Anda di halaman 1dari 54

Modul Forum Studi Islam Ibnu Sina FK UNILA

Pekan Ke-5 Blok Medical Basic Science 2


Sistem Reproduksi

Kurikulum 2017 – 2022


1. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN SPERMATOGENESIS, OOOGENESIS,
FERTILISASI, DAN IMPLANTASI

SPERMATOGENESIS
Pengaruh Hormon-Hormon dalam Spermatogenesis
Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh kerja berbagai hormon yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior, serta hormon lain yang dihasilkan testes melalui mekanisme
umpan balik negatif (Pujiyanto, 2008).

Regulasi Hormon pada Pria

Hypothalamus → GnRH → Pituitary → LH → Testes → Testosterone

Untuk penjelasan lebih jelas, hormon-hormon yang berpengaruh dalam proses


pembentukan spermatozoa adalah sebagai berikut:
1. Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan seks
sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan jenggot), pertambahan massa
otot, dan perubahan suara. Hormon ini diproduksi di testis, yaitu di sel Leydig. Produksinya
dipengaruhi oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis.
2. Follicle Stimulating Hormone/FSH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi untuk
merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit
menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari.

3. Luteinizing Hormone/LH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH adalah merangsang
sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

4. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel Sertoli juga
mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta
membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia
untuk pematangan sperma.

5. Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk
merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon FSH dan
LH.
Tahapan-Tahapan Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan proses yang kompleks, terbagi menjadi beberapa tahap.


Berikut tahap pembentukan spermatozoa yang dibagi atas tiga tahap yaitu :

Tahapan-Tahapan Spermatogenesis
1. Tahapan Spermatocytogenesis
Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali
yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis.
• Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang
menjadi spermatosit primer.
• Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A.
• Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B.
Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit
primer yang masih bersifat diploid.
• Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
• Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk
empat buah spermatid yang haploid juga.
• Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge).

3. Tahapan Spermiogenesis
Spermiogenesis merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang
meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup (cap), fase akrosom, dan fase pematangan..
• Spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari
kepala dan ekor.
• Pembentukan spematid sebagai hasil dari bagian pematangan (maturation)
merupakan sel dengan organel-organel di dalamnya.

Tujuan utama adanya perubahan untuk menambah motilitas sperma. Perubahan-


perubahannya yaitu:
• Inti sel menyusut karena kehilangan air dan DNA menjadi padat.
• Sebuah akrosom dibentuk dari kompleks golgi.
• Sebuah filamen aksial ekor dari spermatozoa dibentuk dari sentriol distal
spermatid.
• Sebuah cincin mitokondria dibentuk dari mitokondria disekitar sentriol distal
dan dinamakan sebagai nebenkern.
• Banyak sitoplasma dari spermatid menghilang dan sitoplasma yang tertinggal
membentuk sebuah tudung sekitar spiral mitokondria. Tudung ini disebut
manchette.
Spermiogenesis
OOGENESIS
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina. Pada manusia terjadi
pada wanita, tepatnya di ovarium. Terbentukknya ovum merupakkan hasil akhir dari
oogenesis.

Hormon – hormon pada reproduksi wanita

Regulasi Hormon-Hormon pada Wanita

1. GnRH (Gonadotropin-releasing hormon)


Merupakan suatu neurohormon peptida yang disekresikan hipotalamus dengan organ
targetnya hipofisis anterior untuk mensekresikan FSH dan LH. Pengaturan sekresi FSH dan
LH dilakukan berdasar frekuensi sekresi GnRH sebagai umpan balik dari esterogen.

2. FSH (Follicle-stimulating hormon)


FSH memacu pertumbuhan folikel menjadi folikel Graff. Sel folikel Graff dewasa
melepaskan inhibin yang menghambat sekresi FSH. FSH merupakan hormon glukoprotein
yang tiap monomernya terikat dengan gugus gula.

3. Estrogen
Estrogen memacu perkembangan ciri kelamin sekunder, perkembangan endometrium,
meningkatkan kadar HDL, menurunkan kadar LDL, dan lain sebagainya. Esterogen
merupakan hormon steroid yang disintesis dari kolesterol. Sintesis estrogen dilakukan di
folikel, korpus luteum dan plasenta. Pemacu sekresi dan produksi oleh FSH dan LH.
Estrogen paling umum antara lain :
• Estriol (C18H24O3); ditandai dengan adanya 2 gugus hidroksil di cincin D.
Diproduksi hanya selama kehamilan di plasenta.
• Estradiol (C18H24O2); merupakan jenis yang paling aktif dan paling umum
ditemui saat pubertas hingga menopaus (17β-estradiol).
o Estradiol disintesis dari testosteron dengan enzim aromatase.
o Estradiol juga diproduksi dari estron sulfat (derivat estron) yang
direaksikan dengan enzim reduktase 17β-hidroksisteroid.

4. LH (Luteinizing hormon)
Memacu ovulasi, memacu perubahan folikel menjadi korpus luteum dan menyiapkan
endometrium untuk implantasi. Sekresi diatur oleh GnRH.

5. Progesteron
Merupakan hormon steroid. Progesteron disintesis dari pregnenolon (derivat dari
kolesterol). Progesteron merupakan prekursor esterogen dan androgen. Disintesis di korpus
luteum, plasenta dan kelenjar adrenal.
Efeknya adalah untuk:
• Mempersiapkan uterus untuk fertilisasi.
• Menurunkan respon imunitas maternal yang kemungkinan mengganggu
kesehatan janin
• Menurunkan kontraksi otot uterus selama kehamilan
• Menghambat laktasi selama kehamilan.

6. Oksitosin
Oksitosin bertugas mempersiapkan kelahiran dan laktasi selain itu memacu sekresi
susu.

7. Prolaktin
Bertugas untuk menstimulasi glandula mammae dan produksi susu.

8. Relaksin
Dihasilkan di corpus luteum, ovarium, plasenta dan korion. Selain itu berfungsi juga untuk
meluaskan tulang pubis dan melunakkan cervik juga merelaksasi otot uterus untuk persiapan
kehamilan.

Tahapan-Tahapan Proses Oogenesis

Tahapan Pembelahan Oogenesis

Oogenesis dimulai segera setelah proses fertilisasi, sebagai sel-sel kecambah


primodial bermigrasi dari kantuk telur (yolk sac) ke gonad, dimana sel-sel tersebut mulai
berkembangbiak secara mitosis. Sel-sel kecambah menjadi berlipat ganda dari hanya
beberapa ribu menjadi hingga 7 juta banyaknya. Sel-sel kecambah tersebut berubah menjadi
oosit segera setelah mereka memasuki tahap dari meiosis beberapa bulan setelah dilahirkan.
Histologi Ovari

Pada saat pubertas, antara 4 hingga 10 folikel mulai berkembang walaupun hanya 1-2
yang benar dilepaskan. Di sekitar setiap oosit terdapat zona pellucida, membran granulosa,
dan lapisan sel theca.
Setiap oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertama, membentuk oosit sekunder
dan badan polar.
Hal tersebut menimbulkan mulainya siklus meiosis dan ditahan pada metafase II,
yang pada tahap ini, oosit tersebut dilepaskan dari ovari pada proses ovulasi. Oosit tidak
akan menyelesaikan siklus meiosis sampai bertemu dengan sperma.
Pembentukan ovum melibatkan penambahan volume sel di samping perolehan
struktur organellar yang menyesuaikan telur untuk penerimaan inti sel sperma, dan
menyokong dari embrio awal.

Struktur Ovum
Minggu Jumlah sel-sel
Tahapan
Kehamilan kecambah (germ cells)
sel-sel kecambah primordial pada
3/4 entoderm dari kantung kuning telur (yolk
sac)
5-6 sel-sel premeiosis: oogonia ∼10000
8 perkembangbiakan karena mitosis 600000
mitosis, meiosis, atresia, maksimum pada
8-20 6-7000000
minggu ke-20
pengurangan oosit (80% dari sel-sel
20-40 1-2000000
kecambah hilang)
lahir-pubertas oosit ke depannya hilang karena atresia 300000
FERTILISASI

Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan (fusi) gamet-gamet haploid, yaitu
sel sperma dan sel ovum yang sudah matang untuk membentuk zigot haploid. Tempat
terjadinya fertilisasi umumnya di 1/3 Tuba fallopi (Oviduct), bisa juga di luar Oviduct
(Fertilisasi In vitro).
Ovulasi

Sebelum membahas Ovulasi. Mari luruskan dulu persepsi mengenai Ovum dan Oosit.
Ovulasi adalah proses lepasnya Oosit (bukan Ovum). Oosit masih berada di tahap Oosit
sekunder.
Oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, satu sel berukuran normal disebut
ootid dan satu sel lagi berukuran lebih kecil disebut badan kutub sekunder. Untuk membuat
Oosit sekunder menjadi Ootid perlu dirangsang oleh keberadaan sperma. Jika tidak ada
sperma maka Oosit ini tidak ada yang membuahi, sehingga akan ikut luruh bersama dinding
rahim saat menstruasi.

Ketika sperma Jika pada sel terdapat 2 inti sel (pronukleus) dari Sperma dan Oosit
yang belum melebur, juga terdapat 2 badan polar maka saat itu juga ootid kemudian
mencapai perkembangan akhir atau finalnya menjadi Ovum yang matang.

Sekarang, kembali ke Ovulasi. Keluarnya Oosit disebabkan oleh Luteinizing


Hormone (LH) yang disekresikan oleh hipofisis. Hipofisis terangsang oleh estrogen yang
diproduksi sel-sel folikel. Saat menjelang ovulasi, Meiosis I selesai, Oosit sekunder dan
badan polar pertama melanjutkan pembelahan dengan melakukan Meiosis II dan berhenti
pada Metafase II. Selanjutnya, oosit sekunder dilepas dari ovarium dan ditangkap oleh
Fimbriae dan dibawa ke oviduk.
Struktur Oosit

Oosit yang baru keluar dari Ovarium memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:

• Cumulus Oophorus adalah tumpukan sel-sel granulosa yang menyelubungi dan


menunjang oosit, nantinya sel-sel granulosa ini akan berubah menjadi mantel terluar
yang paling tebal yang disebut Korona Radiata.
• Zona pellusida adalah lapisan pelindung ovum yang tebal dan terletak di bagian
tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Dapat juga
mencegah terjadinya polyspermi (lebih dari 1 sperma yang masuk)
Tahapan Proses Fertilisasi

1. Begitu lepas dari Ovarium, Oosit akan melengkapi Meiosis 1 dan memulai Meiosis 2
(berhenti di Metafase II) sambil bergerak menuju Oviduct dengan bantuan epitel
bersilia.
2. Setelah sperma diejakulasi, sperma bergerak dari serviks (leher rahim), uterus, hingga
tiba di oviduct/tuba fallopi. Dibutuhkan waktu 14-72 jam bagi sperma untuk
membuahi Oosit.
3. Kapasitasi Spermatozoa di Oviduct adalah masa penyesuaian dalam saluran
reproduksi wanita di mana terjadi pelepasan selubung glikoprotein dan protein-protein
plasma semen yang membungkus akrosom yang berlangsung kira-kira 7 jam pada
manusia, selain itu Spermatozoa diberi nutrisi dan ATP oleh jaringan Oviduct.
4. Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder
menghasilkan enzim dan senyawa tertentu sehingga terjadi aktivitas yang saling
mendukung. Pada sperma terjadi Reaksi Akrosom, yaitu pelepasan enzim-enzim
yang dapat menembus dinding Oosit, diantaranya:
1. Hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan senyawa hilarunoid yang
terdapat pada lapisan korona radiata.
2. Akrosin, protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida
3. Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat
pada oosit sekunder.
Selain sperma, oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu. Senyawa

tersebut adalah fertilizin, yang tersusun atas glikoprotein yang berfungsi

1. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.


2. Menarik sperma secara kemostaksis positif.
3. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
5. Fusi membran Oosit dan membran Sperma sehingga terjadi Reaksi Granula
Korteks Oosit untuk mencegah lebih dari 1 spema yang masuk (anti polispermia)
dengan cara
1. Perubahan tegangan listrik membran Oosit dari 20 μV menjadi 60 μV.
2. Terbentuk membran fertilisasi.
6. Melengkapi Meiosis.
7. Fusi pronukleus jantan & betina
2. MAHASISWA MAPU MENJELASKAN PROSES EMBRIOLOGI PADA SYSTEM
REPRODUKSI

Genetalia eksterna laki-laki dan perempuan berkembang dari jaringan embrionik yang
sama. Pada kedua jenis kelamin, genetalia eksterna yang belum berdiferensiasi terdiri dari :

• Sebuah tuberkel genital


• Sepasang lipatan uretra yang mengelilingi sebuah alur uretra
• Swelling genital (labioskrotum).

Diferensiasi menjadi sistem reproduksi laki-laki dipengaruhi hormon maskulinisasi


yang disekresikan oleh testis yang sedang berkembang. Testosteron adalah hormon androgen
yang paling kuat. Tidak adanya hormon-hormon testis ini pada janin perempuan
menyebabkan berkembangnya sistem reproduksi menuju tipe perempuan.

Pada usia kehamilan sepuluh sampai dua belas minggu, kedua jenis kelamin dapat
dengan mudah dibedakan berdasarkan gambaran anatomis genetalia eksterna. Tuberkel
genital menghasilkan jaringan erotik yang sangat peka yaitu glans penis pada laki-laki dan
klitoris pada perempuan.
Gambar 1 : Diferensiasi Seks Genetalia Eksterna. (a) Stadium belum berdiferensiasi
(7Minggu). (b) Perkembangan laki-laki. (c) Perkembangan perempuan. (Rudi, 2010)

Perbedaan utama antara glans penis dan klitoris adalah ukuran klitoris yang lebih
kecil dan ditembusnya glans penis oleh muara uretra. Uretra adalah saluran (tabung) tempat
keluarnya urin dari kandung kemih dan pada laki-laki juga berfungsi untuk penyaluran keluar
semen melalui penis. Pada laki-laki lipatan uretra berfusi mengelilingi uretra. Swelling
genital juga berfusi untuk membentuk skrotum dan prepusium, lipatan kulit yang melebihi
ujung penis dan sedikit banyak menutupi glans penis. Pada perempuan, lipatan uretra dan
swelling genital tidak menyatu di garis tengah tetapi masing-masing berkembang menjadi
labia minora dan mayora. Alur uretra tetap terbuka, menjadi akses ke inferior melalui muara
uretra dan orifisium (mulut ) vagina.

Bila genetalia eksterna laki-laki dan perempuan berkembang dari jaringan embriotik
yang sama, tidak demikian halnya pada saluran reproduksi. Pada semua embrio, laki-laki
(XY) atau perempuan (XX) terbentuk dua sistem duktus primitif yaitu duktus Wolfii dan
duktus Mulleri. Pada laki-laki, saluran reproduksi berkembang dari duktus Wolfii dan duktus
Mulleri berdegenerasi, sedangkan pada perempuan duktus Mulleri yang berkembang menjadi
saluran reproduksi dan ductus Wolfii mengalami regresi. Karena kedua system duktus
tersebut sudah ada sebelum diferensiasi jenis kelamin terjadi, keduanya memiliki potensi
untuk berkembang mengikuti kedua jalur saluran reproduksi laki-laki dan perempuan.
Perkembangan saluran reproduksi mengikuti jalur laki-laki atau perempuan ditentukan oleh
ada tidaknya dua hormon yang disekresikan oleh testis janin; testosteron dan Mullerian
inhibiting factor (MIF). Suatu hormone yang dikeluarkan oleh plasenta. Testesteron memicu
perkembangan duktus Wolfii menjadi saluran reproduksi laki-laki (epididimis, ductus
deferens, duktus ejakulatorius, dan vesika seminalis). Hormon ini, setelah diubah menjadi
Dihidrotestosteron (DHT), juga bertanggung jawab dalam diferensiasi genetalia eksterna
menjadi penis dan skrotum. Sementara itu, MIF menyebabkan regresi duktus Mulleri. Tanpa
adanya testosteron dan MIF pada laki-laki, duktus Mulleri berkembang menjadi saluran
reproduksi perempuan (oviduktus dan uterus), sedangkan duktus Wolfii mengalami regresi,
dan genetalia eksterna berdiferensiasi menjadi klitoris dan labia.
3. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN ASPEK GENETIKA PADA
REPRODUKSI.

Setiap manusia normal mempunyai 46 kromosom (diploid, 23 pasang kromosom). 22


pasang kromosom adalah kromosom autosom yang mengkode karakteristik manusia secara
umum serta sifat-sifat spesifik, misalnya warna mata, bentuk rambut, dan lain sebagainya dan
satu pasang kromosom adalah kromosom seks, yang terdiri dari dua jenis yang berbeda
secara genetis. Laki-laki secara genetik memiliki satu kromosom X dan satu Y (46,XY),
perempuan secara genetik memiliki dua kromosom X, (46,XX).

Akibat meiosis selama gametosis, semua pasangan kromosom terpisah sehingga


setiap sel anak hanya memiliki satu anggota dari setiap pasangan, termasuk pasangan
kromosom seks. Setiap sperma atau ovum menerima hanya satu anggota dari tiap-tiap
pasangan kromosom. Apabila pasangan kromosom seks XY berpisah selama pembentukan
sperma akan menerima kromosom X dan separuh lainnya kromosom Y. Sebaliknya, selama
oogenesis, setiap ovum menerima sebuah kromosom X karena pemisahan kromosom XX
hanya menghasilkan kromosom X. Jenis kelamin individu ditentukan oleh kombinasi
kromosom seks. Saat pembuahan, kombinasi sperma yang mengandung X dengan ovum yang
mengandung X menghasilkan perempuan genetik, XX, sementara penyatuan sperma yang
membawa kromosom Y dengan ovum pembawa kromosom X menghasilkan laki-laki
genetik, XY.

Dengan demikian penentuan jenis kelamin (sex determination) secara genetik


ditentukan pada saat konsepsi dan bergantung pada jenis kromosom seks apa yang
terkandung di dalam sperma yang membuahi.
4. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN ANATOMI ORGAN REPRODUKSI
WANITA

Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian; eksterna dan interna.

a. Eksterna; terdiri dari vulva

1. Mons Pubis
Jaringan lemak di bawah kulit. Melindungi simpisis pubis. Pengaruh hormon
menyebabkan tumbuh rambut.
2. Labia mayora
Sama dengan skrotum pada pria. Jaringan kulit terdiri dari kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea. Melindungi intoitus vagina dan meatus uretra
3. Labia minora
Terdiri dari jaringan erektil dan jaringan ikat yang berubah warna serta menebal saat
rangsangan seksual.
4. Clitoris
Sama dengan penis pada pria. Jaringan erektik yang sensitif. Terdiri dari banyak
jaringan syaraf dan pembuluh darah.
5. ostium vagina
lubang masuk vagina yang dilapisi lapisan tipis disebut hymen
6. ostium uretra eksterna
lubang paling luar saluran urin
7. perineum
jaringan fibromuskuler di antara vagina dan anus. Melindungi bagian bawah dari
organ urinarius dan tractus digestivus. Tempat dilakukan episiotomi saat proses
melahirkan untuk memperlebar jalan lahir

b. Genitalia Interna

1. Ovarium
Tempat dihasilkannya ovum. Terdiri dari korteks berisi folikel primordial yang
berkembang menjadi folikel primer, sekunder, dan de graaf berisi oosit di bawah
pengaruh horman FSH dan LH. Dan bagian medula berisi pembuluh darah.
2. Tuba Uterina/Tuba Fallopi
Saluran tempat jalan ovum ke uterus. Terdiri dari 3 pars. Berbentuk seperti rumbai
adalah fimbriae yang menangkap ovum agar masuk ke tuba ketika terjadi ovulasi.
Pars infundibulum, pars ampulla yaitu bagian paling lebar dan luas yang biasa
menjadi tempat bertemunya ovum dan sperma, pars isthmus yang merupakan bagian
paling sempit.
3. Uterus
Terdiri dari 3 pars. Fundus uteri, corpus uteri, isthmus uteri. Dilapisi tiga jenis tunica.
Yang paling luar adalah tunica serosa atau perimetrium, tunica muscularis atau
myometrium, dan tunica mucosa atau endometrium. Endometrium dibagi menjadi tiga
lapisan yaitu stratum basalis, stratum spongiosa, dan stratum funsionalis, dimana
hanya stratum basal yang tidak ikut luruh ketika menstruasi berlansung.
4. Serviks
Bagian menyempit penghubung uterus dan vagina.
5. Vagina
Organ kopulasi. Terdapat kelenjar Bartholini sebagai pelumas/lubrikan saat coitus.
Sebagai jalan lahir dan jalan keluarnya darah dari peluruhan endometrium uterus saat
menstruasi.

Ligament;

a. Mesometrium – portion of the broad ligament that supports the uterus laterally

b. Lateral cervical ligaments – extend from the cervix and superior part of the vagina to
the lateral walls of the pelvis

c. Uterosacral ligaments (cardinal) – paired ligaments that secure the uterus to the
sacrum

d. Round ligaments – bind the anterior wall to the labia majora

Vaskularisasi

a. Uterus ; a. Uterina cabang a. Illiaca interna


b. Ovarium; a. Ovarica cabang a. Abdominalis dan a. Uterina
c. Tuba uterina; a. Uterina dan a. Ovarica
d. Vagina; a. Vaginalis cabang a. Illiaca interna dan a. Uterina

Dua sistem vena

a. Plexus venosus dan pelvis minor dengan aliran ke dalam v. Illiaca interna
b. V. Ovarica bermuara ke dalam v. Cava inferuor pada sisi kanan dan v. Renalis sinistra
pada sisi kiri
Glandula mammae;

Tiap glandula memiliki 15-25 lobulus, tiap lobulus terhubung hingga ke ductus lactiferus.
Terdiri dari jaringat ikat dan jaringan lemak. Daerah pigmen gelap disekeliling puting disebut
areola.

5. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN ANATOMI ORGAN REPRODUKSI


PRIA

Organ reproduksi pria dibagi menjadi dua bagian, eksterna dan interna.

a. Genitalia Eksterna terdiri atas penis dan skrotum


Lapisan dari dalam ke luar testis;

- Cutis
- Tunica dartos
- Fascia spermatica eksterna
- M. Cremaster
- Fascia spermatica interna

b. Genitalia interna terdiri atas testis, saluran genital, dan kelenjar tambahan.

Testis :

Saluran genital:

a. epididymis
b. Ductus deferens
c. Ductus ejaculatorius

Kelenjar Tambahan:
a. Vesika seminalis

menghasilkan cairanlendir yang mengandung fruktosa, asam askorbat dan asam amino
sebagai makanan dan pelindung sperma sebelum membuahi ovum

b. Kelenjar prostat

Menghasilkan cairan basa berwarna putih susu. Cairan ini berfungsi untuk menetralkan sifat
asam pada saluran vasa eferentia dan cairan pada vagina sehingga sperma dapat bergerak
dengan aktif .

c. Kelenjar cowperi (bulbouretralis):

Penghasil cairan pelicin

6. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN ANATOMI GINJAL, URETER,


VESIKA URINARIA, DAN URETRA SESUAI LITERATUR

A. ginjal
Vaskularisasi;

a. abdominal – a. Renalis – a. Interlobaris – a. Arcuata – a. Corticalis radiata – v. Cortivalis


radiata – v. Arcuata – v. Interlobaris – v. Renalis – v. Cava inferior

B. Vesica Urinaria

- terdapat trigonum vesica yang dibentuk oleh dua ostium ureteris dan satu ostium uretra
internum.

- berbentuk kubah terdiri dari fundus, corpus, dan cauda


C. Uretra

Terdiri dari 4 pars

a. Pars intramural (1 cm) di dalam dinding vesica urinaria


b. Pars prostatica (3,5 cm) melalui kelenjar prostat. Di sini ductus masuk uretra; ductus
ejacualtorius bersama ductus deferen dan vesica seminalis di atas coliculus seminalis
dan ductus prostaticus di kedua sisi
c. Pars membranacea (1-2 cm) menembus dasar panggul
d. Pars spongiosa (15 cm) tertanam di dalam corpus spongiosum penis, ke ostium uretra
externum. Kelenjar cowper (gland bulbouretra)dan kelenjar littre (gland uretrales)
masuk

Penyempitan uretra

- Ostium uretra internum


- Pars membranacea
- Ostium uretra eksternum
Excavatio di pelvis wanita;

A. Excavatio rectouterina (kantong dauglas) ; terletak antara rectum dan uterus


B. Excavatio vesicauterina ; terletak antara vesica urinaria dan uterus
7. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN
REPRODUKSI WANITA

1. Ovarium
• Pada bagian paling luar dilapisi oleh epitel kuboid yaitu epithelium
germinativum.
• Didalamnya terdapat tunika albuginea yang merupakan jaringan pengikat
padat
• Jaringan interstitial ovarium terdiri dari :
o Cortex ovarii
Stroma terdiri atas :
o Sel sel berbentuk sebagai kumparan(fusiform)
o Sel mirip otot polos tanpa miofilamen
o Anyaman serabut retikuler
o Medulla dan hilus ovarii
Jaringan pengikat longgar :
o Sel sel fibroblas
o Sel sel otot polos
o Serabut kolagen
2. Tuba uterina fallopi
Merupakan dua pipa saluran mengandung otot polos yang berpangkal pada uterus dan
berakhir terbuka sebagai infundibulum dalam cavum peritonei. Ruangannya bermuara
dalam cavum peritonei.

Bagian bagian :
o Infundibulum
o Ampulla
o Isthmus
o Pars interstitialis

Struktur dinding tuba uterina


o Membrana mucosa
▪ Ketebalan :
Paling tebal daerah ampulla, bentuk lumen seperti labirin
▪ Lipatan lipatan memanjang bercabang :
Mula mula panjang, makin mendekati uterus memendek
▪ Epitel
- Epitel kolumner selpais yang paling tinggi daerah ampulla
- Mendekat uterus makin pendek
▪ Lamina propria
Jaringan pengikat tanpa kelenjar
o Tunica muscularis (otot polos)
- Stratum circulare (sebelah dalam)
- Stratum longitudinale
o Tunica serosa
Lanjutan dari peritoneum viscerale

3. Uterus
Bagian bagian :
o Fundus uteri
o Corpus uteri
o Cervix uteri
o Portio vaginalis uteri

Lapisan dari dalam ke luar

o Endometrium
o Merupakan membrana mucosa
o Mengandung glandula uterina
o Ketebalan dan struktur tergantung :
▪ Daerah yang dilapisi
▪ Periode yang terkait dengan siklus menstruasi
o Lapisan :
▪ Stratum functionale (luruh ketika menstruasi)
▪ Stratum basale
o Myometrium
o Merupakan lapisan dinding yang paling tebal
o Otot polos
o Berubah apabila dalam keadaan hamil
o Perimetrium
o Daerah fundus : ditutupi oleh peritoneum viscerale sehingga merupakan tunica
serosa
o Daerah lain : merupakan tunica adventitia
4. Vagina
o Membrana mucosa
• Epitel gepeng berlapis
Sel sel epitel sedikit mengandung butir butri keratohialin
• Lamina propria
▪ Jaringan pengikat longgar banyak serabut elastis
▪ Anyaman pembuluh darah
• Tunica muscularis
▪ Stratum longitudinale
Otot polos yang memanjang terutama membentuk lapisan luar
▪ Stratum circulare
Lapisan dalam, lebih tipis
• Tunica adventitia
Jaringan pengikat padat tipis
▪ Mengandung banyak anyaman pembuluh vena, serabut elastis,
dan serabut saraf.
8. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN HISTOLOGI REPRODUKSI PRIA
1. Penis dan urethra pars cavernosa
Corpus cavernosum penis terdiri dari 3 bagian yaitu :
• 2 buah corpora cavernosa penis
Merupakan jaringan spongiosa yang dibentuk oleh sinus sinus disebut caverne,
tidak sama besarnya makin ke perifer makin sempit
• Sebuah corpus cavernosum urethrae dengan di dalamnya terdapat urethra pars
cavernosa. Epitel urethra : epitel silinris berlapis/epitel silindris bertingkat.
2. Testis dan epididimis
- Testis
Terbungkus oleh jaringan padat yang disebut tunica albuginea.
- Ductus epididymis
o Dindingnya terdiri atas epitel silindris bertingkat dengan sel sel yang
berstereo cilia. Epitelnya mengandung 2 macam sel yaitu sel silindri
dan sel basal.
o Epitel tersebut melekat pada membrana basalis yang dibawahnya
terdapat lamina propria.
o Pada dindingnya terdapat sedikit sel sel otot polos yang berjalan
sirkuler

3. Glandula prostata
- Epitelnya merupakan silindris selapis/bertingkat.
- Terlihat stroma fibro musculer yaitu terdiri atas jaringan ikat padat dengan
otot otot polos diantaranya.
- Didalamnya terdapat alveolic yang mempunyai tunica mucosa yang melipat
lipat dan kelenjar kelenjar.
- Corpus amylaceum merupakan lapisan concronent yang dibentuk oleh alveoli
4. Glandula vesicula dan prostata
- Tunica mucosa glandula vesicula lebih berlipat lipat daripada tunica mucosa
glandula prostata
- Epitelnya selindris selapis
- Sel mempunya inti yang gelap
- Protoplasma lebih merah dan padat daripada epitel glandula prostata
5. Ductus deferens
- Dinding sangat tebal dibandingkan lumennya
- Epitelnya merupakan epitel silindris bertingkat berkinocilia
9. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN HISTOLOGI TRAKTUS URINARIA

1. Ginjal
Cortex terdiri dari :
- Pars radiata = processus ferreini
Didalamnya terdapat
o Ansa henle
o Ductus colligens
o Verbinding stuck

Ansa henle dibentuk oleh :

o Haupstuc pars recta : epitel kubus dengan brush border


o Uberleitungstuck : epitel selapis gepeng
o Mittelstuck pars recta : epitel selapis kubus tanpa brush broder
- Pars convulata
Terdapat :
o Corpusculum renalis malphigi
o Polus urinalis
o Tubulus contortus primus
o Verbindungstuck

Medulla terdiri

- Ansa henlei
- Ductus colligentes
- Ductus papillaris bellini

Vascularisasi

- Arteri dan vena interlobaris


- Arteri dan vena arcuata
- Arteri dan vena interlobularis
- Arteri intralobularis
- Vasa afferentia dan vasa efferentia
2. Ureter
Terdiri dari lapisan :
- Tunica mucosa
o Epitel : transisional dengan sel sel payung bercrusta pada
permukaannya. Mambrana basalis tidak jelas
o Lamina propria
Merupakan jaringan pengikat mengandung kapiler darah
- Tunica muscularis
Dibagian distal ureter dibedakan 3 lapisan yaitu :
o Stratum longitudinale internum
o Stratum circulare
o Stratum longitudinale externum
- Tunica adventitia
Merupakan jaringan pengikat longgar yang membungkus dinding jaringan
sebelah luar.
3. Vesica urinaria
Lapisan lapisan :
- Tunica mucosa
o Epitel transisional, membarana basalis tidak jelas
o Lamina propria, terdiri dari jaringan padat yang ke arah luar makin
longgar serta mengadung kapiler darah.
- Tunisa muscularis
Merupakan bagian dinding yang paling tebal, tidak begitu jelas lapisan otot
polosnya
- Tunica serosa
Jaringan pengikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah, lymphe
dan sel sel gangglion dimana pada bagian luar dilapisi oleh mesotel
4. Urethra
- Epitel : transisional
- Lamina propria : didalamnya terdapat tunica muscularis yang melanjutkan diri
dengan otot/glandula disekitarnya.
11. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN PROSES PEMBENTUKAN URINE (FILTRASI,
REABSORBSI, SEKRESI, EKSRESI)

A. FILTRASI GLOMERULUS
Proses penyaringan plasma bebas protein dari glomerulus ke
kapsul bowman

20persen plasma yang masuk ke glomerulus disaring

80persen yang masuk ke glomerulus tidak terfiltrasi keluar melalui


arteriol eferen untuk mendarahi jaringan ginjal dan dipertahankan oleh
sistem (melalui vena)

125 mL filtrat glomerulus dihasilkan setiap menit oleh


seluruh glomerulus secara kolektif, setara dengan 180
liter/hari

Cairan dari glomerulus ke dalam kapsul bowman yang mengalami filtrasi melalui 3
lapisan membran glomerulus : dinding kapiler glomerulus, membran basal, dan
lapisan dalam kapsul bowman

Dinding kapiler glomerulus

Selapis endothel gepeng, memiliki banyak pori-pori besar

100 kali lebih permeabel terhadap air dan zat terlarut


dibandingkan kapiler lain, tetapi impermeabel terhadap
protein plasma (ukuran besar) dan sel darah

Membran basal

Lapisan gelatinosa aselular

Terbentuk dari kolagen dan glikoprotein bermuatan


negatif Terselip diantara glomerulus dan kapsul bowman

Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, glikoprotein


mencegah protein plasma berukuran kecil tidak terfiltrat
(masuk ke kapsul)
Protein plasma besar tidak dapat melewati pori-pori yang
beriukuran besar, sedangkan protein plasma kecil dapat saja
masuk

Protein plasma yang bermuatan negatif tertolak oleh


glikoprotein yang bermuatan negatif, sehingga protein plasma
kecil tidak terfiltrasi (hanya kurang dari 1persen)

Catatan klinis : albuminaria

Adanya albumin berlebih dalam urin, disebabkan kerusakan muatan


negatif glikoprotein dalam membran basal sehingga pori lebih
permeabel terhadap albumin meskipun ukuran pori tidak berubah

Lapisan dalam kapsul bowman

Terdiri atas podosit, memiliki semacam processus berbentuk


seperti kaki (podo:kaki) foot process

Terdapat celah sempit antar foot processus yang disebut celah


filtrasi yang memberi jalan bagi filtrat glomerulus masuk ke
lumen kapsul bowman

Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya utama yang menginduksi filtrasi
glomerulus. Tidak terdapat semacam mekanisme transpor aktif, melainkan hanya
gerakan fisik pasif yang serupa dengan kapiler lain

3 gaya fisik dalam filtrasi glomerulus

Tekanan darah kapiler glomerulus

Gaya utama yang mendorong plasma darah sepanjang


kapiler glomerulus

Bergantung pada kontraksi jantung terhadap arteri renalis


dan resistensi arteriol aferen dan eferen

Tekanan darah kapiler glomerulus 55 mmHg, jari-jari arteriol aferen


lebih besar dibandingkan arteriol eferen sehingga darah lebih mudah
masuk daripada keluar (darah tertampung dalam kapiler) Resistensi
tinggi arteriol eferen mencegah aliran plasma turun lagi Tekanan darah
kapiler glomerulus sebagai gaya utama yang mendorong filtrasi,
sisanya mendorong gerakan ke arah lumen kapsul bowman melalui
membran glomerulus (melawan filtrasi)

Tekanan osmotik koloid plasma

Perbedaan gradien zat terlarut yakni protein plasma (ada pada


glomerulus, tidak pada kapsul bowman) menyebabkan
konsentrasi O2 kapsul bowman lebih tinggi dibandingkan
kapiler glomerulus dan akhirnya tekanan sebanyak 30 mmHg
melawan gaya filtrasi tekanan darah

Tekanan hidrostatik kapsul bowman

Tekanan 15 mmHg ke atas (melawan filtrasi) yang ditimbulkan


oleh cairan tubulus

Laju filtrasi glomerulus (LFG)

Gaya dorong total tekanan darah kapiler glomerulus 55 mmHg, dua gaya
yang melawan arah filtrasi 45 mmHg sehingga didapat tekanan filtrasi neto 10
mmHg
Laju filtrasi sebenarnya, laju filtrasi glomerulus (LFG) bergantung pada
filtrasi netto dan sifat membran glomerulus (luas permukaan dan permeabelitas
dalam Kf)
LFG : Kf x tekanan filtrasi netto

LFG pria : 125 mL/min (180 liter/hari filtrat glomerulus)

LFG wanita : 115 mL/min (160 liter/hari)

Penyesuaian terkontrol LFG (Laju Filtrasi Glomerulus)

Faktor yang mempengaruhi LFG : koefisien filtrasi dan tekanan filtrasi netto
Hal yang mengalami perubahan spontan adalah tekanan darah glomerulus
yang berasal dari arteri sistemik
Regulasi kontrolnya berupa : otoregulasi (menurunkan) dan kontrol
simpatis ekstrinsik (meningkatkan)
Otoregulasi (regulasi sendiri/lokal)

2 mekanisme internal otoregulasi : miogenik dan TGF (tubuloglomerular feedback)

Miogenik

Ketika tekanan darah glomerulus meningkat maka LGF ikut meningkat


Untuk menormalkannya kembali, arteriol aferen mengalami
vasokonstriksi secara lokal diatur oleh aktivitas otot polosnya sehingga
terjadi resistensi aliran darah dan tekanan darah menurun, begitupun
sebaliknya

TGF (tubuloglomerular feedback)

Sel makula densa yang terdapat pada tubulus ginjal akan mendeteksi
masuknya kadar garam cairan tubulus

Ketika kadarnya meningkat (aliran darah/tekanannya kuat) maka sel


makula densa akan mengeluarkan adenosin yang berkerja secara lokal
pada arteriol aferen untuk vasokonstriksi

Kontrol simpatis ekstrinsik

Ketika volume dan tekanan darah arteri kurang, maka baroreseptor yang terdapat
pada

arcus aorta dan sinus carotis mendeteksinya, mengirimkan impuls menuju


pusat sirkulasi di batang otak untuk meningkatkan aktivitas simpatis
jantung dan pembuluh darah

Tekanan darah sudah terkontrol melalui mekanisme di atas, kemudian volume


darah yang masih tetap kurang, dikontrol oleh mekanisme eksresi oleh ginjal.
Ginjal menekan proses eksresi sehingga lebih banyak cairan yang ditahan tubuh.
LFG turun (karena tekanan darah glomerulus turun) mengakibatkan
berkurangnya volume urin

Koefisien filtrasi (Kf)

Menyangkut luas permukaan kapiler glomerulus dan permeabelitas membran


Luas permukaan

Sel mesangium yang mengaitkan antar pori kapiler glomerulus

Ketika sel mesangium kontraksi, akan menutup kapiler filtrasi (luas


permukaan berkurang), LGF berkurang. Begitupun sebaliknya

Permeabelitas glomerulus

Podosit mempengaruhi celah filtrasi

Semakin banyak celah filtrasi, semakin besar permeabelitas membran

Aliran darah ginjal

Total curah jantung ke sistem tubuh : 5000 mL/menit atau 5 liter 22persen dari
total curah jantung dialirkan ke ginjal, yakni 1140 mL/menit

Sekitar 20persen plasma darah yang mengalir ke ginjal terfiltrasi oleh glomerulus yakni
125 mL/menit (pria) dan 115 mL/menit (wanita)

B. REABSORPSI TUBULUS
180 liter plasma bebas protein (filtrat glomerulus) mengalir sepanjang tubulus
kemudian zat-zat yang masih berguna bagi tubuh direabsorpsi dari lumen ke kapiler
peritubular untuk di resirkulasi melalui vena (kembali ke sistemik)

Dari 180 liter filtrat yang mengalir, 178,5 liter direabsorbsi, sisanya 1,5 liter akan
mengalami sekresi tubulus

Berikut zat yang direabsorpsi : air 99, natrium 99.5, glukosa 100, urea 50, Ca2+, PO43-,
Cl-

Mekanisme transpor transepitel, bahan melalui

1. Membran luminal sel tubulus (basis)


2. Sitosol sel tubulus ke sisi lainnya (membran basolateral)
3. Difusi melewati membran basolateral, masuk ke cairan interstisium
4. Menembus dinding kapiler peritubular (reabsorpsi)

Reabsorpsi aktif : melawan gradien. Contoh : glukosa, asam amino, Na+, PO43-
Reabsorpsi pasif : mengikuti penurunan gradien konsentrasi. Contoh : air, urea, Cl-

Transpor Na+

Tubulus proximal 67%

Peran penting (memfasilitasi) dalam reabsorpsi air, urea, asam amino, glukosa, ion
Cl-

Ansa henle 25%

Na+ bersama Cl-

Peran penting (memfasilitasi) dalam reabsorpsi air, mengatur konsentrasi dan


volume urine yang bervariasi

Tubulus distal dan koligentes 8%

Berkaitan dengan sekresi K+ dan H+

Di bawah kontrol hormon, mengatur tekanan darah arteri dan volume CES

Na+ dari lumen (konsentrasi tinggi) menuju sel tubulus (konsentrasi rendah)
melewati membrana luminal secara transpor pasif

Na+ dari sel tubulus (konsentrasi rendah) memasuki ruang lateral (cairan interstium
berkonsentrasi tinggi) melewati membran basolateral dengan fasilitas Na+ K+
pump basolateral yang memerlukan energi

Glukosa dan asam amino direabsorpsi oleh transpor aktif sekunder dependen Na+

Seluruh glukosa dan asam amino diserap

Menggunakan peran pembawa kotranspor khusus yang telah diaktifkan oleh Na+

untuk menembus membran luminal

Setelah mencapai sel tubulus, asam amino dan glukosa berdifusi pasif
kedalam kapiler plasma

Maksimum tubulus glukosa : laju reabsorpsi maksimal yang dapat dilakukan,


selebihnya diekresikan melalui urine. 375 mg/menit
Jumlah filtrasi suatu bahan : konsentrasi plasma bahan x LFG bahan

Jumlah filtrasi glukosa : 100 mg/100 mL x 125 mL/menit : 125 mg/menit


Dalam keadaan normal proses reabsorpsi berlangsung
cepat karena jumah filtrasi glukosa hanya 125
mg/menit dibandingkan maksimun tubulusnya

Ambang ginjal glukosa : Tm tercapai, terdapat glukosa dalam urine yang diekresikan.
300mL/menit

Misal : jumlah filtrasi glukosa 625 mg/menit dari konsentrasi glukosa plasma 500 mg/100
mL. 625 mg/menit (375 direabsorpsi, 250 dieksresikan)

Reabsorpsi aktif Na+ menyebabkan reabsorpsi pasif Cl- H2O dan urea

Reabsorpsi klorida

Mengalir di antara sel tubulus, tidak menembus

Reabsorpsi pasif karena gradien konsentrasi yang tercipta dari reabsorpsi aktif
Na+ Tidak diatur lajunya oleh ginjal

Reabsorpsi H2O

H2O mengalami reabsorpsi di tubulus 99 persen (65persen di tubulus proximal, 15


persen di ansa henle dan sisanya dalam jumlah bervariasi di tubulus distal dan
koligentes lewat mekanisme pengaturan hormon:vasopresin)

Tubulus proximal dan ansa henle pars descends permeabel terhadap H2O
sehingga masih dapat bekerja tanpa vasopresin H2O menembus membran luminal
dengan bantuan kanal air dari membran luminal yang ada dan juga lewat celah-
celah sel tubulus H2O mengikuti tekanan osmotik yang tercipta ketika Na+
menembus membran basolateral dengan Na+ K+ pumpnya. Sehingga kondisi sel
tubulus lebih encer dibandingkan ruang lateral (interstisium). H2O bergerak
mengikuti tekanan osmotik ini (encer ke pekat) menuju ruang lateral dan menembus
kapiler darah secara difusi

Reabsorpsi urea

Direabsorpsi setengahnya
Bergerak dari lumen tubulus ke kapiler karena gradien konsentrasi yang tercipta
dari H2O

H2O yang bergerak dari tubulus menuju kapiler menyebabkan tubulus lebih pekat

(konsentrasi tinggi) dan kapiler rendah

Urea berdifusi pasif melewati gradien konsentrasi ini

C. SEKRESI TUBULUS
Filtrat dari tubulus kemudian mendapatkan tambahan zat yang harus
dikeluarkan dari kapiler peritubulus menuju lumen tubulus untuk
diekskresikan sebagai urin 80persen plasma tak terfiltasi sebagian jumlahnya
akan mengalami sekresi ke lumen tubulus

Bahan-bahan yang disekresikan keluar melalui urine dari kapiler : ion H+, ion

K+, anion dan kation organi

Dilakukan melalui mekanisme transpepitel membran tubulus

Sekresi ion H+ penting dalam keseimbangan asam-basa H+ mengalami


mekanisme sekresi tetapi tidak untuk reabsorpsi (tubulus proximal, distal,
koligentes)

Ketika konsentrasi H+ naik dalam plasma, maka seksresi ditingkatkan Ketika


konsentrasi H+ turun dalam plasma, H+ dikonservasi, seksresi dikurangi

Sekresi ion kalium dikontrol oleh aldosteron

Secara aktif direabsorpsi di tubulus proximal dan disekresikan di tubulus distal


dan ductus koligentes

Sekresi dilakukan dengan arah berlawanan, dari kapiler ke ruang lateral secara
difusi pasif (konsentrasi tinggi ke rendah:akibat reabsorpsi K+ di tubulus
proximal)

Dari ruang lateral ke sel tubulus melewati membran basolateral


berjalan seiring dipindahkannya Na+ ke ruang lateral dengan
menggunakan Na+ K+ pump
Dari sel ke lumen tubulus, melewati membran luminal dengan perpindahan
pasif kanal yang ada

Kontrol sekresi K+ mempengaruhi kadar K+ plasma, filtrasi dan reabsorpsi terjadi


begitu saja Aldosteron aktif melalui 2 jalur

Ketika konsentrasi K+ dalam plasma naik : diaktifkan oleh


korteks adrenal meningkatkan sekresi K+

Ketika konsentrasi K+ dalam plasma turun : diaktifkan oleh sistem


RRA (tepatnya oleh angiotensin II) menurunkan sekresi K+ dan
menaikan reabsorpsi K+

**Tubulus proximal**

Reabsorpsi : Na+, Cl-, glukosa dan asam amino, Ca2+ dan PO43-
(kontrol hormon paratiroid:mengubah ambang ginjal), H2O, urea, K+
(seluruhnya reabsorpsi) Sekresi : H+, ion organik

**Tubulus distal dan ductus koligentes**

Reabsorpsi : Na+ (kontrol aldosteron:mendorong), Cl- mengikuti secara


pasif, H2O (kontrol vasopresin:mendorong)

Sekresi : H+ (status asam basa), K+ (aldosteron:mendorong)

*Natrium direabsorpsi di sepanjang tubulus kecuali pars descendens ansa


henle*

Zat-zat yang direabsorbsi antara lain : Na+, glukosa, asam amino, H2O, Cl-, urea
Aldosteron merangsang reabsorpsi di tubulus distal dan koligentes Bersihan plasma
adalah volume plasma yang dibersihkan dari suatu bahan per menit

Laju bersihan suatu bahan (mL/menit) : konsentrasi bahan dalam urin (jumlah/mL
urin) x laju aliran urin (mL/menit)/konsentrasi bahan dalam plasma (jumlah/ml
plasma)
Bahan yang terfiltrasi, tetapi tidak tereabsorpsi dan tersekresikan
hanya substansi inulin. Laju bersihan inulin sama dengan LFG

Jika suatu bahan difiltrasi dan direabsorpsi tetapi tidak disekresi, maka
clearance rate-nya lebih kecil dari LFG

Jika suatu bahan difiltrasi dan disekresi tetapi tidak direabsorpsi, makan
clearance rate-nya lebih besar dari LFG

Fraksi filtrasi : fraksi plasma yang mengalir melalui glomerulus : LFG/PAH (aliran
plasma

ginjal) : 125/625 : 20persen (plasma yang masuk ke glomerulus untuk difiltrasi)

Osmolaritas urin

Cairan tubuh dapat bersifat :

Isotonik : osmolaritas 300 mosm/liter

Hipotonik : osmolaritas kurang dari 300 mosm/liter

Hipertonik : osmolaritas lebih dari 300 mosm/liter

Ginjal melalui mekanisme sistem aliran balik medula (struktur anatomis nefron
dengan ductus koligentes menembus medula hanya dengan arah ascenden, vasa
recta loop henle tajam lurus menuju medula, struktur vertikal ansa henle) dapat
menciptakan urin dengan osmolaritas beragam

Ansa henle menentukan gradin


konsentrasi urin Pars ascendens

Permeabel H2O

Tidak mereabsorpsi Na+

Pars descendens

Impermeabel H2O

Mengeluarkan NaCl ke cairan interstisium di luar tubulus


Mekanisme multiplikasi aliran balik

Awal (sebelum gradien osmotik terbentuk) : osmolaritas interstisium 300


mosm/liter (isotonik)

Fase I

Urin mencapai pars ascendens henle

Pars ascendens henle memompa NaCl secara aktif ke cairan interstisium

Pars descendens henle menyeimbangkan osmolaritas yang ada dengan


mengeluarkan H2O ke interstisium

Dalam keadaan masih seimbang : Osmolaritas interstisium

: 400 mosm/liter Osmolaritas pars


descends : 400 mosm/liter Osmolaritas pars
ascendens : 200 mosm/liter
Fase II

Urine terus mengalir menuju tubulus distal

Osmolaritas puncak (di atas) pars descendens 300 mosm/liter (karena


pada fase awal intersisium 300 mosm/liter)

Osmolaritas puncak (di atas) pars ascendens 200 mosm/liter (gerak


frame dari fase I menjadi naik ke atas)

Fase III

Disamakan kembali osmolaritasnya antara pars descendens dengan


interstisium Pars descendens : interstisium : 350

Pars ascendens : 150

Melalui transpor aktif NaCl dan difusi pasif H2O lagi ke interstisium
Sampai dengan fase ke-VI osmolaritas pars descends ansa henle selalu
mencapai isotonik dengan interstisium, dan mencapai perbedaan gradien
200 mosm/liter dengan pars ascendens
Proses ini berlangsung secara terus menerus, berselang, antara tindakan
penyesuaian (pengaturan NaCl dan H2O) dan aliran urin ke frame
berikutnya
12. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN PROSES BERKEMIH DAN
PERKEMBANGAN PENGATURAN BERKEMIH

Miksi (berkemih)

adalah proses pengosongan kandung kemih diatur oleh 2 mekanisme yaitu


refleks berkemih dan kontrol volunteer.

Refleks berkemih (refleks spinal)

1. Kandung kemih terisi semakin teregang (250 mL - 400 mL)


2. Reseptor regang aktif, mengantar impuls aferen menuju medulla
spinalis untuk merangsang saraf parasimpatis
3. Parasimpatis menyebabkan kandung kemih berkontraksi
4. Terbukanya kandung kemih secara mekanis akan membuat sfingter
uretra internus terbuka
5. Sfingter uretra eksternus membuka ketika neuron motorik dihambat pada
saat itu
6. Kedua sfingter telah terbuka, urin terdorong melalui uretra dari
kontraksi dinding kandung kemih

Kontrol volunter berkemih

Pengisian kandung kemih akan memberikan persepsi dan keinginan untuk berkemih
oleh korteks serebri secara sadar

Persepsi ini muncul sebelum sfingter uretra eksternus melemas Refleks


berkemih dapat secara volunter dicegah melalui pengencangan sfingter
uretra eksternus dan diafragma pelvis agak tetap tertutup

Sinyal inhibitatorik refleks regang dari kandung kemih terkalahkan oleh


impuls eksitatorik volunter

Ketika kandung kemih sudah tidak mampu lagi menahan urin yang begitu banyak,
maka refleks miksi tidak bisa lagi dihambat. Sinyal inhibitatorik refleks ke
neuron motorik sfingter eksternus semakin kuat mengalahkan sinyal eksitatorik
volunter membuat sfingter eksternus melemas dan kandung kemih mengosongkan
dirinya

Berkemih dapat dilakukan secara sengaja. Dengan bantuan motorik


kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Tekanan
intraabdomen akan membuat kandung kemih tertekan ke bawah dan
mempermudah pengosongan. Kandung kemih meregang akan menciptakan
refleks miksi kembali secara refleks spinal

Catatan klinis : inkontinensia urin

Ketidakmampuan mencegah keluarnya urin. Disebabkan karena cedera spinal,


tak mampu menahan dorongan ingin buang besar lewat sinyal eksotatorik. Refleks
regang yang terjadi begitu kuat sehingga tidak mampu dikendalikan. Bisa juga
karena sfingter eksternus yang cedera yang tidak mampu menahan sinyal
inhibitatorik (pembedahan prostat, melahirkan). Pada saat batuk atau bersin urin
secara tidak terkontrol keluar begitu saja
13. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN PERAN GINJAL DALAM
PENGATURAN ASAM BASA

Mekanisme asam-basa ginjal

Yang diatur dalam asam-basa ginjal adalah konsentrasi H+ atau CO2 dan HCO3-
antara plasma dan tubulus

H+ bebas akan menyebabkan suasana asidosis (pH darah turun)

H+ bebas apabila berikatan dengan HCO3- tidak lagi bebas sehingga


menyebabkan suasana alkalosis (pH darah naik)

Kompensasi asidosis (H+ naik) :

Sekresi dan eksresi H+ naik (dibuang)

HCO3- terfiltrasi akan diabsorpsi seluruhnya ke dalam plasma (diserap)


Eksresi

HCO3- nol (semua yang terfiltrasi diabsorpsi)

Intinya : membuat plasma menjadi alkalosis ke arah normal

Kompensasi alkalosis (H+ turun) :

Sekresi dan eksresi H+ turun (dipertahankan bebas) HCO3-


terfiltrasi tidak diabsorpsi seluruhnya ke dalam plasma HCO3-
dieksresikan lebih banyak

Intinya : membuat plasma menjadi asidosis Kearah normal

Sistem penyangga dalam tubulus PO43- (fosfat)

Difiltrasikan sebagai masuknya diet makanan dalam ginjal


Mengalami filtrasi dan tidak reabsorpsi, tetapi konsentrasinya
lama-kelamaan jenuh

H+ yang disekresikan akan langsung berikatan dengan PO43-


sehingga tubulus menjadi tidak begitu asam
Ketika konsentrasi PO43- jenuh sistem dapar lain siap menggantikan
dan meneksresikan H+ keluar tubuh

NH3

Secara sengaja disintesis sebagai mekanisme kontrol H+ dalam


tubulus (disintesis dari asam amino glutamin dalam sel
tubulus) Tidak disekresikan maupun direabsorpsi, langsung
mengalami eksresi bersama H+

Ketika PO43- jenuh, maka H+ akan berikatan dengan


NH3 membentuk NH4+ yang akan menjaga pH tubulus di
ambang batas

Ketika diekresikan melalui urine, H+ dikeluarkan dalam bentuk

NH4+ (ion amonium) sehingga uretra tidak mengalami cedera akibat

H+ yang terlalu asam


14. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN FACTOR INTRINSIC DAN
EKSTRINSIK DALAM PENGATURAN VOLUME URINE SESUAI LITERATUR

FAKTOR I NTRINSIK

• Renin didapat dari Pengaktifan sistem renin angiotensin aldosteron (SRAA)


Ginjal diaktifkan untuk mensekresikan renin dari faktor : NaCl turun, volume CES
turun, tekanan darah arteri turun
Aparatus jukstaglomerulosa terdapat sel granular (celah antara arteriol afereneferen
dengan tubulus distal) dan sel makula densa (dinding tubulus distal yang menempel
pada arteriol aferen-eferen)
Sel granular mesekresikan renin
Sel makula densa mensekresikan adenosin
Renin didapat dari :
Sel granular sebagai baroreseptor intrarenal. Ketika terjadi penurunan tekanan
arteriol aferen, terjadi sekresi renin.
Sel makula densa ketika mendeteksi penurunan konsentrasi NaCl dalam
tubulus, merangsang sel granular mensekresikan renin.
Saraf simpatis pada baroreseptor arteriol aferen ketika terjadi penurunan
tekanan darah, merangsang sel granular mensekresikan renin lagi.

Renin sebagai enzim akan merubah angiotensinogen (dari hati, dalam plasma
memiliki kadar tinggi) menjadi angiotensin I. Ketika melewati sirkulasi paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh ACE (angiotensin converting enzym)
sebagai perangsang disekresikannya aldosteron

Aldoseteron akan meningkatkan aktivitas reabsorpsi Na+ dalam tubulus. Na+ dan Cl-
dihemat dalam CES (interstisium antara lumenal tubulus dengan kapiler peritubuler)
secara osmotis menahan H2O CES (H2O dikonservasi, hemat).

Meningkatkan kadar garam NaCl dan volume darah (dari H2O)

Renin dari ginjal - angiotensinogen di hati - angiotensin I - angiotensin converting


enzym (di paru-paru) - angiotensin II (vasopresin : reabsorpsi H2O tubulus ginjal;
haus :meningkatkan asupan cairan; vasokontriksi arteriol)
• Atrial natriuretik peptide (ANP)

o Dihasilkan oleh sel granular otot atrium jantung ketika terjadi peregangan kuat
(volume dan tekanan darah kuat)
o Mendorong natriuresis dan diuresis (eksresi natrium dan eksresi air)
o Tujuan utama menurunkan tekanan darah sistemik, menghambat reabsorpsi
Na+ sehingga seksresi Na+ meningkat
o Menghambat ginjal mensekresikan renin dan korteks adrenal untuk
mensekresikan aldosteron
o Meningkatkan LFG melalui : melemaskan sel mesangium sehingga luas
permukaannya bertambah, meningkatkan dilatasi arteriol aferen sehingga
tekanan darah glomerulus meningkat
o Defisiensi ANP dapat menyebabkan hipertensi

Hal yang ditekan : sistem RAA, otot polos arteriol aferen (vasodilatasi),
reabsorpsi Na+, sistem saraf simpatis
o Peran vasopressin

o Sering disebut ADH (antidiuretik hormon)


o Anti : melawan dan diuretik : peningkatan pengeluaran urin (melawan
peningkatan pengeluaran urin)
o Erat kaitannya dengan permeabelitas H2O di tubulus distal dan ductus
koligentes
o Tubulus distal dan duktus koligentes impermeabel terhadap H2O sehingga
perlu semacam mekanisme untuk membawa air masuk ke plasma kapiler
untuk kembali diserap tubuh
o Vasopresin menyebabkan tubulus distal dan duktus koligentes menjadi
permeabel terhadap H2O melalui fasilitas aquaporin

Berikut prosesnya :
o Vasopresin dari aliran darah menuju membran basolateral sel tubulus distal
dan koligentes
o Vasopresin berikatan dengan reseptornya yang spesifik pada membran
basolateral
o Sistem pembawa pesan kedua cAMP aktif di dalam sel
o cAMP membentuk fasilitas bagi H2O untuk dikeluarkan dari lumen tubulus,
yakni kanal aquaporin
o Kanal ini membuat membran luminal tidak lagi impermeabel terhadap H2O

Anda mungkin juga menyukai