Anda di halaman 1dari 12

KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN JANTUNG KATAK

Nama : Aldo Harley Alkautsar


NIM : B1A020039
Rombongan : VII
Kelompok :3
Asisten : Muhammad Falid Arya Haditiya

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN JANTUNG KATAK

A. Latar Belakang

Otot atau muscle merupakan jaringan yang tersusun dari beberapa sel serabut otot yang
dapat berkontraksi saat terjadi perangsangan yang dilakukan oleh impuls saraf. Otot juga
merupakan jaringan yang paling sering ditemukan pada hewan-hewan vertebrata yang
mengalami kontraksi otot akibat dari kerja seluler yang membutuhkan energi pada suatu
hewan yang aktif. Serabut otot adalah susunan paralel yang mikrofilamennya berjumlah besar
dan tersusun dari protein kontraktil aktin dan myosin yang terdapat di sitoplasma. Sistem otot
berfungsi sebagai alat gerak aktif yang terhubung dengan sistem saraf pusat. Pada manusia
terdapat struktur yang utuh karena disebabkan pada suatu organ yang berperan terhadap tubuh
manusia (Taiyeb, 2016). Pada otot akan mengalami kegangguan sistem syaraf apabila sel
mengalami apoptosis. Apoptosis merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakan pada
nukleus dan mengganggu sistem syaraf dan metabolism pada denervasi atrofi otot yang
terhubung pada fragmentasi DNA (Wardhani & Astuti, 2020).

Menurut (Adnan, 2012) pada dasarnya otot dibedakan dalam tiga macam jenis otot,
diantaranya adalah:

1. Otot rangka atau otot skelet/otot sadar/ otot garis melintang yang tersusun dari berkas sel-
sel silindris yang sangat panjang (4 cm) dan memiliki banyak inti atau serabut otot yang
berdiamter 10-100 µm. Terdapat banyak serabut otot karena keutuhan dari mioblas
embrionik yang memiliki inti yang tunggal. Letak nukleusnya berada pada perifer sel, yaitu
di bawah membran sel. Memiliki sifat voluntary atau dapat terjadi sesuai keinginan kita.
Proses kontraksinya sangat cepat dan kuat.

2. Otot polos atau otot tidak sadar/otot tanpa garis melintang (tidak terlihat dengan
mikroskop) yang tersusun dari sel fusiformis dengan bentuk bundar kecil dengan diameter
5 – 10 µm. Melakukan kontraksi tanpa keinginan kita sehingga tidak dapat diatur sesuai
keinginan kita dan terjadi secara lambat. Pada masing-masing selnya terdapat nukleus pipih
yang terletak di bagian pusat sel. Otot polos terjadi pada aktivitas spontan tanpa ada
perangsangan oleh saraf. Dengan demikian, impuls saraf akan berfungsi untuk mengubah
kegiatan atau membatalkan kegiatan.

3. Otot jantung adalah otot garis melintang yang tersusun atas sel-sel individu yang bercabang
dan panjang serta berjalan sejajar antar selnya. Pada lokasi ujung ototnya terdapat diskus
interkalaris yang hanya ditemukana pada otot jantung inti. Inti dari otot jantung berada di
tengah. Kontraksi otot jantung tidak dapat diatur oleh keinginan kita, tetapi kontraksi
terjadi secara kuat dan selaras.

Otot gastroknemus adalah satu dari beberapa jenis otot yang dimiliki oleh katak untuk
melumpat. Letak dari otot gastroknemus berada pada ekstrimitas posterior katak atau lebih
detailnya berada pada bagian tibia. Otot gastroknemus menempel pada rangka atau skelet atau
pertulangan dan berfungsi dalam aktivitas secara sadar/voluntary. Respons dari otot
gastroknemus pada katak sangat cepat terhadap stimulus sehingga katak dapat melumpat
dengan jarak yang cukup jauh dengan bantuan energi yang sebanding (Ville et al., 2014).

Secara global, terdapat 7.860 spesies dari kelas amfibi (Parmar & Trivedi, 2018). Pada
jantung hewan vertebrata merupakan organ yang berfungsi dalam memompa darah ke seluruh
tubuh ataupun antar organ lainnya. Peran jantung sangat penting bagi hewan vertebrata. Pada
kelas amfibi ukuran jantung seperti biji kacang polong dan terdapat perikardium atau
pembungkus jantung. Jantung pada kelas amfibi dapat memompa darah dengan banyak
karena disebabkan dari kontraksi otot jantung (Bavelander & Ramalay, 2012). Bagian jantung
dari katak sebagai pemacu adalah bagian sinus venosus. Kemudian ventrikel akan memompa
darah ke pembuluh arteri bercabang yang mengedarkan darah melalui dua jalur, yaitu
pulmokutaneusircuit ke jaringan pertukaran gas (oksigen diambil oleh darah selama
pengaliran melewati pembuluh kapiler). Darah yang mengandung oksigen akan kembali
menuju atrium kiri jantung, lalu sebagian besar darah dipompa menuju jalur sistematik. Jalur
sistematik akan membawa darah ke seluruh organ tubuh, lalu membawa darah (kurang
kandungan oksigen) kembali ke atrium kanan melalui pembuluh vena (Kimball, 2013).

Mekanisme dari kontraksi otot jantung pada katak pertama adalah dengan
melemahkannya dengan cara merusak otak dan juga sumsum tulang belakang. Lalu,
melakukan pembedahan pada bagian dada katak dimulai dai arah perut menuju bagian bawah
hingga jantung katak terlihat. Selanjutnya, selaput jantung atau pericardium katak disobek
secara perlahan. Jika sudah, dihitung kontraksi otot jantung selama rentang waktu satu menit.
Setelah itu, teteskan 2-3 tetes pilokarpin 1% pada jantung katak dan diamati kontraksinya.
Hitung kembali kontraksi dari otot jantung selama rentang waktu satu menit. Terakhir,
teteskan kembali 2-3 tetes pilokarpin 2% pada jantung katak dan amati serta hitung kontraksi
dari otot jantung katak.

Sementara itu, untuk mekanisme kontraksi otot gastroknemus yang pertama adalah
menyiapkan universal kimograf dan melemahkan katak dengan cara menusuk otak dan tulang
belakang. Lalu, buat irisan kulit melingkar pada pergelangan kaki katak. Kemudian, singkap
kullit sampai terbuka hingga lutut. Jika sudah, pisahkan otot gastroknemus dengan otot lain
pada tungkai bawah. Selanjutnya tendon achiles diikat dengan menggunakan benang, dan
dipotong. Jangan lupa untuk selalu membasahi otot dengan menggunakan larutan ringer.
Lalu, pasang sediaan katak pada papan fiksasi yang terdapat sebagai asesoris kimograf dan
terakhir catat besar atau tinggi dari skala kimograf pada setiap rangsangan elektrik yang
digunakan mulai dari 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 volt.

Untuk faktor yang mempengaruhi kontraksi otot jantung dan gastroknemus pada katak
adalah beban, ukuran, tegangan, larutan fisiologi, dan kondisi fisiologi pada katak. Menurut
(Frandson, 2014) faktor yang mempengaruhi kontraksi pada otot adalah:

1. Kontraksi otot yang meningkat dan terjadi berulang kali pada beberapa serabut otot
yang disebabkan oleh rangsangan selama beberapa detik.

2. Hasil dari frekuensi penjumlahan kontraksi.

3. Kapasitas kerja otot yang menurun.

4. Tidak terjadi relaksasi pada otot.

5. Treppe atau kekuatan kontraksi yang terus meningkat dan berulang kali akibat
rangsangan selama beberapa detik dan ion Ca2+ pada serabut otot.

6. Sumasi atau jumlah total dari dua unit motor yang menerima rangsangan dan
frekuensi rangsangan yang meningkat pada masing-masing unit motor.

7. Tetani atau frekuensi dari rangsangan yang makin cepat dan tegangan yang telah
tercapai pada otot.
8. Fatigue atau kapasitas kerja otot yang menurun akibat aktivitas dari kontraksi otot.

9. Rigor motoris atau kejadian saat beberapa ATP pada otot telah berkurang dan
menyebabkan otot tidak dapat berelaksasi.

B. Tujuan

1. Mengetahui efek perangsangan elektrik terhadap besarnya respon kontraksi otot


gastroknemus dan efek perangsangan kimia terhaadap kontraksi otot jantung pada
katak.
C. Hasil

Tabel 1, Hasil pengamatan kontraksi otot gastroknemus katak (Fejervarya cancrivora)

Stimulus Elektrik Amplitudo

0 0

5 0,2

10 1,3

15 2,6

20 3,3

25 3,9

Tabel 2, Hasil pengamatan kontraksi otot Jantung katak (Fejervarya cancrivora)

Pilocarpin 1% Pilocarpin 2%

Sebelum Setelah perlakuan Sebelum perlakuan Setelah perlakuan


perlakuan

60 51 60 36

54 47 49 20

62 46 63 27
Grafik 1, Hasil pengamatan kontraksi otot gastroknemus katak (Fejervarya cancrivora)

Grafik Kontraksi Otot Gastroknemus


30

25 25

20 20

15 15

10 10

5 5
3.3 3.9
2.6
1.3
00 0.2

Stimulus Elektrik Amplitudo

D. Pembahasan

Dari hasil pengamatan dan analisis pada praktikum kali ini, yaitu pengukuran pada
kontraksi otot gastroknemus pada katak (Fejervarya cancrivora) didapatkan hasil bahwa otot
gastroknemus pada katak yang telah diberikan stimulus dari rangsangan elektrik sebesar 0
volt, 5 volt, 10 volt, 15 volt, 20 volt, dan 25 volt. Hasil dari pemberian masing-masing
rangsangan elektrik menunjukkan hasil amplitudo sebesar 0 mm pada rangsangan elektrik 0
volt, 0,2 mm pada rangsangan elektrik 5 volt, 1,3 mm pada rangsangan elektrik 10 volt, 2,6
mm pada rangsangan elektrik 15 volt, 3,3 mm pada rangsangan elektrik 20 volt, dan 3,9 mm
pada rangsangan elektrik 25 volt.

Menurut (Storer, 1961) menjelaskan bahwa jika rangsangan yang diberikan tinggi akan
membuat amplitudonya makin besar dan terukur. Daya rangsangan terhadap otot
gastroknemus katak akan menyuplai stimulus pada reseptor yang terhubung dengan kontraksi
otot gastroknemus dan kemudian dengan bantuan larutan ringer katak, akan membuat katak
mati. Selain itu, saat didapatkan data yang tidak sesuai dari teori yang diperoleh bisa terjadi
kemungkinan karena terdapat kesalahan saat mengukur dan menghitung rata-rata dari
amplitudo tiap rangsangan stimulus yang diberikan, jumlah dari serabut kontraksi dari tiap
individu yang berbeda, atau pengatur voltage yang tidak sesuai dengan pengatur voltage yang
seharusnya.

Selanjutnya, hasil dari pengamatan dan analisis pengukuran kontraksi otot jantung pada
katak (Fejervarya cancrivora) sebelum diteteskan 2 – 3 larutan pilokarpin 1% pada percobaan
pertama didapatkan denyut jantung sebanyak 60 denyut, lalu pada percobaan kedua
didapatkan denyut jantung sebanyak 54 denyut, dan terakhir didapatkan denyut jantung
sebanyak 62 denyut. Saat setelah diberikan larutan pilokarpin 1% sebanyak 2 – 3 tetes,
didapatkan denyut jantung sebesar 51 denyut pada percobaan pertama, 47 denyut jantung
pada percobaan kedua, dan 46 denyut jantung pada percobaan ketiga.

Selanjutnya, hasil dari pengamatan dan analisis pengukuran kontraksi otot jantung pada
katak (Fejervarya cancrivora) sebelum diteteskan 2 – 3 larutan pilokarpin 2% pada percobaan
pertama didapatkan denyut jantung sebanyak 60 denyut, lalu pada percobaan kedua
didapatkan denyut jantung sebanyak 49 denyut, dan terakhir didapatkan denyut jantung
sebanyak 63 denyut. Saat setelah diberikan larutan pilokarpin 2% sebanyak 2 – 3 tetes,
didapatkan denyut jantung sebesar 36 denyut pada percobaan pertama, 20 denyut jantung
pada percobaan kedua, dan 27 denyut jantung pada percobaan ketiga.

Menurut (Storer, 1961) umumnya saat dalam keadaan normal terdapat stimulus seperti
asetikolin atau pilokarpin akan menghasilkan rangsangan kimiawi terhadapa otot jantung
katak sehingga merangsang otot jantung katak untuk berkontraksi lebih lambat. Hasil ini
menunjukkan bahwa larutan kimia berfungsi sebagai neurotransmitter yang telah dilepaskan
oleh saraf parasimpatis dan juga saraf preganglionik. Kontraksi jantung menjadi lambat
karena larutan kimia seperti asetilkolin atau pilokarpin akan meningkatkan permeabilitas
membran sel negative pada sel otot jantung sehingga mengakibatkan jaringan kurang
merespons terhadap rangsangan.

Grafik yang didapatkan dari hasil pengamatan dan analisis pada praktikum kali ini, yaitu
pengukuran pada kontraksi otot gastroknemus pada katak (Fejervarya cancrivora) yang
disebabkan oleh rangsangan elektrik menunjukkan grafik pada diagram garis semakin besar
tegangan yang diberikan akan semakin menunjukkan grafik ke atas. Menurut (Rosser, 2013)
pemberian voltase pada kaki katak, tepatnya pada otot gastroknemus menyebabkan terdapat
polarisasi respon pada saraf sehingga menekan ATP-ase pada penyaluran ATP. ATP yang
disalurkan akan menyebabkan otot menjadi bergerak oleh voltase yang telah ditentukan.
Respons dari otot gastroknemus sangat peka terhadap perubahan pada suhu yang
mengakibatkan gerak isometrik dan rentang waktu maksimum pada relaksasi otot.
E. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum kali ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Otot gastroknemus pada katak yang telah diberi rangsangan elektrik sebanyak lima
kali (0, 5, 10, 15, 20, dan 25 volt) menghasilkan amplitudo yang berbeda dari
masing-masing rangsangan elektrik yang diberikan.
2. Otot jantung pada katak yang belum diberikan larutan pilokarpin akan menunjukan
denyut jantung yang lebih banyak dibandingkan setelah diberikan larutan pilokarpin.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2012. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.


Bavelender, G & Ramalay. 2012. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Frandson, G. 2014. Anatomi dan Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hiteshkumar Parmar & Varsha Trivedi, 2018, ‘Preliminary Survey of Amphibians and
Reptiles of Rajkot City and Vicinity Areas, Gujarat’, International Journal of
Science and Research (IJSR), vol. 7, no. 9, pp. 20 – 30.
Kimball, J. 2013. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Lailia Dwi Kusuma Wardhani & Olan Rahayu Puji Astuti, 2020, ‘Apoptosis Sel Otot
Rangka dan Perubahan Berat Badan pada Tikus Diabetes yang Diberi Ekstrak
Umbi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia L., Merr)’ Jurnal Ilmiah
Kedokteran Wijaya Kusuma, vol. 9, no. 2, pp. 131 – 144.
Rosser, B & Bandman. 2013, ‘Heterogeneity of Protein Expression with in Muscle
Fibers’, International Journal Dev. Biol, vol. 46, no. 12, pp. 747 – 754.
Storer, T. 1961. Element of Zoology. New York: Mc Graw Hill Book Company Inc.
Taiyeb, Mushawwir. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Ville, C., Warren F dan Barnes R. 2014. General Biology. New York: W. B. Saunders
Co.

Anda mungkin juga menyukai