TENTANG
MEMUTUSKAN:
1. Optimalisasi Reproduksi;
2. Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui
Penambahan Sapi Potong Impor;
3. Pengembangan Ternak Ruminansia Potong;
4. Pengembangan Ternak Ruminansia Perah;
5. Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak;
6. Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate; dan
7. Penguatan Pembibitan Ternak di Unit Pelaksana Teknis
Daerah.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Oktober 2020
DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,
NASRULLAH
J NIP. 196602231993031001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian dan pembangunan
ketahanan nasional untuk mewujudkan ketahanan pangan dan
meningkatkan kesejahteraan petani/peternak. Ketersediaan pangan
hewani yang berasal dan ternak berupa daging sapi dan kerbau yang
mudah diakses dan sisi produksi dan harganya sangat diperlukan dalam
upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat.
Peningkatan konsumsi pangan asal hewan merupakan salah satu upaya
untuk menciptakan bangsa yang kuat, cerdas dan inovatif dalam
menyonsong era globalisasi yang mengedepankan daya saing dalam segala
bidang.
Peningkatan populasi ternak dan produksi daging sapi dan kerbau
menjadi hal utama untuk memenuhi kebutuhan daging nasional yang
mudah diakses oleh konsumen baik kualitas maupun kuantitasnya.
Permintaan terhadap daging sapi dan kerbau mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan,
tingginya kesadaran untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi dan
berkembangnya industri kuliner yang menyajikan bahan baku berbasis
daging sapi dan kerbau.Tingginya permintaan daging sapi dan kerbau
harus diimbangi dengan pertumbuhan populasi dan produksi daging sapi
dan kerbau dalam negeri, sehigga kebutuhan daging dalam negeri dapat
dipenuhi dan usaha peternakan rakyat sedangkan impor secara bertahap
2
2. Tujuan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021, bertujuan
untuk:
a. meningkatkan pelayanan perkawinan IB; dan
b. meningkatkan kualitas ternak dan pengembangan sumber daya
genetik lokal dan/atau persilangan.
C. Sasaran
Sasaran akseptor ternak ruminansia sapi dan kerbau pada wilayah yang
ditetapkan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan;
5
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Melalui Inseminasi
Buatan (IB);
5. Pembiayaan;
6. Pembinaan Dan Pendampingan;
7. Indikator Keberhasilan;
8. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan; dan
9. Penutup.
E. Pengertian
Dalam Petunjuk mi yang dimaksud dengan:
1. Inseminasi Buatan yang selanjutnya disebut lB adalah teknik
memasukkan mani atau semen ke dalam alat reproduksi ternak
betina sehat untuk dapat membuahi sel telur dengan menggunakan
alat inseminasi.
2. Petugas Teknis Reproduksi adalah inseminator, petugas pemeriksa
kebuntingan, dan asisten teknis reproduksi, medik veteriner dan
paramedik veteriner
3. Inseminator adalah petugas yang berwenang mclaksanakan lB serta
telah memiliki SIPP Inseminator dan/atau keputusan penugasan.
4. Petugas Pemeriksa Kehuntingan yang selanjutnya disebut PKh
adalah petugas yang berwenang melaksanakan lB dan PKb serta
telah memiliki SIPP PKb dan/atau Keputusan Penugasan.
5. Asisten Teknis Reproduksi yang selanjutnya disingkat ATR adalah
petugas yang berwenang melaksanakan manajemen reproduksi yang
memiliki SIPP dan/atau Keputusan Penugasan.
6. Medik veteriner adalah Dokter Hewan yang memiliki profesi di bidang
kedokteran Hewan dan kewenangan Medik Veteriner dalam
melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan.
7. Paramedik veteriner adalah tenaga kesehatan hewan lulusan sekolah
kejuruan, pendidikan diploma atau memperoleh sertifikat untuk
melaksanakan urusan kesehatan hewan yang menjadi
kompetensinya dan dilakukan dibawah penyeliaan Dokter Hewan.
8. Data recorder adalah koordinator iSIKHNAS dan petugas yang
ditunjuk yang mempunyai tugas mengelola data optimalisasi
reproduksi di Provinsi Dan Kabupaten/Kota.
6
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi dilaksanakan dalam Tahun Anggaran
202 1. Jadwal palang pelaksanaan secara tentative sebagai berikut:
7
Bulan
No Uraian Kegiatan 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim
Penyusunan
3
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
Pelaksanaan
5
Kegiatan
Pendampingan,
6 Pembinaan, dan
Monitoring
7 Pelaporan
Ket: * Tahun 2020
B. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan
oleh:
1. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; dan
2. Dinas Daerah Provinsi
E. PELAKSANAAN
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Optimalisasi Reproduksi
Tahun Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan baik di tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota maupun Penerima Manfaat meliputi antara
lain:
1. Persiapan
Kegiatan Optimalisasi Reproduksi Tahun 2021 dituangkan dalam
Petunjuk Teknis yang disusun oleh Tim Pusat dan ditandatangani oleh
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Optimalisasi Reproduksi Tahun Anggaran 2021 dilakukan sosialisasi di
tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Penerima Manfaat serta
stakeholder terkait. Sosialisasi dapat dilaksanakan secara langsung
ataupun tidak langsung.
Sosialisasi secara langsuhg dilaksanakan melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota,
sedangkan secara tidak langsung dilaksanakan melalui bahan
publikasi.
3. Penetapan Jumlah Akseptor
Penetapan jumlah akseptor per provinsi dilaksanakan berdasarkan
potensi akseptor, pola pemeliharaan dan ketersediaan petugas serta
sarana penunjang.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dan Bulan Januari sampai dengan
Desember 202 1.
BAB III
PENGORGANISASIAN
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN OPTIMALISASI REPRODUKSI MELALUI
INSEMINASI BUATAN (TB)
A. Pelaksanaan Pelayanan lB
1. Akseptor lB
Akseptor adalah induk ternak yang sebelumnya sudah terdaftar di
iSIKHNAS, maupun calon akseptor yang baru di daftarkan. Ternak yang
sudah didaftarkan tetap menggunakan identitas ternak/daftar hewan
(DH) yang sudah terdaftar di iSIKHNAS. Akseptor baru yang helum
memiliki kartu ternak harus memiliki kartu ternak.
11
2. Pelaksanaan TB
Pelaksanaan TB dilakukan pada ternak yang berahi sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) IB, dan dilakukan pencatatan serta
dilaporkan melalui iSIKHNAS.
3. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) dilakukan melalui palpasi rectal dapat
dilakukan 3 (tiga) bulan setelah lB dan/atau dapat menggunakan alat
ultrasonografi (USG) dapat dilakukan 1 bulan setelah lB. Pelaksana
pemeriksaan kebuntingan adalah petugas PKb dan dokter hewan. Hasil
pemeriksaan kebuntingan dilaporkan di iSIKHNAS, umur kebuntingan
yang dicatat sebagai umur kebuntingan adalah 2 bulan sampai 9 bulan
untuk sapi dan kerbau sampai kebuntingan umur 10 bulan.
4. Pelaporan Kelahiran
Kelahiran yang dilaporkan merupakan kelahiran ternak hasil
pelaksanaan Optimalisasi Reproduksi tahun 2020 dan 2021 melalui
perkawinan TB. Pelaporan pedet dan basil perkawinan lB harus
dilengkapi dengan keterangan identitas induk (DH) dan straw/semen
beku/kode bull, dan jenis bangsa/rumpun pedet didasarkan atas
bangsa/rumpun dan pejantan sesuai dengan kode straw.
Pelaporan kelahiran dan hasil perkawinan lB dilakukan segera setelah
lahir oleh petugas teknis reproduksi dan dilaporkan langsung melalui
iSIKHNAS.
3. Petugas ATR
a) memiliki SIPP/SIM ATR
b) bagi yang tidak memiliki SIPP ATR, harus memiliki Surat Penugasan
dan Kepala Dinas Daerah Provinsi atau Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota.
4. Medik/Paramedik Veteriner
a) memiliki SIPP
b) bagi yang tidak memiliki SIPP, harus memiliki Surat Penugasan dan
Kepala Dinas Daerah Provinsi atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
C. Pelatihan/Bimbingan Teknis
1. Jenis Pelatihan/Bimbingan Teknis
Pelatihan/bimbingan teknis yang dialokasikan dalam rangka
mendukung Optimalisasi Reproduksi 2021 dikelompokan menjadi 3
(tiga) bagian yaitu:
a. pelatihan petugas baru.
Penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan oleh UPT Lingkup
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Bimtek bagi
petugas Inseminasi Buatan, Pemeriksaan Kebuntingan, Petugas
Penanganan Semen Beku.
b. penyegaran petugas teknis
Penyegaran Petugas Teknis dilakukan melalui Bimtek bagi petugas
Inseminasi Buatan, Pemeriksaan Kebuntingan, Petugas Penariganan
Semen Beku.
BAB V
PEMBIAYAAN
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN
BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Tugas Rekorder:
1. Rekorder Provinsi:
a. menyiapkan dan menyusun laporan perkembangan kinerja setiap
bulan, serta membantu analisis data dalam mengevaluasi
perkembangan kinerja;
b. setiap bulan menyampaikan laporan perkembangan kepada kepala
dinas untuk diteruskan ke direktur jenderal peternakan dan
kesehatan hewan c.q direktorat perbibitan dan produksi ternak;
c. melakukan asistensi, supervisi dan pemantauan kelancaran arus
data pelaporan dan petugas teknis dan data rekorder
kabupaten/kota dan
d. mengoptimalkan penggunaan situs web iSIKHNAS sebagai sarana
sumber data informasi.
2. Rekorder Kabupaten/Kota:
a. melakukan asistensi, supervisi dan pemantauan kelancaran arus
data pelaporan dan petugas teknis dan menginput semua data
perkembangan pelaksanaan kegiatan teknis ke sistem isikhnas;
b. melakukan pendampingan dan bimbingan tatacara pelaporan
melalui sistem isikhnas kepada para petugas di wilayah kerja;
c. menghimpun dan memasukkan data ke dalam sistem isikhnas; dan
d. membantu penyiapan data administrasi dan keuangan.
DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,
NASRULLAH
V NIP. 196602231993031001
Tabel 1. Target Akseptor Per Provinsi Kegiatan Optiamlisasi Reproduksi Tahun
2021
PETUNJUK TEKNIS
PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA POTONG MELALUI PENAMBAHAN
SAPI POTONG IMPOR TAHUN ANGGARAN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Maksud
Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui
Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dimaksudkan
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran
2021.
2. Tujuan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Melalui
Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 bertujuan untuk
Meningkatkan populasi dan ketersediaan sapi potong di UPTD
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Kelompok Tani / Kelompok
Peternak/Gapoktan Penerima Manfaat.
3. Keluaran
Berkembangnya usaha budidaya pengembangan ternak ruminansia
potong khususnya dalam pengembangan sapi potong impor.
4. Sasaran
Sasaran kegiatan mi adalah Kelompok Tani/ Kelompok Peternak,
Gapoktan, UPTD Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah
Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi di bidang peternakan dan
kesehatan hewan, UPTD dan kelompok peternak.
A. Ruang Lingkup
3
B. Pengertian
Dalam Keputusan mi yang dimaksud dengan:
1. Penerima Manfaat adalah Kelompok Tani/Kelompok Peternak/
Gapoktan yang melaksanakan fungsi pengembangan ruminansia perah
yang ditetapkan untuk menerima manfaat bantuan.
2. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai
penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya
yang terkait dengan pertanian.
3. Ternak Ruminansia Besar Potong yang selanjutnya disebut Potong
adalah ternak betina bukan bibit yang memiliki organ reproduksi
normal dan sehat digunakan untuk pengembangbiakan.
4. Jantan Produktif adalah jantan bukan bibit yang memiliki organ
reproduksi normal dan sehat serta digunakan untuk kawin alam
5. Peternak adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
6. Kelompok tani/Kelompok Peternak adalah kumpulan petani/peternak
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan sumber daya,
kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan serta
mengembangkan usaha anggota
7. Gabungan kelompok tani adalah kumpulan beberapa kelompok tani
yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi
dan efisiensi usaha.
4
BAB II
5
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Potong Impor dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2021. Jadwal
palang pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 secara
tentative sebagai berikut:
Bulan
No Uraian Kegiatan 10 ii 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim Pusat
Penyusunan
3
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
Penyusunan Tim
U dan Daerah
6 Verifikasi CPCL
Pengadaan
7
agroinput
6
8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan
Ket : * Tahun 2020
B. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan selaku Satuan Kerja Pelaksana Pengadaan.
F. PELAKSANAAN
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun
Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan baik di tingkat Pusat, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota maupuri di Penerima Manfaat, meliputi antara lain:
1. Persiapan
8
H. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun
2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian,
dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang memuat:
jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak, penggantian
ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak mampu
melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh SP
sesuai Format-3; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai Format-4
dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging (open camera).
10
BAB III
PENGORGANISASIAN
E. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK Satker Pelaksana kegiatan,
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan
baik secara berkelompok;
2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi berupa pencatatan ternak;
3. Mengelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Melaksanakan administrasi kelompok secara tertib;
5. Melaporkan perkembangan ternak secara berkala;
6. Mengikuti pembinaan dan Pusat/ Provinsi/ Kabupaten / Kota dan
stake holder terkait;
7. Mengasuransikan ternak potong ruminansia besar sesuai kebutuhan;
8. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan PPK
yang disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tidak dapat
digantikan atau dibatalkan; dan
9. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan kemudian mengundurkan din
secara resmi (dilampirkan dengan Surat Pernyataan yang diketahui oleh
13
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN
TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK
A. Pengembangan
Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021 merupakan
stimulan untuk mengembangkan skala usaha. Oleh karena itu Penerima
Manfaat diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka mendukung
keberhasilan kegiatan.
1. Masa pemeliharaan
Masa pemeliharaan ternak oleh Penerima Manfaat dilakukan sampai
dengan ternak dianggap sudah tidak produktif lagi, selanjutnya ternak
boleh ditukar atau diganti. Bilamana dalam pemeliharaan terjadi
kecelakaan atau lain hal yang mengakibatkan ternak cacat, sakit atau
kondisi lainnya sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dipelihara,
maka ternak tersebut dapat ditukar atau diganti dengan jenis dan umur
yang sama pada saat diterima. Penukaran ternak dibuatkan Berita Acara
dan diketahui oleh Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
2. Ternak majir
Dalam hal ternak ruminansia besar sudah dikawinkan 3 (tiga) kali, baik
melalui Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Alam, atau tidak
menunjukkan tanda-tanda birahi minimal 6 (enam) bulan setelah
diterima, dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan atau petugas yang
berwenang dan dinyatakan tidak produktif/majir dibuktikan dengan
surat keterangan, maka ternak tersebut dapat ditukar atau diganti
dengan jenis dan umur yang sama pada saat diterima. Penukaran ternak
dibuatkan Berita Acara diketahui oleh Kepala Daerah Dinas
Kabupaten/ Kota.
3. Ternak mati
Ternak yang mati disebabkan oleh penyakit/wabah/potong
paksa/ keracunan/ kecelakaan berdasarkan hasil pemeriksaan oleh
dokter hewan atau petugas yang berwenang, dibuktikan dengan
kelengkapan dokumen (Berita Acara Hasil Pemeriksaan/Berita Acara
14
BAB V
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN
2. Pendistribusian
Ternak yang akan didistribusikan telah diperiksa sesuai dengan kriteria
spesilikasi oleh petugas pemeriksa yang ditunjuk. Selanjutnya ternak
didistribusikan ke Penerirna Manfaat dan dibuatkan Tanda Terima
Sementara yang diketahui oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
16
BAB VI
PEMBIAYAAN
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
1. Pembinaan
Dalam kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui
Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021, pembinaan dilakukan
terhadap manajemen pemeliharaan, yang terdiri dan aspek pakan,
kesehatan hewan, kesejahteraan hewan, dan kelembagaan oleh Pusat,
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sejak kegiatan dilaksanakan.
Pembinaan oleh Pusat dilaksanakan secara sampling paling kurang 1 (satu)
kali sesuai dengan kebutuhan. Untuk pembinaan yang dilaksanakan oleh
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, pelaksanaannya diatur oleh Dinas
Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan dan kebutuhan.
2. Pendampingan
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui Penambahan
Sapi Impor Tahun Anggaran 2021 sesuai dengan peraturari perundang-
undangan.
17
BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN
BAB IX
SISTEM PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Sistem Pengendalian
Agar Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong melalui
Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021 dapat dilaksanakan dengan
baik, maka harus dilakukan pengendalian dan pengawasan terutama oleh
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), aparat pengawasan
eksternal pemerintah. Pengendalian dan pengawasan melekat oleh atasan
langsung dan pengawasan oleh masyarakat.
Pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran
2021, pada prinsipnya dilakukan untuk:
1. Memastikan bahwa proses kegiatan yang sedang dijalankan sesuai
dengan perencanaan dan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan koreksi atas kesalahan atau ketidaksesuaian hasil
pekerjaan dengan rencana semula;
3. Memberikan rekomendasi perbaikan sistem; dan
4. Memberikan rekomendasi penjatuhan sanksi atas pelanggaran
peraturan perundang-undangan.
Titik kritis yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021
yaitu:
18
C. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun Anggaran 2021.
Mekanisme sistem pelaporan dilakukan pada setiap 4 bulan sekali (kuartal)
dengan jenjang sebagai berikut:
DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,
NASRULLAI-{
NIP. 196602231993031001
Tabel 1. Pelaksana dan Penerima Manfaat Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong melalui Penambahan Sapi Impor Tahun
Anggaran 2021.
6
Format-i
Surat Kesanggupan
Nama
Jabatan Ketua Kelompok/Pimpinan
Alamat
( )
Format-2
Surat Kesanggupan
Nama
Jabatan Kepala Dinas/Pimpinan
Alamat
SURAT PERJANJIAN
ANTARA
DINAS
KABUPATEN/KOTA
DENGAN
Kepala/Ketua/ Pimpinan
1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat
2. Nama
Jabatan
Alamat
Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
melalui Penambahan Sapi Potong Impor Tahun Anggaran 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.
Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
2. PIHAKKEDUA
A. Hak:
Memanfaatkan fasilitasi bantuan sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya.
B. Kewajiban:
1) Memelihara dan mengembangbiakan ternak dengan baik.
2) Mengelola aset sesuai ketentuan peraturan perundnag-undangan
3) Tidak memindahtangankan ternak bantuan kepada pihak lain.
4) Tidak menjaminkan atau menggadaikan ternak.
5) Tidak melakukan pemanfaatan bantuan selain sesuai tujuan dan
peruntukan.
6) Mengikuti bimbingan teknis dan arahan dan petugas Dinas dan
stakholder terkait.
7) Menyampaikan laporan perkembangan populasi ternak.
8) Mengasuransikan ternak potong sesuai kebutuhan (khusus ternak
ruminansia besar).
Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK
Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK
Pasal 6
PENGALIHAN
Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan
Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan
Pasal 9
SAN KS!
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 10
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.
Pasal 11
PENUTUP
NIP.
Format-3 Laporan Perkernbangan Ternak (kelompok)
Perkembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun
Nama Kelompok
Nama Ketua
Telp/HPKetua
Alamat
Komoditas
Ternak Awal ekor, Jantan, Betina
Perkemban an Ternak
Populasi
Identitas Kematian IB/KA Bunting Yang di Ket.
No Lahir Penjualan Pembelian Asuransikan
tenak Induk Anak Induk Anak Total
Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn
2
3
7
dst Jumlah
2020
Kelompok/ UPTD Mengetahui,
Kepada Dinas
NIP.
Format-4
Laporan Perkembangan Ternak (Kabupaten/ Kota)
Perkembangan Tenak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun
Perkembangan Ternak (Ekor)
Ternak 0
Populasi s.d saat Ternak
Nam No 0
Penjual Pembel
Nama Awal Lahir Kematian mi (Ekor) lB yang di
N Komodi Alam a HP an ian Bunt
Kelom (Ekor) (eko asuransi
o tas at Ketu Ket Induk Anak Induk ing
p0k J Bt Jrnl Bt J An Tot r) kan
a ua Bt Bt J Bt Jt Btn Bt
Jt t n h Jt n t Jt ak al (Ekor)
n n t n n
2
3
Jumlah
bulan 2020
Mengetahui
Kepala Dinas
NIP
Format-5 Laporan Perkembangan Ternak (Provinsi)
Perkembangan Ténak Ruminansia Potong Ash! Lokal
Bulan Tahun
2
3
Jumlah
bulan, 2020
Mengetahui
Kepala Dinas
NIP
LAMPIRAN III KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 11161/Kpts/PK.000/F/10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan tingkat
perididikan, kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani dan
upaya perbaikan gizi masyarakat, sehingga mendorong tuntutan
peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan tersebut.
Pemenuhan kebutuhan dan dalam negeri diupayakan melalui usaha
budidaya dan pembibitan yang diantaranya melibatkan peran pemerintah
dan masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan dalam rangka peningkatan populasi dan
produksi ternak.
Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan
produksi dan produktifitas komoditas peternakan dapat dilakukan melalui
pemberdayaan dalam bentuk pengembangan usaha yang dilakukan oleh
Kelompok Tani/Ternak dan Gabungan Kelompok Tani/Ternak serta
kelembagaan ekonomi petani lainnya dalam rangka mendukung kawasan
budidaya ternak.
2
1. Maksud
Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Tahun Anggaran 2021 dimaksudkan sebagai acuan untuk pelaksanaan
kegiatan pengembangan ruminansia potong bagi pelaksana yang
meliputi pelaksana di tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota,
penerima dan stakeholder lainnya. Untuk pelaksanaan pada UPT atau
Dinas, Petunjuk Teknis dapat dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk
Petunjuk Operasional atau Petunjuk Pelaksanaan sesuai dengan
kepentingan dan kearifan lokal spesifik daerah.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Tahun Anggaran 2021, antara lain:
a. meningkatkan populasi ternak ruminansia potong di lokasi Penerima
Manfaat; dan
b. meningkatkan skala usaha di rumah tangga peternakan.
3. Keluaran
Berkembangnya kegiatan usaha budidaya ternak ruminansia potong.
3
C. Sasaran
Sasaran kegiatan mi adalah Kelompok Tani/Peternak, Gapoktan, UPTD
Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang
melaksanakan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan, UPTD
dan kelompok peternak.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021 meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan dan Teknis pemeliharaan ternak;
5. Mekanisme Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup
E. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis mi yang dimaksud dengan:
1. Penerima Manfaat adalah kelompok tani/peternak/Gapoktan dan/atau
UPID yang ditetapkan untuk menerima manfaat bantuan.
2. Ternak adalah hewan peliharaari yang produknya diperuntukan sebagai
penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya
yang terkait dengan pertanian.
3. Ternak ash adalah ternak yang asal usulnya murni berasal dan
Indonesia.
4. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dan luar
negeri yang telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi
kelima atau lebih yang telah beradaptasi pada lingkungan dan/atau
manajemen setempat.
5. Ternak Ruminansia Potong dalam Petunjuk Teknis mi adalah ternak
sapi, kerbau, kambing, dan domba lokal.
4
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANPN
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2021. Jadwal palang pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Tahun Anggaran 2021
secara tentative sebagai berikut
Bulan
No Uraian Kegiatan 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim Pusat
6
Penyusunan
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
Penyusunan Tim
UPT dan Daerah
6 Verifikasi CPCL
Pengadaan
agroinput
8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan
Ket: * Tahun 2020
E. PELAKSANAAN
2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran
2021 dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Dinas Daerah Provinsi,
Dinas Daerah Kabupaten/Kota, dan Penerima Manfaat serta
stakeholder terkait. Sosialisasi dapat dilaksanakan secara langsung
ataupun tidak langsung.
Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Pusat, Dinas Daerah Provinsi, dan
Kabupaten/Kota, sedangkan secara tidak langsung dilaksanakan
melalui bahan publikasi.
G. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun
2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian,
dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan' identitas ternak, pengembangan ternak,
penggantian ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak
mampu melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh
SP sesuai Format-3; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai Format-
4 dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging (open
camera).
2. Kelengkapan Dokumen Penyedia
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara PPK dengan Penyedia
dengan melampirkan:
a. delivery order,
b. BAST antara pelaksana atau penyedia barang dengan Penerima
Manfaat; dan
c. foto geo tagging (open camera) pada saat penyerahan.
12
BAB III
PENGORGANISASIAN
A. Pusat
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan membentuk Tim Pusat
untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Tim Pusat mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021;
2. melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan UPT, Dinas Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait lainnya;
3. melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi; dan
4. membuat laporan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ruminansia
Potong Tahun Anggaran 2021 kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
E. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK Satker Pelaksana kegiatan,
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak dengan
baik secara berkelompok;
2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi berupa pencatatan ternak;
3. Mengelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Melaksanakan administrasi kelompok secara tertib;
5. Melaporkan perkembangan ternak secara berkala;
6. Mengikuti pembinaan dan Pusat, Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/
Kota dan stakeholder terkait;
7. Mengasuransikan ternak indukan ruminansia besar sesuai kebutuhan;
8. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan PPK
yang disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tidak dapat
digantikan atau dibatalkan; dan
9. Penerima Manfaat yang telah ditetapkan kemudian mengundurkan din
secara resmi (dilampirkan dengan Surat Pernyataan yang diketahui oleh
Kepala Desa atau Kepala Dinas setempat) akan dialihkan kepada
Penerima Manfaat lain yang memenuhi kriteria.
15
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN
TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK
A. Pengembangan
2. Ternak majir
Dalam hal ternak ruminansia besar sudah dikawinkan 3 (tiga) kali, baik
melalui Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Alam, atau tidak
menunjukkan tanda-tanda birahi minimal 6 (enam) bulan setelah
diterima, dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan atau petugas yang
berwenang dan dinyatakan tidak produktif/majir dibuktikan dengan
surat keterangan, maka ternak tersebut dapat ditukar atau diganti
dengan jenis dan umur yang sama pada saat diterima. Penukaran ternak
dibuatkan Berita Acara diketahui oleh Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/ Kota.
16
BAB V
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN
2. Pendistribusian
Ternak yang akan didistribusikan telah diperiksa sesuai dengan kriteria
spesifikasi oleh petugas pemeriksa yang ditunjuk. Selanjutnya ternak
didistribusikan ke Penerima Manfaat dan dihuatkan Tanda Terima
Sementara yang diketahui oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
Pendistribusian ternak dan/atau barang memperhatikan kesesuaian lokasi
dan Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
kaidah kesejahteraan hewan/ternak.
18
BAB VI
PEMBIAYAAN
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
I. Pembinaan
Dalam kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Tahun Anggaran 2021, pembinaan dilakukan terhadap manajemen
pemeliharaan, yang terdiri dan aspek pakan, kesehatan hewan,
kesejahteraan hewan, dan kelembagaan oleh Pusat, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota sejak kegiatan dilaksanakan.
Pembinaan oleh Pusat dilaksanakan secara sampling paling kurang 1 (satu)
kali sesuai dengan kebutuhan. Untuk pembinaan yang dilaksanakan oleh
Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, pelaksanaannya diatur oleh Dinas
Daerah Provinsi dan/atau Dinas Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan dan kebutuhan.
2. Pendampingan
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
Anggaran 2021 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
19
BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN
BAB IX
SISTEM PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Sistem Pengendalian
Agar Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun
Anggaran 2021 dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dilakukan
pengendalian dan pengawasan terutama oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP), aparat pengawasan eksternal pemerintah. Pengendalian
dan pengawasan melekat oleh atasan langsung dan pengawasan oleh
masyarakat.
C. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021. Mekanisme sistem
pelaporan dilakukan pada setiap 4 bulan sekali (kuartal) dengan jenjang
sebagai berikut:
a. Penerima Manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
pada minggu pertama kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/
Kota sesuai Format-5.
21
DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,
NASRULLAH
NIP. 196602231993031001
Tabel 1. Pelaksana dan Penerima Manfaat Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Potong Asli/Lokal Tahun Anggaran 2021.
A. Komoditas Sapi Potong
No Satker Lokasi Distribusi Ekor
1
6
B. Komoditas Kerbau
No Satker Provinsi Ekor
1
C. Komoditas Kambing/Domba
No Satker Provinsi Ekor
1
Format-i
Surat Kesanggupan
Nama
Jabatan Kepala/ Ketua/ Pimpinari
Alamat
2021
Kepala/ Ketua/ Pimpinan
( )
Format-2
Contoh Surat Perjanjiari
SURAT PERLJANJIAN
ANTARA
DINAS
KABUPATEN/ KOTA
DENGAN
Kepala/Ketua/ Pimpinan
1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat
2. Narna
Jabatan
Alamat
Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Ternak Ruminansia Potong
Asli/Lokal Tahun 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.
Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
2. PIHAKKEDUA
A. Hak:
Memanfaatkan fasilitasi bantuan sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya.
B. Kewajiban:
1) Memelihara dan mengembangbiakan ternak dengan baik.
2) Mengelola aset sesuai ketentuan peraturan perundnag-undangan.
3) Tidak memindahtangankan ternak bantuan kepada pihak lain.
4) Tidak menjaminkan atau menggadaikan ternak.
5) Tidak melakukan pemanfaatan bantuan selain sesuai tujuan dan
peruntukan.
6) Mengikuti bimbingan teknis dan arahan dan petugas Dinas dan
stakholder terkait.
7) Menyampaikan laporan perkembangan populasi ternak.
8) Mengasuransikan ternak indukan sesuai kebutuhan (khusus ternak
ruminansia besar).
Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK
Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK
Pasal 6
PENGALIHAN
Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan
Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan
Pasal 9
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 7
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.
Pasal 8
PENUTUP
NIP.
Format-3 Laporan Perkembangan Ternak (kelompok)
Perkembangan Ternak Ruminansia Potong Ash! Lokal
Bulan Tahun
Nama Kelompok
Nama Ketua
Telp/HP Ketua
Alamat
Komoditas
Ternak Awal ekor, Jantan, Betina
Perkembangan Ternak
Populasi
Identitas Kematian LB/NA Bunting Yang di Net.
No Lahir Penjuahan Pembehian Asuransikan
tenak Induk Anak Induk Anak Total
Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn
2
3
7
dst Jumlah
2021
Kelompok/UPTD Mengetahui,
Kepada Dinas
NIP.
Format-4 Laporan Perkembangan Ternak (Kabupaten/Kota)
Perkembangan Tenak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun
2
3
Jumlah
bulan, 2021
Mengetahui
Kepala Dinas
NIP
Format-5 Laporan Perkembangari Ternak (Provinsi)
Perkembangan Tenak Ruminansia Potong Asli/Lokal
Bulan Tahun
2
3
Jumlah
bulan 2021
Mengetahui
Kepala Dinas
NIP
LAMPIRAN IV KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 11161/Kpts/PK.000/F/10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan tingkat
pendidikan, serta kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani
dan upaya perbaikan gizi masyarakat, mendorong tuntutan peningkatan
produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan tersebut. Pemenuhan
permintaan kebutuhan dan dalam negeri diupayakan melalui usaha
budidaya dan pembibitan yang melibatkan peran serta masyarakat.
Di Indonesia, susu dihasilkan dan ternak ruminansia perah yaitu sapi
perah, kerbau perah dan kambing perah. Saat mi produksi susu
nasional masih didominasi oleh sapi perah. Populasi sapi perah dalam 3
tahun terakhir, yaitu sebanyak 581.822 ekor pada tahun 2018; 564.948
ekor pada tahun 2019 dan 568.223 ekor pada tahun 2020, dan
pengembangan ternak perah khususnya sapi perah masih terkonsentrasi
di Pulau Jawa, sementara konsumen susu tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
C. Sasaran
Sasaran kegiatan mi adalah Kelompok Tani/Peternak/Gapoktan dan
UPTD yang melaksanakan fungsi pengembangan ternak ruminansia
perah.
D.Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah;
5. Mekanisme Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup.
E. Pengertian
3
12. Tim Kabupaten/Kota adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas yang
menyelenggarakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan
dan/atau instansi terkait lainnya di kabupaten/kota.
13. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dan Pengguna Anggaran untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/lembaga yang
bersangkutan.
14. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah dilaksanakan dalam
Tahun Anggaran 2021. Jadwal palang pelaksanaan Kegiatan secara
tentative sebagai berikut
1. Pelaksanaan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah di Kelompok
Tani/Kelompok Peternak, Gapoktan dan/atau UPTD.
Bulan
No UraianKegiatan 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
* .* *
1 Persiapan
Penyusunan SK
2
Tim Pusat
5
Penyusunan
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
Penyusunan Tim
UPT dan Daerah
6 Verilikasi CPCL
Pengadaan
7
agroinput
8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan
B. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran
2021 dilaksanakan oleh Dinas Provinsi.
2. Penerima Manfaat
a. memiliki ternak atau memelihara ternak yang akan
dikembangkan;
b. memiliki kandang komunal atau tempat pemeliharaan ternak
secara berkelompok;
c. memiliki sumber pakan dan air untuk pemeliharaan ternak;
d. kelompok sudah terdaftar di Sistem Penyuluhan Pertanian
(SIMLUHTAN);
e. mengusulkan kegiatan bantuan ternak yang akan dikembangkan
melalui Dinas Daerah Kabupaten/ Kota/ Provinsi yang dituj ukan
kepada Pusat; dan
f. menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan sesuai Format-i.
2. Spesifikasi Ternak
a. Sapi perah dan kerbau perah:
1) dara dan/atau dara bunting umur 18-24 bulan;
2) pengadaan ternak jantan kerbau perah umur 24-36 bulan,
dapat dilakukan dengan rasio jantan: betina =1:20;
3) ternak yang diadakan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM);
4) mempunyai reproduksi normal yang dinyatakan dengan Surat
Keterangan Status Reproduksi (SKSR) dan dokter hewan
berwenang;
5) bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan dokter hewan
berwenang; dan
6) mempertimbangkan status penyakit dan situasi wilayah asal
ternak, dan tujuan distribusi ternak.
7
b. Kambing perah:
1) indukan umur 12-24 bulan;
2) pengadaan ternak jantan kambing perah umur 18-24 bulan,
dapat dilakukan dengan rasio jantan : betina yaitu 1 : 10;
3) ternak yang diadakan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM);
4) bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan dokter
hewan berwenang; dan
5) mempertimbangkan status penyakit dan situasi wilayah asal,
dan tujuan distribusi ternak.
F. PELAKSANAAN
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan
baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota maupun di
Penerima Manfaat, meliputi antara lain:
1. Persiapan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran
2021 dituangkan dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh Tim
Pusat dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021
dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Penerima Manfaat serta stake holder terkait. Sosialisasi dapat
dilaksanakan secara langsung ataupun tidak langsung.
8
H. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70
Tahun 2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian
Pertanian, dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak,
penggantian ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak
mampu melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi.
Contoh SP sesuai Format-2; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai
Format-3 dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging
(open camera).
BAB III
PENGORGANISASIAN
A. Tim Pusat
Tim Pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021;
2. melakukan sosialisasi dan koordinasi Dinas Daerah Provinsi,
dengan melibatkan Dinas Daerah Kabupaten/Kota dan
stakeholders terkait lainnya;
3. melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan; dan
4. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada akhir tahun
kegiatan.
B. Tim Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi, yang
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Tim Provinsi menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Jukiak) apabila
diperlukan sesuai dengan kepentingan dan kearifan lokal spesifik
daerah, dengan mengacu pada Juknis;
2. melakukan koordinasi dengan Tim Pusat;
3. melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan
kepada instansi terkait di provinsi dengan melibatkan Dinas
Daerah Kabupaten/Kota, Penerima Manfaat dan stakeholders
terkait lainnya;
4. melakukan koordinasi dengan Tim Kabupaten/Kota dalam rangka
verifikasi calon Penerima Manfaat;
5. melakukan pembinaan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
dengan baik dan kelompok dapat meningkatkan jaminan
ternaknya melalui program asuransi ternak (sapi dan kerbau);
6. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan; dan
7. membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan
kepada Kepala Dinas daerah Provinsi dan selanjutnya diteruskan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
dengan tembusan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.
11
C. Tim Kabupaten/Kota
Tim Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas daerah
Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Tim Kabupaten/ Kota menyusun Petunjuk Operasional apabila
diperlukan sesuai dengan kepentingan dan kearifan lokal spesifik
daerah, dengan mengacu pada Jukiak dan/atau Juknis;
2. melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan di
tingkat Kabupaten/ Kota;
3. melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CPCL);
4. melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan; dan
5. membuat laporan akhir tahun kegiatan dan laporan
perkembangan pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk
disampaikan kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang
kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Daerah Provinsi.
D. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK Satker Pelaksana kegiatan,
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Kelompok Tani/Kelompok Peternak/Gapoktan
a) melaksanakan pemeliharaan dan pengembangbiakan ternak
dengan baik secara berkelompok;
b) melakukan identifikasi dan inventarisasi berupa pencatatan
ternak;
c) mengelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d) melaksanakan administrasi kelompok secara tertib;
e) melaporkan perkembangan ternak secara berkala;
f) mengikuti pembinaan dan pusat/provinsi/kabupaten/kota
dan stakeholder terkait;
g) mengasuransikan ternak indukan ruminansia besar sesuai
kebutuhan;
h) Penerima Manfaat yang telah ditetapkan dalam Surat
Keputusan PPK yang diketahui oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) tidak dapat digantikan atau dibatalkan; dan
12
2. UPTD
a) melaksanakan pemeliharaan ternak sesuai dengan pedoman;
b) bersedia mendistribusikan hasil pengembangan kepada
kelompok di wilayahnya;
c) meningkatkan kapasitas SDM dalam pelaksanaan
pengembangan sapi perah;
d) melakukan pencatatan dan pemberian identitas ternak;
e) meningkatkan jaminan ternaknya melalui program asuransi
ternak (sapi);
f) melakukan administrasi kegiatan secara tertib; dan
g) melaporkan perkembangan kegiatan dan peningkatan
populasi serta produktifitas ternak.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN TEKNIS
PEMELIHARAAN TERNAK
A. Pengembangan
Pemberian bantuan kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia
Perah Tahun Anggaran 2021 merupakan stimulan untuk
mengembangkan skala usaha. Oleh karena itu Penerima Manfaat
diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka mendukung
keberhasilan kegiatan.
1. Masa pemeliharaan
Masa pemeliharaan ternak oleh Penerima Manfaat dilakukan
sampai dengan ternak dianggap sudah tidak produktif lagi,
selanjutnya ternak boleh ditukar atau diganti. Bilamana dalam
pemeliharaan terjadi kecelakaan atau lain hal yang mengakibatkan
ternak cacat, sakit atau kondisi lainnya sehingga tidak
13
2. Pemeliharaan di UPTD
a. pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan ternak
baik dan segi kualitas maupun kuantitas;
b. melakukan perkawinan secara inseminasi buatan apabila
ternak sudab dewasa secara teknis.
c. kebersihan kandang dan Iingkungan sekitar dalam rangka
pencegahan penyakit dan pencemaran limbah;
d. penimbangan dan pengukuran ternak secara rutin dan
merekap hasilnya dalam buku recording ternak;
e. pemeriksaan dan atau pengobatan ternak dapat berkoordinasi
dengan petugas kesehatan hewan setempat;
15
BAB V
MEKANISME PENYALU RAN BANTUAN
B. Pendistribusian
Dilakukan oleh penyedia barang sampai pada lokasi Penerima
Manfaat dengan mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut:
1. Sesuai lokasi yang telah ditetapkan;
2. Diketahui oleh Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas
Kabupaten/Kota; dan
3. Memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan.
BAB VI
PEMBIAYAAN
BAB VII
PEMBJNAAN DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan;
Dalam kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun
Anggaran 2021, pembinaan dilakukan terhadap manajemen
pemeliharaan, yang terdiri dan aspek pakan, kesehatan hewan,
kesejahteraan hewan, dan kelembagaan oleh Pusat, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota sejak kegiatan dilaksanakan.
Pernbinaan oleh Pusat dilaksanakan secara sampling paling kurang 1
(satu) kali sesuai dengan kebutuhan. Untuk pembinaan yang
dilaksanakan oleh Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota,
pelaksanaannya diatur oleh Dinas Daerah Provinsi dan/atau Dinas
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan.
17
B. Pendampingan
Pendampingan selama pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak
Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi
dan Dinas Daerah Kabupaten/Kota, apabila diperlukan dapat
melibatkan perguruan tinggi dan asosiasi.
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran
2021 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN
B. Indikator Outcome
1. meningkatnya rumah tangga peternakan;
2. meningkatnya skala usaha peternakan di lokasi Penerima Manfaat;
dan
3. meningkatnya produksi susu.
18
BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Sistem Pengendalian
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah mengamanatkan bahwa setiap
instansi dan satuan kerja di lingkup Kementerian/Lembaga
diharapkan dapat mengidentifikasi secara dini terjadinya
penyimpangan terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang
telah ditetapkan. Sistem Pengendalian Internal (SPI) mempunyai
peran yang sangat strategis dalam mengurangi potensi dan
mempersempit ruang gerak terjadinya berbagai bentuk kesalahan
dan penyimpangan teknis, administrasi dan korupsi di instansi
pemerintah.
C. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembarigan
Ternak Ruminansia Perah Tahun Anggaran 2021. Mekanisme sistem
pelaporan dilakukan pada setiap 4 bulan sekali (kuartal) dengan
jenjang sebagai berikut:
a. Penerima Manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan
kegiatan pada minggu pertama kepada Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/Kota/ Provinsi sesuai Format-4.
b. Dinas Daerah Kabupaten/Kota merekapitulasi seluruh laporan
perkembangan ternak untuk disampaikan kepada Kepala Dinas
Daerah Provinsi pada minggu kedua sesuai Format-5.
c. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi laporan perkembangan
kegiatan dan Kabupaten/Kota, dan menyampaikan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq Direktur
Perbibitan dan Produksi Ternak pada minggu ke tiga baik melalui
surat ataupun alamat email ri rnjcra h2O2OI gmn ii corn sesuai
Format-6 dan/atau melalui Sistem Informasi Pelaporan Bantuan
Ternak
BABX
PENUTUP
DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,
NASRULLAH
NIP. 196602231993031001
LAMPIRAN V KEPUTUSAN DIREKIUR
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR: 11 161/Kpts/PK.000/F/ 10/2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
PENYEDIAAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
SERTA PENINGKATAN PRODUKSI
TERNAK TAHUN ANGGARAN 2021.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan tingkat
pendidikan, serta kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani
dan upaya perbaikan gizi masyarakat, mendorong tuntutan peningkatan
produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan tersebut. Pemenuhan
permintaan kebutuhan dan dalam negeri diupayakan melalui usaha
budidaya dan pembibitan yang melibatkan peran serta masyarakat.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan Juncto Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa (1) Pemerintah
dan pemerintah daerah mengupayakan agar sebanyak mungkin warga
masyarakat menyelenggarakan budidaya ternak yang baik; (2) Pemerintah
dan pemerintah daerah memfasilitasi dan membina pengembangan
budidaya yang dilakukan oleh peternak dan pihak tertentu yang
mempunyai kepentingan khusus; dan (3) Pemerintah dan pemerintah
daerah membina dan memberikan fasilitas untuk pertumbuhan dan
perkembangan koperasi dan badan usaha di bidang peternakan.
Usaha budidaya ternak unggas dan aneka ternak umumnya masih dikelola
secara tradisional dengan skala usaha kecil. Usaha pembibitan dengan
2
2. Tujuan
Tujuan kegiatan Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka Ternak
Tahun Anggaran 2021, yaitu:
a. meningkatkan populasi ternak unggas ash dan/atau lokal dan aneka
ternak di lokasi penerima kegiatan; dan/atau
b. memanfaatkan dan mengembangkan ternak unggas dan aneka
ternak sumber daya genetik hewan ash dan/atau lokal.
3. Keluaran
Keluaran kegiatan Pengembangan Ternak Unggas ash dan/atau lokal
dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021, yaitu:
a. terfasihitasi dan terdistribusinya bantuan ternak unggas ash
dan/atau lokal dan aneka ternak; dan
b. termanfaatkannya sumber daya genetik hewan ash dan/atau lokal
dan aneka ternak.
4. Sasaran
Kelompok tani/ternak, Gapoktan dan UPTD Provinsi/Kabupaten/Kota
C. Ruang Lingkup
3
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka
Ternak;
5. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan pendampingan;
8. Indikator keberhasilan;
9. Pengendali Internal, Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan; dan
10. Penutup.
D. Pengertian
Dalam Keputusan mi yang dimaksud dengan:
1. Penerima Manfaat adalah kelompok tani/kelompok peternak/
Gapoktan dan/atau UPTD yang ditetapkan untuk menerima manfaat
bantuan.
2. Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit
ternak untuk keperluan sendiri atau untuk diperdagangkan.
3. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut bibit adalah ternak yang
mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan.
4. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan
sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil
ikutannya yang terkait dengan pertanian.
5. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dan luar
negeri yang telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi
kelima atau lebih yang telah beradaptasi pada lingkungan dan/atau
manajemen setempat.
6. Ternak ash adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dan Indonesia,
dan proses domestikasinya terjadi di Indonesia.
7. Rumpun adalah segolongan hewan dan suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotip yang khas dan dapat diwariskan pada
keturunannya.
4
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021
dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2021:
Bul an
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Penyusunan SK Tim
2 Kegiatan Pengembangan
Unggas dan Aneka Ternak
3 Penyusunan Juknis
4 Sosialisasi dan Koordinasi
5 Verifikasi CPCL
6 Bimbingan Teknis
7 Pengadaan agroinput
8 Distribusi ternak
Pendampingan, Pembinaan,
dan Monitoring
10 Pelaporan
6
2) Aneka Ternak
Babi
a) Rumpun yang dikembangkan yakni Landrace, Yorkshire, Duroc,
Hampshire dan/atau persilangan.
9
2. Pakan
Bantuan pakan diberikan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak
bantuan, dengan spesifikasi:
a. Ayam
1) menggunakan pakan komplit ayam ras layer grower sesuai SNI;
dan
2) memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP) yang masih berlaku.
b. Babi
1) menggunakan pakan komplit babi finisher sesuai SNI; dan
2) memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP) yang masih berlaku.
3. Kandang
a. Ayam
1) kandang cukup untuk menampung ayam dewasa dengan
kepadatan 6-10 ekor/m2 ;
2) model kandang menyesuaikan dengan kondisi lahan, dapat
berbentuk kandang baterai, slat/panggung, postal/litter atau
kombinasi panggung dan umbaran;
10
b. Babi
1) kandang cukup untuk menampung babi dewasa dan disesuaikan
dengari berat badan babi yaitu 1 ekor/m2;
2) kandang memiliki alas, dinding dan atap serta sirkulasi udara
yang baik dan memudahkan proses produksi, pembersihan,
pemberian pakan serta penanganan kesehatan hewan;
3) memiliki saluran pembuangan kotoran yang baik;
4) menggunakan bahan lokal yang kuat dan mudah didapatkan;
5) letak kandang tidak di dalam rumah; dan
6) pemeliharaan budidaya ternak ayam dilakukan secara intensif dan
komunal.
E. PELAKSANAAN
Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021
dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Dinas Daerah Provinsi.
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Unggas dan
Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021, perlu dilakukan persiapan baik di
tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota maupun di Penerima Manfaat,
meliputi antara lain:
1. Persiapan
Kegiatan operasional Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun
Anggaran 2021 dituangkan dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh
Tim Persiapan Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun Anggaran 2021 yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal
dalam bentuk Keputusan.
11
2. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021,
dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Penerima Manfaat serta stake holder terkait. Sosialisasi dapat
dilaksanakan baik secara langsung ataupun tidak Iangsung. Sosialisasi
secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan pembinaan yang
dilakukan oleh Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, sedangkan secara
tidak langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi.
G. Hibah
Hibah Ternak yang akan dihibahkan kepada Penerima Manfaat
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun
2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian,
dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan Dokumen Kelompok:
a. Dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota dengan kelompok Penerima
Manfaat;
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak,
penggantian ternak majir, pengalihan bantuan bagi yang tidak
mampu melanjutkan pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh
SP sesuai Format-3; dan
c. BAST Internal antara PPK dengan Penerima Manfaat sesuai Format-4
dilengkapi dengan fotocopy KTP, fotocopy geo tagging (open camera).
BAB III
PENGORGANISASIAN
A. Tim Pusat
Tim Pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Tim UPT, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan stakeholder terkait lainnya;
2. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada tahun berjalan;
dan
3. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun berjalan.
B. TimUPT
Tim UPT ditetapkan oleh Kepala UPT yang mempunyai tugas antara lain
sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan Tim Pusat, Dinas Daerah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan stake holder terkait lainnya;
2. Melakukan verifikasi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) kegiatan;
3. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada tahun berjalan;
dan
4. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun berjalan.
C. Tim Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Daerah Dinas Provinsi, yang
mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat, Tim UPT, Tim Kabupaten/Kota dan
stake holder terkait lainnya;
2. Melakukan sosialisasi kegiatan kepada instansi terkait di Provinsi,
Dinas Daerah Kabupaten/Kota, UPTD penerima kegiatan dan
stakeholder terkait lainnya;
3. Melakukan verifikasi calon penerima kegiatan;
4. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta pengendalian
pelaksanaan kegiatan; dan
5. Membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan kepada
Kepala Dinas Daerah Provinsi dan selanjutnya diteruskan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.
15
D. Tim Kabupaten/Kota
Tim Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat, Tim UPT, Tim Frovinsi dan
stake holder terkait lainnya;
2. Melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) kegiatan;
3. Melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta pengendalian
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan; dan
4. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada tahun
berjalan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Daerah
Kabupaten/Kota yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas
Daerah Provinsi.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN
TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK
4) Ternak sakit
Jika ada unggas dan aneka ternak yang sakit, kelompok
tani/ternak (Penerima Manfaat) harus segera melaporkan ke
Dinas Daerah Kabupaten dan ditindakianjuti oleh petugas teknis
dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan.
5) Ternak mati
Ternak yang mati harus dilaporkan kepada Dokter Hewan Dinas
Daerah Kabupaten disertai foto ternak, pakan yang tersisa
dioptimalkan untuk unggas dan aneka ternak yang masih
dipelihara.
C. Hasil Samping
Hasil samping dan pengembangan itik berupa kotoran unggas dan aneka
ternak yang diproses menjadi pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat
melepaskan unsur hara lengkap sehingga dapat meningkatkan kandungan
nutrisi tanah pada komoditas pertanian.
18
BAB V
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN
Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka
Ternak Tahun Anggaran 2021 dilakukan sesuai mekanisme penyaluran
bantuan dalam Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran
2021, sebagai berikut:
A. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Biaya Pembuatan Kandang
1. Syarat-syarat pencairan:
a. SK Penetapan penerima manfaat;
b. Data Penerima manfaat;
c. Perjanjian Kerjasama Bantuan Pemerintah yang ditandatangani
antara PPK dengan Penerima Manfaat paling kurang memuat:
1) landasan hukum;
2) prinsip;
3) kesanggupan penerima manfaat;
4) sumber dan jumlah dana;
5) lokasi pekerjaan;
6) hak dan kewajiban;
7) jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
8) pembayaran dan pencairan;
9) adendum;
10) penyerahan hasil pekerjaan;
11) force majeure;
12) sanksi;
13) penyelesaian perselisihan;
14) lain-lain;
15) Penutup
B. Mekanisme Pencairan
1. Kelompok Penerima Manfaat membuat rekening bersama pada Bank
Pemerintah, yang percairannya harus mendapatkan persetujuan paling
sedikit kedua anggota;
2. Surat pernyataan tanggungjawab mutlak terkait penggunaan biaya
bantuan pembuatan kandang ditandatangani Ketua Kelompok di atas
meterai Rp. 10.000,-;
19
C. Laporan Pertanggungjawaban
1. Penerima biaya bantuan kandang hams menyampaikan laporan
pertanggungjawaban bantuan kepada PPK setelah perkerjaan selesai
atau pada akhir tahun anggaran, meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1) Jumlah biaya awal, biaya yang
dipergunakan, dan sisa biaya;
2) Pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama;
dan
3) Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.
b. Foto/film hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
2. Dalam hal terdapat sisa biaya sampai dengan akhir tahun anggaran
(31 Desember 2021), penerima manfaat harus menyampaikan bukti
surat setoran sisa biaya ke rekening kas negara kepada PPK sesuai
dengan Perjanjian Kerja Sama sebagai dokumen tambahan laporan
pertanggungjawaban bantuan.
2. Pendistribusian
Pendistribusian ternak dan/atau pakan dilakukan oleh penyedia barang
sampai ke lokasi penerima kegiatan dengan memperhatikan antara lain:
a. lokasi kelompok/gabungan kelomopok yang telah ditetapkan; dan
b. diketahui oleh Tim Satker UPT/Dinas Daerah Provinsi dan/atau
Dinas Daerah Kabupaten.
21
BAB VI
PEMBIAYAAN
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWALAN
A. Pembinaan
Dalam Kegiatan Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran
2021, pembinaan dilakukan terhadap manajemen pemeliharaan, pakan,
kesehatan hewan, kesejahteraan hewan (kesrawan), dan kelembagaan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah
Provinsi dan Dinas Daerah Kabupaten/Kota agar tujuan Kegiatan
Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021 berjalan
dengan baik.
22
B. Pendampingan
Pendampingan selama pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Unggas dan
Aneka Ternak Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleb Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi dan Dinas
Daerah Kabupaten/ Kota, apabila diperlukan dapat melibatkan perguruan
tinggi dan asosiasi.
BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN
B. Indikator Impact
a. meningkatnya jumlah rumah tangga peternakan; dan
b. meningkatnya usaha peternakan di lokasi penerima kegiatan.
23
BAB IX
SISTEM PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Sistem Pengendalian
1. Persiapan
a. Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan; dan
b. Tim Pelaksana kegiatan.
2. Pelaksanaan
a. Verifikasi dan penetapan Penerima Manfaat;
b. Proses pengadaan;
c. Proses pencairan anggaran;
d. Proses distribusi dan transportasi bantuan sampai ke lokasi bagi
Penerima Manfaat; dan
e. Proses pemeriksaan dan penerimaan bantuan di lokasi Penerima
Manfaat.
C. Pelaporan
DIREKTUR JENDERAL
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,
NASRULLAH
NIP. 196602231993031001
Format-i
Surat Kesanggupan
SURAT KESANGGUPAN
2021
Kepala Dinas
SURAT KESANGGUPAN
2021
Kepala/ Ketua/ Pimpinan
8
Format -4
Contoh Surat Perjanjian
SURAT PERJANJIAN
ANTARA
DINAS
KABUPATEN / KOTA
DENGAN
1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat
2. Nama
Jabatan
Alamat
Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Unggas dan Aneka Ternak
Tahun 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Kornitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.
Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
2. PIHAKKEDUA
A. Hak:
Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK
Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK
Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan
Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan
Pasal 9
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 10
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.
Pasal 11
PENUTUP
NIP.
Format-5
Laporan Perkembangan Ternak
Nama Kelompok
Kabupaten/Kota/Provinsi
Laporan Bulan ke
Total
Nama Kelompok
Kabupaten/ Kota/ Provinsi
Laporan Bulan ke
No.
2 3 4 6 7 8 9 10 11
Total
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan pangan akan
semakin meningkat. Namun demikian alih fungsi lahan pertanian terus
meningkat. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengoptimalkan
pemanfaatan lahan, salah satunya adalah lahan rawa yang mempunyai
potensi untuk dijadikan lahan yang produktif. Berdasarkan data dan
Direktorat Jenderal Tanaman. Pangan (Tahun 2018) potensi lahan rawa di
Indonesia begitu luas yaitu 33 juta hektar, sekitar 10,9 juta hektar dapat
dijadikan lahan yang produktif.
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki lahan
rawa yang luas. Pemerintah akan memanfaatkan lahan rawa di
Kalimantan Tengah untuk dijadikan area persawahan produktif demi
menopang ketahanan pangan domestik. Total lahan rawa yang bakal
digarap seluas 164.598 hektare (ha) yang tersebar di 11 kabupaten/kota,
sebanyak 85.456 hektar diantaranya akan dilakukan intensifikasi lahan
atau peningkatan produksi dan sawah yang sudah ada sebelumnya.
Intensifikasi dilakukan dengan menambah bantuan sarana produksi
pertanian yang digunakan petani setempat.
Pemerintah telah menetapkan Kalimantan Tengah menjadi lumbung
pangan atau food estate dalam rangka mengantisipasi dampak kekeringan
terhadap ketersediaan bahan pangan pokok. Pengembangan lahan rawa
sebagai lahan pangan masa kini dan masa depan dinilai sangat strategis
2
Ternak itik memiliki kelebihan dalam hal sikius produksi yang cepat dan
pangsa pasar yang besar. Namun demikian, usaha budidaya ternak itik
lokal umumnya masih dikelola secara tradisional dengan skala usaha
kecil. Untuk itu kawasan FE Kalteng dapat dikembangkan dan diperkuat
melalui pembentukan korporasi peternak, sehingga kegiatan budidaya itik
tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan ekonomi peternak.
C. Sasaran
Kelompok peternak itik di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas,
Kalimantan Tengah.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksana meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate;
5. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup.
4
E. Pengertian
Dalam Petunjuk Pelaksanaan mi yang dimaksud dengan:
1. Rumpun adalah segolongan hewan dan suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotip yang khas dan dapat diwariskan pada
keturunannya.
2. Penerima Manfaat adalah Kelompok Tani/Kelompok
Peternak/Gapoktan yang melaksanakan fungsi pengembangan
ruminansia perah yang ditetapkan untuk menerima manfaat bantuan
3. Peternak adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
4. Kelompok Tani/Kelompok Peternak adalah gabungan anggota
masyarakat yang melakukan usaha ternak yang tumbuh berdasarkan
keakraban untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
5. Penerima Manfaat adalah Kelompok Tani/Kelompok Ternak/
Gabungan Kelompok Tani/ Gabungan Kelompok Ternak.
6. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi dibidang peternakan dan kesehatan hewan.
8. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat adalah unit pelaksana pengadaan
ternak bantuan.
9. Dinas Daerah Provinsia dalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan
hewan.
10. Dinas Daerah Kabupaten adalah perangkat daerah kabupaten yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan
hewan.
11. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
12. Tim BPTU-HPT adalah kelompok kerja dan BPTU-HPT Pelaihari
dan/atau dapat melibatkan unsur Iainnya yang ditetapkan oleh
Kepala UPT.
5
13. Tim Provinsi adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas Daerah, Badan,
Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan
kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di provinsi yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di provinsi.
14. Tim Kabupaten adalah tim atas unsur Dinas Daerah, Badan, Kantor
Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan kesehatan
hewan dan/atau instansi terkait lainnya di Kabupaten yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di Kabupaten.
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021
dilaksanakan:
N Bulan
Uraian Kegiatan
o 1011 121234567891011 12
1 Persiapan
Penyusunan SK
2 Tim Food Estate
PKH
Penyusunan
Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
6
5 Verifikasi CF/CL
Bimbingan
6
Teknis
7 Pengadaan
agroinput
8 Distribusi ternak
Pendampingan,
9 Pembinaan, dan
Monitoring
1
0 Pelaporan
c. Kandang
1) Kandang cukup untuk menampung itik dewasa dengan
kepadatan 5-6 ekor/m2;
2) Model kandang itik petelur berbentuk panggung;
3) Kandang memiliki alas, dinding dan atap, serta sirkulasi udara
yang baik dan memudal-ikan proses produksi, pembersihan,
pemberian pakan serta penanganan kesehatan hewan;
4) Dilengkapi dengan tempat pakan dan minum;
5) Menggunakan bahan lokal yang kuat dan mudah didapatkan;
dan
6) Pemeliharaan budidaya ternak itik dilakukan secara intensif dan
komunal.
E. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pengembangan itik di lokasi Food Estate tahun
anggaran 2021 dilakukan sebagai berikut:
1. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021
dilakukan sosialisasi di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan
Penerima Manfaat serta stakeholder terkait.
Sosialisasi dilaksanakan secara langsung melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Ditjen PKH, Dinas Daerah provinsi,
dan Dinas Daerah Kabupaten, sedangkan secara tidak langsung
dilaksanakan melalui bahan publikasi.
2. Pelaksanaan CP/CL dan Verifikasi Penerima Manfaat
Tahapan pelaksanaan CP/CL dan verifikasi Penerima Manfaat
kegiatan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021 sebagai berikut:
a. Kelompok tani/ternak yang memenuhi kriteria CP/CL
mengusulkan permohonan bantuan pemerintah kepada Dinas
Daerah Kabupaten melalui BPP dengan persyaratan dan
memuat informasi yang lengkap, di antaranya: identitas ketua,
anggota kelompok tani/ternak disertai NIK, alamat jelas, usulan
bantuan (ternak dan sapronak), nomor rekening dan informasi
lain yang dibutuhkan.
10
G. Hibah
Hasil pengadaan barang/jasa dalam Pengembangan Itik di lokasi Food
Estate Tahun Anggaran 2021, dihibahkan kepada Penerima Manfaat
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai hibah. dan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. dilengkapi dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara
Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan kelompok penerima manfaat.
b. Surat Perjanjian (SP) berisi hak dan kewajiban paling kurang
memuat: jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak,
pengalihan bantuan bagi yang tidak mampu melanjutkan
pemeliharaan, perselisihan dan sanksi. Contoh SP sesuai Format-2.
BAB III
PENGORGANISASIAN
B. Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi, yang
mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat dan Tim Kabupaten yang menangani
fungsi teknis peternakan;
2. Melakukan sosialisasi kegiatan ke Dinas Daerah Kabupaten dan
stakeholder lainnya;
3. Melakukan verifikasi calon Penerima Manfaat bersama dengan Tim
Pusat/ Tim BPTU-HPT Pelaihari dan Tim Kabupaten;
4. Melakukan pengendalian, pembinaan dan pemantauan serta
pelaksanaan kegiatan; dan
5. Membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan kepada
Kepala BPTU-HPT Pelaihari.
C. Kabupaten/Kota
Tim Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah
kabupaten/kota, yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat dan Tim Dinas Provinsi;
13
D. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat ditetapkan oleh PPK satker pelaksana kegiatan dan
memiliki tugas sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengelolaan pemeliharaan dan pengembang biakan
ternak itik;
2. Melakukan administrasi secara tertib;
3. Melaporkan perkembangan populasi ternak secara berkala kepada
Kepala Dinas Daerah Kabupaten;
4. Mengikuti pembinaan dan Pusat/BPTU-HPT Pelaihari/Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten dan Stakeholder lain; dan
5. Mengikuti bimbingan teknis dan non teknis dan BPTU-HPT
Pelaihari/Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten.
14
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN FOOD ESTATE
b. Ternak sakit
Jika ada itik yang sakit, kelompok tani/ternak (Penerima Manfaat)
harus segera melaporkan ke Dinas Daerah Kabupaten dan
ditindakianjuti oleh petugas teknis dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan.
c. Ternak mati
Ternak yang mati harus dilaporkan kepada Dokter Hewan Dinas
Daerah Kabupaten disertai foto ternak, pakan yang tersisa
dioptimalkan untuk itik yang masih dipelihara.
B. Kesehatan Itik
Dalam pengembangbiakan itik hams memperhatikan aspek kesehatan
hewan, antara lain pemberian vitamin dan mineral melalui air minum atau
pakan. Diberikan vaksinasi secara berkala untuk menjaga kesehatan itik.
Dalam hal ditemukan adanya gejala penyakit segera melakukan tindakan
pencegahan dan selanjutnya melaporkan ke Dokter Hewan Dinas Daerah
Kabupaten untuk mendapatkan pengobatan secepatnya.
C. Hasil Samping
Hasil samping dan pengembangan itik berupa kotoran itik yang diproses
menjadi pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat melepaskan unsur
hara lengkap sehingga dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah pada
komoditas utama yakni padi dan jagung.
16
BAB V
MEKANISME PENCAIRAN DAN PENYALURAN BANTUAN
Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Food Estate Tahun 2021 dilakukan
sesuai mekanisme penyaluran bantuan dalam Pengembangan Itik di lokasi
Food Estate Tahun Anggaran 2021, sebagai berikut:
A. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Biaya Pembuatan Kandang
1. Syarat-syarat pencairan:
a. SK Penetapan penerima manfaat;
b. data Penerima manfaat;
c. perjanjian kerjasama bantuan pemerintah yang ditandatangani
antara PPK dengan Penerima Manfaat paling kurang memuat:
1) Landasan Hukum;
2) Prinsip;
3) Kesanggupan penerima manfaat;
4) Sumber dan jumlah dana;
5) Lokasi Pekerjaan;
6) Hak dan Kewajiban;
7) Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
8) Pembayaran dan pencairan;
9) Adendum;
10) Penyerahan hasil pekerjaan;
11) Force Majeure;
12) Sanksi;
13) Penyelesaian perselisihan;
B. Mekanisme Pencairan
1. Kelompok Penerima Manfaät membuat rekening bersama pada Bank
Pemerintah, yang percairannya harus mendapatkan persetujuan paling
C. Laporan Pertanggungjawaban
1. Penerima biaya bantuan kandang harus menyampaikan laporan
pertanggungjawabari bantuan kepada PPK setelah perkerjaan selesai
atau pada akhir tahun anggaran, meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1) Jumlah biaya awal, biaya yang
dipergunakan, dan sisa biaya;
2) Pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama;
dan
3) Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.
b. Foto/film hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
2. Dalam hal terdapat sisa biaya sampai dengan akhir tahun anggaran (31
Desember 2021), penerima manfaat harus menyampaikan bukti surat
setoran sisa biaya ke rekening kas negara kepada PPK sesuai dengan
perjanjian kerja sama sebagai dokumen tambahan laporan
pertanggungjawaban bantuan.
2. Pendistribusian
Pendistribusian Ternak dan/atau Pakan dilakukan oleh penyedia barang
sampai ke lokasi penerima kegiatan dengan memperhatikan antara lain:
a. lokasi kelompok/Gabungan Kelomopok yang telah ditetapkan; dan
b. diketahui oleh Tim Satker UPT/Dinas Daerah provinsi dan/atau
Dinas Daerah kabupaten.
19
BAB VI
PEMBIAYAAN
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan
Dalam Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021, pembinaan dilakukan terhadap teknis budidaya, manajemen
pemeliharaan, pakan, kesehatan hewan, kesejahteraan hewan (kesrawan),
dan kelembagaan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Dinas Daerah Provins'i dan Dinas Daerah Kabupaten/kota agar
tujuan Kegiatan Pengembangan Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran
2021 berjalan dengan baik.
B. Pendampingan
Pendampingan selama pelaksanaan Program dan Kegiatan Pengembangan
Itik di Lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Daerah
20
BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Pengendalian Internal
Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 merupakan
kegiatan strategis yang harus berjalan efisien, efektif dan tertib. Untuk
mencapai hal tersebut perlu disusun dokumen sistem pengendalian internal
(SPI) Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun Anggaran 2021 yang
memuat identifikasi resiko, analisa resiko, rencana pengendalian risiko,
informasi dan komunikasi serta rencana pemantauan pengendalian risiko.
C. Pelaporan
Pelaporan dimaksudkan dalam menyediakan informasi tentang kemajuan
atau perkembangan pelaksanaan Pengembangan Itik di lokasi Food Estate
Tahun Anggaran 2021. Mekanisme pelaporan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Penerima manfaat melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
setiap minggu kepada Kepala Dinas Daerah Kabupaten seperti Format 3.
2. Dinas Daerah Kabupaten merekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dan Penerima Manfaat untuk disampaikan kepada Kepala
Dinas Daerah Provinsi setiap 1 (satu) bulan selambatnya tanggal 5 (lima)
bulan berikutnya.
3. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dan Dinas Daerah Kabupaten untuk disampaikan kepada
Kepala BPTU-HPT Pelaihari setiap 1 (satu) bulan selambatnya tanggal 15
bulan berikutnya.
4. Kepala BPTU-HPT Pelaihari merekapitulasi seluruh laporan
DIREKTIJR JENDERAL
PETERNAKANDAN KESEHATAN HEWAN,
,'NASRULLAH (
NIP. 196602231993031001
Format-i Surat Kesanggupan Kelompok
2020
Ketua kelompok
( )
Format -2
Contoh Surat Perjanjian
SURAT PERJANJIAN
ANTARA
DINAS
KABUPATEN/ KOTA
DENGAN
Kepala/Ketua/ Pimpinan
1. Nama
NIP
Jabatan
Alamat
2. Nama
Jabatan
Alamat
Memperhatikan:
1) Keputusan Direktur Jenderal nomor tanggal
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Itik di lokasi Food Estate Tahun
Anggaran 2021.
2) Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana
Pengadaan nomor tanggal tentang
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima fasilitasi bantuan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berupa
ternak sejumlah ekor.
Pasal 2
TUJUAN DAN PERUNTUKAN
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
2. PIHAK KEDUA
A. Hak:
Memanfaatkan fasilitasi bantuan sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya.
B. Kewajiban:
1) Memelihara dan mengembangbiakan ternak dengan baik.
2) Mengelola aset sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Tidak memindahtangankan ternak bantuan kepada pihak lain.
4) Tidak menjaminkan atau menggadaikan ternak.
5) Tidak melakukan pemanfaatan bantuan selain sesuai tujuan dan
peruntukan.
6) Mengikuti bimbingan teknis dan arahan dan petugas Dinas dan
stakholder terkait.
7) Menyampaikan laporan perkembangan populasi ternak.
Pasal 4
PENGEMBANGAN TERNAK
Pasal 5
PENGGANTIAN TERNAK
Pasal 6
PENGALIHAN
Pasal 7
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
Disesuaikan
Pasal 8
PERUBAHAN/ADDENDUM
Disesuaikan
Pasal 9
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan pemanfaatan bantuan ternak yang
tidak sesuai dengan tujuan dan peruntukannya, PIHAK KEDUA bersedia
menanggung hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 10
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama mi, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah dan mufakat belum dapat dicapai suatu
penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan
penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri yang ada wilayah kedua belah
pihak, sesuai dengan peraturan perundangan;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adalah mengikat kedua belah pihak.
Pasal 11
PENUTUP
NIP.
Format-3
Laporan Perkembangan Ternak
Nama Kelompok
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Laporan Bulan
Posisi Kegiatan di area 30 ribu Ha / diluar area 30 ribu Ha *
Target Kegiatan ekor
Total
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi pembudidayaan
ternak yang penting dan strategis untuk meningkatkan produksi dan
mutu basil dalam penyediaan pangan asal ternak yang memiliki daya
saing tinggi.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3),
yaitu Pemerintah berkewajiban untuk melakukan pengembangan usaha
pembenihan dan atau pembibitan dengan melibatkan peran serta
masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih, bibit dan atau bakalan.
Dilanjutkan pada ayat (3) bahwa dalam hal usaha pembenihan dan/atau
pembibitan oleh masyarakat belum berkembang, Pemerintah membentuk
unit pembenihan dan/atau pembibitan.
2
C. Sasaran
Unit Pelaksanan Teknis (UPT) Pembibitan dan/atau Balai Inseminasi
Buatan Daerah (BIBD) yang telah diverifikasi.
3
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksana meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan;
3. Pengorganisasian;
4. Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Pembibitan Ternak di Unit
Pelayanan Teknis Daerah Tahun Anggaran 2021;
5. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Bantuan;
6. Pembiayaan;
7. Pembinaan dan Pendampingan;
8. Indikator Keberhasilan;
9. Pengendalian Internal, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan
10. Penutup.
E. Pengertian
Dalam Petunjuk Pelaksanaan mi yang dimaksud dengan:
1. Rumpun adalah segolongan hewan dan suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotip yang khas dan dapat diwariskan pada
keturunannya.
2. Penerima Manfaat Kelompok tani/Kelompok Peternak/Gapoktan
dan/atau UPTD/BIBD yang ditetapkan untuk menerima manfaat
bantuan.
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disebut UPTD adalah
intansi pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi antara
produksi dan distribusi benih dan/atau bibit ternak.
4. Bibit Hewan yang selanjutnya disebut bibit adalah hewan yang
mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
5. Sarana adalah segala sesuatu yang digunakan dalam produksi benih
dan/atau bibit ternak.
6. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya proses produksi benih dan/atau bibit ternak.
7. Recording/Pencatatan adalah suatu kegiatan yang meliputi
identifikasi, pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan reproduksi,
pencatatan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dalam
populasi terpilih.
4
8. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dan unsur eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
9. Tim Provinsi adalah tim yang terdiri atas unsur Dinas Daerah,
Badan, Kantor Daerah yang menyelenggarakan fungsi peternakan
dan kesehatan hewan dan/atau instansi terkait lainnya di provinsi
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas di provinsi.
10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi dibidang peternakan dan kesehatan hewan.
11. Dinas Daerah Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan
hewan.
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN
B. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat yaitu UPTD dan BIBD yang memiliki fungsi
produksi dan distribusi benih dan/atau bibit ternak.
D. Hibah
BAB III
PENGORGANISASIAN
1. Melakukan koordinasi;
2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas Daerah
Provinsi/ UPTD/ BIBD dan stakeholder terkait lainnya;
3. Melakukan pengendalian, pembinaan dan pemantauan pada tahun
berjalan; dan
4. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun berjalan.
B. Tim Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi, yang
mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1. Berkoordinasi dengan Tim Pusat, Tim UPTD/BIBD serta stakeholder
terkait lainnya;
2. Melakukan sosialisasi kegiatan di Provinsi dan stake holder lainnya;
3. Melakukan pengendalian, pembinaan dan pemantauan serta
pelaksanaan kegiatan; dan
4. Membuat laporan akhir kegiatan dan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan untuk disampaikan kepada
Kepala Dinas Daerah Provinsi dan selanjutnya diteruskan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PEMBIBITAN TERNAK
DI UPTD/BIBD
A. Sosialisasi
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Penguatan UPTD Tahun Anggaran 2021 dilakukan sosialisasi di tingkat
Pusat, Provinsi, dan penerima kegiatan UPTD/BIBD serta stake/wider
terkait.
Sosialisasi dilaksanakan secara langsung melalui koordinasi dan
pembinaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Dinas Daerah Provinsi, sedangkan secara tidak
langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi.
3 Penyusunan Juknis
Sosialisasi dan
4
Koordinasi
5 CPCL/verifikasi
6 Bimbingan Teknis
7 Pengadaari agroinput
Distribusi Sarana
8
Prasarana
Pendampingan,
9 Pemhinaan, dan
Monitoring
10 Pelaporan
8
BAB V
MEKANISME PENCAIRAN DANA
A. Mekanisme Pencairan
1. Penerima Manfaat membuat rekening bersama pada Bank Pemerintah;
2. PPK akan mentransfer biaya ke rekening Penerima Manfaat setelah
penandatangan perjanjian kerjasarna;
3. Pencairan biaya dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap;
4. Pencairan biaya dilakukan oleh Penerima Manfaat dengan dilampiri
bukti penerimaan;
5. Pencairan biaya kepada Penerima Manfaat dapat dilakukan melalui
mekanisme LS ke rekening Penerima Manfaat atau UP.
C. Laporan Pertanggungjawaban
1. Penerima biaya hams menyampaikan laporan pertanggungjawaban
bantuan kepada PPK pada akhir tahun anggaran, meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1) jumlah biaya awal, biaya yang dipergunakan, dan sisa biaya;
2) pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja
Sama; dan
3) pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.
b. Foto/flim hash pekerjaan yang telah diselesaikan.
2. Dalam hal terdapat sisa biaya sampai dengan akhir tahun anggaran (31
Desember 2020), Penerima Manfaat hams menyampaikan bukti surat
setoran sisa biaya ke rekening kas negara kepada PPK sesuai dengan
perjanjian kerja sama sebagai dokumen tambahan laporan
pertanggungjawaban bantuan.
D. PPK mengesahkan berita acara serah terima setelah basil verifikasi setelah
sesuai dengan perjanjian kerja sama.
1. Pencairan dana
Pencairan dana Penguatan Pembibitan UPTD Tahun Anggaran 2021
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10
2. Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Penguatan Pembibitan UPTD
Tahun Anggaran 2021, dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang Pengadaan Barang/Jasa.
BAB VI
PEMBIAYAAN
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan
Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan
dalam pelaksanaan kegiatan. Pembinaan dilakukan terhadap manajemen
pemeliharaan, manajemen produksi, manajemen pakan, kesehatan hewan,
kesejahteraan hewan (kesrawan), dan kelembagaan oleh pusat dan Dinas
Daerah Provinsi sejak kegiatan dilaksanakan.
Pembinaan oleh Pusat dilakukan paling kurang 1 (satu) kali sesuai dengan
kebutuhan. Untuk pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Daerah
Provinsi sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan
Pembinaan secara berkelanjutan dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, sehingga perlu mengalokasikan anggaran
pembinaan/pendampingan, baik yang berasal dan dana APBN maupun
APBD.
B. Pendampingan
Pendampingan dilakukan dalam rangka menjaga agar pelaksanaan
kegiatan Penguatan Pembibitan di UPTD Tahun Anggaran 2021 sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
11
BAB VIII
INDIKATOR KEBERHASILAN
A. Indikator Keberhasilan
Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan dan hasilnya dapat dijadikan sebagai
bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya
serta untuk akuntabilitas publik. Keberhasilan kegiatan dapat diukur
dengan menggunakan:
1. Indikator keluaran (Output)
Tersedianya sarana dan prasarana.
2. Indikator hasil (Outcome)
Peningkatan produksi benih dan/atau bibit ternak dan/atau populasi
di UPTD/BIBD.
BAB IX
PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Sistem Pengendalian
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Proses pengendalian di setiap satker diatur sesuai
dengan masing-masing Satuan Kerja Provinsi. Dalam kegiatan terdapat
titik kritis yang perlu dikendalikan yaitu:
1. Persiapan
Sosialisasi Petunjuk Teknis;
2. Pelaksanaan
a. verifikasi dan penetapan penerima kegiatan;
b. proses pengadaan;
C. proses pencairan anggaran;
d. proses pemeriksaan dan penerimaan di lokasi
C. Pelaporan
Pelaporan dimaksudkan dalam menyediakan informasi tentang
kemajuan atau perkembangan pelaksanaan Penguatan Pembibitan
Ternak di UPTD Tahun Anggaran 2021. Mekanisme pelaporan
dilaksanakan sebagai berikut:
1. UPTD dan BIBD melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
setiap bulan kepada Dinas Daerah Provinsi seperti format 1.
2. Dinas Daerah Provinsi merekapitulasi laporan perkembangan kegiatan
dan UPTD dan BIBD, dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan Direktur
Perbibitan dan Produksi Ternak setiap bulan.
BABX
PENUTUP
DIRERTUR JENDERAL
PETERNAXAN DAN KESEHATAN HEWAN,
4 f7
NASRULLAH
NIP. 196602231993031001