Anda di halaman 1dari 76

CURRICULUM VITAE

Name Dr. dr. Erwin Astha Triyono, SpPD., KPTI., FINASIM

Contact Address Taman Wisma Menanggal 17 Surabaya

Telephone Numbers / Fax 031-8290479 / Mobile Phone 08123259941 / Email erwintriyono@yahoo.com

Education
Dokter : FK Unair 1995
Spesialis Penyakit Dalam : FK Unair 2005
Konsultan Penyakit Tropik Infeksi : FK Unair 2011
Doktor : FK Unair 2016

Affiliated Associations
Anggota IDI Surabaya
Pengurus IDI Wilayah Jawa Timur
Anggota PETRI Surabaya
Sekretaris PAPDI Surabaya

Professional and Teaching Activities


Dosen Departemen / SMF Ilmu Penyakit Dalam FKUA / RSUD Dr. Soetomo
Ketua Tim Medik AIDS FKUA / RSUD Dr. Soetomo
Wakil Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antibiotik (KPRA) RSUD Dr. Soetomo
Tim Asistensi KPAD Provinsi Jawa Timur
Tim Penyusun DOEN dan Formularium Nasional (FORNAS) Kementrian Kesehatan RI
Sekretaris Panel Ahli POKJA HIV / AIDS Kementerian Kesehatan RI
Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RSUD Dr. Soetomo
IMPLEMENTASI
FORMULARIUM NASIONAL
DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK
UNTUK MENCEGAH RESISTENSI

Erwin Astha Triyono


MASALAH GLOBAL

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
PENEMUAN ANTIBIOTIK HARAPAN PADA MANUSIA
Utk Terapi dan Profilaksis

KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA


Sejarah pengendalian infeksi
1950 1980

Infeksi teratasi Infeksi 


dengan baik masalah global

• Pengembangan antibiotik
antibiotik baru baru terhambat
• Dana riset penemuan
++ antibiotik sangat terbatas
• Resistensi semakin meningkat
Staphylococcus aureus

Kecepatan
Resistensi )
e
m as p an
ta Ja
n G al a c
i llin n in
i t ic ci
ill
ic be t h 2 ) m y ll)
e( BP
e a
e n c m P n co ell w
f p a n o f e d v a kc
o i st n e r o f
( th
i c
A
o n es o l t n S
u c ti
in
r ucti ( a c ti o
p a n
in U
d i ll o d SA o d u
n J a
A
t ro nic tr R t r i S
In Pe In M I n
VI
S A
VR
1941 1944 1959 1961 1991 1997 2002
Kecepatan
penemuan
antibiotik

Timbulnya
resistensi
kuman

- Post antibiotic era


- Kembali ke zaman
pra antibiotik
- Peningkatan kematian
karena penyakit infeksi

Bagan Spekulatif
(Prof Kariadi 2005) Waktu
Kecepatan
penemuan India (Mathai et al, 2002)
antibiotik K pneumo (ESBL) = 61%
E coli (ESBL) = 55%
ESBL producing RSDS 2009
bacteria K pneumo(ESBL) = 24%
E coli(ESBL) = 20%
CTX30
CRO30
CAZ30
Spain (Canton et al, 2002) FEP30
K pneumo (ESBL)= 0.3%
E coli (ESBL) = 4.8%
ESBL Waktu
1985 2009
Kecepatan
penemuan
antibiotik RSDS 2005
K pneumo (ESBL) = 36%
E coli (ESBL) = 29%
ESBL producing
bacteria

RSDS 2009
K pneumo (ESBL)= 24%
E coli (ESBL) = 20%

PPRA

1985 2005 2009 Waktu


ESBL RSDS
Masalah Antimicrobial Resistence (AMR)

• Morbiditas dan mortalitas meningkat


• ALOS meningkat
• Cost perawatan meningkat
• Mudah menyebar (Health care Associated
Infections/ HAIs)
– MDRO meningkat
• ESBL
• MRSA
• VRE
• NDM-1 (Carbapenemase enterobacteraceae)
Bagaimana
bakteri menjadi
Resisten…?
• Mutation
• Gene exchange
• Selection
• Transmission
Gene exchange

R
Gene exchange

R
Selection
Selection
I
T
I O
I B
T
N
Selection Pressure

±20 mins. (gt)


24 hours

19
Transmission
Transmission
• Air
• Droplets
• Contact
• Water
• Food
• Blood
• Vectors
Strategi pencegahan penyebaran ?
“Kewaspadaan Standar”

• Air Cuci Tangan


• Droplets Masker
• Contact Sabun/Antiseptik
• Water
• Food Sarung Tangan
• Blood
Jarum Suntik
• Vectors
Ruang Isolasi
Masalah Dokter dapat menyembuhkan infeksi,
tetapi tidak dapat mencegah
AMR
RESISTENSI
(PPRA 2011)
MASALAH GLOBAL

overuse
misuse
Rational
underuse

Mikroba Resisten

KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA


Strategi
Pengendalian
Resistensi

Penggunaan
Pencegahan
1 1 Antibiotik
Seleksi
Bijak

Pencegahan Ketaatan
2 Penyebaran
2
Kewaspadaan
standar

WHO Global Strategy for Containment Of Antimicrobial Resistance . WHO 2001.


PRINSIP PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK SECARA BIJAK
Strategi pencegahan seleksi ?
Pengunaan Antibiotik secara Bijak
(Prudent use of antibiotic)
• Tepat Indikasi
• Tepat Penderita
• Tepat Obat
• Tepat Dosis - Regimen
• Waspada Efek samping
• Pemberian Informasi Jelas
• Evaluasi
• Pertimbangkan dampak resistensi
Prinsip penggunaan antibiotik

Terapi
penggunaan antibiotik pada
keadaan adanya manifestasi
Profilaksis
suspek infeksi/ infeksi

pada
Mencegah
keadaan
infeksi pada
Terapi Terapi tidak/belum
pasien risiko
Empirik Definitif terdapat
tinggi/ Infeksi
tanda tanda
pasca operasi
infeksi

Burke A, Cunha. Antibiotic Essentials, 2010


31
LANGKAH YANG PERLU DIAMBIL
penggunaan antibiotik terapi

1. Tentukan masalah / Diagnosis klinis


• ISPA
• ISK
• STD
• Infeksi pencernaan
• Typhus
• Infeksi kulit
Apakah merupakan penyakit infeksi ?

INFEKSI

Bakteri Virus

Parasit

33
Organisme penyebab infeksi

• Aerob / anaerob
• Gram negatif
• Gram positif

• Kulit  gram positif


• GIT/ISK  gram negatif
• ISPA  gram positif/negatif
Pemeriksaan laboratorium

Material : - Sputum
- Darah
- Urine sediment
- Skin smear
- Cervical smear
- Faeces-leukocytes

Pemeriksaan: - pengecatan
- kultur
- rapid test
Apakah ada indikasi pengobatan non-antibiotik

– Drainage abses 
eksisi
– Hilangkan benda asing
– Perbaiki kondisi umum
pasien
– Debridement
Apakah antibiotik tepat diberikan pada kondisi ini ?

• Self-limiting  tidak perlu antibiotik


– Faringitis
– Flu, DB
– Varicella, Campak, mump
– Diare
• Infeksi bakteri ( lekosit <4000 atau > 11.000,
panas >38C)  perlu antibiotik ?
Dasar pemilihan antibiotik

a. Sensitif terhadap bakteri


penyebab Sby: 14 July 2012

b. efektif R/ syr. Cefadoksil


/3 ddcthI
no I

c. Aman R/ syr. Erythromisin no I


/3ddcthI

d. Tersedia R/ tab. trifed no X


/ 3dd½
e. Hindari resiko resisten
Pro: An. Annita 12 th
f. Harga
a. Sensitivitas
Tn: Suryo 58 th
Bahan : urine
Berdasarkan pada : Bakteri: E. Coli ESBL(+)
1 Amoksisilin klavulanat R
2 Cefotaksim R
• Hasil kultur dan 3 Ceftriakson R
sensitivitas 4 Meropenem S
5 Tetrasiklin R
• Data epidemiologi /pola
6 Sulferason Sulbaktam S
kuman setempat 7 Sifrofloksasin R
8 Levofloksasin S
9 Khloramphenkol R
b. Efektifitas tergantung pada :

• Apakah antibiotik dapat mencapai tempat infeksi ?


– Poor blood supply
– Abcess/empyema poor penetration
aminoglycosides
– CSF good penetration penicillines, third
generation cephalosporines, chloramphenicol

• Faktor host / penderita


(bactericidal and synergistic agents in compromised
patients)
c. Keamanan tergantung pada :

• Efek samping  iritasi lambung


• Alergi
• Interaksi dengan obat lain
• Kehamilan
• Umur
• Kondisi penderita: Ginjal,
Sirosis, DM, dll
Cara pemberian

• Topical
• Oral
• Intramuscular
• Intravenous :
– Penderita tidak dapat minum obat
– Gangguan absorpsi
– Diperlukan konsentrasi tinggi  severe infection
– Tidak tersedia obat oral
e. Ketersediaan obat

• DOEN
• Formularium Nasional
• Formularium RS
• Panduan praktek klinik (PPK)
• Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB)
Pemberian informasi kepada :

• Penderita
– Penggunaan yang benar
– Potensi efek samping
– Potensi interaksi obat
• Perawat / staff lain
– Dosis
– Sediaan
– Cara pemberian
– Cara rekonstitusi
Alasan : mengapa terapi antibiotik gagal ?

• Diagnosis klinis/mikrobiologis tidak benar atau telah


berubah :
* Tidak ada infeksi
* Infeksi baru
* Infeksi lain  Ada kuman lain yang ikut berperan
* Drug fever
Alasan : mengapa terapi antibiotik gagal?

• Antibiotik tidak mencapai tempat infeksi:


– Absorbsi per oral tidak baik,
– Vaskularisasi jelek di tempat infeksi,
– Tidak dapat menembus BBB,
– Ada benda asing,
– Inaktivasi oleh pus (co-trimoxazole)
• Pasien tidak membeli atau mendapat obat
• Kuman resisten terhadap antibiotik
• Pengobatan masih terlalu pendek
PEDOMAN Panas/demam
TERAPI
Lab. darah
Kuman/bakteri
Tem>38C, leko >11.000, Virus
< 4000
SymptomatiK/
Antibiotik
supportif
Lab. Kultur darah/urine

Kuman (-) Kuman (+)

AB stop AB terus
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

RASIONAL PRUDENT USE

MISUSE RESISTEN
PREVELENSI
RESISTEN MENURUN

UNDER USE

OVER USEL
KONSEP
PENYUSUNAN
FORNAS

49
DEFINISI FORNAS
Daftar obat terpilih yang
dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam
pelaksanaan JKN

Standar
Kompetensi
Daftar obat Nakes
Mengakomodir menyeluruh dan
usulan stakeholder tersegmen Tingkat
Disusun Pelayanan
berdasarkan kelas kesehatan
terapi
Daftar Obat disusun
oleh Komite Implementasi Fornas dalam pelayanan
Independen kesehatan di Fasyankes baik di Puskesmas
maupun di Rumah Sakit pada pelaksanaan
JKN
MANFAAT OBAT DALAM JKN
UU No. 36/2009 Kesehatan
Ps 36: Pemerintah menjamin ketersediaan,
Pelayanan Kesehatan bagi pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan
Peserta Jaminan Kesehatan kesehatan, terutama Obat Esensial
UU No. 40/2004 SJSN
Ps 25: Daftar dan harga obat yang dijamin BPJS,
ditetapkan oleh Pemerintah
Perpres No. 111/2013
Ps 32: Pelayanan obat alkes dan BMHP untuk
peserta Jamkes berpedoman pada daftar dan
Promotif Preventif harga obat, alkes dan BMHP yang ditetapkan
Pelayanan oleh Menteri
Obat dan Daftar obat, alkes dan BMHP dituangkan dalam
Fornas dan Kompendium Alkes
BMHP
SK Menkes 189/2006 Kebijakan Obat Nasional
Kuratif Rehabilitatif

KETERSEDIAAN
KETERJANGKAUAN
POR
JAMINAN
KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA KEAMANAN, MUTU
& MANFAAT 51
Upaya Peningkatan Ketersediaan dan
Keterjangkauan Obat dalam JKN

Regulasi obat

ForNas E-catalogue
Penetapan jenis berdasarkan Penetapan harga berdasarkan
kriteria pemilihan obat hasil lelang dan negosiasi

Kendali Mutu – Kendali Biaya

Obat aman, bermutu, berkhasiat,


Cost-effectiveness 52
DAMPAK FORNAS
BAGI PELAYANAN KESEHATAN
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA
KOMITE NASIONAL
PENGGUNAAN OBAT
PENYUSUNAN FORNAS
FORMULARIUM NASIONAL

DAMPAK
• Registrasi • EPO
• MESO

Kea-
Khasiat
manan

Keter-
Keter- TERCAPAINYA PELAYANAN
jangkau
sediaan
an KESEHATAN YANG OPTIMAL MELALUI
• Cost-minimal
• Cost-effective
• Jaminan
Produksi dan
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
• Harga Rasional Distribusi 53
POSISI
FORMULARIUM
NASIONAL

• UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN


Aspek Legal • Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang JKN
• Permenkes No. 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan JKN

• Memungkinkan masyarakat memiliki


hak yang sama terhadap setiap obat Aspek
• Hanya obat yang paling cost- Keterjangkauan
effective

• Seluruh negara yang menganut


Aspek sistem pembiayaan yankes pasti
Scientific dan menggunakan drug formulary
Universal • Hanya mencakup obat dengan bukti
ilmiah terkini dan valid


Aspek
Hanya obat yang memiliki safety
profile terbaik
Perlindungan
• Indikasi obat sesuai yang disetujui Masyarakat
saat registrasi di BPOM dan Provider
54
Konsep Obat Esensial Dalam JKN

OBAT BEREDAR
(Safety, Efficacy, Quality)

KONSEP
FORNAS
OBAT
(Benefit Risk, Cost-
ESENSIAL
Effective)

DOEN

Ia
Data Dukung dari meta analysis atau systematic review terhadap uji
klinik acak terkendali tersamar ganda dengan pembanding.

Ib Data dukung dari sekurang-kurangnya satu uji klinik acak terkendali,


tersamar ganda dengan pembanding. 55
KRITERIA PEMILIHAN OBAT
Memiliki khasiat dan
keamanan berdasarkan bukti Obat Kombinasi dipilih jika
ilmiah mutakhir dan valid. memberikan efek terapi yang lebih baik

Memiliki rasio manfaat-risiko Bila terdapat lebih dari satu pilihan


(benefit-risk ratio) yang paling yang memiliki efek terapi yang serupa,
menguntungkan. pilihan dijatuhkan pada obat yang :

Memiliki izin edar dan indikasi Sifatnya banyak diketahui berdasarkan


yang disetujui oleh Badan data ilmiah
POM.
Sifat farmakokinetikanya paling
Memiliki rasio manfaat-biaya menguntungkan
(benefit-cost ratio) yang
tertinggi. Stabilitasnya paling baik
Mudah diperoleh
Dalam kriteria ini tidak
termasuk obat tradisional dan Obat telah dikenal
suplemen makanan.
20 15
o . 8/
K N
PM

57
PMK no.8/2015: Pasal 6

1. Setiap rumah sakit HARUS melaksanakan Program


Pengendalian Resistensi Antimikroba secara optimal.
2. Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pembentukan tim pelaksana Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba;
b. penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan
antibiotik;
c. melaksanakan penggunaan antibiotik secara bijak
d. melaksanakan prinsip pencegahan pengendalian infeksi

58
PMK no.8/2015, pasal 7

59
Anggota Komite/Tim PPRA di RS, terdiri dari unsur:
(PMK No.8/2015, pasal 8)

PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

FARMASI KLINIK
KLINISI Dokter

MIKROBIOLOGI
KEPERAWATAN

KLINIK

KFT
PPI
KOMITMEN / KONSENSUS BERSAMA

60
IMPLEMENTASI FORNAS TERHADAP
PERAN KLINISI – PARAMEDIS – FARMASI KLINIK

61
Restriksi dan Peresepan Maksimal dalam Fornas
• Restriksi penggunaan yang tercantum dalam Fornas yang merupakan
batasan yang terkait dengan :
– Pembatasan Indikasi
– Kewenangan penulis resep
– Perlunya pemantauan terhadap kemungkinan timbulnya efek
samping
– Perlunya monitoring ketat atau pertimbangan medis terkait
penggunaan dan sifat/cara kerja obat
– Perlunya cara atau perlakuan khusus atau fasilitas tertentu dalam
penggunaannya
– Ketentuan dikombinasikan dengan obat lain
• Peresepan maksimal obat adalah batasan maksimal jumlah dan lama
pemakaian obat untuk tiap kasus/episode dalam peresepan,
62
Automatic Stop Order
 Kebijakan untuk mengendalikan lama pemberian
antibiotik
 Klinisi dapat melakukan pemikiran ulang, dengan cara
pemberian antibiotik dihentikan untuk indikasi :
 Profilaksis : 1 x 24 jam
 Terapi empirik : 3 x 24 jam
 Extended empiric: 2 x (3 x 24 jam)
 Terapi definitif : 7 x 24 jam
 Infeksi spesifik : tergantung protokol terapi
 Endocarditis  2-6 minggu
 Osteomyelitis  sp beberapa bulan
 Liver absces  1-4 bulan
63
IMPLEMENTASI FORNAS TERHADAP
PERAN MIKROBIOLOGI KLINIS

64
Sebaran Kebutuhan Obat Berdasarkan Tingkat dan
Model Pelayanan Obat
IFRS, Apotek Jejaring
FKRTL 1. Obat termasuk
Tersier komponen INA CBG’s
573/1018
TIPE A dan B 2. Obat Kronis
Pendidikan 3. Obat Sitostatika

Sekunder
463/845 RS Tipe D, C dan
Instalasi Farmasi, Apotek
B Non
Jejaring
Pendidikan
1. Obat Termasuk dalam
FKTP
Primer komponen kapitasi

Puskesmas, 2. Obat Program Rujuk


Balik dapat ditagihkan
224/365 Praktek Dokter diluar kapitasi
Umum/Gigi,
Klinik
* Catatan : Untuk obat program nasional disediakan 65
oleh Kementerian kesehatan RI
S I
TA AP
E N A D
M H A N
L E ER K
P T J U
IM AS RU
R N M
O
F IS T E
S

66
67
IMPLEMENTASI FORNAS TERHADAP PERAN
PIMPINAN RS – KFT – TIM PPRA RS

68
KEBIJAKAN PENERAPAN FORNAS
1. Formularium Nasional merupakan acuan yang digunakan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Formularium Nasional harus digunakan sebagai acuan bagi :
• Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
untuk pengadaan obat dalam menjamin ketersediaan
obat pada penyelenggaraan dan pengelolaan Program
JKN.
• FKTP dan FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dalam pengadaan obat untuk kebutuhan
pelayanan kesehatan.
• Dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi
spesialis dalam menulis resep.
3. Apabila obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Fornas
dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan
rekomendasi Komite Farmasi dan Terapi dan disetujui oleh
Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit.
69
KEBIJAKAN PENERAPAN FORNAS
(2)
4. Penambahan dan atau pengurangan daftar obat yang
tercantum dalam Fornas ditetapkan oleh Menkes setelah
mendapatkan rekomendasi Komnas Fornas (Adendum
Fornas)
5. Pelayanan obat bagi peserta Jaminan Kesehatan harus
memperhatikan restriksi obat dan peresepan maksimal
obat sebagaimana tercantum dalam Fornas
6. Dalam hal dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter
gigi spesialis berdasarkan indikasi medis memerlukan lebih
banyak obat melebihi jumlah maksimal untuk peresepan,
maka peresepan harus mendapat persetujuan Komite Medik
dan Kepala/Direktur Rumah Sakit.

70
Penggunaan Obat di Luar Fornas

71
72
RS A
hma d
Mu
c hta
r, B

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
RS.
M. D uki t Ti
j am ngg
RS. il, P i
Ka r a da
ya d n
RS.M i , Sema g
. Th r
a he a ng
99.7

r, Ja
RS P RSC mbi
e M, J
RS H rs a ha b a ka
asa a rta
n Sa ta n, Ja
d i ki k a rta
RS. n, B
Soe
tom a n d
o, S ung
ura
R bay
RS. a
Stro SUD. D
k e e p o
RS.
Ada , Buki t k
RSP mM Ti ng
AD al i gi
Gato
RS K t Su k, Med
a nk b a
er D roto, Ja n
a rm ka rt
ai s , a
Ja ka
RS. rta
Si l o
RS.
Ta n a m
gger
RS.
Ha s R S. a ng
a n B Cengka
ash reng
RS. or
Pri n i , Tern
RSU RS. ga ate
46.2
D. S Pem di , Me
a ra
s Hu a ngkat d an
s a d
, Ka
l
RS.
Sya i a, P b
urw a r
ful
Anw o r e d
a r, M j o
RS.
Abd R a l a ng
ul M SUD. M
o e l ata ra m
RSU
P. Sa oek, La
ngl a mpu
RS. RS. h, D ng
Ma
rgon Hus ei n enpa s a
o So , Pa
eka l em r
rj o, ba n
Pur g
wok
RSU
Prov e r to
RSU RSU Sul b
D.D RSU P ar
r.SO D Ko Dr. Sa r
EDA
RSO ta Y j i to
, Ka ogy
lim a ka
a nt rta
RSU RSU
D Ko a n Ba r
TERSEDIA DI 39 RS DI 21 PROVINSI

D Pe
nem ta M at
RSU R a ka
DD
ba h S UD s ar
r. So a n Sen Ci l e
edo opa ung
no M ti, Y
ogy si
RSK a di un, a ka
DD rta
uren Jawa Ti
Saw m ur
RS. i t, J
R MY
u a k a
RSP SUD nus rta
AU D Kua
r. S. l a K Bengku
Ha r ur u
j ol u n, K l u
ki to a l te
ng
PERSENTASE KESESUAIAN OBAT DALAM FORNAS YANG

, Yo
RS M g y a ka
a r zu rta
ki B
ogo
Target 2015 : 65 %

r
INFECTIOUS DISEASE INTEGRATED SERVICE TEAM
(Forum kajian kasus infeksi terintegrasi)

KLINISI PERAWAT/BIDAN

Komite PPI
KFT

FARMASI MIKROBIOLO
Klinik GI Klinik 74
PENUTUP
Formularium Nasional (Fornas) yang digunakan sebagai acuan wajib bagi
tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat yang tepat, paling efficacious,
dan aman, dengan harga yang terjangkau serta mendorong penggunaan
obat secara rasional untuk mewujudkan patient safety dalam pelaksanaan
Program JKN

Dengan Penerapan Fornas sebagai kendali mutu dan kendali biaya


maka pelayanann kesehatan menjadi lebih bermutu dengan belanja
obat yang terkendali (cost effective); pelayanan kesehatan kepada
masyarakat makin efektif dan efisien; dan memudahkan perencanaan
dan penyediaan obat di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.

Fornas bersifat dinamis sehingga perlu direview secara berkala untuk


mengakomodir dinamika yang terjadi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan serta kebutuhan pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai