitas publik. Keberhasilan kegiatan Optimalisasi
Reproduksi Tahun Anggaran 2021 dapat diukur dengan menggunakan:
A. Indikator keluaran (Output)
Terlayaninya lB pada akseptor sebanyak 3 juta ekor di 34 Provinsi yang
telah ditetapkan.
B. Indikator Hasil (Outcome)
Peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau
15

BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Sistem Pengendalian Internal


Optimalisasi Reproduksi merupakan kegiatan strategis yang harus berjalan
efisien, efektif dan tertib. Untuk mencapai hal tersebut perlu disusun
dokumen sistem pengendalian internal (SPI) Optimalisasi Reproduksi.
Dokumen memuat identifikasi resiko, analisa resiko, rencana pengendalian
resiko, informasi dan komunikasi serta rencana pemantauan pengendalian
resiko.
Sasaran dan penerapan SPI adalah untuk memberikan keyakinan memadai
bagi tercapainya target dan sasaran, pelaporan keuangan, penatalaksanaan
aset kegiatan, dan ketaatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pimpinan Satuan Kerja sebagai penanggungjawab kegiatan beserta seluruh
jajaran harus menyusuri dokumen pengendalian internal terhadap setiap
tahapan kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan.
Hasil identifikasi resiko sebagaiberikut:
1. Pelaksanaan kegiatan lB.
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana lB antara lain, gun, plastic sheet, glove
dan kontainer.
Dokumen SF1 harus menjadi acuan balk ditingkat Pusat, Dinas Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota agar tercapai target dengan tertib,

B. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala oleh Tim Ditjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Monitoring dan evaluasi kinerja teknis
dilakukan secara periodik dan/atau sewaktu-waktu sesuai dengan
perkembangan pelaksanaan di lapangan.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dimaksudkan untuk mengetahui secara
akurat realisasi kegiatan serta mengetahui kendala. Hasil evaluasi
diformulasikan dalam bentuk laporan, merupakan data dan informasi
untuk bahan koreksi pelaksanaan kegiatan, dan untuk solusi Iangkah
perbaikan kegiatan selanjutnya.
16

C. Pelaporan Optimalisasi Reproduksi

Pelaporan kegiatan melalui iSIKHNAS dengan menggunakan aplikasi


Realtis format SMS atau aplikasi yang telah disiapkan. Prinsip dalam
pelaporan kinerja harus mampu; (1) memantau perkembangan
pelaksanaan secara berjenjang dan tepat waktu; (2) memberikan informasi
bagi para penanggung jawab disetiap jenjang; dan (3) memberikan input
umpan balik bagi penyempurnaan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Tugas Rekorder:
1. Rekorder Provinsi:
a. menyiapkan dan menyusun laporan perkembangan kinerja setiap
bulan, serta membantu analisis data dalam mengevaluasi
perkembangan kinerja;
b. setiap bulan menyampaikan laporan perkembangan kepada kepala
dinas untuk diteruskan ke direktur jenderal peternakan dan
kesehatan hewan c.q direktorat perbibitan dan produksi ternak;
c. melakukan asistensi, supervisi dan pemantauan kelancaran arus
data pelaporan dan petugas teknis dan data rekorder
kabupaten/kota dan
d. mengoptimalkan penggunaan situs web iSIKHNAS sebagai sarana
sumber data informasi.

2. Rekorder Kabupaten/Kota:
a. melakukan asistensi, supervisi dan pemantauan kelancaran arus
data pelaporan dan petugas teknis dan menginput semua data
perkembangan pelaksanaan kegiatan teknis ke sistem isikhnas;
b. melakukan pendampingan dan bimbingan tatacara pelaporan
melalui sistem isikhnas kepada para petugas di wilayah kerja;
c. menghimpun dan memasukkan data ke dalam sistem isikhnas; dan
d. membantu penyiapan data administrasi dan keuangan.

D. Ruang lingkup pelaporan


Ruang lingkup pelaporan, meliputi:
1. Laporan Harian berisi gambaran keberhasilan kegiatan meliputi jumlah
sapi/kerbau/akseptor dan jumlah pelayanan lB (root 512), laporan
pelayanan PKb dan jumlah kebuntingan (root 344) dan pelaporan
kelahiran (root 345); dan
17

2. Laporan Bulanan berisi kumulatif pelaksanaan kegiatan harian setiap


bulannya.

E. Alur dan Mekanisme Pelaporan


Dinas Daerah Kabupaten/Kota melaporkan kegiatan kepada Dinas Daerah
Provinsi yang selanjutnya disampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan C.q. Direktorat Perbibitan dan Produksi
Ternak.
BABX
PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021


disusun untuk menjadi acuan oleh seluruh unsur pelaksana dan pihak terkait
dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan, agar pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan secara baik dan benar guna mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.

DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

NASRULLAH
V NIP. 196602231993031001
Tabel 1. Target Akseptor Per Provinsi Kegiatan Optiamlisasi Reproduksi Tahun
2021

No Provinsi Akseptor Kebuntingan Kelahiran


1 Aceh 40.000 27.978 25.180
2 Sumut 100.000 69.882 62.894
3 Sumbar 70.000 48.859 43.973
4 Riau 30.000 21.001 18.901
5 Jambi 15.000 10.496 9.446
6 Sumsel 40.000 27.987 25.188
7 Bengkulu 7.500 5.259 4.733
8 Lampung 200.000 140.001 126.001
9 BangkaBelitung 1.000 700 630
10 Kepri 1.000 700 630
11 DKI 800 640 576
12 JawaBarat 120.000 89.970 80.973
13 JawaTengah 590.000 417.961 376.165
14 DIY 90.000 63.140 56.826
15 JawaTimur 1.310.900 930.185 837.167
16 Banten 2.000 1.340 1.206
17 Bali 70.000 49.000 44.100
18 NTB 110.000 76.982 69.284
19 NT1' 7.000 4.861 4.375
20 Kalimantan Barat 18.000 12.625 11.363
21 KalimantanTengah 2.500 1.741 1.567
22 Kalimantan Selatan 27.000 18.898 17.008
23 KalimantanTimur 6.000 4.205 3.785
24 Kalimantan Utara 1.500 1.050 945
25 Sulawesi Utara 7.000 4.900 4.4 10
26 SulawesiTengah 20.000 14.000 12.600
27 Sulawesi Selatan 70.000 48.960 44.064
28 Sulawesi Tenggara 12.000 8.400 7.560
29 Gorontalo 18.000 12.600 11.340
30 SulawesiBarat 7.000 4.900 4.410
31 Maluku 2.000 1.400 1.260
32 Maluku Utara 1.000 700 630
33 PapuaBarat 1.300 910 819
34 Papua 1.500 1.050 945
Total 3.000.000 2.123.280 1.910.952
LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 11161/Kpts/PK.000/F/10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA POTONG MELALUI PENAMBAHAN
SAPI POTONG IMPOR TAHUN ANGGARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sasaran utama prioritas nasional di bidang pangan yang


tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun Anggaran 2021-2024 adalah produksi daging sapi untuk
mengamankan konsumsi di tingkat rumah tangga. Sehingga diperlukan
upaya untuk mencapai sasaran tersebut sekaligus mewujudkan ketahanan
pangan dalam negeri dan pemenuhan kebutuhan protein hewani asal
ternak. Untuk mendukung upaya tersebut perlu adanya jaminan
ketersediaan sapi potong. Pada saat mi jumlah sapi indukan dalam negeri
masih kurang, sehingga diperlukan penambahan sapi indukan melalui
impor.
Dalam rangka meningkatkan populasi dan ketersediaan ternak sapi
indukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan pemberdayaan
peternak (Kelompok Tani/Kelompok Peternak/Gapoktan) maka pada Tahun
Anggaran 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Ditjen PKH) mengalokasikan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
Potong Melalui Penambahah Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021.
Kegiatan pengadaan akan dilaksanakan di beberapa UPT Lingkup
2

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan selaku satker


pelaksana dan selanjutnya akan didistribusikan ke UPTD, dan Kelompok
Tani/Kelompok Peternak/Gapoktan.
Untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan agar berjalan efektif
dan efisien, perlu disusun Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun
Anggaran 2021.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui
Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dimaksudkan
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran
2021.

2. Tujuan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui
Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 bertujuan untuk
Meningkatkan populasi dan ketersediaan sapi potong di UPTD
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Kelompok Tani / Kelompok
Peternak/Gapoktan Penerima Manfaat.

3. Keluaran
Berkembangnya usaha budidaya pengembangan ternak ruminansia
potong khususnya dalam pengembangan sapi potong impor.

4. Sasaran
Sasaran kegiatan mi adalah Kelompok Tani/ Kelompok Peternak,
Gapoktan, UPTD Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah
Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi di bidang peternakan dan
kesehatan hewan, UPTD dan kelompok peternak.

A. Ruang Lingkup
3

Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong


melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan dan Teknis Pemeliharaan
Ternak;
5. Mekanisme Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup

B. Pengertian
Dalam Keputusan mi yang dimaksud dengan:
1. Penerima Manfaat adalah Kelompok Tani/Kelompok Peternak/
Gapoktan yang melaksanakan fungsi pengembangan ruminansia perah
yang ditetapkan untuk menerima manfaat bantuan.
2. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai
penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya
yang terkait dengan pertanian.
3. Ternak Ruminansia Besar Potong yang selanjutnya disebut Potong
adalah ternak betina bukan bibit yang memiliki organ reproduksi
normal dan sehat digunakan untuk pengembangbiakan.
4. Jantan Produktif adalah jantan bukan bibit yang memiliki organ
reproduksi normal dan sehat serta digunakan untuk kawin alam
5. Peternak adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
6. Kelompok tani/Kelompok Peternak adalah kumpulan petani/peternak
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan sumber daya,
kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan serta
mengembangkan usaha anggota
7. Gabungan kelompok tani adalah kumpulan beberapa kelompok tani
yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi
dan efisiensi usaha.
4

8. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD adalah Unit Pelaksana Teknis di


daerah yang melaksanakan tugas dan fungsi pengembangan ternak
ru minan sia.
9. Kandang komunal adalah bangunan untuk pemeliharaan ternak secara
bersama-sama dalam satu area.
10. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
ii. Dinas Daerah adalah perangkat pemerintah daerah yang membidangi
fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di Provinsi dan/atau
Kabupaten/ Kota.
12.Tim Pusat adalah kelorripok kerja yang terdiri dan unsur eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
13. Tim UPT adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur UPT lingkup
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan/atau dapat
melibatkan unsur lainnya yang ditetapkan oleh Kepala UPT.
14. Tim Provinsi adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas Daerah, Badan,
Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di provinsi yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di provinsi.
15.Tim Kabupaten/Kota adalah tim atas unsur Dinas Daerah, Badan,
Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di kabupaten/kota
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di kabupaten/kota.
16. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dan Pengguna Anggaran untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada Kementerian Negara/lembaga yang bersangkutan.
17. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

BAB II
5

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong


Impor Tahun Anggaran 2021 sebagai salah satu pelaksanaan tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dilaksanakan melalui
pemberdayaan Kelompok Tani/Kelompok Peternak/Gapoktan dalam rangka
meningkatkan populasi dan penyediaan produksi ternak di dalam negeri.
Disamping itu, pengembangan juga dapat dilakukan dalam rangka
memperkuat UPTD pembibitan ternak ruminansia.

A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Potong Impor dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2021. Jadwal
palang pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 secara
tentative sebagai berikut:

Bulan
No Uraian Kegiatan 10 ii 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim Pusat

Penyusunan
3
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi

Penyusunan Tim
U dan Daerah

6 Verifikasi CPCL

Pengadaan
7
agroinput
6

8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan
Ket : * Tahun 2020

B. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan selaku Satuan Kerja Pelaksana Pengadaan.

C. Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL)


Calon penerima dan calon lokasi Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun
Anggaran 2021 yaitu Kelompok Tani/Kelompok Peternak/Gapoktan dan!
atau UPTD.

D. Kriteria Lokasi dan Penerima Manfaat


1. Kriteria Lokasi Kegiatan
a. mempunyai infrastruktur jalan yang dapat dilalui untuk distribusi
ternak;
b. mempunyai potensi sumber daya pakan dan air; dan
c. bukan lokasi endemik penyakit hewan menular strategis dan
dibuktikan dengan Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh institusi
berwenang.
2. Kriteria Penerima Manfaat
a. Kelompok Tani/ Kelompok Peternak/ Gapoktan:
1) masih atau pernah memelihara ternak ruminansia;
2) memiliki kandang komunal atau tempat pemeliharaan ternak
secara berkelompok;
3) memiliki sumber pakan dan air untuk pemeliharaan ternak;
4) kelompok sudah terdaftar di Sistem Penyuluhan Pertanian
(SIMLUHTAN);
5) mengusulkan kegiatan bantuan ternak yang akan dikembangkan
kepada Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
6) menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan sesuai Format-i.
b. UPTD Provinsi/Kabupaten/Kota:
7

1) memiliki kandang komunal atau tempat pemeliharaan ternak;


2) memiliki sumber pakan dan air untuk pemeliharaan ternak;
3) tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) peternakan;
4) mengusulkan kegiatan permohonan bantuan ternak yang akan
dikembangkan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
5) menandatangani Surat Kesanggupan dan Dukungan Kegiatan dan
Kepala Dinas Kabupaten / Kota/ Provinsi sesuai Format-2.

E. Jenis/Rumpun, dan Spesifikasi Teknis Ternak


1. Jenis Ternak
Ternak yang diadakan adalah Sapi Indukan dan atau jantan produktif
Brahman Cross (Brahman Persilangan) atau jenis potong lainnya yang
langsung diimpor dan negara asal.

2. Kualifikasi dan Spesifikasi Ternak


a. sapi indukan Bra hman Cross (Bra hman Persilangan) atau jenis
potong lainnya yang berumur antara 18 (delapan belas) bulan sampai
dengan 36 (tiga puluh enam) bulan. Pengadaan jantan produktif
umur 24-36 bulan dapat dilakukan sesuai kebutuhan dengan rasio
jantan : betina yaitu I : 10;
b. memenuhi persyaratan kesehatan hewan (protokol pemasukan
potong) dibuktikan dengan Surat Pelepasan Karantina (KH-12); dan
c. memiliki organ reproduksi dan ambing normal, dan bebas dan cacat
fisik seperti cacat mata, kaki dan kuku abnormal, ekor buntung, serta
tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya
dibuktikan dengan surat keterangan yang diterbitkan oleh otoritas
veteriner negara asal.

F. PELAKSANAAN
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun
Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan baik di tingkat Pusat, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota maupuri di Penerima Manfaat, meliputi antara lain:

1. Persiapan
8

Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui


Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dituangkan
dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh Tim Pusat dan
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
H ewan.
2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksariaan kegiatan
Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi
Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dilakukan sosialisasi di tingkat
Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Penerima Manfaat serta
stakeholder terkait. Sosialisasi dapat dilaksanakan secara langsung
ataupun tidak langsung.
Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota,
sedangkan secara tidak langsung dilaksanakan melalui bahan
publikasi.
3. Pelaksanaan CPCL, VerifIkasi dan Penetapan Penerima Manfaat
Penetapan Penerima Manfaat dilaksanakan melalui seleksi, verifikasi,
dan penetapan untuk setiap Penerima Manfaat dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penerima UPTD Provinsi / Kabupaten/ Kota
1) Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengusulkan dan
merekomendasikan UPTD sesuai kewenangannya;
2) Tim UPT bersama dengan Dinas Daerah Provinsi melakukan
verifikasi terhadap UPTD; dan
3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan UPTD Penerima
Manfaat berdasarkan hasil verifikasi dalam bentuk Surat
Keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
b. Penerima Kelompok Penerima Manfaat
a) Kelompok mengusulkan permohonan bantuan kepada Pusat,
Dinas Daerah Provinsi/ Kahupaten/ Kota;
b) Seleksi CPCL dilakukan oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
c) Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi
kelompok calon penerima berdasarkan hasil seleksi Tim
Kabupaten/ Kota;
9

d) Tim UPT berkoordinasi dengan Dinas Daerah Provinsi dan


Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap kelompok calon
Penerima Manfaat berdasarkan hasil CPCL; dan
e) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan kelompok calon
Penerima Manfaat berdasarkan hasil verifikasi dalam bentuk
surat keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA).
Pelaksana dan lokasi penerima kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun
Anggaran 2021 sebagaimana Tercantum dalam Tabel -1.

G. Pengadaan Barang dan Jasa


Kegiatan pengadaan pada Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 oleh Satker
Pelaksana dengan mengacu ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

H. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun
2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian,
dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang memuat:
jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak, penggantian
ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak mampu
melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh SP
sesuai Format-3; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai Format-4
dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging (open camera).
10

2. Kelengkapan Dokumen Penyedia


Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara PPK dengan Penyedia
dengan melampirkan:
a. Delivery Order,
b. BAST antara pelaksana atau penyedia barang dengan Penerima
Manfaat; dan
c. Foto geo tagging (open camera) pada saat penyerahan.

BAB III
PENGORGANISASIAN

Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi


Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan secara terkoordinasi dan
tingkat pusat, Dinas Daerah Provinsi, Dinas Daerah Kabupaten/Kota sampai
dengan Penerima Manfaat. Agar pelaksanaan kegiatan berjalan optimal, perlu
dibentuk tim untuk memperjelas tugas dan fungsi masing-masing unit kerja
yang terlibat, sebagai berikut:
A. Pusat
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan membentuk Tim Pusat
untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Tim Pusat mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Menyusun Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021;
2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan UPT, Dinas Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota dan stake holder terkait lainnya;
3. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi; dan
4. Membuat laporan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ruminansia
Potong Tahun Anggaran 2021 kepada Direktur Jenderal Peterriakan dan
Kesehatan Hewan.

B. Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Kepala UPT membentuk Tim pelaksana kegiatan pada UPT untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan. Tim UPT mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Menyusun Petunjuk Operasional atau Petunjuk Pelaksanaan (Jukiak)
terkait pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
11

Potong melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021


dengan mengacu pada Petunjuk Teknis;
2. Melakukan koordinasi dengan Pusat, Dinas Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota dan stake holder terkait lainnya;
3. Melakukan sosialisasi kepada Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota
dan stakeholder terkait lainnya;
4. Melakukan verifikasi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) kegiatan.
Dalam melaksanakan verifikasi CPCL dapat melibatkan unit kerja lain;
5. Melakukan pengadaan dan distribusi;
6. Melakukan supervisi dan monitoring; dan
7. Membuat laporan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ruminansia
Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur Perbibitan dan
Produksi Ternak.

C. Dinas Daerah Provinsi


Kepala Dinas Daerah Provinsi membentuk Tim Provinsi untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan. Tim Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyusun Petunjuk Operasional atau Petunjuk Pelaksanaan (Jukiak)
terkait Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dengan mengacu pada
Petunjuk Teknis;
2. Melakukan koordinasi dengan Pusat dan/atau UPT;
3. Melakukan sosialisasi dan koordinasi kegiatan kepada instansi terkait
di provinsi, Dinas Daerah Kabupaten/Kota, UPTD Penerima Manfaat
dan stake holder terkait lainnya;
4. Melakukan koordinasi dengan Tim Kabupaten/kota dalam rangka
verilikasi calon Penerima Manfaat;
5. Melakukan supervisi dan monitoring, serta pengendalian pelaksanaan
kegiatan;
6. Membuat laporan kegiatan pada tahun herjalan dan disampaikan
secara berkala kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi, selanjutnya
Kepala Dinas meneruskan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan; dan
7. Kepala Dinas Daerah Provinsi sebagai Pelaksana Kegiatan melakukan
evaluasi kegiatan dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
12

kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan


tembusan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

D. Dinas Daerah Kabupaten/Kota


Kepala Dinas Kabupaten/Kota membentuk Tim Kabupaten/kota, yang
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Tim dapat menyusun Petunjuk Operasional atau Pelaksanaan (Jukiak)
kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui
Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 apabila
dibutuhkan dengan mengacu pada Petunjuk Teknis dan/atau Jukiak;
2. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada Penerima Manfaat;
3. Melakukan koordinasi kegiatan di tingkat Kabupaten/Kota;
4. Melakukan seleksi calon Penerima Manfaat dan calon lokasi (CPCL)
kegiatan; dan
5. Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya
Kepala Dinas Kabupaten/Kota menyampaikannya kepada Kepala Dinas
Daerah Provinsi dengan tembusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.

E. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK Satker Pelaksana kegiatan,
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan
baik secara berkelompok;
2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi berupa pencatatan ternak;
3. Mengelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Melaksanakan administrasi kelompok secara tertib;
5. Melaporkan perkembangan ternak secara berkala;
6. Mengikuti pembinaan dan Pusat/ Provinsi/ Kabupaten / Kota dan
stake holder terkait;
7. Mengasuransikan ternak potong ruminansia besar sesuai kebutuhan;
8. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan PPK
yang disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tidak dapat
digantikan atau dibatalkan; dan
9. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan kemudian mengundurkan din
secara resmi (dilampirkan dengan Surat Pernyataan yang diketahui oleh
13

Kepala Desa atau Kepala Dinas setempat) akan dialihkan kepada


Penerima Manfaat lain yang memenuhi kriteria.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN
TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK

A. Pengembangan
Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 merupakan
stimulan untuk mengembangkan skala usaha. Oleh karena itu Penerima
Manfaat diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka mendukung
keberhasilan kegiatan.
1. Masa pemeliharaan
Masa pemeliharaan ternak oleh Penerima Manfaat dilakukan sampai
dengan ternak dianggap sudah tidak produktif lagi, selanjutnya ternak
boleh ditukar atau diganti. Bilamana dalam pemeliharaan terjadi
kecelakaan atau lain hal yang mengakibatkan ternak cacat, sakit atau
kondisi lainnya sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dipelihara,
maka ternak tersebut dapat ditukar atau diganti dengan jenis dan umur
yang sama pada saat diterima. Penukaran ternak dibuatkan Berita Acara
dan diketahui oleh Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
2. Ternak majir
Dalam hal ternak ruminansia besar sudah dikawinkan 3 (tiga) kali, baik
melalui Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Alam, atau tidak
menunjukkan tanda-tanda birahi minimal 6 (enam) bulan setelah
diterima, dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan atau petugas yang
berwenang dan dinyatakan tidak produktif/majir dibuktikan dengan
surat keterangan, maka ternak tersebut dapat ditukar atau diganti
dengan jenis dan umur yang sama pada saat diterima. Penukaran ternak
dibuatkan Berita Acara diketahui oleh Kepala Daerah Dinas
Kabupaten/ Kota.
3. Ternak mati
Ternak yang mati disebabkan oleh penyakit/wabah/potong
paksa/ keracunan/ kecelakaan berdasarkan hasil pemeriksaan oleh
dokter hewan atau petugas yang berwenang, dibuktikan dengan
kelengkapan dokumen (Berita Acara Hasil Pemeriksaan/Berita Acara
14

Kematian, Foto Ternak) dan diketahui oleh Dinas Daerah


Kabupaten/Kota. Penerima Manfaat wajib mengganti ternak yang mati,
yang disebabkan kekurangan pakan.

B. TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK


Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 memperhatikan aspek teknis
pemeliharaan ternak yang meliputi: pola pemeliharaan, pemberiari pakan,
sistem perkawinan, penanganan kesehatan hewan dan kesejahteraan
hewan. Pola pemeliharaan dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebiasan
sosial budaya masyarakat dapat secara intensif (dikandangkan), semi
intensif (dikandangkan dan digembalakan) dan ekstensif (digembalakan).
Teknis pemeliharaan ternak yang baik dilakukan dengan memperhatikan:
1. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan ternak baik dan
segi kualitas maupun kuantitas;
2. Perkawinan dapat dilakukan secara Inseminasi Buatan (TB) atau Kawin
Alam;
3. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar dalam rangka pencegahan
penyakit dan pencemaran limbah;
4. Pemeriksaan dan atau pengobatan ternak dapat berkoordinasi dengan
petugas kesehatan hewan setempat; dan
5. Pemeliharaan ternak memperhatikan prinsip-prinsip kesejahteraan
hewan.
15

BAB V
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN

Mekanisme penyaluran bantuan pada Kegiatan Pengembangan Ternak


Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran
2021 meliputi:
1. Penyaluran bantuan ternak atau bantuan lainnya dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyaluran bantuan pemerintah dalam bentuk barang dan/atau jasa
kepada Penerima Manfaat berdasarkan Surat Keputusan yang
ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA;
b. Pengadaan ternak tau barang lainnya diutamakan melalui belanja di e-
katalog atau mekanisme lainnya sesuai peraturan perundangan yang
berlaku;
c. Pengadaan ternak atau barang lainnya dilaksanakan oleh satker
pelaksana kegiatan sesuai kebijakan yang ditetapkan Penanggungjawab
Program! Kegiatan;
d. Mekanisme/tata cara pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 Jo Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan PMK
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;
e. Penyedia mengadakan ternak atau barang lainnya sesuai dengan volume
kontrak dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Penyedia
bertanggungjawab atas pelaksanaan kontrak meliputi ketepatan kualitas
barang, jenis, jumlah, waktu penyerahan dan Penerima Manfaat sesuai
SK PPK; dan
f. Penginputan dokumen BAST pengadaan barang/jasa dan dokumen
pendukung banpem barang ke dalam sistem aplikasi BASTBANPEM
online Kementerian Pertanian.

2. Pendistribusian
Ternak yang akan didistribusikan telah diperiksa sesuai dengan kriteria
spesilikasi oleh petugas pemeriksa yang ditunjuk. Selanjutnya ternak
didistribusikan ke Penerirna Manfaat dan dibuatkan Tanda Terima
Sementara yang diketahui oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
16

Pendistribusian ternak dan/atau barang memperhatikan kesesuaian lokasi


dan Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
kaidah kesejahteraan hewan/ ternak.

BAB VI
PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong


melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021 dialokasikan dalam
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) di satker UPT Lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan atau Tugas Pembantuan Dinas
Daerah Provinsi Tahun Anggaran 2021 sebagaimana tercantum dalam tabel.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

1. Pembinaan
Dalam kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui
Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021, pembinaan dilakukan
terhadap manajemen pemeliharaan, yang terdiri dan aspek pakan,
kesehatan hewan, kesejahteraan hewan, dan kelembagaan oleh Pusat,
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sejak kegiatan dilaksanakan.
Pembinaan oleh Pusat dilaksanakan secara sampling paling kurang 1 (satu)
kali sesuai dengan kebutuhan. Untuk pembinaan yang dilaksanakan oleh
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, pelaksanaannya diatur oleh Dinas
Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan dan kebutuhan.
2. Pendampingan
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Impor Tahun Anggaran 2021 sesuai dengan peraturari perundang-
undangan.
17

BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak


Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021
dapat diukur dan dilihat berdasarkan:
1. Indikator Output
Terdistribusikannya bantuan ternak ruminansia potong pada Tahun
Anggaran 2021 kepada Penerima Manfaat.
2. Indikator Outcome
a. meningkatnya populasi ternak dilokasi Penerima Manfaat; dan
b. meningkatnya skala usaha peternakan di lokasi Penerima Manfaat.

BAB IX
SISTEM PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Sistem Pengendalian
Agar Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui
Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021 dapat dilaksanakan dengan
baik, maka harus dilakukan pengendalian dan pengawasan terutama oleh
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), aparat pengawasan
eksternal pemerintah. Pengendalian dan pengawasan melekat oleh atasan
langsung dan pengawasan oleh masyarakat.
Pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran
2021, pada prinsipnya dilakukan untuk:
1. Memastikan bahwa proses kegiatan yang sedang dijalankan sesuai
dengan perencanaan dan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan koreksi atas kesalahan atau ketidaksesuaian hasil
pekerjaan dengan rencana semula;
3. Memberikan rekomendasi perbaikan sistem; dan
4. Memberikan rekomendasi penjatuhan sanksi atas pelanggaran
peraturan perundang-undangan.
Titik kritis yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021
yaitu:
18

1.Proses verifikasi dan penetapan calon penerima bantuan;


2. Proses pengadaan ternak; dan
3. Proses distribusi ternak sampai pada proses penyerahan ternak kepada
calon Penerima Manfaat.

B. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai
dengan tahapan pelaksanaan kegiatan serta terkoordinasi mulai dan
tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Monitoring dan evaluasi
dilakukan sebelum kegiatan dimulai (ex-ante), kegiatan sedang dilakukan
(on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post).
Monitoring dan evaluasi kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
melalui Penambahan Sapi Impor Potong Tahun Anggaran 2021
dilaksanakan untuk mengetahui realisasi fisik dan keuangan,
perkembangan teknis, administrasi dan kelembagaan. Selain itu,
pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kendala yang
dihadapi serta tindak lanjut solusi.
Evaluasi dilaksanakan dalam rangka menilai pelaksanaan kegiatan dan
hasilnya dijadikan saran dan masukan dalam rangka perbaikan
perencanaan kegiatan selanjutnya. Untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan yang berkesinambungan sebaiknya Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota membuat rencana pemantauan agar kinerja
pelaksanaan kegiatan dapat diketahui secara objektif.

C. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021.
Mekanisme sistem pelaporan dilakukan pada setiap 4 bulan sekali (kuartal)
dengan jenjang sebagai berikut:

a. Penerima Manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan


pada minggu pertama kepada Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota/ Provinsi sesuai Format-3.
19

b. Dinas Daerah Kabupaten/Kota merekapitulasi seluruh laporan


perkembangan ternak untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Daerah
Provinsi pada minggu ke dua sesuai Format-4.

c. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi laporan perkembangan kegiatan


dan Kabupaten/Kota, dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan cq Direktur Perbibitan dan Produksi
Ternak pada minggu ke tiga baik melalui surat ataupun alamat email
ruminansia(pertanian .go. id atau ruminansiapotong2020@gmail.com
sesuai Format-5 dan/atau melalui Sistem Informasi Pelaporan Bantuan
Ternak.
BABX
PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui


Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021 disusun dengan harapan
seluruh unsur pelaksana dan pihak terkait dapat melaksanakan seluruh
tahapan kegiatan secara baik dan benar untuk mencapai tujuan dan keluaran
sesuai dengan indikator kerja yang ditetapkan.

DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

NASRULLAI-{
NIP. 196602231993031001
Tabel 1. Pelaksana dan Penerima Manfaat Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun
Anggaran 2021.

No Satker Lokasi Distribusi Ekor


1

6
Format-i
Surat Kesanggupan

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN


Yang bertanda tangan di bawah mi:

Nama
Jabatan Ketua Kelompok/Pimpinan
Alamat

Dengan mi menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok penerima kegiatan


Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong
Impor Tahun Anggaran 2021 sanggup dan bersedia:

1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan baik


sesuai dengan acuan yang ditetapkan;
2. Sanggup dan mampu dalam penyediaan pakan secara cukup, berkualitas
dan berkelanjutan dalam pemeliharaan ternak;
3. Melakukan pencatatan perkembangan ternak yang telah diterima secara
tertib;
4. Menyediakan pejantan sesuai dengan kebutuhan;
5. Melaporkan perkembangan populasi ternak ruminansia potong secara
berkala setiap 4 hulan sekali kepada Dinas Kabupaten/Kota/Provinsi dan
Ditjen PKH;
6. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota dan stakholder terkait;
7. Mematuhi ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan mi saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
dikemudian han saya dan anggota melanggar hal-hal tersebut diatas, saya
bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2021
Ketua/ Pimpinan

Materai Rp. 6.000,-

( )
Format-2
Surat Kesanggupan

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN


Yang bertanda tangan di bawah mi

Nama
Jabatan Kepala Dinas/Pimpinan
Alamat

Dengan mi menyatakan, bahwa saya atas nama UPTD penerima kegiatan


Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong
Impor Tahun Anggaran 2021 sanggup dan bersedia:

1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan baik


sesuai dengan acuan yang ditetapkan;
2. Sanggup dan mampu dalam penyediaan pakan secara cukup, berkualitas
dan berkelanjutan dalam pemeliharaan ternak;
3. Melakukan pencatatan perkembangan ternak yang telah diterima secara
tertib;
4. Menyediakan pejantan sesuai dengan kebutuhan;
5. Melaporkan perkembangan populasi ternak ruminansia potong secara
berkala setiap 4 bulan sekali kepada Kepala Dinas
Kabupaten/ Kota/ Provinsi dan Ditjen PKH;
6. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota dan stakholder terkait;
7. Mematuhi ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan mi saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
dikemudian han saya dan anggota melanggar hal-hal tersebut diatas, saya
bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2021
Kepala/ Pimpinan

Materai Rp. 6.000,-


Format-3
Contoh Surat Perjanjian

SURAT PERJANJIAN

ANTARA

DINAS
KABUPATEN/KOTA

DENGAN

Kepala/Ketua/ Pimpinan

Pada han mi tanggal bulan tahun dua ribu dua


puluh, kami yang bertanda tangan dibawah mi:

1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KESATU

2. Nama
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KDUA

Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan perjanjian


terkait kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui
Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021, dengan ketentuan:

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.

Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN

1. Pemberian fasilitasi bantuan ternak dan Direktorat Jenderal Peternakan


dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian bertujuan untuk
meningkatkan jumlah populasi dan meningkatkan skala usaha peternak.
2. Ternak bantuan untuk dikembangbiakan oleh Kelompok

Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN

1. PIHAK KESATU mempunyai Hak dan Kewajiban:


A. Hak
a. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan secara berkala
maupun sewaktu-waktu untuk menjamin keberlangsungan
pemberian bantuan ternak
b. Meminta keterangan, tanggapan, dan penjelasan dan PIHAK KEDUA
terhadap hal-hal yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan pengembangan ternak ruminansia potong.
B. Kewajiban
a, Memberikan pembinaan kepada kelompok sesuai dengan
kewenangan dan ketersediaan anggaran
b. Memberikan pengawasan pelaksanaan kegiatan di kelompok sesuai
dengan kewenangan dan ketersediaan anggaran

2. PIHAKKEDUA
A. Hak:
Memanfaatkan fasilitasi bantuan sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya.
B. Kewajiban:
1) Memelihara dan mengembangbiakan ternak dengan baik.
2) Mengelola aset sesuai ketentuan peraturan perundnag-undangan
3) Tidak memindahtangankan ternak bantuan kepada pihak lain.
4) Tidak menjaminkan atau menggadaikan ternak.
5) Tidak melakukan pemanfaatan bantuan selain sesuai tujuan dan
peruntukan.
6) Mengikuti bimbingan teknis dan arahan dan petugas Dinas dan
stakholder terkait.
7) Menyampaikan laporan perkembangan populasi ternak.
8) Mengasuransikan ternak potong sesuai kebutuhan (khusus ternak
ruminansia besar).

Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK

PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan


mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya dalam
rangka untuk pengembangan ternak ruminansia potong dan Pihak pertama
melakukan Pembinaan/Supervisi dan Pemantauan pada pihak kedua

Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK

1. Apabila terdapat ternak yang majir, PIHAK KEDUA dapat melakukan


penggantian ternak yang dibuktikan dengan surat keterangan dan dokter
hewan atau petugas yang berwenang dan diketahui oleh Dinas
Kabupaten/ Kota/ Provinsi.
2. Proses penggantian ternak harus disampaikan/dilaporkan oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA baik sebelum maupun sesudah
penggantian ternak.

Pasal 6
PENGALIHAN

1. Apabila PIHAK KEDUA tidak mampu untuk melanjutkan pemeliharaan


ternak, maka membuat Surat Pernyataan Ketidaksanggupan Pemeliharaan
kepada PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK PERTAMA membuat berita acara pengembalian Hibah ternak dan
PIHAK KEDUA untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
3. Berdasarkan Berita Acara pengembalian hibah, selanjutnya PIHAK
PERTAMA dapat melakukan seleksi/CPCL untuk mendapatkan calon
pengganti yang bersedia memelihara dengan membuat Berita Acara
kesediaan dan Surat Perjanjian baru.

Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan

Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan

Pasal 9
SAN KS!
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 10
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.

Pasal 11
PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama mi ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan


penuh kesadaran dan rasa tanggungjawab tanpa adanya paksaan dan
manapun. Tanda tangan kedua belah pihak diatas Materai 6000 yang masing-
masing memegang surat perjanjian ash. dan foto copy/salman dibuat rangkap
2 (dua) dan memiliki kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


Kepala/Ketua/Pimpinan.... Kepala Dinas.

NIP.
Format-3 Laporan Perkernbangan Ternak (kelompok)
Perkembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun
Nama Kelompok
Nama Ketua
Telp/HPKetua
Alamat
Komoditas
Ternak Awal ekor, Jantan, Betina
Perkemban an Ternak
Populasi
Identitas Kematian IB/KA Bunting Yang di Ket.
No Lahir Penjualan Pembelian Asuransikan
tenak Induk Anak Induk Anak Total
Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn

2
3
7
dst Jumlah
2020
Kelompok/ UPTD Mengetahui,
Kepada Dinas

NIP.
Format-4
Laporan Perkembangan Ternak (Kabupaten/ Kota)
Perkembangan Tenak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun
Perkembangan Ternak (Ekor)
Ternak 0
Populasi s.d saat Ternak
Nam No 0
Penjual Pembel
Nama Awal Lahir Kematian mi (Ekor) lB yang di
N Komodi Alam a HP an ian Bunt
Kelom (Ekor) (eko asuransi
o tas at Ketu Ket Induk Anak Induk ing
p0k J Bt Jrnl Bt J An Tot r) kan
a ua Bt Bt J Bt Jt Btn Bt
Jt t n h Jt n t Jt ak al (Ekor)
n n t n n

2
3
Jumlah
bulan 2020
Mengetahui
Kepala Dinas

NIP
Format-5 Laporan Perkembangan Ternak (Provinsi)
Perkembangan Ténak Ruminansia Potong Ash! Lokal
Bulan Tahun

Perkembangan Ternak (Ekor)


Tern
. Pem Populasi s.d saat
ak Penju
Lahir Kematian beha mi (Ekor) Ternak
Na No. Awal alan
Nama lB yang di
N Kab/K Komodi Alam ma HP (Eko Bunt
Kelom Indu Ana (eko . asuransi
o ota tas at Ket Ket r) Induk ing
p0k k k B r) kan
ua ua J B Bt An Tot (Ekor)
ml
J B t tn J B J B t n t ak al
h
t tn t tn t tn
n

2
3
Jumlah

bulan, 2020
Mengetahui
Kepala Dinas

NIP
LAMPIRAN III KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 11161/Kpts/PK.000/F/10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA POTONG


ASUI/LOKAL TAHUN ANGGARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan tingkat
perididikan, kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani dan
upaya perbaikan gizi masyarakat, sehingga mendorong tuntutan
peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan tersebut.
Pemenuhan kebutuhan dan dalam negeri diupayakan melalui usaha
budidaya dan pembibitan yang diantaranya melibatkan peran pemerintah
dan masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan dalam rangka peningkatan populasi dan
produksi ternak.
Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan
produksi dan produktifitas komoditas peternakan dapat dilakukan melalui
pemberdayaan dalam bentuk pengembangan usaha yang dilakukan oleh
Kelompok Tani/Ternak dan Gabungan Kelompok Tani/Ternak serta
kelembagaan ekonomi petani lainnya dalam rangka mendukung kawasan
budidaya ternak.
2

Dalam upaya untuk meningkatkan rumah tangga peternakan dan skala


usaha peternakan, dipandang perlu peningkatan produktifitas dan
pengembangan ternak ruminansia potong, yang diantaranya
memperhatikan kelestarian Sumber Daya Genetik Hewan asli/lokal, maka
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengalokasikan
kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
Anggaran 2021.

Untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan agar berjalan efektif


dan efisien, perlu disusun Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Tahun Anggaran 2021 dimaksudkan sebagai acuan untuk pelaksanaan
kegiatan pengembangan ruminansia potong bagi pelaksana yang
meliputi pelaksana di tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota,
penerima dan stakeholder lainnya. Untuk pelaksanaan pada UPT atau
Dinas, Petunjuk Teknis dapat dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk
Petunjuk Operasional atau Petunjuk Pelaksanaan sesuai dengan
kepentingan dan kearifan lokal spesifik daerah.

2. Tujuan
Tujuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Tahun Anggaran 2021, antara lain:
a. meningkatkan populasi ternak ruminansia potong di lokasi Penerima
Manfaat; dan
b. meningkatkan skala usaha di rumah tangga peternakan.

3. Keluaran
Berkembangnya kegiatan usaha budidaya ternak ruminansia potong.
3

C. Sasaran
Sasaran kegiatan mi adalah Kelompok Tani/Peternak, Gapoktan, UPTD
Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang
melaksanakan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan, UPTD
dan kelompok peternak.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan dan Teknis pemeliharaan ternak;
5. Mekanisme Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup

E. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis mi yang dimaksud dengan:
1. Penerima Manfaat adalah kelompok tani/peternak/Gapoktan dan/atau
UPID yang ditetapkan untuk menerima manfaat bantuan.
2. Ternak adalah hewan peliharaari yang produknya diperuntukan sebagai
penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya
yang terkait dengan pertanian.
3. Ternak ash adalah ternak yang asal usulnya murni berasal dan
Indonesia.
4. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dan luar
negeri yang telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi
kelima atau lebih yang telah beradaptasi pada lingkungan dan/atau
manajemen setempat.
5. Ternak Ruminansia Potong dalam Petunjuk Teknis mi adalah ternak
sapi, kerbau, kambing, dan domba lokal.
4

6. Rumpun adalah segolongan hewan dan suatu spesies yang mempunyai


ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
7. Persilangan adalah acara perkawinan, dimana perkembangbiakan
ternaknya dilakukan melalui perkawinan antara hewan-hewan dan
satu spesies tetapi berlainan rumpun
8. Peternak adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
9. Kelompok tani/ternak adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan sumber daya, kesamaan komoditas
dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha
anggota
10. Gabungan kelompok tani adalah kumpulan beberapa kelompok tani
yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi
dan efisiensi usaha.
11. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) adalah Unit Pelaksana Teknis di
daerah yang melaksanakan tugas dan fungsi pengembangan ternak
ruminansia.
12. Kandang komunal adalah bangunan untuk pemeliharaan ternak secara
bersama-sama dalam satu area.
13. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
14. Dinas Daerah adalah perangkat pemerintah daerah yang membidangi
fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi dan/atau
kabupaten/ kota.
15.Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
16. Tim UPT adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur UPT lingkup
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan/atau dapat
melibatkan unsur !ainnya yang ditetapkan oleh Kepala UPT.
17. Tim Provinsi adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas Daerah, Badan,
Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di provinsi yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di provinsi.
5

18.Tim Kabupaten/Kota adalah tim atas unsur Dinas Daerah, Badan,


Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di kabupaten/kota
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di kabupaten/kota.
19. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dan Pengguna Anggaran untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada Kementerian Negara/lembaga yang bersangkutan.
20. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANPN

Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran


2021 sebagai salah satu pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dilaksanakan melalui pemberdayaan
peternak/ Kelompok Peternak/ Gapoktan dalam rangka meningkatkan
populasi dan penyediaan produksi ternak di dalam negeri. Disamping itu,
pengembangan juga dapat dilakukan dalam rangka memperkuat UPTD
pembibitan ternak ruminansia.

A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2021. Jadwal palang pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Tahun Anggaran 2021
secara tentative sebagai berikut

Bulan
No Uraian Kegiatan 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim Pusat
6

Penyusunan
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
Penyusunan Tim
UPT dan Daerah
6 Verifikasi CPCL
Pengadaan
agroinput
8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan
Ket: * Tahun 2020

B. Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL)


Calon penerima dan calon lokasi Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 yaitu Kelompok Tani
Peternak dan/atau Gapoktan dari/atau UPTD.

C. Kriteria Lokasi dan Penerima Manfaat


1. Kriteria Lokasi Kegiatan
a. mempunyai infrastruktur jalan yang dapat dilalui untuk distribusi
ternak;
b. mempunyai potensi sumber daya pakan dan air; dan
c. bukan lokasi endemik penyakit hewan menular strategis dan
dibuktikan dengan Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh institusi
berwenang.

2 Kriteria Penerima Manfaat


a. Kelompok Tani/Peternak/Gapoktan:
1) masih atau pernah memelihara ternak ruminansia;
2) memiliki kandang komunal atau tempat pemeliharaan ternak
secara berkelompok;
3) memiliki sumber pakan dan air untuk pemeliharaan ternak;
7

4) kelompok sudah terdaftar di Sistem Penyuluhan Pertanian


(SIMLUHTAN);
5) mengusulkan kegiatan bantuan ternak yang akan dikembangkan
kepada Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
6) menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan sesuai Format-i.

b. UPTD Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota:


1) memiliki kandang kornunal atau tempat pemeliharaan ternak;
2) memiliki sumber pakan dan air untuk pemeliharaan ternak;
3) tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) peternakan;
4) mengusulkan kegiatan permohonan bantuan ternak yang akan
dikembangkan kepada Kabupaten/Kota/Provinsi; dan
5) menandatangani Surat Kesanggupan dan Dukungan Kegiatan dan
Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Format-2.

D. Jenis/Rumpun, dan Spesifikasi Teknis Ternak


1. Jenis atau Rumpun Ternak
Jenis dan rumpun ternak yang dikembangkan dalam kegiatan
Pengembangan Ternak Rumiriarisia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran
2021 disesuaikan dengan potensi daerah, kearifan lokal daerah, ternak
asli/lokal, persilangan, atau eks impor.
2. Kualifikasi dan Spesifikasi Ternak
a. Ruminansia Potong Besar (Sapi dan Kerbau). Spesifikasi pengadaan
ternak sebagai berikut:
1) indukan umur 24-36 bulan, dilengkapi dengan Surat
Keterangan kelahiran dan peternakan asal dan/atau basil
pemeriksaaan gigi (poel 2 pasang) oleh Tim Kabupaten/Kota;
2) memperhatikan standar daerah/standar dan sumber lainnya;
3) mempunyai reproduksi normal yang dinyatakan dengan Surat
Keterangan Status Reproduksi (SKSR) dan dokter hewan
berwenang;
4) bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan dokter hewan
berwenang; dan
5) mempertimbangkan status penyakit dan situasi wilayah asal
ternak, dan tujuan distribusi ternak.
8

b. Ruminansia Potong Kecil (Kambing dan Domba). Spesilikasi


pengadaan ternak yang sebagai berikut:
1) indukan umur 12-24 bulan yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan kelahiran dan peternakan asal dan/atau hasil
pemeriksaaan gigi (maksimal poel 2 pasang) oleh Tim
Kabupaten/Kota. Pengadaan ternak jantan umur 24-36 bulan
dapat dilakukan sesuai kebutuhan dengan rasio jantan : betina
yaitu 1: 10.
2) sesuai dengan standar daerah/standar dan sumber lainnya;
3) bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan dokter hewan
berwenang;
4) untuk ternak indukan, memiliki ambing yang simetris dan
berkembang normal. Untuk ternak jantan, memiliki scrotum
simetris dan normal; dan
5) mempertimbangkan status penyakit dan situasi wilayah asal,
dan tujuan distribusi ternak.

E. PELAKSANAAN

Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun


Anggaran 2021 dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lingkup
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Dinas Daerah
Provinsi.
Optimalisasi pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan baik
di tingkat Pusat, Dinas Daerah Provinsi, dan Dinas Daerah
Kabupaten/Kota maupun di Penerima Manfaat, meliputi antara lain:
1. Persiapan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
Anggaran 2021 dituangkan dalam Petunjuk Teknis yang disu sun oleh
Tim Pusat dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
9

2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran
2021 dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Dinas Daerah Provinsi,
Dinas Daerah Kabupaten/Kota, dan Penerima Manfaat serta
stakeholder terkait. Sosialisasi dapat dilaksanakan secara langsung
ataupun tidak langsung.
Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Pusat, Dinas Daerah Provinsi, dan
Kabupaten/Kota, sedangkan secara tidak langsung dilaksanakan
melalui bahan publikasi.

3. Pelaksanaan CPCL, Verifikasi dan Penetapan Penerima Manfaat


Penetapan Penerima Manfaat dilaksanakan melalui seleksi, verifikasi,
dan penetapan untuk setiap Penerima Manfaat dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penerima UPTD Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, antara lain:
1) Satker Pelaksana Kegiatan UPT
a) Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengusulkan
dan merekomendasikan UPTD sesuai kewenangannya;
b) Tim UPT bersama dengan Tim Provinsi melakukan verifikasi
terhadap UPTD; dan
c) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan UPTD
Penerima Manfaat berdasarkan hasil verifikasi dalam bentuk
Surat Keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA).

2) Satker Pelaksana Dinas Daerah Provinsi


a) Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengusulkan
dan merekomendasikan UPTD sesuai kewenangannya;
h) Tim Provinsi melakukan verifikasi terhadap UPTD; dan
c) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan UPTD
Penerima Manfaat berdasarkan hasil verifikasi dalam bentuk
Surat Keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran.
10

b. Penerima Kelompok Tani/Peternak/Gapoktan


1) Satker Pelaksana Kegiatan UPT
a) Kelompok Tani/Peternak/Gapoktan mengusulkan
permohonan bantuan kepada Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota/ Provinsi/ Pusat;
b) Seleksi CPCL dilakukan oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
c) Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota memberikan
rekomendasi kelompok calon penerima berdasarkan hasil
seleksi Tim Kabupaten/Kota;
d) Tim UPT berkoordinasi dengan Dinas Daerah Provinsi dan
Dinas Daerah Kabupaten/kota melakukan verifikasi
terhadap kelompok calon Penerima Manfaat berdasarkan
hasil CPCL; dan
e) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan kelompok
calon Penerima Manfaat berdasarkan hasil verifikasi dalam
bentuk surat keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA).

2) Satker Pelaksana Kegiatan Dinas Daerah Provinsi


a) Kelompok Tani/ Peternak/ Gapoktan mengusulkan
permohonan bantuan kepada Dinas Daerah Kabupaten/Kota/
Dinas Daerah Provinsi/ Pusat;
b) Seleksi CPCL dilakukan oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
c) Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota memberikan
rekomendasi kelompok calon Penerima Manfaat berdasarkan
hasil seleksi Tim Kabupaten/Kota;
d) Dinas Daerah Provinsi bersama Dinas Daerah
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap kelompok
calon Penerima Manfaat berdasarkan hasil CPCL; dan
e) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan kelompok calon
Penerima Manfaat berdasarkan hasil verifikasi oleh Tim
Provinsi dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Pelaksana dan lokasi penerima kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021
sebagaimana tercantum dalam Tabel -1.
11

F. Pengadaan Barang dan Jasa


Kegiatan pengadaan pada Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 oleh Satker Pelaksana dengan mengacu
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

G. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun
2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian,
dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan' identitas ternak, pengembangan ternak,
penggantian ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak
mampu melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh
SP sesuai Format-3; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai Format-
4 dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging (open
camera).
2. Kelengkapan Dokumen Penyedia
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara PPK dengan Penyedia
dengan melampirkan:
a. delivery order,
b. BAST antara pelaksana atau penyedia barang dengan Penerima
Manfaat; dan
c. foto geo tagging (open camera) pada saat penyerahan.
12

BAB III
PENGORGANISASIAN

Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun


Anggaran 2021 dilaksanakan secara terkoordinasi dan tingkat Pusat, Dinas
Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan Penerima Manfaat. Agar
pelaksanaan kegiatan berjalan optimal, perlu dibentuk tim untuk memperjelas
tugas dan fungsi masing-masing unit kerja yang terlibat, sebagai berikut:

A. Pusat
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan membentuk Tim Pusat
untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Tim Pusat mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021;
2. melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan UPT, Dinas Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait lainnya;
3. melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi; dan
4. membuat laporan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ruminansia
Potong Tahun Anggaran 2021 kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.

B. Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Kepala UPT lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
membentuk Tim UPT untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Tim UPT
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Operasional atau Petunjuk Pelaksanaan (Jukiak)
terkait pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 dengan mengacu pada
Petunjuk Teknis;
2. melakukan koordinasi dengan Pusat, Dinas Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota dan stakeholderterkait lainnya;
3. melakukan sosialisasi kepada Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota
dan stake holder terkait lainnya;
13

4. melakukan verifikasi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) kegiatan,


dalam melaksanakan verifikasi CPCL dapat melibatkan unit kerja lain.
5. melakukan pengadaan dan distribusi;
6. melakukan supervisi dan monitoring; dan
7. membuat laporan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ruminansia
Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur Perbibitan dan
Produksi Ternak.

C. Dinas Daerah Provinsi


Kepala Dinas Provinsi membentuk Tim Provinsi untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan. Tim Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Operasional atau Petunjuk Pelaksanaan (Jukiak)
terkait Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
Anggaran 2021 dengan mengacu pada Petunjuk Teknis;
2. melakukan koordinasi dengan Tim Pusat dan/atau Tim UPT;
3. melakukan sosialisasi dan koordinasi kegiatan kepada instansi terkait
di Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, UPTD Penerima Manfaat
dan stake holder terkait lainnya;
4. melakukan koordinasi dengan Tim Kabupaten/Kota dalam rangka
verifikasi calon Penerima Manfaat;
5. melakukan supervisi dan monitoring, serta pengendalian pelaksanaan
kegiatan;
6. membuat laporan kegiatan pada tahun berjalan dan disampaikan
secara berkala kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi, selanjutnya
Kepala Dinas Daerah Provinsi meneruskan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan; dan
7. Kepala Dinas Daerah Provinsi sebagai Pelaksana Kegiatan melakukan
evaluasi kegiatan dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan
tembusan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

D. Dinas Daerah Kabupaten/Kota


Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota membentuk Tim Kabupaten/Kota,
yang mempunyai tugas sebagai berikut:
14

1. Tim Kabupaten/Kota dapat menyusun Petunjuk Operasional atau


Pelaksanaan (Jukiak) Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 apabila dibutuhkan dengan
mengacu pada Petunjuk Teknis dan/atau Jukiak;
2. melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada Penerima Manfaat;
3. melakukan koordinasi kegiatan di tingkat Kabupaten/Kota;
4. melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) kegiatan;
dan
5. membuat dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota menyampaikannya kepada
Kepala Dinas Daerah Provinsi dengan tembusan Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan.

E. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK Satker Pelaksana kegiatan,
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan
baik secara berkelompok;
2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi berupa pencatatan ternak;
3. Mengelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Melaksanakan administrasi kelompok secara tertib;
5. Melaporkan perkembangan ternak secara berkala;
6. Mengikuti pembinaan dan Pusat, Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/
Kota dan stakeholder terkait;
7. Mengasuransikan ternak indukan ruminansia besar sesuai kebutuhan;
8. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan PPK
yang disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tidak dapat
digantikan atau dibatalkan; dan
9. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan kemudian mengundurkan din
secara resmi (dilampirkan dengan Surat Pernyataan yang diketahui oleh
Kepala Desa atau Kepala Dinas setempat) akan dialihkan kepada
Penerima Manfaat lain yang memenuhi kriteria.
15

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN
TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK

A. Pengembangan

Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong


Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 merupakan stimulan untuk
mengembangkan skala usaha. Oleh karena itu Penerima Manfaat
diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka mendukung
keberhasilan kegiatan.
1. Masa pemeliharaan
Masa pemeliharaan ternak oleh Penerima Manfaat dilakukan sampai
dengan ternak dianggap sudah tidak produktif lagi, selanjutnya terriak
boleh ditukar atau diganti. Bilamana dalam pemeliharaan terjadi
kecelakaan atau lain hal yang mengakibatkan ternak cacat, sakit atau
kondisi lainnya sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dipelihara,
maka ternak tersebut dapat ditukar atau diganti dengan jenis dan umur
yang sama pada saat diterima. Penukaran ternak dibuatkan Berita Acara
dan diketahui oleh Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota.

2. Ternak majir
Dalam hal ternak ruminansia besar sudah dikawinkan 3 (tiga) kali, baik
melalui Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Alam, atau tidak
menunjukkan tanda-tanda birahi minimal 6 (enam) bulan setelah
diterima, dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan atau petugas yang
berwenang dan dinyatakan tidak produktif/majir dibuktikan dengan
surat keterangan, maka ternak tersebut dapat ditukar atau diganti
dengan jenis dan umur yang sama pada saat diterima. Penukaran ternak
dibuatkan Berita Acara diketahui oleh Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota.
16

.3. Ternak mati


Ternak yang mati disebabkan oleh penyakit/wabah/potong
paksa/keracunan/kecelakaan berdasarkan basil pemeriksaan oleh
dokter hewan atau petugas yang berwenang, dibuktikan dengan
kelengkapan dokumen (Berita Acara Hasil Pemeriksaan/Berita Acara
Kematian, Foto Ternak) dan diketahui oleh Dinas Daerah
Kabupaten/Kota. Penerima Manfaat wajib mengganti ternak yang mati,
yang disebabkan kekurangan pakan.

B. Teknis Pemeliharaan Ternak

Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun


Anggaran 2021 memperhatikan aspek teknis pemeliharaan ternak yang
meliputi: pola pemeliharaan; pemberian pakan, sistem perkawinan,
penanganan kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Pola pemeliharaan
dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebiasan sosial budaya masyarakat
dapat secara intensif (dikandangkan), semi intensif (dikandangkan dan
digembalakan) dan ekstensif (digembalakan). Teknis pemeliharaan ternak
yang baik dilakukan dengan memperhatikan:
1. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan ternak baik dan
segi kualitas maupun kuantitas;
2. Perkawinan dapat dilakukan secara Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin
Alam;
3. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar dalam rangka pencegahan
penyakit dan pencemaran limbah;
4. Pemeriksaan dan atau pengobatan ternak dapat berkoordinasi dengan
petugas kesehatan hewan setempat; dan
5. Pemeliharaan ternak memperhatikan prinsip-prinsip kesejahteraan
hewan.
17

BAB V
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN

Mekanisme penyaluran bantuan pada Kegiatan Pengembangan Ternak


Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 meliputi:
1. Penyaluran bantuan ternak atau bantuan lainnya dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a, penyaluran bantuan pemerintah dalam bentuk barang dan/atau jasa
kepada Penerima Manfaat berdasarkan Surat Keputusan yang
ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA;
b. pengadaan ternak atau barang lainnya diutamakan melalui belanja di
e-katalog atau mekanisme lainnya sesuai peraturan perundangan yang
berlaku;
c. pengadaan ternak atau barang lainnya dilaksanakan oleh satker
pelaksana kegiatan sesuai kebijakan yang ditetapkan Penanggungjawab
Program / Kegiatan;
d. mekanisme/tata cara pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 jo Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan PMK
Nomor 168 / PMK. 05 / 2015 tentang Tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/ Lembaga;
e. penyedia mengadakan ternak atau barang lainnya sesuai dengan volume
kontrak dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Periyedia
bertanggungjawab atas pelaksanaan kontrak meliputi ketepatan kualitas
barang, jenis, jumlah, waktu penyerahan dan Penerima Manfaat sesuai
SK PPK; dan
f. penginputan dokumen BAST pengadaan barang/jasa dan dokumen
pendukung banpem barang ke dalam sistem aplikasi BASTBANPEM
online Kementerian Pertanian.

2. Pendistribusian
Ternak yang akan didistribusikan telah diperiksa sesuai dengan kriteria
spesifikasi oleh petugas pemeriksa yang ditunjuk. Selanjutnya ternak
didistribusikan ke Penerima Manfaat dan dihuatkan Tanda Terima
Sementara yang diketahui oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
Pendistribusian ternak dan/atau barang memperhatikan kesesuaian lokasi
dan Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
kaidah kesejahteraan hewan/ternak.
18

BAB VI
PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong


Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) di satker UPT Lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan dan atau Tugas Pembantuan Dinas Daerah Provinsi Tahun
Anggaran 2021 sebagaimana tercantum dalam tabel.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

I. Pembinaan
Dalam kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Tahun Anggaran 2021, pembinaan dilakukan terhadap manajemen
pemeliharaan, yang terdiri dan aspek pakan, kesehatan hewan,
kesejahteraan hewan, dan kelembagaan oleh Pusat, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota sejak kegiatan dilaksanakan.
Pembinaan oleh Pusat dilaksanakan secara sampling paling kurang 1 (satu)
kali sesuai dengan kebutuhan. Untuk pembinaan yang dilaksanakan oleh
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, pelaksanaannya diatur oleh Dinas
Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan dan kebutuhan.

2. Pendampingan
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
Anggaran 2021 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
19

BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak


Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 dapat diukur dan dilihat
berdasarkan:
1. Indikator output
Terdistribusikannya bantuan ternak ruminansia potong pada Tahun
Anggaran 2021 kepada Penerima Manfaat.
2. Indikator outcome
a. meningkatnya populasi ternak dilokasi Penerima Manfaat; dan
b. meningkatnya skala usaha peternakan di lokasi Penerima Manfaat.

BAB IX
SISTEM PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Sistem Pengendalian
Agar Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
Anggaran 2021 dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dilakukan
pengendalian dan pengawasan terutama oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP), aparat pengawasan eksternal pemerintah. Pengendalian
dan pengawasan melekat oleh atasan langsung dan pengawasan oleh
masyarakat.

Pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak


Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021, pada prinsipnya
dilakukan untuk:
1. Memastikan bahwa proses kegiatan yang sedang dijalankan sesuai
dengan perencanaan dan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan koreksi atas kesalahan atau ketidaksesuaian hasil
pekerjaan dengan rencana semula;
3. Memberikan rekomendasi perbaikan sistem; dan
4. Memberikan rekomendasi penjatuhan sanksi atas pelanggaran peraturan
perundang-undangan
20

Titik kritis yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pengembangan Ternak


Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 yaitu:
1. Proses verifikasi dan penetapan calon Penerima Manfaat;
2. Proses pengadaan ternak; dan
3. Proses distribusi ternak sampai pada proses penyerahan ternak kepada
calon Penerima Manfaat.

B. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai
dengan tahapan pelaksanaan kegiatan serta terkoordinasi mulai dan
tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi
dilakukan sebelum kegiatan dimulai (ex-ante), kegiatan sedang dilakukan
(on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post).
Pemantauan dan evaluasi kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
Potong Tahun Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan untuk
mengetahui realisasi fisik dan keuangan, perkembangan teknis,
administrasi dan kelembagaan. Selain itu, pemantauan dan evaluasi
dilakukan untuk mengetahui kendala yang dihadapi serta tindak lanjut
solusi.
Evaluasi dilaksanakan dalam rangka menilai pelaksanaan kegiatan dan
hasilnya dijadikan saran dan masukan dalam rangka perbaikan
perencanaan kegiatan selanjutnya. Untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan yang berkesinambungan sebaiknya Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota membuat rencana pemantauan agar kinerja
pelaksanaan kegiatan dapat diketahui secara objektif.

C. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021. Mekanisme sistem
pelaporan dilakukan pada setiap 4 bulan sekali (kuartal) dengan jenjang
sebagai berikut:
a. Penerima Manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
pada minggu pertama kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/
Kota sesuai Format-5.
21

b. Dinas Daerah Kabupaten/Kota merekapitulasi seluruh laporan


perkembangan ternak urituk disampaikan kepada Kepala Dinas Daerah
Provinsi pada minggu ke dua sesuai Format-6.
c. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi laporan perkembangan kegiatan
dan Dinas Daerah Kabupaten/Kota, dan menyampaikan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur
Perbibitan dan Produksi Ternak pada minggu ke tiga balk melalui surat
ataupun alamat email ruminansia@pertanian.go.id atau
mminansiapotong2O2O(4gmai1.com sesuai Format-7 dan/ atau melalui
Sistem Informasi Pelaporan Bantuan Ternak.
BAB X
PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis Pengembangan Temak Ruminansia Potong


Asli/ Lokal Tahun Anggaran 2021 disusun dengan harapan seluruh unsur
pelaksana dan pihak terkait dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan
secara baik dan benar untuk mencapai tujuan dan keluaran sesuai dengan
indikator kerja yang ditetapkan.

DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

NASRULLAH
NIP. 196602231993031001
Tabel 1. Pelaksana dan Penerima Manfaat Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021.
A. Komoditas Sapi Potong
No Satker Lokasi Distribusi Ekor
1

6
B. Komoditas Kerbau
No Satker Provinsi Ekor

1
C. Komoditas Kambing/Domba
No Satker Provinsi Ekor

1
Format-i
Surat Kesanggupan

SURAT PERNYATAAN KESANOGUPAN


Yang bertanda tangan di bawah mi

Nama
Jabatan Kepala/ Ketua/ Pimpinari
Alamat

Dengan mi menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok/UPTD penerima


kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Ash / Lokal Tahun
Anggaran 2021 sanggup dan bersedia:
1. Melaksanakan pemehiharaan dan pengembangbiakan ternak dengan baik
sesuai dengan acuan yang ditetapkan;
2. Sanggup dan mampu dalam penyediaan pakan secara cukup, berkuahitas
dan berkelanjutan dalam pemehiharaan ternak;
3. Melakukan pencatatan perkembangan ternak yang telah diterima secara
tertib;
4. Menyediakan pejantan sesuai dengan kebutuhan;
5. Melaporkan perkembangan populasi ternak ruminansia potong secara
berkala setiap 4 bulan sekahi kepada Dinas Daerah
Kabupaten/Kota/Provinsi dan Ditjen PKH;
6. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dan stakholder terkait; dan
7. Mematuhi ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan mi saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
dikemudian han saya dan anggota melanggar hal-hal tersebut diatas, saya
bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2021
Kepala/ Ketua/ Pimpinan

Materai Rp. 6.000,-

( )
Format-2
Contoh Surat Perjanjiari

SURAT PERLJANJIAN

ANTARA

DINAS
KABUPATEN/ KOTA

DENGAN

Kepala/Ketua/ Pimpinan

Pada han mi tanggal bulan tahun dua ribu dua


puluh satu, kami yang bertanda tangan dibawah mi:

1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KESATU

2. Narna
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
Asli/Lokal Tahun 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan perjanjian


terkait kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
2021, dengan ketentuan:

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.

Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN

1. Pemberian fasilitasi bantuan ternak dan Direktorat Jenderal Peternakan


dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian bertujuan untuk
meningkatkan jumlah populasi dan meningkatkan skala usaha peternak.
2. Ternak bantuan untuk dikembangbiakan oleh Kelompok

Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN

1. PIHAK KESATU mempunyai Hak dan Kewajiban:


A. Hak
a. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan secara berkala
maupun sewaktu-waktu untuk menjamin keberlangsungan
pemberian bantuan ternak
b. Meminta keterangan, tanggapan, dan penjelasan dan PIHAK KEDUA
terhadap hal-hal yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan pengembangan ternak ruminansia potong.
B. Kewajiban
a. Memberikan pembinaan kepada kelompok sesuai dengan
kewenangan dan ketersediaan anggaran
b. Memberikan pengawasan pelaksanaan kegiatan di kelompok sesuai
dengan kewenangan dan ketersediaan anggaran

2. PIHAKKEDUA
A. Hak:
Memanfaatkan fasilitasi bantuan sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya.
B. Kewajiban:
1) Memelihara dan mengembangbiakan ternak dengan baik.
2) Mengelola aset sesuai ketentuan peraturan perundnag-undangan.
3) Tidak memindahtangankan ternak bantuan kepada pihak lain.
4) Tidak menjaminkan atau menggadaikan ternak.
5) Tidak melakukan pemanfaatan bantuan selain sesuai tujuan dan
peruntukan.
6) Mengikuti bimbingan teknis dan arahan dan petugas Dinas dan
stakholder terkait.
7) Menyampaikan laporan perkembangan populasi ternak.
8) Mengasuransikan ternak indukan sesuai kebutuhan (khusus ternak
ruminansia besar).

Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK

PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan


mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya dalam
rangka untuk pengembangan ternak ruminansia potong dan Pihak pertama
melakukan Pembinaan/Supervisi dan Pemantauan pada pihak kedua

Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK

1. Apabila terdapat ternak yang majir, PIHAK KEDUA dapat melakukan


penggantian ternak yang dibuktikan dengan surat keterangan dan dokter
hewan atau petugas yang berwenang dan diketahui oleh Dinas
Kabupaten/ Kota/ Provinsi.
2. Proses penggantian ternak harus disampaikan/dilaporkan oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA baik sebelum maupun sesudah
penggantian ternak.

Pasal 6
PENGALIHAN

1. Apabila PIHAK KEDUA tidak mampu untuk melanjutkan pemeliharaan


ternak, maka membuat Surat Pernyataan Ketidaksanggupan Pemeliharaan
kepada PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK PERTAMA membuat berita acara pengembalian Hibah ternak dan
PIHAK KEDUA untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
3. Berdasarkan Berita Acara pengembalian hibah, selanjutnya PIHAK
PERTAMA dapat melakukan seleksi CPCL untuk mendapatkan calon
pengganti yang bersedia memelihara dengan membuat Berita Acara
kesediaan dan Surat Perjanjian baru.

Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan

Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan

Pasal 9
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 7
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.

Pasal 8
PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama mi ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan


penuh kesadaran dan rasa tanggungjawab tanpa adanya paksaan dan
manapun. Tanda tangan kedua belah pihak diatas Materai 6000 yang masing-
masing memegang surat perjanjian ash. dan foto copy/salman dibuat rangkap
2 (dua) dan memiliki kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


Kepala/Ketua/Pimpinan.... Kepala Dinas.

NIP.
Format-3 Laporan Perkembangan Ternak (kelompok)
Perkembangan Ternak Ruminansia Potong Ash! Lokal
Bulan Tahun
Nama Kelompok
Nama Ketua
Telp/HP Ketua
Alamat
Komoditas
Ternak Awal ekor, Jantan, Betina
Perkembangan Ternak
Populasi
Identitas Kematian LB/NA Bunting Yang di Net.
No Lahir Penjuahan Pembehian Asuransikan
tenak Induk Anak Induk Anak Total
Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn

2
3
7
dst Jumlah
2021
Kelompok/UPTD Mengetahui,
Kepada Dinas

NIP.
Format-4 Laporan Perkembangan Ternak (Kabupaten/Kota)
Perkembangan Tenak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun

Perkembangan Ternak (Ekor)


Ternak Populasi s.d saat Ternak
Nam No. Penjual Pembel
Nama Awal Lahir Kematian mi (Ekor lB yang di
N Komodi Alam a HP an ian Bunt
Kelom (Ekor) (eko asuransi
o tas at Ketu Ket Induk Anak Induk ing
p0k J Bt JmI Bt J An Tot r) kan
a ua Bt Bt J Bt Jt Btn Bt
Jt t n h Jt n t Jt ak a! (Ekor)
n n t n n

2
3
Jumlah
bulan, 2021
Mengetahui
Kepala Dinas

NIP
Format-5 Laporan Perkembangari Ternak (Provinsi)
Perkembangan Tenak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun

Perkembangan Ternak (Ekor)


Tern
Pem Populasi s.d saat
ak Penju
Lahir Kematian belia in' (Ekor) Ternak
Na No. Awa! alan
Nama n lB yang di
02

Kab/K Komodi Alam ma HP (Eko Bunt


Kelom Indu Ana (eko asurarisi
ota tas at Ket Ket r) Induk ing
p0k J k k B r( kan
ua ua J B J Bt J An Tot
ml t B (Ekor)
JB ttn JBJB tnt ak a!
h n Jt t
t tn t tn t tn
n

2
3
Jumlah
bulan 2021
Mengetahui
Kepala Dinas

NIP
LAMPIRAN IV KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 11161/Kpts/PK.000/F/10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021.

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA PERAH


TAHUN ANGGARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan tingkat
pendidikan, serta kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani
dan upaya perbaikan gizi masyarakat, mendorong tuntutan peningkatan
produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan tersebut. Pemenuhan
permintaan kebutuhan dan dalam negeri diupayakan melalui usaha
budidaya dan pembibitan yang melibatkan peran serta masyarakat.
Di Indonesia, susu dihasilkan dan ternak ruminansia perah yaitu sapi
perah, kerbau perah dan kambing perah. Saat mi produksi susu
nasional masih didominasi oleh sapi perah. Populasi sapi perah dalam 3
tahun terakhir, yaitu sebanyak 581.822 ekor pada tahun 2018; 564.948
ekor pada tahun 2019 dan 568.223 ekor pada tahun 2020, dan
pengembangan ternak perah khususnya sapi perah masih terkonsentrasi
di Pulau Jawa, sementara konsumen susu tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.

Pemenuhan kebutuhan bibit ternak perah berkualitas merupakan salah


satu faktor penting dalam pengembangan ternak perah di masyarakat.
Kondisi saat mi Produksi bibit ternak baik dan peternakan, UPT/UPTD
dan perusahaan swasta yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan
bibit ternak perah di masyarakat. Dalam upaya peningkatan populasi,
2

produktivitas dan skala usaha peternakan perah serta produksi susu


nasional, dipandang perlu pengembangan ternak ruminansia perah. Oleh
karena itu Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
mengalokasikan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah yang
meliputi kegiatan pengembangan ternak ruminansia perah dikelompok
peternak/gapoktan/UPTD pada Tahun Anggaran 2021.

B Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Petunjuk pelaksanaan mi dimaksudkan sebagai acuan untuk
pelaksanaan kegiatan pengembangan ruminansia ternak perah bagi
pelaksana tingkat Pusat, Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota,
Penerima Manfaat dan stake holder lainnya.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun
Anggaran 2021, antara lain:
a) meningkatkan populasi ternak ruminansia perah di lokasi Penerima
Manfaat; dan
b) meningkatkan produktivitas ternak ruminansia perah.

C. Sasaran
Sasaran kegiatan mi adalah Kelompok Tani/Peternak/Gapoktan dan
UPTD yang melaksanakan fungsi pengembangan ternak ruminansia
perah.

D.Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah;
5. Mekanisme Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup.
E. Pengertian
3

Dalam Petunjuk Teknis mi yang dimaksud dengan:


1, Penerima Manfaat adalah Kelompok Tani/Kelompok Peternak/
Gapoktan dan/atau UPTD yang melaksanakan fungsi pengembangan
ruminansia perah yang ditetapkan untuk menerima manfaat
bantuan.
2. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan
sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil
ikutannya yang terkait dengan pertanian.
3. Kelompok tani/Kelompok Peternak adalah kumpulan
petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan
sumber daya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk
meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota
4. Gabungan kelompok tani adalah kumpulan beberapa kelompok tani
yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha.
5. Rearing adalah kegiatan pembesaran pedet betina sapi perah yang
dipersiapkan sebagai calon induk dengan manajemen pemeliharaan
yang baik.
6. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan
untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
7. UPTD adalah Unit pelaksana teknis di bawah Dinas
Provisi/Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi pengembangan
ruminansia perah.
8. Dinas Daerah Provinsi adalah organisasi perangkat daerah Provinsi
yang melaksanakan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
9. Dinas Daerah Kabupaten/Kota adalah organisasi perangkat Daerah
Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi di bidang peternakan
dan kesehatan hewan.
10. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
11. Tim Provinsi adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas yang
menyelenggarakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan
dan/atau instansi terkait lainnya di provinsi.
4

12. Tim Kabupaten/Kota adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas yang
menyelenggarakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan
dan/atau instansi terkait lainnya di kabupaten/kota.
13. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dan Pengguna Anggaran untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/lembaga yang
bersangkutan.
14. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).

BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

Pengembangan Ternak Ruminansia Perah sebagai salah satu pelaksanaan


tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
dilaksanakan melalui pemberdayaan Kelompok Tani/Kelompok Peternak,
Gapoktan dan/atau UPTD dalam rangka meningkatkan populasi, produksi
dan produktifitas ternak ruminansia perah di dalam negeri.

A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah dilaksanakan dalam
Tahun Anggaran 2021. Jadwal palang pelaksanaan Kegiatan secara
tentative sebagai berikut
1. Pelaksanaan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah di Kelompok
Tani/Kelompok Peternak, Gapoktan dan/atau UPTD.

Bulan
No UraianKegiatan 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
* .* *

1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim Pusat
5

Penyusunan
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
Penyusunan Tim
UPT dan Daerah
6 Verilikasi CPCL
Pengadaan
7
agroinput
8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan

B. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran
2021 dilaksanakan oleh Dinas Provinsi.

C. Verifikasi Calon Penerima Manfaat


Verifikasi Calon Penerima Manfaat Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021 dilakukan oleh Dinas Daerah
Provinsi bersama Dinas Daerah Kab/Kota.

D. Kriteria Lokasi dan Penerima Manfaat


1. Lokasi Kegiatan
a. memiliki akses jalan yang dapat dilalui untuk distribusi ternak;
b. memiliki kemudahan akses untuk pemasaran basil;
c. memiliki potensi sumber daya pakan dan air;
d. memiliki akses pelayanan kesehatan hewan dan/atau pelayanan
IB/kawin alam; dan
e. bukan lokasi eridemik penyakit hewan menular strategis dan
dibuktikan dengan Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh
institusi berwenang.
6

2. Penerima Manfaat
a. memiliki ternak atau memelihara ternak yang akan
dikembangkan;
b. memiliki kandang komunal atau tempat pemeliharaan ternak
secara berkelompok;
c. memiliki sumber pakan dan air untuk pemeliharaan ternak;
d. kelompok sudah terdaftar di Sistem Penyuluhan Pertanian
(SIMLUHTAN);
e. mengusulkan kegiatan bantuan ternak yang akan dikembangkan
melalui Dinas Daerah Kabupaten/ Kota/ Provinsi yang dituj ukan
kepada Pusat; dan
f. menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan sesuai Format-i.

E. Jenis/Rumpun, dan Spesifikasi Teknis Ternak


1. Jenis atau Rumpun Ternak
Jenis dan rumpun ternak perah yang dikembangkan dalam kegiatan
Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021
disesuaikan dengan potensi daerah, kearifan lokal daerah di lokasi
Penerima Manfaat.

2. Spesifikasi Ternak
a. Sapi perah dan kerbau perah:
1) dara dan/atau dara bunting umur 18-24 bulan;
2) pengadaan ternak jantan kerbau perah umur 24-36 bulan,
dapat dilakukan dengan rasio jantan: betina =1:20;
3) ternak yang diadakan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM);
4) mempunyai reproduksi normal yang dinyatakan dengan Surat
Keterangan Status Reproduksi (SKSR) dan dokter hewan
berwenang;
5) bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan dokter hewan
berwenang; dan
6) mempertimbangkan status penyakit dan situasi wilayah asal
ternak, dan tujuan distribusi ternak.
7

b. Kambing perah:
1) indukan umur 12-24 bulan;
2) pengadaan ternak jantan kambing perah umur 18-24 bulan,
dapat dilakukan dengan rasio jantan : betina yaitu 1 : 10;
3) ternak yang diadakan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM);
4) bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan dokter
hewan berwenang; dan
5) mempertimbangkan status penyakit dan situasi wilayah asal,
dan tujuan distribusi ternak.

c. Pedet sapi perah


1) pedet sapi betina lepas sapih umur 6-12 bulan;
2) tinggi pundak maksimal 121 cm;
3) bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan dokter hewan
berwenang; dan
4) mempertimbangkan status penyakit dan situasi wilayah asal
ternak, dan tujuan.

F. PELAKSANAAN
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan
baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota maupun di
Penerima Manfaat, meliputi antara lain:
1. Persiapan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran
2021 dituangkan dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh Tim
Pusat dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021
dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Penerima Manfaat serta stake holder terkait. Sosialisasi dapat
dilaksanakan secara langsung ataupun tidak langsung.
8

Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan


pembinaan yang dilakukan oleh Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota, sedangkan secara tidak langsung dilaksanakan
melalui bahan publikasi.
3. Pelaksanaan CPCL, Verifikasi dan Penetapan Penerima Manfaat
Penetapan Penerima Manfaat dilaksanakan melalui seleksi, verifikasi,
dan penetapan untuk setiap Penerima Manfaat dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. calon Penerima Manfaat mengusulkan permohonan bantuan
melalui Dinas Daerah Kabupaten/Kota/Provinsi ditujukan kepada
Pu sat;
b. seleksi CPCL Kelompok Tani/Kelompok Peternak dan/atau
Gapoktan dilakukan oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
c. Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi
Kelompok Tani/Kelompok Peternak dan/atau Gapoktan calon
Penerima Manfaat berdasarkan hasil CPCL;
d. Dinas Daerah Provinsi bersama Dinas Daerah Kabupaten/Kota
melakukan verifikasi terhadap Kelompok Tani/Kelompok Peternak
dan/atau Gapoktan calon Penerima Manfaat;
e. dalam hal calon Penerima Manfaat adalah UPTD Kabupaten/Kota
maka pelaksanaan verifikasi dilakukan oleh Dirias Daerah Provinsi
bersama Dinas Daerah Kabupaten/Kota, sedangkan untuk UPID
Provinsi dilakukan oleh Dinas Daerah Provinsi;
f. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan kelompok calon
Penerima Manfaat yang telah diverifikasi dan disahkan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA); dan
g. pelaksana dan lokasi penerima kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021 sebagaimana tercantum
dalam Tabel -1.

G. Pengadaan Barang dan Jasa


Kegiatan pengadaan pada Pengembangan Ternak Ruminansia Perah
Tahun Anggaran 2021 oleh Satker Pelaksana dengan mengacu ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9

H. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70
Tahun 2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian
Pertanian, dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak,
penggantian ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak
mampu melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi.
Contoh SP sesuai Format-2; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai
Format-3 dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging
(open camera).

2. Kelengkapan Dokumen Penyedia


Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara PPK dengan Penyedia
dengan melampirkan:
a. delivery order,
b. BAST antara pelaksana atau penyedia barang dengan Penerima
Manfaat; dan
c. foto geo tagging (open camera) pada saat penyerahan.

BAB III
PENGORGANISASIAN

Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran


2021 dilaksanakan secara terkoordinasi dan Tingkat Pusat, Dinas
Daerah Provinsi, Dinas Daerah Kabupaten/Kota, dan Penerima Manfaat.
Agar pelaksanaan kegiatan berjalan optimal, dapat dibentuk tim untuk
masing-masing stakesholders yang terlibat, sebagai berikut:
10

A. Tim Pusat
Tim Pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021;
2. melakukan sosialisasi dan koordinasi Dinas Daerah Provinsi,
dengan melibatkan Dinas Daerah Kabupaten/Kota dan
stakeholders terkait lainnya;
3. melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan; dan
4. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada akhir tahun
kegiatan.

B. Tim Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi, yang
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Tim Provinsi menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Jukiak) apabila
diperlukan sesuai dengan kepentingan dan kearifan lokal spesifik
daerah, dengan mengacu pada Juknis;
2. melakukan koordinasi dengan Tim Pusat;
3. melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan
kepada instansi terkait di provinsi dengan melibatkan Dinas
Daerah Kabupaten/Kota, Penerima Manfaat dan stakeholders
terkait lainnya;
4. melakukan koordinasi dengan Tim Kabupaten/Kota dalam rangka
verifikasi calon Penerima Manfaat;
5. melakukan pembinaan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
dengan baik dan kelompok dapat meningkatkan jaminan
ternaknya melalui program asuransi ternak (sapi dan kerbau);
6. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan; dan
7. membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan
kepada Kepala Dinas daerah Provinsi dan selanjutnya diteruskan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
dengan tembusan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.
11

C. Tim Kabupaten/Kota
Tim Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas daerah
Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Tim Kabupaten/ Kota menyusun Petunjuk Operasional apabila
diperlukan sesuai dengan kepentingan dan kearifan lokal spesifik
daerah, dengan mengacu pada Jukiak dan/atau Juknis;
2. melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan di
tingkat Kabupaten/ Kota;
3. melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CPCL);
4. melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan; dan
5. membuat laporan akhir tahun kegiatan dan laporan
perkembangan pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk
disampaikan kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang
kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi.

D. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK Satker Pelaksana kegiatan,
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Kelompok Tani/Kelompok Peternak/Gapoktan
a) melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak
dengan baik secara berkelompok;
b) melakukan identifikasi dan inventarisasi berupa pencatatan
ternak;
c) mengelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d) melaksanakan administrasi kelompok secara tertib;
e) melaporkan perkembangan ternak secara berkala;
f) mengikuti pembinaan dan pusat/provinsi/kabupaten/kota
dan stakeholder terkait;
g) mengasuransikan ternak indukan ruminansia besar sesuai
kebutuhan;
h) Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dalam Surat
Keputusan PPK yang diketahui oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) tidak dapat digantikan atau dibatalkan; dan
12

i) Penerima Manfaat yang telah ditetapkan kemudian


mengundurkan din secara resmi (dilampirkan dengan Surat
Pernyataan yang diketahui oleh Kepala Desa atau Kepala
Dinas setempat) akan dialihkan kepada Penerima Manfaat
lain yang memenuhi kriteria.

2. UPTD
a) melaksanakan pemeliharaan ternak sesuai dengan pedoman;
b) bersedia mendistribusikan hasil pengembangan kepada
kelompok di wilayahnya;
c) meningkatkan kapasitas SDM dalam pelaksanaan
pengembangan sapi perah;
d) melakukan pencatatan dan pemberian identitas ternak;
e) meningkatkan jaminan ternaknya melalui program asuransi
ternak (sapi);
f) melakukan administrasi kegiatan secara tertib; dan
g) melaporkan perkembangan kegiatan dan peningkatan
populasi serta produktifitas ternak.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN TEKNIS
PEMELIHARAAN TERNAK

A. Pengembangan
Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
Perah Tahun Anggaran 2021 merupakan stimulan untuk
mengembangkan skala usaha. Oleh karena itu Penerima Manfaat
diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka mendukung
keberhasilan kegiatan.
1. Masa pemeliharaan
Masa pemeliharaan ternak oleh Penerima Manfaat dilakukan
sampai dengan ternak dianggap sudah tidak produktif lagi,
selanjutnya ternak boleh ditukar atau diganti. Bilamana dalam
pemeliharaan terjadi kecelakaan atau lain hal yang mengakibatkan
ternak cacat, sakit atau kondisi lainnya sehingga tidak
13

memungkinkan lagi untuk dipelihara, maka ternak tersebut dapat


ditukar atau diganti dengan jenis dan umur yang sama pada saat
diterima. Penukaran Ternak diketahui oleh Kepala Dinas Daerah
Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
Pemeliharaan ternak rearing yang dilakukan UPTD sampai dengan
ternak siap kawin atau bunting pertama umur 3 bulan yang
selanjutnya didistribusikan untuk dikembangkan oleh kelompok
budidaya sapi perah di wilayah UPID Penerima Manfaat.
Pendistribusian ternak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Ternak majir
Dalam hal terdapat Ternak majir yang dibuktikan dengan surat
keterangan dan dokter hewan atau petugas yang berwenang, maka
ternak tersebut dapat ditukar atau diganti dengan jenis dan umur
yang sama pada saat diterima. Penukaran Ternak diketahui oleh
Kepala Dinas Daerah Provinsi dan/atau Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota.
3. Ternak Sakit
Jika ada ternak yang sakit, harus segera melaporkan ke Dinas
Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dan ditindaklanjuti oleh petugas
teknis dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan.
4. Ternak mati
Ternak yang mati .disebabkan oleh penyakit/wabah/potong
paksa/keracunan/kecelakaan berdasarkan hasil pemeriksaan oleh
dokter hewan atau petugas yang berwenang, dibuktikan dengan
kelengkapan dokumen (Berita Acara Hasil Pemeriksaan/Berita
Acara Kematian, Foto Ternak) dan diketahui oleh Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten / Kota. Penerima Manfaat wajib mengganti
ternak yang mati, yang disebabkan kekurangan pakan.

B. TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK


Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran
2021 memperhatikan aspek teknis pemeliharaan ternak yang
meliputi pola pemeliharaan, pemberian pakan, pelayanan reproduksi,
pelayanan kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Pola
14

pemeliharaan dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebiasan sosial


budaya masyarakat dapat secara intensif (dikandangkan), semi
intensif (dikandangkan dan digembalakan) dan ekstensif
(digembalakan). Teknis pemeliharaan ternak yang baik dilakukan
dengan memperhatikan:
1. Pemeliharaan di Kelompok Tani/Kelompok Peternak/Gapoktan
a. pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan ternak
baik dan segi kualitas maupun kuantitas;
b. perkawinan dapat dilakukan secara Inseminasi Buatan (IB)
atau Kawin Alam;
c. kebersihan kandang dan lingkungan sekitar dalam rangka
pencegahan penyakit dan pencemaran limbah;
d. pemeriksaan dan atau pengobatan ternak dapat berkoordinasi
dengan petugas kesehatan hewan setempat;
e. pemeliharaan ternak memperhatikan prinsip-prinsip
kesejahteraan hewan.
f. dalam pengembangbiakan ternak harus memperhatikan aspek
kesehatan hewan, antara lain pemberian vitamin dan mineral
melalui air minum atau pakan. Diberikan vaksinasi secara
berkala untuk menjaga kesehatan ternak; dan
g. dalam hal ditemukan adanya gej ala penyakit segera melakukan
tindakan pencegahan dan selanjutnya melaporkan ke Dokter
Hewan Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk
mendapatkan pengobatan secepatnya.

2. Pemeliharaan di UPTD
a. pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan ternak
baik dan segi kualitas maupun kuantitas;
b. melakukan perkawinan secara inseminasi buatan apabila
ternak sudab dewasa secara teknis.
c. kebersihan kandang dan Iingkungan sekitar dalam rangka
pencegahan penyakit dan pencemaran limbah;
d. penimbangan dan pengukuran ternak secara rutin dan
merekap hasilnya dalam buku recording ternak;
e. pemeriksaan dan atau pengobatan ternak dapat berkoordinasi
dengan petugas kesehatan hewan setempat;
15

f. dalam hal ditemukan adanya gej ala penyakit segera melakukan


tindakan pencegahan dan selanjutnya melaporkan ke Dokter
Hewan setempat untuk mendapatkan pengobatan secepatnya;
dan
g. pemeliharaan ternak memperhatikan prinsip-prinsip
kesejahteraan hewan.

BAB V
MEKANISME PENYALU RAN BANTUAN

Mekanisme penyalurari bantuan pada Kegiatan Pengembangan Ternak


Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021 meliputi:
A. Penyaluran bantuan
1. Penyaluran bantuan pemerintah dalam bentuk barang dan/atau
jasa dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan pemberian
bantuan yang ditetapkan oleh PPK dan diketahui oleh KPA;
2. Pengadaan barang diutamakan melalui belanja di e-katalog atau
mekanisme lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
3. Pengadaan bantuan barang dilaksanakan oleh satker pelaksana
kegiatan sesuai kebijakan yang ditetapkan Penanggungjawab
Program! Kegiatan;
4. Mekanisme/tata cara pelaksanaannya mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 Jo
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang
Perubahan PMK Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian Negara/Lembaga;
5. Penyedia mengadakan bantuan sesuai dengan volume kontrak dan
spesifikasi teknis. Penyedia bertanggungjawab atas pelaksanaan
kontrak meliputi ketepatan kualitas barang, jenis, Jumlah, waktu
penyerahan dan Penerima Manfaat sesuai SK PPK; dan
6. Penginputan dokumen BAST pengadaan barang/jasa dan dokumen
pendukung bantuan pemerintah barang ke dalam sistem aplikasi
BASTBANPEM online Kementerian Pertanian menjadi tanggung
jawab pihak penyedia.
16

B. Pendistribusian
Dilakukan oleh penyedia barang sampai pada lokasi Penerima
Manfaat dengan mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut:
1. Sesuai lokasi yang telah ditetapkan;
2. Diketahui oleh Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas
Kabupaten/Kota; dan
3. Memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan.

BAB VI
PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah


Tahun Anggaran 2021 dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) melalui dan Tugas Pembantuan (TP) Dinas Provinsi
Tahun Anggaran 2021. Pemanfaatan dan penggunaan dana kegiatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

BAB VII
PEMBJNAAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan;
Dalam kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun
Anggaran 2021, pembinaan dilakukan terhadap manajemen
pemeliharaan, yang terdiri dan aspek pakan, kesehatan hewan,
kesejahteraan hewan, dan kelembagaan oleh Pusat, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota sejak kegiatan dilaksanakan.
Pernbinaan oleh Pusat dilaksanakan secara sampling paling kurang 1
(satu) kali sesuai dengan kebutuhan. Untuk pembinaan yang
dilaksanakan oleh Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota,
pelaksanaannya diatur oleh Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan.
17

B. Pendampingan
Pendampingan selama pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi
dan Dinas Daerah Kabupaten/Kota, apabila diperlukan dapat
melibatkan perguruan tinggi dan asosiasi.
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran
2021 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan fasilitasi Pengembangan


Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021 dapat diukur dan
dilihat berdasarkan:
A. Indikator Output;
1. terdistribusikannya bantuan ternak ruminansia perah: (i) Sapi
perah; (ii) Kerbau perah dan (iii) Kambing perah; dan
2. tersedianya sapi perah betina siap produksi.

B. Indikator Outcome
1. meningkatnya rumah tangga peternakan;
2. meningkatnya skala usaha peternakan di lokasi Penerima Manfaat;
dan
3. meningkatnya produksi susu.
18

BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Sistem Pengendalian
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah mengamanatkan bahwa setiap
instansi dan satuan kerja di lingkup Kementerian/Lembaga
diharapkan dapat mengidentifikasi secara dini terjadinya
penyimpangan terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang
telah ditetapkan. Sistem Pengendalian Internal (SPI) mempunyai
peran yang sangat strategis dalam mengurangi potensi dan
mempersempit ruang gerak terjadinya berbagai bentuk kesalahan
dan penyimpangan teknis, administrasi dan korupsi di instansi
pemerintah.

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh seluruh pelaksana kegiatan


baik di pusat maupun di daerah khususnya Kuasa Pengguna
anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Proses
pengendalian di setiap daerah diatur sesuai dengan masing-masing
Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun
Anggaran 2021 terdapat titik kritis yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Proses pengusulan, verifikasi dan penetapan calon Penerima
Manfaat;
2. Proses pengadaan Ternak;
3. Proses pendistribusian Ternak sampai pada proses penyerahan
ternak kepada calon Penerima Manfaat;
4. Keterserdiaan sumber daya pakan dan air; dan
5. BAHP, BAST, dan Surat Pernyataan bersedia menerima bantuan
pemerintah.

B. Pemantauan/Monitoring dan Evaluasi


Monitoring pelaksanaan kegiatan Pengernbangan Ternak Ruminansia
Perah Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan untuk mengetahui
realisasi fisik dan keuangan, serta perkembangan teknis,
administrasi Penerima Manfaat. Selain itu monitoring dilakukan
19

untuk mengetahui hambatan/masalah yang dihadapi dan tindak


lanjut pemecahan masalah. Monitoring dilaksanakan secara berkala
dan berjenjang sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan serta
terkoordinasi mulai dan tingkat Pusat, Provinsi Dan Kabupaten/Kota
Evaluasi dilaksanakan dalam rangka menilai pelaksanaan kegiatan
dan hasilnya dijadikan masukan dalam rangka perbaikan
perencanaan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Evaluasi dilakukan
secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan pelaksanaan
kegiatan, yang dilakukan sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), sedang
dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-
post).

C. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembarigan
Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021. Mekanisme sistem
pelaporan dilakukan pada setiap 4 bulan sekali (kuartal) dengan
jenjang sebagai berikut:
a. Penerima Manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan
kegiatan pada minggu pertama kepada Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/Kota/ Provinsi sesuai Format-4.
b. Dinas Daerah Kabupaten/Kota merekapitulasi seluruh laporan
perkembangan ternak untuk disampaikan kepada Kepala Dinas
Daerah Provinsi pada minggu kedua sesuai Format-5.
c. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi laporan perkembangan
kegiatan dan Kabupaten/Kota, dan menyampaikan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq Direktur
Perbibitan dan Produksi Ternak pada minggu ke tiga baik melalui
surat ataupun alamat email ri rnjcra h2O2OI gmn ii corn sesuai
Format-6 dan/atau melalui Sistem Informasi Pelaporan Bantuan
Ternak
BABX
PENUTUP

Petunjuk Teknis mi merupakan acuan bagi seluruh pelaksana kegiatan


Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021, dengan
harapan seluruh unsur pelaksana dan pihak terkait dapat
melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik dan benar untuk
mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan indikator kinella yang
ditetapkan

DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

NASRULLAH
NIP. 196602231993031001
LAMPIRAN V KEPUTUSAN DIREKIUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 11 161/Kpts/PK.000/F/ 10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021.

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN UNGGAS DAN ANEKA TERNAK


TAHUN ANGGARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan tingkat
pendidikan, serta kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani
dan upaya perbaikan gizi masyarakat, mendorong tuntutan peningkatan
produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan tersebut. Pemenuhan
permintaan kebutuhan dan dalam negeri diupayakan melalui usaha
budidaya dan pembibitan yang melibatkan peran serta masyarakat.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan Juncto Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa (1) Pemerintah
dan pemerintah daerah mengupayakan agar sebanyak mungkin warga
masyarakat menyelenggarakan budidaya ternak yang baik; (2) Pemerintah
dan pemerintah daerah memfasilitasi dan membina pengembangan
budidaya yang dilakukan oleh peternak dan pihak tertentu yang
mempunyai kepentingan khusus; dan (3) Pemerintah dan pemerintah
daerah membina dan memberikan fasilitas untuk pertumbuhan dan
perkembangan koperasi dan badan usaha di bidang peternakan.

Usaha budidaya ternak unggas dan aneka ternak umumnya masih dikelola
secara tradisional dengan skala usaha kecil. Usaha pembibitan dengan
2

tujuan menghasilkan bibit ternak belum diminati oleh masyarakat


peternak, sedangkan pembibitan yang dikelola oleh swasta dengan skala
usaha besar masih sedikit atau terbatas jumlahnya, hal mi menyebabkan
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan bibit belum dapat terperiuhi baik
secara kuantitas maupun kualitasnya.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan
produktivitas dan pengembangan ternak, menjaga kelestarian Sumber
Daya Genetik Hewan asli/lokal, maka Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mengalokasikan kegiatan Pengembangan
Ternak Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Petunjuk teknis mi dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka Ternak Tahun
Anggaran 2021.

2. Tujuan
Tujuan kegiatan Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka Ternak
Tahun Anggaran 2021, yaitu:
a. meningkatkan populasi ternak unggas ash dan/atau lokal dan aneka
ternak di lokasi penerima kegiatan; dan/atau
b. memanfaatkan dan mengembangkan ternak unggas dan aneka
ternak sumber daya genetik hewan ash dan/atau lokal.

3. Keluaran
Keluaran kegiatan Pengembangan Ternak Unggas ash dan/atau lokal
dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021, yaitu:
a. terfasihitasi dan terdistribusinya bantuan ternak unggas ash
dan/atau lokal dan aneka ternak; dan
b. termanfaatkannya sumber daya genetik hewan ash dan/atau lokal
dan aneka ternak.

4. Sasaran
Kelompok tani/ternak, Gapoktan dan UPTD Provinsi/Kabupaten/Kota
C. Ruang Lingkup
3

Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka


Ternak Tahun Anggaran 2021 meliputi:

1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka
Ternak;
5. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan pendampingan;
8. Indikator keberhasilan;
9. Pengendali Internal, Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan; dan
10. Penutup.

D. Pengertian
Dalam Keputusan mi yang dimaksud dengan:
1. Penerima Manfaat adalah kelompok tani/kelompok peternak/
Gapoktan dan/atau UPTD yang ditetapkan untuk menerima manfaat
bantuan.
2. Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit
ternak untuk keperluan sendiri atau untuk diperdagangkan.
3. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut bibit adalah ternak yang
mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan.
4. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan
sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil
ikutannya yang terkait dengan pertanian.
5. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dan luar
negeri yang telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi
kelima atau lebih yang telah beradaptasi pada lingkungan dan/atau
manajemen setempat.
6. Ternak ash adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dan Indonesia,
dan proses domestikasinya terjadi di Indonesia.
7. Rumpun adalah segolongan hewan dan suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotip yang khas dan dapat diwariskan pada
keturunannya.
4

8. Recording/Pencatatan adalah suatu kegiatan yang meliputi


identifikasi, pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan reproduksi,
pencatatan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dalam
populasi terpilih.
9. Peternak adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
10. Kelompok petani/Kelompok peternak yang selanjutnya disebut
Kelompok adalah gabungan anggota masyarakat yang melakukan
usaha ternak yang tumbuh berdasarkan keakraban, keserasian serta
kesamaan kepentingan dalam mengelola usaha ternak untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
11. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disebut UPTD adalah
instansi/instalasi di daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang
menjalankan fungsi perbibitan dan/atau produksi ternak
12. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
13. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Dinas Daerah
adalah perangkat pemerintah daerah yang membidangi fungsi
peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi dan/atau
kabupaten/ kota.
14. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
15. Tim UPT adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur UPT dan/atau
dapat melibatkan unsur lainnya yang ditetapkan oleh Kepala UPT.
16. Tim Provinsi adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur Dinas
Daerah dan/atau instansi terkait di provinsi yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Dinas Daerah di provinsi.
17. Tim Kabupaten/Kota adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur
Dinas Daerah dan/atau instansi terkait di kabupaten/kota yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Daerah di
kabupaten/ kota.
5

BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

Dalam rangka Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun


Anggaran 2021 diperlukan persiapan dan pelaksanaan yaitu meliputi:
1. Waktu pelaksanaan;
2. Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL);
3. Kriteria Lokasi dan penerima manfaat;
4. Jenis, kualifikasi dan spesifikasi teknis;
5. Pelaksanaan;
6. Pengadaan barang/jasa; dan
7. Hibah.

A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021
dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2021:

Bul an
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Penyusunan SK Tim
2 Kegiatan Pengembangan
Unggas dan Aneka Ternak
3 Penyusunan Juknis
4 Sosialisasi dan Koordinasi

5 Verifikasi CPCL

6 Bimbingan Teknis
7 Pengadaan agroinput

8 Distribusi ternak
Pendampingan, Pembinaan,
dan Monitoring
10 Pelaporan
6

B. Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL)


Calon penerima dan calon lokasi Kegiatan Pengembangan Unggas dan
Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021 yaitu Gabungan Kelompok
Tani/ Kelompok Tani/ Kelompok Peternak/ Kelembagaan Petani. Lokasi
kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021
di 34 (tiga puluh empat) provinsi.

C. Kriteria Persyaratan Lokasi dan Penerima Manfaat


Kriteria lokasi dan penerima manfaat dalam kegiatan Pengembangan
Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021, sebagai berikut:
Kriteria Lokasi
a. merupakan wilayah yang berpotensi peternakan atau kawasan
pertanian nasional komoditas prioritas peternakan;
b. kelembagaan peternak südah berjalan;
c. tersedia potensi lahan untuk pengembangan ternak;
d. mempunyai potensi sumber daya pakan dan air;
e. memiliki akses pelayanan kesehatan hewan;
f. memiliki akses pemasaran ternak dan produknya;

g. mempunyai infrastruktur jalan yang dapat dilalui untuk distribusi


ternak;
h. tidak sedang terjadi wabah penyakit hewan menular; dan
i. terdapat kesanggupan dan dukungan kegiatan dan Dinas
Kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan, sesuai format-i.

2. Kriteria Persyaratan Penerima Manfaat


a. Kelompok Peternak/Gapoknak:
i) calon Penerima Manfaat diusulkan secara berjenjang oleh
petugas lapangan/ penyuluh / KCD, dan / atau pembina kelompok
masyarakat lainnya dan disetujui oleh Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/Kota setempat;
2) calon Penerima Manfaat tidak sedang menerima bantuan yang
sejenis dan sumber lain pada tahun yang sama;
3) calon Penerima Manfaat bersedia memenuhi kewajiban
kelengkapan administrasi dan mengarsipkannya, serta
melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dan hasil bantuan
sesuai aturan yang berlaku;
7

4) calon Penerima Manfaat bersedia menambahkan biaya produksi


secara swadaya atau mencari bantuan dan sumber lain untuk
memastikan keberhasilan usaha budidaya karena bantuan
pemerintah bersifat sebagai stimulan;
5) bersedia melakukan usaha budidaya yang terkoordinasi dalam
satu manajemen;
6) calon Penerima Manfaat bersedia/sanggup melaksanakan
kegiatan sesuai ketentuan dalam Petunjuk Teknis dan ketentuan
lainnya yang telah disepakati;
7) calon Penerima Manfaat bersedia menyediakan lahan dan tidak
menuntut ganti rugi lahan untuk keperluan kelompok tani
ternak;
8) calon Penerima Manfaat diutamakan yang telah berpengalaman
beternak unggas dan aneka ternak;
9) memiliki struktur organisasi, kelengkapan administrasi dan
beranggotakan paling kurang 10 orang;
10) mendapat rekomendasi dan Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
11) menandatangani surat pernyataan kesanggupan dan ketua
kelompok sesuai dengan format-2.

b. UPTD Kabupaten/ Kota/ Provinsi:


1) memiliki kandang komunal atau tempat pemeliharaan ternak;
2) memiliki sumber pakan dan air untuk pemeliharaan ternak;
3) tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) peternakan;
4) mengusulkan kegiatan permohonan bantuan ternak yang akan
dikembangkan kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota; dan
5) menandatangani Surat Kesanggupan dan Dukungan Kegiatan dan
Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

D. Jenis/Rumpun, Kualifikasi dan Spesifikasi Teknis


1. Ternak
a. Jenis atau Rumpun Ternak
Rumpun dan jenis ternak yang dikembangkan dalam kegiatan
Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran
2021 disesuaikan dengan. potensi dan kearifan lokal daerah di lokasi
penerima kegiatan.
8

b. Kualifikasi dan Spesifikasi Ternak


Bantuan Pemerintah dalam kegiatan Pengembangan Unggas dan
Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021 diberikan kepada Penerima
Manfaat, berupa ayam dan babi, dengan spesifikasi:
1) Unggas
Ayam
a) Rumpun yang dikembangkan adalah rumpun ayam ash
dan/atau lokal yang sudah ditetapkan dan dilepas oleh Menteri
Pertanian;
b) Umur paling kurang 4 (empat) minggu dibuktikan dengan
Surat keterangan dan breeding dan/atau unit usaha
pembesaran ayam. Dalam surat keterangan tersebut dilengkapi
dengan tanggal setting telur dan tanggal menetas;
c) Ayam berasal dan UPT/UPTD/koperasi/kelompok binaan
Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan atau farm/breeding farm swasta yang pada DOC sudah
divaksin New Casttle Disease (ND) dibuktikan dengan laporan
vaksinasi;
d) Telah divaksin Aviari Influenza (AT) dan ND di peternak
pembesaran yang dibuktikan dengan dokumen vaksinasi dan
peternak;
e) Penyedia melampirkan Sertifikat Veteriner/Surat Keterangan
Kesehatan Hewan (SKKH) yang diterbitkan setelah ada data
hasil uji titer antibodi secara acak dan laboratorium yang
terakreditasi/pemerintah; dan
f) Pengambilan sampel untuk pengujian titer antibody dilakukan
oleh petugas laboratorium atau petugas teknis dinas atas
permintaan penyedia.

2) Aneka Ternak
Babi
a) Rumpun yang dikembangkan yakni Landrace, Yorkshire, Duroc,
Hampshire dan/atau persilangan.
9

b) Betina slap kawin umur paling kurang 6 (enam) bulan yang


dibuktikan dengan Surat keterangan dan breeding dan/atau
unit usaha pembesaran babi. Jantan dapat diadakan sesuai
dengan kebutuhan.
c) Babi berasal dan UPT/UPTD/koperasi/kelompok binaan Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan atau
farm/breeding farm swasta yang telah divaksin
Classical Swine Fever atau kolera babi (Hog Cholera) dan
dibuktikan dengan laporan vaksinasi.
d) Penyedia melampirkan Sertifikat Veteriner/ Surat Keterangan
Kesehatan Hewan (SKKH) yang diterbitkan setelah ada data
hasil uji titer antibodi secara acak dan laboratorium yang
terakreditasi/ pemerintah.
e) Pengambilan sampel untuk pengujian titer antibody dilakukan
oleh petugas laboratorium atau petugas teknis dinas atas
permintaan penyedia.

2. Pakan
Bantuan pakan diberikan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak
bantuan, dengan spesifikasi:
a. Ayam
1) menggunakan pakan komplit ayam ras layer grower sesuai SNI;
dan
2) memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP) yang masih berlaku.
b. Babi
1) menggunakan pakan komplit babi finisher sesuai SNI; dan
2) memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP) yang masih berlaku.

3. Kandang
a. Ayam
1) kandang cukup untuk menampung ayam dewasa dengan
kepadatan 6-10 ekor/m2 ;
2) model kandang menyesuaikan dengan kondisi lahan, dapat
berbentuk kandang baterai, slat/panggung, postal/litter atau
kombinasi panggung dan umbaran;
10

3) kandang memiliki alas, dinding dan atap serta sirkulasi udara


yang baik dan memudahkan proses produksi, pembersihan,
pemberian pakan serta penanganan kesehatan hewan;
4) menggunakan bahan lokal yang kuat dan mudah didapatkan;
5) letak kandang tidak di dalam rumah; dan
6) pemeliharaan budidaya ternak ayam dilakukan secara intensif
secara komunal.

b. Babi
1) kandang cukup untuk menampung babi dewasa dan disesuaikan
dengari berat badan babi yaitu 1 ekor/m2;
2) kandang memiliki alas, dinding dan atap serta sirkulasi udara
yang baik dan memudahkan proses produksi, pembersihan,
pemberian pakan serta penanganan kesehatan hewan;
3) memiliki saluran pembuangan kotoran yang baik;
4) menggunakan bahan lokal yang kuat dan mudah didapatkan;
5) letak kandang tidak di dalam rumah; dan
6) pemeliharaan budidaya ternak ayam dilakukan secara intensif dan
komunal.

E. PELAKSANAAN
Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021
dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Dinas Daerah Provinsi.
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Unggas dan
Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan baik di
tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota maupun di Penerima Manfaat,
meliputi antara lain:
1. Persiapan
Kegiatan operasional Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun
Anggaran 2021 dituangkan dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh
Tim Persiapan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun Anggaran 2021 yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal
dalam bentuk Keputusan.
11

2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021,
dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Penerima Manfaat serta stake holder terkait. Sosialisasi dapat
dilaksanakan baik secara langsung ataupun tidak Iangsung. Sosialisasi
secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan pembinaan yang
dilakukan oleh Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, sedangkan secara
tidak langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi.

3. Seleksi, Verifikasi, dan Penetapan Penerima Manfaat


Pelaksanaan seleksi, verifikasi, dan penetapan Penerima Manfaat
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penerima UPTD Provinsi/Kabupaten/Kota
1) Satker Pelaksana Kegiatan UPT
a) Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengusulkan
dan merekomendasikan UPTD sesuai kewenangannya;
b) Tim UPT bersama dengan Dinas Daerah Provinsi melakukan
verifikasi terhadap UPTD; dan
c) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan UPTD Penerima
Manfaat berdasarkan basil verifikasi dalam bentuk Surat
Keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

2) Satker Pelaksana Dinas Daerah Provinsi


1) Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengusulkan
dan merekomendasikan UPTD sesuai kewenangannya;
2) Tim Provinsi melakukan verifikasi terhadap UPTD; dan
3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan UPTD Penerima
Manfaat berdasarkan basil verifikasi dalam bentuk Surat
Keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

b. Penerima Kelompok Penerima Manfaat


1) Satker Pelaksana Kegiatan UPT
a) Kelompok mengusulkan permohonan bantuan kepada Pusat,
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota;
b) Seleksi CPCL dilakukan oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
12

c) Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi


kelompok calon penerima berdasarkan hasil seleksi Tim
Kabupaten/ Kota;
d) Tim UPT berkoordinasi dengan Dinas Daerah Provinsi dan
Kabupaten/kota melakukan verifikasi terhadap kelompok calon
penerima manfaat berdasarkan hash CPCL; dan
e) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan kelompok calon
penerima manfaat berdasarkan hasil verifikasi dalam bentuk
surat keputusan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA).

2) Satker Pelaksana Kegiatan Dinas Daerah Provinsi


1) Kelompok mengusulkan permohonan bantuan kepada Pusat,
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota;
2) Seleksi CPCL dilakukan oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
3) Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota memberikan
rekomendasi kelompok calon penerima manfaat berdasarkan
hasil seleksi Tim Kabupaten/Kota;
4) Dinas Daerah Provinsi bersama Dinas Daerah Kabupaten/Kota
melakukan verifikasi terhadap kelompok calon Penerima
Manfaat berdasarkan hasil CPCL; dan
5) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan kelompok calon
Penerima Manfaat berdasarkan hasil verifikasi oleh Tim
Pembina Provinsi dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA).
Pelaksana dan lokasi penerima kegiatan Pengembangan Ternak Unggas
dan Aneka Ternak Tahun 2021 sebagaimana Tercantum dalam Format - 3.

F. Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang/jasa dalam kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka
Ternak Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
13

G. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun
2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian,
dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. Dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak,
penggantian ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak
mampu melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh
SP sesuai Format-3; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai Format-4
dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging (open camera).

2. Kelengkapan Dokumen Penyedia


Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara PPK dengan Penyedia
dengan melampirkan:
a. Delivery Order;
b. BAST antara pelaksana atau penyedia barang dengan Penerima
Manfaat; dan
c. Foto geo tagging (open camera) pada saat penyerahan.

BAB III
PENGORGANISASIAN

Kegiatan Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran


2021 dilaksanakan secara terkoordinasi dan tingkat Pusat, Dinas Daerah
provinsi, Dinas Daerah kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan
dan kesehatan hewan sampai dengan UPTD dan kelompok penerima kegiatan.
Oleh karena itu dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaannya, perlu
pembentukan tim untuk memperjelas tugas dan fungsi masing-masing sebagai
berikut:
14

A. Tim Pusat
Tim Pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Tim UPT, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan stakeholder terkait lainnya;
2. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada tahun berjalan;
dan
3. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun berjalan.

B. TimUPT
Tim UPT ditetapkan oleh Kepala UPT yang mempunyai tugas antara lain
sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan Tim Pusat, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan stake holder terkait lainnya;
2. Melakukan verifikasi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) kegiatan;
3. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada tahun berjalan;
dan
4. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun berjalan.

C. Tim Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Daerah Dinas Provinsi, yang
mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat, Tim UPT, Tim Kabupaten/Kota dan
stake holder terkait lainnya;
2. Melakukan sosialisasi kegiatan kepada instansi terkait di Provinsi,
Dinas Daerah Kabupaten/Kota, UPTD penerima kegiatan dan
stakeholder terkait lainnya;
3. Melakukan verifikasi calon penerima kegiatan;
4. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta pengendalian
pelaksanaan kegiatan; dan
5. Membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan kepada
Kepala Dinas Daerah Provinsi dan selanjutnya diteruskan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.
15

D. Tim Kabupaten/Kota
Tim Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat, Tim UPT, Tim Frovinsi dan
stake holder terkait lainnya;
2. Melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) kegiatan;
3. Melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta pengendalian
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan; dan
4. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada tahun
berjalan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/Kota yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas
Daerah Provinsi.

E. UPTD Provinsi, Kabupaten/Kota


1. Melaksanakan pemanfaatan ternak unggas ash dan/lokal dan aneka
ternak dengan menerapkan Pedoman Budidaya yang Baik dan Pedoman
Pembibitan yang Baik untuk Ternak Unggas dan Aneka Ternak;
2. Mengelola aset sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
3. Melaporkan perkembangan kegiatan dan perkembangan populasi setiap
bulan kepada Kepala Daerah Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota untuk
diteruskan ke Ditjen PKH.

F. Kelompok Tani/Kelompok Peternak


1. Melaksanakan pemehiharaan dan pengembangbiakan ternak, baik
secara komunal atau menyesuaikan kondisi setempat;
2. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan UPT/Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
3. Melakukan pencatatan/recording;
4. Memanfaatkan himbah peternakan untuk memberikan nilai tambah;
dan
5. Melaporkan perkembangan kegiatan dan perkembangan populasi
Ternak setiap bulan kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
16

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN
TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK

Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021


dilakukan dengan peningkatan populasi dan peningkatan mutu genetik.
A. Peningkatan Populasi
Peningkatan populasi memperhatikan aspek teknis pemeliharaan ternak
yang meliputi pola pengembangan, pola pemeliharaan, pemberian pakan,
pelayanan kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan, antara lain:
1. Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun Anggaran 2021 merupakan stimulan untuk meningkatkan
populasi di lokasi kegiatan. Oleh karena itu, Penerima Manfaat
diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka mendukung
keberhasilan pengembangan Ternak (pakan, obat, kandang dan alat
peternakan),
a. masa pemeliharaan
Ternak dipelihara oleh Penerima Manfaat sampai masa afkir, dalam
hal masa pemeliharaan telah menghasilkan telur, sebagai berikut:

1) ditetaskan untuk dikembangkan untuk peningkatan populasi


ternak;
2) dapat dijual sebagai telur mentah atau setelah melalui proses
pengolahan untuk peningkatan nilai tambah dan pendapatan
Penerima Manfaat dan sebagai biaya pemeliharaan ternak dalam
pengembangbiakan; atau
3) apabila unggas dan aneka ternak telah memasuki masa afkir
dapat dijual untuk penggantian (replacement stock), sebelum
dijual Penerima Manfaat harus melaporkan rencana penjualan
kepada Dinas Daerah Kabupaten. Apabila dalam pemeliharaan
terjadi ternak itik hilang, maka Penerima Manfaat harus
melaporkan kepada Dinas Daerah Kabupaten dengan bukti
tertulis.
17

4) Ternak sakit
Jika ada unggas dan aneka ternak yang sakit, kelompok
tani/ternak (Penerima Manfaat) harus segera melaporkan ke
Dinas Daerah Kabupaten dan ditindakianjuti oleh petugas teknis
dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan.
5) Ternak mati
Ternak yang mati harus dilaporkan kepada Dokter Hewan Dinas
Daerah Kabupaten disertai foto ternak, pakan yang tersisa
dioptimalkan untuk unggas dan aneka ternak yang masih
dipelihara.

B. Kesehatan Unggas dan Aneka Ternak


Dalam pengembangbiakan unggas dan aneka ternak harus memperhatikan
aspek kesehatan hewan, antara lain pemberian vitamin dan mineral melalui
air minum atau pakan. Diberikan vaksinasi secara berkala untuk menjaga
kesehatan itik.
Dalam hal ditemukan adanya gejala penyakit segera melakukan tindakan
pencegahan dan selanjutnya melaporkan ke Dokter Hewan Dinas Daerah
Kabupaten untuk mendapatkan pengobatan secepatnya.

C. Hasil Samping
Hasil samping dan pengembangan itik berupa kotoran unggas dan aneka
ternak yang diproses menjadi pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat
melepaskan unsur hara lengkap sehingga dapat meningkatkan kandungan
nutrisi tanah pada komoditas pertanian.
18

BAB V
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN

Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka
Ternak Tahun Anggaran 2021 dilakukan sesuai mekanisme penyaluran
bantuan dalam Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran
2021, sebagai berikut:
A. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Biaya Pembuatan Kandang
1. Syarat-syarat pencairan:
a. SK Penetapan penerima manfaat;
b. Data Penerima manfaat;
c. Perjanjian Kerjasama Bantuan Pemerintah yang ditandatangani
antara PPK dengan Penerima Manfaat paling kurang memuat:
1) landasan hukum;
2) prinsip;
3) kesanggupan penerima manfaat;
4) sumber dan jumlah dana;
5) lokasi pekerjaan;
6) hak dan kewajiban;
7) jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
8) pembayaran dan pencairan;
9) adendum;
10) penyerahan hasil pekerjaan;
11) force majeure;
12) sanksi;
13) penyelesaian perselisihan;
14) lain-lain;
15) Penutup

B. Mekanisme Pencairan
1. Kelompok Penerima Manfaat membuat rekening bersama pada Bank
Pemerintah, yang percairannya harus mendapatkan persetujuan paling
sedikit kedua anggota;
2. Surat pernyataan tanggungjawab mutlak terkait penggunaan biaya
bantuan pembuatan kandang ditandatangani Ketua Kelompok di atas
meterai Rp. 10.000,-;
19

3. Biaya bantuan pembuatan kandang digunakan antara lain untuk bahan


pembuatan kandang, tempat pakan, tempat minum dan operasional
pembuatan kandang;
4. PPK akan mentransfer biaya bantuan kandang ke rekening penerima
manfaat setelah penandatangan perjanjian kerjasama;
5. Pencairan biaya bantuan pembuatan kandang dapat dilakukan secara
sekaligus atau bertahap;
6. Pencairan biaya bantuan pembuatan kandang dilakukan oleh penerima
manfaat dengan dilampiri bukti penerimaan; dan
7. Pencairan biaya bantuan pembuatan kandang kepada penerima manfaat
dapat dilakukan melalui mekanisme LS ke rekening penerima manfaat
atau UP.

C. Laporan Pertanggungjawaban
1. Penerima biaya bantuan kandang hams menyampaikan laporan
pertanggungjawaban bantuan kepada PPK setelah perkerjaan selesai
atau pada akhir tahun anggaran, meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1) Jumlah biaya awal, biaya yang
dipergunakan, dan sisa biaya;
2) Pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama;
dan
3) Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.
b. Foto/film hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.

2. Dalam hal terdapat sisa biaya sampai dengan akhir tahun anggaran
(31 Desember 2021), penerima manfaat harus menyampaikan bukti
surat setoran sisa biaya ke rekening kas negara kepada PPK sesuai
dengan Perjanjian Kerja Sama sebagai dokumen tambahan laporan
pertanggungjawaban bantuan.

3. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban bantuan, PPK melakukan


verifikasi atas laporan pertanggungjawaban.

4. PPK mengesahkan berita acara serah terima setelah hasil verifikasi


setelah sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama.
20

D. Mekanisme Penyaluran Bantuan


1. Penyaluran bantuan barang dilaksanakan dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. penyaluran bantuan pemerintah dalam bentuk barang dan/atau jasa
dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan pemberian bantuan yang
ditetapkan oleh PPK dan disahkan o1eh KPA;
b. pengadaan barang diutamakan melalui belanja di e-katalog atau
mekanisme lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
c. pengadaan bantuan barang dilaksanakan oleh satker pelaksana
kegiatan sesuai kebijakan yang ditetapkan Penanggungjawab
Program! Kegiatan;
d. mekanisme/tata cara pelaksanaannya mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 jo
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173 / PMK.05 / 2016 tentang
Perubahan PMK Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian Negara/Lembaga;
e. penyedia mengadakan bantuan sesuai dengan volume kontrak dan
spesifikasi teknis. Penyedia bertanggungjawab atas pelaksanaan
kontrak meliputi ketepatan kualitas barang, jenis, jumlah, waktu
penyerahan dan kelompok tani penerima sesuai SK PPK; dan
f. penginputan dokumen BAST pengadaan barang/jasa dan dokumen
pendukung banpem barang ke dalam sistem aplikasi BASTBANPEM
online Kementerian Pertanian menjadi tanggung jawab pihak
penyedia.

2. Pendistribusian
Pendistribusian ternak dan/atau pakan dilakukan oleh penyedia barang
sampai ke lokasi penerima kegiatan dengan memperhatikan antara lain:
a. lokasi kelompok/gabungan kelomopok yang telah ditetapkan; dan
b. diketahui oleh Tim Satker UPT/Dinas Daerah Provinsi dan/atau
Dinas Daerah Kabupaten.
21

BAB VI
PEMBIAYAAN

Pendanaan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun


Anggaran 2021 bersumber pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Satker Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Anggaran
2021.

Pendanaan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak selain


bersumber dan APBN, dapat berasal dan swadaya masyarakat, investasi
swasta, perbankan, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah,
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi / Kabupaten / Kota.

Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun


Anggaran 2021 merupakan stimulan untuk mengembangkan skala usaha.
Oleh karena itu penerima kegiatan diharapkan memberikan kontribusi dalam
rangka mendukung keberhasilan pengembangan ternak (pakan, kandang dan
alat peternakan).

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWALAN

Pembinaan dan pendampingan dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal


Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi dan Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota agar tujuan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka
Ternak Tahun Anggaran 2021 tercapai.

A. Pembinaan
Dalam Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran
2021, pembinaan dilakukan terhadap manajemen pemeliharaan, pakan,
kesehatan hewan, kesejahteraan hewan (kesrawan), dan kelembagaan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah
Provinsi dan Dinas Daerah Kabupaten/Kota agar tujuan Kegiatan
Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021 berjalan
dengan baik.
22

B. Pendampingan
Pendampingan selama pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Unggas dan
Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleb Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi dan Dinas
Daerah Kabupaten/ Kota, apabila diperlukan dapat melibatkan perguruan
tinggi dan asosiasi.

BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN

Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan dan hasilnya dapat dijadikan sebagai


bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya
serta untuk akuntabilitas publik. Keberhasilan kegiatan Pengembangan
Unggas dan Aneka Ternak dapat diukur dengan menggunakan:
A. Indikator Keluaran (Output)
Terdistribusikannya bantuan ternak unggas ash dan/atau lokal dan
aneka ternak Tahun Anggaran 2021 di kelompok dan UPTD penerima
yang telah ditetapkan.
a. Indikator Sasaran (Outcome) peningkatan populasi ternak unggas
ash dan/atau lokal dan aneka ternak di Kelompok/UPTD; dan
b. berkembangnya dinamika kelompok/anggota dalam kegiatan
Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran
2021.

B. Indikator Impact
a. meningkatnya jumlah rumah tangga peternakan; dan
b. meningkatnya usaha peternakan di lokasi penerima kegiatan.
23

BAB IX
SISTEM PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Sistem Pengendalian

Pengembangan Kegiatan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021


merupakan kegiatan strategis yang harus berjalan efisien, efektif dan tertib.
Untuk mencapai hal tersebut perlu disusun dokumen sistem pengendalian
internal (SPI) Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran
2021 yang memuat identifikasi resiko, analisa resiko, rencana pengendalian
risiko, informasi dan komunikasi serta rencana pemantauan pengendalian
risiko.

Sasaran dan penerapan pengendalian internal pada Pengembangan Unggas


dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021 adalah untuk memberikan
keyakinan memadai bagi tercapainya: target dan sasaran kegiatan,
pelaporan yang handal, penata laksanaan kegiatan yang tertib, ketaatan
pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Unggas Aneka Ternak Tahun
Anggaran 2021 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pimpinan Satuan Kerja sebagai pelaksana kegiatan beserta seluruh jajaran


dengan dikoordinasikan melalui Satuan Pelaksana Pengendalian Intern
(Satlak P1) harus menyusun dokumen pengeridalian intern terhadap setiap
tahapan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun
Anggaran 2021 agar dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan.

Hasil identifikasi risiko Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun


Anggaran 2021, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Kegiatan CPCL;
2. Pengadaan Barang/Jasa;
3. Distribusi Ternak Unggas dan Aneka Ternak; dan
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan Ternak Unggas dan Aneka Ternak.

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Proses pengendalian diatur sesuai dengan
peraturan perundangan-undarigan. Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat
titik kritis yang perlu dikendalikan yaitu:
24

1. Persiapan
a. Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan; dan
b. Tim Pelaksana kegiatan.
2. Pelaksanaan
a. Verifikasi dan penetapan Penerima Manfaat;
b. Proses pengadaan;
c. Proses pencairan anggaran;
d. Proses distribusi dan transportasi bantuan sampai ke lokasi bagi
Penerima Manfaat; dan
e. Proses pemeriksaan dan penerimaan bantuan di lokasi Penerima
Manfaat.

3. Monitoring dan Evaluasi


a. Monitoring pelaksanaan dan paska distribusi dalam tahun berjalan;
dan
b. Evaluasi pelaksanaan kegiatan.

B. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan
tahapan pelaksanaan kegiatan, yang dilakukan sebelum dimulai kegiatan
(ex-ante), sedang dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan
kegiatan (ex-post).
Monitoring pelaksanaan kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan untuk mengetahui realisasi fisik,
keuangan, administrasi, perkembangan bantuan dan kelembagaan
kelompok. Selain itu pemantauan dilakukan untuk mengetahui
hambatan/masalah yang dihadapi dan tindak lanjut pemecahan masalah.
Monitoring dilaksanakan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan
tahapan pelaksanaan kegiatan serta terkoordinasi mulai dan tingkat pusat,
UPT Pusat, Dinas Daerah Provinsi dan Dinas Daerah Kabupaten.
Evaluasi dilaksanakan dalam rangka menilai pelaksanaan kegiatan dan
hasilnya yang nantinya dijadikan masukan dalam rangka perbaikan
perencaan pelaksaan kegiatan selanjutnya. Evaluasi dilaksanakan secara
berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan yang dilakukan
sebelum dimulai kegiatan, sendang dilakukan kegiatan dan setelah
dilakukan kegiatan.
25

C. Pelaporan

Pelaporan dimaksudkan dalam menyediakan informasi tentang kemajuan


atau perkembangan pelaksanaan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun Anggaran 2021. Mekanisme pelaporan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Penerima Manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
setiap minggu kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota setiap 1
(satu) minggu seperti format 5;
2. Dinas Daerah Kabupaten merekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dan Penerima Manfaat untuk disampaikan kepada Kepala
Dinas Daerah Provinsi setiap 1 (satu) bulan tanggal 5 (lima) di bulan
berikutnya;
3. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dan Dinas Daerah Kabupaten untuk disampaikan kepada
Kepala Satker UPT dan Dinas Daerah setiap 1 (satu) bulan tanggal 10
(sepuluh) dibulan berikutnya; dan
4. Kepala UPT dan Dinas Daerah merekapitulasi seluruh laporan
perkembangan yang diterima dan Dinas Daerah Provinsi untuk
disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan dengan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
BABX
PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis Pengembanan Unggas dan Aneka Ternak Tahun


Anggaran 2021 disusun dengan harapan seluruh unsur pelaksana dan pihak
terkait dapat melaksariakan seluruh tahapan kegiatan secara baik dan benar
untuk mencapai tujuan dan keluaran sesuai dengan indikator kerja yang
ditetapkan,

DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

NASRULLAH
NIP. 196602231993031001
Format-i
Surat Kesanggupan

SURAT KESANGGUPAN

Yang bertanda tangan di bawah mi


Nama
Jabatan Kepala Dinas
Alamat
Dengan mi menyatakan, bahwa saya atas nama Dinas sanggup
dan bersedia:
i. Memberikan bimbingan teknis dan non teknis dan Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten / Kota dan stakholder terkait.
2. Melaporkan perkembangan populasi ternak ayam lokal/babi secara berkala
setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Dinas Provinsi dan Ditjen PKH;

Demikian surat pernyataan mi saya buat dengan sehenar-benarnya.

2021
Kepala Dinas

Materai Rp. 10.000,-


Format-2
Surat Kesanggupan

SURAT KESANGGUPAN

Yang bertanda tangan di bawah mi:


Nama
Jabatan Ketua Kelompok
Alamat

Dengan mi menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok penerima Kegiatan


Pengembangan Unggas dan Aneka Tahun 2021 sanggup dan bersedia:
1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan baik
secara komunal;
2. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dan stakholder terkait;
3. Sanggup dan mampu untuk memenuhi pakan secara kuantitas dan
kualitas;
4. Melakukan pencatatan dan pemberian identitas ternak;
5. Melaporkan perkembangan populasi ternak secara berkala setiap 1 (satu)
minggu sekali kepada Dinas Daerah Kabupaten/Kota/Provinsi dan Ditjen
PKH.

Demikian surat pernyataan mi saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila


dikemudian han saya dan anggo.ta melanggar hal-hal tersebut diatas, saya
bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2021
Kepala/ Ketua/ Pimpinan

Materai Rp. 10.000,-


Format -3
Satker Pelaksana dan Lokasi Kegiatan
Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun 2021

No Satker Pelaksana Lokasi Distribusi Ekor

8
Format -4
Contoh Surat Perjanjian

SURAT PERJANJIAN

ANTARA

DINAS
KABUPATEN / KOTA

DENGAN

Kepala/ Ketua/ Pimpinan

Pada han mi tanggal bulan tahun dua ribu dua


puluh satu, kami yang bertanda tangan dibawah mi:

1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KESATU

2. Nama
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Kornitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan perjanjian


terkait kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun 2021,
dengan ketentuan:

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.

Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN

1. Pemberian fasilitasi bantuan ternak dan Direktorat Jenderal Peternakan


dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian bertujuan untuk
meningkatkan jumlah populasi dan meningkatkan skala usaha peternak.
2. Ternak bantuan untuk dikembangbiakan oleh Kelompok

Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN

1. PIHAK KESATU mempunyai Hak dan Kewajiban:


A. Hak
a. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan secara berkala
maupun sewaktu-waktu untuk menjamin keberlangsungan
pemberian bantuan ternak
b. Meminta keterangan, tanggapan, dan penjelasan dan PIHAK KEDUA
terhadap hal-hal yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun 2021.
B. Kewajiban
a. Memberikan pembinaan kepada kelompok sesuai dengan
kewenangan dan ketersediaan anggaran
b. Memberikan pengawasan pelaksanaan kegiatan di kelompok sesuai
dengan kewenangan dan ketersediaan anggaran

2. PIHAKKEDUA
A. Hak:

Memanfaatkan fasilitasi bantuan sesuai dengan tujuan dan


peruntukannya.
B. Kewajiban:
1) Memelihara dan mengembangbiakan ternak dengan baik.
2) Mengelola aset sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Tidak memindahtangankan ternak bantuan kepada pihak lain.
4) Tidak menjaminkan atau menggadaikan ternak.
5) Tidak melakukan pemanfaatan bantuan selain sesuai tujuan dan
peruntukan.
6) Mengikuti bimbingan teknis dan arahan dan petugas Dinas dan
stakholder terkait.
7) Menyampaikan laporan perkembangan populasi ternak.

Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK

PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan


mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya dalam
rangka untuk pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun 2021 dan
Pihak pertama melakukan Pembinaan/Supervisi dan Pemantauan pada pihak
kedua

Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK

1. Apabila terdapat ternak yang majir, PIHAK KEDUA dapat melakukan


penggantian ternak yang dibuktikan dengan surat keterangan dan dokter
hewan atau petugas yang berwenang dan diketahui oleh Dinas
Kabupaten/ Kota/ Provinsi.
2. Proses penggantian ternak harus disampaikan/dilaporkan oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA baik sebelum maupun sesudah
penggantian ternak.
Pasal 6
PENGALIHAN

1. Apabila PIHAK KEDUA tidak mampu untuk melanjutkan pemeliharaan


ternak, maka membuat Surat Pernyataan Ketidaksanggupari Pemeliharaan
kepada PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK PERTAMA membuat berita acara pengembalian Hibah ternak dan
PIHAK KEDUA untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
3. Berdasarkan Berita Acara pengembalian hibah, selanjutnya PIHAK
PERTAMA dapat melakukan seleksi/CPCL untuk mendapatkan calon
pengganti yang bersedia memelihara dengan membuat Berita Acara
kesediaan dan Surat Perjanjian baru.

Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan

Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan

Pasal 9
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 10
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.

Pasal 11
PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama mi ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan


penuh kesadaran dan rasa tanggungjawab tanpa adanya paksaan dan
manapun. Tanda tangan kedua belah pihak diatas Materai 10.000 yang
masing-masing memegang surat perjanjian ash. dan foto copy/salman dibuat
rangkap 2 (dua) dan memiliki kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


Kepala/Ketua/Pimpinan.... Kepala Dinas.

NIP.
Format-5
Laporan Perkembangan Ternak

Laporan Perkembangan Ternak (Ayam Lokal)

Nama Kelompok
Kabupaten/Kota/Provinsi
Laporan Bulan ke

No. Nama Perkembangan Ternak (ekor) Kepemilikan Produksi Telur


Anggota Ternak Tiap (butir)
Kelompok Awal Menetas Mati Jual Akhir Anggota Ditetaskan Dijual
Jantan Betina
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Total

Pembina Teknis Kelompok Ketua Kelompok


Laporan Perkembangan Ternak (Babi)

Nama Kelompok
Kabupaten/ Kota/ Provinsi
Laporan Bulan ke

Nama Perkembangan Ternak (ekor) Kepemilikan Produksi Bibit (ekor)


Anggota Ternak Tiap
Awal Mati Jual Akhir Dikembangbiakkan Dijual
Kelompok Anggota
Jantan Betina

No.
2 3 4 6 7 8 9 10 11

Total

Pembina Teknis Kelompok Ketua Kelompok


LAMPIRAN VI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 1116 1/Kpts/PK.000/F/ 10/2020
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENYEDIAAN
BENIH DAN BIBIT TERNAK SERTA
PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK TAHUN
ANGGARAN 2021.

PETUNJUK TEKNIS PENGEMDANGAN ITIK DI LOKASI FOOD ESTATE


TAHUN ANGGARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan pangan akan
semakin meningkat. Namun demikian alih fungsi lahan pertanian terus
meningkat. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengoptimalkan
pemanfaatan lahan, salah satunya adalah lahan rawa yang mempunyai
potensi untuk dijadikan lahan yang produktif. Berdasarkan data dan
Direktorat Jenderal Tanaman. Pangan (Tahun 2018) potensi lahan rawa di
Indonesia begitu luas yaitu 33 juta hektar, sekitar 10,9 juta hektar dapat
dijadikan lahan yang produktif.
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki lahan
rawa yang luas. Pemerintah akan memanfaatkan lahan rawa di
Kalimantan Tengah untuk dijadikan area persawahan produktif demi
menopang ketahanan pangan domestik. Total lahan rawa yang bakal
digarap seluas 164.598 hektare (ha) yang tersebar di 11 kabupaten/kota,
sebanyak 85.456 hektar diantaranya akan dilakukan intensifikasi lahan
atau peningkatan produksi dan sawah yang sudah ada sebelumnya.
Intensifikasi dilakukan dengan menambah bantuan sarana produksi
pertanian yang digunakan petani setempat.
Pemerintah telah menetapkan Kalimantan Tengah menjadi lumbung
pangan atau food estate dalam rangka mengantisipasi dampak kekeringan
terhadap ketersediaan bahan pangan pokok. Pengembangan lahan rawa
sebagai lahan pangan masa kini dan masa depan dinilai sangat strategis
2

dan prospektif dalam menopang ketahanan pangan, apalagi saat mi


kontribusi lahan rawa pada pangsa produksi pangan nasional masih
rendah. Pengembangan kawasan tanaman pangan skala luas (food estate)
di lahan rawa Kalimantan Tengah merupakan terobosan peningkatan
produksi pangan, bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan
pangan serta perubahan iklim. Pengembangan Kawasan Food Estate
Berbasis Korporasi Petani di Lahan Rawa Kalimantan Tengah juga
memiliki keunggulan komparatif, seperti potensi sumberdaya lahan yang
sesuai cukup luas, sumberdaya air dan iklim yang sesuai, serta modal
sosial budaya yang mendukung.
Secara bertahap pengembangan kawasan food estate pada tahun 2021
akan dilakukan di lahan sawah eksistirig seluas sekitar 30.000 ha, yaitu
berada di Kabupaten Pulang Pisau 10.000 ha dan Kabupaten Kapuas
20.000 ha, baik yang berada di eks PLG maupun di luar PLG.
Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Food Estate Berbasis
Koorporasi Petani di Lahan Rawa Kalimantan Tengah telah ditetapkan.
Pelaksanaan pengembangan Food Estate mi bersifat lintas eselon I
Kementerian Pertanian, salah satunya Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan. Berdasarkan kesesuaian lahan, maka komoditas
peternakan yang potensial untuk dikembangkan secara komersil di lahan
mi adalah ternak itik.
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan Juncto Undang Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam Pasal 32 mengamanatkan
bahwa (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengupayakan agar
sebanyak mungkin warga masyarakat menyelenggarakan budidaya ternak
yang baik; (2) Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan
membina pengembangan budidaya yang dilakukan oleh peternak dan
pihak tertentu yang mempunyai kepentingan khusus; dan (3) Pemerintah
dan pemerintah daerah membina dan memberikan fasilitas untuk
pertumbuhan dan perkembangan koperasi dan badan usaha di bidang
peternakan.
3

Ternak itik memiliki kelebihan dalam hal sikius produksi yang cepat dan
pangsa pasar yang besar. Namun demikian, usaha budidaya ternak itik
lokal umumnya masih dikelola secara tradisional dengan skala usaha
kecil. Untuk itu kawasan FE Kalteng dapat dikembangkan dan diperkuat
melalui pembentukan korporasi peternak, sehingga kegiatan budidaya itik
tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan ekonomi peternak.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Petunjuk teknis mi dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan
Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021.
2. Tujuan
Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021, bertujuan untuk:
a. meningkatkan populasi itik di lokasi lahan rawa (padi);
b. menyediakan sumber bahan pangan hewani;
c. meningkatkan jumlah rumah tangga peternak; dan
d. memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya genetik itik lokal
dan/atau persilangan.

C. Sasaran
Kelompok peternak itik di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas,
Kalimantan Tengah.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksana meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate;
5. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup.
4

E. Pengertian
Dalam Petunjuk Pelaksanaan mi yang dimaksud dengan:
1. Rumpun adalah segolongan hewan dan suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotip yang khas dan dapat diwariskan pada
keturunannya.
2. Penerima Manfaat adalah Kelompok Tani/Kelompok
Peternak/Gapoktan yang melaksanakan fungsi pengembangan
ruminansia perah yang ditetapkan untuk menerima manfaat bantuan
3. Peternak adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
4. Kelompok Tani/Kelompok Peternak adalah gabungan anggota
masyarakat yang melakukan usaha ternak yang tumbuh berdasarkan
keakraban untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
5. Penerima Manfaat adalah Kelompok Tani/Kelompok Ternak/
Gabungan Kelompok Tani/ Gabungan Kelompok Ternak.
6. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi dibidang peternakan dan kesehatan hewan.
8. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat adalah unit pelaksana pengadaan
ternak bantuan.
9. Dinas Daerah Provinsia dalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan
hewan.
10. Dinas Daerah Kabupaten adalah perangkat daerah kabupaten yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan
hewan.
11. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
12. Tim BPTU-HPT adalah kelompok kerja dan BPTU-HPT Pelaihari
dan/atau dapat melibatkan unsur Iainnya yang ditetapkan oleh
Kepala UPT.
5

13. Tim Provinsi adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas Daerah, Badan,
Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di provinsi yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di provinsi.
14. Tim Kabupaten adalah tim atas unsur Dinas Daerah, Badan, Kantor
Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan kesehatan
hewan dan/atau instansi terkait lainnya di Kabupaten yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di Kabupaten.

BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

Dalam rangka kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun


Anggaran 2021 diperlukan persiapan dan pelaksanaan yaitu meliputi:
1. Waktu pelaksanaan;
2. Calon Penerima/Calon Lokasi (OP/CL);
3. Kriteria Lokasi dan penerima manfaat;
4. Jenis, kualifikasi dan spesifikasi tekriis;
5. Pelaksanaan;
6. Pengadaan barang/jasa; dan
7. Hibah.

A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021
dilaksanakan:
N Bulan
Uraian Kegiatan
o 1011 121234567891011 12
1 Persiapan
Penyusunan SK
2 Tim Food Estate
PKH
Penyusunan
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
6

5 Verifikasi CF/CL
Bimbingan
6
Teknis
7 Pengadaan
agroinput
8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
1
0 Pelaporan

B. Calon Penerima (CP)/Calon Lokasi (CL)


Calon penerima dan calon lokasi Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi
Food Estate Tahun Anggaran 2021 yaitu Kelompok/Gabungan Kelompok
Tani/Kelompok Peternak. Lokasi Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi
Food Estate Tahun Anggaran 2021 di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten
Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.

C. Kriteria Lokasi dan Penerima Manfaat


1. Kriteria lokasi Penerima Manfaat Kegiatan Pengembangan Itik di lokasi
Food Estate Tahun Anggaran 2021 yaitu:
a. aspek kesesuaian lahan, dan/atau kondisi eksisting budidaya di
lokasi yang akan dikembangkan;
b. status lahan Clear dan Clean serta tidak dalam sengketa. Lahan
yang digunakan untuk pengembangan itik merupakan lahan milik
kelompok atau pribadi yang digunakan untuk kelompok dan
dibuktikan dengan surat pernyataan;
c. lokasi tidak sedang atau direncanakan (dalam tahun yang sama)
melaksanakan/menerima kegiatan sejenis dan Pemerintah Daerah
maupun Pemerintah Pusat;
d. tidak ada ganti mgi lahan terhadap lokasi yang akan
dikembangkan; dan
e. daerah tidak sedang terjadi wabah penyakit hewan menular
strategis pada unggas.
7

2. Kriteria Penerima Manfaat


a. petani/peternak yang aktif berusaha ternak dan tergabung dalam
Kelompok Tani/ Kelompok Ternak/ Gabungan Kelompok
Tani/Gabungan Kelompok Ternak;
b. calon Penerima Manfaat diusulkan secara berjenjang oleh petugas
lapangan/penyuluh/KCD, dan/atau pembina kelompok masyarakat
lainnya dan disetujui oleh Kepala Dinas Daerah Kabupaten
setempat;
c. calon Penerima Manfaat tidak sedang menerima bantuan yang
sejenis dan sumber lain pada tahun yang sama;
d. calon Penerima Manfaat bersedia memenuhi kewajiban kelengkapan
dministrasi dan mengarsipkannya, serta melaporkan
pertanggungjawaban penggunaan dan hasil bantuan sesuai aturan
yang berlaku;
e. calon Penerima Manfaat bersedia menambahkan biaya produksi
secara swadaya atau mencari bantuan dan sumber lain untuk
memastikan keberhasilan usaha budidaya karena bantuan
pemerintah bersifat sebagai stimulan;
f. bersedia melakukan usaha budidaya yang terkoordinasi dalam satu
manaj emen;
g. calon Penerima Manfaat secara mandiri atau bekerjasama dengan
kelompok tani lainnya dan bersedia melakukan pengelolaan
agrokiaster Food Estate di lokasi kegiatan;
h. calon Penerima Manfaat bersedia/sanggup melaksanakan kegiatan
sesuai ketentuan dalam Petunjuk Pelaksanaan dan ketentuan
lainnya yang telah disepakati (Format-i);
i. kelompok Tani/Kelompok Ternak/Gabungan Kelompok Tani/
Gabungan Kelompok Ternak telah disahkan oleh Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten;

j. calon Penerima Manfaat bersedia menyediakan lahan dan tidak


menuntut ganti mgi lahan untuk keperluan kelompok tani ternak;
k. calon Penerima Manfaat diutamakan yang telah berpengalaman
beternak itik;
1. memiliki struktur organisasi, kelengkapan administrasi dan
beranggotakan paling kurang 10 orang;
m. memiliki akses sumber pakan dan sumber air sesuai kebutuhan
ternak; dan
n. memiliki akses derigan pelayanan kesehatan hewan.
8

D. Jenis, Kualifikasi dan Spesifikasi Teknis


1. Jenis Bantuan
Bantuan berupa ternak, pakan, bantuan pembuatan kandang,
vitamin/obat-obatan, bimbingan teknis dan pendampingan.
2. Kualifikasi dan Spesifikasi
Bantuan Pemerintah dalam Kegiatan Pengembangan itik di lokasi Food
Estate Tahun Anggaran 2021 diberikan kepada Penerima Manfaat
antara lain dalam bentuk:
a. ternak
Jenis ternak yang dikembangkan dalam Kegiatan Pengembangan
itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 berupa itik lokal
dan/atau persilangan, dengan spesifikasi:
1) Rumpun yang dikembangkan adalah rumpun itik lokal dan/atau
persilangan jenis petelur;
2) Itik petelur umur minimal 4 bulan dibuktikan dengan surat
keterangan dan breeding dan/atau unit usaha pembesaran itik.
Dalam surat keterangan tersebut dilengkapi surat tanggal
setting telur dan menetas;
3) Telah divaksin Al H5N1 di breeding farm dan/atau di peternak
pembesaran yang dibuktikan dengan surat keterangan petugas
kesehatan hewan Kabupaten asal;
4) Telah dilakukan pengambilan sampel dan uji titer antibodi
terhadap Al oleh laboratorium BB-Vet/B-Vet, laboratorium UPTD
atau swasta yang terakreditasi;
5) Penyedia melampirkan hasil uji titer antibodi Al yang
dikeluarkan oleh BB-Vet/B-Vet, laboratorium UPTD atau swasta
yang terakreditasi; dan
6) Memiliki sertifikat veteriner/SKKH yang diterbitkan Kabupaten
asal.
b. Pakan
1) Menggunakan pakan itik petelur sesuai SNI;
2) Pakan komplit pabrikan untuk itik petelur;
3) Memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP) yang masih berlaku;
dan
4) Pada kemasan dituliskan "Pakan Bantuan Pengembangan Itik
Kementan 2021 Tidak Untuk Diperjual belikan", ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital dan diberi warna merah.
9

c. Kandang
1) Kandang cukup untuk menampung itik dewasa dengan
kepadatan 5-6 ekor/m2;
2) Model kandang itik petelur berbentuk panggung;
3) Kandang memiliki alas, dinding dan atap, serta sirkulasi udara
yang baik dan memudal-ikan proses produksi, pembersihan,
pemberian pakan serta penanganan kesehatan hewan;
4) Dilengkapi dengan tempat pakan dan minum;
5) Menggunakan bahan lokal yang kuat dan mudah didapatkan;
dan
6) Pemeliharaan budidaya ternak itik dilakukan secara intensif dan
komunal.

E. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pengembangan itik di lokasi Food Estate tahun
anggaran 2021 dilakukan sebagai berikut:
1. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021
dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan
Penerima Manfaat serta stakeholder terkait.
Sosialisasi dilaksanakan secara langsung melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Ditjen PKH, Dinas Daerah provinsi,
dan Dinas Daerah Kabupaten, sedangkan secara tidak langsung
dilaksanakan melalui bahan publikasi.
2. Pelaksanaan CP/CL dan Verifikasi Penerima Manfaat
Tahapan pelaksanaan CP/CL dan verifikasi Penerima Manfaat
kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021 sebagai berikut:
a. Kelompok tani/ternak yang memenuhi kriteria CP/CL
mengusulkan permohonan bantuan pemerintah kepada Dinas
Daerah Kabupaten melalui BPP dengan persyaratan dan
memuat informasi yang lengkap, di antaranya: identitas ketua,
anggota kelompok tani/ternak disertai NIK, alamat jelas, usulan
bantuan (ternak dan sapronak), nomor rekening dan informasi
lain yang dibutuhkan.
10

b. Kepala Dinas Daerah Kabupaten melakukan verifikasi


kebenaran usulan meliputi kesesuaian dengan kriteria dan
kebenaran usulan OP/CL dan BPP/Penyuluh. Hash verifikasi
usulan yang telah memenuhi syarat ditetapkan dalam bentuk
SK OP/CL oleh Kepala Dinas Daerah Kabupaten, selanjutnya
diusulkan kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi.
c. Kepala Dinas Daerah Provinsi melakukan verifikasi atas usulan
SK CP/CL dan Dinas Daerah Kabupaten. Apabila disetujui,
Kepala Dinas Daerah Provinsi membuat Surat Persetujuan
dengan lampiran SK OP/CL dan Dinas Daerah Kabupaten.
d. Surat Persetujuan OP/CL dan Kepala Dinas Daerah Provinsi
beserta lampiranriya disampaikan kepada Satker Pelaksana, dan
selanjutnya dilakukan verifikasi dan seleksi kelayakan OP/CL,
selanjutnya PPK menetapkan Surat Keputusan Penerima
Manfaat yang disahkan oleh KPA.
e. SK Penerima Manfaatsekurang-kurangnya memuat: (a) Identitas
Penerima Manfaat: Nama Kelompok Tani/Ternak, Nama Ketua
Kelompok Tani, Nomor Induk Kependudukan (NIK)/KTP; (b)
Jenis dan jumlah bantuan; (c) Nomor rekening.
f. Dinas Daerah Provinsi dan Kabupaten bertanggungjawab
terhadap kebenaran OP/CL, luas lahan serta identitas Penerima
Manfaat Pemerintah.
g. Realokasi atau perubahan Penerima Manfaat dapat dilakukan
dengan justifikasi dan bukti yang dapat diterima. Realokasi atau
perubahan Penerima Manfaat diusulkan melalui mekanisme
seperti halnya usulan awal dengan mencantumkan alasan
dilakukannya realokasi atau perubahan.
h. Persetujuan realokasi atau perubahan Penerima Manfaat
ditetapkan melalui revisi Surat Keputusan PPK yang disahkan
oleh KPA dan selanjutnya dituangkan dalam ralat SK Penetapan
Penerima Manfaat.

F. Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Pengembangan Itik di lokasi
Food Estate Tahun Anggaran 2021, dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
11

G. Hibah
Hasil pengadaan barang/jasa dalam Pengembangan Itik di lokasi Food
Estate Tahun Anggaran 2021, dihibahkan kepada Penerima Manfaat
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai hibah. dan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan kelompok penerima manfaat.
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak,
pengalihan bantuan bagi yang tidak mampu melanjutkan
pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh SP sesuai Format-2.

BAB III
PENGORGANISASIAN

Kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021


dilaksanakan secara terkoordinasi dan tingkat pusat, provinsi, kabupaten
sampai dengan kelompok Penerima Manfaat. Dalam pelaksanaan kegiatan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menunjuk Kepala
BPTU-HPT Pelaihari selaku pelaksana kegiatan Food Estates esuai dengan
tugas dan fungsinya dalam hal pengembangan, penyebaran dan distribusi bibit
ternak unggul serta untuk memudahkan koordinasi dan pemantauan lokasi
Food Estate yang berdekatan dengan BPTU-HPT Pelaihari.
Oleh karena itu dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaannya, perlu
pembentukan tim untuk memperjelas tugas dan fungsi masing-masing sebagai
berikut:
A. Pusat
Pusat terdiri dan Tim Pusat (Direktorat Jenderal Peternakan) dan Satker
UPT.
1. Tim Pusat
Tim Pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
a. melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas Daerah
provinsi/kabupaten/kota dan stakeholder terkait lainnya; dan
12

b. melaksanakan bimbingan teknis bersama dengan BPTU-HPT


Pelaihari, Dinas Daerah Provinsi dan Dinas Daerah Kabupaten
kepada kelompok Penerima Manfaat;
c. melakukan pengendalian, pembinaan, pemantauan dan evaluasi
pada tahun berjalan.

2. Tim BPTU-HPT Pelaihari ditetapkan oleh kepala BPTU-HPT Pelaihari,


yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
a. melakukan koordinasi dengan Tim Pusat, Tim Provinsi, Tim
Kabupaten dan stakeholder lainnya;
b. melaksanakan verifikasi calon penerima dan calon lokasi Penerima
Manfaat;
c. melaksanakan pengadaan ternak itik;
d. melaksanakan bimbingan teknis bersama dengan Dinas Daerah
provinsi dan kabupateri kepada kelompok Penerima Manfaat; dan
e. melakukan monitoring dan evaluasi pada tahun berjalan.

B. Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi, yang
mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat dan Tim Kabupaten yang menangani
fungsi teknis peternakan;
2. Melakukan sosialisasi kegiatan ke Dinas Daerah Kabupaten dan
stakeholder lainnya;
3. Melakukan verifikasi calon Penerima Manfaat bersama dengan Tim
Pusat/ Tim BPTU-HPT Pelaihari dan Tim Kabupaten;
4. Melakukan pengendalian, pembinaan dan pemantauan serta
pelaksanaan kegiatan; dan
5. Membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan kepada
Kepala BPTU-HPT Pelaihari.

C. Kabupaten/Kota
Tim Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah
kabupaten/kota, yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat dan Tim Dinas Provinsi;
13

2. Mengusulkan dan menyeleksi calon penerima calon lokasi (CPCL)


bantuan;
3. Mendampingi Tim Pusat/Tim Provinsi melakukan verifikasi kelompok
Penerima Manfaat;
4. Melakukan pembinaan, pengendalian, pendampingan dan pemantauan
serta pelaksanaan kegiatan; dan
5. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada tahun
berjalan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi.

D. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK satker pelaksana kegiatan dan
memiliki tugas sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengelolaan pemeliharaan dan pengembang biakan
ternak itik;
2. Melakukan administrasi secara tertib;
3. Melaporkan perkembangan populasi ternak secara berkala kepada
Kepala Dinas Daerah Kabupaten;
4. Mengikuti pembinaan dan Pusat/BPTU-HPT Pelaihari/Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten dan Stakeholder lain; dan
5. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan BPTU-HPT
Pelaihari/Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten.
14

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN FOOD ESTATE

Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate dilakukan dengan


peningkatan populasi dan peningkatan mutu genetik.
A. Peningkatan Populasi
Peningkatan populasi memperhatikan aspek teknis pemeliharaan ternak
yang meliputi pola pengembangan, pola pemeliharaan, pemberian pakan,
pelayanan kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan, antara lain:
1. Pengembangan Itik
Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate
Tahun Anggaran 2021 merupakan stimulan untuk meningkatkan
populasi di lokasi kegiatan. Oleh karena itu, Penerima Manfaat
diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka mendukung
keberhasilan pengembangan Ternak (pakan, obat, kandang dan alat
peternakan).
a. masa pemeliharaan
Ternak dipelihara oleh Penerima Manfaat sampai masa afkir, dalam
ha! masa pemeliharaan telah menghasilkan telur, sebagai berikut:
1) ditetaskan untuk dikembangkan untuk peningkatan populasi
itik.
2) dapat dijual setelah melalui proses pengolahan untuk
peningkatan nilai tambah dan pendapatan Penerima Manfaat
atau sebagai biaya pemeliharaan itik dalam pengembangbiakan;
atau
Apabila itik telah memasuki masa afkir dapat dijual untuk
penggantian (replacement stock), sebelum dijual Penerima Manfaat
harus melaporkan rencana penjualan kepada Dinas Daerah
Kabupaten. Apabila dalam pemeliharaan terjadi ternak itik hilang,
maka Penerima Manfaat harus melaporkan kepada Dinas Daerah
Kabupaten dengan bukti tertulis.
15

b. Ternak sakit
Jika ada itik yang sakit, kelompok tani/ternak (Penerima Manfaat)
harus segera melaporkan ke Dinas Daerah Kabupaten dan
ditindakianjuti oleh petugas teknis dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan.

c. Ternak mati
Ternak yang mati harus dilaporkan kepada Dokter Hewan Dinas
Daerah Kabupaten disertai foto ternak, pakan yang tersisa
dioptimalkan untuk itik yang masih dipelihara.

B. Kesehatan Itik
Dalam pengembangbiakan itik hams memperhatikan aspek kesehatan
hewan, antara lain pemberian vitamin dan mineral melalui air minum atau
pakan. Diberikan vaksinasi secara berkala untuk menjaga kesehatan itik.
Dalam hal ditemukan adanya gejala penyakit segera melakukan tindakan
pencegahan dan selanjutnya melaporkan ke Dokter Hewan Dinas Daerah
Kabupaten untuk mendapatkan pengobatan secepatnya.

C. Hasil Samping
Hasil samping dan pengembangan itik berupa kotoran itik yang diproses
menjadi pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat melepaskan unsur
hara lengkap sehingga dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah pada
komoditas utama yakni padi dan jagung.
16

BAB V
MEKANISME PENCAIRAN DAN PENYALURAN BANTUAN

Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Food Estate Tahun 2021 dilakukan
sesuai mekanisme penyaluran bantuan dalam Pengembangan Itik di lokasi
Food Estate Tahun Anggaran 2021, sebagai berikut:
A. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Biaya Pembuatan Kandang
1. Syarat-syarat pencairan:
a. SK Penetapan penerima manfaat;
b. data Penerima manfaat;
c. perjanjian kerjasama bantuan pemerintah yang ditandatangani
antara PPK dengan Penerima Manfaat paling kurang memuat:
1) Landasan Hukum;
2) Prinsip;
3) Kesanggupan penerima manfaat;
4) Sumber dan jumlah dana;
5) Lokasi Pekerjaan;
6) Hak dan Kewajiban;
7) Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
8) Pembayaran dan pencairan;
9) Adendum;
10) Penyerahan hasil pekerjaan;
11) Force Majeure;
12) Sanksi;
13) Penyelesaian perselisihan;

14) Lain-lain; dan


15) Penutup.

B. Mekanisme Pencairan
1. Kelompok Penerima Manfaät membuat rekening bersama pada Bank
Pemerintah, yang percairannya harus mendapatkan persetujuan paling

sedikit kedua anggota;


2. Surat pernyataan tanggungjawab mutlak terkait penggunaan biaya
bantuan pembuatan karidang ditandatangani Ketua Kelompok di atas
meterai Rp. 10.000,-.
17

3. Biaya bantuan pembuatan kandang digunakan antara lain untuk bahan


pembuatan kandang, tempat pakan, tempat minum dan operasional
pembuatan kandang;
4. PPK akan mentransfer biaya bantuan kandang ke rekening penerima
manfaat setelah penandatangan perjanjian kerjasama;
5. Pencairan biaya bantuan pembuatan kandang dapat dilakukan secara
sekaligus atau bertahap;
6. Pencairan biaya bantuan pembuatan kandang dilakukan oleh penerima
manfaat dengan dilampiri bukti penerimaan;
7. Pencairan biaya bantuan pembuatan kandang kepada penerima manfaat
dapat dilakukan melalui mekanisme LS ke rekening penerima manfaat
atau UP.

C. Laporan Pertanggungjawaban
1. Penerima biaya bantuan kandang harus menyampaikan laporan
pertanggungjawabari bantuan kepada PPK setelah perkerjaan selesai
atau pada akhir tahun anggaran, meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1) Jumlah biaya awal, biaya yang
dipergunakan, dan sisa biaya;
2) Pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama;
dan
3) Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.
b. Foto/film hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.

2. Dalam hal terdapat sisa biaya sampai dengan akhir tahun anggaran (31
Desember 2021), penerima manfaat harus menyampaikan bukti surat
setoran sisa biaya ke rekening kas negara kepada PPK sesuai dengan
perjanjian kerja sama sebagai dokumen tambahan laporan
pertanggungjawaban bantuan.

3. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban bantuan, PPK melakukan


verifikasi atas laporan pertanggungjawaban.

4. PPK mengesahkan berita acara serah terima setelah hasil verifikasi


setelah sesuai dengan perjanjian kerja sama.
18

D. Mekanisme Penyaluran Bantuan


1. Penyaluran bantuan barang dilaksanakan dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. penyaluran bantuan pemerintah dalam bentuk barang dan/atau jasa
dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan pemberian bantuan yang
ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA;
b. pengadaan barang diutamakan melalui belanja di e-katalog atau
mekanisme lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
c. pengadaan bantuan barang dilaksanakan oleh satker pelaksana
kegiatan sesuai kebijakan yang ditetapkan Penanggungjawab
Program/ Kegiatan;
d. mekanisme/tata cara pelaksanaannya mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 Jo
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173 / PMK.05 / 2016 tentang
Perubahan PMK Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian Negara/Lembaga;
e. penyedia mengadakan bantuan sesuai dengan volume kontrak dan
spesifikasi teknis. Penyedia bertanggungjawab atas pelaksanaan
kontrak meliputi ketepatan kualitas barang, jenis, jumlah, waktu
penyerahan dan kelompok tani penerima sesuai SK PPK; dan
f. penginputan dokumen BAST pengadaan barang/jasa dan dokumen
pendukung banpem barang ke dalam sistem aplikasi BASTBANPEM
online Kementerian Pertanian menjadi tanggung jawab pihak
penyedia.

2. Pendistribusian
Pendistribusian Ternak dan/atau Pakan dilakukan oleh penyedia barang
sampai ke lokasi penerima kegiatan dengan memperhatikan antara lain:
a. lokasi kelompok/Gabungan Kelomopok yang telah ditetapkan; dan
b. diketahui oleh Tim Satker UPT/Dinas Daerah provinsi dan/atau
Dinas Daerah kabupaten.
19

BAB VI
PEMBIAYAAN

Pendanaan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021


dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang digunakan antara lain
untuk:
a. pengadaan ternak itik;
b. pengadaan pakan;
c. bantuan bahan pembuatan kandang;
d. obat-obatan dan vitamin;
e. bimbingan teknis; dan
f. operasional.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

Pembinaan dan pendampingan dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal


Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi dan Dinas Daerah
Kabupaten/Kota agar tujuan Kegiatan Pengembangan Itik Di Lokasi Food
Estate Tahun Anggaran 2021 tercapai.

A. Pembinaan
Dalam Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021, pembinaan dilakukan terhadap teknis budidaya, manajemen
pemeliharaan, pakan, kesehatan hewan, kesejahteraan hewan (kesrawan),
dan kelembagaan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Dinas Daerah Provins'i dan Dinas Daerah Kabupaten/kota agar
tujuan Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021 berjalan dengan baik.
B. Pendampingan
Pendampingan selama pelaksanaan Program dan Kegiatan Pengembangan
Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah
20

Provinsi dan Dinas Daerah Kabupaten/Kota, apabila diperlukan dapat


melibatkan perguruan tinggi dan asosiasi.
BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN

Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan dan hasilnya dapat dijadikan sebagai


bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya
serta untuk akuntabilitas publik. Keberhasilan kegiatan Pengembangan Itik
di Lokasi Food EstateTahun Anggaran 2021 dapat diukur dengan
menggunakan:
A. Out Put
Terdistribusikannya bantuan ternak itik sebanyak 500.000 ekor pada
Lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 di Kelompok/Gabungan
Kelompok Tani/Kelompok Peternak yang telah ditetapkan.
B. Out Come
1. Peningkatan populasi dan produksi ternak itik di
kelompok/gabungan kelompok tani/ternak;
2. Peningkatan pendapatan penerima manfaat;

BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pengendalian Internal
Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 merupakan
kegiatan strategis yang harus berjalan efisien, efektif dan tertib. Untuk
mencapai hal tersebut perlu disusun dokumen sistem pengendalian internal
(SPI) Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 yang
memuat identifikasi resiko, analisa resiko, rencana pengendalian risiko,
informasi dan komunikasi serta rencana pemantauan pengendalian risiko.

Sasaran dan penerapan pengendalian internal pada Pengembangan Itik di


lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 adalah untuk memberikan
keyakinan memadai bagi tercapainya: target dan sasaran kegiatan,
pelaporan yang handal, penata laksanaan kegiatan yang tertib, ketaatan
21

pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun


Anggaran 2021 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pimpinan Satuan Kerja sebagai pelaksana kegiatan beserta seluruh jajaran
dengan dikoordinasikan melalui Satuan Pelaksana Pengendalian Intern
(Satlak P1) hams menyusun dokumen pengendalian intern terhadap setiap
tahapan Kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran
202 lagar dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan.

Hasil identifikasi risiko Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun


Anggaran 2021, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Kegiatan CP/CL;
2. Pengadaan Barang/Jasa;
3. Distribusi Itik; dan
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan Itik.

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Proses pengendalian diatur sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan. Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat
titik kritis yang perlu dikendalikan yaitu:
1. Persiapan
a. sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan; dan
b. tim pelaksana kegiatan.
2. Pelaksanaan
a. verifikasi dan penetapan penerima manfaat;
b. proses pengadaan;
C. proses pencairan anggaran;
d. proses distribusi dan transportasi bantuan sampai ke lokasi titik
bagi penerima manfaat; dan
e. proses pemeriksaan dan penerimaan bantuan di lokasi penerima
manfaat.

B. Monitoring dan Evaluasi


Pemantauan dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan
tahapan pelaksanaan kegiatan, yang dilakukan sebelum dimulai kegiatan
22

(ex-ante),sedang dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan


kegiatan (ex-post).
Pemantauan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate
Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan untuk mengetahui realisasi fisik,
keuangan, administrasi, perkembangan bantuan dan kelembagaan
kelompok. Selain itu pemantauan dilakukan untuk mengetahui
hambatan/masalah yang dihadapi dan tindak lanjut pemecahan masalah.
Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan
tahapan pelaksanaan kegiatan serta terkoordinasi mulai dan tingkat pusat,
BPTU-HPT Pelaihari, Dinas Daerah Provinsi dan Dinas Daerah Kabupaten.
Evaluasi dilaksanakan dalam rangka menilai pelaksanaan kegiatan dan
hasilnya yang nantinya dijadikan masukan dalam rangka perbaikan
perencaan pelaksaan kegiatan selanjutnya. Evaluasi dilaksanakan secara
berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan yang dilakukan
sebelum dimulai kegiatan, sendang dilakukan kegiatan dan setelah
dilakukan kegiatan.

C. Pelaporan
Pelaporan dimaksudkan dalam menyediakan informasi tentang kemajuan
atau perkembangan pelaksanaan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate
Tahun Anggaran 2021. Mekanisme pelaporan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Penerima manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
setiap minggu kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten seperti Format 3.
2. Dinas Daerah Kabupaten merekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dan Penerima Manfaat untuk disampaikan kepada Kepala
Dinas Daerah Provinsi setiap 1 (satu) bulan selambatnya tanggal 5 (lima)
bulan berikutnya.
3. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dan Dinas Daerah Kabupaten untuk disampaikan kepada
Kepala BPTU-HPT Pelaihari setiap 1 (satu) bulan selambatnya tanggal 15
bulan berikutnya.
4. Kepala BPTU-HPT Pelaihari merekapitulasi seluruh laporan

perkembangan yang diterima dan Dinas Daerah Provinsi untuk


disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan setiap 3 (tiga) bulan.
BABX
PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis Pengembangan Itik di Lokasi Food Est&e Tahun


Anggaran 2021 mi disu sun untuk menjadi acuan oleh seluruh unsur
pelaksana dan pihak terkait dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan,
agar pelaksanaan kegiatan dapat berjaian secara baik dan benar guna
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

DIREKTIJR JENDERAL
PETERNAKANDAN KESEHATAN HEWAN,

,'NASRULLAH (
NIP. 196602231993031001
Format-i Surat Kesanggupan Kelompok

SURAT KESANGOUPAN KELOMPOK

Yang bertanda tangan dibawah mi:


Nama
Jabatan Ketua Kelompok
Alamat
Dengan mi menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok penerima bantuan
Tahun 2020 sanggup dan bersedia:
1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan baik
secara komunal atau menyesuaikan kondisi setempat;
2. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan Dinas
Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
3. Melakukan pencatatan/rekording;
4. Memanfaatkan limbah peternakan untuk memberikan nilai tambah;
5. Melaporkan perkembangan kegiatan dan perkembangan populasi ternak
secara berkala setiap minggu kepada Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota.
Demikian surat pernyataan mi saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila di
kemudian han saya dan anggota kelompok melanggar hal-hal tersebut diatas,
saya bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2020
Ketua kelompok

Materai Rp. 10.000,-

( )
Format -2
Contoh Surat Perjanjian

SURAT PERJANJIAN

ANTARA

DINAS
KABUPATEN/ KOTA

DENGAN

Kepala/Ketua/ Pimpinan

Pada han mi tanggal bulan tahun dua ribu dua


puluh satu, kami yang bertanda tangan dibawah mi:

1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KESATU

2. Nama
Jabatan
Alamat

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun
Anggaran 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan perjanjian


terkait kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021, dengan ketentuan:

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.

Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN

1. Pemberian fasilitasi bantuan ternak dan Direktorat Jenderal Peternakan


dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian bertujuan untuk
meningkatkan jumlah populasi dan meningkatkan skala usaha peternak.
2. Ternak bantuan untuk dikembangbiakan oleh Kelompok

Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN

1. PIHAK KESATU mempunyai Hak dan Kewajiban:


A. Hak
a. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan secara berkala
maupun sewaktu-waktu untuk menjamin keberlangsungan
pemberian bantuan ternak
b. Meminta keterangan, tanggapan, dan penjelasan dan PIHAK KEDUA
terhadap hal-hal yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021.
B. Kewajiban
a. Memberikan pembinaan kepada kelompok sesuai dengan
kewenangan dan ketersediaan anggaran
b. Memberikan pengawasan pelaksanaan kegiatan di kelompok sesuai
dengan kewenangan dan ketersediaan anggaran

2. PIHAK KEDUA
A. Hak:
Memanfaatkan fasilitasi bantuan sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya.
B. Kewajiban:
1) Memelihara dan mengembangbiakan ternak dengan baik.
2) Mengelola aset sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Tidak memindahtangankan ternak bantuan kepada pihak lain.
4) Tidak menjaminkan atau menggadaikan ternak.
5) Tidak melakukan pemanfaatan bantuan selain sesuai tujuan dan
peruntukan.
6) Mengikuti bimbingan teknis dan arahan dan petugas Dinas dan
stakholder terkait.
7) Menyampaikan laporan perkembangan populasi ternak.

Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK

PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan


mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya dalam
rangka untuk Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021
dan Pihak pertama melakukan Pembinaan/Supervisi dan Pemantauan pada
pihak kedua

Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK

1. Apabila terdapat ternak yang majir, PIHAK KEDUA dapat melakukan


penggantian ternak yang dibuktikan dengan surat keterangan dan dokter
hewan atau petugas yang berwenang dan diketahui oleh Dinas
Kabupaten/ Kota/ Provinsi.
2. Proses penggantian ternak hams disampaikan/dilaporkan oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA baik sebelum maupun sesudah
penggantian ternak.

Pasal 6
PENGALIHAN

1. Apabila PIHAK KEDUA tidak mampu untuk melanjutkan pemeliharaan


ternak, maka membuat Surat Pernyataan Ketidaksanggupan Pemeliharaan
kepada PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK PERTAMA membuat berita acara pengembalian Hibah ternak dan
PIHAK KEDUA untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
3. Berdasarkan Berita Acara pengembalian hibah, selanjutnya PIHAK
PERTAMA dapat melakukan seleksi/CPCL untuk mendapatkan calon
pengganti yang bersedia memelihara dengan membuat Berita Acara
kesediaan dan Surat Perjanjian baru.

Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan

Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan

Pasal 9
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 10
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.

Pasal 11
PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama mi ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan


penuh kesadaran dan rasa tanggungjawab tanpa adanya paksaan dan
manapun. Tanda tangan kedua belah pihak diatas Materai 10.000 yang
masing-masing memegang surat perjanjian ash. dan foto copy/salman dibuat
rangkap 2 (dua) dan memiliki kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


Kepala/Ketua/Pimpinan.... Kepala Dinas.

NIP.
Format-3
Laporan Perkembangan Ternak

Laporan Kegiatan Pengembangan Ternak Itik

Nama Kelompok
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Laporan Bulan
Posisi Kegiatan di area 30 ribu Ha / diluar area 30 ribu Ha *
Target Kegiatan ekor

No. Nama Perkembangan Ternak (ekor) Kepemilikan Produksi Telur


Anggota Tiap (butir)
Kelompok Awal Menetas Mati Jual Akhir Anggota Ditetaskan Dijual
Jantan Betina
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Total

Pembina Teknis Kelompok Ketua Kelompok


LAMPIRAN VII KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN
HEWAN
NOMOR: 11161/Kpts/PK.000/F/10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK
TAHUN ANGGARAN 2021.

PETUNJUK TEKNIS PENGUATAN PEMBIBITAN TERNAK


DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH TAHUN ANOGARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi pembudidayaan
ternak yang penting dan strategis untuk meningkatkan produksi dan
mutu basil dalam penyediaan pangan asal ternak yang memiliki daya
saing tinggi.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3),
yaitu Pemerintah berkewajiban untuk melakukan pengembangan usaha
pembenihan dan atau pembibitan dengan melibatkan peran serta
masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih, bibit dan atau bakalan.
Dilanjutkan pada ayat (3) bahwa dalam hal usaha pembenihan dan/atau
pembibitan oleh masyarakat belum berkembang, Pemerintah membentuk
unit pembenihan dan/atau pembibitan.
2

Saat mi benih/bibit ternak yang dihasilkan sebagai besar dan


UPT/UPTD/BIB/BJBD karena balai-balai tersebut mempunyai fungsi
dan tugas pokok dalam memproduksi benih dan bibit ternak yang
diharapkan menjadi sumber benih dan bibit ternak nasional.
Mengingat bahwa penyediaan bibit ternak di dalam negeri secara
kualitas dan kuantitas masih kurang, maka diperlukan upaya
percepatan produksi benih/bibit ternak di unit pelaksana teknis milik
pemerintah daerah.
Pembibitan Pemerintah dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Perbibitan Daerah. UPTD yang melakukan pembibitan yaitu BIBD
memproduksi semen beku sedangkan penyediaan bibit ternak dilakukan
oleh UPT Pembibitan Daerah. Mengingat keterbatasan UPT Pusat yang
hanya 10 (sepuluh), perlu didukung UPT Daerah yang melaksanakan
fungsi pembibitan. Hal mi tentu akan lebih dapat memberikan kontribusi
yang besar dalam penyediaan benih dan bihit ternak apabila UPT Daerah
melaksanakan secara optimal dalam melaksanakan fungsinya.
Optimalisasi kegiatan yang ada di UPTD perlu dilakukan dengan
pemenuhan sarana dan prasaran produksi benih/bibit ternak.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Petunjuk Teknis mi dimaksudkan sebagai acuan dalam
melaksanakan Kegiatan Penguatan Pembibitan Ternak di Unit
Pelayanan Teknis Daerah Tahun Anggaran 2021.
2. Tujuan
Kegiatan Penguatan Pembibitan Ternak di Unit Pelayanan Teknis
Daerah Tahun Anggaran 2021, bertujuan untuk optimalisasi fungsi
Unit Pelayanan Teknis Daerah dalam kegiatan produksi benih
dan/atau bibit ternak.

C. Sasaran
Unit Pelaksanan Teknis (UPT) Pembibitan dan/atau Balai Inseminasi
Buatan Daerah (BIBD) yang telah diverifikasi.
3

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksana meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Pembibitan Ternak di Unit
Pelayanan Teknis Daerah Tahun Anggaran 2021;
5. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup.

E. Pengertian
Dalam Petunjuk Pelaksanaan mi yang dimaksud dengan:
1. Rumpun adalah segolongan hewan dan suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotip yang khas dan dapat diwariskan pada
keturunannya.
2. Penerima Manfaat Kelompok tani/Kelompok Peternak/Gapoktan
dan/atau UPTD/BIBD yang ditetapkan untuk menerima manfaat
bantuan.
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disebut UPTD adalah
intansi pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi antara
produksi dan distribusi benih dan/atau bibit ternak.
4. Bibit Hewan yang selanjutnya disebut bibit adalah hewan yang
mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
5. Sarana adalah segala sesuatu yang digunakan dalam produksi benih
dan/atau bibit ternak.
6. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya proses produksi benih dan/atau bibit ternak.
7. Recording/Pencatatan adalah suatu kegiatan yang meliputi
identifikasi, pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan reproduksi,
pencatatan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dalam
populasi terpilih.
4

8. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
9. Tim Provinsi adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas Daerah,
Badan, Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan
dan kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di provinsi
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di provinsi.
10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi dibidang peternakan dan kesehatan hewan.
11. Dinas Daerah Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan
hewan.

BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

Dalam rangka Kegiatan Penguatan Pembibitan Ternak di UPTD Tahun


Anggaran 2021 diperlukan persiapan yaitu meliputi:
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Penguatan UPTD Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan mulai
bulan Januari sampai dengan Desember Tahun Anggaran 2021.

B. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat yaitu UPTD dan BIBD yang memiliki fungsi
produksi dan distribusi benih dan/atau bibit ternak.

C. Jenis fasilitasi UPTD


1. Sarana, antara lain sarana recording, sarana produksi benih
dan/atau bibit, peralatan laboratorium, sarana pengolahan pakan,
pengolah limbah, sarana pengolah tanah, sarana angkutan
produksi; dan
2. Prasarana, antara lain kandang, biosekuriti, sanitasi, jalan
produksi antar kandang, talud dan instalasi air.
5

D. Hibah

Hibah Sarana dan Prasarana yang dihibahkan kepada Penerima


Manfaat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 70 Tahun 2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup
Kementerian Pertanian, dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP)
antara Kepala Dinas Daerah Kabupaten/ Kota dengan
kelompok Penerima Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak,
penggantian ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak
mampu melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi.
Contoh SP sesuai Format-3; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai
Format-4 dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging
(open camera).
2. Kelengkapan Dokumen Penyedia
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara PPK dengan Penyedia
dengan melampirkan:
a. delivery order,
b. BAST antara pelaksana atau penyedia barang dengan
Penerima Manfaat; dan
c. foto geo tagging (open camera) pada saat penyerahan.

BAB III
PENGORGANISASIAN

Kegiatan Penguatan UPTD Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan secara


terkoordinasi dan tingkat Pusat, Provinsi, sampai dengan UPTD/BIBD. Oleh
karena itu dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaannya, perlu pembentukan
tim untuk memperjelas tugas dan fungsi masing-masing sebagai berikut:
A. Tim Pusat
Tim Pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
6

1. Melakukan koordinasi;
2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas Daerah
Provinsi/ UPTD/ BIBD dan stakeholder terkait lainnya;
3. Melakukan pengendalian, pembinaan dan pemantauan pada tahun
berjalan; dan
4. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun berjalan.

B. Tim Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi, yang
mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat, Tim UPTD/BIBD serta stakeholder
terkait lainnya;
2. Melakukan sosialisasi kegiatan di Provinsi dan stake holder lainnya;
3. Melakukan pengendalian, pembinaan dan pemantauan serta
pelaksanaan kegiatan; dan
4. Membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan kepada
Kepala Dinas Daerah Provinsi dan selanjutnya diteruskan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

C. Penerima Manfaat UPTD/BIBD


1. Melaksanakan pemeliharaan sarana prasarana dan menggunakan
dengan baik;
2. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis; dan
3. Melaporkan perkembangan populasi bibit Ternak dan produksi
bibit/benih setiap bulan kepada Kepala Dirias.
7

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PEMBIBITAN TERNAK
DI UPTD/BIBD

A. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Penguatan UPTD Tahun Anggaran 2021 dilakukan sosialisasi di tingkat
Pusat, Provinsi, dan penerima kegiatan UPTD/BIBD serta stake/wider
terkait.
Sosialisasi dilaksanakan secara langsung melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi, sedangkan secara tidak
langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi.

B. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan Kegiatan Penguatan UPTD Tahun Anggaran 2021 secara
tentative sebagai berikut:
Bulan
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Penyusunan SK tim
2
Penguatan UPTD

3 Penyusunan Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
5 CPCL/verifikasi

6 Bimbingan Teknis

7 Pengadaari agroinput

Distribusi Sarana
8
Prasarana
Pendampingan,
9 Pemhinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan
8

C. Verifikasi dan Penetapan Penerima Manfaat


Tahapan pelaksanaan verifikasi dan Penerima Manfaat kegiatan Penguatan
UPTD Tahun Anggaran 2021 di UPTD produksi benih dan/atau bibit
sebagai berikut:
1. Verifikasi dilakukan oleh Tim Pusat atas usulan dan Dinas Daerah
Provinsi.
2. Hasil verifikasi ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

BAB V
MEKANISME PENCAIRAN DANA

Mekanisme pencairan dalam kegiatan Penguatan UPTD Tahun Anggaran 2021,


sebagai berikut:
A. Syarat-syarat pencairan:
1. SK Penetapan Penerima Manfaat;
2. Data Penerima Manfaat;
3. Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani antara PPK dengan Penerima
Manfaat paling kurang memuat:
a. landasan hukum;
b. prinsip;
c. kesanggupan penerima manfaat;
d. sumber dan jumlah dana;
e. lokasi pekerjaan;
f. hak dan kewajiban;

g. jangka waktu penyelesaian pekerjaan;


h. pembayaran dan pencairan;
i. adendum;

j. penyerahan hasil pekerjaan;


k. force majeure;
1. sanksi;
m. penyelesaian perselisihan;
n. lain-lain; dan
o. penutup.
9

A. Mekanisme Pencairan
1. Penerima Manfaat membuat rekening bersama pada Bank Pemerintah;
2. PPK akan mentransfer biaya ke rekening Penerima Manfaat setelah
penandatangan perjanjian kerjasarna;
3. Pencairan biaya dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap;
4. Pencairan biaya dilakukan oleh Penerima Manfaat dengan dilampiri
bukti penerimaan;
5. Pencairan biaya kepada Penerima Manfaat dapat dilakukan melalui
mekanisme LS ke rekening Penerima Manfaat atau UP.

C. Laporan Pertanggungjawaban
1. Penerima biaya hams menyampaikan laporan pertanggungjawaban
bantuan kepada PPK pada akhir tahun anggaran, meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1) jumlah biaya awal, biaya yang dipergunakan, dan sisa biaya;
2) pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja
Sama; dan
3) pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.
b. Foto/flim hash pekerjaan yang telah diselesaikan.

2. Dalam hal terdapat sisa biaya sampai dengan akhir tahun anggaran (31
Desember 2020), Penerima Manfaat hams menyampaikan bukti surat
setoran sisa biaya ke rekening kas negara kepada PPK sesuai dengan
perjanjian kerja sama sebagai dokumen tambahan laporan
pertanggungjawaban bantuan.

3. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban bantuan, PPK melakukan


verifikasi atas laporan pertanggungjawaban.

D. PPK mengesahkan berita acara serah terima setelah basil verifikasi setelah
sesuai dengan perjanjian kerja sama.
1. Pencairan dana
Pencairan dana Penguatan Pembibitan UPTD Tahun Anggaran 2021
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10

2. Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Penguatan Pembibitan UPTD
Tahun Anggaran 2021, dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang Pengadaan Barang/Jasa.

BAB VI
PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan kegiatan Penguatan Pembibitan di UPTD Tahun


Anggaran 2021 dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di Satker Dinas Daerah
Provinsi.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan
Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan
dalam pelaksanaan kegiatan. Pembinaan dilakukan terhadap manajemen
pemeliharaan, manajemen produksi, manajemen pakan, kesehatan hewan,
kesejahteraan hewan (kesrawan), dan kelembagaan oleh pusat dan Dinas
Daerah Provinsi sejak kegiatan dilaksanakan.
Pembinaan oleh Pusat dilakukan paling kurang 1 (satu) kali sesuai dengan
kebutuhan. Untuk pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Daerah
Provinsi sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan
Pembinaan secara berkelanjutan dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, sehingga perlu mengalokasikan anggaran
pembinaan/pendampingan, baik yang berasal dan dana APBN maupun
APBD.

B. Pendampingan
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
kegiatan Penguatan Pembibitan di UPTD Tahun Anggaran 2021 sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
11

BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN

A. Indikator Keberhasilan
Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan dan hasilnya dapat dijadikan sebagai
bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya
serta untuk akuntabilitas publik. Keberhasilan kegiatan dapat diukur
dengan menggunakan:
1. Indikator keluaran (Output)
Tersedianya sarana dan prasarana.
2. Indikator hasil (Outcome)
Peningkatan produksi benih dan/atau bibit ternak dan/atau populasi
di UPTD/BIBD.

BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Sistem Pengendalian
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Proses pengendalian di setiap satker diatur sesuai
dengan masing-masing Satuan Kerja Provinsi. Dalam kegiatan terdapat
titik kritis yang perlu dikendalikan yaitu:
1. Persiapan
Sosialisasi Petunjuk Teknis;
2. Pelaksanaan
a. verifikasi dan penetapan penerima kegiatan;
b. proses pengadaan;
C. proses pencairan anggaran;
d. proses pemeriksaan dan penerimaan di lokasi

B. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai
dengan tahapan pelaksanaan kegiatan, yang dilakukan sebelum dimulai
kegiatan (ex-ante), sedang dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah
dilakukan kegiatan (ex-post).
12

Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan Penguatan UPTD Tahun


Anggaran 2021 dilaksanakan untuk mengetahui realisasi fisik, keuangan,
administrasi, perkembangan bantuan dan kelembagaan kelompok. Selain
itu pemantauan dilakukan untuk mengetahui hambatan/masalah yang
dihadapi dan tindak lanjut pemecahan masalah. Pemantauan dilaksanakan
secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan pelaksanaan
kegiatan serta terkoordinasi mulai dan tingkat Pusat, Provinsi.

C. Pelaporan
Pelaporan dimaksudkan dalam menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan Penguatan Pembibitan
Ternak di UPTD Tahun Anggaran 2021. Mekanisme pelaporan
dilaksanakan sebagai berikut:
1. UPTD dan BIBD melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
setiap bulan kepada Dinas Daerah Provinsi seperti format 1.
2. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi laporan perkembangan kegiatan
dan UPTD dan BIBD, dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan Direktur
Perbibitan dan Produksi Ternak setiap bulan.
BABX
PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis Penguatan Pembibitan Ternak di UPTD Tahun


Anggaran 2021 disusun untuk menjadi acuan oleh seluruh unsur pelaksana
dan pihak terkait dalam inelaksanakan seluruh tahapan kegiatan, agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara baik dan benar guna mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

DIRERTUR JENDERAL
PETERNAXAN DAN KESEHATAN HEWAN,

4 f7
NASRULLAH
NIP. 196602231993031001

Anda mungkin juga menyukai