Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN PNEUMONIA


Dosen Pembimbing : Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid)

Di Susun Oleh :

Lutfir Fitri Rahmasari


122020030002

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1- KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Website: http//www.umkudus.ac.id / Email : sekretariat@umkudus.ac.id
Alamat : Jl. Ganesha 1 purwosari Telp./Faks. (0291)442993/437218 Kudus 59316

1
A. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksius (Brunner & suddarth 2012).
Pneumonia adalah salah satu penyait peradangan akut pada paru yang biasanya
dari satu infeksi saluran pernafasan bawah akut. Dengan gejala batuk disertai dengan
sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus bakteri dan fungi (Huda, 2015)
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISNBA)
dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycroplasma dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru
yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
B. Etiologi
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti:
a) Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja. Bakteri penyebab
pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia. Streptococcus
pneumonia merupakan bakteri pathogen yang sering menyerang saluran hidung
bagian dalam manusia. Adapaun Bakteri Streptococcus Pneumoniae, dan
Staphylococcus Aureus yang umum terjadi pada anak . Pada individu dengan sistem
imun yang lemah maka bakteri sebagai agen infeksi akan berkoloni secara terus
menerus sehingga dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit atau
kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas
terengah-engah dan denyut jantungnya meninqkat cepat (Misnadiarly,
2008).Sedangkan pada individu dengan imun yang baik atau kuat, maka bakteri
Streptococcus pneumonia akan dibersihkan oleh sistem imun tubuh.
b) Virus
Adapun pneumonia bisa disebabkan oleh virus. Virus yang sering menyebabkan
pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus ini menyerang
saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia.
Pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).

2
c) Mikroplasma
Mikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski memiliki karakteristik keduanya. Contohnya Legionella Pneumonia.
d) Protozoa
Golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang premature dan individu dengan daya
tahan tubuh yang menurun serta malnutrisi. Perjalanan penyakitnya dapat lambat
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan haria Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP) pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru
(Djojodibroto, 2009)
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun,
trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015)
e) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), benda asing.
C. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Berdasarkan anatomi
1) Pneumonia lobularis
Yaitu dengan melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau
ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
Terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang disebut pneumonia
lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis)

3
Proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstinium) dan
jaringan peribronkial serta interlobular.

b. Berdasarkan agen infeksius


 Bacteria : Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptococcus aureus.
 Virus : Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuenza, Adenovirus.
 Mikroplasma : Legionella Pneumonia.
 Aspirasi : Makanan, Kerosene,cairan amnion,benda asing.
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
I. Usia 2 bulan – 5 tahun
 Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
 Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2
bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5
tahun 40 x/menit atau lebih.
 Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan
tanpa adanya nafas cepat.
II. Usia 0 – 2 bulan
 Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
 Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah
dan tidak ada nafas cepat.
D. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak, respon
sitemik anak terhadap agen infeksius sebagai etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan
obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara lain :
takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas
abnormal (Terry & Sharon, 2013)

4
Menurut (Brunner dan Suddrat 2011) pada dasarnya gejala umum pneumonia
yang akan ditunjukkan adalah sebagai berikut ;

 Anoreksia, disertai dengan penyakit masa kanak-kanak. Seringkali merupakan


bukti awal dari penyakit. Menetap sampai pada derajat yang lebih besar atau lebih
sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke
tahap pemulihan.
 Muntah,
Pada anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat. Tetapi dapat
menetap selama sakit.
 Suhu tubuh meningkat (38-40,5 ̊C) disertai menggigil
 Nyeri dada pleuritic semakin beraat saat batuk
 Batuk (non produktif - produktif)
 Nadi cepat dan memantul
 Napas sesak cepat dangkal
 Frekuensi napas meningkat
 Pada bayi < 2 Bulan (60x/menit)
 Pada bayi 2 bulan – 1 tahun (50x/menit)
 Pada balita 1-5 tahun (40x/menit)
 Pada orang dewasa (25-45x/menit)
 Napas cuping hidung kadang – kadang disertai nasal discharge, mungkin encer
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap
infeksi
 Terdapat suara napas tambahan seperti ronkhi atau wheezing

E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi,
respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon,
2013). Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Saat bernapas udara (oksigen) yang terhidup akan

5
bergerak bebas melalui saluran pernapasan mulai dari hidung, trakea, bronkus,
bronkiolus, alveoli, dan paru-paru. Pada alveoli dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler.
Di dalam kapiler oksigen yang terhirup akan masuk dan karbondioksida akan keluar juga
lewat pembuluh darah kapiler saat ekspirasi. Proses terjadinya peradangan pada parenkim
paru disebabkan agen infeksius yang ikut terhirup dan pada saat akan di filtrasi oleh silia
hidung dan dibersihkan oleh mukus, ternyata agen infeksi berhasil lolos serta merambat
masuk menuju saluran napas bawah. Pada tubuh manusia terdapat sistem kekebalan
tubuh atau imunitas yang akan melawan agen infeksi agar tidak memberikan dampak
buruk bagi tubuh. Ketika sistem imun tidak dapat memberikan perlawanan lagi akibat
agen infeksi terus berkoloni dan merusak bagian parenkim saluran pernapasan maka
terjadilah peradangan. Peradangan pada parenkim paru akan mengakibatkan terjadinya
eksudat atau cairan yang muncul akibat dari peradangan yang ditimbulkan oleh agen
infeksi. Konsolidasi akan muncul akibat dari dari cairan yang ditimbulkan dalam paru.
Selanjutnya akan mengakibatkan kapasitas paru menurun, area yang tidak terventilasi
fisiologis right-to-left shunt dengan perfusi yang tidak sesuai menyebabkan hipoksia
(penurunan saturasi oksigen).

6
F. Pathway

Agen Infeksius

Inspirasi
(Saluran
Pernapasan Atas )

Adanya Mukus Adanya Silia untuk


menyaring partikel asing
(Lendir) yang Respon Alami
Hidung agen infeksius agar
membersihkan agen tidak bisa masuk ke Tubuh berupa batuk
infeksius saluran napas bawah

Faring dan Laring

Agen Infeksius
berjalan menuju
saluran napas
selanjutnya

Agen Infeksius Saluran Napas Bawah Sistem Imun Tubuh


(Trakea, Bronkus
bersifat patogen berusaha melawan
dengan percabangan
akan berkoloni dan bronkiolus,alveoli,dan agen infeksi
berkembang biak paru-paru) patogen

Sistem Imun Tubuh


Gagal
mempertahankan
kekebalan

Peradangan Defisiensi
Eksudat Konsolidasi
Parenkim Paru Pengetahuan

Restriksi
Pernapasan

Ketidakefektifan
Gangguan
Bersihan Jalan
Pertukaran Gas
Napas

Ketidakefektifan
Intoleransi Aktivitas
Pola Napas

7
G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis secara umum yang dapat dilakukan. Menurut Marunung (2009)
diantaranya:
1. Pemberian antibiotik seperti penicillin, amoxicillin dan clavulanic acid serta
macrolide anttibiotik
2. Pemberian antiperetik, analgetik, brokodilator
3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan dan adekuat
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
5. Ekspektoran dapat dikombinasi dengan postural drainase
6. Pemberian IVFD , pemberian Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi
7. Latihan nafas dalam dan batuk efektif
8. Terapi lain sesuai dengan komplikasi
Selain itu, penatalaksanaan medis pada pneumonia tergantung dari tingkat
keparahan gejala yang timbul oleh agen infeksius, menurut (Shaleh, 2013)
 Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Dengan pemberian antibiotic yang tepat sehingga tiak lagi muncul gejala
pada penderita.
a. Pada bakteri Streptococcus Pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin yaitu
pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan
untuk anak dibawah usia 2 tahun dan pneumococcal
polysaccharide vaccine di rekomendasikan bagi orang dewasa.
b. Pada bakteri Hemophilus Influenzae
Dengan memberikan antibiotik amoxillin
c. Pada Mikroplasma
Seringkali diresepkan dengan antibiotik macrolides (Shaleh,2013).
d. Pada Pneumonia yang disebabkan oleh virus

8
Pengobatannya sama dengan pengobatan penderita flu. Dianjurkan
banyak istirahat dan pemberian nutrisi serta aktivitas yang
membantu daya tahan tubuh.
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial, dapat juga
menyatakan abses, infiltrasi, empiema (stapilacoccus), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran dan perluasan infiltrasi nodul
2) Pemeriksaan gram kultur, sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3) Pemeriksaan serologi guna membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4) Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan mernbantu diagnosis keadaan.
5) Biopsi paru untuk menetapkan diagnosis.
6) Spirometrik statik untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7) Bronkostopi untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
I. Terapi
Terapi diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi perlu waktu dan pasien
pneumonia diberikan terapi secepatnya:

 Penicillin untuk infeksi pneumonia staphylococcus.


 Amantadine, Rimantadine untuk infeksi pneumonia virus.
 Eritromisin, Tetrasiklin, Derivat Tetrasiklin untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
J. Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan pneumonia
adalah:
 Pleurisi
 Atelektasis
 Empiema
 Abses paru
 Edema pulmonary

9
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA PADA ANAK
A. Pengkajian
 Identitas Klien (Usia , tempat tanggal lahir, alamat, spiritual atau
keyakinan,status klien ,dan lain sebagainya)
 Identitas Penanggung jawab (Usia, tempat tanggal lahir, alamat, spiritual atau
keyakinan,status klien ,dan lain sebagainya)
 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pada umumnya pneumonia cenderung dominan dengan
gejala batuk dan sesak napas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,
kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala dada (anak besar)
kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensi
abdomen dan kaku kuduk, timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun. Anak
biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-
batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun
apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
c. Riwayat keperawatan sebelumnya
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan. Dikaji apakah pasien
pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat kesehatan keluarga dan tempat tinggal
Pneumonia bukan merupakan penyakit keturunan, namun dapat dikaji
kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami infeksi saluran
pernapasan, riwayat batuk, flu dan pilek, sehingga menular pada anak.
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya. Tempat tinggal atau lingkungan dengan sanitasi buruk
beresiko lebih besar kemungkinan terjadinya penyakit infeksi saluran
pernapasan.

10
e. Riwayat Alergi: Dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap
beberapa oba, makanan, udara, debu.
 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas, batuk, demam.
b. Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit.
c. Tanda-tanda vital: Tekanan Darah (biasanya normal), Nadi (takikardi),
RR (takipneu, dipsneu, napas dangkal), Suhu ( hipertermi)
Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada Thorax
dan paru-paru :
 Inspeksi
Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain:
takipnea, dispnea progesif, pernafasan dangkal, pektus ekskavatum
(dada corong), paktus karinatum (dada burung), barrel chest.
 Palpasi
Adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada
daerah yang terkena.
 Perkusi
Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi
udara) resonansi.
 Auskultasi
Suara pernafasan yang meningkat intensitasnya: Suara
bronkovesikuler atau bronkial pada daerah yang terkena. Suara
pernafasan tambahan: ronkhi inspiratoir pada sepertiga akhir
inspirasi.
d. Kepala : Tidak ada kelainan
e. Mata : Konjungtiva nisa anemis
f. Hidung : Jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
g. Jantung : Jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
h. Ekstremitas : Sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan fisik

11
 Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat.
2. Pemeriksaan darah, leukositosis, LED, kultur darah.
3. Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya radang atau cairan ditandai
dengan konsolidasi dan kelainan bisa satu lobus atau lebih dan atau sebagian
dari lobus.
 Pola Eliminasi Menurut Gordon dalam Riyadi (2012)
1. Pola persepsi sehat
Penatalaksanaan sehat, data yang muncul sering orang tua berpersepsi
meskipun anaknya batuk masih menganggap belum terjadi gangguan
serius, biasanya orang tua menganggap anaknya benar-benar sakit
apabila anak sudah mengalami sesak nafas.
2. Pola metabolik nutrisi
Anak dengan pneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon
sistemik melalui kontrol saraf pusat) dan mual dan muntah (karena
peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme).
3. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan melalui evaporasi karena demam.
4. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur
karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lebih lemah, sering
menguap, mata merah, anak juga sering menangis pada malam hari
karena ketidaknyamanan tersebut.
5. Pola aktivitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak
kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak meminta digendong orang
tua atau bedrest.
6. Pola kognitif-persepsi

12
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang yang pernah
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan
oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak tampak bingung kalau
ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
7. Pola perpsepsi diri-konsep
Diri tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain
meningkat.
8. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya
maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama
dengan orang terdekat (orang tua).
9. Pola seksual-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang
sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada
wanita tetapi bersifat sementara atau biasanya penundaan.
10. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stres adalah anak sering
menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah
tersinggung dan suka marah.
11. Pola nilai –keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT
A. Diagnosis Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak
dengan masalah pneumonia:
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan.
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kalpier

13
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
B. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana
pada tahap ini perawat menentukan suatu rencana yang akan diberikan pada pasien
sesuai dengan masalah yang dialami pasien setelah pengkajian dan perumusan
diagnosa. Menurut Moorhead (2013) dan Bulechek (2013) dalam Nursing Outcome
Classification (NOC) dan Nursing Intervention Classification (NIC) menggunakan
jenis skala likert dengan semua kriteria hasil dan indikator yang menyediakan
sejumlah pilihan yang adekuat untuk menunjukkan variabilitas didalam status atau
kondisi, perilaku atau persepsi yang nantinya digambarkan oleh kriteria hasil
intervensi keperawatan yang ditetapkan pada anak dengan kasus pneumonia adalah :

Diagnosia NOC NIC


Keperawatan
Ketidakefektifan Status pernafasan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan Kepatenan jalan nafas 1. Monitor status
nafas Definisi: Saluran pernafasan dan
berhubungan trakeobronkial yang terbuka respirasi
dengan mukus dan lancar untuk pertukaran sebagaimana
berlebihan udara. mestinya
2. Posisikan pasien
Setelah dilakukan tindakan semi fowler, atau
keperawatan selama 3x24 jam posisi fowler
pasien dapat meningkatkan 3. Observasi
status pernafasan yang kecepatan,irama,ked
adekuat dengan skala alaman dan kesulitan
menurun atau mendekati bernafas
normal dengan kriteria hasil : 4. Auskultasi suara
1. Frekuensi pernafasan nafas
normal (30-50x/menit) 5. Lakukan fisioterapi

14
2. Irama pernafasan dada sebagaimana
normal (teratur) mestinya
3. Kemampuan untuk 6. Kolaborasi
mengeluarkan secret pemberian O2 sesuai
4. Tidak ada suara nafas instruksi
tambahan 7. Ajarkan melakukan
5. Tidak ada penggunaan batuk efektif
otot bantu napas (tidak 8. Ajarkan pasien dan
adanya retraksi keluarga mengenai
dinding dada) penggunaan
6. Tidak ada batuk perangkat oksigen
yang memudahkan
mobilitas
Ketidakefektifan Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
pola napas Definisi: Proses keluar 1. Posisikan pasien
berhubungan masuknya udara ke paruparu Posisi semi fowler,
dengan keletihan serta pertukaran atau posisi fowler
otot pernafasan karbondioksida dan oksigen di Manajemen Pernapasan
alveoli. 1. Observasi kecepatan
irama,keda laman dan
Setelah dilakukan tindakan kesulitan bernafas
keperawatan 3x24 jam status 2. Observasi pergerakan
pernafasan yang adekuat dada, kesimetrisan
meningkat dengan maksut ada dada, penggunaan
perubahan dari skala berat ke otot-otot bantu nafas
skala ringan dengan kriteria dan retraksi pada
hasil: dinding dada
1. frekuensi pernafasan 3. Auskultasi suara
normal (30-50x/menit) nafas Terapi oksigen
2. Irama pernafasan 4. Kolaborasi pemberian
normal (teratur) O2

15
3. suara auskultasi nafas 5. Monitor aliran
normal (vesikuler) oksigen
4. Kepatenan jalan nafas 6. Ajarkan pasien dan
5. Tidak ada penggunaan keluarga mengenai
otot bantu nafas (tidak penggunaan
ada retraksi dinding perangkat oksigen
dada) yang memudahkan
6. Tidak ada pernafasan mobilitas
cuping hidung
Gangguan Status pernafasan Pertukaran Monitor pernafasan
pertukaran gas Gas Definisi: Pertukaran
berhubungan Karbondioksida dan oksigen 1. Monitor kecepatan,
dengan perubahan di alveoli untuk irama, kedalaman,
membran alveolar mempertahankan konsentrasi dan kesulitan
kalpiler darah arteri Setelah dilakukan bernapas
tindakan keperawatan 3x24
jam status pernafasan: Terapi Oksigen
pertukaran gas yang adekuat 1. Pertahankan
meningkat dari skala berat kepatenan jalan napas
menjadi ringan Dengan 2. Observasi adanya
kriteria hasil : suara napas tambahan
1. Tidak dispnea saat
istirahat Kolaborasi Pemberian
2. Tidak dispneu saat O2
aktifitas ringan 1. Ajarkan pasien dan
3. Tidak sianosis yaitu keluarga mengenai
kulit tampak normal penggunaan
atau tidak kebiruan perangkat oksigen
yang memudahkan
mobilitas
Intoleransi Toleransi terhadap aktifitas Manajemen energy
Aktifitas berhubun Definisi : Respon fisiologis 1. Observasi sistem

16
gan dengan terhadap pergerakan yang kardiorespirasi pasien
ketidaksei memerlukan energi dalam selama kegiatan
mbangan antara aktifitas sehari-hari. (misalnya ; takikardi,
suplai dan oksigen Setelah dilakukan tindakan distrimia, dispnea)
keperawatan 2x24jam pasien 2. Monitor lokasi dan
dapat toleransi terhadap sumber
aktifitas meningkat dari skala ketidaknyamanan/
banyak terganggu menjadi nyeri yang dialami
sedikit terganggu dengan pasien selama
kriteria hasil : aktifitas
1. Kemudahan bernapas 3. Lakukan Rom aktif
ketika beraktifitas atau pasif
2. Kemudahan dalam 4. Lakukan terapi non
melakukan ADL farmakologis
5. Kolaborasi pemberian
terapi farmakologis
untuk mengurangi
kelelahan
6. Beri Penyuluhan
kepada keluarga dan
pasien tentang nutrisi
yang baik dan
istirahat yang adekuat
Defisiensi Manajemen pneumonia Pengajaran proses
pengetahuan Definisi : Tingkat pemahaman penyakit pneumonia
berhubungan yang disampaikan tentang pada orang tua dan
dengan kurang pneumonia, pengobatannya klien (jika
sumber dan pencegahan memungkinkan)
pengetahuan komplikasinya. 1. Kaji tingkat
pengetahuan tentang
Setelah dilakukan tindakan proses penyakit

17
keperawatan selama 30 2. Jelaskan tentang
sampai 40 menit pasien dan penyakit
keluarga dapat memperolah 3. Jelaskan tanda dan
peningkatkan pengetahuan gejala
tentang manajemen 4. Jelaskan tentang
pneumonia. dengan kriteria penyeba
hasil : 5. Jelaskan tentang
1. Mengetahui tentang
penyakit
2. Mengetahui faktor
penyebab (dapat
menyebutkan
penyebab)
3. Mengetahui faktor
resiko kekambuhan
(dapat menyebutkan
faktor resiko)
4. Mengetahui tanda dan
gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit
(dapat menyebutkan
tanda dan gejala)

C. Implementasi
Menindak lanjuti intervensi keperawatan yang di rencanakan sesuai dengan kondisi
pasien atau klien
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau
tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, S. M., & Sitorus, E. (2020). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak.
Selam, J. B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Komprehensif pada Tn. AD Dengan Pneumonia Di
Ruang Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Drs. Titus Ully Kupang (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Kupang).
Diana, A. U. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA PENDERITA
PNEUMONIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAPAS Di Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo)
Dimu Ludji, Y. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R. F Dengan Pneumonia Di Ruang
Kenanga RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kupang).
MULYANI, P. (2018). PENERAPAN TEKNIK NAFAS DALAM PADA ANAK BALITA
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RSUD WONOSARIKABUPATEN
GUNUNGKIDUL (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).
Nurarif A.H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit Mediaction
Teery & Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam cetakan 1.
Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika

20

Anda mungkin juga menyukai