Anda di halaman 1dari 8

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 13, No. 3, 2020

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

PERBANDINGAN HASIL METODE IDENTIFIKASI SPESIES : MORFOLOGI DAN


MOLEKULER PADA IKAN JULUNG-JULUNG DI TPI (TEMPAT PELELANGAN IKAN)
MUARA ANGKE, DKI JAKARTA
COMPARISON OF THE RESULTS OF SPECIES IDENTIFICATION METHOD: MORPHOLOGY
AND MOLECULARS IN JULUNG-JULUNG FISH AT MUARA ANGKE, DKI JAKARTA

Audina Putri1*, Hawis Madduppa1,2


1
Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

*Corresponding author e-mail: putriaudina@apps.ipb.ac.id

Submitted: 18 May 2020 / Revised: 10 December 2020 / Accepted: 14 December 2020

http://doi.org/ 10.21107/jk.v13i3.7303
ABSTRACT

The Congaturi halfbeak (Hyporhampus limbatus), also known as the Valenciennes halfbeak, is an
important economic fish in the fisheries sector of Indonesia, with a high level of diversity. The high
diversity creates difficulties in the identification process for each species. The identification of species
can be based on morphological and molecular methods. Therefore, this study aimed to compare the
results of the morphological and molecular identification methods using a sample of H. limbatus.
Morphological identification was carried out using morphometric techniques and for molecular
identification following DNA Barcoding protocol. The results showed both morphological and
molecular methods indicate that the sample was identified as Hyporhampus limbatus. The
morphology of the Hyporhampus limbatus has an elongated body shape with a silvery color filled with
scales all over his body except on the head. The lower jaw is taper in shape longer than the upper jaw
and has an immarginate tail. While for the DNA Barcoding results show high similiraty (97%) and
percentage of query coverage (98%) to identify Hyporhampus limbatus.

Keyword: morphological, molecular, garfish

ABSTRAK

Ikan julung-julung (Hyporhampus limbatus) merupakan ikan ekonomis penting di sektor perikanan
Indonesia yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi. Tingginya keragaman menyebabkan
kesulitan dalam proses identifikasi dari setiap spesies. Metode yang dapat digunakan untuk
identifikasi spesies adalah metode morfologi dan molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan hasil dari metode identifikasi morfologi dan molekuler dengan menggunakan sampel
ikan julung-julung. Identifikasi morfologi dilakukan menggunakan teknik morfometrik sedangkan untuk
molekuler diaplikasikan dengan DNA Barcoding. Hasil identifikasi dengan metode morfologi dan
molekuler menunjukkan hasil yang sama yaitu Hyporhampus limbatus. Berdasarkan hasil identifikasi
morfologi Hyporhampus limbatus memiliki bentuk tubuh yang memanjang dengan warna perak
dengan sisik di seluruh tubuhnya kecuali pada bagian kepala. Rahang bawahnya berbentuk lancip
dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan rahang atas serta memiliki ekor imarginate. Hasil
molekuler (DNA Barcoding) menunjukkan bahwa Hyporhampus limbatus memiliki nilai yang tinggi
untuk tingkat kemiripan (97%) dan Query Cover (98%).

Kata kunci: morfologi, molekuler, ikan julung-julung

PENDAHULUAN yang berada di tengah kota menjadikan


tempat ini sangat strategis. Tingginya potensi
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke perikanan yang dimiliki menjadikan Muara
merupakan tempat pelelangan ikan terbesar Angke sebagai pusat pelabuhan perikanan di
yang terletak di pusat Kota Jakarta. Letaknya Jakarta sejak tahun 1977 (Nadia, 2016). TPI

168
Jurnal Kelautan, 13(3), 168-175 (2020)
yang beroperasi di malam hari ini banyak spesies, antara lain penelitian Utami et al.,
mendaratkan jenis ikan dari berbagai wilayah (2018) yang membahahas tentang kelimpahan
di sekitar Jakarta. Salah satu ikan yang mudah serta persebaran Terpios hoshinota di wilayah
ditemui di kawasan ini adalah ikan julung- Bengkulu dan Kepulauan Seribu; Anzani et
julung. Ikan julung-julung hidup secara al.,(2019), yang berfokus pada identifikasi
bergerombol dalam skala besar dengan molekuler pada Didemnum sp. di Perairan
panjang tubuh mencapai 45 cm, namun pada Raja Ampat; dan riset Madduppa et al., (2016)
umumnya ditemukan dalam ukuran 30 cm yang mengungkapkan eksploitasi Skate dan
(Genisa, 1999). Ikan ekonomis penting ini Stingrays (Chordata dan Chondrichthyes) di
memiliki ciri utama yaitu rahang bawah yang pasar ikan Indonesia. Kelebihan dari teknik ini
lebih panjang dibandingkan dengan rahang yaitu mampu mengidentifikasi spesies
atasnnya (Bafagih et al., 2018). Ikan ini meskipun sampel yang digunakan tidak dalam
mampu hidup di segala jenis perairan, seperti keadaan utuh (terdapat bagian tubuh yang
perairan laut, payau, hingga tawar (Fadhil et hilang) (Prehadi et al., 2015), karena dalam
al., 2016) dan terdistribusi secara merata di pengerjaannya hanya membutuhkan jaringan
perairan Indonesia seperti Pulau Sumatera, tubuh sampel (Sembiring et al., 2015)
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bangka-Belitung
dan Kepulauan Indonesia lainnya serta di Penelitian molekuler pada ikan julung-julung
sungai-sungai di Semenanjung Malaysia dan sendiri telah dilaporkan Achmad et al. (2019)
sungai-sungai di Siam (Samuel, 2010). di perairan laut, Maluku Utara. Namun laporan
pada perairan laut Jawa, belum ditermukan.
Secara taksonomi ikan julung-julung Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
merupakan famili Hemiramphidae, dimana hasil identifikasi ikan julung-julung
terdapat 12 genus didalam famili tersebut menggunakan metode morfologi dan
antara lain: Arrhampus, Chriodorus, molekuler
Euleptorhamphus, hemiramphus,
Hyporhamphus, Melapedalion, MATERI DAN METODE
Rhynchorhampus, Dermogenys, Waktu dan Lokasi Penelitian
Hemirhamphodon, Nomorhamphus,
Tondanichthys, dan Zenarchopterus (FAO, Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
2019). Hal tersebut menandakan bahwa ikan tahun 2019. Pengambilan, pengamatan, dan
ini memiliki tingkat keragaman yang tinggi pengukuran sampel dilakukan di Tempat
sehingga sulit untuk melakukan identifikasi Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke
tiap spesies. sedangkan analisa morfometrik dan molekuler
dilakukan di Laboratorium Biodiversitas dan
Identifikasi spesies bisa dilakukan dengan Biosistematika Kelautan IPB University.
metode morfologi dan molekuler. Morfologi
ikan merupakan ilmu pengetahuan mengenai Pengambilan dan Identifikasi Sampel
bentuk tubuh dan susunan ikan. Salah satu
teknik yang kerap dijadikan acuan dalam Sampel berupa ikan julung-julung diambil
identifikasi morfologi ikan adalah morfometrik. sebanyak 30 ekor dengan menggunakan
Morfometrik merupakan teknik dalam metode random sampling.Selanjutnya
identifikasi ikan dengan melakukan dilakukan identifikasi terhadap sampel
perhitungan bentuk tubuh secara umum yang menggunakan metode morfologi dan
bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman molekuler. Sampel sirip diambill dari sirip ikan
subyek (Fadhil et al., 2016). Landmark dan disimpan di dalam botol yang berisi
perhitungan morfometrik merupakan hasil ethanol 96% untuk keperluan DNA barcoding.
ekspresi genotip suatu spesies yang diamati
Karakterisasi Morfologi
(Roesma et al., 2019). Identifikasi molekuler
identik dengan pengaplikasian DNA Pengamatan dan pengukuran dengan
Barcoding, yaitu teknik identifikasi yang menggunakan teknik morfometrik. Pengukuran
mengacu pada susunan basa nukleotida yang sampel menggunakan jangka sorong sebagai
dimiliki suatu spesies (Hajibabaei et al., 2006 alat bantu ukur dan timbangan digital sebagai
dalam Triandizal et al., 2018). alat bantu pengukuran bobot. Menurut Myers
(2013), landmark (karakter) pengukuran
DNA Barcoding merupakan teknik baru untuk
morfometrik ikan meliputi Panjang Total (PT),
mengidentifikasi spesies dibandingkan dengan
Panjang Standart (PS), Panjang Kepala (PK),
morfometrik. Meskipun demikian sudah
Panjang Sebelum Sirip Dorsal (PSSD),
banyak penelitian yang menggunakan teknik
Panjang Sebelum Sirip Ventral (PSSV),
DNA Barcoding untuk mengidentifikasi
Panjang Sebelum Sirip Anus (PSSA), Tinggi

169
Putri dan Maduppa, Perbandingan Hasil Metode Identifikasi
Kepala (TK), Tinggi Badan (TB), Tinggi bagian Atas (PSEA), Panjang Sirip Ekor
Pangkal Ekor (TPE), Tinggi Batang Ekor bagian Tengah (PSET), Panjang Sirip Ekor
(TBE), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PDSD), bagian Bawah (PSEB), Panjang Moncong
Panjang Dasar Sirip Anus (PDSA), Panjang (PM), Diamterer Mata (DM), Jarak Mata ke
Dasar Sirip Ventral (PDSV), Panjang Dasar Tutup Insang (JMTI), Jarak Antara Dua Mata
Sirip Pektoral (PDSP), Panjang Sirip Ekor (JAM), dan Lebar Badan (LB) (Gambar 1).

Gambar 1. Titik pengamatan morfometrik Ikan Julung-Julung (Hyporhampus limbatus). Sketsa dibuat
menggunakan drawing pad berdsaarkan penampakan morfologi.

Karakterisasi Molekuler Hasil PCR dikirim ke layanan DNA sequencing


Singapura untuk memperoleh sekuens DNA.
Metode molekuler dilakukan dengan
menggunakan teknik DNA Barcoding. Analisis Data
Tahapan yang dilakukan dalam teknik DNA Metode Morfologi
Barcoding antara lain: ekstraksi DNA, PCR
(Polymerase Chain Reaction), visualisasi DNA Analisis morfologi sampel dilakukan dengan
dengan elektroforesis, dan sequencing DNA. menggunakan (Collette, 1974; Collette et al.,
Jaringan otot sampel yang sudah dipreservasi 1986). Pengukuran morfomerik yang didapat
dengan menggunakan alkohol 96% dijadikan kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
sebagai bahan ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA hubungan panjang berat tubuh ikan. Menurut
dilakukan untuk memisahkan DNA yang Fuadi et al., (2016) hubungan panjang berat
tersimpan pada sampel (Fahmi et al., 2020). bisa dapat diketahui menggunakan
Tahapan ekstraksi DNA dilakukan sesuai persamaan Linear Allomatric Model (LAM).
petunjuk yang tertera pada gSYNCTM DNA Adapun persamaan LAM yaitu:
Extraction Kit. Langkah berikutnya adalah
teknik PCR yang bertujuan untuk W= (aLb)………………………………………(1)
memperbanyak DNA target (Gen mitokondria
sitokrom c oksidase subunit I) dengan W = berat ikan (gram)
menggunakan primer FishF1 (5’- L = panjang ikan (cm)
TCAACCAACCAAAGACATTGGCAC-3); a = intercept regresi linear
FishR1 (5’- b = koefisien regresi
TAGACTCTGGGTGGCCAAAGAATCA-3)
Nilai b yang didapat menggambarkan pola
(Ward et al., 2015). PCR memiliki tiga tahapan
pertumbuhan ikan. Nilai b=3 menggambarkan
antara lain, denaturasi (94˚C, 30 detik);
terjadi pola pertumbuhan isometric, yaitu
anelling (50˚C, 1 menit); ekstensi (72˚C, 1
pertambahan berat berbanding lurus dengan
min), dan ekstensi akhir di 72˚C selama 7
panjang tubuh ikan), nilai b kurang ataupun
menit. Hasil dari PCR kemudian disimpan
lebih menggambarkan pola pertumbuhan
dalam lemari pendingin bersuhu 4˚C. Langkah
allometric. Allometric positif (pertambahan
selanjutnya adalah visualisasi hasil PCR
berat lebih cepat dibandingkan dengan
melalui teknik elektroforesis (120 V, 20 menit)
pertambahan panjang) terjadi jika nilai b lebih
dengan menggunakan media agarose 1%.
dari 3, dan allometric negatif (pertambahan
panjang lebih cepat dibandingkan dengan

170
Jurnal Kelautan, 13(3), 168-175 (2020)
pertambahan berat) terjadi jika nilai b kurang HASIL DAN PEMBAHASAN
dari 3. Morfologi

Metode Molekuler.Hasil sequencing yang Hasil identifikasi morfologi menunjukkan


diperoleh dilakukan pengeditan dengan bahwa 30 ekor ikan julung-julung yang
software MEGA 6.0 kemudian dilanjutkan didapatkan dari TPI Muara Angke memiliki
dengan mengidentifikasinya menggunakan bentuk tubuh yang memanjang dengan warna
BLAST (Basic Local Alligment Search Tool). perak. Tubuhnya dipenuhi sisik kecuali pada
Hasil BLAST tersebut kemudian dicocokkan bagian kepala. Rahang bawahnya berbentuk
dengan persamaan urutan basa pada lancip dengan ukuran lebih panjang
GeneBank melalui situs NCBI. Hasil tersebut dibandingkan dengan rahang atas serta
merupakan urutan refrensi dari urutan Gene- memiliki ekor imarginate (Gambar 2).
Bank database dengan maksimum kemiripan
tertinggi (Madduppa et al., 2017)

Gambar 2. Penampakan melintang karakteristik morfologi ikan Hyporhampus limbatus

Kisaran perhitungan morfometrik berdasarkan ditunjukkan dengan nilai simpangan baku


Myers (2013) pada ikan julung-julung memiliki yang diperoleh (Tabel 1)
nilai yang beragam. Keragaman tersebut
Tabel 1. Hasil Morfometrik
Krakteristik Kisaran Rata-Rata Simpangan Baku
NO
Morfometrik (cm) (cm) (SD)
1. PT 18-22,50 20,33 1,19
2. PS 15-19 17 1,13
3. PK 4-6,10 5,13 0,64
4. TK 1-2,90 1,75 0,5
5. TB 1,70-2,50 2 0
6. TPE 0,70-1,20 1 0
7. PM 2-3,80 2,83 0,41
8. DM 0,70-1 1 0
9. JAM 0,80-1 1 0
10. LB 1,10-1,60 1,34 0,11
11. BERAT 22-38 28,9 4,17
12. PSSD 12,50-16,50 14,31 0,75
13. PSSV 9-12,50 10,38 0,65
14. PSSA 13-17,50 14,64 1,36
15. PDSD 1,90-3,50 2,44 0,53
16. PDSA 1,50-3 2,11 0,33
17. PDSV 0,90-1,50 1 0
18. PDSP 1,70-2,50 2 0
19. PBE 0,70-1,30 1 0
20. PSEA 1,60-2,70 2 0
21. PSET 0,80-1,80 1 0
22. PSEB 2,50-3,80 3 0
23. JMTI 1-1,70 1 0,23

171
Putri dan Maduppa, Perbandingan Hasil Metode Identifikasi
Pengamatan morfologi dan perhitungan jumlah 10 hingga 12; ekornya berbentuk
morfometrik tersebut diketahui bahwa sampel emarginate dan tidak kuat (Collette, 1978),
tergolong dalam Famili Hemiramphidae, dengan panjang total 35 cm dan panjang
Genus Hyporhampus dengan nama spesies standart 13 cm (Collete, 1984). Hasil
Hyporhampus limbatus. Menurut Collette perhitungan menggunakan rumus LAM
(1974) Hyporhampus limbatus merupakan didapatkan hasil yaitu nilai a sebesar 1,8761,
ikan dengan sirip pektoral relatif pendek; tidak b sebesar -2,2987, dan R2 sebesar 0,5905
memiliki duri di semua siripnya; ukuran (Gambar 3). Hal tersebut menunjukkan jika
sisiknya cukup besar dan berbentuk sikloid; sampel memiliki pola pertumbuhan allometric
warnanya hijau atau biru di bagian belakang negatif yang artinya pertumbuhan panjang
tubuhnya dan putih keperakan di samping; sampel lebih cepat dibandingkan dengan
rahang bawahnya memiliki panjang melebihi pertambahan bobot tubuhnya (Muttaqin et al.,
panjang kepalanya dan rahang atasnya 2016). Nilai koefisien determinasi (0,5905)
berukuran lebih pendek yaitu sekitar 0,6-0,8 menunjukkan bahwa 59,05% berat tubuh
kali rahang bawah.Hyporhampus limbatus terjadi akibat faktor pertambahan panjang
memiliki sirip dorsal sebanyak 13 hingga 16 tubuh ikan, sedangkan 40,95% lainnya
(biasanya hanya 13 atau 14); sirip anal dipengaruhi oleh umur dan faktor lingkungan
sebanyak 13 hingga 16 (biasanya 14 atau 15); (Fuadi et al., 2016).
sirip perktoral yang cenderung pendek dengan

Linear Allometric Model


3,8
Berat (gram)

3,6
3,4
3,2
3 y = 1.8761x - 2.2987
2,85 2,9 2,95 3 3,05 R² =3,1
0.5905 3,15

Panjang (cm)

Gambar 3. Grafik Linear Allometric Model Ikan Hyporhampus limbatus

Molekuler Timin berjumlah 199 (29,53%), Citosin


berjumlah 194 (28,78%), Adenin berjumlah
Hasil sequencing menunjukkan bahwa 154 (22,85%), dan Guanin berjumlah 127
panjang DNA ikan Hyporhampus limbatus (18,84 %) (Gambar 4).
674bp dengan komposisi nukleotida yaitu
TTAGAATTTGGTGCTTGAGCCGGAATAGTAGGCACTGCTCTAAGCCTCCTGAT
TCGGGCTGAACTAAGCCAGCCCGGCTCTCTCCTAGGAGACGACCAGATTTAT
AATGTTATTGTTACAGCACACGCCTTTGTAATAATTTTCTTTATAGTAATACCA
ATTATGATCGGTGGTTTCGGCAACTGACTCATCCCTCTAATGATCGGGGCCCC
TGACATGGCATTCCCTCGTATGAATAATATGAGCTTCTGACTCCTTCCTCCTTC
CTTCCTACTCCTGTTAGCCTCCTCCGGAGTTGAAGCAGGTGCAGGAACTGGGT
GAACAGTCTACCCGCCTCTTGCCGGCAACCTTGCCCACGCGGGGGCATCTGTT
GATCTAACAATCTTCTCCCTCCATCTAGCAGGGGTTTCCTCAATTCTTGGGGC
CATTAATTTTATTACCACGATTATTAACATGAAACCTCCAGCAATTTCTCAAT
ATCAAACACCACTATTTGTTTGAGCAGTACTGATCACCGCCGTCCTCCTCCTT
CTCTCCCTGCCTGTTCTAGCGGCTGGAATTACCATGCTTCTTACAGACCGAAA
CCTAAACACCACCTTTTTCGACCCTGCTGGAGGAGGAGACCCCATTCTTTACC
AACACCTATTCTGATTCTTTGGCCACCAGAAAAGTC

Gambar 4. Hasil Sequencing Gen COI pada sampel

Berdasarkan hasil BLAST sampel yang telah Cover 98 %, E value 0,0,Per Ident 97,14%
dibandingkan dengan database Gene Bank (Tabel 2). Menurut Triandizal et al., (2018)
NCBI menujukkan bahwa spesies dengan spesies dikatakan mirip jika memiliki nilai Max
tingkat kemiripan tertinggi adalah Score dan Total Score yang sama serta nilai
Hyporhampus limbatus dengan nilai Max Query Coverage mendekati 100%, Evalue
Score dan Total Score sebesar 1122, Query mendekati 0, dan Ident mendekati 100%.

172
Jurnal Kelautan, 13(3), 168-175 (2020)
Tabel 2. Hasil identififikasi molecular berdasarkan fasilitas BLAST pada NCBI GeneBank
Max Total Query E Kemiripan Akses NCBI
Deskripsi
Score Score Cover value
Hyporhampus limbatus
mitochondrion complete genome 1122 1122 98% 0,0 97,14% NC_042260.1
Hyporhampus limbatus voucher
MBCSC z711267 cytochrome
oxidase subunit I (COI) 1098 1098 95% 0,0 97,36% EU595147.1
gene.partial.cds : mitochondrial
Hyporhampus limbatus voucher
MBCSC ZCI07389 cytochrome
oxidase subunit I (COI) 1092 1092 95% 0,0 97,21% FJ237993.1
gene.partial.cds : mitochondrial
Hyporhampus limbatus voucher
MBCSC Z711262 cytochrome
oxidase subunit I (COI) 1086 1086 95% 0,0 97,05% EU595152.1
gene.partial.cds : mitochondrial
Hasil identifikasi morfologi dan molekuler adalah tahapan awal dalam mengidentfikasi
menunjukkan hasil bahwa ikan julung-julung suatu organisme melalui pengatan. Hasil
yang diperoleh di TPI Muara Angke adalah identifikasi morfologi kemudian dikuatkan
spesies Hyporhampus limbatus. Pada menggunakan identifikasi molekuler (DNA
dasarnya kedua metode tersebut merupakan Barcoding) yang memiliki tingkat keakuratan
serangkaian tahapan dalam mengidentifikasi yang tinggi.
suatu spesies. Metode morfologi merupakan
tahapan awal identifikasi spesies melalui UCAPAN TERIMAKASIH
pengamatan, sedangkan identifikasi molekuler
merupakan tahapan yang digunakan terkait Penulis mengucapkan terima kasih kepada
ketepatan mengidentifikasi dan mendukung seluruh tim asisten mata kuliah Biodiversitas
hasil identifikasi morfologi (Hebert et al., Laut Institut Pertanian Bogor yang telah
2003). Identifikasi organisme sampai pada membantu serta memeberikan pengarahan
tingkat spesies terkadang sulit dilakukan dalam penulisan artikel ini.
dengan menggunakan metode morfologi
sehingga dibutuhkan identifikasi tambahan DAFTAR PUSTAKA
berupa molekuler (DNA Barcoding) (Achmad
Achmad, M,J., Djamhur, M., Fabanyo, M.A.,
et al., 2019)
Akbar, N. (2019). Aplikasi DNA
DNA Barcoding memberikan hasil identifikasi Barcoding Ikan Julung-julung
yang cepat (Irawan et al., 2016) dan akurat (Hemirhampus sp.) di Perairan Laut
dikarenakan sifat DNA yang konstan Maluku Utara. Jurnal Iktilogi Indonesia,
dibandingkan dengan morfologi (Hidayat et al., 19(3), 463-473
2008). Menurut Rohimah et al., (2018) Anzani, L., Madduppa, H., Nurjaya, I.W., Dias,
mengatakan jika identifikasi molekuler dengan P. J. (2019). Short Communication:
DNA Barcoding merupakan salah satu metode Moleculer Identificationof White Sea
aternatif dalam identifikasi spesies jika Squirt Didemnum sp. (Tunicata,
terdapat kurangnya refrensi mengenai Ascidiacea) Colonies Growing Over
morfologi spesies tersebut. Bingpeng et al., Corals in Raja Ampat Island, Indonesia.
(2018) juga menambahkan jika identifikasi Jurnal Biodiversitas, 20(3), 636-642
molekuler merupakan metode identifikasi Bafagih, A., Hamzah, S., Tangke, U. (2018).
dengan tingkat efisiensi tertinggi. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a
Hubungannya dengan Hasil Tangkapan
KESIMPULAN DAN SARAN Ikan Julung di Perairan Ternate. Jurnal
Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau
Identifikasi morfologi dan molekuler Kecil, 2(1), 1-4
menunjukkan bahwa sampel yang didapat dari Bingpeng, X., Heshan, L., Zhilan, Z.,
TPI Muara Angke adalah Hyporhampus Chunguang, W., Yanguo, W., Jianjun,
limbatus. Kedua metode identifikasi tersebut W. (2018). DNA Barcoding for
merupakan serangkaian tahapan dalam Identification of Fish Species in the
mengidentifikasi suatu organisme. Morfologi Taiwan Srait. Third Institute of

173
Putri dan Maduppa, Perbandingan Hasil Metode Identifikasi
Oceanography State Oceanic Madduppa, H., Subhan, B., Anggraini, N. P.,
Administration, Xiamen, Fujian, China Fadillah, R., & Tarman, K. (2017). DNA
Collette, B. B. (1974). The garfishes barcoding reveals vulnerable and not
(Hemiramphidae) of Australia and New evaluated species of sea cucumbers
Zealand. Rec Aust Mus, 29, 11-105. (Holothuroidea and Stichopodidae) from
Collette, B. B., & Su, J. (1986). The halfbeaks Kepulauan Seribu reefs, Indonesia.
(Pisces, Beloniformes, Hemiramphidae) Biodiversitas Journal of Biological
of the Far East. Proceedings of the Diversity, 18(3), 893-898.
Academy of Natural Sciences of Muttaqin, Z., Dewiyanti, I., Aliza, D. (2016).
Philadelphia, 138(1), 250-302. Kajian Hubungan Berat dan Faktor
Collette, B.B. (1978). Hemiramphidae. In W. Kondisi Ikan Nila (Oreochromis
Fischer (ed.) FAO species identification niloticus) dan Ikan Belanak (Mugil
sheets for fishery purposes. Western cephalus) yang Tertangkap DI Sungai
Central Atlantic (Fishing Area 31), Matang Guru, Kecamatan Madat,
Volume 2. FAO, Rome Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah
Fadhil, R., Muchlisin, Z. A., & Sari, W. (2016). Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Hubungan panjang-berat dan Unsyiah, 1(3), 397-403
morfometrik ikan julungjulung Myers, P., R, Espinosa. (2013).
(Zenarchopterus dispar) dari perairan http://animaldiversity.ummz.umich.Edu/c
pantai utara Aceh. Jurnal Ilmiah ollections/contributors/Grzimek_fish/Clu
Mahasiswa Kelautan Perikanan peiformes/Chirocentrus_dorab/.
Unsyiah, 1(1), 146-159 Diakses: 06 Desember 2019
Genisa, A. S. (1999). Pengenalan jenis-jenis Nadia, R. N. (2016). Buruh Angkut dan
ikan laut ekonomi penting di Indonesia. Keluarga Nelayan di Pelabuhan Muara
Jurnal Oseana, 24(1), 17-38. Angke. Lembaran Sejarah, 12(1), 44-58.
Hebert, P. D., Ratnasingham, S., & De Waard, Prehadi, P., Sembiring, A., Kurniasih, E. M.,
J. R. (2003). Barcoding animal life: Rahmad, R., Arafat, D., Subhan, B., &
cytochrome c oxidase subunit 1 Madduppa, H. H. (2015). DNA
divergences among closely related barcoding and phylogenetic
species. Proceedings of the Royal reconstruction of shark species landed
Society of London. Series B: Biological in Muncar fisheries landing site in
Sciences, 270(suppl_1), S96-S99. comparison with Southern Java fishing
Hidayat, T. and Pancoro, A. (2008). Kajian port. Biodiversitas Journal of Biological
Filogenetik Molekuler dan Peranannya Diversity, 16(1).
dalam Menyediakan Informasi Dasar Rohimah, S., Mukarramah, L., Sindiya, V.,
untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Veren Yuliana, S., Gita Ayu, K., &
Genetik Anggrek. Jurnal Agro Biogen, 4 Su’udi, M. (2018). Eksplorasi Jenis dan
(1), 35- 40. Potensi DNA Barcode Anggrek
Irawan, P. D., Tallei, T. E., & Kolondam, B. J. Thrixspermum Secara In Silico. Jurnal
(2016). Analisis sekuens dan filogenetik Biodjati, 3(2), 148-156.
beberapa tumbuhan Syzygium Sembiring, A., Pertiwi, N. P. D., Mahardini, A.,
(Myrtaceae) di Sulawesi Utara Wulandari, R., Kurniasih, E. M.,
berdasarkan gen matK. Jurnal Ilmiah Kuncoro, A. W., & Carpenter, K. E.
Sains, 16(2), 43-50. (2015). DNA barcoding reveals targeted
KKBI Online. (2019). Diakses pada tanggal 30 fisheries for endangered sharks in
Desember 2019 pukul 07.00 WIB. Indonesia. Fisheries Research, 164,
www.kbbionline.com 130-134.
Kusumah,R V., Kusrini, E., Fahmi, M R. Suryawan, I G., Mahrus, K. (2016). Studi
(2016). Biologi, Potensi, Dan Upaya Karakteristik Morfometrik Ikan Julung-
Budi Daya Julung-Julung Julung (Hemiramphus Archipelagicus)
Zenarchopteridae Sebagai Ikan Hias Di Daerah Intertidal Teluk Ekas. Jurnal
Asli Indonesia. Prosiding Seminar Biologi Tropis, 16(2), 37-42
Nasional Ikan ke 8, 303 Triandiza, T., Madduppa H. (2018). Aplikasi
Madduppa, H., Ayuningtyas, R.U., Subhan, B., Analisa Morfologi Dan Dna Barcoding
Arafat, D., Prehadi. (2016). Exploted but Pada Penentuan Jenis Kepiting
Unevaluated: DNA Barcoding Reveals Porcelain (Pisidia Sp.) Yang Berasal
Skate and Stingrays (Chordata, Dari Pulau Tunda, Banten. Jurnal
Chondrichthyes) Spescies Landed in Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 2(2)
The Indonesian Fish Market. Jurnal Ilmu Utami, R. T., Zamani, N. P., & Madduppa, H.
Kelautan, 21(2), 77-84 H. (2018). Molecular identification,

174
Jurnal Kelautan, 13(3), 168-175 (2020)
abundance and distribution of the coral-
killing sponge Terpios hoshinota in
Bengkulu and Seribu Islands, Indonesia.
Biodiversitas Journal of Biological
Diversity, 19(6), 2238-2246.
Ward, R. D., Zemlak, T. S., Innes, B. H., Last,
P. R., & Hebert, P. D. (2005). DNA
barcoding Australia's fish species.
Philosophical Transactions of the Royal
Society B: Biological Sciences,
360(1462), 1847-1857.
Zuhdi, M. F., & Madduppa, H. (2020).
Identifikasi Caesio cuning berdasarkan
Karakterisasi Morfometrik dan DNA
Barcoding yang didaratkan di Pasar
Ikan Muara Baru, Jakarta. Jurnal
Kelautan Tropis, 23(2), 199-206.

175

Anda mungkin juga menyukai