Education
Dokter : FK Unair 1995
Spesialis Penyakit Dalam : FK Unair 2005
Konsultan Penyakit Tropik Infeksi : FK Unair 2011
Doktor : FK Unair 2016
Affiliated Associations
Anggota IDI Surabaya
Pengurus IDI Wilayah Jawa Timur
Anggota PETRI Surabaya
Sekretaris PAPDI Surabaya
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
PENEMUAN ANTIBIOTIK HARAPAN PADA MANUSIA
Utk Terapi dan Profilaksis
• Pengembangan antibiotik
antibiotik baru baru terhambat
• Dana riset penemuan
++ antibiotik sangat terbatas
• Resistensi semakin meningkat
Staphylococcus aureus
Kecepatan
Resistensi )
e
m as p an
ta Ja
n G al a c
i llin n in
i t ic ci
ill
ic be t h 2 ) m y ll)
e( BP
e a
e n c m P n co ell w
f p a n o f e d v a kc
o i st n e r o f
( th
i c
A
o n es o l t n S
u c ti
in
r ucti ( a c ti o
p a n
in U
d i ll o d SA o d u
n J a
A
t ro nic tr R t r i S
In Pe In M I n
VI
S A
VR
1941 1944 1959 1961 1991 1997 2002
Kecepatan
penemuan
antibiotik
Timbulnya
resistensi
kuman
Bagan Spekulatif
(Prof Kariadi 2005) Waktu
Kecepatan
penemuan India (Mathai et al, 2002)
antibiotik K pneumo (ESBL) = 61%
E coli (ESBL) = 55%
ESBL producing RSDS 2009
bacteria K pneumo(ESBL) = 24%
E coli(ESBL) = 20%
CTX30
CRO30
CAZ30
Spain (Canton et al, 2002) FEP30
K pneumo (ESBL)= 0.3%
E coli (ESBL) = 4.8%
ESBL Waktu
1985 2009
Kecepatan
penemuan
antibiotik RSDS 2005
K pneumo (ESBL) = 36%
E coli (ESBL) = 29%
ESBL producing
bacteria
RSDS 2009
K pneumo (ESBL)= 24%
E coli (ESBL) = 20%
PPRA
R
Gene exchange
R
Selection
Selection
I
T
I O
I B
T
N
Selection Pressure
19
Transmission
Transmission
• Air
• Droplets
• Contact
• Water
• Food
• Blood
• Vectors
Strategi pencegahan penyebaran ?
“Kewaspadaan Standar”
overuse
misuse
Rational
underuse
Mikroba Resisten
Penggunaan
Pencegahan
1 1 Antibiotik
Seleksi
Bijak
Pencegahan Ketaatan
2 Penyebaran
2
Kewaspadaan
standar
Terapi
penggunaan antibiotik pada
keadaan adanya manifestasi
Profilaksis
suspek infeksi/ infeksi
pada
Mencegah
keadaan
infeksi pada
Terapi Terapi tidak/belum
pasien risiko
Empirik Definitif terdapat
tinggi/ Infeksi
tanda tanda
pasca operasi
infeksi
INFEKSI
Bakteri Virus
Parasit
33
Organisme penyebab infeksi
• Aerob / anaerob
• Gram negatif
• Gram positif
Material : - Sputum
- Darah
- Urine sediment
- Skin smear
- Cervical smear
- Faeces-leukocytes
Pemeriksaan: - pengecatan
- kultur
- rapid test
Apakah ada indikasi pengobatan non-antibiotik
– Drainage abses
eksisi
– Hilangkan benda asing
– Perbaiki kondisi umum
pasien
– Debridement
Apakah antibiotik tepat diberikan pada kondisi ini ?
• Topical
• Oral
• Intramuscular
• Intravenous :
– Penderita tidak dapat minum obat
– Gangguan absorpsi
– Diperlukan konsentrasi tinggi severe infection
– Tidak tersedia obat oral
e. Ketersediaan obat
• DOEN
• Formularium Nasional
• Formularium RS
• Panduan praktek klinik (PPK)
• Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB)
Pemberian informasi kepada :
• Penderita
– Penggunaan yang benar
– Potensi efek samping
– Potensi interaksi obat
• Perawat / staff lain
– Dosis
– Sediaan
– Cara pemberian
– Cara rekonstitusi
Alasan : mengapa terapi antibiotik gagal ?
AB stop AB terus
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
MISUSE RESISTEN
PREVELENSI
RESISTEN MENURUN
UNDER USE
OVER USEL
KONSEP
PENYUSUNAN
FORNAS
49
DEFINISI FORNAS
Daftar obat terpilih yang
dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam
pelaksanaan JKN
Standar
Kompetensi
Daftar obat Nakes
Mengakomodir menyeluruh dan
usulan stakeholder tersegmen Tingkat
Disusun Pelayanan
berdasarkan kelas kesehatan
terapi
Daftar Obat disusun
oleh Komite Implementasi Fornas dalam pelayanan
Independen kesehatan di Fasyankes baik di Puskesmas
maupun di Rumah Sakit pada pelaksanaan
JKN
MANFAAT OBAT DALAM JKN
UU No. 36/2009 Kesehatan
Ps 36: Pemerintah menjamin ketersediaan,
Pelayanan Kesehatan bagi pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan
Peserta Jaminan Kesehatan kesehatan, terutama Obat Esensial
UU No. 40/2004 SJSN
Ps 25: Daftar dan harga obat yang dijamin BPJS,
ditetapkan oleh Pemerintah
Perpres No. 111/2013
Ps 32: Pelayanan obat alkes dan BMHP untuk
peserta Jamkes berpedoman pada daftar dan
Promotif Preventif harga obat, alkes dan BMHP yang ditetapkan
Pelayanan oleh Menteri
Obat dan Daftar obat, alkes dan BMHP dituangkan dalam
Fornas dan Kompendium Alkes
BMHP
SK Menkes 189/2006 Kebijakan Obat Nasional
Kuratif Rehabilitatif
KETERSEDIAAN
KETERJANGKAUAN
POR
JAMINAN
KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA KEAMANAN, MUTU
& MANFAAT 51
Upaya Peningkatan Ketersediaan dan
Keterjangkauan Obat dalam JKN
Regulasi obat
ForNas E-catalogue
Penetapan jenis berdasarkan Penetapan harga berdasarkan
kriteria pemilihan obat hasil lelang dan negosiasi
DAMPAK
• Registrasi • EPO
• MESO
Kea-
Khasiat
manan
Keter-
Keter- TERCAPAINYA PELAYANAN
jangkau
sediaan
an KESEHATAN YANG OPTIMAL MELALUI
• Cost-minimal
• Cost-effective
• Jaminan
Produksi dan
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
• Harga Rasional Distribusi 53
POSISI
FORMULARIUM
NASIONAL
•
Aspek
Hanya obat yang memiliki safety
profile terbaik
Perlindungan
• Indikasi obat sesuai yang disetujui Masyarakat
saat registrasi di BPOM dan Provider
54
Konsep Obat Esensial Dalam JKN
OBAT BEREDAR
(Safety, Efficacy, Quality)
KONSEP
FORNAS
OBAT
(Benefit Risk, Cost-
ESENSIAL
Effective)
DOEN
Ia
Data Dukung dari meta analysis atau systematic review terhadap uji
klinik acak terkendali tersamar ganda dengan pembanding.
57
PMK no.8/2015: Pasal 6
58
PMK no.8/2015, pasal 7
59
Anggota Komite/Tim PPRA di RS, terdiri dari unsur:
(PMK No.8/2015, pasal 8)
FARMASI KLINIK
KLINISI Dokter
MIKROBIOLOGI
KEPERAWATAN
KLINIK
KFT
PPI
KOMITMEN / KONSENSUS BERSAMA
60
IMPLEMENTASI FORNAS TERHADAP
PERAN KLINISI – PARAMEDIS – FARMASI KLINIK
61
Restriksi dan Peresepan Maksimal dalam Fornas
• Restriksi penggunaan yang tercantum dalam Fornas yang merupakan
batasan yang terkait dengan :
– Pembatasan Indikasi
– Kewenangan penulis resep
– Perlunya pemantauan terhadap kemungkinan timbulnya efek
samping
– Perlunya monitoring ketat atau pertimbangan medis terkait
penggunaan dan sifat/cara kerja obat
– Perlunya cara atau perlakuan khusus atau fasilitas tertentu dalam
penggunaannya
– Ketentuan dikombinasikan dengan obat lain
• Peresepan maksimal obat adalah batasan maksimal jumlah dan lama
pemakaian obat untuk tiap kasus/episode dalam peresepan,
62
Automatic Stop Order
Kebijakan untuk mengendalikan lama pemberian
antibiotik
Klinisi dapat melakukan pemikiran ulang, dengan cara
pemberian antibiotik dihentikan untuk indikasi :
Profilaksis : 1 x 24 jam
Terapi empirik : 3 x 24 jam
Extended empiric: 2 x (3 x 24 jam)
Terapi definitif : 7 x 24 jam
Infeksi spesifik : tergantung protokol terapi
Endocarditis 2-6 minggu
Osteomyelitis sp beberapa bulan
Liver absces 1-4 bulan
63
IMPLEMENTASI FORNAS TERHADAP
PERAN MIKROBIOLOGI KLINIS
64
Sebaran Kebutuhan Obat Berdasarkan Tingkat dan
Model Pelayanan Obat
IFRS, Apotek Jejaring
FKRTL 1. Obat termasuk
Tersier komponen INA CBG’s
573/1018
TIPE A dan B 2. Obat Kronis
Pendidikan 3. Obat Sitostatika
Sekunder
463/845 RS Tipe D, C dan
Instalasi Farmasi, Apotek
B Non
Jejaring
Pendidikan
1. Obat Termasuk dalam
FKTP
Primer komponen kapitasi
66
67
IMPLEMENTASI FORNAS TERHADAP PERAN
PIMPINAN RS – KFT – TIM PPRA RS
68
KEBIJAKAN PENERAPAN FORNAS
1. Formularium Nasional merupakan acuan yang digunakan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Formularium Nasional harus digunakan sebagai acuan bagi :
• Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
untuk pengadaan obat dalam menjamin ketersediaan
obat pada penyelenggaraan dan pengelolaan Program
JKN.
• FKTP dan FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dalam pengadaan obat untuk kebutuhan
pelayanan kesehatan.
• Dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi
spesialis dalam menulis resep.
3. Apabila obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Fornas
dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan
rekomendasi Komite Farmasi dan Terapi dan disetujui oleh
Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit.
69
KEBIJAKAN PENERAPAN FORNAS
(2)
4. Penambahan dan atau pengurangan daftar obat yang
tercantum dalam Fornas ditetapkan oleh Menkes setelah
mendapatkan rekomendasi Komnas Fornas (Adendum
Fornas)
5. Pelayanan obat bagi peserta Jaminan Kesehatan harus
memperhatikan restriksi obat dan peresepan maksimal
obat sebagaimana tercantum dalam Fornas
6. Dalam hal dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter
gigi spesialis berdasarkan indikasi medis memerlukan lebih
banyak obat melebihi jumlah maksimal untuk peresepan,
maka peresepan harus mendapat persetujuan Komite Medik
dan Kepala/Direktur Rumah Sakit.
70
Penggunaan Obat di Luar Fornas
71
72
RS A
hma d
Mu
c hta
r, B
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
RS.
M. D uki t Ti
j am ngg
RS. il, P i
Ka r a da
ya d n
RS.M i , Sema g
. Th r
a he a ng
99.7
r, Ja
RS P RSC mbi
e M, J
RS H rs a ha b a ka
asa a rta
n Sa ta n, Ja
d i ki k a rta
RS. n, B
Soe
tom a n d
o, S ung
ura
R bay
RS. a
Stro SUD. D
k e e p o
RS.
Ada , Buki t k
RSP mM Ti ng
AD al i gi
Gato
RS K t Su k, Med
a nk b a
er D roto, Ja n
a rm ka rt
ai s , a
Ja ka
RS. rta
Si l o
RS.
Ta n a m
gger
RS.
Ha s R S. a ng
a n B Cengka
ash reng
RS. or
Pri n i , Tern
RSU RS. ga ate
46.2
D. S Pem di , Me
a ra
s Hu a ngkat d an
s a d
, Ka
l
RS.
Sya i a, P b
urw a r
ful
Anw o r e d
a r, M j o
RS.
Abd R a l a ng
ul M SUD. M
o e l ata ra m
RSU
P. Sa oek, La
ngl a mpu
RS. RS. h, D ng
Ma
rgon Hus ei n enpa s a
o So , Pa
eka l em r
rj o, ba n
Pur g
wok
RSU
Prov e r to
RSU RSU Sul b
D.D RSU P ar
r.SO D Ko Dr. Sa r
EDA
RSO ta Y j i to
, Ka ogy
lim a ka
a nt rta
RSU RSU
D Ko a n Ba r
TERSEDIA DI 39 RS DI 21 PROVINSI
D Pe
nem ta M at
RSU R a ka
DD
ba h S UD s ar
r. So a n Sen Ci l e
edo opa ung
no M ti, Y
ogy si
RSK a di un, a ka
DD rta
uren Jawa Ti
Saw m ur
RS. i t, J
R MY
u a k a
RSP SUD nus rta
AU D Kua
r. S. l a K Bengku
Ha r ur u
j ol u n, K l u
ki to a l te
ng
PERSENTASE KESESUAIAN OBAT DALAM FORNAS YANG
, Yo
RS M g y a ka
a r zu rta
ki B
ogo
Target 2015 : 65 %
r
INFECTIOUS DISEASE INTEGRATED SERVICE TEAM
(Forum kajian kasus infeksi terintegrasi)
KLINISI PERAWAT/BIDAN
Komite PPI
KFT
FARMASI MIKROBIOLO
Klinik GI Klinik 74
PENUTUP
Formularium Nasional (Fornas) yang digunakan sebagai acuan wajib bagi
tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat yang tepat, paling efficacious,
dan aman, dengan harga yang terjangkau serta mendorong penggunaan
obat secara rasional untuk mewujudkan patient safety dalam pelaksanaan
Program JKN