CSL 3
Edukasi Pasien
materi
check list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Azelia Nusadewiarti, MPH
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
D. SKENARIO
E. DASAR TEORI
Penatalaksanaan Penyakit dengan pendekatan keluarga (5 level prevention)
d T
i e
n r
i k
e
n
d
a
l
i
↑ ↑ ↑ ↑ ↑
P P D P P
e e e e e
n r t n m
i l e g u
n i k o l
g n s b i
k d i a h
a u t a
t n D a n
a g i n /
n a n / R
n i e
K T h
e K i a
s h n b
e u d i
h s a l
a u k i
t s a t
a n a
n s
i
Preventif Preventif P
T
e
r
t
i
e
r
Pemulihan (Rehabilitation)
• Penyediaan fasilitas pelatihan di RS dan masyarakat agar kemampuan yang
tersisa dapat dimanfaatkan secara maksimum
• Edukasi masyarakat dan industri agar menerima mereka yang telah
direhabilitasi
• Sedapat mungkin diusahakan supaya semua dapat bekerja Kualitas hidup
yang baik dan bermanfaat
5. Di mana menyampaikannya
• Di ruang praktik dokter.
• Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
• Di ruang diskusi.
• Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan
dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
• Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimile, sms, internet.
• Persiapan meliputi:
materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis
sudah disepakati oleh tim);
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar Azrul, Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbit IDI,
Jakata;1996
2. Gan, Goh Lee, at all, A primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore, 2004
3. Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: KKI.
2006
4. Mc Whinney, A Text Book of family Medicine, Oxford University, New York;
1989
5. Poernomo, Ieda SS. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta: Makalah
Perinasia. 2004
Nama :
NPM :
Skenario :
Seorang wanita, 50 tahun, dating ke poliklinik Unila dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada sendi jari kaki dan tangan sejak 3 hari lalu. Keluhan ini disertai
dengan kesulitan untuk menggerakkan jari tangan dan kaki. Pada hari keempat,
saat bangun tidur pada pasien merasa sendinya lebih kaku. Hasil pemeriksaan
tanda vital T 130/90 mmHg N 120x/mnt. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar asam urat 7,5mg, jumlah leukosit 5.600/mm3.
Feedbck
Aspek yang dinilai
INTERPERSONAL
Membina sambung rasa (senyum, Salam, sapa serta
tunjukkan bahwa kesediaan meluangkan waktu
untuk berbicara dengannya, kesejajaran)
Ajak Bicara (Membuka pembicaraan dengan baik
(open-ended) menanyakan kondisi, komunikasi
secara dua arah, memahami kecemasannya,
mengerti perasaannya)
CONTENT
Jelaskan/menyampaikan informasi dengan baik
Keadaan pasien saat ini
Rencana tindakan medis yang akan dilakukan untuk
menegakkan diagnosis, termasuk manfaat risiko
serta kemungkinan efek samping/komplikasi.
Pilihan tindakan medis serta second opinion untuk
tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara)
Prognosis dari penyakit
10
___________________________________
11
CSL 3
Anamnesis Penyakit
Sistem Endokrin
1
materi
check list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Dian Isti Angraini, M.P.H
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis sistem endokrin dengan
terarah, cepat, dan tepat
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan
dengan permasalahan
Menemukan keluhan utama beserta lamanya
Menguraikan perkembangan penyakit secara deskriptif dan kronologis
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai
dengan sosio budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan crosscheck
Mahasiswa dapat bersikap netral
- Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
- Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
- Menyimpulkan dugaan kelainan organ berdasarkan data
anamnesis dalam menjelaskan patofisiologi setiap kelainan/keluhan
- Mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan dalam melakukan anamnesis
- Melaporkan hasil anamnesis secara lisan maupun tulisan
Prosedur
Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga,
anamnesis susunan sistem, anamnesis pribadi.
Identitas:
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
nama orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab, alamat,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Untuk memastikan bahwa
pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu
juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter
atau mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu. Daftar
masalah yang dapat dijadikan keluhan utama pasien dengan gangguan sistem
endokrinadalah:
1) Nafsu makanhilang
2) Gangguan gizi (gizi buruk, kurang ataulebih)
3) Berat bayi lahir rendah
4) Kelelahan
5) Penurunan berat badan drastis/mendadak
6) Tremor
7) Gangguan pertumbuhan
8) Benjolan dileher
9) Berkeringat banyak
10) Polifagi, polidipsi,poliuri
Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial dan ekonomi (meliputi pendidikan,
pekerjaan, pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan, pola tidur, minum
alkohol atau merokok, obat-obatan,aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi
kesehatan dan kepercayaan).
1. Diabetes Melitus
Pasien DM biasanya datang dengan :
a. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
c. Kegawatdaruratan:hipoglikemia, koma hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum
(KAD), komplikasi ke organ lainnya
RiPD :
Apakah sebelumnya sudah ada riwayat DM? Bila ya,bagaimana
pengobatan sebelumnya
Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap,termasuk
terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan
DM secara mandiri, serta kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi
kesehatan dan pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang
digunakan,perencanaan makan dan program latihanjasmani
Riwayat komplikasi akut(ketoasidosis diabetik,hiperosmolar
hiperglikemia,dan hipoglikemia)
Riwayat infeksi sebelumnya,terutama infeksi kulit,gigi,dan traktus
urogenitalis serta kaki
Riwayat Pribadi
Pola makan, status nutrisi, dan riwayat perubahan berat badan
Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah
Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi
Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan kehamilan.
RPD:
Apakah sebelumnya pernah terdiagnosa tirotoksikosis?Apabila iya,
pengobatan apa yang didapat? PTU, beta bloker,karbimazol?
Apakah ada riwayat penyakitautoimun?
RPK
• Apakah ada riwayat penyakit tiroid dalamkeluarga?
• Riwayat Pribadi
• Bagaimana pola makan? Apakah baik atau bertambah tetapi berat
badan dirasakan semakin menurun?
• Apakah sedang menjalani program diet tpenurunan berat badan atau
pantangan tertentu?
• Bagaimana penurunan berat badan yang dirasakan?
• Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan tertentu (misalnya
untuk menurunkan BB, obat tiroid, dsb)
2) Hipotiroid RPS
Pasien hipotiroid seringkali terdiagnosis dengan gejala yang tidak khas. Gejala
yang timbul bisa berupa kelelahan, kelambatan fisik dan mental, intoleransi
terhadap suhu dingin, peningkatan berat badan, konstipasi, carpal tunnel
RPD:
Apakah sebelumnya ada riwayat atau pernah terdiagnosa hipotoroid?Bila
iya bagaimana terapinya?
Apakah ada riwayat IHD?
Apakah ada riwayat hiperkolesterolemia?
Apakah sebelumnya pernah mendapatkan terapi radio
iodine(untuk tirotoksikosis)?
c. Gejala hirsutisme
Peningkatan berat badan dan pembesaran wajah dan ukuran tubuh
Pertumbuhan yang melambat pada anak-anak
Perubahan kulit : jerawat, infeksi kulit, striae di perut, paha, dan payudara, dll
Perubahan otot dan kulit : sakit punggung, kelemahan otot, nyeri tulang dsb
Apakah ada riwayat pengobatan kortikosteroid?
Apakah ada riwayat penyakit paru-paru?
d. Hipopituarism
Terjadi defisiensi satu atau lebih hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari
seperti hormon tiroid, adrenal, dan hormon pertumbuhan.
RPS dapat ditemukan gejal:
Apakah ada kelelahan dan anoreksia?
Apakah ada penurunan libido?
Apakah ada gangguan menstruasi (pada wanita)?
Apakah ada tanda-tanda depresi?
Apakah ada kelemahan otot?
Apakah ada nyeri kepala?
Apakah ada tanda dan gejala yang mengarah ke
hipotiroid?
Riwayat Pribadi
Apakah pernah mengkonsumsi obat-obat seperti tiroksin, hidrokortison,
testosteron, estrogen atau hormon pertumbuhan?
e. Akromegali
Merupakan sindrom akibat adanya kelebihan hormon pertumbuhan, yang
salah satunya disebabkan adanya tumor pada kelenjar pituitari.
Pada RPS gejala yang bisa ditimbulkan adalah:
• Apakah ada perubahan bentuk dan ukuran wajah bila dibandingkan dengan
sebelumnya (supraorbital membesar, telinga dan hidung menebal, tonjolan
rahang menebal)?
• Apakah terdapat pembesaran ukuran kaki (yang dilihat dari ukuran
sepatu)dan tangan (dinilai dari ukuran cincin)?
• Apakah ada penglihatan kabur dan penurunan penglihatan perifer ( lapang
pandang)?
• Apakah ada tanda-tanda hiperglikemia (polidipsi,poliuria)?
• Apakah ada sakit kepala, kelelahan dan peningkatan berat badan?
• Apakah ada gangguan menstruasi (pada wanita)?
• Apakah ada gejala galaktorea (keluarnya air susu di luar masa laktasi) pada
pria, wanita dan bayi?
• Apakah ada gejala impotensi? Apakah berkeringat banyak? Apakah ada
atralgia?
• Apakah ada carpal tunnel syndrome?
• Apakah sebelumnya ada tanda dan gejala akromegali?
• Apakah sebelumnya ada riwayat pengobatan, radiasi dan pembedahan di
daerah kepala?
Riwayat Pribadi
Apakah pasien sedang mengkonsumsi obat agonis
dopamineergik dan atau bromokriptin?
Apakah pasien sedang menggunakan terapi sulih
hormon?(tiroksin, kortikosteroid)?
Riwayat kebiasaan:
Apakah pasien sedang dalam program diet tertentu?
Apakah pasien sering mengonsumsi makanan yangmanis?
Apakah pasien sering mnegonsumsi makanan yang mengandung lemak?
Berapa kali pasien beolahraga dalam satu minggu?
Apakah pasien sering mengonsumsi alkohol?
Berapa banyak pasien mengonsumsi garam dalam sehari?
Berapa banyak pasien minum air putih dalam sehari?
2) Tremor
Pasien datang dengan keluhan tremor (gemetar seluruh badan) Pada RPS,
ditanyakan:
Sejak kapan tremor dirasakan?
Apakah ada keluhan cepat lelah, jantung berdebar-debar dan
berkeringat banyak?
Apakah ada demam terus menerus tanpa rasa menggigil?
Apakah terdapat penurunan berat badan walaupun asupan
makan baik atau bertambah?
Apakah pasien mengeluh gelisah dan cepat marah?
Apakah ada rambutrontok?
Apakah telah ada penyakit dengan gejala yang sama? Bila iya,
kapan, bagaimana pengobatan dan keluhan yang dirasakan
setelahnya?
Anamnesis lanjutan
(untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya,
dilakukan setelah kedaruratan ditangani):
RPD
1. Pernah sakit campak dalam 3 bulanterakhir
2. Batuk kronik RPK
3. Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung Riwayat Kelahiran
4. Berat badanlahir
5. Riwayat Tumbuh Kembang
6. Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
7. Apakah ditimbang setiapbulan
8. Riwayat Imunisasi
9. Riwayat makan
10. Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit
11. Riwayat pemberian ASI
12. Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
13. Hilangnya nafsu makan
14. Riwayat Pribadi/Sosioekonomi
15. Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang social anak)
16. Diketahui atau tersangka infeksi HIV
17. Kontak dengan pasien campak atau tuberculosis paru
Nama :
NPM :
Skenario
Seorang wanita, 54 tahun datang diantar keluarganya ke poilklinik Unila dengan
keluhan benjolan di leher sejak 6 bulan yang lalu. Keluha disertai dengan penuruan
berat badan yang banyak, mata tampak melotot, berkeringat dingin dan tangan
gemetaran. Lakukan anamnesis kepada pasien !
___________________________________
CSL 3
Anamnesis Pediatri
(Alloanamnesis)
2
materi
check list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Oktadoni Saputra., M.Med.Ed
dr. Dian Isti Angraini M.P.H Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2021 | 1
dr. Anisa Nuraisa Djausal
TEMA:
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Pediatrik (alloanamnesis)
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis pediatrik (alloanamnesis) dengan
baik dan benar
2. Tujuan instruksionalkhusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secaraurut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup diakhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan
permasalahan
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yangbaik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yangbaik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan crosscheck
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpanbalik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta menyimpulkan
hasil anamnesis.
SKENARIO
Seorang anak perempuan, umur 2 tahun 1 bulan , datang diantar ibunya ke
polilinik Unila dengan keluhan tampak lelah dan lesu. Anak tampak kurus dan
lebih pendek dari teman sebayanya. Anak rewel dan menangis saat berada di
ruang periksa anda. Lakukan Alloanamnesis pada orang tua pasien.
DASAR TEORI
3. Pengertian Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.
Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut sebagai
autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat
4. Teknik Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta
suasana yang kondusif agar orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat
mengemukakan keadaan pasien dengan spontan, wajar, namun tidak
berkepanjangan. Pada saat yang tepat pemeriksa perlu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih rinci dan spesifik sehingga dapat diperoleh
gambaran keadaan pasien yang lebih jelas dan akurat. Anak yang sudah besar
(usia sekolah- lanjut) seringkali dapat menceritakan sendiri keadaan sakitnya,
bahkan seringkali cukup rinci dan jelas sehingga membantu pembuatan
anamnesis.
Biasanya orang yang paling berkompeten untuk memberikan informasi
tentang keadaan anak adalah ibu pasien, terutama pada anak usia balita.
Terkadang bagi ibu yang bekerja, anamnesis didapatkan dari
pramusiwi/babysitter.
Anamnesis biasanya dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan
keberhasilannya untuk sebagian besar tergantung pada kepribadian,
pengalaman dan kebijakan pemeriksa. Sebelum mempelajari cara melakukan
anamnesis, beberapa keterampilan komunikasi perlu dimiliki. Keterampilan
tersebut adalah menunjukkan empati, melakukan cross check dan
mendapatkan umpan balik.
a. Menunjukkan empati
Empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan memahami perasaan
orang lain. Empati dapat dilakukan melalui menjadi pembicara dan pendengar
yang baik, dapat bertanya dengan baik,menjaga suasana, serta memahami
bahasa verbal dan non verbal.
Cara menunjukkan empati :
b. Melakukan cross-check
Cara melakukan cross-check :
Pada saat-saat tertentu seseorang dokter perlu melakukan cross-check
terhadap pertanyaan pasien. Cross-check ini diperlukan agar dokter tidak
salah atau keliru menangkap pembicaraan pasien.
1. IdentitasPasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam
anamnesis. Identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan
anak lain. Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik
secara medis, etika, maupun hukum. Unsur-unsur yang terdapat pada
identitas pasien adalah:
Nama
Umur
Sebaiknya ditanyakan tanggal kelahiran anak. Hal ini penting untuk
identitas, untuk mengetahui periode usia anak (neonatus, bayi,
prasekolah, sekolah, akil baligh) yang mempunyai ke-khas-an sendiri
dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk
menginterpretasikan data pemeriksaan klinis apakah sesuai/ normal
pada umurnya.
Jeniskelamin
Nama orangtua
Alamat : ditulis secara lengkap
Umur, pendidikan dan pekerjaan orangtua
Agama dan suku bangsa
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk
memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonomi-budaya dan
kesehatan keluarga pasien. Dalam resume riwayat keluarga sebaiknya
dibuat pedigri, sehingga tergambar dengan jelas hubungan antara
anggota keluarga, terutama apabila ditemukan kelainan yang
mempunyai aspek genetik herediter atau familial.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2021 | 6
2. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien
dibawa berobat. Perlu diketahui bahwa keluhan utama tidak selalu
keluhan yang pertama disampaikan oleh orangtua pasien; hal ini
terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang
dapat mengemukakan esensi masalah.
c. Riwayat kelahiran
Yang harus ditanyakan pada riwayat kelahiran mencakup:
Tanggal dan tempat kelahiran
Siapa yang menolong
Cara kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, vakum, bedah Caesar).
Pada kelahiran dengan instrument ditanyakan indikasi dari tindakan
tersebut.
Adanya kehamilan ganda
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2021 | 8
Keadaan segera setelah kelahiran/ APGAR; lebih baik bila bisa
melihat catatan medis dari rumah bersalin, puskesmas,dll. Kalau
tidak ada cukup ditanyakan apakah bayi langsung menangis atau
tidak,warna kulit kemerahan/biru/merah dan biru,gerakan
aktif/tidak.
Morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir (asfiksia, trauma
lahir, infeksi intrapartum, ikterus dsb yang mungkin berhubungan
dengan keadaansekarang).
Masa kehamilan (apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebihbulan)
Berat dan panjang bayi (mengetahui masa gestasi dan menilai
kesesuaian masa gestasi denganBB/PB)
d. Riwayat makanan
Pada anamnesis tentang riwayat makan diharapkan dapat diperoleh data tentang:
e. Riwayat Imunisasi
Status imunisasi pasien penting untuk ditanyakan, meliputi imunisasi rutin lengkap.
Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
2) Riwayat Perkembangan
Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci untuk
mengetahui apakah semua tahapan perkembangan dilalui dengan
mulus atau terdapat penyimpangan. Penilaian perkembangan bisa
menggunakan KPSP tes (Untuk lebih jelasnya akan dibicarakan di
materi CSLberikutnya―KPSP).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM.Yogyakarta
Anonim. 2008. Professional Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia -IDAI Edisi
III. Jakarta.Indonesia
Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition.McGraw-Hill
Matondang CS, dkk. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 2.Jakarta
Nama :
NPM :
Skenario :
Seorang anak perempuan, umur 2 tahun 1 bulan , datang diantar ibunya ke
polilinik Unila dengan keluhan tampak lelah dan lesu. Anak tampak kurus dan
lebih pendek dari teman sebayanya. Anak rewel dan menangis saat berada di
ruang periksa anda. Lakukan Alloanamnesis pada orang tua pasien.
Umpan
No Prosedur/ Aspek Latihan
Balik
ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN
1 Mengucapkan salam pada awal wawancara
2 Mempersilakan duduk berhadapan
3 Memperkenalkan diri
Informed
4 menjelaskan kepentingan penggalian
informasiyang benar tentang sakit pasien(anak)
Consent
5
Meminta waktu & ijin untuk
melakukanalloanamnesis
ITEM PROSEDURAL
Menanyakan identitas pasien :
Nama (anak dan orang tua), Umur (anak dan orang
tua), jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan),
6 alamat lengkap, pendidikan & pekerjaan orang tua,
___________________________________
CSL 3
Pemeriksaan Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak
3
materi
check list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Dwita Oktaria, M.Pd.Ked
dr. Nisa Karima., M.Sc Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2021 | i
A. Tema Pembelajaran
Pemeriksaan pertumbuhan anak dengan pemeriksaan antropometri dan
perkembangan anak dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP).
B. Tujuan
Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
C. Alat danBahan
Pertumbuhan:
Timbangan bayi
Baby Length board atau infantometer
Tabel Z Score
Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 0-72 bulan.
Alat Bantu pemeriksaan berupa:
o Pensil,
o Kertas
o Bola sebesar bolatennis
o Kerincingan
o Kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6buah
o Kismis
o Kacang tanah
o Potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1cm.
D. Skenario
Bu Ani 25 tahun,datang dengan membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun
dengan keluhan, belum bisa berjalan.
Lakukan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak.
1) BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
2) TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
3) BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan
WHO. Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal
menurut baku pertumbuhan WHO. Contoh perhitungan Z score BB/U: (BB
anak – BB standar)/standar deviasi BB
standar Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U,
BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining /
pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48,
54, 60, 66 dan 72 bulan.
Bila anak berusia dintaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih
kecil dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan
adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang
diberikan adalah KPSP 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan
umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining
terdekat yang lebih muda.
Intervensi:
Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)
Beri pujian kepada Ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Berikan stimulasi perkembangan anak setiap saat,sesering
mungkin,sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
Posyandu secara teratur sebulan 1kali dan setia pada kegiatan Bina
Keluarga Balita(BKB).Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36 – 72
bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak.
Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan
pada anak berumur kurang dari 24bulan dan setiap 6 bulan pada anak
umur 24 sampai 72 bulan
F. Prosedur
Skrining KPSP
K
u
e
s
i 10 Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak Bicara dan
o digelitik atau diraba-raba? bahasa
n
KPSP Praskrining untuk Bayi 6 bulan
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat gerak halus
mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan
kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang
lain?
Tanyakan:―Mana
garisyanglebihpanjang?‖Minta anak
menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar
lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut. Setelah anak menunjuk, putar
lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan
tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis
yang lebih panjang sebanyak 3 kali
dengan benar?
G. Daftar Pustaka
1. Bagian IKKOM FK Unila (2019). Buku Penuntun Praktikum Antropometri TA
2018-2019. Bandar Lampung
2. Kemenkes RI. (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Nama :
NPM :
Skenario
Seorang anak 2 tahun 3 bulan datang dibawa ibunya ke poliklin unila dengan
keluhan rewel, tidak mau makan dan berat badan turun. Dari pemeriksaan
didapatkan anak belum bisa berlari dan gampang terjatuh. Anak juga tampak lebih
kecil dibandingakan teman sebayanya
NO KRITERIA Umpan
Balik
1 Mempersiapkan instrument pemeriksaan antropometri dan
formulir KPSP
2 Memperkenalkan diri kepada orangtua bayi /anak
3 Menjelaskan tujuan pemeriksaan antropometri dan KPSP pada
orangtua
4 Mencatat nama anak, tanggal lahir, tanggal
5 Melakukan pemeriksaan BB anak
6. Melakukan pemeriksaan TB anak
7 Mencatat hasil BB TB
8 Menentukan status gizi anak
9 Menentukan formulir yang sesuai dengan umur anak
10 Melakukan pemeriksaan KPSP secara berurutan
11 Menentukan hasil pemeriksaan (scoring)
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2021 | 39
12 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan sbb:
Sesuai :S
Meragukan :M
Penyimpangan :P
13 Memberikan advis / konsultasi kepada orangtua
14 Mengucapkan terimakasih kepada orangtua
…………………………………………………
CSL 3
Anamnesis Penyakit
Tropik Infeksi
4
materi
check list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Dina Tri Amalia
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
D. SKENARIO
Seorang pasien laki - laki berumur 20 tahun, datang ke poliklink
Universitas Lampung dengan keluhan demam terus menerus sejak 3 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh menggil pada malam hari, mual, muntah
dan baru saja berwisata ke Pulau Komodo.
Beberapa penyakit tropik infeksi yang telah dikenal sejak lama dan masih
tetap menjadi masalah seperti malaria dan demam berdarah, akhir-akhir
ini menunjukkan kecenderungan peningkatan angka kesakitan maupun
kematian. Di sisi lain, berbagai penyakit yang secara klinis hanya
menunjukkan gejala ringan dan dianggap tidak mengancam jiwa (non life
threatening) seperti malaria tanpa penyulit, toksoplasmosis dan infeksi
cacing, sering kali tidak terdiagnosis, bahkan terlepas dari perhatian kita
sehingga tidak tertangani dengan baik. Untuk menghindari hal ini, selain
dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium sebagai penunjang diagnosis
maka kita perlu melakukan anamnesis yang baik. Sebab anamnesis yang
baik seringkali sudah dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu.
Beberapa hal yang secara khusus perlu diperhatikan pada demam adalah:
A. Cara timbul demam
B. Lama demam
C. Sifat harian demam
D. Tinggi demam
E. Keluhan dan gejala lain yang menyertai demam
Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit virus.
F. PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat
penyakit dalam keluarga, dan riwayat pribadi.
1. Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam
anamnesis. Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik
secara medis, etika, maupun hukum. Identitas diperlukan untuk
memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien
yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data penelitian ,
asuransi, dan lain sebagainya. Identitas meliputi: nama lengkap pasien,
umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
suku bangsa, dan agama. Alamat pasien harus ditanyakan secara jelas
dan lengkap sebab selain untuk keperluan data pasien, juga untuk
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang
membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat
dibutuhkan dalam mengumpulan informasi masalah. Bahkan untuk
pasien yang datang hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin. Dalam
menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu,
berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Misalnya : buang air besar
encer seperti cucian beras sejak 1 hari yang lalu.
7. Riwayat Pribadi
G. Daftar Pustaka
Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM.Yogyakarta
Soedarmo,SumarmoS.P,dkk.2010.BukuAjarInfeksidanPediatriTropis.IDAI
: Jakarta
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid
III. Ilmu Penyakit Dalam FKUI:Jakarta
Widoyo. 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
dan Pemberantasannya. Erlangga:Jakarta
Nama :
NPM :
Skenario :
Seorang pasien laki - laki berumur 20 tahun, datang ke poliklink Universitas
Lampung dengan keluhan demam terus menerus sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh menggil pada malam hari, mual, muntah dan baru
saja berwisata ke Pulau Komodo.
___________________________________
CSL 3
Anamnesis Penyakit
Hematoimunologi
5
materi
check list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Dina Tri Amalia
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2021 i
Dr. Anggi Setiorini, M.Sc
A. TEMA
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Hematoimunologi
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis penyakit hematoimunologi
dengan baik dan benar
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan
dengan permasalahan terutama masalah penyakit hematoimunologi
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
D. SKENARIO
Seorang pasien perempuan berumur 15 tahun, datang ke praktek anda
dengan keluhan badan lemah, lesu, cepat lelah serta mata berkunang-
kunang sejak 2 minggu yang lalu. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut
E. DASAR TEORI
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.
Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut sebagai
autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat
dengan pasien, atau sumber lain, yang disebut sebagai alloanamnesis.
Termasuk di dalam alloanamnesis adalah semua keterangan dari dokter
yang merujuk, catatan rekaman medik, dan semua keterangan yang
diperoleh selain dari pasiennya sendiri.
Berikut akan kita bahas beberapa keluhan yang disebabkan oleh penyakit
hematoimunologi, sehingga diharapkan dengan teknik anamnesis yang baik
dapat membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit hematoimunologi:
1. Gejala sistemik, berupa:
- Berat badan menurun 10% dalam waktu 6 bulan
- Demam tinggi 380C selama ±1minggu tanpa sebab yang jelas
- Keringat malam
- Pembesaran kelenjar getah bening
2. Anemia. Gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga jenis gejala, yaitu:
Gejala umum anemia.
Gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia terdiri dari
rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinitus), mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin sesak napas, dan dispepsia.
F. PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat
penyakit dalam keluarga, dan riwayat pribadi.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang
membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat
6. Riwayat pribadi
G. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid II.
Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
Nama ;
NPM :
Skenario
Seorang pasien perempuan berumur 15 tahun, datang ke praktek anda dengan
keluhan badan lemah, lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang sejak 2
minggu yang lalu. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut.
N
Prosedur/ Aspek Latihan Umpan Balik
o
ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN
Mengucapkan
1 salam pada awal wawancara
Mempersilakan
2 duduk berhadapan
Memperkenalkan
3 diri
Informed
4
menjelaskan kepentingan penggalian
informasi yang benar tentang sakit pasien
Consent
5
Meminta waktu & ijin untuk melakukan
alloanamnesis jika diperlukan
ITEM PROSEDURAL
Menanyakan identitas pasien :
Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja
tidak
6 perlu ditanyakan), golongan darah,
alamat lengkap, pekerjaan, agama dan suku
bangsa
……………………………………………………
CSL 3
Pemeriksaan Limfe/
Kelenjar Getah Bening
6
materi
check list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Fajrian Damhuri
dr. Dwita Oktaria, M. Pd. Ked
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2021 i
1. Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan limfe/ kelenjar getah bening (KGB)
2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pemeriksaan kelenjar getah
bening
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening
3. Level Kompetensi
5. Skenario
Seorang anak usia 7 tahun datang dengan keluhan lemas dan pucat. Keluahan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan demam yang
tidak teralu tinggi, nafsu makan berkurang yang menyebabkan berat badan
berkurang. Keluhan mual dirasakan dan merasa perut terdapat benjolan.
Pasien juga mengeluhkan sering memar bila terbentur sesuatu. Bila
menggosok gigi pasien mengeluhkan gusi sering berdarah. Pasien juga
merasakan ada benjolan di leher, ketiak, dan selangkangan. Pasien belum
pernah berobat. Keluhan serupa tidak ada pada keluarga pasien
Kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih
banyak karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa
antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh. Sehingga apabila
ada infeksi antigen, KGB dapat membesar. Pembesaran kelenjar getah bening
dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG
itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena
datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah
bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari
Saluran Limfe
Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang saluran
kanan. Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna khili di
depan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan thorax
menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-
vena besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-
vena itu. Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali
dari bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran
kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe
dari sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan
menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher.
Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang tampak
pada pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam hal sebuah jari
tangan atau jari kaki terkena infeksi.
Fungsi
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organisme itu dari tempat masuknya ke dalam
jaringan, ke bagian lain tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
7. Prosedur
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening :
1. Lakukan informed consent
2. Cuci tangan WHO
3. Minta pasien untuk berhadapan dengan pemeriksa
4. Area kepala dan leher
a. Inspeksi daerah leher
b. Palpasi menggunakan bantalan dari jari telunjuk dan jari tengah dengan
gerakan memutar secara lembut, minta pasien untuk rileks. Palpasi
secara sistematis/berurutan:
5. Area lengan
a. Inspeksi kedua lengan pasien, nilai dari ujung jari hingga bahu
Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke arah depan
Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan
b. Palpasi epitrochlear node
Minta pasien untuk memfleksikan siku 90° dan angkat serta tahan
lengan pasien dengan tangan pemeriksa (bagian kanan dengan
bagian kanan dan sebaliknya)
Palpasi di lekukan antara otot biceps dan triceps, sekitar 3 cm di atas
epycondilus medial. Jika teraba nilai ukuran konsistensi dan nyeri.
6. Area tungkai
a. Inspeksi kedua ekstremitas bawah pasien dari pangkal paha dan bokong
hingga kaki. Minta pasien untuk berdiri dengan santai. Nilai ukuran,
kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan.
b. Palpasi kelenjar limfe inguinal superfisial, termasuk grup vertikal dan
horizontal
Palpasi inguinal kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
Nilai ukuran, konsistensi, persebaran dan nyeri.
3) KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening harus
diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
"Ukuran : normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan lipat
paha >1,5cm dikatakan abnormal)
Bentuk
Batas
Mobilitas
Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan
8. Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2007/2008. Clinical Skill’s
Laboratory. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Keterampilan Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia: Jakarta.
Lymphatic Drainage in Body. Akses from :
http://www.australiancolonhealth.com.2Fmanual-lymphatic-drainage.
Szilagy, Peter G. 2002. Bate’s guide to phsycal examination. McGraw-Hill.
Nama :
NPM :
Skenario :
Seorang anak usia 7 tahun datang dengan keluhan lemas dan pucat. Keluahan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan demam yang tidak
teralu tinggi, nafsu makan berkurang yang menyebabkan berat badan berkurang.
Keluhan mual dirasakan dan merasa perut terdapat benjolan. Pasien juga
mengeluhkan sering memar bila terbentur sesuatu. Bila menggosok gigi pasien
mengeluhkan gusi sering berdarah. Pasien juga merasakan ada benjolan di leher,
ketiak, dan selangkangan. Pasien belum pernah berobat. Keluhan serupa tidak ada
pada keluarga pasien
Bandar Lampung,
CSL 3
Pemeriksaan
Sirkulasi Perifer
7
materi
cek list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Azelia Nusadewiarti, MPH
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
E. DASAR TEORI
1. Arteri
Pulsasi arteri dipalpasi bila letaknya dekat dengan permukaan tubuh. Di daerah
lengan, terdapat tiga arteri yang terletak dekat permukaan tubuh, yaitu arteri
brachialis, arteri radialis dan arteri ulnaris. Arteri brachialis dapat dipalpasi tepat
di atas siku, medial dari tendon dan otot biseps. Pulsasi arteri radialis dapat
dirasakan dipermukaan flexor, bagian lengan sebelah lateral. Pulsasi arteri
ulnaris dapat diraba di permukaan flexor, bagian lengan sebelah medial. Di
daerah kaki, pulsasi arteri dapat diraba di empat tempat, yaitu arteri femoralis,
arteri poplitea, arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior. Pulsasi arteri
femoralis dapat diraba tepat dibawah ligamentum inguinalis, pulsasi arteri
poplitea dapat diraba dibawah lutut. Dibawah lutut, arteri poplitea terbagi
menjadi dua cabang, cabang bagian anterior menjadi arteri dorsalis pedis yang
dapat dipalpasi di bagian dorsum pedis, lateral tendon ekstensor dari jempol
kaki. Cabang posterior menjadi arteri tibialis posterior dapat diraba ketiba dia
berjalan di melewati maleolus medialis.
Jika kamu tidak bisa merasakan denyut popliteal dengan cara ini, cobalah
dengan cara meminta pasien untuk tengkurap. Fleksikan lutut pasien 90°,
biarkan kaki bagian bawah relaks berlawanan arah dengan bahumu/lengan atas
dan tekan dalam-dalam fossa popliteal menggunakan dua ibu jari.
2. Vena
Vena dari lengan, bersama dengan vena lain dari trunkus superior dan vena
daerah kepala dan leher ditampung di vena cava superior dan masuk dalam
atrium kanan. Vena dari ekstremitas inferior ditampung di vena cava inferior.
3. Sistem Limfatik
Sistem limfatik terdiri dari jaringan vaskular ekstensif yang mengalirkan cairan
yang disebut lymph dari jaringan tubuh dan mengembalikannya lagi ke sirkulasi
vena. Kelenjar getah bening bisa berbentuk bulat, oval, atau bentuk kacang yang
bervariasi besar-kecilnya tergantung lokasinya. Beberapa kelenjar getah bening,
seperti preauriculars berukuran sangat kecil. Sedangkan kelenjar getah bening
didaerah inguinal berukuran relatif lebih besar-seringkali berdiameter 1 cm atau
2 cm pada orang dewasa.
Sistem limfatik mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Sel-
sel yang berada dalam lymph nodes menelan cellular debris and bakteri dan
memproduksi antibodi. Hanya superficial lymph nodes yang dapat di rasakan
dengan pemeriksaan fisik. Yang dapat diperiksa fisik termasuk cervical nodes,
axillary nodes, dan nodes di lengan dan kaki.
4. Edema
Edema menunjukkan adanya cairan berlebihan didalam tubuh. Edema dibagi
dua, yaitu edema intraseluler dan edema ekstraseluler. Untuk edema
ekstraseluler, terdapat dua penyebab umum yang sering dijumpai (1) Kebocoran
abnormal cairan dari plasma ke ruang interstitial dengan melintasi kapiler (2)
Kegagalan limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstitium ke dalam
darah.
Bandingkan kaki kanan dan kaki kiri, perhatikan ukuran, vena yang prominens,
tendon dan tulang. Cek apakah terdapat adanya edema pitting, dengan cara tekan
secara perlahan bagian kaki dengan menggunakan ibu jari tangan selama kurang
lebih 5 detik. Pada kondisi normal tidak terdapat edema. Jika terdapat edema,
biasanya dinilai dari angka 1 sampai dengan 4.
Uji Rumple Leed atau lazim dikenal dengan uji Torniquet merupakan
pemeriksaan yang menandakan fragilitas kapiler meningkat, untuk mengetahui
tanda perdarahan pada kulit. Uji torniquet biasanya positif pada kasus-kasus
penyakit virus seperti demam berdarah, demam chikungunya atau campak dan
penyakit bakteri semisal tifus abdominalis. Uji torniquet dikatakan positif jika
2. Persiapan
Dalam pemeriksaan sirkulasi perifer, CRT dan rumple leed test, tidak banyak
peralatan yang diperlukan. Cukup pasien, meja & kursi serta bed periksa,
stetoskop, tensimeter, alat tulis serta penerangan/senter secukupnya. Namun
dalam hal ini diperlukan keterampilan pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan
Cara lain menilai clubbing finger adalah dengan menilai sudut Lovibonds (lihat
gambar) yang pada orang normal sekitar 160°. Pada clubbing finger bisa menjadi
180 atau lebih. Cara pemeriksaan seperti pada gambar berikut.
Gambar 32. Perbandingan jari normal dan Clubbing finger serta cara
pemeriksaannya (Sumber: Swatz’s Textbook of Physical Diagnosis, 4th edition)
10. Penutup
Setelah selesai pemeriksaan tutuplah pemeriksaan dengan baik. Lakukan
prosedur cuci tangan seperti sebelum pemeriksaan. Kemudian menjelaskan
dan menyimpulkan keseluruhan hasil pemeriksaan kepada pasien,
interpretasi, saran dan rencana lanjutan terhadap pasien tersebut. Jika semua
sudah jelas, ucapkanlah terimakasih kepada pasien atas kerjasamanya dan
akhirilah kunjungan dengan senyum dan salam
Nama :
NPM :
Skenario :
Anak laki-laki, berusia 12 tahun, datang ke UGD RS Medika dengan keluhan
demam 4 hari terus menerus secara mendadak, disertai lemas, tangan dan kaki
dingin. Anda yang kebetulan bertugas saat itu curiga pasien menderita. Dengue
Shock Syndrome, karena di daerah itu sedang banyak kasus DBD. Lakukan
Pemeriksaan sirkulasi perifer pada pasien ini secara cepat, tepat serta
interpretasinya!
Bandar Lampung,
CSL 3
Prosedur Injeksi &
Vena Puncture
8
materi
chek list
lembar penilaian
kumpul penilaian
By:
dr. Dian Isti Angraini, M.P.H
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
D. SKENARIO
Tn. Budi, 50 tahun, datang ke Poliklinik Unila dengan keluhan demam sejak 5 hari
yang lalu. Keluhan lain yang dirasakan adalah muntah dan badan terasa sangat
lemas. Kemudian dokter mengambil sampel darah Tn. Budi untuk melihat
gambaran laboratorium darah serta merencanakan memberikan vitamin melalui
penyuntikan untuk Tn. Budi
Intramuskuler:
Pemberian obat yang tidak dapat diserap dengan subkutan volume besar (10 mL).
Kontraindikasi:
Alergi terhadap komponen penyuntikkan (alergi obat);
Infeksi aktif atau dermatitis pada daerah penyuntikan;
Koagulopati.
INJEKSI INTRAVENA
Penyuntikkan secara intravena diberikan menggunakan teknik (sama dengan pungsi
vena) sebagai berikut : Sebuah tourniket dipasang di sekeliling lengan atas dan
sebuah vena yang jelas dipilih pada fossa antecubiti. Pada saat jarum dengan spuit
yang mengandung obat yang akan disuntikkan sudah dimasukkan ke dalam vena
dan darah terhisap masuk ke dalam spuit, tourniket dilepaskan dan obat
dimasukkan. Pemberian obat dalam volume besar, seperti yang dibutuhkan dalam
kemoterapi, dipermudah dengan memasang sebuah “wing needle” dapat difiksasi
secara temporer dengan menggunakan plester. Obat-obat yang perlu diberikan
dalam jangka waktu lama paling baik diberikan melalui set infus intravena setelah
pemasangan sebuah kanula intravena.
Setelah obat disuntikkan melalui “wing needle“, spuit dan jarum harus dibuang dan
penyuntikkan selanjutnya diberikan dengan mempergunakan sebuah jarum dan
spuit yang baru. Tindakan ini akan mencegah tahap memasukkan kembali jarum
yang lama untuk pemakaian lebih lanjut-suatu tindakan yang akan meletakkan
seorang dokter pada risiko mendapatkan luka inokulasi dari batang jarum.
Posisi
Penderita harus berbaring terlentang dengan lengan yang akan dipunksi diletakkan
dengan baik disisi badan. Untuk punksi vena femoralis, lipatan paha harus terlihat
dengan melakukan ekstensi tungkai dan sedikit abduksi.
Hal-hal penting
Jangan biarkan penderita melakukan fleksi lengan bawah setelah jarum ditarik
karena seringkali akan timbul hematom akibat tindakan tersebut. Risiko terluka
akibat batang jarum dikurangi bila jarum yang telah digunakan dibuang segera
tanpa dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.
Komplikasi
1. Trauma struktur setempat;
2. Pembentukan hematom;
3. Trombosis.
PENYUNTIKKAN INTRAMUSKULAR
Teknik ini biasanya digunakan untuk pemberian analgesia dan antibiotik secara intermitten
maupun beberapa vaksin (DPT, Hepatitis B dan A, HPV, dan TT). Gunakan jarum berukuran
21G untuk penyuntikan secara intramuskular ke dalam bokong atau paha dan gunakan
jarum berukuran 23G untuk penyuntikkan intradeltoid. Daerah yang aman buat garis
imajiner dari spina iliaka posterior superior ke femoral head, Daerah di atas garis ini daerah
yang aman (kuadran atas luar bokong) Pegang spuit 3 cc (jarum ukuran 23) dengan tangan
dominan. Spuit yang telah berisi obat-obatan pastikan tidak ada gelembung udara.
Kemudian kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan telunjuk dilebarkan, suntikkan
dengan sudut 90 derajat antara jarum dan kulit sedalam kira-kira 2,5 cm. Aspirasi spuit
untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada darah yang
teraspirasi maka suntikan obat tersebut. Setelah menyuntik, pijat dengan kapas alkohol
PENYUNTIKKAN SUBKUTAN
Gambar 74. Penyuntikkan subkutan di regio deltoid (gambar atas) dan sudut
penyuntikkan Intramuskuler 900, Subkutan 450
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan
darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum.
Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara
vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberapa hal penting
yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah:
1. Pemasangan turniket (tali pembendung)
a. Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total);
b. Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.
2. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
3. Penusukan
a. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
b. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma.
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara
yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang
terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran
jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil
adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Selain itu pula berbagai ukuran syring
disesuaikan dengan volume yang dapat diisi 1 cc, 3 cc, 5 cc dan 10 cc.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan
pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
INJEKSI INTRAMUSKULAR
1. Persiapkan alat dan bahan;
2. Gunakan sarung tangan;
3. Sterilkan daerah gluteus yang akan diinjeksi;
4. Daerah yang aman sebagai lokasi injeksi dicari dengan membuat garis imajiner
dari spina iliaka posterior superior, tuber ischiadicum, dan tuberositas mayor.
Daerah 1/3 di atas garis ini daerah yang aman (kuadran atas luar bokong);
5. Pegang spuit 3 cc (jarum ukuran 23) dengan tangan dominan. Spuit yang telah
berisi obat pastikan tidak ada gelembung udara;
6. Kulit yang akan disuntik dilebarkan dengan ibu jari dan telunjuk, suntikkan
dengan sudut 90 derajat antara jarum dan kulit sedalam kira-kira 2,5 cm;
7. Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak
ada darah yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut setelah menyuntik,
tekan dengan kapas alcohol;
8. Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah
disediakan.
INJEKSI SUBKUTAN
1. Persiapkan alat dan bahan;
2. Gunakan sarung tangan;
3. Cari daerah yang bebas scarring dan bebas infeksi. Biasanya dipilih daerah
lengan, paha depan, dan perut bawah;
Komplikasi:
1. Cedera pada arteri dan saraf;
2. Abses (steril dan infeksi). Lakukan teknik yang baik dan rotasi tempat injeksi;
3. Perdarahan;
4. Dapat dikontrol dengan menekan daerah perdarahan.
VENA PUNCTURE
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan: syring, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah
ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih
ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat;
2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin;
3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan;
4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien
minum obat tertentu, tidak puasa dsb;
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas;
6. Minta pasien mengepalkan tangan;
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku;
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar Azrul, Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbit IDI,
Jakata;1996
2. Gan, Goh Lee, at all, A primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore, 2004
3. Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: KKI.
2006
4. Mc Whinney, A Text Book of family Medicine, Oxford University, New York;
1989
5. Poernomo, Ieda SS. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta: Makalah Perinasia.
2004
Nama :
NPM :
Skenario :
Nn. G, datang ke Poliklinik Unila dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu. Keluhan
lain yang dirasakan adalah muntah dan badan terasa sangat lemas. Kemudian dokter
mengambil sampel darah Tn. Budi untuk melihat hasil laboratorium darah rutin dan
merencanakan memberikan vitamin melalui penyuntikan untuk Tn. Budi
No Item Feedback
Penilaian
Interpersonal
1. Senyum, salam, sapa dan membina sambung rasa
2. Melakukan informed consent
Item Prosedural
3. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum/ needle,
manekin lengan- kulit-otot, syring, kapas alkohol 70%,
tali pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk
pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan
jumlah sampel yang akan diambil, pilih
ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang
dengan erat
4. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah;
usahakan
pasien senyaman mungkin
5. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di
lembar
Bandar Lampung,