Anda di halaman 1dari 234

Accelerat ing t he world's research.

Presentasi Tesis Analisa Kebutuhan


Infrastruktur Sanitasi Di Tepi Sungai
Musi - Palembang
M.Nur Me2D

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Tesis: Analisis Kebut uhan Infrast rukt ur Sanit asi di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
M.Nur Me2D

Report ing of Sanit at ion Engineer


M.Nur Me2D

Laporan Akhir Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Priorit as (RPKPP) Mart apura Sout h Kal…
T iar Pandapot an Purba
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Magister Teknik (M.T)
Pada
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh

MUHAMAD NUR
NIM. 2009 2509 004

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di


Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Nama : Muhamad Nur

NIM : 2009 2509 004

Program Studi : Teknik Sipil


Bidang Kajian Utama : Manajemen Infrastruktur

Menyetujui:

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr.Ir. Maulid M. Iqbal, MS Ir. Ika Juliantina, MS.


NIP. 19600909 198811 1 001 NIP. 19600701 198710 2 001

Ketua Program Studi a.n. Direktur Program Pascasarjana


Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
Asisten Direktur I

Dr.Ir. Reini Silvia Ilmiaty, MT. Ir. Sabaruddin, MSc.,Ph.D


NIP. 19660216 199102 2 001 NIP. 19630517 198903 1 002

Tanggal Pengesahan :

ii
PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhamad Nur


NIM : 2009 2509 004
Judul : Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian
Sungai Musi - Palembang

Menyatakan bahwa Tesis saya merupakaan hasil karya sendiri didampingi


Tim Pembimbing dan bukan hasil penjiplakan/plagiat. Apabila ditemukan unsur
penjiplakan/plagiat dalam Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi dari
Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Inderalaya, 12 Mei 2014

Muhamad Nur

iv
“Falah, masih inget waktu awal tahun 2009, saat papa ajak kamu diskusi
tentang rencana papa untuk kuliah lagi di Program Pasca Sarjana (S2)
UNSRI? ... saat itu kamu kelas 5 SD ... dan Falah balik bertanya: S2 apa, Pah?
... Lalu Papa jelaskan jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, Kuliah/S1,
s/d S2 ... dan Papa bertanya: Jika Papa-nya lulusan S2, anaknya gimana? ...
harus (minimal) S2 juga dong, Pah (itu jawab kamu saat itu)”..

Tesis ini kupersembahkan untuk anak-anak saya tercinta:

M. Helmi Falah Nur

Nurcholifaah

Naziah Amalia Firli

... I love you all for all my time.

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT,


karena berkat rakhmat dan hidayah-Nya penulisan Tesis yang berjudul Analisis
Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
dapat diselesaikan dan Tesis ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan jenjang Strata 2 pada Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian
Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Yth:
1. Bapak Prof. DR. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.
2. Bapak Dr. Ir. Hj. Reini Silvia Ilmiaty, MT. selaku Ketua Program Studi
Magister Teknik Sipil Universitas Sriwijaya dan segenap Dosen – Dosen
Pengajar dan Penguji.
3. Bapak Dr. Ir. Maulid M. Iqbal, MS. selaku Dosen Pembimbing Pertama.
4. Ir. Ika Juliantina, MS. selaku Dosen Pembimbing Kedua.
5. Rekan-rekan Manajemen Infrastruktur Khususnya Angkatan 2009.
6. Sdr. Delli Noviarti Rachman, ST. MT. & Munawar Sukahati, ST. serta
rekan-rekan profesional atas kesediaan waktunya untuk berdiskusi dan
berbagi pustaka..
7. Dan sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberi semangat proses
pembelajaran yang dijalani.
8. Serta Istriku Dra. Ernawati dan Ibunda Hj. Djubaedah atas doa dan kasih
sayangnya.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini belum sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap
semoga proposal tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, Mei 2014


Penulis

vi
ABSTRAK

Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang sering kali kurang
mendapatkan perhatian. Buruknya kondisi sanitasi berpengaruh terhadap
menurunnya kualitas lingkungan hidup.
Kawasan Kelurahan 11 Ulu – Palembang merupakan kawasan padat
penduduk yang terletak di tepian Sungai Musi dan sangat terpengaruh dengan
pasang surut air Sungai Musi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
kondisi eksisting sanitasi masyarakat, membuat prototype sarana sanitasi berupa
MCK dan septic yang paling sesuai dengan kondisi eksisting, menghitung
estimasi biaya konstruksinya, serta kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
membangun sesuai dengan prototype tersebut.
Berdasarkan analisis hasil survey, kondisi eksisting, dan keinginan
responden maka sistem sanitasi di MCK masing–masing adalah yang paling
cocok dan dengan teknik penanganan limbahnya dengan menggunakan instalasi
Tripikon-S. Instalasi Tripikon-S adalah 3 (tiga) pipa septic masing-masing dengan

biaya tripikon dengan ∅ yang berbeda sesuai jumlah penduduk di rumah masing–
ukuran berbeda yang dipasang secara konsentris, dipasang tegak lurus. Estimasi

masing. Ada 4 jenis prototype yang sesuai dengan kondisi di lingkungan ini, yaitu
Tripikon–S tanpa closet, Tripikon–S dengan closet, MCK Kayu dengan Tripikon–

Closet) untuk kapasitas 1 – 5 jiwa dengan ∅ Pipa Intake 10”: Rp.2.567.000,


S, dan MCK Batu dengan Tripikon–S. Biaya Tipe 1 - Instalasi Tripikon-S (Tanpa

kapasitas 6 – 10 jiwa dengan ∅ Pipa 14”: Rp.3.137.000, kapasitas 11 – 20 jiwa


dengan ∅ Pipa 17” & 20”/Drum Aspal: Rp.4.454.500. Untuk biaya Tipe 2 -
Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet), kapasitas 1 – 5 jiwa dengan ∅ Pipa 10”:
Rp.2.732.000, kapasitas 6 – 10 jiwa dengan ∅ Pipa 14”: Rp.3.302.000, kapasitas
11 – 20 jiwa dengan ∅ Pipa 17” & 20”/Drum Aspal: Rp.4.619.500. Biaya Tipe 3 -
MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S, dengan biaya MCK Kayu (1,20 x 1,75
M): Rp. 2.000.000, ditambah dengan Biaya Tripikon–S di atas (sesuai kapasitas
yang dibutuhkan). Untuk biaya Tipe 4 - MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S ,
dengan Biaya MCK Batu (1,5 x 2 M); Rp. 5.200.000, ditambah dengan Biaya
Tripikon–S di atas (sesuai kapasitas yang dibutuhkan).
Setelah dilaksanakan survey lanjutan, maka diketahui bahwa 73%
masyarakat menginginkan untuk merubah kondisi WC nya agar menjadi layak,
namun terkendala biaya. Peranan bantuan pemerintah sangat diperlukan untuk
membantu masyarakat mewujudkan hal tersebut.

Key Words: Sanitasi Tepian Sungai, Tripikon–S, WC Batu, WC Kayu

vii
ABSTRACT

Sanitation is one of the basic services that often get less attention from the
government. Poor sanitary conditions affect the declining quality of the
environment.
Sub Region 11 Ulu - Palembang is a very densely populated areas, on the
edge of the Musi River, affected by tidal water Musi River. The purpose of this
study is to identify the existing condition of society sanitation, making prototype
sanitation latrines and septic form most appropriate to the existing conditions and
calculate the estimated cost of construction, and also knowing the what the people
want and how the ability to built their prototype.
Based on the analysis of the survey results, existing conditions, the
respondent wishes sanitation systems in each toilet is right with manufacture is
using the installation Tripikon-S. Installation Tripikon-S is 3 (three) each septic

of tripikon with different ∅ appropriate number of people in their homes. There


pipe with different sizes concentrically mounted, mounted upright. Estimated cost

are 4 types of prototype in accordance with the conditions in this environment, ie


Tripikon-S without closet, Tripikon-S with closet, MCK wood with Tripikon-S

Closet) for a capacity of 1-5 people with ∅ Pipe Intake 10”: Rp.2.567.000,
and MCK stone with Tripikon-S. Cost Type 1 - Installation Tripikon-S (No

capacity 6-10 people with ∅ Pipe 14”: Rp.3.137.000, capacity 11-20 people with
∅ Pipe 17" & 20"/Drum Asphalt: Rp.4.454.500. For the cost of Type 2 -
Installation Tripikon-S (with Closet), capacity 1-5 people with ∅ Pipe 10” :
Rp.2.732.000, capacity 6-10 people with ∅ Pipe 14”: Rp.3.302.000, capacity 11-
20 people with ∅ Pipe 17”& 20”/Drum Asphalt: Rp.4.619.500. Cost Type 3 -
Toilet Installation Wood with Tripikon-S, with the cost of MCK Wood (1.20 x
1.75 M): Rp.2,000,000, plus the cost of Tripikon-S above (corresponding capacity
required). For the cost of Type 4 - Toilet Installation stone with Tripikon-S, with
the cost of MCK Stone (1,5 x 2 M); Rp. 5,200,000, plus the cost of Tripikon-S
above (corresponding capacity required).
After a follow-up survey conducted, it is known that 73% of people want
to change the conditions of his WC to be feasible, but cost prohibitive. The
Government regulation is needed to help people get their aims.

Key Words: Sanitation in the river, Tripikon-S, WC Stone, WC Wood

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN ............................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................... vii
ABSTARCT ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 5
1.5. Sistematika Penulisan .......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 7
2.1. Studi Literatur Ilmiah .......................................................... 7
2.1.1. Air Limbah .............................................................. 7
2.1.2. Karakteristik Air Limbah ...................................... 7
2.1.2.1 Berdasarkan Sumber, Jenis, dan Macam Air
Limbah ......................................................... 7
2.1.2.2 Berdasarkan Kuantitas ................................. 8
2.1.2.3 Berdasarkan Kualitas ................................... 9
2.1.2.4 Berdasarkan Dekomposisi Air Limbah ....... 9
2.1.3 Air Limbah Rumah Tangga ..................................... 10
2.1.4. Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga .... 11

ix
Halaman
2.1.4.1. Pengolahan Individual ................................. 11
2.1.4.2. Pengolahan Individu Pada Lingkungan
Terbatas ........................................................ 12
2.1.4.3. Pengolahan Komunal ................................... 12
2.1.5. Tahapan Pengelolaan Air Limbah ........................... 14
2.1.6. Kriteria Sistem Pengeloaan Air Limbah
Permukiman ............................................................ 15
2.1.6.1. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Teknologi Sanitasi ........................................ 15
2.1.6.2. Kriteria Perencanaan Pemilihan Teknologi
Sanitasi ......................................................... 15
2.2. Pilihan Teknologi Sanitasi ................................................... 18
2.2.1. Pilihan Bangunan MCK Berdasarkan Penggunanya 24
2.2.2 Pilihan Teknologi Bangunan Sanitasi Bagian
Bawah ...................................................................... 27
2.2.2.1. Tangki Septik Konvensional ....................... 27
2.2.2.2. Anaerobic Baffled Reactor .......................... 32
2.2.2.3. Anaerobic Upflow Filter .............................. 33
2.2.2.4. Rotating Biological Contactor ..................... 34
2.2.2.5. Biofiltrasi ..................................................... 35
2.2.2.6. Tripikon-S dan T-Pikon-H ......................... 37
2.3. Tinjauan Penelitian Sejenis ................................................. 41
2.4. Metode Pengumpulan Data ................................................. 42
2.4.1. Pedoman Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih
(SAB) dan Lingkungan Perumahan ......................... 43
2.4.2. Populasi dan Sampel ................................................ 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 49
3.1. Langkah – Langkah Penelitian ........................................... 50
3.1.1. Penyebaran Kuisioner Pertama ............................... 49
3.1.2. Penyebaran Kuisioner Kedua ................................. 50
3.2. Pilihan Teknologi MCK ...................................................... 50
3.3. Lokasi Penelitian ................................................................. 51
3.4. Gambaran Umum Penelitian ............................................... 52
3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................. 53
3.6. Populasi Umum Penelitian ................................................. 53

x
Halaman
3.7. Populasi Khusus Penelitian ................................................ 53
3.8. Metode Pengambilan Sampel ............................................. 55
3.9. Pengolahan Data ................................................................. 57
3.10. Analisa Data dan Pembahasan ............................................ 57
3.10.1 Analisis Data Kuisioner Dengan Statistik Induktif 57
3.10.2. Analisis Kondisi Sanitasi ........................................ 58
3.11. Diagram Alir Penelitian ...................................................... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 60
4.1. Kondisi Existing di Kelurahan 11 Ulu ............................... 60
4.1.1. Kondisi Umum Kawasan Kelurahan 11 Ulu ........... 60
4.1.2. Kondisi Existing Sarana dan Prasarana ................... 62
4.1.3. Data Kuisioner ......................................................... 68
4.2. Tingkat Pengetahuan, Kesadaran dan Prilaku Hidup Bersih
Sehat Masyarakat (PHBS) Responden ................................ 70
4.3. Kondisi Eksisting Teknis Sanitasi dan Septic di Kelurahan
11 Ulu .................................................................................. 75
4.4. Sarana Sanitasi yang Sesuai dengan Keinginan
Masyarakat .......................................................................... 80
4.5. Perencanaan Sistem Sanitasi ............................................... 83
4.5.1. Dasar Perencanaan Pembuatan Pengolahan
Limbah/Septic .......................................................... 83
4.5.2. Dasar Pemilihan Alternatif Pengolahan
Limbah/Septic .......................................................... 84
4.5.3. Perencanaan Septictank Tripikon–S ........................ 88
4.5.4. Prototype Sanitasi dan MCK Pilihan Masyarakat ... 89
4.5.4.1. Tipe 1 - Instalasi Tripikon–S Tanpa Closet 90
4.5.4.2. Tipe 2 - Instalasi Tripikon–S Dengan
Closet .......................................................... 91
4.5.4.3. Tipe 3 - MCK Kayu Dengan Instalasi
Tripikon-S .................................................... 92
4.5.4.4. Tipe 3 - MCK Batu Dengan Instalasi
Tripikon-S .................................................... 93
4.5.5. Tripikon–S Sebagai Septic Komunal ....................... 93
4.6. Kemauan dan Kemampuan Masyarakat Untuk
Mengaplikasikan Teknologi Tripikon-S (Kuisioner Ke-2) . 94
4.6.1. Hasil Responden Berdasarkan Data Pribadi .............. 95
4.6.2. Kondisi Eksisting WC Yang Digunakan Masyarakat 96

xi
Halaman
4.6.3.Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap
Sanitasi ....................................................................... 97
4.6.4.Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap
Program Bantuan Pemerintah .................................... 98
4.7. Sistem Pemeliharaan Tripikon-S ......................................... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 100
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 100
5.2. Saran .................................................................................... 103
Daftar Pustaka ......................................................................................... 104
Lampiran ................................................................................................. 108

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Metode Penerapan Sistem Air Limbah Berdasarkan
Kriteria Kepadatan Penduduk dan Suplai Air Bersih ........ 16
Tabel 2.2. Katalog Pilihan Jamban Sehat ............................................ 20
Tabel 2.3. Ketentuan MCK Umum ...................................................... 26
Tabel 2.4. Jumlah Pemakai MCK Dan Kapasitas Tangki Septik
Yang Diperlukan ................................................................. 31
Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H ..................................... 40
Tabel 2.6. Tabel Kualifikasi Diagnosa Tingkat Resiko Pencemaran .. 44
Tabel 3.1. Jumlah KK Berdasarkan RW & RT ................................... 52
Tabel 3.2. Populasi Khusus Penelitian .............................................. 55
Tabel. 4.1. Data Jumlah Penduduk, Rumah, WC Pribadi & Tanah
Kosong di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan RT.10/RW.2 ....... 61
Tabel 4.2. Kondisi Bangunan Rumah di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan
RT.10/RW.2 ........................................................................ 62
Tabel 4.3. Hasil Survey Berdasarkan Data Pribadi Responden ........... 69
Tabel 4.4. Hasil Survey Respoden Mengenai Pendapat Masyarakat
Tentang Tempat Pembuangan Limbah Yang Benar ........... 71
Tabel 4.5. Hasil Survey Berdasarkan Sumber Air Masyarakat ........... 72
Tabel 4.6. Hasil Survey Respoden Mengenai Tempat Mandi, BAB
Dan BAK Yang Digunakan Masyarakat ............................ 74
Tabel 4.7. Jenis Penyakit Yang Sering Menyerang Warga
Masyarakat Di Lokasi Penelitian ........................................ 75
Tabel 4.8. Hasil Kuisioner Nilai Inspeksi Pemeriksaan Sarana WC,
Saluran Pembuangan/Septic Tank Dan Sarana
Pembuangan Sampah .......................................................... 79
Tabel 4.9. Hasil Kuisioner Sumber Dana, Keinginan Masyarakat
Dan Masalah Kesinambungan Dari Pembangunan Dan
Pemeliharaan Sarana Sanitasi ............................................. 81
Tabel 4.10. Parameter Pemilihan Septic/Pengolahan Limbah ............... 87
Tabel 4.11. Perhitungan Penggunaan Pipa Berdasarkan Jumlah
Pengguna ............................................................................. 89
Tabel 4.12. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Tanpa Closet) ...... 91
Tabel 4.13. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Dengan Closet) ... 91
Tabel 4.14. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Kayu Dan Tripikon-S .... 92
Tabel 4.15. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Beton Dan Tripikon-S ... 93
Tabel 4.16. Hasil Survey Ke-2 ............................................................... 99

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1. Kondisi Eksisting Sanitasi Masyarakat Kelurahan
11 Ulu ........................................................................ 3
Gambar 2.1. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual 12
Gambar 2.2. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual
Pada Lingkungan Terbatas ........................................ 12
Gambar 2.3. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual
Komunal .................................................................... 13
Gambar 2.4. Jamban Dengan Permukaan Ditinggikan ................. 19
Gambar 2.5. Jamban Untuk Daerah Banjir/Pasang Surut/Rumah
Panggung ................................................................... 23
Gambar 2.6. Sistem Sanitasi Komunal Untuk Daerah Padat
Penduduk ................................................................... 24
Gambar 2.7. Tanki Septic Konvensional ....................................... 28
Gambar 2.8. Anaerobic Baffled Reactor ........................................ 32
Gambar 2.9. Anaerobic Upflow Filter ........................................... 33
Gambar 2.10. Rotating Biological Contactor ................................. 35
Gambar 2.11. Tangki Bio-Filter IATPI ............................................ 36
Gambar 2.12. Tripikon-S ................................................................. 37
Gambar 2.13. T-Pikon-H .................................................................. 38
Gambar 3.1. Peta Kelurahan 11 Ulu .............................................. 54
Gambar 3.2. Rancangan Random Sampling .................................. 56
Gambar 3.3. Flow Chart Tahapan Penelitian ................................. 59
Gambar 4.1. Akses Jalan Di Kawasan RT 3 Dan RT 5 ................. 63
Gambar 4.2. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.3/RW.1 .... 64
Gambar 4.3. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.5/RW.2 .... 65
Gambar 4.4. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.10/RW.2 .. 66
Gambar 4.5. Ruang Terbuka di RT 3 dan RT 10 ........................... 67
Gambar 4.6. Kegiatan Mandi, Mencuci Pakaian Dan Perabotan
Rumah Tangga .......................................................... 77
Gambar 4.7. Kondisi Tepian Sungai Musi di Kelurahan 11 Ulu
Kecamatan Seberang Ulu II – Palembang ................. 77

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner) ............................... 108

2. Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner II - Lanjutan) .......... 109

3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) ................................. 110

4. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) - Kuisioner Ke-2


(Lanjutan) ................................................................................... 111
5. Typikal MCK & Tripikon-S ........................................................ 112

6. Rencana Anggaran Biaya (MCK & Tripikon-S) ........................ 113

7. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 114

8. Kumpulan Literatur Tentang Tripikon-S .................................... 115

9. Lembar Bimbingan ..................................................................... 116

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia merupakan usaha untuk membina
dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan masyarakat. Selain
itu sanitasi juga dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja
serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi
kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan.
Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang seringkali kurang
mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di beberapa daerah.
Buruknya kondisi sanitasi berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan
hidup sehari-hari. Untuk itu penanganan sektor sanitasi sudah sepantasnya
menjadi fokus pembangunan. Pembangunan sanitasi sudah menjadi prioritas
pembangunan, khususnya di daerah perkotaan yang padat akan permukiman
dengan lahan yang terbatas, masih banyak ditemukan daerah-daerah yang kondisi
sanitasi-nya belum baik, tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana sanitasi
yang memadai.
Kondisi sanitasi yang buruk tentunya membahayakan masyarakat sendiri
dan dampaknya akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Untuk memperoleh
kondisi sanitasi yang baik, maka harus ditunjang dengan sarana dan prasarana
sanitasi yang memadai, seperti tersedianya air bersih, tersedianya tempat MCK
(Mandi, Cuci dan Kakus) yang layak yang dilengkapi dengan sistem pembuangan
atau pengolahan limbah, baik itu limbah cair ataupun limbah padat.
Air limbah rumah tangga seharusnya diolah sebelum dibuang ke badan air.
Pengolahan skala perkotaan idealnya menggunakan sistem perpipaan dimana
setiap bangunan disambung dengan jaringan pipa yang kemudian limbah
dikumpulkan untuk diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Kota Palembang dan Sungai Musi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam kultur historis dan sosial budaya. Sebagian masyarakat Kota Palembang
bermukim di tepian Sungai Musi, khususnya di sekitar Jembatan Ampera,

1
2

permukiman penduduk sudah cukup padat dan perekonomian yang cukup baik,
namun memiliki kondisi sanitasi yang memprihatinkan. Kota padat penduduk
seperti Palembang menggunakan sungai sebagai drainase.
Kondisi umum di tepian Sungai Musi salah satunya adalah yang terletak di
Kelurahan 11 Ulu - Kecamatan Seberang Ulu II di Kota Palembang dengan
permukiman penduduk yang cukup padat dan merupakan daerah pasang surut
(rawa-rawa) dengan tipikal rumah panggung yang terlatak di atas Sungai Musi
dan sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut sungai tersebut. Kelurahan
11 Ulu memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.495 jiwa yang terdiri 1.821 Kepala
Keluarga (KK).
Kawasan permukiman ini merupakan kawasan yag sangat hidup dengan
aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi yang sangat tinggi dengan letak
permukiman yang tidak terstruktur. Jarak antar bangunan sangat rapat, lorong –
lorong yang sangat sempit dan kondisi rumah yang terletak di atas aliran air
sungai semakin membuat kondisi kawasan ini menjadi sangat kumuh. Ditambah
lagi dengan keadaan kolong/bagian bawah rumah masyarakat yang berbentuk
rumah panggung dengan genangan air sungai dan sampah yang berkumpul disana.
Kondisi lingkungan yang tidak sehat dan tidak baik yang masih terjadi saat
ini di kawasan Kelurahan 11 Ulu adalah sebagai berikut:
• Sebagian besar penduduk menggunakan saluran sungai sebagai tempat
pembuangan limbah;
• Kegiatan mandi cuci kakus dilakukan di pinggir sungai atau di sekitar
rumah tempat tinggal, membuang sampah ke sungai, di bawah atau sekitar
rumah (bagi masyarakat yang memiliki rumah panggung)
• Mayoritas masyarakat belum mempunyai jamban yang sehat, tidak
mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar;
• Aroma lingkungan yang tidak sedap.
Hal ini tentu lama kelamaan akan membuat kualitas air di Sungai Musi
semakin menurun dan juga sangat berdampak bagi kesehatan masyarakat. Gaya
hidup masyarakat yang tidak sehat ini dapat dilihat secara langsung di kawasan
ini, salah satunya dengan memperhatikan kondisi sanitasi di Kelurahan 11 Ulu ini,
dengan kondisi eksisting (observasi awal) ditemui MCK Umum sebanyak 11 Titik
3

(mayoritas dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri


Perkotaan/PNPM MPk/P2KP) dan WC Masyarakat sebanyak 427 unit dan
semuanya membuang limbahnya secara langsung maupun secara tidak langsung
ke aliran Sungai Musi.
Kondisi MCK umum yang dibangun oleh program bantuan pemerintah ini
masih berfungsi dan digunakan oleh masyarakat, tetapi kondisinya kurang
terawat. Jumlah bangunannya juga masih sangat sedikit dan tidak sesuai dengan
pemakai. MCK umum ini juga hanya terletak di kawasan daratan, tidak ada yang
berdiri di atas air bantaran Sungai Musi. Hal ini mempersulit warga yang tinggal
di daerah bantaran untuk menuju ke MCK umum karena jaraknya yang jauh
antara 150 – 250 m.
Sedangkan untuk WC masyarakat kondisinya bermacam – macam,
tergantung dengan bangunan rumah tempat MCK tersebut. Untuk rumah yang
permanen WC nya pun permanen, dan bagi yang memiliki rumah panggung WC
nya pun terbuat dari kayu. Ada Pula WC cemplung yang terletak di atas air di
pinggiran Sungai Musi. Namun yang paling dominan terlihat adalah bentuk WC
sederhana tanpa septic tank di belakang rumah penduduk yang hanya ditutup
dengan kain ataupun kayu. Kondisi eksisting sarana sanitasi di Kelurahan 11 Ulu
dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(a) (b) (c)

Gambar 1.1 Kondisi Eksisting Sanitasi Masyarakat Kelurahan 11 Ulu; (a)


Kegiatan mencuci di tepi Sungai Musi; (b) Kondisi MCK di kawasan
Kelurahan 11 Ulu; (c) Kondisi bagian kolong rumah masyarakat
Kelurahan 11 Ulu.
4

Pembuangan limbah secara langsung yang dilakukan oleh masyarakat


menyebabkan tingkat pencemaran yang semakin hari akan semakin tinggi.
Sedangkan tingkat penanganan air limbah/buangan di Kota Palembang, seperti
pada kawasan Kelurahan 11 Ulu ini, masih sangat rendah karena sarana dan
prasarana yang masih sangat terbatas. Apabila kita kaitkan dengan fungsi sungai
yang serba guna dan pola pasang surut air Sungai Musi, maka akan sangat
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan berakibat lanjut pada
turunnya kondisi kesehatan masyarakat. Penyediaan fasilitas sanitasi dan sistem
air bersih yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah


Wilayah Kota Palembang memiliki permukiman yang tidak terstruktur,
dengan sebagian besar penduduk menggunakan sistem pembuangan individual
contohnya septictank, cubluk, dan saluran sungai sebagai tempat pembuangan
limbah. Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
a) Bagaimana menganalisis sistem pengolahan limbah rumah tangga (septic)
dnegan konstruksi khusus yang ramah lingkungan pada MCK (mandi, cuci,
kakus) yang dapat diterapkan di Kelurahan 11 Ulu dengan
mempertimbangkan kondisi eksisting septic dari sanitasi yang ada, dan
dengan kebiasaan atau budaya masyarakat, serta kemampuan ekonomi
masyarakat;
b) Bagaimana pilihan opsi sanitasi yang cocok dan berapa besar biaya yang
dibutuhkan untuk pembangunannya.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan
faktual mengenai kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan
sanitasi di Kelurahan 11 Ulu pada saat ini. Pemetaan kondisi sanitasi (sanitation
zonning) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya
sesuai dengan kondisi eksisting.
5

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengidentifikasi kondisi eksisting sistem sanitasi secara non teknis
(perilaku masyarakat terhadap kegiatan sanitasi dan perilaku hidup
sehat/PHBS) dan secara teknis (kondisi eksisting bangunan MCK dan
pengolahan limbah-nya) pada tepian Sungai Musi di Kelurahan 11 Ulu;
2. Analisis alternatif pilihan pengolahan limbah/septic dari MCK, baik limbah
padat maupun cair;
3. Menghitung estimasi biaya kontruksi yang diperlukan untuk pembangunan
sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan kondisi eksisting wilayah
Kelurahan 11 Ulu (khususnya wilayah di tepian Sungai Musi).

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dari penelitian ini adalah studi kasus di daerah di Kelurahan
11 Ulu - Kecamatan Seberang Ulu II, Kota Palembang, yang meliputi identifikasi
kebutuhan sarana sanitasi yaitu berupa MCK dan manajemen pemeliharaan sarana
pengolahan air limbah, yang disesuaikan dengan jumlah pemakai, ruang terbuka
yang tersedia, kondisi eksisting Kelurahan 11 Ulu dan keinginan penduduk. Untuk
batasan wilayah penelitian hanya untuk daerah yang mengarah ke Sungai Musi di
Kelurahan 11 Ulu. Tahap awal penelitian mengunakan metode survey ke lapangan
melalui penyebaran kuisioner untuk mendapatkan data dasar Kelurahan 11 Ulu.
Dalam penelitian ini juga membahas mengenai bagian pembuangan dan
pengolahan limbah/septic dari sistem sanitasi tetapi tidak menitikberatkan
mengenai bangunan bagian atas dari bangunan sanitasi, dikarenakan bagian
bawah dari sistem sanitasi adalah penyebab pencemarannya.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan penelitian ini adalah:
BAB I – PENDAHULUAN; Bab ini berisikan tentang latar belakang,
perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian dan
sistematika penulisan.
6

BAB II - STUDI LITERATUR; Bab ini membahas uraian teori dan


menginformasikan bahan-bahan yang berasal dari pustaka dan hasil penelitian
secara umum yang dijadikan dasar untuk melaksanakan penelitian yang diusulkan.

BAB III - METODOLOGI PENELITIAN; Bab ini membahas langkah-langkah


yang akan dilakukan dalam penelitian ini serta metode-metode yang digunakan
dalam analisis.

BAB IV - HASIL DAN PEMBAHASAN; Setelah diperoleh landasan teoritis


dari bab-bab sebelumnya maka dalam BAB IV akan dibahas analisa
pelaksanaannya, dengan melakukan penyebaran melalui kuisioner yang diberikan
kepada responden, kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang dipergunakan.

BAB V - KESIMPULAN DAN SARAN; Bab ini merupakan tahap akhir dalam
penelitian, dimana berisi kesimpulan dan saran yang bersifat membangun.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Literatur Ilmiah


2.1.1. Air Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Pengertian dari limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan
yang berwujud cair. Menurut PP 82 tahun 2001, limbah cair adalah limbah yang
berbentuk air, karena umumnya limbah cair yang dihasilkan baik limbah rumah
tangga maupun industri adalah dalam bentuk air yang dibuang ke sungai. Air
limbah dapat juga diartikan sebagai air atau cairan yang merupakan sisa dari
kegiatan manusia dari hasil kegiatan rumah tangga atau lebih sering dengan
limbah domestik dan limbah industri.

2.1.2. Karakteristik Air Limbah


Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011; 67), karakteristik air limbah dapat
dikelompokan berdasarkan sumber, jenis, macam air limbah, berdasarkan
kuantitas, berdasarkan kualitas, dan berdasarkan dekomposisi air limbah.

2.1.2.1 Berdasarkan Sumber, Jenis, dan Macam Air Limbah


Berdasarkan sumber, jenis dan macam air limbah dikelompokan
berdasarkan sumber penghasil atau penyebab air limbah yang secara umum terdiri
dari:

7
8

a. Air limbah domistik


Air limbah domistik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan
penghunian, seperti rumah tinggal, hotel, sekolahan, kampus, perkantoran,
pertokoan, dan fasilitas - fasilitas pelayanan umum lainnya. Air limbah
domistik dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu air buangan kamar
mandi, air buangan WC (air kotor/tinja) dan air buangan dapur/cucian.
b. Air limbah industri
Air limbah industri adalah air limbah yang berasal dari kegiatan industri,
seperti pabrik industri logam, tekstil, kulit, pangan (makanan dan minuman),
industri kimia, dan lain-lainnya.
c. Air limbah limpasan dan rembesan air hujan
Air limbah ini adalah air hujan yang melimpas di atas permukaan tanah dan
meresap ke dalam tanah.

2.1.2.2 Berdasarkan Kuantitas


Dan dari modul yang sama (Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air
Limbah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, hal. 67), untuk menentukan
kuantitas air limbah secara pasti akan sangat sulit karena banyak faktor – faktor
yang mempengaruhinya. Banyaknya air limbah yang dibuang dipengaruhi oleh:
a. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah air
limbah yang dibuang. Pada umumnya besarnya air limbah ditentukan berkisar
60 - 70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan;
b. Keadaan masyarakat dan lingkungan suatu daerah. Pembuangan pada suatu
daerah kota tentu akan memiliki jumlah limbah buangan yang lebih besar dari
pada di daerah perdesaan;
c. Keseragaman pembuangan air limbah tidak sama antara sumber yang satu
dengan yang lain dalam setiap harinya. Khusus untuk air limbah buangan
wc/air kotor/air tinja, besaran yang sering digunakan dalam perencanaan tanki
septic dan bangunan peresapan adalah 10 lt/org/hari dan 40 lt/org/tahun untuk
lumpur yang terkumpul.
9

2.1.2.3 Berdasarkan Kualitas


Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011; 68), kualitas air limbah dapat
diketahui melalui beberapa sifat dan karakteristik yang meliputi:
a. Sifat fisik, yang terdiri atas:
• Bahan padat: terapung, tersuspensi, terlarut, dan mengendap. Untuk
endapan sendiri terdiri dari pasir, lumpur kasar, lumpur halus, lumpur
koloid;
• Warna, yang terdiri atas: coklat muda biasanya berumur sekitar 6 jam,
abu-abu tua (grey water) yang merupakan air limbah yang telah
mengalami pembusukan, dan hitam (black water) merupakan air limbah
yang sudah membusuk oleh bakteri anaerob.
b. Sifat kimia
• Organik yang terdiri atas minyak, lemak, protein, dan karbonat;
• Anorganik yang terdiri atas sulfat, Chlorida, nitrogen, fosfor, belerang,
dan logam berat (Fe, Al, Mn,Mg dan Pb);
• Gas–gas yang terdiri dari hydrogen sulfide, CO2, O2 dan metan.
c. Sifat biologis
Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam air limbah. Jenis
mikroorganisme yang terdapat di dalam air limbah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
• Kelompok binatang besar, diantaranya rotifers (hewan bertulang
belakang), dan crustaceas (kerang – kerangan);
• Tumbuh-tumbuhan, diantaranya lumut dan pakis;
• Protista diantaranya bakteri (mikroorganisme).

2.1.2.4 Berdasarkan Dekomposisi Air Limbah


Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011; 69-70), air limbah yang dibuang ke
dalam tanah maupun badan air akan mengalami proses dekomposisi secara alami
yang dilakukan oleh mikroorganisme, sehingga air limbah dapat menjadi bahan
10

yang stabil dan dapat diterima oleh lingkungan. Namun alam memiliki
keterbatasan dalam melakukan proses tersebut apabila jumlah limbah yang
dibuang melebihi kapasitas daya serapny1a.
Proses dekomposisi air limbah berdasarkan jenis bakterinya dapat
digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Secara anaerobic
Bahan organic terlarut akan dirombak/dibusukan oleh bakteri anaerob (yang
dapat hidup tanpa bantuan O2) menjadi senyawa organic sederhana seperti
CO2, Metan, Hidrogen Sulfida (H2S), Amonia (NH3) dan unsur – unsur ini
akan menimbulkan bau busuk yang cukup menyengat. Dalam proses ini air
limbah menjadi keruh, kotor, berbau busuk, serta terjadi pengendapan
lumpur cukup besar, serta proses perombakannya akan berjalan cukup lama.
b. Secara Aerobik
Bahan organic terlarut akan dirombak/diuraikan oleh bakteri aerob
(hidupnya memerlukan O2) dan akan menjadi energy, gas, bakteri baru dan
bahan buangan akhir yang stabil seperti: CO2, Nitrat, Sulfat, dan senyawa
organic lain yang stabil. Proses perombakan dilakukan oloh bakteri dengan
memanfaatkan O2 (yang terlarut dalam air limbah) untuk mengoksidasi
bahan organic terlarut sampai semuanya terurai secara lengkap. Agar proses
pembusukan biologis dapat berjalan dengan baik maka diperlukan O2 dalam
jumlah yang cukup besar dalam larutan air limbah.

2.1.3 Air Limbah Rumah Tangga


Air limbah rumah tangga seringkali dianggap lebih ringan dari pada limbah
industri. Anggapan seperti ini tentunya tidaklah sepenuhnya benar, karena kedua–
duanya memberikan kontribusi besar terhadap pencemaran lingkungan. Air
limbah rumah tangga lebih mencolok pada kuantitasnya yang besar walaupun
kualitasnya lebih ringan (low strange waste), sedangkan air limbah industri lebih
mencolok pada kualitasnya (high strength waste) dibandingkan kuantitasnya.
Dalam pengelolaan lingkungan, yang dalam hal ini terjadi pencemaran dapat
dihindari atau dikurangi dengan menggunakan konsep 4 R, yaitu Reducy
11

(pengurangan), Recycling (daur ulang), Reuse (pemanfaatan kembali), dan


Recovery (pemulihan). Konsep reduksi pada dasarnya merupakan langkah
pengolahan air limbah yang paling sederhana dan murah. Contoh penggunaan
aplikasi dari konsep tersebut adalah dengan penggunaan sistem tanki septic,
dimana air limbah rumah tangga dapat direduksi kuantitasnya, terutama jumlah
padatan (solid) yang berupa tinja karena akan tertinggal di dalam tanki tersebut.
Dalam Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011), berdasarkan sifat fisiknya air limbah
rumah tangga dibagi menjadi 2 jenis warna, yaitu abu - abu dan hitam. Air limbah
yang berwarna abu - abu adalah limbah yang berasal dari kegiatan–kegiatan
rumah tangga yaitu mencuci, mandi, masak, sisa makanan, dan lain–lain.
Sedangkan air limbah yang berwarna hitam adalah air limbah yang berasal dari
kegiatan buang air kecil dan buang air besar. Dari segi aspek kualitas air limbah
mengandung berbagai macam zat yang sifatnya komplek dan memiliki potensi
merusak kualitas lingkungan atau gangguan kesehatan. Kualitas air limbah ini
biasanya dinyatakan dengan parameter COD, BOD, SS, TS, pH, dan coli.
Umumnya tipikal kualitas air limbah adalah sebagai berikut: COD = 700 ml/g,
BOD = 400 mg/L, SS = 300 mg/L, pH = 6,5 dan coli 2.500.000/100 ml.

2.1.4. Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga


Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011), sistem pengolahan air limbah dapat
dilakukan melalui proses pengolahan individual, pengolahan individu pada
lingkungan terbatas, dan pengolahan komunal.

2.1.4.1. Pengolahan Individual


Pengolahan air limbah individual adalah pengolahan yang dilakukan secara
sendiri – sendiri terhadap limbah domistik yang dihasilkan oleh masing – masing
rumah. Sistem pengolahan air limbah secara individual dapat diuraikan dalam
gambar 2.1. di bawah ini.
12

Dapur/cucian Lemak
Bak
Kamar mandi Busa & Lemak Kontrol Peresapan
Tanah
Septic Tank/
Air Kotor/WC Bahan Organik Trpikon

Gambar 2.1. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual (Badan


Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)

2.1.4.2. Pengolahan Individu Pada Lingkungan Terbatas


Pengolahan air limbah domestic secara individu pada lingkungan terbatas
dilakukan secara terpadu dalam wilayah yang kecil atau terbatas seperti hotel,
rumah sakit, Bandar udara, pelabuhan dan fasilitas umum. Sistem
penanganan/pengolahan air limbah domistik secara indivual dapat diuraikan pada
gambar 2.2. di bawah ini.



Air limbah dapur dari bangunan
Air Limbah Kamar Mandi dari Peresapan
Bak kontrol

bangunan Tanah
Air kotor/tinja dari bangunan

Gambar 2.2. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual Pada


Lingkungan Terbatas (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, 2011)

2.1.4.3. Pengolahan Komunal


Pengolahan air limbah komunal adalah pengolahan air limbah yang
dilakukan pada suatu kawasan permukiman, industri, perdagangan di kota – kota
besar, yang pada umumnya dilayani/dibuang melalui jaringan roil kota untuk
kemudian dialirkan manuju ke suatu instalasi Pengolahan Air Limbah dengan
kapasitas besar. Sistem pengolahannya diuraikan pada gambar 2.3. di bawah ini.
13

- Daerah Pemukiman
- Daerah Industri Jaringan Badan Air/
Bak
- Daerah Perdagangan Riol IPAL Peresapan
Kontrol Tanah
- Daerah Pendidikan Kota

Gambar 2.3. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual Komunal (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)

Sistem pengelolaan air limbah rumah tangga juga dapat dibedakan atas
dasar jenis limbahnya dalam bentuk sistem basah (wet system) dan kering (dry
system). Pada wet system pengolahan air limbah abu - abu dan air limbah hitam
dilakukan secara tercampur, sedangkan pada dry system dilakukan secara terpisah.
Berdasarkan lokasi penempatan sistem pengelolaan air limbah rumah tangga
secara garis besar terbagi sebagai berikut:
1. Sistem sanitasi setempat (On Site System). Pengolahan air limbah yang
ditujukan pada umumnya untuk black water dan dilakukan di sekitar
sumbernya secara individual, misalnya dengan menggunakan tanki septic dan
tripikon.
2. Sistem sanitasi terpusat (off site system). Penolahan air limbah yang ditujukan
pada black water maupun grey water dan dilakukan di luar jauh dari
sumbernya dengan cara menyalurkan air limbah tersebut melalui jaringan
(Riol) pipa air limbah secara menyeluruh untuk suatu permukiman.

Perencanaan bangunan pelengkap pada sistem jaringan adalah semua


bangunan yang diperlukan untuk menunjang kelancaran penyaluran air limbah
untuk menunjang kemudahan pemeliharaan sistem jaringan air limbah. Bangunan
pelengkap pada sistem jaringan air limbah meliputi manhole, drop manhole,
ventilasi udara, terminal clean out, bangunan penggelontor, dan syphone rumah
pompa. Perencanaan bangunan pelengkap pada system jaringan air limbah, yang
meliputi: letak, dimensi dan kebutuhan lahan yang mengacu pada standar teknis
dan tata cara perhitungan perencanaan teknis yang berlaku.
14

2.1.5. Tahapan Pengelolaan Air Limbah


Dalam buku Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Bab 3 (Badan
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi, 2011), pengelolaan air limbah bertujuan
untuk menguraikan kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa
organik, padatan tersuspensi, mikroba pathogen dan senyawa organik yang tidak
dapat diuraikan oleh mikrooganisme yang terdapat di alam. Biasanya limbah grey
water tidak bisa langsung dibuang ke tanki septic karena kandungan detergen
dapat membunuh bakteri pengurai di dalam tanki septic. Pengolahan air limbah
tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap, yaitu:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahapan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses
pengolahan yang berlangsung pada tahap ini adalah screen and grit
removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya pengolahan tahap ini memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya adalah pada prosesnya, yaitu
neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation,
dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tujuannya adalah untuk menghilangkan zat–zat terlarut dari air limbah yang
tidak dapat dihilangkan dari proses fisik biasa. Peralatan dan pengolahan
yang umum digunakan pada tahap ini adalah activated sludge, anaerobic
lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating
biological, serta anaerobic contractor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses yang terjadi di tahap ketiga ini adalah coagulation and
sedimentation, filtration, carbon absorption, ion exchange, membrane
separation serta thickening gravity and flatation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk dari hasil ke-empat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion,
15

pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying


bed, incineration atau landfill.

2.1.6. Kriteria Sistem Pengeloaan Air Limbah Permukiman


2.1.6.1. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Teknologi Sanitasi
Menurut Laporan Akhir Penyusunan DED Air Limbah, CV Kaditarin
Perdana, dan Nurmeyliandari (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan teknologi untuk sanitasi, yaitu:
a. Kepadatan Penduduk yang berhubungan dengan ketersediaan atau tidaknya
lahan yang cukup untuk membangun sistem pengolahan limbah;
b. Sumber Air; Untuk kondisi dimana ketersediaan air kurang, teknologi
pembuangan limbah setempat lebih cocok diterapkan dibandingkan mengan
menggunakan sistem pembuangan limbah terpusat;
c. Keadaan topografi Tanah;
d. Kemampuan membangun yang berhubungan dengan perencanaan dan
pemilihan teknologi;
e. Kondisi sosial ekonomi masyarakat; Penekanannya lebih kepada status
ekonomi masyarakat setempat, yang berkaitan kepada penyelenggaraan
operasional dan pemeliharaan sarana tersebut.

2.1.6.2. Kriteria Perencanaan Pemilihan Teknologi Sanitasi


Spesifikasi teknologi yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dampak terhadap lingkungan agar mencegah terkontaminasinya air ataupun
tanah sekitar.
b. Pelaksanaan pembangunan yang cepat, mudah pengerjaannya dan
perbaikannya mampu mengadaptasi bahan dan tenaga setempat.
c. Mudah dan-nyaman dalam pemanfaatan dan pemeliharaan.
d. Pembiayaannya dapat dijangkau oleh masyarakat baik pembuatan maupun
pemeliharaannya.
e. Bentuk sarana sesuai dengan standar.
16

Penentuan kriteria sistem air limbah untuk permukiman ditentukan oleh


beberapa faktor seperti tipe permukiman, keadaan sosial ekonomi masyarakat,
suplai air bersih, dan jumlah penduduk. Alternatif pilihan pengelolaan tersebut
secara detail dapat dilihat pada Tabel 2.1. di bawah ini.

Tabel 2.1. Metode Penerapan Sistem Air Limbah Berdasarkan Kriteria Kepadatan
Penduduk dan Suplai Air Bersih (Ditjen Cipta Karya, 1991)

No Kriteria Keterangan
1 Kepadatan penduduk Diarahkan untuk menggunakan metode on site
rendah (<150 jiwa/ha), sanitation (individual) dengan alasan kemungkinan
tingkat suply air rendah terjadinya pencemaran kecil. Masyarakat pada
(< 30 %) golongan ini cendrung bukan berpenghasilan tinggi.
2 Kepadatan sedang (150 - Diarahkan untuk menggunakan metode on site
300 Jiwa/ha) tingkat sanitation bersama dengan alasan menekan biaya
suply air rendah (<30 pengelolaan fasilitas sanitasi. Masyarakat ini
%) cenderung berpenghasilan rendah/sedang dan
mampu untuk membuat fasilitas sanitasi bersama
minimal 2 keluarga.
3 Kepadatan tinggi (300 - Diarahkan untuk menggunakan metode on
500 jiwa/ha), tingkat site/sanitasi komunal dengan pertimbangan untuk
suply air rendah (<60%) menekan biaya pengadaan fasilitas sanitasi.
Masyarakat cendrung berpendapatan rendah-sedang
dan diharapkan mampu membuat fasilitas sanitasi
bersama
4 Kepadatan sangat tinggi Disarankan untuk menggunakan metode on
(>500 jiwa) suply air site/sanitasi pribadi. Hal ini dilakukan dengan
rendah (<60 %) pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini
cendrung mempunyai penghasilan rendah dan
memiliki sarana terbatas
5 Kepadatan rendah (<150 Diarahkan untuk menggunakan metode on
jiwa/ha), suply air site/sanitasi pribadi. Dengan pertimbangan bahwa
sedang (30 - 60 %) masyarakat di daerah ini memiliki penghasilan
sedang dan lahan masih tersedia untuk tempat
pengolahan air buangan dan pencemaran
lingkungan belum ada.
6 Kepadatan sedang (150 - Diarahkan untuk menggunakan metode on
300 jiwa/ha) tingkat site/sanitasi pribadi dan bersama. Hal ini dilakukan
suply air sedang (30 - 60 dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah
%) ini berpenghasilan sedang dengan lahan yang
cukup tesedia. Namun dibeberapa tempat juga
dianjurkan untuk menggunakan sanitasi bersama
untuk pencegahan pencemaran air tanah
Bersambung ....
17

Lanjutan Tabel 2.1


No Kriteria Keterangan
7 Kepadatan tinggi (300- Diarahkan untuk menggunakan sistem off site
500 jiwa/ha) suply air dengan syarat bahwa sistem pengaliran air buangan
sedang (30 - 60%) masih memungkinkan akan ada suply penambahan
air bersih. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa masyarakat di daerah ini berpenghasilan
menengah dan dinilai mampu untuk membayar
retribusi air buangan. Metode ini bertujuan untuk
menghindari pencemaran lingkungan
8 Kepadatan sangat tinggi Diarahkan untuk menggunakan sistem on site
(>500 jiwa/ha), suply air dengan syarat bahwa sistem pengaliran air buangan
sedang (30 - 60 %) masih memungkinkan atau akan ada suplai
penambahan air bersih. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini
berpenghasilan rendah dengan sebagian dari
mereka tidak mampu membayar retribusi air
buangan
9 Kepadatan rendah (150 Diarahkan agar menggunakan metode on site
jiwa/ha), suplai air tinggi sanitataion pribadi dengan pertimbangan penduduk
(60 %) di daerah ini berpenghasilan tinggi dan lahan cukup
tersedia.
10 Kepadatan sedang (150 - Diarahkan untuk menggunakan off site sanitasi,
300 jiwa/ha) suplai air dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah
tinggi ini berpenghasilan sedang-tinggi, permukiman
teratur dan dibeberapa tempat metode sanitasi on
site masih dilakukan terutama bila tidak memanuhi
kriteria air buangan. Penduduk di daerah ini
termasuk yang mampu membayar retribusi air
buangan
11 Kepadatan tinggi (300 Diarahkan untuk menggunakan metode off site
- 500 jiwa/ha), tingkat sanitasi yaitu sistem sewerage konvensional
suply air tinggi (>60 dengan pertimbangan bahwa masyarakat di
%) daerah ini umumnya berpenghasilan sedang,
permukiman teratur dan lahan tersedia cukup.
Penduduk di daerah ini termasuk golongan
yang mampu membayar retribusi air buangan
12 Kepadatan tinggi Diarahkan ntuk menggunakan metode off site
sekali (> 500 jiwa/ha) sanitasi dengan pertimbangan bahwa
suplai air tinggi (>60 masyarakat tergolong berpenghasilan sedang,
%) sedangkan lahan yang tersedia untuk penerapan
sanatai on site tidak memadai
18

Berdasarkan uraian Tabel 2.1. di atas, kondisi Kelurahan 11 Ulu termasuk di


nomor 6, katagori kepadatan penduduk sedang yaitu 7.495 jiwa dengan luas
wilayah 30 Ha (150 -300 jiwa/ha), suplai air sedang (30% - 60%) karena PAM
sudah masuk ke kawasan ini, sehingga diarahkan kepada penggunaan metode on
site/sanitasi pribadi dan bersama.
Kendala utama dari kondisi di Kelurahan 11 Ulu adalah belum tersedianya
tanki septic sebagai sarana pengolahan limbah. Sebagian besar menggunakan
sungai sebagai sarana MCK, dan banyak juga masyarakat yang membuat MCK
seadanya tanpa tanki septic. Sistem penggelontoran tinja dan urin hanya
mengandalkan aliran sungai dan pasang surutnya, sehingga pada saat sungai surut
lingkungan menjadi bau dan kotor.

2.2. Pilihan Teknologi Sanitasi


Menurut katalog Informasi Sarana Sanitasi, Pamsimas (2009), sarana
sanitasi terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu di bagian atas, bagian tengah dan
bagian bawah. Untuk bagian atas maksudnya jenis material yang digunakan untuk
bangunan MCK tersebut, mulai dari atap dan dinding bangunan. Bagian tengah
adalah bagian lubang pembuangannya, dan bagian bawah adalah bagian
pengolahan limbahnya misalnya septictank, tanki septic modern, dan septic untuk
di wilayah khusus.
Berdasarkan Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat (Water And Sanitation
Program, 2011), Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:
1) Mencegah kontaminasi ke bidang air;
2) Mencegah kontak antara manusia dan tinja;
3) Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta binatang
lainnya;
4) Mencegah bau yang tidak sedap;
5) Konstruksi dudukannya dibuat denagn baik, aman dan mudah dibersihkan.

Masyarakat dapat membangun berbagai macam jamban yang dibangun


sendiri secara permanen dan semi permanen dengan bahan bangunan apapun
19

yang mudah mereka peroleh. Sepanjang jamban semi permanen ini dapat
memenuhi 5 (lima) persyaratan jamban yang sehat, maka hal ini bisa
dikatagorikan sebagai jamban yang sehat. Meskipun demikian, jamban-jamban
semi permanen ini lama kelaman bisa menjadi tidak sehat dan berbahaya karena
hujan, banjir, rusak atau roboh sehingga perlu menjadi lebih
permanen.dipelihara atau bahkan ditingkatkan.
Pada Tabel 2.2 (di halaman berikut) adalah katalog pilihan jamban sehat
yang mengklasifikasikan struktur semi permanen sebagai ‘jamban yang sehat’ dan
struktur yang lebih permanen sebagai ‘jamban sehat’. Dengan katalog ini
diharapkan memberikan informasi sarana jamban sehat, sehingga membatasi
terjadinya kontaminasi, membantu masyarakat dalam mengenali sarana jamban
sehat yang sesuai dengaan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, serta sebagai
alat bantu komunikasi dalam pemilihan teknologi sarana jamban.
Untuk “kondisi khusus”, Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat (Water And
Sanitation Program, 2011, p17-19) menuliskan:
1. Jamban dengan permukaan ditinggikan; Jenis jamban ini dapat diterapkan
untuk daerah dengan kondisi muka air tanah tinggi, daerah banjir dan
pasang surut (Lihat Gambar 2.4.);

Gambar 2.4. Jamban Dengan Permukaan Ditinggikan (Buku Informasi


Pilihan Jamban Sehat (Water And Sanitation Program, 2011)
Tabel 2.2. Katalog Pilihan Jamban Sehat (Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat, Water And Sanitation Program, 2011)
Umur Tips
No. Prototype Jamban Spesifikasi Kelebihan Kekurangan
Pemakaian Pembuatan
1 Rumah Jamban Tampa Rangka dari Biaya sangat murah; dapat Perlu sering Singkat Sederhana
Atap kayu; dinding dengan mudah dibangun diperbaiki dan
dari oleh masyarakat; tidak dipelihara; dapat
plastik/karung mempunyai keterampilan rusak oleh angin
beras/gedek tinggi; langkah awal dapat kencang dan
banbu; dan tanpa ditingkatkan menjadi kurang-nyaman
atap. rumah jamban yang lebih selama musim
baik di kemudian hari. hujan.

2 Rumah Jamban Dinding Rangka kayu; Dapat digunakan untuk Perlu sering Sedang Akan lebih
Gedek dengan Atap dinding gedek waktu yang lama; murah;- diperbaiki, kuat bila
dan atap dari nyaman; mudah dibangun dipelihara; dan semua bahan
daun. oleh keluarga; cepat dapat rusak oleh disemprot
dibangun. rayap. anti rayap
atau diolesi
dengan oli
bekas.

Bersambung ....

20
21

Lanjutan Tabel 2.2.


Umur Tips
No. Prototype Jamban Spesifikasi Kelebihan Kekurangan
Pemakaian Pembuatan
3 Rumah Jamban Dinding Rangka kayu; Dapat digunakan untuk Lebih mahal; Menengah Kayu/papan
Kayu dengan Atap Seng. dinding dengan waktu yang lama. sesekali perlu sampai panjang akan kuat bila
atap seng. Mudah dikerjakan oleh diperbaiki dan usia (lama). disemprot anti
tukang kayu; dipelihara; kayu rayap/diolesi
memberikan privasi dapat berkurang dengan oli
yang baik kepada kekuatannya oleh bekas.
penggunanya. rayap dan cairan.

4 Rumah Jamban Dinding Rangka kayu; Tahan lama;-nyaman; Sesekali perlu Lama Keterampilan
Batu Bata dan Gedek dinding ½ tembok privasi; dan dipelihara; mahal pekerja sangat
dengan Atap. dan ½ gedek dan perlindungan yang dan bahan seng akan mempengaruhi
atap seng/asbes. baik; cepat; dan mudah berkarat jika sering kualitas
bangun dengan sedikit terkena air. konstruksi.
keterampilan.

Bersambung ....
22

Lanjutan Tabel 2.2.


Umur Tips
No. Prototype Jamban Spesifikasi Kelebihan Kekurangan
Pemakaian Pembuatan
5 Rumah Jamban Dinding Rangka kayu; Desain sangat kuat dan Memerlukan biaya Lama Keterampilan
Batu Bata dengan Atap. dinding batu bata; tahan lama; yang lebih banyak; pekerja sangat
lantai ubin; dan memberikan privasi memerlukan tukang mempengaruhi
atap seng/genteng. yang sangat baik; bangunan yang kualitas
memerlukan sangat terlatih. konstruksi.
sedikit perbaikan jika
dibangun dengan baik.
2. Jamban untuk daerah banjir/pasang surut/rumah panggung; Daerah-daerah
yang banjir selama musim hujan memerlukan pendekatan khusus. Sumur
penampung tinja masih dapat dibangun, tetapi di atas tanah. Sumur
hendaknya dihubungkan dengan slab dan kloset melalui sejumlah ring
beton dan pipa. Banyaknya ring beton dan panjangnya pipa akan
disesuaikan dengan ketinggian air selama banjir. Karena sumur akan
penuh selama banjir, maka bagian satu-satunya yang dapat digunakan dari
tangki adalah bagian yang melewati permukaan air banjir.Rumah jamban
perlu ditinggikan melebihi permukaan air yang tinggi. Jamban di derah
banjir lebih mahal daripada jenis jamban yang lain, dan bahan bangunan
dapat berkurang kekuatannya akibat terendam air, oleh karena itu
diperlukan bahan yang tahan air. (Lihat Gambar 2.5.)

Gambar 2.5. Jamban Untuk Daerah Banjir/Pasang Surut/Rumah Panggung


(Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat - Water And Sanitation
Program, 2011)

3. Sistem sanitasi komunal untuk daerah padat penduduk; Pada wilayah yang
padat penduduk, sehingga lahan yang dapat digunakan untuk membangun
sarana sanitasi sangat terbatas, maka dapat dilakukan dengan membangun
jamban type komunal, yaitu beberapa bangunan jamban keluarga (5 – 6

23
24

jamban keluarga) dapat menggunakan satu sumur penampung tinja (septic


tank) yang dapat dibangun diantara bangunaan jamban, sehingga setiap
jamban dapat melakukan akses yang sama terhadap sumur penaampung
tinja. Tipe bangunan jamban ini sangat cocok untuk daerah semacam ini
karena hanya membutuhkan sedikit lahan, namun dapat memberikan akses
jamban kepada beberapa keluarga. Pemeliharaan bangunan jamban dapat
dilakukaan secara individu setiap keeluarga, namun untuk sumur
penampung tinja dilakukaan secara bersama (Lihat Gambar 2.6.).

Gambar 2.6. Sistem Sanitasi Komunal Untuk Daerah Padat Penduduk


(Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat -Water And Sanitation
Program, 2011)

Berdasarkan penggunanya jamban dibagi atas 3 (tiga), yaitu jamban


individual, jamban komunal, dan jamban institusi.

2.2.1. Pilihan Bangunan MCK Berdasarkan Penggunanya


Menurut catalog Informasi Sarana Sanitasi, Pamsimas (2009), sarana
sanitasi berdasarkan penggunanya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Jamban Individual merupakan jamban keluarga yang hanya dimiliki oleh
satu keluarga (rumah), serta memiliki bangunan penampungan tinja
25

setempat yang saniter seperti bangunan cubluk, tangki septik atau yang
sejenisnya. Pada prinsipnya setiap pembangunan suatu rumah harus
dilengkapi dengan sarana sanitasi yang memadai, seperti kamar mandi, WC
atau kakus, tempat cuci, tempat pembuangan limbah dan tempat
pembuangan sampah. Salah satu yang merupakan bagian yang penting
sanitasi adalah WC (kakus). Pembuatan WC merupakan usaha manusia
untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup
yang sehat. Dalam pembuatan WC sedapat mungkin harus diusahakan agar
WC tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu kontruksi yang
kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam pembuatan WC.
Persyaratan yang harus diperhatikan dalam pembuatan WC adalah sebagai
berikut:
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum
dan permukaan tanah yang ada di sekitar jamban;
2. Menghindarkan berkembang biaknya/tersebarnya cacing tambang
pada permukaan tanah;
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak sedap dipandang;
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat..
b) Jamban komunal lebih merupakan jamban kolektif, biasanya berupa
bangunan MCK Umum yang digunakan untuk bersama dan dengan lokasi
yang terjangkau oleh penguna. Dilengkapi dengan penampungan tinjanya
yang digunakan juga secara bersama. Umumnya jamban komunal ini dapat
ditempatkan pada lokasi yang sudah ada atau daerah yang mempunyai lahan
terbuka.
Tata cara perencanaan bangunan MCK menurut SNI 03-2399-2002 (revisi
SNI 03-2399-1991) adalah sebagai berikut:
• Tersedianya lokasi tempat MCK umum
• Luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 Ha
26

• Kapasitas pelayanan harus dapat melayani jam sibuk dan banyaknya


ruang tergantung pada jumlah pemakai.
• Tersedianya air, dengan standar jumlah air untuk mandi 20
ltr/org/hari, cuci 15 ltr/org/hari, kakus 10 ltr/org/hari.
• Bahan bangunan menggunakan bahan setempat dengan spesifikasi
sesuai standar bahan bangunan dengan konstruksi yang sederhana.
• Air limbah dari MCK umum harus diolah sebelum dibuang sehingga
tidak mencemari air, udara, dan tanah di lingkungan permukiman
• Adanya kemampuan pengelolaan MCK umum.

Ketentuan MCK umum menurut Permen Nomor 32 tahun 2006, dapat


dilihat di Tabel 2.3. berikut:

Tabel 2.3. Ketentuan MCK Umum (PERMEN 32 Tahun 2006)

Jumlah dan Luas ruangan Luas


Jumlah
Lahan
pemakai Kamar mandi Tempat Cuci WC/Kakus Minimal
(Jiwa)
Unit Luas Unit Luas Unit Luas (M2)
10 1 1,2 x 1,75 1 1,6 x 2,4 1 1,2 x 1,75 11
15 1 1,2 x 1,75 1 1,6 x 2,4 2 1,2 x 1,75 14
20 2 1,2 x 1,75 1 1,6 x 2,4 2 1,2 x 1,75 14
25 2 1,2 x 1,75 2 1,6 x 2,4 2 1,2 x 1,75 16

Untuk kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat


menampung pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk dan banyaknya
ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah pemakai tertentu
tercantum dalam tabel di atas. Untuk Bahan Bangunan MCK Umum, bahan
yang dapat dipergunakan adalah: bahan bangunan setempat; kemudahan
penyedian bahan bangunan, mudah dilaksanakan, dapat diterima oleh
masyarakat pemakai.
Persyaratan kamar mandi meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x
1,2 m) dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat
27

pembuangan kurang lebih 1%, ukuran pintu: lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi
minimal 1,6 m.; bak mandi/bak penampung air untuk mandi dilengkapi
gayung. Sarana tempat cuci, luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m)
dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan
kurang lebih 1%. Tempat menggilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau
berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri 0,75 m di atas
lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m.
c) Jamban institusi merupakan jamban yang diperuntukan atas keperluan
lembaga/institusi, sekolah, kantor, masjid, terminal, pasar dan lain-lain.

2.2.2 Pilihan Teknologi Bangunan Sanitasi Bagian Bawah


Berdasarkan Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah
Spesifik (Water And Sanitation Program, 2010), banyak opsi teknologi
pengolahan air limbah yang dapat diterapkan. Kesulitan timbul pada saat
pemilihan teknologi yang paling tepat dan efisien terkait kondisi lingkungan yang
ada, khususnya untuk daerah spesifik. Langkah penyesuaian perlu dilakukan agar
teknologi yang ada dapat diterapkan. Secara umum, beberapa teknologi dasar
yang biasa diterapkan di Indonesia adalah teknologi tangki septik dengan sistem
resapan, anaerobic baffled reactor (ABR), anaerobic upflow filter (AUF),
biofiltrasi, dan rotating biological contactor (RBC). Disamping itu, terdapat
beberapa teknologi tepat guna seperti Tripikon-S dan T-Pikon-H.
Dalam penerapannya, opsi teknologi sistem pengolahan air limbah sangat
pada kebutuhan atau kapasitas pengolahan, kondisi lingkungan, ketersediaan
ruang, serta kemampuan pengguna atau pengelola dalam mengoperasikan dan
memeliharanya.

2.2.2.1. Tangki Septik Konvensional


Berdasarkan Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah
Spesifik (Water And Sanitation Program, 2010), fungsi tangki septik
konvensional adalah untuk mengolah air limbah domestik dengan memanfaatkan
proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan, dimana padatan tersebut
28

akan secara anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem


pembuangan. Tangki septic konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan
merupakan metode yang paling umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga
dari perumahan yang tidak tersambung dengan sistem perpipaan air buangan.
Tangki septik konvensional merupakan sistem pengolahan air limbah rumah
tangga yang paling banyak digunakan untuk sistem individual di Indonesia.
Tanki septic berfungsi sebagai alat pereduksi pencemaran, yang dalam hal
ini air limbah rumah tangga yang dicirikan dengan adanya padatan (solid) berupa
faeces dan secara keseluruhan memiliki kadar cemaran tinggi (COD, BOD)
diubah menjadi effluent yang memiliki kadar padatan jauh lebih rendah serta
kadar cemaran relative lebih rendah (30 - 40%).
Berdasarkan kondisi dan perkembangan teknologi, karena semakin
sempitnya lahan yang tersedia untuk perumahan yang menyebabkan pembuatan
septic tank menjadi kendala tersendiri maka sekarang telah tersedia produk septic
tank fabrikasi. Septic tank ini memiliki sistem kerja dengan menghasilkan air
limbah yang ramah lingkungan (tidak mencemari air tanah dan sungai) dan
memerlukan lahan yang relative kecil, yaitu septic tank biologis atau septic tank
modern. Air pembuangan dari septic tank ini sudah bersih dari bakteri dapat
dialirkan ke saluran drainase.

Gambar 2.7. Tanki Septic Konvensional (Water And Sanitation Program, 2010)
29

Septic tank ada 2 macam yaitu septic tank konvensional dan septic tank
modern. Septic tank konvensional adalah septic tank umum yang digunakan di
Indonesia. Pada septic tank konvensional ada 2 bagian yang penting yaitu bak
penampungan dan bak resapan. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak
horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran
(bidang resapan/tangki septic tank) harus lebih dari 11 meter, sedangkan jarak
sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter (Mustafa
Kemal. Anda tinggal di Perumahan? Waspadalah!, Kompasiana, 2012).

Berdasarkan NMC CSRRP dalam Pedoman Perencanaan MCK, kapasitas


Tangki Septik adalah untuk MCK komunal rumus-rumus yang digunakan:
Th = 1,5 – 0,3 log (P x Q) > 0,2 hari …………………………….................... (2.1)
Dimana:
Th: Waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,2 hari
P : Jumlah orang
Q : Banyaknya aliran, liter/orang/hari
Volume penampungan lumpur dan busa
A = P x N x S ……………………....……………………….......................…. (2.2)
Dimana:
A : Volume penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter)
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
N : Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (min 2 tahun)
S : Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun). 25 liter untuk WC
yang hanya menampung kotoran manusia. 40 liter untuk WC yang juga
menampung air limbah dari kamar mandi.

Sedangkan untuk kebutuhan kapasitas penampungan untuk penahanan cairan


digunakan rumus sebagai berikut:
B = P x Q x Th ……………..…………………………………................…… (2.3)
Dimana:
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
30

Q : Banyaknya aliran air limbah (liter/orang/hari)


Th : Keperluan waktu penahanan minimum dalam sehari.

Untuk tangki septik hanya menampung limbah WC (terpisah) digunakan rumus:


Th = 2,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,5 ……………………………….................……. (2.4)

Untuk tangki septik yang menampung limbah WC + dapur + kamar mandi


(tercampur):
Th = 1,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,2 …………………………….................………. (2.5)

Contoh Perhitungan untuk 1 unit tangki septik komunal


Dari uraian diatas maka dapat diperhitungkan kebutuhan tangki septik komunal
untuk lokasi yang direncanakan sebagai berikut:
• Jumlah penduduk terlayani: 50 orang;
• Waktu pengurasan direncanakan setiap (N) = 2 tahun (IKK Sanitation
Improvenment Programme, 1987);
• Rata-rata Lumpur terkumpul l/orang/tahun (S) = 40 lt, untuk air limbah dari
KM/WC (IKK Sanitation Improvenment Programme, 1987);
• Air limbah yang dihasilkan tiap orang/hari = 10 l/orang/hari (tangki septik
hanya untuk menampung limbah kakus).
Kebutuhan kapasitas penampungan untuk lumpur persamaan 2.2
A = PxNxS
= 50 org x 2 th x 40 l/org/th
= 4000 lt
= 4 m3
Kebutuhan kapasitas penampungan air dengan menggunakan persamaan 2.3
didapat:
B = P x Q x Th ……………………..........… (Persamaan 2.3)
Th = 2,5 – 0,3 log (P x Q) > 0,5 .…........…… (Persamaan 2.4)
B = 50 x 10 x (2,5 – 0,3 log (50 x 10)
= 845,2 lt
= 0,84 m3
31

• Volume tangki septik komunal = A + B = 4 + 0,84 = 4,84 m3


• Dimensi tangki septik komunal
Tinggi tangki septik (h) = 1,5 m + 0,3m (free board/tinggi jagaan)
Perbandingan Lebar tangki septik (L):
Panjang tangki (P) = 1: 2
Lebar tangki (L) = 1,3 m
Panjang tangki (P) = 2,6 m

Dengan cara yang sama dihasilkan Tabel 2.4. Jumlah Pemakai MCK Dan
Kapasitas Tangki Septik Yang Diperlukan berikut dibawah ini dengan pembulatan
untuk penyederhanaan.

Tabel 2.4. Jumlah Pemakai MCK Dan Kapasitas Tangki Septik Yang Diperlukan

Jml Kapasitas Ukuran Tangki Septik


Pengguna Tanki Septik
Lebar (m) Panjang (m)
(Jiwa) (m3)
10 1,0 0,60 1,20
15 1,5 0,70 1,40
20 2,0 0,80 1,60
25 2,4 0,90 1,80

Rumus – rumus di atas dapat digunakan untuk perhitungan dengan


menggunakan tanki septic lainnya.
Berdasarkan kriteria ideal dari sistem sanitasi setempat dapat dikatagorikan
sebagai berikut:
a. Bentuk dan Ukuran standar tanki septic adalah berbentuk persegi empat
dengan ukuran perbandingan antara panjang dan lebar adalah 2:1 sampai
3:1, misalnya tanki septic dengan lebar 1 m maka panjangnya antara 2 - 3 m,
sedangkan ketinggian tanki septic minimal 1,5 m termasuk ambang batas
0,3 m. Tanki septic ukuran kecil hanya melayani 1 keluarga dapat berbentuk
bulat dengan minimal diameter 1,2 m dan tinggi minimal 1,5 m termasuk
ambang batas.
32

b. Kemiringan pipa dari kamar mandi ke tanki septic berdasarkan SNI minimal
2%. Semakin panjang pipa pembuangan, semakin besar sudut kemiringan
yang dibentuk. Hal ini dilakukan agar kotoran padat tidak mengendap pada
pipa. Ukuran pipa juga berpengaruh pada kelancaran air limbah, semakin
besar ukuran maka akan semakin baik. Standar yang digunakan adalah pipa
diameter 4 inci untuk pipa PVC dan 150 mm. untuk pipa keramik.

2.2.2.2. Anaerobic Baffled Reactor


Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan
tangki septik konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang
diikuti oleh beberapa reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan
aliran air ke atas (upflow) melalui beberapa seri reactor selimut lumpur (sludge
blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara
biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja
pengolahan. Seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.8. Anaerobic Baffled Reactor (Water And Sanitation Program, 2010)

Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasilkan gas. Teknologi sanitasi


ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air
limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga
zone operasional: asidifikasi (proses pembentukan atau menjadi asam), fermentasi
33

(proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik/tanpa oksigen), dan
buffer. Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan
menurun karena terbentuknya asam lemak.
Oswar Mungkasa dalam Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi (2012), Baffle
Reaktor/Septiktank Bersusun, terdiri beberapa bak; bak pertama menguraikan zat
yang mudah terurai, bak berikutnya menguraikan yang lebih sulit terurai.
Kebutuhan lahan: 60 m2 per 50 KK. Biaya: Bangunan Rp.49.200.000,- per 50 KK
(200 jiwa) – <Rp.900.000,- per KK>. Belum termasuk pemipaan (dari rumah ke
IPAL) & operasional & perawatan. Kelebihan Lahan yang dibutuhkan sedikit
karena dibangun dibawah tanah, Biaya pembangunan kecil, Biaya pengoperasian
dan perawatan murah dan mudah, Efisiensi pengolahan tinggi. Kelemahan
diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan dan tukang ahli diperlukan
untuk pekerjaan plester kualitas tinggi.

2.2.2.3. Anaerobic Upflow Filter


Anaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengolahan air limbah
dengan metode pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik.
Sistem AUF ini memiliki waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan
efluen anaerob serta biasanya digunakan untuk mengolah air limbah yang telah
diolah sebelumnya dan juga perlu ada pengolahan lanjutan untuk mendapatkan
efluen yang memenuhi standar.

Gambar 2.9. Anaerobic Upflow Filter (Water And Sanitation Program, 2010)
34

Mekanisme dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu
flokulasi, sedimentasi dan adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob
sangatlah lambat dan tidak memiliki dampak penurunan BOD yang signifikan
kecuali dengan waktu detensi yang lama. Namun beberapa organic toksik dapat
dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipitasi kimiawi (misalnya dengan
sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek.(Onsite Wastewater Treatment
Systems Technology Fact Sheet 5, EPA).
Oswar Mungkasa dalam Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi (2012),
Kolam Aerobik adalah Sistem pengolahan lanjutan atau akhir & sebagai kolam
indikator. Biasanya diperlukan dua atau tiga kolam. Harus dikuras sesering
mungkin. Biaya bangunan: Rp. 4.900.000,- per 50 KK. Kebutuhan lahan: 15 m2
per 50 KK. Kelebihannya memungkinkan partisipasi masyarakat pada saat
konstruksi dan opersional dan perawatan, serta pengoperasian dan perawatan
mudah. Kelemahannya membutuhkan lahan yang cukup dan hanya sesuai untuk
air limbah berbeban rendah

2.2.2.4. Rotating Biological Contactor


Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem
pengolahan air limbah secara aerobik dengan system lapisan tetap (aerobic fixed
film system). RBC sendiri merupakan media tempat menempelnya
mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC terdapat tiga unit utama (Elisabeth v.
Münch, 2005), yaitu::
a. Zona primer: tangki sedimentasi dimana air limbah masuk dan padatan akan
terendapkan untuk kemudian dibuang dengan penyedotan. Proses anaerobik
dapat pula terjadi pada zona ini;
b. RBC: dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah cakram (disk)
menempel pada tuas pemutar dan sebagian dari cakram ini akan terendam
oleh air buangan sehingga akan terbentuk lingkungan biomasa aktif pada
media. RBC ini secara perlahan berputar pada porosnya sehingga biomasa
yang ada dapat kontak dengan air limbah maupun oksigen di atmosfir secara
bergantian;
35

c. Zona pengendapan akhir: dimana terjadi pengendapan campuran air limbah


yang telah terolah dan biomasa yang berlebih.

Gambar 2.10. Rotating Biological Contactor (Water And Sanitation Program,


2010)

2.2.2.5. Biofiltrasi
Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan
material hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan
didalamnya. Biofiltrasi air limbah domestik merupakan proses pengolahan yang
unik dibandingkan dengan pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme
menempel pada media kontak dan air limbah dialirkan melewatinya untuk diolah.
Teknologi biofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: (a)
sistem konvensional dimana mikroorganisme menempel secara alami pada media
kontak dan (b) penempelan mikroorganisme secara artifisial pada material
polimer.
Dalam sistem biofiltrasi modern, mikroorganisme ditempelkan pada media
kontak atau diperangkap dalam suatu membran sehingga dapat lebih
meningkatkan penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dibandingkan dengan
teknologi biofiltrasi konvensional. Lebih jauh lagi, penyisihan BOD dan padatan
tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai dengan baik apabila mekanisme dan
parameter yang mempengaruhi kekuatan penempelan biofilm pada permukaan
artifisial dapat diketahui dan dikontrol (Pract. Periodical of Haz, Toxic, and
Radioactive Waste Mgmt, Oct 2006).
36

Pada Gambar 2.11 berikut terlihat Tangki Biofilter adalah Instalasi


Pengolahan Air Limbah Domestik (Ikatan Ahli Teknik Lingkungan
Indonesia/IATPI, Tangki Bio-Filter IATPI - Anaerobic Fluidized Bed Bio-Filter,
2012); rumahtangga – grey & black water, serta air buangan industry kecil,
dengan memanfaatkan proses penguraian secara biologis oleh bakteri anaerobic
dan atau aerobic secara upflow filter. Proses penguraian materi organik, secara
biologis akan menghasilkan efluen air limbah yang aman bagi lingkungan dengan
efektifitas reduksi hingga 90% zat pencemar. Tangki Biofilter dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pengolahan limbah domestik rumah tangga dan industri kecil,
secara individual, atau pelayanan secara komunal hingga 1500 jiwa pada kawasan
permukiman. Keunggulan-nya tidak memerlukan lahan yang luas, terbuat dari
bahan fiberglass yang kuat dan tahan lama, mudah dan tidak memerlukan waktu
yang lama dalam pemasangan/konstruksi, dapat langsung dioperasikan dengan
syarat tersedia tenaga ahli untuk komisioning dan pelatihan, tersedia bakteri
starter untuk seeding dan aklimatisasi, dan sistem knock down untuk komunal.
Kelemahannya perlu tenaga ahli khusus dalam pembuatan dan pengoperasiannya
serta biaya cukup mahal seperti untuk Individual kapasitas 0.6 M3 Rp.3.650.000,-
dan untuk 40 KK kapasitas 24 m3 Rp. 88.500.000,-, harga tersebut belum ongkos
kirim dari Jakarta (Ikatan Ahli Teknik Lingkungan Indonesia/IATPI - PT.
Biofilter Sanitasi Indonesia, Panduan Harga Biofilter, 2012).

Gambar 2.11. Tangki Bio-Filter IATPI (Ikatan Ahli Teknik Lingkungan


Indonesia, 2012)
37

2.2.2.6. Tripikon-S dan T-Pikon-H


Tripikon adalah instalasi pengolahan feses atau tinja yang dapat digunakan
pada daerah berair, pinggir sungai dan sebagainya. Tripikon memiliki fungsi yang
sama dengan Septick Tank, perbedaannya hanya pada desain dan pembuatannya.
Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif
pengolahan air limbah domestik yang pada awalnya dikembangkan oleh
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (Lihat Gambar
2.12.). Teknologi ini dikembangkan untuk menjawab tantangan kondisi
lingkungan yang dihadapi di daerah yang terpengaruh pasang surut, seperti
misalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai, maupun rawa. Teknologi ini dapat
diterapkan untuk toilet individual maupun komunal. Kemudian teknologi
Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut oleh Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dengan melakukan perubahan dan rancang ulang sistem,
menghasilkan T-Pikon-H (T Pipa Horisontal).

Gambar 2.12. Tripikon-S (Brosur Tripikon-S Tiga Pipa Konsentris – Septik


(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003)
38

Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H (Lihat Gambar 2.13.) ini adalah
secara semi-aerob dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalah dengan
menggunakan 3 pipa, yaitu: (a) pipa kecil sebagai inlet dari toilet; (b) pipa
medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar
sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris.
Kinerja kedua sistem ini masih perlu dikaji lebih lanjut, namun bila dilihat dari ide
pengolahannya, maka sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pengolahan air
limbah yang potensial untuk dikembangkan. Dalam studi ini, sistem Tripikon-S
menjadi salah satu rekomendasi.

Gambar 2.13. T-Pikon-H (Water And Sanitation Program, 2010

Konstruksi Tripikon-S terdiri dari 3 buah pipa konsentris dengan prinsip


kerja proses penguraian hampir sama dengan tanki septik konvensional. Limbah
padat dan cair masuk melalui pipa kecil dan mengalami penguraian di dalam pipa
sedang. Bagian atas dari pipa sedang merupakan tempat terjadinya proses aerobic,
bagian tengah merupakan lintasan dan bagian bawah merupakan tempat terjadinya
proses anaerobic. Selama melintas di pipa tengah, limbah akan terurai menjadi
gas, air, dan lumpur mineral. Waktu penguraian sekurang-kurangnya 3 hari.
Pipa yang terletak paling dalam merupakan pipa yang paling kecil dengan
ukuran diameter 5 cm yang dihubungkan dengan jamban leher angsa dari jamban
rumah tangga. Di luar pipa 5 cm dipasang pipa sedang dengan ukuran 15 - 25 cm.
Di dalam pipa itu terjadi perombakan limbah rumah tangga. Pada bagian bawah
pipa sedang, sekitar 10 - 20 cm dari dasar, dibuat lubang – lubang berdiameter 1
39

cm untuk jalan air dan pada ujung bawah-nya dibuat celah – celah sebesar 1-2 cm
yang mengelilingi pipa untuk keperluan pengurasan lumpur tinja. Pipa terluar atau
pipa besar dengan ukuran diameter 20 - 30 cm merupakan pipa peluap. Celah
antara pipa sedang dan pipa besar minimal 2 cm. Panjang pipa besar minimum 1
m dan harus selalu berada di atas permukaan air pasang tertinggi. Salah satu
faktor yang menjadi perimbangan dalam pemilihan tipe pengolahan limbah adalah
keterbatasan akan tanah. Tripikon-S merupakan salah satu alternatif penanganan
air limbah domestik dan industri rumah tangga yang tidak membutuhkan lahan
yang luas.
Pada Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H dihalaman berikut,
terlihat tipikal Tripikon S dan Tripikon H yang ditulis oleh Imam Syarifudin
(2013) pada Solusi Sanitasi di Kawasan Muka Air Tinggi, Rawa, Pantai, Sungai.
Seperti terlihat pada Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H di halaman
berikut ini.
Perhitungan Tripikon-S sama dengan perhitungan tanki septic dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Volume Tripikon–S sama dengan volume air kotor dan tinja yang
ditampung selama 3 hari
• Perhitungan volume Tripikon–S menggunakan rumus:
V = ¼ π x dt2 x ht ………………………………...............……………. (2.6)
dimana dt = diameter terluar pipa dan ht = panjang pipa terluar
• Panjang pipa Tripikon–S berkisar antara 4-6 m
• Perhitungan volume perencanaan sama seperti tanki septic konvensional
(telah dibahas dalam sub bab 2.2.2.1)

Untuk bangunan peresapan pada Tripikon:


1. Pada permukiman di tepi sungai tidak perlu bangunan peresapan, karena
limbah yang telah diproses pada Tripikon–S langsung dibuang ke sungai.
2. Pada permukiman dengan muka air tanah yang dangkal dibuatkan bangunan
peresapan dari buis beton yang dipasang mengelilingi Tripikon–S.
40

Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H (Solusi Sanitasi di Kawasan Muka
Air Tinggi, Rawa, Pantai, Sungai - Imam Syarifudin)

Sistem Pemeliha- Kesesuaian


Aplikasi Kelebihan Kekurangan
Tripikon S • Dapat digunakan • Dapat • Kapasitas • Rumah
Pengolahan raan lingkungan
Tidak

• Rumah di
untuk system boleh ada menggunakan pengolahan panggung

• Cocok diterapkan • Kebutuhan • Sulit dalam darat


individual sampah material lokal kecil
yang

• Efisiensi
di daerah MAT masuk ke lahan kecil melakukan

• Sasarannya untuk • Efisiensi


tinggi dalam pengurasan
sistem penurunan
diterapkan skala BOD5 sekitar pengolahan

• Digunakan hanya
individual 75 % belum
diketahui
untuk mengolah secara jelas

T-Pikon H • Sangat • Dapat • Semakin • Rumah


black water
cocok Sda.

• Rumah
diterapkan di menggunakan besar apung

• Diterapkan untuk • Dapat


rumah apung material lokal kapasitas

• Rumah di
makin panggung
skala individual dikerjakan oleh semakin

• Digunakan hanya
atau komunal kecil tenaga lokal besar pula darat
lahan yang

• Pengurasan
untuk mengolah diperlukan
black water
sulit
dilakukan

Cara Kerja Tripikon


Input masuk atas menuju pipa dan turun ke bawah beserta sedimen,
kemudian air akan keluar melalui pipa pembuangan (pipa sebelah kanan). Untuk
menghilangkan endapan-endapan sedimen di dalam pipa dilakukan pengurasan
melalui pipa penguras, yaitu dengan menggelontorkan air dari pipa penguras
menuju tempat sedimen dan menghancurkan sedimen agar dapat keluar melalui
pipa pembuangan bersama air.
Pipa penguras tegak lurus memiliki tekanan air lebih maksimal
dibandingkan dengan pipa penguras dari samping, karena pipa penguras dari
samping akan terjadi benturan air dengan pipa lain yang mengakibatkan
penurunan tekanan air. Uap air di dalam pipa akan dikeluarkkan melalui pipa
pembuangan udara (pipa sebelah kiri). Pemasangan pipa pembuangan udara di
41

dua sisi yaitu kanan dan kiri akan lebih efektif dibandingkan dengan pemasangan
pipa pembuangan hanya pada satu sisi.
Pada Tripikon-S pipa tripikon bagian bawah memiliki diameter pipa 6 inch
dan bagian atasnya memiliki diameter 4 inch, sedangkan pipa penghubung kloset
dengan tripikon memiliki diameter 2,5 inch. Pada jenis ini pembuangan air dari
luar kloset dapat tempatkan pada daerah sekitar tripikon namun tidak masuk
dalam pipa tripikon. Pada jenis ini digunakan saluran penguras dari samping.
Saluran pembuangan air memiliki dua pembuangan yaitu pembuangan air kanan,
kiri dan satu pembuangan udara.

2.3. Tinjauan Penelitian Sejenis


Nurmeyliandari (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Study
Penyiapan Sarana Sanitasi di Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin. Dalam
penelitiannya membahas sistem sanitasi yang cocok diterapkan di Desa Sungsang
dengan mempertimbangkan eksisting sanitasi yang ada dan kebiasaan serta
budaya masyarakat dan kemampuan ekonomi masyarakat agar kesehatan dan
kebersihan dapat terjaga. Tujuan penelitiannya adalah mengidentifikasi tingkat
kesadaran masyarakat tentang sanitasi, mengidentifikasi sistem sanitasi eksisting
yang sesuai di Desa Sungsang, membuat desain sarana sanitasi berupa MCK
Umum dan tempat pembuangan limbah, menghitung estimasi biaya kontruksi
yang diperlukan untuk pembangunan MCK Umum.
Media Kompas, sabtu 18 September 2010, dengan judul Diperkirakan 3
(tiga) Target MDGs Sulit Tercapai. Dalam beritanya Utusan Khusus Tujuan
Pembangunan Millenium, Nila Djuwita Moeloek seusai acara Parliament Stands
Up for MDGs di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jum’at (17/9) Target
MDGs yang rawan tidak tercapai ialah penurunan angka kematian ibu,
penghentian laju dan penurunan HIV/AIDs serta peningkatan air minum
perpipaan. Dikatakan juga Pemerintah telah mempunyai rencana-rencana untuk
pencapaian Target-target MDGs yang tergambar pula dalam rencana
pembangunan berjangka yang telah disusun. Disamping itu, upaya pencapaian
42

MDGs perlu didukung oleh Pemerintahan yang bersih dan infrastruktur


pendukung.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, 13 Januari 2009, Salah satu
kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih,
persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah
yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang
langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan
saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Pada saat musim
penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
CV. Kaditarin Perdana (2008), dalam laporan Akhirnya yang berjudul
Penyusunan DED Air Limbah Pasang Surut 3-4 Ulu dan 36 Ilir Palembang.
Dalam Laporan Akhirnya membahas mengenai pilihan teknologi yang sesuai
dengan kondisi pasang surut di wilayah Palembang agar dapat menanggulangi
permasalahan yang ada.

2.4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam
penelitian. Ada beberapat metode pengumpulan data (Soehardi, 1999), yaitu:
1. Metode Observasi; adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti untuk mencatat kejadian atau peristiwa dengan
menyaksikannya. Orang yang mencatat atas dasar saksian disebut observer
(pengamat, pemantau).
2. Metode Documentary Historical; dilakukan jika tidak memungkinkan bagi
peneliti untuk melakukan kontak dengan pelaku atau partisipasi dari
kejadian atau peristiwa.
3. Metode Survei; adalah suatu metode pengumpulan data yang mengunakan
instrumen kuisioner atau wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari
responden. Menurut Kerlinger (1996) survei adalah penelitian yang
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian yang relatif dan hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis.
43

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas:


a. Catatan Internal; Keuntungan data jenis ini adalah data selalu siap tersedia,
mudah dan cepat diperoleh, dan relevan dengan situasi yang bersangkutan
karena memberikan informasi situasi yang sesungguhnya pada waktu yang
lalu sampai sekarang.
b. Data Primer; Adalah data yang dikumpulkan untuk keperluan pengkajian
khusus. Proses pengumpulan, pencatatan dan jenis spesifikasinya ditentukan
oleh pemakai. Metode pengumpulannya dapat dilakukan dengan cara survei,
penelitian (research).
c. Data Sekunder; Adalah data yang pengumpulan, pencatatan dan penentuan
spesifikasinya dilakukan oleh pihak lain yang bukan pemakai. Data
sekunder membantu memperluas pengertian masalah yang dikaji dan dapat
menunjukkan alternatif pemecahan masalah karena permasalahan yang
dikaji mempunyai banyak sifat yang mirip.
d. Penilaian kualitas data; Kualitas hasil akhir analisis sebagian besar
tergantung kepada kualitas data yang digunakan. Oleh sebab itu penting
untuk mengadakan penilaian sebelumnya.

2.4.1. Pedoman Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih (SAB) dan Lingkungan
Perumahan
Inspeksi Sarana Air Bersih dan Lingkungan Perumahan merupakan salah
satu elemen pokok dalam pengawasan kualitas lingkungan yang efektif. Dalam
pelaksanaan-nya rumah – rumah yang disampling diamati, sehingga didapat
gambaran yang-nyata tentang keadaan SAB dan lingkungan perumahan di suatu
wilayah. Tujuan umum dari pelaksanaan inspeksi SAB ini adalah untuk
mengetahui cakupan dan keadaan SAB serta lingkungan perumahan suatu wilayah
sebagai data dasar untuk merencanakan tindak lanjut kegiatan penyehatan
lingkungan. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui kualitas SAB,
mengetahui jenis dan kualitas sarana sanitasi perumahan.
Berdasarkan ketentuan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jambi Sub-Dinas
Pembinaan Kesehatan Lingkungan Tahun 2005, tujuan dari Inspeksi SAB dan
Lingkungan perumahan bertujuan untuk mengetahui cakupan dan keadaan SAB
44

serta Lingkungan perumahan di suatu wilayah, sebagian data dasar untuk


merencanakan tindak lanjut kegiatan upaya penyediaan air bersih dan penyehatan
lingkungan permukiman yang memenuhi syarat. Ada beberapa hal yang menjadi
dasar penilaian dalam pedoman ini yaitu data umum, data sarana yang meliputi
sarana air bersih, jamban, SPAL, Pembuangan Sampah dan Rumah, jenis sarana,
berfungsi atau tidak, jumlah KK pemakai sarana, sumber dana pembangunan,
tingkat resiko pencemaran, kualitas fisik air, pengelola atau pemelihara sarana,
dan prilaku mayarakat terhadap kegiatan sanitasi tersebut. Untuk penilaian
terhadap questioner yang digunakan mengunakan Tabel 2.6. Tabel Kualifikasi
Diagnosa Tingkat Resiko pada halaman berikut ini.
Apabila dalam kuisioner yang disebar terdapat responden yang menjawab
“ya” sebanyak 9 atau 10 dari 10 pertanyaan maka akan memiliki nilai 9-10 dengan
kualifikasi amat tinggi, artinya perlu segera dilaksanakan tindak lanjut untuk
perbaikan kualitas lingkungan. Lingkungan yang berada di nilai ini akan
mendapatkan prioritas penanganan kesehatan. Untuk nilai 6-8 akan mendapatkan
prioritas penanganan yang ke dua, dan seterusnya.

Tabel 2.6. Tabel Kualifikasi Diagnosa Tingkat Resiko Pencemaran (Pedoman


Inspeksi Sanitasi SAB dan Lingkungan Perumahan, Dinkes 2005

Kualifikasi Diagnosa Tingkat Nilai


No
Resiko Pencemaran 9-10 6-8 3-5 0-2
1 Untuk Sarana Pembuangan Amat Tinggi Sedang Rendah
Kotoran/Jamban tinggi
2 untuk Sarana Pembuangan Air - Tinggi Sedang Rendah
Limbah dan Sampah

Untuk saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah.


Jumlah pertanyaannya ada 8 buah. Apabila responden menjawab “ya“ sebanyak 6
sampai 8 pertanyaan dari 8 pertanyaan yang diajukan, maka akan memiliki nilai
tinggi, yang artinya kawasan tersebut perlu segera dilaksanakan tindak lanjut
untuk perbaikan kualitas lingkungannya. Skala prioritas menurun sesuai jumlah
45

jawaban “ya“ dari responden. Inspeksi ini dapat digunakan pada lingkungan darat
maupun daerah perairan pasang surut.

2.4.2. Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono (2002), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya. Populasi
terbagi atas 2 (dua), yaitu:
• Populasi terbatas, yaitu mempunyai sumber data yang jelas batasannya yang
secara kuantitatif dapat dihitung jumlahnya.
• Populasi tak terbatas, yaitu mempunyai sumber data yang batasannya tidak
bisa ditentukan sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sumber datanya dan
mewakili seluruh populasi. Penggunaan sampel sangat membantu dalam
penelitian, karena memiliki beberapa keuntungan:
1. Membantu peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan jika
menggunakan populasi secara keseluruhan maka akan terlalu besar. Jadi
dengan menggunakan sampel jumlah lebih sedikit tetapi mewakili dari
populasi yang ada.
2. Penelitian lebih efisien.
3. Lebih teliti dalam pengumpulan data.

Teknik pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara pengambilan sampel yang
representatif dari populasi. Menurut Umar, Husein (2004), ada beberapa cara
teknik penarikan sampel, yaitu:
a. Penarikan sampel probabilitas yaitu menarik sampel yang memberikan
peluang yang sama terhadap semua anggota populasi. Ada beberapa metoda
penarikan sampel probabilitas:
46

• Penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling), metode


ini memberikan probabilitas yang sama terhadap anggota populasi
untuk menjadi anggota sampel dan dapat dilakukan dengan
mengunakan tabel acak. Setelah diterapkan cara pengambilan sampel,
berikutnya adalah menentukan besarnya ukuran sampel. Menurut
Ruseffendi (1998) dikenal 2 jenis rumus untuk menentukan besarnya
jenis ukuran sampel secara random, yaitu rumus untuk pendekatan
rata – rata populasi dan untuk pendekatan proporsi populasi. Dari
kedua rumus tersebut terbagi lagi masing – masing untuk pengambilan
sampel yang populasinya tidak terbatas dan terbatas. Rumus – rumus
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proporsi populasi terbatas
n = N/ (N.d2) + 1) ………………...…..………............……… (2.7)
dimana:
n = Jumlah sample;
N = Jumlah polpulasi;
d2 = Presisi yang ditetapkan bias 10%, 20%, dsb (diambil
10% dengan tingkat kepercayaan 95%).
2. Proporsi populasi tak terbatas
Z2.p(1 – p)
n = .....……………….................................. (2.8)
2.
j

σ2 = S2
Z =t

j = Z √ p (1 - p) .......................………………………..…… (2.9)
n
3. Rata – Rata Populasi terbatas
N.σ2

(N – 1) D + σ
n = ..................………............…….… (2.10)
2

B2
D = .....................……………………………..…..….…. (2.11)
4

B = 2 √ V (x) ......................……………………….……… (2.12)


47

S2 N–v
V(x) = . ..............………………………...…… (2.13)
n N

Σ xi
ẋ = ……....…….............….……………….……. (2.14)
n

4. Rata – Rata populasi tak terbatas


Z2.σ2
n = …...............…................……………...….. (2.15)
j2

σ2 = S2
Z = t

√n
j = .........................……………………...…….. (2.16)

Dimana:
N = Ukuran populasi;
σ = Standar deviasi populasi (range/4 atau S/4);
σ2 = Varians populasi dari penelitian sebelumnya;
S2 = Variasi sampelnya;
B = Bounds of error (batas kekeliruan estimasi);
ρ = Rata – rata nilai observasi sampel yang berjangka dari
0 s.d 1;
ñ = Rata – rata nilai observasi sampel;
n = Besarnya ukuran sampel;
j = setengah jarak kekeliruan terhadap rata – rata hitung
yang dapat divariasi;
Z = Nilai Z untuk derajat konfidensi terpilih distribusi t;
P = Perbandingan antara subjek yang menjadi objek
dengan seluruh bila p tidak diketahui p = 0,5.

• Penarikan sample secara startifikasi (stratified random sampling).


Populasi yang dianggap heterogen menurut suatu karakteristik tertentu
terlebih dahulu dikelompok–kelompokkan dalam beberapa sub
populasi sehingga tiap sub populasi yang ada memiliki anggota
sampel yang relatif homogen. Lalu dari tiap sub populasi ini secara
acak diambil anggota sampel-nya. Ada 4 metode stratified random
sampling, yaitu: metode alokasi sama besar, metode alokasi
proporsional, metode alokasi optimum, dan metode alokasi Neyman.
48

• Penarikan sampel cluster (cluster sampling), metode ini membagi


populasi dalam bentuk unit yang lebih kecil, namun masih heterogen.
Pemilihan unit sampel dan jumlah dapat menggunakan acak
sederhana. Penarikan sampelnya dilakukan secara acak dan berimbang
dengan ukuran sampel ditentukan berdasarkan fraction sumbernya,
yaitu:
Fi = ni/Ni …….…………..........……………………………… (2.17)
Dimana:
Fi = Besarnya fraction ke-i;
ni = Jumlah unit anggota yang dipilih dari tahapan
sampling ke-i;
Ni = Jumlah semua unit anggota yang ada pada tahapan
sampling ke-i.

b. Penarikan sampel non probabilitas yaitu penarikan sampel didasarkan pada


penilaian atau karakteristik tertentu. Beberapa metode non probabilitas
adalah:
• Penarikan sampel sistematis, dilakukan dengan ukuran yang sistematis
berdasarkan karakteristik tertentu. Metode ini cocok untuk populasi
yang disusun berurutan.
• Penarikan sampel kuota, penarikan sampel yang disesuaikan dengan
jumlah kuota yang telah ditetapkan, selama belum mencukupi kuota
penarikan sampel akan terus dilakukan sampai memenuhi kuota.
• Penarikan sample purposive, merupakan teknik pengambilan sampel
yang sumber datanya dilakukan dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini misalnya orang yang menjadi sumber datanya
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan sehingga
memudahkan penelitian.

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik proporsi populasi terbatas,


karena disini peneliti akan mengambil sampel kepada masyarakat mengenai
sarana sanitasi yang ada, dengan menggunakan persamaan 2.7.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Langkah – Langkah Penelitian


Secara garis besar, prosedur kerja penelitian mempunyai tahapan-tahapan,
yaitu tahapan perencanaan penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, dan
terakhir tahapan penulisan laporan. Namun untuk lebih detailnya arus kegiatan
penelitian terdiri atas:
a. Menentukan metode penelitian dari objek penelitian, sumber data, teknik
sampling dan metode analisis;
b. Menyusun instrumen penelitian, dalam tesis ini yaitu menggunakan metode
penyebaran 2 (dua) kali kuisioner yang akan dibagikan kepada responden-
responden (detail pada Sub bab di bawah ini);
c. Pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Data primer
didapat penulis dari hasil survey, pengamatan (observasi) langsung ke objek
penelitian di lapangan, dan melalui kuisioner dan wawancara.
d. Data sekunder berupa data–data public (arsip, kepustakaan, laporan, jurnal,
petunjuk teknis). Dalam hal ini data public yang digunakan untuk
mendukung penelitan ini adalah data yang berasal dari:
• PU Cipta Karya;
• Literatur dan buku petunjuk teknis mengenai sanitasi;
• Dokumen PJM Kelurahan 11 Ulu;
e. Pengolahan data akan dijabarkan pada sub bab. 3.9;
f. Analisis dan pembahasan.

3.1.1. Penyebaran Kuisioner Pertama


Kuisioner pertama dilakukan pada awal penelitian. Kuisioner yang akan
disebarkan bertujuan untuk mencari data mengenai:
• Tingkat perekonomian masyarakat;
• Tingkat pengetahuan dan gaya hidup/kebiasaan masyarakat mengenai

49
50

sanitasi;
• Inspeksi sarana kesehatan yang berupa sarana jamban, sarana pembuangan
air limbah rumah tangga, dan sarana pembuangan sampah masyarakat;
• Keinginan masyarakat terhadap sarana sanitasi.
Lembar Kuisioner (pertama) dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.2. Penyebaran Kuisioner Kedua


Penyebaran kuisioner kedua yang bertujuan untuk mensosialisasikan hasil
penelitian dan untuk mengetahui prototype pilihan masyarakat serta kemampuan
masyarakat. Jumlah responden ke-2 tidak sebanyak responden pertama, tetapi
diusahakan agar dapat mewakili seluruh masyarakat. Kuisioner kedua
disebarkan setelah penelitian dilakukan untuk mencari data mengenai:
• Pilihan prototype MCK masyarakat sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan (Kuisioner ke-1);
• Kemauan masyarakat untuk membiayai jenis MCK pilihannya;
• Kemampuan masyarakat untuk membiayai jenis MCK pilihannya;
• Solusi bagi masyarakat terhadap permasalahan pembiayaan.
Lembar Kuisioner ke-2 dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.2 Pilihan Teknologi MCK


Telah dibahas pada sub bab 2.2, bahwa ada 8 (delapan) pilihan teknologi
MCK untuk bangunan di bagian atas, namun dari kondisi eksisting dan
kesinambungan perilaku hidup bersih dan sehat, type rumah jamban tanpa atap
tidak menjadi pilihan opsi teknologi, sehingga hanya 7 (tujuh) pilihan jamban
sehat yang akan diberikan di dalam kuisioner penelitian untuk bentuk jamban
pilihan masyarakat (lihat Lampiran 1: Kuisioner - Survey Penelitian Tesis -
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Studi
Kasus Di Kelurahan 11 Ulu – Kota Palembang. Masing – masing responden akan
memilih 1 di antara 7 pilihan tersebut, yaitu:
1. Rumah Jamban Dinding Kayu dengan Atap Seng;
2. Rumah Jamban Dinding Gedek dengan Atap;
51

3. Rumah Jamban Dinding Batu Bata dan Gedek dengan Atap;


4. Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap;
5. Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 1 (Jamban dengan permukaan
ditinggikan);
6. Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2 (Jamban untuk daerah
banjir/pasang surut/rumah panggung);
7. Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 3 (Sistem sanitasi komunal untuk
daerah padat penduduk).

Hasil dari responden ini akan dipilih menjadi prototype pembangunan


MCK bagian atas. Sedangkan untuk bagian bawah/septic-nya, akan dilakukan
analisa terhadap 6 (enam) pilihan tenologi septic/pengolahan limbah bagian
bawah (di bahas pada sub bab 2.2.2 sebelumnya), yaitu:
1. Tangki Septik Konvensional
2. Anaerobic Baffled Reactor
3. Anaerobic Upflow Filter
4. Rotating Biological Contactor
5. Biofiltrasi
6. Tripikon-S dan T-Pikon-H

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di lingkungan Kelurahan 11 Ulu terutama di tepian
Sungai Musi, Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Provinsi Sumatera
Selatan (Gambar 3.1. Peta Keelurahan 11 Ulu). Secara administrasi Kelurahan 11
Ulu terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 21 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan 11
Ulu ini merupakan permukiman padat penduduk dengan luas total 30 Ha dan
berdasarkan Dokumen Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan
Program Penanggulangan Kemiskinan Lembaga Keswadayaan Masyarakat
(LKM) Bintang Lima Kelurahan 11 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang Provinsi Sumatera Selatan (2019) secara geografis terletak di
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Batas
wilayah Kelurahan 11 Ulu terbagi dalam:
52

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan 9/10 Ulu


• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan 12 Ulu.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Musi
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan 16 Ulu.

Tabel 3.1. Jumlah KK Berdasarkan RW & RT (Pengolahan data dari Kantor


Lurah 11 Ulu, 2013)

No Rukun Warga Rukun Tetangga ∑ KK


1 RW 1 RT. 1,2,3,4,19 446
2 RW 2 RT. 5,6,7,8,9,10 395
3 RW 3 RT. 11,12,13,18,21 410
4 RW 4 RT. 14,15,16,17,20 570
Jumlah 21 RT 1.821

Kelurahan 11 Ulu merupakan kawasan dataran rendah yang sangat


dipengaruhi oleh pasang surut air Sungai Musi. Daerah ini termasuk dalam
kelompok tergenang terus menerus, maka sebagian besar rumah rakyatnya
terutama yang berada di tepian Sungai Musi merupakan rumah panggung atau
rumah yang bertiang.

3.4 Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan melalui metode survey langsung tentang
pemetaan dan penilaian kondisi sanitasi serta pengisian kuisioner dengan
wawancara langsung kepada responden. Kuisioner disusun berdasarkan variable-
variabel yang ingin diketahui kondisinya dan berhubungan dengan penelitian.
Adapun variable-variabel itu adalah tingkat perekonomian masyarakat, tingkat
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang sanitasi, sarana sanitasi dasar
yang tersedia, sosialisasi dari pemerintah serta sarana dan prasarana yang
diinginkan oleh masyarakat. Setelah hasil pemetaan dan penilaian kondisi serta
53

kuisioner diperoleh maka akan dilakukan analisa data, identifikasi sistem


sanitasi eksisting dan sistem pengelolaan limbah yang tepat, efisien dan sesuai
dengan kondisi eksisting wilayah Kelurahan 11 Ulu.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, survey dan wawancara untuk mendapatkan data primer. Data primer
yang diperoleh dengan observasi ke lapangan, antara lain gambaran umum
daerah yang akan diteliti, peta wilayah Kelurahan 11 Ulu, batas administrasi
kelurahan, kondisi permukiman, tata letak dan jenis rumah, serta letak geografis
kelurahan. Sedangkan wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi-
informasi tentang daerah yang akan diteliti yang berhubungan dengan penelitian.
Survey yang dilakukan merupakan metode pengumpulan data yang mengunakan
kuisioner untuk mempermudah dalam memperoleh data-data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian.

3.6 Populasi Umum Penelitian


Populasi dalam penelitian diambil dari Kawasan Kelurahan 11 Ulu terdiri
dari 4 (empat) Rukun Warga yang meliputi 21 Rukun Tetangga (Lihat Tabel 3.1
Jumlah KK Berdasarkan RW & RT).

3.7 Populasi Khusus Penelitian


Wilayah kelurahan 11 Ulu terdiri dari kawasan daratan dan pinggiran
sungai Musi. Dalam penelitian sample (benda uji) yang diteliti akan
menitikberatkan pada perumahan masyarakat yang terletak di tepian Sungai
Musi, yaitu di RT.3/RW.1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2, dengan rincian seperti
pada Tabel 3.2 di halaman 55, dengan jumlah populasi di RT.3/RW.1 sebanyak
102 KK, RT.5/RW.2 sebanyak 76 KK dan RT.10/RW.2 sebanyak 79 KK,
sehingga jumlah populasi sebanyak 257 KK.
Sungai Musi

Kawasan RT.3/RW.1,
RT.5/RW.2 dan
RT.10/RW.2 Sungai. Musi

Gambar 3.1. Peta Kelurahan 11 Ulu (Kelurahan 11 Ulu, 2013)

54
55

Tabel 3.2. Populasi Khusus Penelitian (Pengolahan data dari Kantor Lurah 11
Ulu, 2013)

No Rukun Warga Rukun Tetangga ∑ KK

1 RW 1 RT. 3 102
2 RW 2 RT. 5 76
3 RW 2 RT.10 79
Jumlah 3 RT 257

3.8. Metode Pengambilan Sampel


Nurmeliandari (2010), Metode pengambilan sampel mengunakan metode
random sampling. Berdasarkan data dari Kelurahan yaitu laporan
kependudukan, jumlah penduduk Kelurahan 11 Ulu di RT 3,5 dan 10 berjumlah
257 KK. Berdasarkan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat
(1998;82), untuk menentukan ukuran sampel dapat dihitung dengan
mengunakan persamaan 2.7.

Sehingga jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini, dengan tingkat
keyakinan 90% dan kesalahan penarikan sampel sebesar 10% sehingga:
n = N/(N.d2) + 1)
= 257/(257 x (0.1)2) + 1
= 71,99 responden
= 72 KK
Dari jumlah 72 KK tersebut kemudian disebarkan menjadi 3 Rukun Tetangga.

Dengan mengunakan metode random sampling, maka dari 72 responden


akan dibagi menjadi sub populasi. Dimana jumlah sample untuk masing-masing
RT ditentukan proporsional terhadap jumlah KK, sehingga untuk RT.3
didapatkan jumlah sample 29 responden, RT.5 didapatkan jumlah sample 21
responden, dan RT.10 didapatkan jumlah sample 22 responden (seperti terlihat
pada Gambar 3.2 di bawah ini). Pembagian random sampling dilakukan
56

bedasarkan gender dan lokasi. Beberapa fakta penting yang menjadikan alasan
dipilihnya isu gender adalah kaum perempuan merupakan kolektor, pengangkut,
pengguna dan pengelola utama air untuk keperluan rumah tangga dan sebagai
promotor dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan air dan sanitasi
(Majalah Percik, Edisi April 2007, “Isu Gender Dalam Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi”, Jakarta 2007). Kegiatan penyebaran kuisioner dilakukan pada jam
kerja (09.00-15.00 WIB), sehingga yang ada di rumah biasanya para perempuan.

Kelurahan 11 Ulu (Tepian Sungai Musi)

RT.3 RT.5 RT.10


102 KK 76 KK 79 KK

Random Sampling:

• RT 3 sebanyak 29 Responden
Dari perhitungan prosentase secara proporsional di dapat jumlah responden:

• RT 5 sebanyak 21 responden
• Rt 10 sebanyak 22 responden
Berdasarkan gender direncanakan responden 70% Perempuan dan 30% Laki-laki di
setiap RT.

Jumlah Sample = 72 KK dari Jumlah Populasi di Tepian Sungai Musi

RT 3: 29 KK RT 5: 21 KK RT 10: 22 KK
P = 20 (70%); L = 9 (30%) P = 15 (70%); L = 6 (30%) P = 15 (70%); L = 6 (30%)

Keterangan: P = Perempuan; L = Laki-laki

Gambar 3.2. Rancangan Random Sampling

Secara garis besar metode pengambilan sampel secara random sampling


dapat dilihat pada Gambar 3.2 di atas. Dalam penelitian ini, persentase besarnya
responden direncanakan dengan jumlah responden perempuan 70% dan jumlah
responden laki - laki sebanyak 30%. Pembagian kedua berdasarkan lokasi, untuk
57

lokasi terbagi menjadi tiga, yaitu jalan poros, jalan lorong dan jalan setapak.

3.9. Pengolahan Data


Pengolahan dan analisis data bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dari sekumpulan data. Data itu sendiri belum bermakna apa-apa
dalam suatu penelitian sebelum data itu diolah, karena itu menunjukan suatu
kecenderungan (Suryadi, 1992) dan Moerdjiani (2004). Keberhasilan suatu
penelitian akan tergantung dari kualitas data yang telah terkumpul, oleh karena
itu data yang telah terkumpul tersebut disusun sedemikian untuk mempermudah
pengolahan selanjutnya dan data tersebut dianalisa dengan mengunakan metode
deskriptif kuantitatif.
Data eksisting atau data primer yang akan dikumpulkan dan didapat
berupa keadaan lapangan terhadap kondisi eksisting sanitasi lingkungan
permukiman ditepian Sungai Musi dengan cara:
a. Observasi di lapangan, untuk melihat secara langsung sistem penataan
sanitasi lingkungan di Tepian Sungai Musi terutama di RT 3,5,dan 10
Kelurahan 11 Ulu;
b. Wawancara dilakukan terhadap tokoh masyarakat dan stakeholder yang
terlibat langsung dalam Penataan Sanitasi Lingkungan Tepian Sungai Musi
terutama kawasan RT 3,5,dan 10 di Kelurahan 11 Ulu;
c. Kuisioner, ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di tepian Sungai
Musi khususnya RT 3, 5, dan 10 Kelurahan 11 Ulu;
d. Dokumentasi, berupa gambar atau photo-photo sanitasi lingkungan
permukiman.

3.10. Analisa Data dan Pembahasan


3.10.1 Analisis Data Kuisioner Dengan Statistik Induktif
Analisis ini bersifat uraian atau penjelasan dengan membuat tabel–tabel,
mengelompokan, dan menganalisis data berdasarkan pada hasil jawaban
kuisioner yang diperoleh dari hasil responden. Statistik Induktif merupakan
58

metode statistik yang digunakan untuk mengetahui tentang sebuah populasi


berdasarkan sampel yang akan ditarik menjadi suatu kesimpulan yang berlaku
umum, yang disajikan dalam suatu tabel atau bentuk grafik lainnya.

3.10.2. Analisis Kondisi Sanitasi


Salah satu akibat dari kegiatan rumah tangga adalah dihasilkannya air
limbah yang apabila pembuangannya tidak memperhatihan prinsip–prinsip
sanitasi akan menyebabkan pencemaran lingkunan yang tidak terkendali dan
penyebaran penyakit.
Adapun langkah–langkah yang dilakukan untuk memilih teknologi yang
paling tepat dalam pengolahan limbah sampai dengan untuk memperhitungkan
berapa besar jumlah biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana desain pengolahan air limbah di Kawasan kelurahan
11 Ulu sesuai dengan kebutuhan kawasan;
2. Penyebaran kuisioner dan wawancara untuk mengidentifikasi beberapa hal
mengenai sanitasi di Kelurahan 11 Ulu;
3. Penyusunan skematik perencanaan sistem Infrastruktur kawasan seperti air
bersih dan drainase;
4. Pembuatan arahan pedoman desain pengelolaan limbah di kawasan
Kelurahan 11 Ulu;
5. Setelah diperoleh kejelasan mengenai kondisi eksisting, analisa kebutuhan
dan pengelolaan air limbah, maka dibuat gambar teknis serta penyusunan
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
6. Setelah didapatkan pototipe yang sesuai dan Rencana Anggaran Biaya-
nya, maka akan dilaksanakan penyebaran kuisioner tambahan. Kuisioner
ke-2 ini intinya akan menanyakan kepada responden mengenai keinginan
dan kemampuan masyarakat untuk menggunakan dan merubah septic
ataupun bentuk MCK eksisting yang digunakan masyarakat. Kuisioner
tambahan ini tidak dibagikan kepada seluruh responden seperti pada
penyebaran kuisioner pertama, tetapi hanya dibagikan kepada perwakilan
masyarakat (Ketua RT, pengurus RT, dan beberapa perwakilan masyarakat
59

di setiap RT. Serta pengurus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan (Ketua


LKM/pengurus LKM).

3.11. Diagram Alir Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur yang sistematik dengan
tahapan-tahapan yang dapat dilihat pada Gambar 3.3:

Mulai

• Kondisi sanitasi yang buruk


Perumusan Masalah

• Rendahnya tingkat kesadaran & pengetahuan tentang pentingnya sanitasi yang baik.
• Kebiasaan hidup yang belum bisa dirubah.

Study Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder



• Peta Wilayah

Observasi (kondisi existing)
• Demografi

Dokumentasi
• Jumlah Penduduk (KK & Jiwa)

Wawancara
Kuisioner

Analisis Data Kuisioner

Analisis Kondisi Sanitasi


1. Penentuan area beresiko sanitasi buruk
2. Penyusunan skematik perencanaan sistem infrastruktur sanitasi (limbah)
3. Arahan rencana pedoman desain pengelolaan limbah
4. Pembuatan gambar teknis dan perhitungan desain dan RAB
5. Mengetahui keinginan dan kemampuan masyarakat.

Kesimpulan:
Dapat memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi sanitasi eksisting di
tepian Sungai Musi, Gambar
khususnya3.3.
RT Flow
3, 5, dan 10 Tahapan
Chart Kelurahan Penelitian
11 Ulu pada saat ini, sehingga
didapatkan sistem penanganan dan pembangunan serta pengelolaan limbah sanitasi yang tepat,
serta keinginan dan kemampuan masyarakat terhadap pilihan masyarakat.

Gambar 3.3. Flow Chart Tahapan Penelitian


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Existing di Kelurahan 11 Ulu


4.1.1 Kondisi Umum Kawasan Kelurahan 11 Ulu
Kelurahan ini terletak di daratan yang memiliki luas wilayah 30 Ha dengan
ketinggian 50 m di atas permukaan laut dan beriklim tropis, dengan total jumlah
penduduk sebanyak 7.495 jiwa, maka kawasan ini dikatakan kawasan dengan
jumlah penduduk sedang (150 - 300 jiwa/Ha). Kondisi pada kawasan Kelurahan
11 Ulu ini sedikit kurang teratur, disebabkan oleh pola tata ruang kawasan yang
telah lama terbentuk. Masalah ini diperparah lagi dengan adanya pendatang yang
bermukim di sekitar kawasan. Warga pendatang ini membangun rumah dengan
tidak menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bangun –
bangunan existing yang ada di kawasan Kelurahan 11 Ulu ini kebanyakan tidak
terawat. Sebagian besar penduduk yang tidak mampu merenovasi rumahnya, yang
menyebabkan permukiman tersebut menjadi kumuh.
Kawasan 11 Ulu terdiri atas kawasan daratan dan pinggiran sungai. Setelah
diadakan penelitian lebih lanjut ke lokasi kawasan Kelurahan 11 Ulu, akan
diprioritaskan lokasi yang paling berdekatan dengan kawasan tepian atau
pinggiran Sungai Musi, yaitu RT.3/RW.1, RT.5/RW.2, dan RT.10/RW.2. Hal ini
diambil sesuai dengan tema penelitian ini.
Selain itu juga 3 (tiga) RT ini (RT. 3, 5 dan 10) juga dipilih karena memiliki
kepadatan penduduk yang cukup padat, keadaan rumah yang 90% berada di atas
air, kondisi rumah yang kumuh dan berdempetan. Secara detail Jumlah penduduk
dan jumlah rumahnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Data Jumlah Penduduk,
Rumah, WC Pribadi & Tanah Kosong di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan
RT.10/RW.2 pada halaman berikut. Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa di setiap
RT terdapat bedeng. Ada 4 unit bedeng dengan total 53 pintu. Dari 53 pintu yang
dihuni hanya terdapat 16 unit WC. Semua bedeng merupakan bedeng kayu. WC
yang digunakan penghuni bedeng adalah WC yang terbuat dari kayu tanpa septic.
Penghuni bedeng menggunakannya secara bergantian. WC ini terletak di tepian

60
61

Sungai Musi. Ada 3 jenis bentuk rumah di kawasan itu, yaitu rumah permanen,
rumah semi permanen dan rumah panggung. Rumah permanen ada yang terdiri
atas 1 ataupun 2 lantai, dimana lantai 1 dan lantai 2-nya semuanya terbuat dari
beton/batu. Sample rumah permanen sebanyak 8 rumah (lihat Tabel 4.2 di
halaman berikut) ini terletak di pinggir jalan utama yang tidak terlalu terpengaruh
dengan pasang surut air sungai. Untuk WC-nya digunakan WC permanen di
dalam rumah masing- masing yang terletak di lantai bawah dan ada juga yang di
atas (lantai 2). Untuk septic-nya digunakan pipa panjang yang langsung mengalir
ke bawah rumah/aliran Sungai Musi.

Tabel 4.1. Data Jumlah Penduduk, Rumah, WC Pribadi & Tanah Kosong di
RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan RT.10/RW.2

Luas
Nama Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah WC
No Tanah
RT Penduduk KK Rumah Pribadi
Kosong
1 3 491 102 41 + 28 rmh + 12 x 12 m
Bedeng 11 4 bh. milik
pintu bedeng
2 5 260 76 34 + 26 rumah + Tidak ada
bedeng 12 4 bh. di
pintu bedeng
3 10 289 79 35 + 27 rumah + Ada 2 Uk:
bedeng 30 8 bh. di 12 x 6 m
pintu bedeng 14 x 8 m

110 & 81 WC &


Jumlah 1.040 257 328 M2
53 Bedeng 16 di Bedeng

Rumah semi permanen umumnya terdiri dari 2 lantai, dengan komposisi bagian
bawahnya beton dan bagian atasnya kayu. Sama halnya dengan rumah permanen
umumnya rumah ini terletak di kawasan yang tidak terlalu sering kena banjir
akibat dari pasang surut air laut. Untuk WC-nya ada 2 macam, ada sudah
menggunakan WC permanen di lantai bawah rumah dan ada juga masih
menggunakan WC tidak standar dan tanpa septic yang terletak di bagian belakang
rumah mereka di lantai 2. Semuanya tidak memiliki septic.
62

Rumah panggung terbuat dari kayu, di bagian bawahnya tergenang air


Sungai Musi dan kotoran. Semua pengguna menggunakan WC kayu tanpa septic
karena kotoran langsung dibuang ke sungai. Letak WC-nya sejajar dengan lantai
rumah, ada yang di bagian depan rumah, bagian belakang dan di tangga. Di
RT.3/RW.1 terdapat 41 buah rumah dan 1 buah bedeng 11 pintu. Dari 41 unit
rumah ini terdapat 5 buah rumah permanen, 27 buah rumah panggung dan 9 unit
rumah semi permanen. Di RT.5/RW.2 terdapat 34 buah rumah dan 1 unit bedeng
12 pintu. Dari 34 buah rumah tersebut terdapat 3 buah rumah permanen, 3 buah
rumah semi permanen dan sisanya 28 buah rumah panggung. Di RT.10/RW.2
terdapat 35 rumah dan 2 unit bedeng dengan 1 unit bedeng 14 pintu dan 1 unit
bedeng 16 pintu. Dari 35 unit rumah tersebut terdapat 23 buah rumah panggung
dan 12 buah rumah semi permanen. Lebih detailnya dapat dilihat di Tabel 4.2 di
bawah ini.

Tabel 4.2. Kondisi Bangunan Rumah di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan


RT.10/RW.2

Kondisi rumah/lokasi RT 3 RT 5 RT 10 Total %


Permanen 5 3 0 8 7,27
Semi Permanen 9 3 12 24 21,82
Panggung 27 28 23 78 70,91
Total 41 34 35 110 100

4.1.2. Kondisi Existing Sarana dan Prasarana


Pembangunan jalur transportasi darat telah merubah sudut pandang
masyarakat sekitar bangunan baru yang semula berorientasi ke sungai. Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor seperti akses yang lebih banyak dan mudah ke
tempat tujuan. Sarana transportasi yang umumnya digunakan pada bagian Ulu laut
adalah ketek/perahu yang bermesin, karena daerah ini berbatasan dengan Sungai
Musi. Sedangkan untuk yang di darat kendaraan yang digunakan adalah bentor
(becak motor), becak biasa, motor, dan mobil taksi dengan trayek pasar 10 Ulu
sampai ke Plaju. Untuk sarana pasar, kesehatan, listrik, dan PDAM di kawasan
63

Kelurahan 11 Ulu ini sudah sangat memadai. Sarana perbelanjaan sudah cukup
lengkap mulai dari pasar tradisional yang terletak di kawasan 10 Ulu, sampai
supermarket telah tersedia di kawasan ini. Untuk kondisi existing dan lokasi
rumah pada RT 3, RT 5 dan RT 10 dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2.
dan Gambar 4.3. pada halaman berikut ini.
1. Kondisi Tata Bangunan
Pola penyebaran bangunan di kawasan Kelurahan 11 Ulu ini berorientasi
kepada Sungai Musi sebagai jalur transportasi utama pada zaman dahulu. Hal ini
dapat dilihat dengan banyaknya bangunan-bangunan lama yang berdiri di sekitar
Sungai Musi. Bentuk–bentuk bangunan yang ada di kawasan Kelurahan 11 Ulu
laut berupa rumah panggung, rumah gudang dan beberapa rumah limas. Rumah-
rumah ini mempunyai kesamaan yaitu ditopang oleh tiang–tiang yang menjadikan
rumah – rumah ini berada tinggi di atas permukaan tanah.
Berdasarkan observasi di lapangan letak rumah–rumah di kawasan ini
berdekatan satu sama lain. Di setiap RT akan ditemui lorong–lorong. Akses jalan
antar rumah didukung bangunan jalan rabat beton dan jalan titian beton yang
dibangun oleh pemerintah, walaupun masih banyak juga jalan titian yang terbuat
dari kayu, seperti tanpak pada Gambar 4.1. berikut:

(a) RT. 3 (b) RT. 5

Gambar 4.1. Akses Jalan Di Kawasan RT 3 Dan RT 5


Jl. KH. Azhari
RT 4

Kantor Lurah
11 Ulu
tanah kosong 1 3 33
MASJID JAMIK

PARKIRAN MASJID 34
JAMIK
1 20 24 TANAH INFAK
L S
MASJID UNTUK 35
O U
N PEMBUATAN
R 2 L L
G PERPUSTAKAA
O 4 5 6 7 O 21 O 25 36
A N
N R R
G 3 4 I O O
N N 37
L L G 22 G 26 28 30
U 5 6 U
M M L L 38
P P U U
7 U 8 9 10 11 12 13 23 27 29 31
U M M 39
R R P P
8 U U
B L 14 15 16 17 18 19 R R 32 40
A U
9 M
R 1 2
P 41
A
T U
R Legenda
: Rumah Permanen
5 unit : Rumah semi permanen 9 unit

: Rumah panggung : Belum punya


Keterangan : : 27 unit WC
turap Jumlah Rumah : 41buah + Bedeng 11 pintu SUNGAI MUSI : Bedeng
Jumlah Penduduk 491 Jiwa
Jumlah WC Pribadi : 27 Rumah + 4 Buah milik Bedeng : Jembatan
Taanah Kosong : 12 x 12 m

Gambar 4.2. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.3/RW.1

64
65

JL. KH. AZHARI

RT.6

10
12 13
1
L S
RT.10 RT.09 11
31 O U
32 R N
2
33 O G
34 N A
Legenda : G I
3 4
: Rumah L
14 L
panggung 28 29
15 U 5 6 U
: Belum punya
M M
WC
P P
: Bedeng
16 19 30 U 7 U
: Rumah R R
17 20
Permanen
8
3 unit B L
18 21
: Rumah semi U
permanen 3 unt A
9 M
R
22 23 24 25 26
A P
Keterangan : T U
Jumlah Rumah : 34 buah + Bedeng 12 pintu
Jumlah Penduduk 260 Jiwa
Jumlah WC Pribadi : 27 Rumah + 5 Buah milik Bedeng
27 28

TURAP

SUNGAI MUSI

Gambar 4.3. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.5/RW.2


66

JL. KH. AZHARI

RT.09
RT.09
2
1

RT.09
11
3
12 13 14

4 8
15 16

5 9

17 18 19
6 10

7 TANAH KOSONG 14 x 6 20
M RT.05

30
21 24

31
22 25 26

MUSHOLA
Legenda :
23 27 28
: Rumah panggung
32 33
23 unit
29
TANAH KOSONG : Belum punya
12 x 6 M WC
: Bedeng

Keterangan : : Rumah
Jumlah Rumah : 35 buah + Bedeng 30 pintu Permanen 3 unit
Jumlah Penduduk 789 Jiwa 34 35 : Rumah semi
Jumlah WC Pribadi : 27 Rumah Permanen 12 unit
Luas Tanah Kosong : 12 x 6 m dan 14 x 8 m

TURAP SUNGAI MUSI

Gambar 4.4. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.10/RW.2


67

2. Ruang Terbuka yang tersedia untuk Pembangunan MCK Umum


Ruang terbuka di kawasan ini yang paling dominan adalah di tepian Sungai
Musi. Selain itu juga terdapat beberapa rawa yang dimanfaatkan sebagai areal
peresapan (lihat Gambar 4.5). Dengan menggunakan peta lokasi RT.3/RW1,
RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2, setiap lokasi yang mempunyai lahan kosong atau
ruang terbuka akan diberi tanda pada peta (Lihat kembali Gambar 4.1; 4.2 dan 4.3
di atas).

(a) RT. 3 (b) RT. 10

Gambar 4.5. Ruang Terbuka di RT 3 dan RT 10

3. Tinggi Muka Air Maksimal


Berdasarkan hasil pemantauan dan juga wawancara dengan warga dan ketua
RT.3/RW1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2, permukaan Sungai Musi sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan fluktuasi rata–rata mencapai 2,5 –
3,5 m tergantung dengan musimnya. Kondisi rumah panggung tidak terpengaruh
dengan kondisi pasang surut, karena ketinggian rumah panggung dari muka air
tertinggi masih bersisa 2 m dari aliran sungai. Yang sangat berpengaruh dengan
banjir adalah rumah semi permanen yang 2 lantai, karena bentuk asli rumah
tersebut untuk bagian bawahnya adalah tiang. Karena makin padatnya anggota
keluarga dan semakin jarang terjadi banjir di bagian bawah rumah, maka
penduduk menjadikan bagian bawah rumah mereka menjadi ruang yang bisa
68

ditinggali. Oleh karena itu masyarakat yang tinggal di rumah jenis ini cendrung
menggunakan WC di lantai atas, karena bebas banjir.

4.1.3 Data Kuisioner


Pada Bab IV ini akan dibahas hasil penelitian di lapangan dengan cara
menyebarkan 72 berkas kuisioner yang dibagikan kepada 72 responden yang
tinggal di kawasan tepian Sungai Musi sebanyak 3 RT, yaitu di RT. 3, 5, dan 10
Kelurahan 11 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 2, dilakukan secara random atau
acak, selama 7 (tujuh) hari, yaitu dari tanggal 17 – 23 Desember 2013. Dari
jawaban responden yang merupakan perwakilan masyarakat didapat variabel yang
dicari meliputi tingkat pengetahuan, kesadaran, dan kebiasaan masyarakat tentang
sanitasi, sarana sanitasi yang tersedia, serta sarana sanitasi yang dikehendaki oleh
masyarakat (Lihat Lampiran 3: Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden). Juga
diketahui bagaimana sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat. Dalam
analisis data akan digunakan analisis induktif yang mana secara garis besar
penyajian data dengan menggunakan tabel dan gambar yang kemudian akan
ditarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui kuisioner yang
disebarkan kepada masyarakat, untuk data pribadi yang meliputi usia, jenis
kelamin, dan jenis pekerjaan, didapatkan data 67% responden berusia antara 30 –
50 tahun dan 33% responden berusia 18 – 29 tahun. Dari 72 responden juga
didapat 78% adalah responden perempuan dan 22% adalah responden laki-laki.
Sedangkan berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil 20% responden bekerja
sebagai pegawai baik swasta maupun negeri, 34% berprofesi sebagai buruh atau
tukang ojek, 43% berprofesi sebagai pedagang, dan 3% lain–lain dalam hal ini ibu
rumah tangga. Sedangkan untuk data kepemilikan rumah, besar penghasilan dan
kondisi rumah yang mereka tempati didapat hasil 25% merupakan rumah milik
sendiri, 43% merupakan rumah milik keluarga, dan 32% sisanya adalah rumah
sewa baik sewa bulanan maupun sewa tahunan. Untuk besar penghasilan didapat
data 44% responden memiliki penghasilan antara Rp.500.000 – Rp.1.000.000,
35% responden berpenghasilan antara Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 dan 21%
69

sisanya memiliki penghasilan diatas Rp.2.000.000. Data responden berdasarkan


kondisi rumah yang mereka tempat didapat data 71% rumah yang mereka tempati
adalah rumah panggung, 21% rumah semi permanen dalam hal ini rumah
responden terdiri dari 2 lantai, dimana di lantai bawah sudah dibuat permanen
dengan menggunakan batu bata, namun di lantai atas masih menggunakan kayu.
Sebagian besar rumah responden adalah rumah panggung, karena memang
terletak di kawasan tepian Sungai Musi RT.3/RW1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2
Kelurahan 11 Ulu. Sisanya 8% adalah rumah permanen. Rumah permanen ini
umumnya terletak di bagian depan jalan dekat lorong. Maka dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar warga yang tinggal di tepian Sungai Musi adalah warga
kurang mampu, dimana mereka telah tinggal di wilayah tersebut secara turun
menurun. Secara ringkasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3. Hasil Survey Berdasarkan Data Pribadi Responden

No Indikator Data Pribadi Persentase


1 Jenis Kelamin Laki-laki 22%
Perempuan 78%
2 Usia 30 – 50 Tahun 67%
18 – 29 Tahun 33%
3 Pekerjaan Pegawai (Swasta/PNS) 20%
Buruh/Tukang Ojek 34%
Pedagang 43%
Ibu Rumah Tangga 3%
4 Kepemilikan Rumah Milik Sendiri 25%
Milik Keluarga 43%
Sewa 32%
5 Penghasilan Rp.500.000-Rp.1.000.000 44%
Rp.1.000.000– Rp.2.000.000 35%
> Rp.2.000.000 21%
6 Kondisi Rumah Rumah Panggung/Kayu 71%
Semi Permanen 21%
Permanen/Batu 8%
70

Pada Bab 3 telah diungkapkan rencana untuk kuisioner kepada 70%


respoden perempuan karena mengingat perempuan adalah pengguna MCK lebih
dominan dari pada laki – laki, karena selain untuk mandi dan kegiatan BAB/BAK,
perempuan juga menggunakan MCK untuk keperluan mencuci pakaian dan
perabotan. Selain itu waktu pelaksanaan penyebaran kuisioner juga di jam kerja
(09.00 – 15.00), sehingga respondennya memang akan lebih banyak perempuan
dari pada laik – laki. Pada kenyataan di lapangan memang didapatkan responden
perempuan sebanyak 78%, lebih banyak dari dapa yang direncanakan.
Untuk kondisi rumah, responden sudah cukup mewakili, dimana yang
memiliki rumah panggung sebanyak 71%, rumah semi permanen sebanyak 21%
dan rumah permanen sebanyak 8%. Bila kita dikaitkan dengan Tabel 4.2 kondisi
eksisting rumah penduduk RT.3/RW1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2 dimana yang
memiliki rumah panggung sebanyak 70,91%, rumah semi permanen sebanyak
21,82% dan rumah permanen sebanyak 7,27% maka hasil responden ini sudah
cukup mewakili.

4.2. Tingkat Pengetahuan, Kesadaran dan Perilaku Hidup Bersih Sehat


Masyarakat (PHBS) Responden
Ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan indikator untuk menentukan
tingkat pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan masyarakat Kelurahan 11 Ulu
mengenai sanitasi, yaitu tempat pembuangan limbah yang benar menurut
masyarakat, sumber air bersih yang digunakan masyarakat baik air minum, air
untuk masak, mandi, mencuci piring dan baju, serta pertanyaan mengenai dimana
tempat membuang air besar dan kecil, serta tempat mandi masyarakat di
Kelurahan 11 Ulu. Kemudian dampak dari pembuangan limbah tersebut, jenis
penyakit apa yang sering menyerang penduduk dalam kurun waktu 2 tahun
terakhir.
Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat ada 1 nomor kuisioner di B.8,
yang menanyakan dimana tempat pembuangan limbah yang benar. Dari hasil
survey ternyata 85% warga di Kelurahan 11 Ulu membuang limbah ke sungai,
13% warga membuang limbah di septic (baik tempat sampah ataupun septic tank),
71

dan 3% menjawab lain–lain yang dalam hal ini warga membuangnya langsung di
bawah rumah panggung mereka yang terletak di atas rawa–rawa dan sungai.
Secara ringkas disajikan pada Tabel 4.4. berikut:

Tabel 4.4. Hasil Survey Respoden Mengenai Pendapat Masyarakat Tentang


Tempat Pembuangan Limbah Yang Benar

Tempat Pembuangan Limbah Yang Benar Sungai Septic Lain - Lain

Prosentase responden 86% 12% 2%

Hal ini disebabkan oleh perilaku warga yang telah terlaksana secara turun
menurun membuang kotoran dan sampah langsung ke sungai. Sebenarnya sudah
sering dilaksanakan penyuluhan, namun masyarakat berpendapat bahwa kalau
hanya mereka yang melaksanakan membuang sampah pada tempatnya dimana
lokasinya cukup jauh, sedangkan masyarakat lain langsung membuangnya ke
sungai, jadi untuk apa penyuluhan tersebut dilaksanakan karena memang sebagian
besar warga memang membuang sampah di sungai dan sampah juga akan
mengalir ke arah hilir sampai akhirnya menghilang.
Pada Tabel 4.5. Hasil Survey Berdasarkan Sumber Air Masyarakat berikut,
diketahui tingkat kesadaran dan kebiasaan masyarakat, digunakan instrument
menanyakan kepada responden dari mana sumber air bersih yang mereka gunakan
sehari–hari. Bahwa 66% warga menjawab bahwa mereka menggunakan sumber
air bersih dengan air PDAM Tirta Musi. Masyarakat banyak yang mendapatkan
subsidi dalam pemasangan PDAM, dimana warga yang kurang mampu hanya
membayar Rp.350.000 per-sambungan. Program bantuan pemerintah ini telah
dilaksanakan dari 2 (dua) tahun yang lalu.
72

Tabel 4.5. Hasil Survey Berdasarkan Sumber Air Masyarakat

Sumber Air
No Kebutuhan Air
PDAM Hujan Tanah Sungai
1 Sumber air bersih 66% 8% 14% 12%
2 Sumber air minum 86% 0% 14% 0%
3 Sumber air masak 80% 0% 20% 0%
4 Sumber air mencuci 42% 5% 21% 32%
5 Sumber air mandi 42% 5% 21% 32%

Dari Hasil survey dapat disimpulkan bahwa bantuan pemerintah terhadap


masyarakat dengan mengadakan bantuan pemasangan PDAM sangat membantu
masyarakat kurang mampu. Inilah salah satu bentuk-nyata terhadap kepedulian
Pemerintah kepada masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu.
Kualitas air PDAM yang sangat baik tentu saja sangat menolong masyarakat
untuk pemenuhan kehidupan sehari hari secara layak. Air PDAM merupakan air
yang berkualitas sangat baik dengan ciri airnya bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan jernih. Tetapi bila air PDAM ini digunakan untuk minum,
masyarakat tetap merebusnya terlebih dahulu. Sangat berbeda dengan air PDAM,
air sungai memiliki kualitas yang sangat buruk. Warnanya sangat coklat, pekat
dan berbau. Tidak ada masyarakat yang menggunakannya untuk minum ataupun
masak.
Untuk pertanyaan B2 dimana masyarakat mendapatkan air minum,
berdasarkan survey didapatkan bahwa 86% warga menggunakan air PDAM/beli
dari galon untuk air minum. 14% menggunakan sumber air tanah, dalam hal ini
sumur gali. Tidak ada lagi warga yang menggunakan air sungai untuk keperluan
makan dan minum. Hal ini dikarenakan kualitas air Sungai Musi yang sudah
sangat buruk, dengan warnanya yang coklat serta berbau yang agak menyengat.
Warga juga menyadari bahwa kualitas air Sungai Musi bertambah buruk setiap
tahunnya.
Sama halnya untuk masak, masyarakat sebesar 80% membeli air galon dan
20% mengunakan air sumur. Agak terjadi perbedaan yang cukup mencolok antara
sumber air untuk masak dan untuk minum, hal ini terjadi karena air galon yang
73

harganya agak mahal maka warga hanya menggunakannya untuk minum. Bagi
masyarakat yang air sumurnya cukup baik, namum masih tetap agak berasa, lebih
memilih untuk menggunakan air sumur untuk memasak agar uang yang mereka
miliki bisa cukup juga untuk kebutuhan–kebutuhan yang lain.
Untuk keperluan mandi, didapatkan hasil survey bahwa 42% masyarakat
menggunakan air PDAM untuk kebutuhan mandi, 21% menggunakan air tanah
dalam hal ini air sumur, 32% masyarakat menggunakan air sungai dan 5%
menggunakan air hujan. Survey dilaksanakan di musim penghujan, oleh karena itu
masyarakat ada yang menjawab menggunakan air hujan. Air hujan dikumpulkan
di dalam drum penampung. Biasanya masyarakat yang menggunakan air hujan
menggunakan air sungai juga untuk keperluan mandi mereka. Sama dengan untuk
kebutuhan mencuci, hasil survey dari responden sebanyak 42% masyarakat
menggunakan air PDAM, 21% menggunakan air tanah, 32% menggunakan air
sumur, dan 5% menggunakan air hujan. Umumnya masyarakat melaksanakan
kegiatan mandi dan mencuci secara berbarengan.
Ada 2 (dua) pertanyaan yang bisa menjadi variable untuk menjawab
mengenai kondisi eksisting sarana sanitasi di wilayah ini, yaitu pertanyaan B.5
dan B.7. Pertanyaan B.5 mewakili untuk tempat mandi dan B.7 untuk tempat
melakukan BAB. Pada Tabel 4.6. Hasil Survey Respoden Mengenai Tempat
Mandi, BAB Dan BAK Yang Digunakan Masyarakat berikut, dari hasil survey
mengenai tempat mandi, BAB dan BAK yang digunakan masyarakat, diperoleh
data untuk tempat mandi 19% responden menjawab menggunakan WC Umum,
57% menggunakan WC pribadi, dan 24% menggunakan sungai sebagai tempat
mandi masyarakat. Masyarakat menggunakan sungai dengan cara langsung
melaksanakan mandi di tangga bagian belakang rumah mereka sambil mencuci
pakaian dan perabotan rumah tangga seperti piring dan lain–lain.
74

Tabel 4.6. Hasil Survey Respoden Mengenai Tempat Mandi, BAB Dan BAK
Yang Digunakan Masyarakat

Tempat Mandi, Mencuci,


WC Pribadi Sungai WC Umum
BAB Dan BAK Masyarakat

Prosentase responden 57% 24% 19%

Ada beberapa catatan sebagai hasil wawancara dengan responden di lokasi


penelitian, hal yang ditanyakan oleh penulis adalah mengenai permasalahan non
teknis, yang mencakup masalah perilaku atau kebiasaan masyarakat di Kelurahan
11 Ulu terhadap kegiatan sanitasi. Intinya adalah kebiasaan masyarakat di wilayah
tersebut memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK dan air limbahnya dibuang
begitu saja ke sungai. Pada beberapa kawasan, penduduk mandi dan mencuci di
sekitar rumahnya dan air limbahnya dibuang di kolong rumah. Khusus untuk
kegiatan buang air besar kebanyakan penduduk membuat WC di tepi sungai dan
kotoran langsung dibuang ke sungai. Pada saat air pasang kadang kotoran ini
masuk sampai ke daerah permukiman. Kotoran ini tetap tertinggal di tepi sungai
menunggu sampai air pasang.
Mengenai kawasan rumah yang begitu tidak teratur, masyarakat mengatakan
bahwa mereka tidak memiliki biaya yang cukup untuk merenovasi ataupun pindah
dari kawasan tersebut. Yang cendrung terjadi adalah anak – anak mereka yang
telah bekeluarga juga membangun bangunan seadanya di samping bangunan
utama, sehingga kawasan tersebut cendrung bertambah kumuh. Kegiatan PHBS
yang tidak baik tentu akan berdampak kepada kesehatan warga di sekitar
lingkungan tersebut. Untuk itu maka penulis juga menanyakan secara langsung
kepada responden terhadap penyakit yang sering diderita oleh responden. Untuk
penyakit yang sering menjangkiti masyarakat dalam waktu 2 (dua) tahun terakhir
ada beberapa jenis penyakit, yaitu 47% responden menjawab sering dijangkiti
penyakit kulit, 13% menjawab pernah dijangkiti penyakit diare dan 40%
masyarakat menjawab pernah terjangkit penyakit muntaber, seperti terlihat pada
75

Tabel 4.7. Jenis Penyakit Yang Sering Menyerang Warga Masyarakat Di Lokasi
Penelitian berikut ini:

Tabel 4.7. Jenis Penyakit Yang Sering Menyerang Warga Masyarakat Di Lokasi
Penelitian

Penyakit Yang Sering


Penyakit Kulit Muntaber Diare
Dialami Masyarakat
Prosentase responden 47% 40% 13%

4.3 Kondisi Eksisting Teknis Sanitasi dan Septic di Kelurahan 11 Ulu


Kawasan Kelurahan 11 Ulu merupakan kawasan yang padat penduduk,
dimana sungai digunakan sebagai drainase air hujan yang juga dimanfaatkan
penduduk untuk keperluan mandi, mencuci pakaian dan perabot rumah tangga.
Disisi lain, jaringan tata air yang ada juga dimanfaatkan untuk membuang air
kotor dari rumah tangga secara langsung tanpa adanya penanganan yang cukup
baik, sehingga menurunkan kualitas lingkungan perairan.
Debit air Sungai Musi cendrung mengecil pada saat musim kemarau,
sedangkan sistem tata air Kota Palembang mempunyai fungsi yang cukup
kompleks, yang kadang–kadang selain untuk keperluan prasarana lalu lintas air,
juga sebagai tempat pembuangan air kotor rumah tangga. Kondisi ini akan
menyebabkan kualitas air sungai mengalami penurunan sejalan dengan
berkurangnya air hujan. Pencemaran di sungai juga diperberat oleh adanya zona
mati, dimana pada zona mati ini air dan sampah–sampah yang bertumpuk di
bawah rumah penduduk hanya bergerak turun naik, namun tidak keluar dari
daerah tersebut karena kurangnya gelontoran air dan kawasannya yang menjadi
sangat sempit akibat dari pembangunan rumah–rumah warga.
Penanganan yang harus dilakukan adalah pengaturan aliran dengan
memanfaatkan gerakan pasang surut tersebut untuk penggelontoran air. Selain itu
penanganan air buangan atau air kotor juga harus dilakukan sebaik-baiknya.
Tingkat penanganan air buangan atau air kotor dari rumah tangga di kawasan
Kelurahan 11 Ulu masih relatif sangat rendah, karena minimnya sarana dan
76

prasarana yang ada. Apabila kita kaitkan fungsinya dengan fungsi Sungai Musi
yang serba guna, maka akan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan yang
berakibat lanjut pada turunnya kondisi kesehatan warga. Penyediaan sistem air
bersih dan fasilitas sanitasi yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Sarana sanitasi yang tersedia dijadikan acuan dalam penelitian ini. Di
kawasan Kelurahan 11 Ulu sudah banyak terdapat MCK, baik MCK pribadi
maupun MCK umum, namun bentuk dan kondisi MCK tersebut banyak yang
tidak sesuai dengan standar kesehatan dan tidak memadai, juga belum memiliki
septic yang sesuai dengan standar.
Hasil Survey yang di lapangan ada beberapa kondisi MCK di kawasan
Kelurahan 11 Ulu, yaitu:
1. WC darurat terbuat dari senga ataupun kayu, letaknya ada yang di depan
rumah, belakang, ataupun samping rumah. WC terbuat tanpa atap, WC juga
tidak dilengkapi septic tank.
2. WC yang standar terdapat di beberapa bangunan WC Umum bantuan
pemerintah. Septic Tanknya juga dibuat masih secara konvensional.
3. WC yang dibangun secara permanen, namun belum mempunyai septic tank,
semuanya dibuang ke sungai ataupun ke kolong rumah.
4. Kondisi tempat cuci yang banyak ditemukan adalah tempat cuci sederhana
yang terbuat dari lantai kayu, yang terletak di depan ataupun di belakang
rumah. Ada juga masyarakat yang menggunakan tangga rumahnya sebagai
tempat mencuci. Seperti terlihat pada Gambar 4.6 di halaman berikut.
5. Masyarakat sebenarnya telah memiliki tempat untuk melaksanakan kegiatan
sanitasi di rumah masing – masing, namun pembuangan limbahnya yang
masih belum bisa dipertanggung jawabkan karena masih dibuang langsung
ke sungai, dan bentuk MCK-nya juga belum sesuai standar, karena tidak ada
lubang pembuangan seperti leher angsa, seperti terlihat pada Gambar 4.7
pada halaman berikut.
77

(a) (b) (c)


Gambar 4.6. Kegiatan Mandi, Mencuci Pakaian Dan Perabotan Rumah
Tangga: (a) Kegiatan mencuci di tepian Sungai Musi
RT./RW.2; (b) Kegiatan mencuci perabot rumah tangga di
RT.10/RW.2; (c) Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di
RT.3/RW.1.

(a) Kakus darurat yang terbuat dari (b) WC Umum PNPM PPK bantuan
seng, dibuat tanpa penutup dari program pemerintah

(c) Kondisi perumahan warga pada (d) Kondisi tempat pembuangan


umumnya sampah warga

Gambar 4.7. Kondisi Tepian Sungai Musi di Kelurahan 11 Ulu Kecamatan


Seberang Ulu II – Palembang
78

Dari Tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa 57% masyarakat telah memiliki WC
pribadi, namun kondisinya masih sangat sederhana. Bangunan-nya mengikuti
kondisi bangunan rumah mereka, bila rumah-nya terbuat dari papan/ panggung,
maka bangunan WC-nya pun terbuat dari kayu, dan bila rumah masyarakat
permanen maka WC-nya pun juga permanen. Dari hasil penelitian dapat dilihat
bahwa 57% masyarakat menggunakan WC pribadi dengan asumsi bahwa 90%
WC tersebut tidak permanen dan tidak layak/tidak sehat, dan sisanya 10% WC
tersebut permanen. Namun dapat disimpulkan bahwa 100% semuanya tidak
memiliki pengolahan limbah yang layak, karena semuanya membuang limbahnya
langsung ke sungai. Untuk hasil responden yang membuang limbah ke sungai,
mereka melakukannya dengan menggunakan WC ceplung yang ada di tepian
Sungai Musi, dan ada pula yang menggunakan talut tepian tepi sungai sebagai
tempat mandi, mencuci, BAB dan BAK. Untuk lebih memastikan pengetahuan
dan kondisi masyarakat, berdasarkan Tabel 4.5 di atas, kuisioner hanya
dilanjutkan khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK
umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu
sebanyak 55 kuisioner. Bagi warga yang melakukan MCK di sungai, penulis tidak
melaksanakan penelitian lanjutan. Kuisioner ini terbagi atas 3 pemeriksaan lebih
lanjut, yaitu Inspeksi sarana kesehatan lingkungan perumahan terhadap sarana
pembuangan kotoran/WC, inspeksi terhadap sarana pembuangan limbah atau
septic tank, dan inspeksi terhadap sarana pembuangan sampah.
Penilaian jawaban responden memiliki skor masing–masing. Semakin
banyak jawaban “ya” dari warga, maka akan semakin tinggi resiko pencemaran
yang dibuat. Berdasarkan hasil survey, maka didapat data seperti terlihat Pada
Tabel 4.8. berikut:
79

Tabel 4.8. Hasil Kuisioner Nilai Inspeksi Pemeriksaan Sarana WC, Saluran
Pembuangan/Septic Tank dan Sarana Pembuangan Sampah

Kualifikasi Diagnosa Nilai skor resiko pencemaran


Resiko
No Tingkat Resiko (%)
Pencemaran
Pencemaran 9-10 6-8 3-5 0-2
1 Sarana Pembuangan 84 16 0 0 Sangat tinggi
Kotoran/Jamban
2 Sarana Pembuangan Tinggi
91 9 0
Air Limbah
3 Sarana Pembuangan Tinggi
96 4 0
Sampah

Dari hasil pemeriksaan lanjutan didapatkan data bahwa resiko pencemaran


yang sangat tinggi terjadi di kawasan tepian Sungai Musi ini. Rata–rata rumah
tangga membuang kotoran ke sungai. Hanya beberapa rumah yang memiliki tanki
septic di tanah. Hal ini berarti kawasan ini memerlukan penanganan secara cepat,
agar pencemaran lingkungan dapat segera dikurangi.
Berdasarkan data yang didapat di lapangan bahwa lebih dari 91% hasil
inspeksi menyatakan nilai yang sangat tinggi terhadap resiko pencemaran. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya septic tank di rumah warga. Walaupun memiliki
WC, namun salurannya langsung dibuang ke sungai. Hal ini terjadi karena bila
tanahnya dikeduk untuk membuat septictank, maka akan terdapat air yang sangat
besar di bawah tanah. Maka masyarakat memilih untuk menggunakan pipa yang
langsung dibuang ke badan sungai.
Dari Tabel 4.8. di atas terlihat data yang didapat di lapangan bahwa lebih
dari 96% hasil skor pencemaran menyatakan bahwa di tepian Sungai Musi sangat
tinggi resiko pencemaran akibat sampah. Hal ini dapat dilihat dari menumpuknya
sampah di tempat pembuangan umum yang tidak teratur. Di bawah rumah warga
pun sangat banyak sampah yang menumpuk. Jenis sampah mulai dari plastic
sampai sampah berbentuk sangat besar seperti kursi dan lain lain telah menumpuk
di sekitar rumah warga.
80

4.4 Sarana Sanitasi yang Sesuai dengan Keinginan Masyarakat


Ada 2 (dua) bentuk kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat untuk
mengetahui sejauh mana keinginan masyarakat untuk memiliki WC yang layak.
Kuisioner pertama berisikan hal–hal utnuk mengetahui sumber dana
pembangunan WC yang mereka gunakan selama ini, bagaimana keinginan
masyarakat terhadap sarana sanitasi baik WC dan tempat pembuangan sampah
yang diinginkan, dan bagaimana kesinambungan dari bangunan yang telah
diberikan oleh pemerintah. Sejauh ini sudah ada beberapa MCK umum yang
dibangun oleh Pemerintah.
Kuisioner bentuk ke-2 adalah berbentuk opsi pilihan bentuk jamban yang
ideal menurut masyarat. Ternyata dari 72 responden, 100% responden
meginginkan WC di dalam rumah. Semua responden mengharapkan dapat
memiliki WC pribadi, agar tidak sulit dalam kegiatan MCK sehari hari, terutama
apabila keadaan air sedang pasang tinggi atau banjir dan hujan. Namun
keterbatasan biaya yang membuat mereka tetap menggunakan sarana eksisting
dengan kondisi seadanya. Masyarakat juga tidak mau menggunakan WC komunal
karena lokasi yang jauh dari rumah mereka, mereka harus antri dan membayar.
Responden juga tidak mempermasalahkan bentuk bagian atas jamban karena
akan mengikuti kondisi rumah masing – masing. Dalam penelitian lebih
menekankan masalah limbah buangan hasil kegiatan MCK yang dilakukan oleh
masyarakat. Termasuk untuk responden yang telah memiliki rumah permanen,
ternyata WC mereka tidak memiliki tanki septic. Limbah buangan langsung
dialirkan ke sungai melalui pipa, dengan alasan sudah tidak memiliki tanah lagi
untuk membuat tanki septic.
Pemeliharaannya dilakukan oleh warga sendiri. Ada juga yang membayar
kemudian uangnya akan digunakan untuk pemeliharaan kebersihan sarana itu
sendiri. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan kepada 72 responden
didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 4.9) berikut:
81

Tabel 4.9. Hasil Kuisioner Sumber Dana, Keinginan Masyarakat Dan Masalah
Kesinambungan Dari Pembangunan Dan Pemeliharaan Sarana Sanitasi

No Keterangan Hasil Prosentase


1 Sumber dana pembangunan jamban yang digunakan masyarakat
sekarang:
• Swadaya Sendiri 56 responden 77%
• Bantuan Pemerintah 4 responden 6%
• Lain–lain (tidak ada WC) 12 responden 17%
2 Sanitasi yang diharapkan oleh masyarakat:
• Komunal (umum) 0 responden 0%
• Masing – masing/WC Pribadi 72 responden 100%
3 Bagaimana pemeliharaan sarana sanitasi yang telah dibangun pemerintah
(Pertanyaan ini hanya ditanyakan kepada responden yang menjawab
menggunakan WC umum) sebanyak 4 responden:
• Dilakukan bergotong royong 0 responden 0%
oleh masyarakat
• Dilakukan oleh petugas yang 4 responden 100%
dibayar masyarakat
4 Sumber dana Pembangunan tempat sampah rumah tangga
• Swadaya sendiri 14 responden 20%
• Bantuan Pemerintah 13 responden 17%
• Lain–lain (langsung ke sungai) 45 responden 63%
5 Sarana tempat sampah yang diinginkan masyarakat
• Di setiap rumah 12 responden 17%
• Langsung membuang ke tempat 60 responden 83%
umum

Jadi berdasarkan survey diperoleh dapat ditarik beberapa kesimpulan


(statistic induktif) sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi eksisting non teknis responden terhadap pengetahuan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sebagai berikut:
a. Untuk pengetahuan mengenai tempat pembuangan dan pengolahan
limbah atau septic, 86% responden menjawab bahwa mereka belum
mengerti tentang pengolahan limbah/septic. Responden yang menjawab
tempat pembuangan limbah yang benar adalah 85% ke sungai, ke septik
82

13% dan pembuangan lain 3% (langsung di bawah rumah panggung


mereka yang terletak di atas rawa–rawa dan sungai).
b. Untuk kebiasaan dalam pemakaian air minum dan air untuk memasak,
lebih dari 80% responden menjawab menggunakan air PDAM. Tidak
ada responden yang menggunakan air sungai untuk keperluan minun
dan masak. Namun air sungai masih digunakan oleh 32% responden
untuk keperluan mencuci dan mandi.
c. Sesuai dengan PHBS yang telah dilakukan secara bertahun – tahun,
maka dampak terhadap kesehatan pun pasti terjadi. Menurut survey
dalam 2 tahun terakhir penyakit yang sering menjangkiti responden
adalah penyakit kulit sebanyak 47%, muntaber sebanyak 40% dan diare
sebanyak 13%. Hal ini lebih sering terjadi terutama di musim air
pasang.
2. Kondisi eksisting secara teknis, mengacu dari hasil item c di point 1, Dari
hasil survey didapat untuk tempat melaksanakan MCK adalah 57% responden
menjawab menggunakan WC pribadi, 24% menggunakan sungai sebagai
tempat kegiatan MCK, dan 19% responden menjawab menggunakan MCK
umum, dari hasil survey juga diketahui bahwa 90% bangunan tersebut tidak
permanen, terbuat dari papan, baik yang ada atap, ataupun tidak beratap, ada
juga yang hanya ditutupi seng, ataupun kain, dan terletak di bagian depan
ataupun bagian belakang rumah responden, dan masih jauh dari standar
kesehatan. 10% bangunan WC Batu sesuai dengan kondisi rumah tinggal
responden. Namun 100% WC tersebut tidak memiliki tanki septic, semuanya
membuang limbah langsung ke sungai. Untuk tempat MCK umum bantuan
dari program pemerintah kondisinya juga kurang terawat dan kelompok
pemakai serta pemelihara tidak berlangsung dengan baik.
3. Menurut survey, 100% responden menginginkan untuk memiliki WC yang di
rumah masing–masing hal ini untuk mempermudah kegiatan mereka. Namun
bila melihat dari kondisi di lokasi, sangatlah tidak mungkin untuk
membangun WC sesuai standar di masing–masing rumah lagi di lingkungan
tersebut, dikarenakan lokasinya yang sangat sempit. Kondisi bangunan bagian
atas WC bisa disesuaikan dengan standar rumah masing – masing, yang
83

terpenting adalah untuk memusatkan pembuangan limbah agar dapat


mengurangi pencemaran lingkungan.

4.5 Perencanaan Sistem Sanitasi


4.5.1. Dasar Perencanaan Pembuatan Pengolahan Limbah/Septic
Penanganan air limbah sangat penting karena sangat terkait dengan
kesehatan lingkungan yang secara langsung juga berpengaruh pada kesehatan
masyarakat. Sistem pembuangan limbah domestik kota terdapat beberapa sistem
sesuai dengan peruntukannya. Misalnya untuk daerah permukiman yang
terstruktur dan terletak di kawasan daratan biasanya menggunakan septic tank
baik secara individu dan komunal.
Pada lokasi permukiman yang tidak terstruktur seperti yang terjadi di
kawasan Kelurahan 11 Ulu, sebagian besar penduduk menggunakan sistem
individual misalnya septic tank, cubluk, dan saluran sungai sebagai tempat
pembuangan limbah. Air limbah yang dibuang berupa air bekas cucian, dapur dan
kamar mandi yang secara langsung dialirkan ke badan air sungai. Kawasan tepian
sungai sebagian besar membuang air limbah langsung ke badan air atau sungai.
Hal ini akan mempengaruhi kesehatan masyarakat di sekitar pemukinam sungai.
Beberapa hal yang menjadi dasar dari perencanaan pembuatan pengolahan
limbah di kawasan Kelurahan 11 Ulu harus mempertimbangkan hal–hal sebagai
berikut:
a. Sampai saat ini belum ada MCK masyarakat yang berada di lokasi paling
dekat dengan badan Sungai Musi di kawasan 3 RT (RT. 3, 5 dan 10) yang
memiliki system pengolahan air limbah yang memadai. Semua MCK baik
pribadi ataupun umum membuang limbahnya secara langsung ke Sungai
Musi;
b. Kawasan permukiman cendrung merupakan kawasan yang kumuh
disebabkan oleh padatnya penduduk, jarak bangunan sangat rapat, mayoritas
rumah terbuat dari kayu, dan jaringan infrastruktur yang kurang memadai.
Kondisi kawasan 11 Ulu yang sudah sedemikian padat menyebabkan tidak
memungkinkannya dibuat sistem sanitasi off site;
84

c. Hal-hal yang berkaitan dengan pembuangan air limbah di permukiman


tepian Sungai Musi adalah kurangnya sarana pembuangan limbah rumah
tangga, banyak rumah yang kamar mandinya tidak dilengkapi dengan septic
tank, sehingga kotoran dibuang begitu saja di kolong rumah, kurangnya
kesadaran penduduk akan lingkungan yang sehat, pengaruh pasang surut
yang membuat lingkungan tambah kotor;
d. Kawasan tepi sungai kondisinya masih belum memadai sebagai ruang
terbuka water front, karena tepian sungai banyak yang digunakan sebagai
kegiatan MCK dan banyaknya bangunan yang membelakangi sungai;
e. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi karena biasanya
mereka telah tinggal di kawasan tersebut secara turun menurun dan
kebiasaan membuang limbah secara langsung ke Sungai Musi pun dianggap
sebagai hal yang lumrah dan telah menjadi tradisi;
f. Masalah suplai air bersih bukanlah menjadi kendala, karena rata – rata
penduduk telah memasang saluran PDAM masing – masing;
g. Masyarakat sebenarnya telah memiliki WC/tempat mandi masing – masing
namun banyak yang belum sesuai standar, karena banyak yang masih
melaksanakan kegiatan tersebut di tangga belakang rumah ataupun dibagian
belakang-nya.

4.5.2. Dasar Pemilihan Alternatif Pengolahan Limbah/Septic


Seperti telah dijelaskan pada Sub Bab 2.2.2, dimana ada 6 (enam) pilihan
teknologi septic/pengolahan limbah bagian bawah, yaitu
1. Tangki Septik Konvensional
2. Anaerobic Baffled Reactor
3. Anaerobic Upflow Filter
4. Rotating Biological Contactor
5. Biofiltrasi
6. Tripikon-S dan T-Pikon-H

Dari ke-6 (enam) jenis pengolahan limbah tersebut, masing masing


memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga nanti akan di dapatkan 1 pilihan
85

yang paling tepat untuk digunakan di lokasi kawasan pasang surut Kelurahan 11
Ulu Palembang. Ada beberapa asumsi umum yang menjadi parameter pemilihan
tersebut, yaitu spesifikasi, teknologi, biaya pembuatan, biaya pemeliharaan,
metode pelaksanaan, kapasitas, waktu, dan lokasi. Dari parameter yang disebutkan
di atas, maka akan dapat diketahui pilihan septic yang paling tepat. Secara
Detailnya dapat dilihat pada Tabel 4.10. Paramater Pemilihan Septic/Pengolahan
Limbah. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengolahan limbah yang sesuai
dengan dengan kawasan pasang surut air sungai seperti kawasan 11 Ulu adalah
biofiltrasi dan Tripikon. Namun keduanya pun memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing. Biofiltrasi memiliki teknologi tinggi, dengan
kapasitas yang tinggi, tetapi biayanya sangat mahal baik biaya pembelian dan
biaya pemeliharaannya. Sedangkan Tripikon memiliki teknologi yang sederhana,
namun biaya pembuatan dan pemeliharaannya murah dan bisa dijangkau oleh
masyarakat. Tripikon juga memiliki kelebihan lain, yaitu teknologi yang
sederhana membuatnya mudah untuk diaplikasikan kepada seluruh masyarakat di
berbagai kalangan.
Dari penelitian dan penyebaran kuisioner, bahwa mayoritas penduduk di
kawasan Kelurahan 11 Ulu adalah kalangan menengah ke bawah. Apabila
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan tersebut, maka pilihan Tripikon adalah
yang tepat. Untuk wilayah daratan digunakan tripikon H (horizontal), sedangkan
Tripikon-S digunakan untuk di daerah perairan/pasang surut.
Dasar pertimbangan penentuan kriteria pemilihan sistem pengolahan limbah
yang sesuai dengan kondisi di wilayah Kelurahan 11 Ulu tepatnya di RT 3, 5 dan
10 telah di bahas pada Sub Bab 2.1.6.1, yaitu:
1. Berdasarkan pengolahan data kuisioner mengenai tingkat perekonomian
penduduk dimana masyarakat tergolong memiliki pendapatan rendah–sedang,
kepadatan penduduk sedang (150 – 300 Jiwa/Ha), maka berdasarkan Table
2.2. point 6, Metode Penerapan Sistem Air Limbah Berdasarkan Kriteria
Kepadatan Penduduk dan Suplai Air Bersih dari Ditjen Cipta Karya, 1991,
untuk kawasan Kelurahan 11 Ulu diterapkan sisten sanitasi on-site/sanitasi
pribadi bisa juga bersama dengan pertimbangan di tiap – tiap rumah sudah
ada tempat MCK walaupun sempit.
86

2. Masyarakat di RT 3, 5 dan 10 tersebut sudah banyak yang memasang saluran


PDAM, baik yang memasang meter sendiri ataupun yang menyambung
dengan tetangga masing – masing. Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan ke Ketua RT masing – masing, sekitar 40% warga mereka telah
memasang saluran PDAM di rumah masing – masing dan sebagian tetangga
lagi telah menyambung saluran dengan tetangga mereka, sehingga dapat
disimpulkan bahwa di kawasan tersebut memiliki suplay air sedang (30 -
60%) sesuai dengan tabel 2.2. point 6 maka disarankan sama halnya seperti
point 1 di atas.
3. Keadaan topografi tanah yang tidak memungkinkan untuk membuat septic
tank standar sangat tidak memungkinkan, sehingga pilihan teknologinya pun
harus disesuaikan dengan kondisi khusus, yaitu menggunakan metode sanitasi
pribadi dengan pembuangan air limbah menggunakan Tripikon – S.
4. Berdasarkan hasil survey dimana masyarakat sebenarnya telah memiliki
tempat mandi dan cuci darurat di rumah masing masing maka opsi dengan
membuatkan lubang WC sederhana kepada masing – masing rumah baik
yang telah memiliki WC ataupun yang masih melaksanakan membuang
limbah langsung ke sungai. Lubang WC tersebut menggunakan leher angsa
dan saluran pembuangannya dengan menggunakan Tripikon–S.
5. Pemilihan teknologi Tripikon – S adalah pilihan teknologi yang sederhana,
yang dapat dibuat oleh masing – masing keluarga dengan biaya yang ringan.
Bahkan dengan pelatihan khusus untuk pembuatan Tripikon – S yang
dilaksanakan kepada masyarakat, masyarakat tersebut dapat menjual
teknologi tersebut kepada keluarga lain yang tinggal di wilayah perairan yang
lain, sehingga lambat laun diharapkan teknologi ini dapat menyebar.
6. Pemeliharaan Tripikon-S sama seperti septic tank pada umumnya, tidak
memerlukan perawatan yang sangat khusus. Masalah perawatan ini akan di
bahas pada Sub Bab 4. 7.
Tabel 4.10. Parameter Pemilihan Septic/ Pengolahan Limbah

Biaya Metode Waktu


No Kapasit
Pilihan Septic Bahan Teknologi Pelaksa pengurasan Lokasi
. Pemeliha as
Pembuatan naan (Tahun)
raan
1 Tangki Septik Bata Sederhana Konvensional dan harga Murah Mudah Sedang Max 2 Darat &
Konvensional tinggi Perairan/Rawa
2 Anaerobic Baffled Bata Tinggi Komunal Mahal Sedang Besar Max 2 Daratan
Reactor/Septiktank (Rp. 49.200.000,- per 50
bersusun KK (200 jiwa) –
Rp. 900.000/ KK)
3 Anaerobic Upflow Bata Tinggi Komunal Mahal Sedang Besar Max 2 Daratan
Filter/Septiktank (Rp.73.600.000,- per 50
Bersusun dengan KK/200 jiwa -
Filter Rp.1.500.000/KK)
4 Rotating Biological Bata Tinggi Komunal Mahal Sedang Besar 1-2 Daratan
Contactor
5 Biofiltrasi Fiber / Tinggi Komunal Mahal Mudah Besar 1-2 Darat &
tanki (Rp. 88.500.000,- per 40 Perairan/Rawa
KK - Rp. 3.650.000/KK,
harga tersebut belum
ongkos kirim dari Jakarta)
6 Tripikon Pipa/ Sederhana Individual Murah Mudah Kecil 1-2 Darat &
drum (± Rp. 2.500.000 Juta/KK) Perairan/Rawa

87
88

8. Hasil dari penyebaran kuisioner dan wawancara kepada masyarakat, bahwa


100% responden mengharapkan untuk memiliki sarana sanitasi pribadi di
rumah masing – masing. Masalah bentuk bagian atas septic akan
disesuaikan dengan kondisi WC di rumah masing – masing.

Atas pertimbangan kriteria di atas dan berdasarkan kebutuhan peningkatan


pelayanan, pengembangan, pembangunan sarana dan prasarana, keterbatasan
lahan serta kemampuan pembiayaan maka akan dilakukan perhitungan dalam
pembangunan sarana sanitasi yang akan dilakukan di kawasan ini, yaitu dengan
membuatkan sarana sistem pengolahan limbah individu dengan menggunakan
Tripikon–S di masing – masing rumah.
Usulan teknis yang dapat dilaksanakan untuk pembangunan Tripikon-S di
kawasan tepian Sungai Musi ini adalah:
a. Restrukturisasi/renovasi tangki septic yang ada dan dilengkapi dengan
bidang resapan. Jika memungkinkan diterapkan pengembangan dari tanki
septic konvensional menjadi tangki septic modern (Tripikon–S).
b. Perbaikan sistem seluruh sanitasi pribadi di masing rumah penduduk, agar
masyarakat memiliki lubang WC masing – masing. Pengolahan limbahnya
menggunakan Tripikon–S di masing –masing lubang.

4.5.3. Perencanaan Septictank Tripikon–S


Kelurahan 11 Ulu merupakan salah satu daerah pasang surut dimana muka
air tanahnya dangkal dan selalu tergenang air. Salah satu alternatif pengolahan
limbah domestik adalah Tripikon–S. Pipa Instalasi Tripikon–S dapat dibuat dari
pipa paralon atau dari drum aspal.
Sesuai dengan telah dibahas pada Sub Bab 2.1.2.2 dan Sub Bab 2.2.2.1,
bahwa Rata-rata Lumpur terkumpul l/orang/tahun (S) = 40 lt, untuk air limbah
dari KM/WC (IKK Sanitation Improvenment Programme, 1987) dan Air limbah
yang dihasilkan tiap orang/hari = 10 l/orang/hari (tangki septik hanya untuk
menampung limbah kakus). Hitungan volume lintasan juga dimensi Tripikon–S.
Perancangan Tripikon–S individual dapat dibuat dari pipa PVC. Dengan
menggunakan persamaan 2.2, 2.3 dan 2.4, maka di dapat volume septic yang bisa
89

di dapat adalah terlihat pada Tabel 4.11. berikut (detail perhitungan pada
Lampiran 4: Rencana Anggaran Biaya - Pekerjaan Pembangunan MCK Dan
Tripikon-S):

Tabel. 4.11. Perhitungan Penggunaan Pipa Berdasarkan Jumlah Pengguna

Jumlah Kapasitas Dimater Pipa


No Pengguna Tanki Septik Terluar
(Jiwa) (M3) (Inch)
1 1-5 0.30 10.00
2 6-10 0.59 14.00
3 11-15 0.88 17.00
4 16-20 1.16 20.00

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penerapan Tripikon-S secara fungsional


sebagai septic tank individual memilki 6 bagian penting, yaitu inlet (lubang untuk
memasukan limbah tinja), pipa vent dan de-sludge (lubang untuk celah celah
pemasukan oksigen), pipa penyaluran gas yang menyalurkan gas dari ruang
pengumpul lumpur tinja yang telah melalui proses aerobic & anaerobic menuju
udara bebas, pipa besar sebagai pelimpah effluent (menyalurkan air yang sudah
mengalami proses perombakan & stabilisasi lumpur lewat proses anaerobic), dan
outlet sebagai tempat keluaran effluent hasil pengolahan. Hal ini akan mengurangi
kadar pencemaran air yang dibuang ke Sungai Musi.

4.5.4 Prototype Sanitasi dan MCK Pilihan Masyarakat


Ada 4 pilihan yang diinginkan masyarakat yang akan di bahas, yaitu:
1. Prototype Tripikon S tanpa closet; Prototype ini dipilih karena masyarakat
telah memiliki WC (Beton ataupun kayu) yang standar namun belum
memiliki septic-nya (Tipe 1);
2. Prototype Tripikon – S dengan menggunakan closet; Prototype ini dipilih
oleh masyarakat yang telah memuliki WC umumnya WC kayu, namun belum
ada closet/leher angsa dan septic-nya (Tipe 2);
90

3. Prototype MCK Kayu dan Tripikon S; Prototype ini dipilih oleh masyarakat
yang hanya memiliki WC seadanya (telah dibahas di sub bab 4.3) dan
disesuaikan dengan kondisi rumah yang ditempati masyarakat (Tipe 3);
4. Prototype MCK Batu dan Tripikon S; Prototype ini dipilih oleh masyarakat
yang umumnya tinggal di rumah semi permanen, dimana kondisi WC
eksisting mereka juga semi permanen, sehingga ingin mendapatkan keadaan
yang lebih baik (Tipe 4).

4.5.4.1 Tipe 1 - Instalasi Tripikon-S (Tanpa Closet)


Bagi WC yang telah memiliki leher angsa sebagai lubang pembuangan,
maka untuk instalasi Tripikon-S tidak lagi membetuhkan closet/leher angsa.
Untuk spesifikasi dan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan Tripikon–
S adalah sebagai berikut:
1. Pipa yang paling dalam (pipa kecil) Ø pipa = 4" yang dapat disesuaikan
dengan ukuran leher angsa dari kloset;
2. Pipa sedang (pipa tengah) Ø pipa = 8" dan 10” sesuai dengan dimater pipa
besar;
3. Pipa besar (pipa luar) Ø pipa = 10”, 14”, 17”, dan 20“/drum dengan diameter
50 cm (sesuai hitungan di atas);
4. Celah antara pipa luar dan pipa sedang minimal 2 cm.;
5. Lobang-lobang bor pada pipa tengah mempunyai ukuran minimal Ø = 0,5 cm
terdiri dari 2 deret berjarak 4 cm;
6. Jarak deret bawah dari dasar TRIPIKON–S adalah 10 – 20 cm;
7. Lobang pada kaki berbentuk segiempat dengan ukuran (3 x 3) cm dan
berjumlah 4 buah;
8. Ruang pengapung yaitu jarak antara pipa terkecil dan pipa tengah adalah
setinggi > 20 cm.;
9. Panjang pipa besar digunakan dalam penelitian ini adalah 6 meter.
Catatan: Total panjang pipa yang direncanakan 6 m, yang tertanam ke dasar
sungai 1,5 m tinggi permukaan banjir 2,5 – 3 m, maka masih ada sisa pipa
tripikon yang keluar 1,5 – 2 m yang tidak terkena air. Dalam kondisi ini pipa
outlet dan pipa penguras tripikon akan aman dari airpasut.
91

Estimasi biaya konstruksi Tripikon-S untuk berbagai kapasitas, terlampir


pada Lampiran 6 dan rekapitulasi seperti terlihat pada Tabel 4.12 berikut (detail
perhitungan pada Lampiran 6 dan gambar pada Lampiran 5. Type 1: Instalasi
Tripikon-S tanpa Closet):

Tabel 4.12. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Tanpa Closet)

Kapasitas Pipa Intake Biaya Konstruksi Tipe 1


No (Jiwa) (∅ Inchi) (Rp)
1 1-5 10“ 2,567,000
2 6 - 10 14” 3,137,000
3 11 - 20 17” 4.454.500

4.5.4.2 Tipe 2 - Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet)


Perbedaan tipe 1 dan 2 hanya pada unit closet/leher angsa yang akan
digunakan, untuk rumah yang memiliki WC tapi tidak memiliki closet/leher
angsa, agar pemanfaatan-nya dapat digunakan dengan normal. Estimasi biaya
konstruksi Tripikon-S untuk berbagai kapasitas, terlampir pada Lampiran 6 dan
rekapitulasi seperti terlihat pada Tabel 4.13 berikut (detail perhitungan pada
Lampiran 6 dan gambar pada Lampiran 5. Type 2: Instalasi Tripikon-S Dengan
Closet):

Tabel 4.13. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Dengan Closet)

Kapasitas Pipa Intake Biaya Konstruksi Tipe 2


No
(Jiwa) (∅ Inchi) (Rp)
1 1-5 10“ 2,732,000
2 6 - 10 14” 3,302,000
3 11 - 20 17” 4,619,500
92

4.5.4.3 Tipe 3 - MCK Kayu Dengan Instalasi Tripikon-S


Sesuai dengan hasil survey yang telah dilaksanakan di RT. 3, 5, dan 10, dari
kuistioner bentuk jamban pilihan masyarakat, 57% (41 responden) memilih nomor
4 (Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap), dan sisanya 43% (31
responden) memilih nomor 6 (Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2/Jamban
untuk daerah banjir/pasang surut/rumah panggung. Maka 2 pilihan tersebut yang
akan dibuat prototype-nya khusus untuk bangunan bagian atas. untuk desain dan
RAB MCK sederhana dengan bahan utama dari kayu yang dapat diaplikasikan
untuk pemakaian di kawasan ini. Bangunan bagian atas ini akan dipadukan
dengan Tripikon–S yang telah dibahas pada Sub Bab 4.5.4, seperti terlihat pada
Lampiran 5. Type 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S.
Untuk spesifikasi dan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan
MCK Kayu ini adalah sebagai berikut:.
1. Semua material terbuat dari kayu kelas 3
2. Pondasi menggunakan umpak kayu kukuran 10/10 x 4 m
3. Rangka atap menggunakan rangka kayu dan atap seng
4. Untuk Bagian pengolahan limbahnya menggunakan Tripikon-S.
Gambar pada Lampiran 5. Type 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S,
Dimensi (P X L) = (1,20 x 1,75) M (luas minimum WC berdasarkan Tabel 2.3 =
1,20 x 1,75 M) dan rincian biaya tipe 3 ini terlihat pada Tabel 4.15 berikut (detail
perhitungan pada Lampiran 6):

Tabel 4.14. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Kayu Dan Tripikon-S

Biaya Konstruksi Biaya Konstruksi Tipe 3


Kapasitas Tripikon-S (x Rp.1.000)
No
∅ Pipa
(Jiwa) Biaya MCK Kayu +
MCK Kayu
(x Rp.1.000) Tripikon-S
1 1-5 10" 2.567,0 2.000,0 4.567,0

2 6 - 10 14" 3.137,0 2.000,0 5.137,0

3 11 - 20 17" & 20" 4.454,5 2.000,0 6.454,5


93

4.5.4.4 Tipe 4 - MCK Batu Dengan Instalasi Tripikon-S


Untuk spesifikasi dan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan
MCK Batu adalah sebagai berikut (Lihat Lampiran 5. Type 4: MCK Batu dengan
Instalasi Tripikon-S):
1. Pondasi dan dinding menggunakan batu bata
2. Pekerjaan sloof dan kolom menggunakan beton 1:2:3
3. Atap menggunakan rangka atap kayu dan seng
4. Untuk Bagian pengolahan limbahnya menggunakan Tripikon-S
Gambar pada Lampiran 5. Type 3: MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S,
Dimensi (P X L) = (1,5 x 2) M. (luas minimum WC berdasarkan Tabel 2.3 = 1,20
x 1,75 M) dan rincian biaya tipe 4 ini terlihat pada Tabel 4.15 berikut (detail
perhitungan pada Lampiran 6):

Tabel 4.15. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Beton dan Tripikon-S

Biaya Konstruksi Biaya Konstruksi Type 4


Kapasitas Tripikon-S (x Rp.1.000)
No
∅ Pipa
(Jiwa) Biaya MCK Batu +
MCK Batu
(x Rp.1.000) Tripikon-S
1 1-5 10" 2.567,0 5.200,0 7.767,0
2 6 - 10 14" 3.137,0 5.200,0 8.337,0
3 11 - 20 17" & 20" 4.454,5 5.200,0 9.654,5

4.5.5 Tripikon–S Sebagai Septic Komunal


Seyogyanya Tripikon-S bisa juga digunakan sebagai sarana instalasi
pengolahan limbah secara bersama/komunal. Namun banyak hal yang
dipertimbangkan untuk hal tersebut, yaitu:
1. Lokasi Tripikon–S sebagai septic komunal harus sesuai dengan tata ruang;
2. Pemilihan lokasi Tripikon–S di ujung muara pipa induk harus
mempertimbangkan aspek hidrolis dan aspek pembebasan lahan;
94

3. Aspek elevasi muka air yang turun naik sesuai dengan kondisi pasang surut
dan unsur gravitasi juga sangat menyulitkan untuk membuat Tripikon -S
sebagai IPAL.

Namun yang dapat dilakukan adalah menyatukan 4 sampai 5 unit WC di


rumah masyarakat dengan kapasitas pemakai total 20 jiwa untuk dijadikan 1
tempat septic-nya. Hal ini juga dapat dilakukan untuk menghemat biaya
pemasangan apabila masyarakat tidak sanggup untuk membuat dan memasang di
masing – masing rumah.
Telah di bahas di sub bab 4.5.4.1, bahwa nilai pemasangan septic Tripikon–
S untuk kapasitas 20 jiwa dengan menggunakan drum aspal yaitu sebesar
Rp.4.454.500. Hitungan ini belum ditambah dengan pemasangan pipa dari rumah
masing – masing ke lokasi Tripikon–S, yang diperkirakan masing – masong
rumah harus menambah pipa intake sepanjang lebih kurang 20 m dengan biaya
tambahan masing – masing rumah sekitar Rp.200.000 sampai dengan Rp.400.000.

4.6 Kemauan dan Kemampuan Masyarakat Untuk Mengaplikasikan


Teknologi Tripikon-S (Kuisioner Ke-2)
Kuisioner ini dibuat setelah selesai dilaksanakan penelitian dan perhitungan
terhadap pengolahan limbah yang paling sesuai untuk kondisi masyarakat di
lingkungan kelurahan 11 Ulu. Sosialisasi hasil penelitian dan pilihan prototype
yang terbaik bagi masyarakat dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon dari
masyarakat terhadap keinginan dan kemampuan masyarakat untuk merubah WC
eksisting yang digunakan
Di kuisioner ke-2 ini penulis hanya mengambil sampel yang lebih sedikit,
hanya melibatkan ketua RT, pengurus RT, kelompok BKM, dan beberapa
masyarakat yang mewakili dikarenakan keterbatasan waktu dan terutama sekali
ingin mendiskusikan ke-4 tipe yang telah didapat serta untuk mengetahui
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk untuk memiliki dan membangun
MCK yang lebih baik. Di dalam kuisioner ini, akan disampaikan hasil penelitian
kepada masyarakat, pilihan prototype MCK dan besar biaya dari masing – masing
95

alternatif pilihan tersebut dan menyebarkan-nya kepada responden. Ada 4


indikator yang akan ditanyakan kepada responden, yaitu:
1. Data pribadi masyarakat;
2. Kondisi eksisting WC yang digunakan masyarakat;
3. Pengetahuan dan keinginan masyarakat terhadap sanitasi;
4. Pengetahuan dan keinginan masyarakat terhadap bantuan pemerintah.

4.6.1. Hasil Responden Berdasarkan Data Pribadi


Data pribadi responden diperlukan pada pembagian kuisioner kedua hanya
untuk mengetahui latar belakang responden survey kedua, dan hal ini tidak terlalu
berpengaruh pada hasil survey pertama. Setelah di laksanakan pengolahan data,
maka didapatkan hasil untuk data pribadi, yaitu untuk jenis kelamin responden
adalah 60% responden adalah perempuan dan 40% adalah laki – laki. Sebelum
kuisioner ini disebarkan telah dilaksanakan perbincangan dengan pihak dari
PNPM Mandiri Perkotaan dan bersedia untuk bertemu wakil masyarakat yang
difasilitasi oleh pihak PNPM Mandiri Perkotaan. Penyebaran kuisioner ini juga
hanya dilakukan di 4 titik, yaitu rumah ketua RT.3/RW.1, Rumah Ketua
RT.5/RW.2, dan Rumah sekretaris RT.10/RW.2, serta dilakukan juga di Kantor
Lurah. Hal inilah yang menyebabkan jumlah responden perempuan tidak sampai
70% seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan ke masing – masing - rumah
responden, juga adanya keterbatasan waktu. Untuk usia, 75% responden berusia di
atas 40 tahun dan 25% berusia di bawah 40 tahun. Untuk pekerjaan, 13%
responden bekerja sebagai pegawai, 10% sebagai buruh atau tukang ojek, 60%
berprofesi sebagai pedagang, dan 17% sebagai Ibu Rumah Tangga. Untuk
penghasilan di atas Rp.2.000.000 ada 13% responden, 40% responden memiliki
penghasilan antara Rp.1.000.000 - Rp.2.000.000, 47% responden memiliki
penghasilan tidak tetap antara Rp.500.000 - Rp.1.000.000. Penghasilan ini
berhubungan dengan pekerjaan respoden yang sebagian besar berprofesi sebagai
pedagang.
96

4.6.2. Kondisi Eksisting WC Yang Digunakan Masyarakat


Ada 3 pertanyaan yang diajukan kepada responden yang mewakili untuk
kondisi eksisting WC yang digunakan masyarakat. Pertanyaan pertama adalah
mengenai bahan bangunan/material yang digunakan. 10% responden menjawab
menggunakan WC permanen yang terbuat dari batu bata. Umumnya responden
yang menjawab ini memiliki rumah yang permanen juga. 60% responden
menjawab menggunakan WC kayu dan 3% menjawab menggunakan WC semi
permanen (responden ini umumnya memiliki rumah semi permanen dan rumah
panggung). 27% responden menjawab tidak memiliki WC pribadi. Dalam hal ini
responden menggunakan MCK umum dan ada juga yang langsung ke sungai.
Pertanyaan kedua menanyakan letak WC pribadi yang digunakan, 27%
menjawab tidak ada. Responden ini adalah respoden yang menjawab tidak
memiliki WC. 20% menjawab bahwa WC mereka terletak di lantai 1 baik di
samping, ataupun di depan dan di belakang rumah mereka. Dengan kata lain
terletak di luar rumah responden. WC ini umumnya terbuat dari kayu, dengan
lokasi di dekat tangga rumah warga, ada juga yang terletak di badan sungai. 10%
menjawab terletak di dalam rumah di lantai 1. Ini adalah responden yang
menggunakan WC permanen, karena rumah mereka memang terbuat dari batu.
43% menjawab bahwa WC terletak di lantai 2, bagian luar rumah. Ini umumnya
bentuk WC yang digunakan oleh pengguna rumah panggung dan rumah semi
permanen lainnya, karena di bagian bawahnya adalah air. Tidak ada yang
menjawab bahwa membuat WC di dalam rumah di lantai 2.
Sedangkan untuk ketersediaan septic, sama seperti jawaban di penyebaran
kuisioner 1, yaitu 100% KK tidak ada yang memiliki septic. Semuanya
menggunakan pipa pembuangan langsung ke sungai. Beberapa responden
mengetahui bahwa septic itu sangat penting, namun responden bingung untuk
membuat septic tank konvensional di rumah mereka, karena bagian bawah tanah
rumah mereka adalah aliran air sungai, dan pada saat digali langsung keluar mata
air.
97

4.6.3 Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap Sanitasi


Ini adalah inti dari tujuan dilaksanakannya penyebaran kuisioner ke-2, yaitu
untuk mengetahui keinginan masyarakat dalam mengadakan perubahan bagi
lingkungan hidup. Dimulai dengan pertanyaan pertama ada 2% responden yang
telah mengikuti survey pertama dan dilanjutkan ke survey kedua. Mereka adalah
ketua RT 3 dan 5. 100% responden menjawab bahwa belum mengetahu tentang
teknologi Tripikon-S. Responden hanya mengetahui mengenai septic tank
konvensional. 67% Responden menjawab bahwa mereka mau untuk merubah
kondisi WC yang telah digunakan selama ini, baik hanya ingin merubah septicnya
saja, sampai ke bentuk WC-nya juga. Hal ini sangat baik, bila ada tanggapan
positif dari masyarakat yang diwakili oleh responden, tetapi yang menjadi
permasalahan adalah masalah biayanya, dimana penghasilan responden yang kecil
dan hanya cukup untuk makan sehari – hari saja. Hal inilah yang kemudian digali
lebih dalam, dan akan dibahas di sub bab 4.6.4.
Pertanyaan ke-4 menanyakan kepada responden mengenai prototype WC
pilihan responden. Telah dibahas pada sub bab sebelumnya bahwa ada 4 pilihan.
Pilihan pertama adalaha instalasi Tripikon – S saja (Tipe 1), yang hanya akan
digunakan oleh responden yang telah memiliki WC standar, tetapi belum
memiliki septic yang tepat, 27% responden memilih tipe ini karena mereka telah
memiliki WC dengan closet di bagian atasnya. Pilihan kedua adalah Instalasi
Tripikon–S dengan closed. 10% responden memilih tipe ke-2 ini. 56% responden
menjawab bahwa memilih MCK kayu yang dilengkapi dengan Tripikon–S karena
memang sebagian besar masyarakat menggunakan WC kayu yang tidak layak, dan
7% responden menjawab menginginkan MCK batu yang dilengkapi dengan
Tripikon–S. Responden telah memiliki WC, namun bentuknya belum standar
walau terbuat dari kayu, tetapi dindingnya ada yang hanya ditutup dengan seng,
kain, ataupun rumbia. Masyarakat juga menginginkan kondisi yang lebih baik.
Pertanyaan terakhir adalah mengenai kemauan & kemampuan masyarakat
dalam hal membiayai MCK pilihan mereka tersebut. Hasilnya 27% responden
mau untuk membiayai pilihan mereka tersebut (dari responden yang
berpenghasilan > Rp.2.000.000/bulan dan beberapa pedagang). Yang menjawab
“tidak” mau membiayainya sebanyak 73%. Hal ini dikarenakan penghasilan
98

mereka yang sangat kecil dan kehidupan yang sangat sulit. Hal ini menandakan
bahwa bantuan pemerintah sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

4.6.4 Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap Program Bantuan


Pemerintah
Untuk mengkorelasikan program pemerintah yang sedang berjalan saat ini
di Kelurahan 11 Ulu, yaitu program bantuan pemerintah dalam hal ini PNPM
(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Perkotaan (P2KP).
Mengenai keberlanjutan dari hasil penelitian ini, yaitu bantuan pendanaan dari
program pemerintah PNPM Mandiri Perkotaan. 70% responden mengetahui
mengenai PNPM Perkotaan dan 100% responden mengharapkan bantuan dari
pemerintah melalui PNPM Perkotaan, walaupun dalam bentuk pinjaman bergulir.
Hal ini berdasarkan survey ke-2 yang telah dilakukan pada tanggl 30 April
2014 dengan pada Tabel 4.16. Hasil Survey Ke-2.

4.7. Sistem Pemeliharaan Tripikon-S


Pelaksanaan pemeliharaan ini dilakukan secara individual. Umumnya
pemeliharaan ini sama dengan pemeliharaan septic tank pada umumnya.
Pengurasan Tripikon–S minimal dilaksanakan 1 (satu) kali pertahun. Lakukan
pengurasan Tripikon-S di daerah pasang surut dengan pompa sembur, sedangkan
untuk di daerah darat dengan menggunakan pompa sedot. Permasalahan pada
Tripikon-S sama seperti pada septic tank, yaitu sering tersumbat. Oleh karena itu
jangan membuang tissue, kertas, dan barang lain ke dalam lubang WC.
99

Tabel4.16. Hasil Survey Ke-2

Jumlah
No Indikator Pilihan Persentase
Responden
1. Data Pribadi
Laki-laki 12 40%
1 Jenis Kelamin
Perempuan 18 60%
Jumlah 30 100%
Di bawah 40 Tahun 10 25%
2 Usia
Di atas 40 Tahun 30 75%
Jumlah 40 100%
Pegawai (Swasta/PNS) 4 13%
Buruh/Tukang Ojek 3 10%
3 Pekerjaan
Pedagang 18 60%
Ibu Rumah Tangga 5 17%
Jumlah 30 100%
LEBIH DARI RP.2.000.000 4 13%
RP. 2.000.000 - RP. 1.000.000 12 40%
4 Penghasilan
RP. 1.000.000 - RP. 500.000 14 47%
KURANG DARI RP. 500.000. 0 0%
Jumlah 30 100%
2. Kondisi Existing WC Masyarakat
PERMANEN (BATU) 3 10%
TIDAK PERMANEN (KAYU) 18 60%
1 Kondisi WC existing warga
SEDERHANA (SEMI PERMANEN) 1 3%
TIDAK ADA 8 27%
Jumlah 30 100%
SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (Lt. 1) 6 20%
DALAM RUMAH (Lt. 1) 3 10%
2 Lokasi WC eksisting warga SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (Lt. 2) 13 43%
DALAM RUMAH (Lt. 2) 0 0%
TIDAK ADA 8 27%
Jumlah 30 100%
Ketersedian septic di WC Ada 0 0%
3
masyarakat Tidak Ada 30 100%
Jumlah 30 100%
3. Kondisi Pengetahuan dan Keinginan Masyarakat
Ya 2 7%
1 Mengikuti Survey Pertama
Tidak 28 93%
Jumlah 30 100%
Pengetahuan mengenai Tripikon - Ya 0 0%
2
S Tidak 30 100%
Jumlah 30 100%
Keinginan untuk merubah WC Ya 20 67%
3
masyarakat Tidak 10 33%
Jumlah 30 100%
TIPE 1 (Instalasi Tripikon-S saja) 8 27%
TIPE 2 (Instalasi Tripikon-S dengan Closet) 3 10%
4 Prototipe pilihan Masyarakat
TIPE 3 (MCK Kayu + Tripikon-S) 17 56%
TIPE 4 (MCK Batu + Tripikon-S) 2 7%
Jumlah 30 100%
Kemauan & kemampuan Ya 8 27%
5 masyarakat untuk membiayai
prototipe MCK Tidak 22 73%
Jumlah 30 100%

4. Kondisi Pengetahuan dan Keinginan Masyarakat terhadap Program Pemerintah

Mengetahui mengenai PNPM Ya 21 70%


1
Mandiri Perkotaan (P2KP) Tidak 9 30%
Jumlah 30 100%
Setuju bila pembuatan MCK Ya 30 100%
2
dibantu PNPM P2KP Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil studi diperoleh hasil bahwa masyarakat Kelurahan 11 Ulu,
khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan tepian Sungai Musi
(RT.3/RW.1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2) memiliki perilaku hidup tidak
bersih dan tidak sehat, dimana telah menjadi kebiasaan secara turun
menurun membuang kotoran dan sampah langsung ke sungai, sehingga
tercipta sanitasi yang tidak baik. Hasil penelitian terhadap 72 (tujuh puluh
dua) responden yang telah dilakukan, didapatkan kondisi eksisting system
sanitasi dan pengolahan limbah secara non teknis dan teknis adalah sebagai
berikut:
• Kondisi Rumah: Panggung terbuat dari kayu sebanyak 71%, Semi
Permanen sebanyak 21%, dan Bangunan Permanen dari batu sebanyak
8%;
• Tempat Mandi, mencuci, BAB dan BAK Masyarakat: Yang memiliki
WC Pribadi sebanyak 57%; ke sungai sebanyak 24%; menggunakan
WC Umum sebanyak 19%. Dari 57% responden yang menggunakan
WC pribadi tersebut, terdapat konstruksi bangunan MCK-nya tidak
permanen sebanyak 90%, terbuat dari papan, dengan atau tanpa
penutup, lokasi WC terletak di bagian depan ataupun bagian belakang
rumah, dan kondisinya masih jauh dari standar kesehatan. WC
Permanen sebanyak 10% bangunannya sesuai dengan kondisi rumah
tinggal responden. Dari penelitian didapatkan bahwa 100% masih
membuang limbah ke sungai dan WC/MCK tersebut tidak memiliki
tanki septic, dimana semuanya membuang limbah langsung ke sungai.
Untuk tempat MCK umum bantuan dari program pemerintah
kondisinya juga kurang terawat dan kelompok pemakai serta
pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;

100
101

• Pemahaman masyarakat untuk tempat pembuangan limbah masih


sangat rendah, dimana sebanyak 85% ke sungai; ke septic sebanyak
12%; dan 3% membuang langsung di bawah rumah panggung mereka
yang terletak di atas rawa–rawa dan sungai;
• Untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam kegiatan rumah tangga,
sebanyak 66% menggunakan air dari PDAM, sedangkan lainnya
menggunakan air hujan (8%), air tanah (14%) dan air sungai (12%).
Untuk air minum mayoritas menggunakan air dari PDAM (86%) dan air
tanah (14%), demikian juga untuk memasak menggunakan air PDAM
sebanyak 80% dan air tanah sebanyak 20%. Untuk mencuci digunakan
air PDAM (42%), air hujan (5%); air tanah (21%) dan air sungai (32%).
Untuk mandi penggunaan air PDAM (42%), air hujan (5%), air tanah
(21%) dan air sungai (32%);
• Perilaku hidup yang tidak bersih dan tidak sehat tersebut di atas,
tercermin dari beberapa penyakit yang sering dialami masyarakat, yaitu
penyakit kulit (47%), muntaber (40%) dan penyakit diare (13%);
• Dari hasil pemeriksaan Sarana Pembuangan Kotoran/Jamban diperoleh
nilai skor resiko pencemaran 84%, ini adalah resiko pencemaran yang
sangat tinggi terjadi di kawasan tepian Sungai Musi ini. Rata–rata
rumah tangga membuang kotoran ke sungai. Untuk Sarana Pembuangan
Air Limbah, nilai skor resiko pencemaran 91% (sangat tinggi). Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya septic tank di rumah warga. Walaupun
memiliki WC, namun salurannya langsung dibuang ke sungai. Dan dari
Inspeksi Sarana Pembuangan Sampah diperoleh nilai skor resiko
pencemaran 96% (sangat tinggi). Hasil skor pencemaran tersebut
menyatakan bahwa di tepian Sungai Musi sangat tinggi resiko
pencemaran akibat sampah.
2. Berdasarkan alternatif pilihan sarana sanitasi MCK yang diinginkan
masyarakat adalah Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap
sebanyak 57% dan Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2 (Jamban untuk
daerah banjir/pasang surut/rumah panggung) sebanyak 43%. Dan dari
kondisi pencemaran yang telah terjadi, serta dari desain dengan kondisi
102

rumah yang ada serta instalasi pengolahan limbahnya di masing-masing


rumah yang tepat untuk pengolahan limbah rumah adalah septik Tripikon-S
(Tanpa atau dengan Closet) dan MCK Kayu/Batu dengan septik Tripikon-S.
Teknologi Konstruksi Tripikon-S dipilih berdasarkan kondisi eksisting
rumah-rumah masyarakat yang berada di tepian sungai dan berbentuk
panggung, daerah pasang surut/banjir, lahan yang terbatas, mudah
dikerjakan oleh masyarakat dan dapat mengoptimalkan material lokal
dengan biaya yang murah. Prosentase Pilihan masyarakat atas tipe
infrastruktur sanitasi adalah sebagai berikut:
• Tipe 1: Instalasi Tripikon-S (Tanpa Closet) = 27%;
• Tipe 2: Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet) = 10%;
• Tipe 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S = 56%;
• Tipe 4: MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S = 7%.
3. Estimasi biaya kontruksi yang diperlukan untuk pembangunan sistem
pengolahan limbah yang sesuai dengan kondisi eksisting wilayah Kelurahan
11 Ulu (khususnya di tepian Sungai Musi) seperti yang disebutkan pada
point ke-2 di atas adalah sebagai berikut:
• Biaya Tipe 1 - Instalasi Tripikon-S (Tanpa Closet): Rp.2.567.000 s/d
Rp.4.454.500;
• Biaya Tipe 2 - Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet): Rp.2.732.000 s/d
Rp.4.619.500;
• Biaya Tipe 3 - MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S: Rp.4.567.000
s/d Rp.6.454.500;
• Biaya Tipe 4 - MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S: Rp.7.767.000
s/d Rp.9.654.500.
Besaran biaya tersebut tergantung kepada kapasitas yang diperlukan.
4. Kondisi pengetahuan dan keingingan masyarakat didapat 100% responden
belum mengetahui tentang teknologi Tripikon–S dan sebanyak 67%
respoden menjawab bahwa mereka ingin merubah WC mereka agar sehat
dan layak, sedangkan 33% responden tidak mau merubah, hal ini
dikarenakan mereka tidak memiliki WC dan tidak memiliki cukup dana
untuk membuat WC serta faktor kebiasaan yang turun temurun. Serta 73%
103

responden menjawab tidak mampu untuk membiayai pembuatan WC


pilihan mereka, dan 27% menjawab sanggup untuk membiayai konstruksi
MCK yang dipilihnya.

5.2. Saran
1. Sehubungan dengan keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi
(salah satunya cara pengolahan limbah, metode septik, instalasi tripikon,
dan lain lain), maka perlu sosialiasi dan capacity building untuk masyarakat
sekitar.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menilai/mengevaluasi kinerja
Konstruksi Tripikon-S dan sistem pemeliharaan serta operasionalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Cahyadi, Efrinda Ari Ayuningtyas, dan Bayu Argadyanto Prabawa, 2013,
“Urgensi Pengelolaan Sanitasi Dalam Upaya Konservasi
Sumberdaya Air Di Kawasan Karst Gunungsewu Kabupaten
Gunungkidul”, Indonesian Journal of Conservation.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 2011, “Modul Rekayasa
Lingkungan – Bab 3 Air Limbah”.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab
3_air_limbah.pdf, Jakarta
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2002, “SNI 03-2398-2002 - Tata Cara
Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan”,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Bappeda Kota Palembang (2008), “Laporan Akhir - Penyusunan DED Air
Limbah Pasang Surut 3-4 Ulu dan 36 Ilir Palembang”, CV. Kaditarin
Perdana, Palembang.
Bappeda Kota Palembang, 2013, “Standarisasi Harga Satuan Upah, Bahan
Bangunan dan Gedung”, Palembang.
Chandra, B., 2007, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”. Kedokteran EGC,
Jakarta.Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003, “Brosur
Tripikon-S Tiga Pipa Konsentris – Septik”, Universitas Yogyakarta,
Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Ditjen Pengendalian Penyakit &
Penyehatan Lingkungan, 2005, “Panduan Teknis, Pemanfaatan
dan Pemeliharaan Sarana Air Bersih Non Perpipaan”, WSLIC-2,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2005, “60 Tahun Perjalanan Membangun
Bangsa Menuju Masyarakat yang Adil dan Sejahtera”,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

104
105

Departemen Permukiman dan Pengembangan, Wilayah, 2002, “Dirjen


Pengembangan Perdesaan, Buku Petunjuk Tentang Rural
Water Supply and Sanitation Project (ADB 1352-INO)”,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jambi Sub Dinas Pembinaan Kesehatan Lingkungan,
2005, “Pedoman Inspeksi Sanitasi dan Sarana Air Bersih
Lingkungan Perumahan”, Jambi.
Dinar Putranto, 2005, “Buku Petunjuk Penulisan Tesis Program Studi Teknik
Sipil”, Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.
Direktur Jendral Cipta Karya Departeman PU, 2009, “Pedoman Pelaksanaan
PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat”, Pamsimas, Jakarta.
Direktur Jendral Cipta Karya Departeman PU, 2009, “Informasi Sarana
Sanitasi”, Pamsimas, Jakarta.
Enrico Rahadi Djonoputro, Isabel Blackett, Almud Weitz, Alfred Lambertus,
Reini Siregar, Ikabul Arianto dan Job Supangkat, 2010, “Buku
Penuntun Opsi Sanitasi yang Terjangkau untuk Daerah Spesifik”,
Water and Sanitation Program (WSP), Jakarta.
H. Subagyo, 2006, “Karakteristik Pengelolaan dan Pengelolaan Lahan Rawa”.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian.Bogor, Bogor.
Husein Umar, 2008, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”,
Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ikatan Ahli Teknik Lingkungan Indonesia/IATPI, 2012, “Tangki Bio-Filter
IATPI - Anaerobic Fluidized Bed Bio-Filter”, Jakarta.
Ikatan Ahli Teknik Lingkungan Indonesia/IATPI - PT. Biofilter Sanitasi
Indonesia -, 2012, “Panduan Harga Biofilter”, Jakarta.
Imam Syarifudin, 2013, “Solusi Sanitasi di Kawasan Muka Air Tinggi, Rawa,
Pantai, Sungai”, http://www.lptp.or.id/articles-
detail.php?id=8&topic=1366696887, LPTP (Lembaga Pengem-
bangan Masyarakat Pedesaan), Surakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, “Modul 4 – Topik: Prasarana Dasar
Infrastruktur PNPM”, P2KP, Jakarta.
106

Kementerian Pekerjaan Umum, 2008, “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Nomor 16 - 2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman”,
Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Kompas, 2010, “Diperkirakan 3 Target MDGs Sulit Tercapai”, PT. Kompas
Media Nusantara, Jakarta, 18 September 2010, Hal. 1, Jakarta.
LKM Bintang Lima, 2009, “Dokumen Perencanaan Jangka Menengah dan
Rencana Tahunan”, Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan, Palembang.
Majalah Percik, 2007, “Isu Gender Dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi”,
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja
AMPL), Jakarta
Masrur Alatas, 2013, “Pengolahan Limbah Cair - Tripikon”, EcoCom Dev
Indonesia, Yogyakarta.
Mary Selintung & Miranda R. Malamassam, 2011, “Pengolahan Air Limbah
Rumah Tangga Pada Lahan Sempit”, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin, PRO SID ING 201 1, Makassar.
Mustafa Kemal, 2012, “Anda tinggal di Perumahan?Waspadalah!”, Kompasiana,
Jakarta.
Oswar Mungkasa, 2012, “Presentasi Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi”,
Bappenas, Jakarta.
Rahmadi, 2006, “Strategi Sanitasi Lingkungan Permukiman di Bantaran
Sungai Musi di Kota Sekayu Kabupaten Banyuasin”, Tesis
program Pasca Sarjana Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman,
Institut Teknologi Surabaya.
Revianty Nurmeyliandari, 2010, “Studi Penyiapan Sarana Sanitasi di Desa
Sungsang Kabupaten Banyuasin”,Tesis Program Pasca Sarjana
Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya, Palembang.
107

Sekretaris Kabinet, 2001, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82


Tahun 2001 - Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air”, Sekretaris Kabinet, Jakarta.
Soekirno, Purnomo, 2003, “Manajemen Pemeliharaan Infrastruktur”, Jakarta.
Soeparman dan Suparmin, 2002, “Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu
Pengantar)”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sugiyono, 2005, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2009, “Statistika untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung.
The Water and Sanitation Program, 2011, “Buku Penuntun Opsi Sanitasi
Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik”, WSP, Jakarta.
Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah Universitas Sriwijaya, 2013. “Pedoman
Umum Penulisan Karya Tulis Ilmiah”, Universitas Sriwijaya,
Palembang.
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), 2010, “Bergerak Bersama dengan
Strategi Sanitasi Kota”, TTPS, Jakarta.
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), 2010, “Buku Referensi – Opsi
Sistem dan Teknologi Sanitasi”, TTPS, Jakarta.
Waspola, 2008, “Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia”,
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Water and Sanitation Program (WSP), 2011, “Informasi Pilihan Jamban
Sehat”, Water and Sanitation Program (WSP), Jakarta.
Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 1:
Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner)

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

108
SURVEY PENELITIAN TESIS

KUISIONER

TEMA
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI
(STUDI KASUS DI KELURAHAN 11 ULU – KOTA PALEMBANG)

Program Studi Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur


Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
LEMBAR PERTANYAAN (No. Quistioner: ..............)
DIAGNOSA TINGKAT RESIKO PENCEMARAN
DATA LOKASI
PROVINSI : SUMATERA SELATAN Nomor Rumah : ______________
KOTA : PALEMBANG Nama Kepala Rumah Tangga : ______________
KECAMATAN : SEBERANG ULU II Tanggal Wawancara : ____________ 2013
KELURAHAN : 11 Ulu Jam Wawancara : ____ - ____ WIB.
RW/RT : ____ / ____ Pewancara

Cara memberikan jawaban adalah dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang
tersedia dengan memberi tanda “ √ ” pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.

A. Soal no 1- 7 untuk mengetahui tingkat perekonomian masyarakat.


NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN KE

1 Nama responden ..........................................................................

2 Usia responden
TAHUN

3 Jenis Pekerjaan A. PEGAWAI NEGERI ATAU SWASTA


B. WIRASWASTA / DAGANG
C TUKANG OJEK / BURUH LEPAS
D. ………………………………………….

4 Jenis Kelamin A. PEREMPUAN


B. LAKI - LAKI

5 Apa status kepemilikan rumah A. MILIK SENDIRI


yang saat ini ditempati? B. MILIK ORANG TUA/ KELUARGA
C. KONTRAK/ SEWA
1. HARIAN
2. BULANAN
3. TAHUNAN
D. DINAS/INSTANSI/ JABATAN
E. LAINNYA (SEBUTKAN)

6 Berapa besar penghasilan anda A. LEBIH DARI RP.2.000.000,-


sebulan? B. RP. 2.000.000,- - RP. 1.000.000,-
C. RP. 1.000.000,- - RP. 500.000,-
D. KURANG DARI RP. 500.000,-

7 Kondisi rumah : A. KAYU (PANGGUNG )


B. PERMANEN
C. SEMI PERMANEN

1 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
B. KUISIONER BERIKUT UNTUK MENGETAHUI TINGKAT PENGETAHUAN,
KESADARAN DAN KEBIASAAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI

AIR HUJAN
Dimana anda memperoleh air AIR TANAH
1
bersih? AIR SUNGAI
LAIN-LAIN ...............................

AIR HUJAN
Untuk minum biasanya anda AIR TANAH
2
menggunakan air yang berasal dari : AIR SUNGAI
LAIN-LAIN ...............................

AIR HUJAN

Untuk memasak biasanya anda AIR TANAH


3
menggunakan air yang berasal dari : AIR SUNGAI
LAIN-LAIN ...............................

AIR HUJAN
Untuk mandi biasanya anda AIR TANAH
4
menggunakan air yang berasal dari : AIR SUNGAI
LAIN-LAIN ...............................

KAMAR MANDI DI RUMAH


5 Dimana anda biasanya mandi? KAMAR MANDI UMUM
LANGSUNG KE SUNGAI

AIR HUJAN
Untuk mencuci baju dan mencuci AIR TANAH
6 piring biasanya anda menggunakan
AIR SUNGAI
air?
LAIN-LAIN ...............................

KAMAR MANDI DI RUMAH


Dimana anda biasanya BAB dan KAMAR MANDI UMUM
7
BAK?
LANGSUNG KE SUNGAI

TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH


Menurut pendapat Bapak/Ibu/sdr/i, (SEPTIK )
8 tempat pembuangan limbah yang SUNGAI
benar adalah ?
LAINNYA ................

DIARE
MUNTABER
Dalam kurun waktu 10 Tahun
9 terakhir, penyakit apa yang paling KERUSAKAN GIGI
sering diderita oleh penduduk ? PENYAKIT KULIT
DAN LAIN – LAIN ...................

2 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
C. INSPEKSI SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
SARANA PEMBUANGAN KOTORAN/JAMBAN

Resiko pencemaran
No Pertanyaan
YA TIDAK
1 Apakah jarak dari lubang penampungan kotoran atau dinding
resapan jamban kurang dari 10 meter dari sumber air bersih
2 Apabila jarak lubang penampungan kotoran atau dinding
resapan kurang dari 10 m apakah letak lubang/resapan tersebut
terletak di bagian yang lebih tinggi dari sumber air?
3 Apakah air buangan dari septik tank kotoran dialirkan ke
sungai/kolam/laut?
4 Apakah luas slab jamban kurang dari 1 m2?
5 Apakah konstruksi rumah jamban dapat menimbulkan
kecelakaan (tinggi pintu ke atap kurang dari 1,5 M)?
6 Apakah jamban tidak dilengkapi pipa ventilasi?
7 Apakah di dalam jamban/di sekitar jamban terdapat lalat?
8 Apakah lantai jamban kotor?
9 Apakah jamban tidak dilengkapi baik air?
10 Apakah di jamban tidak tersedia sabun?

TOTAL

D. INSPEKSI SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN


SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA

Resiko pencemaran
No Pertanyaan
YA TIDAK
1 Apakah air limbah dibuang begitu saja sehingga mencemari
lingkungan?
2 Apakah jarak dari lubang penampungan limbah dengan sumber
air bersih kurang dari 10 m ?
3 Apabila jarak lubang penampungan air limbah kurang dari 10
m, apakah letak lubang resapan tersebut terletak di bagian yang
lebih tinggi dari sumber air?
4 Apakah saluran limbah tersumbat/tidak lancar?
5 Apakah lubang/saluran air limbah terbuka?
6 Apakah air limbah menimbulkan genangan air?
7 Apakah SPAL tersebut sebagai tempat berkembang biak
nyamuk?
8 Apakah sekitar lubang penampungan air limbah banyak lalat?
TOTAL

3 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
E. INSPEKSI SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
SARANA PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA

Resiko pencemaran
No Pertanyaan
YA TIDAK
1 Apakah di dalam rumah tidak tersedia tempat sampah?
2 Apakah tempat sampat tersebut kedap air?
3 Apakah sampah dibuang ke selokan/sungai?
4 Apabila tempat sampah berupa galian, apakah sampah tertutup
tanah?
5 Apakah tempat pembuangan sampah letaknya dekat sumber air?
6 Apakah di tempat pembuangan sampah terdapat banyak lalat?
7 Apakah tempat pembuangan sampah menimbulkan bau?
8 Apakah jarak TPA/TPS ke pemukiman kurang dari 50 M?
TOTAL

F. KUISIONER BERIKUT UNTUK MENGETAHUI SUMBER DANA,


KEINGINAN MASYARAKAT DAN MASALAH KESINAMBUNGAN
DARI PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN SARANA SANITASI
SWADAYA SENDIRI
Dari mana sumber dana
1 pembangunan jamban yang BANTUAN PEMERINTAH
anda gunakan? LAIN-LAIN ...............................

SWADAYA SENDIRI
Dari mana sumber dana
2 pembangunan tempat sampah BANTUAN PEMERINTAH
rumah tangga2 LAIN-LAIN ...............................

KOMUNAL ( UMUM )
Bagaimana sanitasi yang MASING – MASING
3
diharapkan oleh masyarakat
LAIN – LAIN ……………………

DI SETIAP RUMAH (MASING MASING)


Bagaimana sarana tempat
4 sampah yang diharapkan oleh KOMUNAL
masyarakat? LAIN – LAIN ………………………

DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT


Bagaimana pemeliharaan DILAKUKAN OLEH PETUGAS YANG
5 sarana sanitasi yang telah TELAH DIBAYAR MASYARAKAT
dibangun oleh Pemerintah?
LAIN – LAIN ……………………………..

4 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
G. QUISIONER BENTUK JAMBAN PILIHAN MASYARAKAT
NO TYPE JAMBAN PILIHAN NO TYPE JAMBAN PILIHAN
Rumah Jamban Dinding Kayu Rumah Jamban Dinding
dengan Atap Seng Gedek dengan Atap

1 2

Rumah Jamban Dinding Batu Rumah Jamban Dinding Batu


Bata dan Gedek dengan Atap Bata dengan Atap

3 4

Model Jamban Sehat Kondisi


Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2 (Jamban untuk
Khusus 1 (Jamban dengan daerah banjir/pasang
permukaan ditinggikan) surut/rumah panggung)

5 6

Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 3 (Sistem sanitasi komunal untuk daerah
padat penduduk)

5 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 2:
Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner II - Lanjutan)

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

109
SURVEY PENELITIAN TESIS

KUISIONER KE-2
(LANJUTAN)

TEMA
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI
(STUDI KASUS DI KELURAHAN 11 ULU – KOTA PALEMBANG)

Program Magister Teknik Sipil


Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
Questioner II

SURVEY UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN


MASYARAKAT UNTUK MEMPERBAIKI LINGKUNGAN DI
KELURAHAN 11 ULU RT 3, 5, DAN 10

I. PENDAHULUAN
Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang sering kali kurang
mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di beberapa
daerah. Buruknya kondisi sanitasi berpengaruh terhadap menurunnya kualitas
lingkungan hidup.

Kawasan 11 Ulu – Palembang merupakan kawasan padat penduduk yang


sangat terpengaruh dengan pasang surut air Sungai Musi. Minimnya
pengetahuan dan kesadaran warga akan sanitasi menyebabkan kawasan
tersebut menjadi lingkungan yang tidak sehat dan terancam kelestariannya
akibat dari pembuangan limbah yang sembarangan.

Berdasarkan analisis hasil survey pertama yang telah dilaksanakan oleh


penulis, kondisi eksisting, keterbatasan lahan dan keinginan responden maka
diharapkan diperoleh system sanitasi di MCK masing – masing yang terbaik
dan salah satu alternative teknik penanganan limbah domestic pada lokasi
dimaksud di atas yang murah dan mudah pembuatannya adalah dengan
menggunakan instalasi TRIPIKON-S. Instalasi TRIPIKON-S adalah 3 (tiga)
pipa septic masing-masing dengan ukuran berbeda yang dipasang secara
konsentris, dipasang tegak lurus dan di pakai untuk menangani limbah
organic dari rumah tangga, industri maupun limbah organik lainnya.

II. TUJUAN PELAKSANAAN SURVEY

Survey ini melanjutkan dari survey pertama. Tujuan pelaksanaan survey ke


dua ini adalah untuk melihat keinginan dan kemauan masyarakat untuk
merubah lingkungan di kawasan Kelurahan 11 Ulu, menuju ke kondisi yang
lebih baik, salah satunya adalah dengan merubah MCK dan pengolahan

1 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II

limbah masyarakat di Kelurahan11 Ulu khususnya di RT.3/RW.1,


RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2 karena lokasi di 3 RT ini adalah yang paling
dekat dengan pinggiran sungai Musi.

III. HASIL SURVEY PERTAMA

Setelah dilaksanakan survey yang pertama, didapatkan perhitungan estimasi


biaya tripikon dengan ∅ yang berbeda sesuai jumlah pemakai di KK masing
–masing sebagai berikut:

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4

No Kapasits ∅ Pipa
Tripikon-S & MCK Kayu & MCK Batu &
Tripikon-S MCK Kayu MCK Batu
Closet Tripikon-S Tripikon-S

1 1-5 10" 2.567.000,00 2.732.000,00 2.000.000 4.567.000,00 5.200.000 7.767.000,00

2 6 - 10 14" 3.137.000,00 3.302.000,00 2.000.000 5.137.000,00 5.200.000 8.337.000,00

3 11 - 20 17" & 20" 4.454.500,00 4.619.500,00 2.000.000 6.454.500,00 5.200.000 9.654.500,00

Adapun bentuk gambar desain MCK yang sesuai dengan kebutuhan


masyarakat di kawasan 11 Ulu dapat dilihat pada gambar di samping ini dan
halaman berikut:

2 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II

Panjang Pipa 6 M Panjang Pipa 6 M


(Ukuran ∅ 10”; 14”; 17”; 20”) (Ukuran ∅ 10”; 14”; 17”; 20”)
Ukuran: (1.20 x 1.75) M Ukuran: (1.50 x 2.00) M

Tipe 1: Tipe 2: Tipe 3: Tipe 4:


Instalasi Tripikon-S Instalasi Tripikon-S MCK Kayu + Tripikon-S MCK Batu + Tripikon-S
dengan Closet

3 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II
LEMBAR PERTANYAAN (No. Quistioner: ..............)
DATA LOKASI
PROVINSI : SUMATERA SELATAN Nomor Rumah : ___________________________
KOTA : PALEMBANG Nama Kepala Rumah : ___________________________
KECAMATAN : SEBERANG ULU II Tanggal Wawancara : 30 April 2014
KELURAHAN : 11 Ulu Jam Wawancara : ______ - ______ WIB.
RW/RT : ____ / ____ Pewancara : M. Nur

Cara memberikan jawaban adalah dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang
tersedia dengan memberi tanda “ √ ” pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.

NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN

1 Nama ........................................... L/ P

2 Usia
TAHUN

3 Jenis Pekerjaan A. PEGAWAI NEGERI ATAU SWASTA


B. WIRASWASTA / DAGANG
C TUKANG OJEK / BURUH LEPAS
D. ………………………………………….

4 Penghasilan perbulan? A. LEBIH DARI RP.2.000.000,-


B. RP. 2.000.000,- - RP. 1.000.000,-
C. RP. 1.000.000,- - RP. 500.000,-
D. KURANG DARI RP. 500.000,-

5 Bagaimana kondisi WC yang anda A. PERMANEN (BATU)


gunakan sekarang? B. TIDAK PERMANEN (KAYU)
C. SEDERHANA (SEMI PERMANEN)
D. TIDAK ADA

6 Dimana lokasi WC anda saat ini? A. SAMPING/BELAKANG/DEPAN


RUMAH (LANTAI 1)
B. DALAM RUMAH (LANTAI 1)
C. SAMPING/BELAKANG/DEPAN
RUMAH (LANTAI 2)
D. DALAM RUMAH (LANTAI 2)
E. TIDAK ADA

4 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II

NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN

7 WC memiliki pengolahan A. YA
limbah/Septik? B. TIDAK
KETERANGAN TAMBAHAN :

.......................................................................

8 Dari Pertanyaan No.7, jika Ya, apa A. SEPTIKTANK DARI BATU BATA
jenis pengolahan limbah/Septik yang B. SEPTIKTANK DARI BUIS BETON
dimiliki? C. DAN LAIN – LAIN

(...............................................................)

9 Apakah anda telah mengikuti survey A. YA


awal? B. TIDAK

10 Apakah Anda mengetahui tentang A. YA


Tripikon–S (Instalasi TRIPIKON-S B. TIDAK
adalah 3 pipa septic masing-masing
dengan ukuran berbeda yang dipasang
secara konsentris, dipasang tegak lurus
dan di pakai untuk menangani limbah)?

11 Apakah anda ingin WC anda lebih A. YA


baik? B. TIDAK

12 Dari tipe-tipe pilihan hasil penelitian di A. TIPE 1 (Instalasi Tripikon-S saja)


atas, tipe yang mana yang anda pilih B. TIPE 2 (Instalasi Tripikon-S dengan Closet)
dan sesuai dengan kondisi rumah anda C. TIPE 3 (MCK Kayu + Tripikon-S)
saat ini?
D. TIPE 4 (MCK Batu + Tripikon-S)
KETERANGAN TAMBAHAN :

.......................................................................

13 Dari pertanyaan No. 12 di atas, apakah A. YA


anda bersedia dan sanggup membiayai B. TIDAK
pembangunan pilihan tersebut?

14 Apakah anda mengenal program A. YA


PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)/ B. TIDAK

5 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II

NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN

15 Apakah anda setuju apabila Program A. YA


PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP) B. TIDAK
membantu pembuatan WC ataupun
Tripikon–S melalui pembiayaan
pembangunan dan atau pinjaman
bergulir?

Catatan tambahan :

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

6 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI


(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 3:
Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden)

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

110
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


DATA RESPONDEN
Provinsi : Sumatera Selatan Kecamatan : Seberang Ulu II
Kota : Palembang Kelurahan : 11 Ulu
No. Nama Kepala Jam
RW/RT Tanggal Wawancara Pewancara
Quistioner Rumah Tangga Wawancara
1 3 Bp. Seno 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
2 3 Bp. Nardi 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
3 3 Bp. Syamsul Bahri 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
4 3 Bp. Bunyani 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
5 3 Bp. Fahrul Rizal 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
6 3 Bp. Sutarman 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
7 3 Bp. Ekp 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
8 3 Bp. M. Syahri 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
9 10 Bp. Bahtiar 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
10 10 Bp. Didi 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
11 10 Bp. M Yasin 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
12 10 Bp. Sartono 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
13 10 Bp. Afriansyah 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
14 10 Bp. M. Nasin 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
15 5 Bp. M. Kurnain 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
16 5 Bp. Sukamto 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
17 5 Bp. John Sahibi 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
18 5 Bp. Wakijan 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
19 5 Bp. Yusri Dewan 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
20 5 Bp. Yanto ( ALM ) 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
21 3 Bp. Zulkifli 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
22 3 Bp. Widardi 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
23 3 Bp. Mat Soleh ( ALM ) 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
24 3 Bp. Iskandar 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
25 3 Bp. Jonsi 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
26 3 Bp. Tomi 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
27 3 NBp. Alex 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
28 3 Bp. Radiman 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
29 3 Bp. A. Rohin 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
30 3 Bp. Lekad 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
31 3 Bp. Sumito 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
32 3 Bp. Nursito (ALM ) 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
33 3 Bp. Supardi 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
34 3 Bp. Karsan 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
35 10 Bp. Supri 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
36 10 Bp. Kijun 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
37 10 Bp. Nur 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

No. Nama Kepala Jam


RW/RT Tanggal Wawancara Pewancara
Quistioner Rumah Tangga Wawancara
38 10 Bp. Ahmad 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
39 10 Bp. Saiful 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
40 10 Bp. Sabran 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
41 5 Bp. Salam 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
42 5 Bp. Nupi 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
43 5 Bp. Jefri 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
44 5 Bp. Zandi 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
45 3 Bp. Haryo ( ALM ) 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
46 3 Bp. Eka 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
47 3 Bp. Gusdi 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
48 3 Bp. Ridwan 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
49 3 Ibu. Juli 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
50 5 Bp. Alam 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
51 5 Bp. Narsianto 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
52 5 Bp. Soni 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
53 5 Bp. Mat Namin 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
54 5 Bp. Iqbal 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
55 5 Bp. Taswan 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
56 5 Bp. Reza 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
57 5 Bp. Ujang 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
58 5 Bp. Edwin 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
59 5 Bp. Junaidi 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
60 3 Bp. Rian 22 Desember 2013 10.00-14.30 Widodo
61 3 Bp. Didi 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
62 3 Ibu. Desi 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
63 3 Bp. Hapis 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
64 10 Bp. Herizal 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
65 10 Bp. Munawar ( ALM ) 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
66 10 Bp. Erik 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
67 10 Ibu Linda 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
68 10 Bp. Asmal 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
69 10 Bp. Hendri 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
70 10 Bp. Imam 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
71 10 Bp. Iwan 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
72 10 Ibu Novia 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


A. TINGKAT PEREKONOMIAN MASYARAKAT

Penghasilan per Bulan


Jenis Kelamin Status Pemilikan Rumah1 Kondisi Rumah3
Nama Responden Usia Jenis Pekerjaan (Rp)2
No.
P L A B C-1 C-2 C-3 D E A B C D A B C
1 2 3 4 5 6 7
1 Ibu Sunarti 44 Dagang 1 1 1 1
2 Ibu. Ros 28 BHL 1 1 1 1
3 Ibu. Salbiya 45 BHL 1 1 1 1
4 Bp. Bunyani 39 Pegawai 1 1 1 1
5 Ibu Sri 41 Dagang 1 1 1 1
6 Ibu Siti 45 BHL 1 1 1 1
7 Ibu Nela 27 Pegawai 1 1 1 1
8 Ibu Maryam 46 BHL 1 1 1 1 1
9 Ibu Nurmala 49 Dagang 1 1 1 1
10 Ibu Indah 38 Dagang 1 1 1 1
11 Ibu Jannah 28 Dagang 1 1 1 1
12 Ibu Seli 37 Dagang 1 1 1 1
13 Ibu Debi 36 Ibu Rumah Tangga 1 1 1 1
14 Ibu Poni 33 Dagang 1 1 1 1
15 Bp. M. Kurnain 40 BHL 1 1 1 1
16 Ibu Jamilah 26 Pegawai 1 1 1 1
17 Ibu Sefti 45 Dagang 1 1 1 1
18 Ibu Nurhayati 50 Pegawai 1 1 1 1
19 Bp. Yusri Dewan 25 BHL 1 1 1 1
20 Ibu Asna 44 Dagang 1 1 1 1
21 Ibu Suci 37 Dagang 1 1 1 1
22 Bp. Widardi 25 BHL 1 1 1
23 Ibu Semiyem 48 Pegawai 1 1 1 1
24 Ibu Reni 29 Dagang 1 1 1 1
25 Ibu Mariati 27 Dagang 1 1 1 1
26 Ibu Tina 36 Dagang 1 1 1 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 3


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Penghasilan per Bulan


Jenis Kelamin Status Pemilikan Rumah1 Kondisi Rumah3
Nama Responden Usia Jenis Pekerjaan (Rp)2
No.
P L A B C-1 C-2 C-3 D E A B C D A B C
27 NBp. Alex 39 BHL 1 1 1 1
28 Ibu Rika 48 Pegawai 1 1 1 1
29 Bp. A. Rohin 28 Pegawai 1 1 1 1
30 Ibu Neneng 44 Dagang 1 1 1 1
31 Bp. Sumito 49 BHL 1 1 1 1
32 Ibu. Milah 50 Dagang 1 1 1 1
33 Ibu Pipit 29 Pegawai 1 1 1 1
34 Idu Dijah 42 BHL 1 1 1 1
35 Bp. Supri 39 BHL 1 1 1 1
36 Ibu Santi 26 Dagang 1 1 1 1
37 Ibu Fera 40 Ibu Rumah Tangga 1 1 1 1
38 Ibu Lince 27 BHL 1 1 1 1
39 Bp. Saiful 45 Pegawai 1 1 1 1
40 Bp. Sabran 43 BHL 1 1 1 1
41 Ibu Ning 43 Pegawai 1 1 1 1
42 Ibu eni 29 Dagang 1 1 1 1
43 Ibu Pur 41 Dagang 1 1 1 1
44 Ibu Eliya 39 Pegawai 1 1 1 1
45 Ibu Wati 48 BHL 1 1 1 1
46 Ibu hani 28 Dagang 1 1 1 1
47 Ibu Faujiah 50 Pegawai 1 1 1 1
48 Ibu Des 45 Dagang 1 1 1 1
49 Ibu. Juli 27 BHL 1 1 1 1
50 Bp. Alam 46 BHL 1 1 1 1
51 Ibu Mimi 48 Dagang 1 1 1 1
52 Ibu Indah 26 BHL 1 1 1 1
53 Ibu Puspita 49 Pegawai 1 1 1 1
54 Ibu Sari 39 Dagang 1 1 1 1
55 Bp. Taswan 25 BHL 1 1 1 1
56 Ibu Elpin 48 Dagang 1 1 1 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 3


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Penghasilan per Bulan


Jenis Kelamin Status Pemilikan Rumah1 Kondisi Rumah3
Nama Responden Usia Jenis Pekerjaan (Rp)2
No.
P L A B C-1 C-2 C-3 D E A B C D A B C
57 Ibu Ranti 26 Dagang 1 1 1 1
58 Ibu Mey 49 Dagang 1 1 1 1
59 Bp. Junaidi 28 Pegawai 1 1 1 1
60 Ibu Susi 39 BHL 1 1 1 1
61 Bp. Didi 29 BHL 1 1 1 1
62 Ibu. Desi 38 Dagang 1 1 1 1
63 Ibu Endah 27 Dagang 1 1 1 1
64 Ibu Tiwi 42 Dagang 1 1 1 1
65 Ibu Salimah 43 BHL 1 1 1 1
66 Bp. Erik 45 BHL 1 1 1 1
67 Ibu Linda 28 Dagang 1 1 1 1
68 Ibu Yemi 41 BHL 1 1 1 1
69 Bp. Hendri 38 BHL 1 1 1 1
70 Ibu Etik 29 Dagang 1 1 1 1
71 Ibu. Nurul 37 Dagang 1 1 1 1
72 Ibu Novia 29 BHL 1 1 1 1
Jumlah 72 56 16 18 31 0 12 11 0 0 15 25 32 0 51 6 15
Prosentase 78% 22% 25% 43% 0% 17% 15% 0% 0% 21% 35% 44% 0% 71% 8% 21%
Keterangan:
1 A. MILIK SENDIRI; B. MILIK ORANG TUA/KELUARGA; C. KONTRAK/SEWA:1. HARIAN/2. BULANAN/3. TAHUNAN; D. DINAS/INSTANSI/JABATAN; E. LAINNYA
(SEBUTKAN)
2 A. LEBIH DARI RP.2.000.000,-; B. RP. 2.000.000,- - RP. 1.000.000,-; C. RP. 1.000.000,- - RP. 500.000,-; D. KURANG DARI RP. 500.000,-.
3 A. KAYU (PANGGUNG ); B. BATU PERMANEN; C. SEMI PERMANEN

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 3 of 3


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


B. TINGKAT PENGETAHUAN, KESADARAN DAN KEBIASAAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI

Tempat Biasa Untuk Sumber Air Untuk Cuci Baju Tempat Biasa BAB & Tempat Pembuangan Penyakit Yang Sering Diderita
Sumber Air Bersih Sumber Air Minum Sumber Air Memasak Sumber Air Untuk Mandi
Mandi & Piring BAK Limbah Yang Benar Masyarakat (10 Tahun Terakhir)
No.
KM KM KM KM Muntab
Responden Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll.
Rumah Umum
Sungai Hujan Tanah Sungai Dll.
Rumah Umum
Sungai Septik Sungai Dll. Diare
er
Gigi Kulit Dll.

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Tempat Biasa Untuk Sumber Air Untuk Cuci Baju Tempat Biasa BAB & Tempat Pembuangan Penyakit Yang Sering Diderita
Sumber Air Bersih Sumber Air Minum Sumber Air Memasak Sumber Air Untuk Mandi
Mandi & Piring BAK Limbah Yang Benar Masyarakat (10 Tahun Terakhir)
No.
KM KM KM KM Muntab
Responden Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll.
Rumah Umum
Sungai Hujan Tanah Sungai Dll.
Rumah Umum
Sungai Septik Sungai Dll. Diare
er
Gigi Kulit Dll.

1 2 3 4 5 6 7 8 9
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1
62 1 1 1 1 1 1 1 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1
70 1 1 1 1 1 1 1 1 1
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 6 10 9 47 0 10 0 62 0 14 0 58 4 15 23 30 41 14 17 4 15 23 30 41 14 17 9 61 2 9 29 0 34 0
Prosentase 8% 14% 13% 65% 0% 14% 0% 86% 0% 19% 0% 81% 6% 21% 32% 42% 57% 19% 24% 6% 21% 32% 42% 57% 19% 24% 13% 85% 3% 13% 40% 0% 47% 0%

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


C. RESIKO PENCEMARAN SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN KOTORAN/JAMBAN

Jarak lubang
Jarak dari lubang penampungan kotoran Konstruksi rumah
penampungan kotoran atau dinding resapan Air buangan dari jamban dapat Di dalam
Luas slab Jamban tidak Jamban tidak Di jamban
atau dinding resapan kurang dari 10 m & septik tank kotoran menimbulkan jamban/di Lantai jamban Rekap Nilai Skor
jamban kurang dilengkapi dilengkapi tidak tersedia Total
jamban kurang dari 10 letak lubang/resapan dialirkan ke kecelakaan (tinggi pintu sekitar jamban kotor (Hanya Jawaban "Ya")
No. dari 1 m2 pipa ventilasi baik air sabun
meter dari sumber air tersebut terletak di sungai/kolam/laut ke atap kurang dari 1,5 terdapat lalat
Responden
bersih bagian yang lebih tinggi M)
dari sumber air

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 9-10 S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Jarak lubang
Jarak dari lubang penampungan kotoran Konstruksi rumah
penampungan kotoran atau dinding resapan Air buangan dari jamban dapat Di dalam
Luas slab Jamban tidak Jamban tidak Di jamban
atau dinding resapan kurang dari 10 m & septik tank kotoran menimbulkan jamban/di Lantai jamban Rekap Nilai Skor
jamban kurang dilengkapi dilengkapi tidak tersedia Total
jamban kurang dari 10 letak lubang/resapan dialirkan ke kecelakaan (tinggi pintu sekitar jamban kotor (Hanya Jawaban "Ya")
No. dari 1 m2 pipa ventilasi baik air sabun
meter dari sumber air tersebut terletak di sungai/kolam/laut ke atap kurang dari 1,5 terdapat lalat
Responden
bersih bagian yang lebih tinggi M)
dari sumber air

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 9-10 S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
Jumlah : 55 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 42 13 26 29 46 9 0 0
Prosentase 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 76% 24% 47% 53% 84% 16% 0% 0%
Keterangan:
* Khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu sebanyak 55 kuisioner.

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


D. RESIKO PENCEMARAN SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA

Jarak lubang penampungan


Jarak dari lubang air limbah kurang dari 10 m,
Air limbah dibuang Air limbah SPAL tersebut sebagai Sekitar lubang
penampungan limbah apakah letak lubang resapan Saluran limbah Lubang/saluran air Rekap Nilai Skor
begitu saja sehingga menimbulkan tempat berkembang penampungan air Total
dengan sumber air bersih tersebut terletak di bagian tersumbat/tidak lancar limbah terbuka (Hanya Jawaban "Ya")
No. mencemari lingkungan genangan air biak nyamuk limbah banyak lalat
kurang dari 10 m yang lebih tinggi dari sumber
Responden
air.

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Jarak lubang penampungan


Jarak dari lubang air limbah kurang dari 10 m,
Air limbah dibuang Air limbah SPAL tersebut sebagai Sekitar lubang
penampungan limbah apakah letak lubang resapan Saluran limbah Lubang/saluran air Rekap Nilai Skor
begitu saja sehingga menimbulkan tempat berkembang penampungan air Total
dengan sumber air bersih tersebut terletak di bagian tersumbat/tidak lancar limbah terbuka (Hanya Jawaban "Ya")
No. mencemari lingkungan genangan air biak nyamuk limbah banyak lalat
kurang dari 10 m yang lebih tinggi dari sumber
Responden
air.

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
47 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
Jumlah : 55 54 1 54 1 55 0 33 22 22 33 51 4 50 5 43 12 50 5 0
Prosentase 98% 2% 98% 2% 100% 0% 60% 40% 40% 60% 93% 7% 91% 9% 78% 22% 91% 9% 0%
Keterangan:
* Khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu sebanyak 55 kuisioner.

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


E. RESIKO PENCEMARAN SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA*

Tempat sampah Tempat Di tempat Tempat


Jarak TPA/TPS ke
Di dalam rumah tidak Tempat sampat tersebut Sampah dibuang ke berupa galian, pembuangan pembuangan pembuangan Rekap Nilai Skor
pemukiman kurang Total
tersedia tempat sampah kedap air selokan/sungai apakah sampah sampah letaknya sampah terdapat sampah (Hanya Jawaban "Ya")
No. dari 50 M
tertutup tanah dekat sumber air banyak lalat menimbulkan bau
Responden

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Tempat sampah Tempat Di tempat Tempat


Jarak TPA/TPS ke
Di dalam rumah tidak Tempat sampat tersebut Sampah dibuang ke berupa galian, pembuangan pembuangan pembuangan Rekap Nilai Skor
pemukiman kurang Total
tersedia tempat sampah kedap air selokan/sungai apakah sampah sampah letaknya sampah terdapat sampah (Hanya Jawaban "Ya")
No. dari 50 M
tertutup tanah dekat sumber air banyak lalat menimbulkan bau
Responden

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
46 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
Jumlah 54 1 54 1 55 0 35 20 25 30 53 2 53 2 46 9 53 2 0
Prosentase 98% 2% 98% 2% 100% 0% 64% 36% 45% 55% 96% 4% 96% 4% 84% 16% 96% 4% 0%
Keterangan:
* Khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu sebanyak 55 kuisioner.

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


F. SUMBER DANA, KEINGINAN MASYARAKAT DAN MASALAH KESINAMBUNGAN DARI PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN SARANA SANITASI

Sumber dana pembangunan jamban yang Sumber dana pembangunan tempat sampah Sarana tempat sampah yang diharapkan Pemeliharaan sarana sanitasi yang telah
Sanitasi yang diharapkan oleh masyarakat
digunakan rumah tangga oleh masyarakat dibangun oleh Pemerintah
No.
Responden Swadaya Sendiri Pemerintah Lain-lain Swadaya Sendiri Pemerintah Lain-lain Komunal Maing-masing Lain-lain Setiap Rumah Komunal Lain-lain Masyarakat Petugas Lain-lain

1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Sumber dana pembangunan jamban yang Sumber dana pembangunan tempat sampah Sarana tempat sampah yang diharapkan Pemeliharaan sarana sanitasi yang telah
Sanitasi yang diharapkan oleh masyarakat
digunakan rumah tangga oleh masyarakat dibangun oleh Pemerintah
No.
37 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1
51 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1
53 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1
60 1 1 1 1 1
61 1 1 1 1 1
62 1 1 1 1 1
63 1 1 1 1 1
64 1 1 1 1 1
65 1 1 1 1 1
66 1 1 1 1 1
67 1 1 1 1 1
68 1 1 1 1 1
69 1 1 1 1 1
70 1 1 1 1 1
71 1 1 1 1 1
72 1 1 1 1 1
Jumlah 56 4 12 14 13 45 0 72 0 12 60 0 0 4 68
Prosentase 78% 6% 17% 19% 18% 63% 0% 100% 0% 17% 83% 0% 0% 6% 94%

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


G. BENTUK JAMBAN PILIHAN MASYARAKAT

Model Jamban Sehat Model Jamban Sehat Kondisi Model Jamban Sehat Kondisi
Rumah Jamban Rumah Jamban Rumah Jamban Rumah Jamban
Kondisi Khusus 1 (Jamban Khusus 2 (Jamban untuk Khusus 3 (Sistem sanitasi
Dinding Kayu dengan Dinding Gedek dengan Dinding Batu Bata dan Dinding Batu Bata
dengan permukaan daerah banjir/pasang komunal untuk daerah padat
Atap Seng Atap Gedek dengan Atap dengan Atap
ditinggikan) surut/rumah panggung) penduduk)
No.
Responden

1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
9 1
10 1
11 1
12 1
13 1
14 1
15 1
16 1
17 1
18 1
19 1
20 1
21 1
22 1
23 1
24 1
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 3
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Model Jamban Sehat Model Jamban Sehat Kondisi Model Jamban Sehat Kondisi
Rumah Jamban Rumah Jamban Rumah Jamban Rumah Jamban
Kondisi Khusus 1 (Jamban Khusus 2 (Jamban untuk Khusus 3 (Sistem sanitasi
Dinding Kayu dengan Dinding Gedek dengan Dinding Batu Bata dan Dinding Batu Bata
dengan permukaan daerah banjir/pasang komunal untuk daerah padat
Atap Seng Atap Gedek dengan Atap dengan Atap
ditinggikan) surut/rumah panggung) penduduk)
No.
Responden

1 2 3 4 5 6 7
25 1
26 1
27 1
28 1
29 1
30 1
31 1
32 1
33 1
34 1
35 1
36 1
37 1
38 1
39 1
40 1
41 1
42 1
43 1
44 1
45 1
46 1
47 1
48 1
49 1
50 1

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 3


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 3
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Model Jamban Sehat Model Jamban Sehat Kondisi Model Jamban Sehat Kondisi
Rumah Jamban Rumah Jamban Rumah Jamban Rumah Jamban
Kondisi Khusus 1 (Jamban Khusus 2 (Jamban untuk Khusus 3 (Sistem sanitasi
Dinding Kayu dengan Dinding Gedek dengan Dinding Batu Bata dan Dinding Batu Bata
dengan permukaan daerah banjir/pasang komunal untuk daerah padat
Atap Seng Atap Gedek dengan Atap dengan Atap
ditinggikan) surut/rumah panggung) penduduk)
No.
Responden

1 2 3 4 5 6 7
51 1
52 1
53 1
54 1
55 1
56 1
57 1
58 1
59 1
60 1
61 1
62 1
63 1
64 1
65 1
66 1
67 1
68 1
69 1
70 1
71 1
72 1
Jumlah 0 0 0 41 0 31 0
Prosentase 0% 0% 0% 57% 0% 43% 0%

L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 3 of 3


Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 4:
Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden)
Kuisioner Ke-2 (Lanjutan)

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

111
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 4
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)


QUESTIONER KE-2
Provinsi : Sumatera Selatan Tanggal Wawancara : 30 April 2014
Kota : Palembang Pewancara : M. Nur
Kecamatan/Kelurahan : Seberang Ulu II/11 Ulu
Mengenal Setuju apabila Program
Bersedia dan PNPM Mandiri Perkotaan
Program
WC memiliki Jenis pengolahan Mengetahui Ingin WC sanggup (P2KP) membantu
Jenis Penghasilan per Bulan Mengikuti Pilihan tipe yang sesuai dengan PNPM
Jenis Kondisi WC saat ini2 Lokasi WC anda saat ini3 pengolahan limbah/Septik yang tentang anda lebih membiayai pembuatan WC ataupun
Nama Responden Kelamin Usia (Rp)1 4 survey awal kondisi rumah anda saat ini5
Mandiri Tripikon–S melalui
No. Pekerjaan limbah/Septik dimiliki Tripikon–S baik pembangunan
Perkotaan pembiayaan pembangunan
pilihan tersebut
(P2KP) dan atau pinjaman bergulir

P L A B C D A B C D A B C D E Ya Tidak A B C Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Ibu Suci 1 41 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Ibu Norma 1 40 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Bp. Sulyadi 1 46 Tukang Ojek 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 Bp. Nurdin 1 42 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Ibu Sunarti 1 44 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Bp. Roni 1 51 BHL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 Bp. Bunyani 1 39 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Ibu Ana 1 34 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Bp. Leman 1 43 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 Ibu. Maya 1 37 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 Bp. Ali 1 41 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 Ibu Nurul 1 39 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 Bp. Deri 1 44 Tukang Ojek 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 Ibu Resna 1 38 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 Ibu Aty 1 31 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 Bp. Muhajir 1 46 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 Ibu Pikoh 1 47 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 Bp. Nasrul 1 51 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 Ibu Silmi 1 44 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 Bp. Agus 1 46 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 Ibu Tati 1 41 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 Bp. Pur 1 35 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 Ibu Sari 1 55 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 NBp. Rido 1 43 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 Ibu Fatma 1 41 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 Ibu Ika 1 39 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 Ibu Desi 1 50 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 Ibu Reni 1 48 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 Ibu Despa 1 35 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 Ibu Diah 1 46 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 30 18 12 4 12 14 0 3 18 1 8 6 3 13 0 8 0 30 0 0 0 2 28 0 30 20 10 8 3 17 2 8 22 21 9 30 0
Prosentase 60% 40% 13% 40% 47% 0% 10% 60% 3% 27% 20% 10% 43% 0% 27% 0% 100% 0% 0% 0% 7% 93% 0% 100% 67% 33% 27% 10% 56% 7% 27% 73% 70% 30% 100% 0%
Keterangan:
1 A. LEBIH DARI RP.2.000.000; B. RP. 2.000.000 - RP. 1.000.000; C. RP. 1.000.000 - RP. 500.000; D. KURANG DARI RP. 500.000.
2 A. PERMANEN (BATU); B. TIDAK PERMANEN (KAYU); C. SEDERHANA (SEMI PERMANEN); D. TIDAK ADA
3
A. SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (LANTAI 1); B. DALAM RUMAH (LANTAI 1); C. SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (LANTAI 2); D. DALAM RUMAH (LANTAI 2); E. TIDAK ADA
4
A. SEPTIKTANK DARI BATU BATA; B. SEPTIKTANK DARI BUIS BETON; C. DAN LAIN – LAIN
5
A. TIPE 1 (Instalasi Tripikon-S saja); B. TIPE 2 (Instalasi Tripikon-S dengan Closet); C. TIPE 3 (MCK Kayu + Tripikon-S); D. TIPE 4 (MCK Batu + Tripikon-S)

L.4. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden)_Questioner ke-2_140509 1 of 13


Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 5:
Typikal MCK & Tripikon-S

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

112
Lampiran 5:

Limbah dari
Closet

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tanpa Closet)

Perhitungan Penggunaan Pipa Berdasarkan Jumlah Pengguna:

Jumlah Kapasitas Dimater Pipa


No Pengguna Tanki Septik Terluar
(Jiwa) (M3) (Inch)
1 1-5 0.30 10.00
2 6-10 0.59 14.00
3 11-15 0.88 17.00
4 16-20 1.16 20.00

113 - 1
Lampiran 5:

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet)

113 - 2
Lampiran 5:

PIPA PVC 3" PIPA PVC 3" PIPA PVC 3"

PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4"

PIPA UDARA 1" PIPA UDARA 1" PIPA UDARA 1"

PIPA PVC 4" PIPA PVC 4" PIPA PVC 4"


PIPA PEMBUANGAN PIPA PEMBUANGAN
PIPA PEMBUANGAN
PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8"

DENAH WC
SKALA 1 : 25

H H H

h h h

PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8"

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING TRIPIKON TYPE S


SKALA 1 : 25 SKALA 1 : 25 SKALA 1 : 25

Type 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S

113 - 3
Lampiran 5:



B 










A

A
 
   







 PIPA PVC 3"



PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4"

PIPA UDARA 1"

B PIPA PEMBUANGAN
PIPA PVC 3"

PIPA PVC 4"


PIPA PEMBUANGAN
PIPA PVC 4"
PIPA PEMBUANGAN
PIPA PVC 3"

PIPA PVC 4"


PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8"


H H H

h h h

 

PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4" PENUTUP PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8" PENUTUP PIPA PVC 8"




DENAH WC T. DEPAN POT. B-B POT. A-A


   

Type 4: MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S

113 - 4
Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 6:
Rencana Anggaran Biaya (MCK & Tripikon-S)

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

113
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA


PEKERJAAN PEMBANGUNAN MCK dan TRIPIKON - S

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4


No Kapasitas ∅ Pipa
Tripikon-S & MCK Kayu & MCK Batu &
Tripikon-S MCK Kayu MCK Batu
Closet Tripikon-S Tripikon-S

1 1-5 10" 2.567.000,00 2.732.000,00 2.000.000 4.567.000,00 5.200.000 7.767.000,00

2 6 - 10 14" 3.137.000,00 3.302.000,00 2.000.000 5.137.000,00 5.200.000 8.337.000,00

3 11 - 20 17" & 20" 4.454.500,00 4.619.500,00 2.000.000 6.454.500,00 5.200.000 9.654.500,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 1 of 30


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

PEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 10"


RENCANA ANGGARAN BIAYA

(Kapasitas 1 - 5 Jiwa)
Harga Satuan Harga Total
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
( Rp ) ( Rp. )

I Bahan dan Aksesoris

1 Pipa besar inlet ( PVC Dia. 10" ) 6 m' 168.750,00 1.012.500,00

2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00

3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00

4 Pipa Sedang ( PVC Dia. 8" ) 6 m' 141.250,00 847.500,00

5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00

6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00

7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00

8 Dop Pipa Dia 10" 1 Buah 45.000,00 45.000,00

9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00


II Biaya Pembuatan (Alat & Upah 1 Ls 300.000,00 300.000,00
Kerja)

JUMLAH 2.567.000,00

Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tampa Closet):

Limbah dari
Closet

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 2 of 30


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

PEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 10" (Dengan Closet)


RENCANA ANGGARAN BIAYA

(Kapasitas 1 - 5 Jiwa)
Harga Satuan Harga Total
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
( Rp ) ( Rp. )

I Bahan dan Aksesoris

1 Pipa besar inlet ( PVC Dia. 10" ) 6 m' 168.750,00 1.012.500,00

2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00

3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00

4 Pipa Sedang ( PVC Dia. 8" ) 6 m' 141.250,00 847.500,00

5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00

6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00

7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00

8 Dop Pipa Dia 10" 1 Buah 45.000,00 45.000,00

9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00

10 Closet Jongkok 1 Unit 165.000,00 165.000,00


II Biaya Pembuatan (Alat & Upah 1 Ls 300.000,00 300.000,00
Kerja)

JUMLAH 2.732.000,00

Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet):

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 3 of 30


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

PEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON -S ∅ 14"


RENCANA ANGGARAN BIAYA

(Kapasitas 6 - 10 Jiwa)
Harga Satuan Harga Total
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
( Rp ) ( Rp. )

I Bahan dan Aksesoris

1 Pipa PVC Dia. 14" 6 m' 218.750,00 1.312.500,00

2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00

3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00

4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00

5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00

6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00

7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00

8 Dop Pipa Dia 14" 1 Buah 50.000,00 50.000,00

9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00


II Biaya Pembuatan (Alat & Upah 1 Ls 400.000,00 400.000,00
Kerja)

JUMLAH 3.137.000,00

Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tampa Closet):

Limbah dari
Closet

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 4 of 30


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

PEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON -S ∅14" (Dengan Closet)


RENCANA ANGGARAN BIAYA

(Kapasitas 6 - 10 Jiwa)
Harga Satuan Harga Total
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
( Rp ) ( Rp. )

I Bahan dan Aksesoris

1 Pipa PVC Dia. 14" 6 m' 218.750,00 1.312.500,00

2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00

3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00

4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00

5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00

6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00

7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00

8 Dop Pipa Dia 14" 1 Buah 50.000,00 50.000,00

9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00

10 Closet Jongkok 1 Unit 165.000,00 165.000,00


II Biaya Pembuatan (Alat & Upah 1 Ls 400.000,00 400.000,00
Kerja)

JUMLAH 3.302.000,00

Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet):

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 5 of 30


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

PEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 17"


RENCANA ANGGARAN BIAYA

(Kapasitas 11 - 20 Jiwa)
Harga Satuan Harga Total
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
( Rp ) ( Rp. )

I Bahan dan Aksesoris

1 Drum diameter 50 cm 6 m' 430.000,00 2.580.000,00

2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00

3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00

4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00

5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00

6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00

7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00

8 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00


II Biaya Pembuatan (Alat & Upah 1 Ls 500.000,00 500.000,00
Kerja)

JUMLAH 4.454.500,00

Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tampa Closet):

Limbah dari
Closet

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 6 of 30


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

PEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 10" (Dengan Closet)


RENCANA ANGGARAN BIAYA

(Kapasitas 11 - 20 Jiwa)
Harga Satuan Harga Total
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
( Rp ) ( Rp. )

I Bahan dan Aksesoris

1 Drum diameter 50 cm 6 m' 430.000,00 2.580.000,00

2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00

3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00

4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00

5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00

6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00

7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00

8 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00

9 Closet Jongkok 1 Unit 165.000,00 165.000,00


II Biaya Pembuatan (Alat & Upah 1 Ls 500.000,00 500.000,00
Kerja)

JUMLAH 4.619.500,00

Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet):

50 Cm.

Muka Air Max

±250 - 300 Cm.


600 Cm.

150 - 200 Cm.

100 - 200 Cm.

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 7 of 30


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN


(Analisa SNI 2008)
Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
1 1 M' Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Bahan
0,012 M3 Kayu 5/7 kelas IV 1.200.000,00 14.400,00 14.400,00
0,020 Kg Paku biasa 18.150,00 363,00 363,00
0,007 M3 Kayu papan 3/20 kelas IV 1.200.000,00 8.400,00 8.400,00
Tenaga
0,1 Oh Tukang kayu 75.000,00 7.500,00 7.500,00
0,1 Oh Pekerja 55.000,00 5.500,00 5.500,00
0,1 Oh Kepala tukang 85.000,00 8.500,00 8.500,00
0,005 Oh Mandor 100.000,00 500,00 500,00
Jumlah 23.163,00 22.000,00 45.163,00
2 1 M2 Membershkan Lapangan dan Peralatan
Tenaga
0,1 Oh Pekerja 55.000,00 5.500,00 5.500,00
0,05 Oh mandor 100.000,00 5.000,00 5.000,00
Jumlah - 10.500,00 10.500,00
3 1 M3 Galian tanah Biasa sedalam 2 Meter
Tenaga
0,526 Oh Pekerja 55.000,00 28.930,00 28.930,00
0,052 Oh Mandor 100.000,00 5.200,00 5.200,00

Jumlah 34.130,00 34.130,00

4 1 M3 Galian tanah biasa sedalam 3 Meter


Tenaga
0,735 Oh Pekerja 55.000,00 40.425,00 40.425,00
0,073 Oh Mandor 100.000,00 7.300,00 7.300,00
Jumlah 47.725,00 47.725,00
5 1 M3 Pembuangan Tanah Sejauh 150 Meter
Tenaga
0,516 Oh Pekerja 55.000,00 28.380,00 28.380,00
0,05 Oh mandor 100.000,00 5.000,00 5.000,00
Jumlah 33.380,00 33.380,00
6 1 M3 urugan kembali
Tenaga
0,192 Oh Pekerja 55.000,00 10.560,00 10.560,00
0,019 Oh mandor 100.000,00 1.900,00 1.900,00
Jumlah 12.460,00 12.460,00
7 1 M3 Urugan Pasir
Bahan
1,2 M3 Pasir Urug 70.000,00 84.000,00 84.000,00
Tenaga
0,3 Oh Pekerja 55.000,00 16.500,00 16.500,00
0,1 Oh Mandor 100.000,00 10.000,00 10.000,00
Jumlah 84.000,00 26.500,00 110.500,00
8 1 m3 Timbunan Tanah
Bahan
1,2 M3 Tanah Urug 37.400,00 44.880,00 44.880,00
Tenaga -
0,3 Pekerja 55.000,00 16.500,00 16.500,00
0,033 Mandor 100.000,00 3.300,00 3.300,00
Jumlah 44.880,00 19.800,00 64.680,00
9 1 M3 Pasangan batu bata ad. 1:4
Bahan
782 Buah Batu bata 450,00 351.900,00 351.900,00
2,024 zak Semen Portland 58.000,00 117.392,00 117.392,00
0,406 M3 Pasir pasang 75.000,00 30.450,00 30.450,00
Upah
0,6 Oh Tukang Batu 75.000,00 45.000,00 45.000,00
0,06 Oh Kepala tukang 85.000,00 5.100,00 5.100,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 1 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
1,5 Oh Pekerja 55.000,00 82.500,00 82.500,00
0,075 Oh Mandor 100.000,00 7.500,00 7.500,00
Jumlah 499.742,00 140.100,00 639.842,00
10 1 M2 Pasangan dinding bata ad. 1:2
Bahan
140 Buah Batu bata 450,00 63.000,00 63.000,00
0,87 zak Semen Portland 58.000,00 50.460,00 50.460,00
0,08 M3 Pasir pasang 75.000,00 6.000,00 6.000,00
Upah
0,65 Oh Pekerja 55.000,00 35.750,00 35.750,00
0,2 Oh Tukang Batu 75.000,00 15.000,00 15.000,00
0,02 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.700,00 1.700,00
0,03 Oh Mandor 100.000,00 3.000,00 3.000,00
Jumlah 119.460,00 55.450,00 174.910,00
11 1 M2 Pasangan dinding bata ad. 1:4
Bahan
140 Buah Batu bata 450,00 63.000,00 63.000,00
0,531 zak Semen Portland 58.000,00 30.798,00 30.798,00
0,0093 M3 Pasir pasang 75.000,00 697,50 697,50
Upah
0,65 Oh Pekerja 55.000,00 35.750,00 35.750,00
0,2 Oh Tukang Batu 75.000,00 15.000,00 15.000,00
0,02 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.700,00 1.700,00
0,03 Oh Mandor 100.000,00 3.000,00 3.000,00
Jumlah 94.495,50 55.450,00 149.945,50
12 1 M2 plesteran ad. 1:4
Bahan
0,104 zak Semen Portland 58.000,00 6.032,00 6.032,00
0,02 M3 Pasir pasang 75.000,00 1.500,00 1.500,00
Upah
0,2 Oh Pekerja 55.000,00 11.000,00 11.000,00
0,15 Oh Tukang Batu 75.000,00 11.250,00 11.250,00
0,015 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.275,00 1.275,00
0,01 Oh Mandor 100.000,00 1.000,00 1.000,00
Jumlah 7.532,00 24.525,00 32.057,00
13 1 M2 plesteran ad. 1:2 ps
Bahan
0,1704 zak Semen Portland 58.000,00 9.883,20 9.883,20
0,017 M3 Pasir pasang 75.000,00 1.275,00 1.275,00
Upah
0,2 Oh Pekerja 55.000,00 11.000,00 11.000,00
0,15 Oh Tukang Batu 75.000,00 11.250,00 11.250,00
0,015 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.275,00 1.275,00
0,01 Oh Mandor 100.000,00 1.000,00 1.000,00
Jumlah 11.158,20 24.525,00 35.683,20
14 1M3 Pasang Konstruksi Kuda - Kuda Kayu Kelas III
Bahan
1,1 M3 Kayu balok kelas III 2.350.000,00 2.585.000,00 2.585.000,00
15,8 kg Besi strip 8.250,00 130.350,00 130.350,00
0,8 kg Paku biasa 18.150,00 14.520,00 14.520,00
Tenaga
4 Oh Pekerja 55.000,00 220.000,00 220.000,00
12 Oh Tukang Kayu 75.000,00 900.000,00 900.000,00
1,2 Oh Kepala tukang 85.000,00 102.000,00 102.000,00
0,2 Oh Mandor 100.000,00 20.000,00 20.000,00
Jumlah 2.729.870,00 1.242.000,00 3.971.870,00
15 1 M2 Langit - langit plywood tebal 3 mm
Bahan
0,36 Lbr Playwood tebal 3 mm 35.000,00 12.600,00 12.600,00
0,03 Kg Paku 18.150,00 544,50 544,50

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 2 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
Tenaga
0,07 Oh Pekerja 55.000,00 3.850,00 3.850,00
0,1 Oh Tukang Kayu 75.000,00 7.500,00 7.500,00
0,01 Oh Kepala tukang 85.000,00 850,00 850,00
0,0035 Oh Mandor 100.000,00 350,00 350,00
Jumlah 13.144,50 12.550,00 25.694,50
16 1M3 Pasang Pondasi Batu Kali 1 pc: 4 Ps
Bahan
1,1 M3 Batu Belah 15/20 291.500,00 320.650,00 320.650,00
163 Kg Semen PC 1.160,00 189.080,00 189.080,00
0,52 M3 pasir Pasang 75.000,00 39.000,00 39.000,00
Tenaga
1,5 Oh Pekerja 55.000,00 82.500,00 82.500,00
0,6 Oh Tukang Batu 75.000,00 45.000,00 45.000,00
0,06 Oh Kepala Tukang 85.000,00 5.100,00 5.100,00
0,075 Oh Mandor 100.000,00 7.500,00 7.500,00
Jumlah 548.730,00 140.100,00 688.830,00
17 1 M3 Pasang Pondasi batu Kosong
Bahan
1,2 M3 Batu Belah 15/20 291.500,00 349.800,00 349.800,00
0,3 M3 pair Urug 70.000,00 21.000,00 21.000,00
Tenaga
0,78 Oh Pekerja 55.000,00 42.900,00 42.900,00
0,39 Oh Tukang Batu 75.000,00 29.250,00 29.250,00
0,039 Oh Kepala Tukang 85.000,00 3.315,00 3.315,00
0,039 Oh Mandor 100.000,00 3.900,00 3.900,00
Jumlah 370.800,00 79.365,00 450.165,00
18 1 M3 Plesteran 1 Pc : 1 Ps, Tebal 15 mm
Bahan
12,920 Kg Semen Portland 1.160,00 14.987,20 14.987,20
0,013 M3 Pasir Pasang 75.000,00 975,00 975,00
Tenaga
0,2 Oh Pekerja 55.000,00 11.000,00 11.000,00
0,15 Oh Tukang Batu 75.000,00 11.250,00 11.250,00
0,015 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.275,00 1.275,00
0,01 Oh Mandor 100.000,00 1.000,00 1.000,00
Jumlah 15.962,20 24.525,00 40.487,20
19 1 M' Pengadaan dan Pemasangan Pipa PVC dia. 100 mm
Bahan
1 M' Pipa PVC dia. 100 mm 57.200,00 57.200,00 57.200,00
0,217 M3 Tanah Urug 37.400,00 8.115,80 8.115,80
Tenaga
0,02 Oh Mandor 100.000,00 2.000,00 2.000,00
0,2 Oh Tukang Pipa 75.000,00 15.000,00 15.000,00
0,5 Oh Pekerja 55.000,00 27.500,00 27.500,00
Jumlah 65.315,80 44.500,00 109.815,80
20 1 M3 Membuat lantai Kerja Beton Tumbuk, 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr, tebal 5 Cm
Bahan
4,36 Zak Semen Portland 58.000,00 252.880,00 252.880,00
0,52 M3 Pasir Beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,87 M3 Koral Beton 225.000,00 195.750,00 195.750,00
Tenaga
1,65 Oh Pekerja 55.000,00 90.750,00 90.750,00
0,25 Oh Tukang batu 75.000,00 18.750,00 18.750,00
0,025 Oh Kepala Tukang 85.000,00 2.125,00 2.125,00
0,08 Oh Mandor 100.000,00 8.000,00 8.000,00
Jumlah 487.630,00 119.625,00 607.255,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 3 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
21 1 M3 Membuat Beton Bertulang, 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
Bahan
6,8 Zak Semen Portland 58.000,00 394.400,00 394.400,00
0,52 M3 Pasir Beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,82 M3 Koral Beton 225.000,00 184.500,00 184.500,00
Tenaga
1,65 Oh Pekerja 55.000,00 90.750,00 90.750,00
0,25 Oh Tukang batu 75.000,00 18.750,00 18.750,00
0,025 Oh Kepala Tukang 85.000,00 2.125,00 2.125,00
0,08 Oh Mandor 100.000,00 8.000,00 8.000,00
Jumlah 617.900,00 119.625,00 737.525,00
22 1 M3 Tulang Besi Plat Beton
Bahan
110 kg Besi Beton 12.320,00 1.355.200,00 1.355.200,00
2 Kg Kawat Pengikat 18.700,00 37.400,00 37.400,00
Tenaga
6,75 Oh Tukang 75.000,00 506.250,00 506.250,00
2,25 Oh Kepala Tukang 85.000,00 191.250,00 191.250,00
6,75 Oh Pekerja 55.000,00 371.250,00 371.250,00
Jumlah 1.392.600,00 1.068.750,00 2.461.350,00
23 Bekisting ( kayu cetakan)/M3 plat
Bahan
4 kg Paku biasa 18.150,00 72.600,00 72.600,00
50 Btg Kayu Gelam 7.150,00 357.500,00 357.500,00
0,4 m3 Kayu Kelas IV 1.200.000,00 480.000,00 480.000,00
Tenaga
5 Tukang 75.000,00 375.000,00 375.000,00
0,5 Kepala tukang 85.000,00 42.500,00 42.500,00
2 Pekerja 55.000,00 110.000,00 110.000,00
0,1 Mandor 100.000,00 10.000,00 10.000,00
Jumlah 910.100,00 537.500,00 1.447.600,00
24 Biaya pembongkaran bekisting
Tenaga
4 Pekerja 55.000,00 220.000,00 220.000,00
25 1 M3 Membuat tiang Pondasi Beton bertulang
Bahan
0,2 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 240.000,00 240.000,00
1,5 Kg Paku biasa 18.150,00 27.225,00 27.225,00
150 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.848.000,00 1.848.000,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
Tenaga
3,9 Oh Pekerja 55.000,00 214.500,00 214.500,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
1,04 Oh Tukang Kayu 75.000,00 78.000,00 78.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,254 Oh Kepala Tukang 85.000,00 21.590,00 21.590,00
0,165 Oh Mandor 100.000,00 16.500,00 16.500,00
Jumlah 2.640.920,00 435.590,00 3.076.510,00
26 1 M3 Membuat Kolom Beton bertulang
Bahan
0,4 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 480.000,00 480.000,00
4 Kg Paku biasa 18.150,00 72.600,00 72.600,00
100 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.232.000,00 1.232.000,00
4,5 Kg Kawat beton 18.700,00 84.150,00 84.150,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 M3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 M3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
0,78 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 936.000,00 936.000,00
20 Btg Dolken 7.150,00 143.000,00 143.000,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 4 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
Tenaga -
7,3 Oh Pekerja 55.000,00 401.500,00 401.500,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
3,3 Oh Tukang Kayu 75.000,00 247.500,00 247.500,00
2,1 Oh Tukang besi 75.000,00 157.500,00 157.500,00
0,57 Oh Kepala Tukang 85.000,00 48.450,00 48.450,00
0,25 Oh Mandor 100.000,00 25.000,00 25.000,00
Jumlah 3.431.370,00 906.200,00 4.337.570,00
27 1 M3 Membuat Balok Beton bertulang
Bahan
0,32 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 384.000,00 384.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
110 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.355.200,00 1.355.200,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
0,12 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 144.000,00 144.000,00
32 Btg Dolken 7.150,00 228.800,00 228.800,00
Tenaga -
5,8 Oh Pekerja 55.000,00 319.000,00 319.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,8 Oh Tukang Kayu 75.000,00 210.000,00 210.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,42 Oh Kepala Tukang 85.000,00 35.700,00 35.700,00
0,185 Oh Mandor 100.000,00 18.500,00 18.500,00
Jumlah 2.695.775,00 688.200,00 3.383.975,00
28 1 M3 Membuat dinding Beton bertulang 1:2:3
Bahan
0,24 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 288.000,00 288.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
150 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.848.000,00 1.848.000,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
0,16 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 192.000,00 192.000,00
24 Btg Dolken 7.150,00 171.600,00 171.600,00
Tenaga -
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 3.083.375,00 664.300,00 3.747.675,00
29 1 M3 Membuat Plat Beton bertulang 1:2:3
Bahan
0,12 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 144.000,00 144.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
100 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.232.000,00 1.232.000,00
1,25 Kg Kawat beton 18.700,00 23.375,00 23.375,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 5 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
Tenaga
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 1.941.075,00 664.300,00 2.605.375,00
30 1 M2 Pasang atap seng
Bahan
1,02 M2 Seng 35.000,00 35.700,00 35.700,00
0,02 Kg paku biasa 18.150,00 363,00 363,00
Tenaga
0,12 Oh Pekerja 55.000,00 6.600,00 6.600,00
0,06 Oh Tukang Kayu 75.000,00 4.500,00 4.500,00
0,006 Oh Kepala Tukang 85.000,00 510,00 510,00
0,006 Oh Mandor 100.000,00 600,00 600,00
Jumlah 36.063,00 12.210,00 48.273,00
31 1 M' Pasang Atap bubungan Nok/ seng
Bahan
1 M' Seng datar lebar 33 cm 6.600,00 6.600,00 6.600,00
0,04 kg Paku biasa 18.150,00 726,00 726,00
Tenaga
0,15 Oh Pekerja 55.000,00 8.250,00 8.250,00
0,07 Oh Tukang Kayu 75.000,00 5.250,00 5.250,00
0,008 Oh Kepala Tukang 85.000,00 680,00 680,00
0,09 Oh Mandor 100.000,00 9.000,00 9.000,00
Jumlah 7.326,00 23.180,00 30.506,00
32 1 m2 Pengapuran/tembok/kayu
Bahan
0,2 kg Kapur/cat 3.575,00 715,00 715,00
Tenaga
0,02 Oh Pekerja 55.000,00 1.100,00 1.100,00
0,063 Oh Tukang Cat 75.000,00 4.725,00 4.725,00
0,0063 Oh Kepala Tukang 85.000,00 535,50 535,50
0,0025 Oh Mandor 100.000,00 250,00 250,00
Jumlah 715,00 6.610,50 7.325,50
33 1 M2 Pengecatan Bidang kayu Baru
Bahan
0,2 Kg Cat meni 35.475,00 7.095,00 7.095,00
0,15 Kg Plamir 24.750,00 3.712,50 3.712,50
0,17 Kg Cat dasar 22.000,00 3.740,00 3.740,00
0,26 Kg Cat penutup 79.750,00 20.735,00 20.735,00
Tenaga
0,07 Oh Pekerja 55.000,00 3.850,00 3.850,00
0,009 Oh Tukang cat 75.000,00 675,00 675,00
0,006 Oh Kepala tukang 85.000,00 510,00 510,00
0,0025 Oh Mandor 100.000,00 250,00 250,00
Jumlah 35.282,50 5.285,00 40.567,50
34 1 M3 Pasang kusen pintu dan jendela kayu kelas III
Bahan
1,2 M3 kayu kelas III 2.350.000,00 2.820.000,00 2.820.000,00
-
Tenaga -
6 Oh Pekerja 55.000,00 330.000,00 330.000,00
18 Oh Tukang Kayu 75.000,00 1.350.000,00 1.350.000,00
2 Oh Kepala Tukang 85.000,00 170.000,00 170.000,00
0,3 Oh mandor 100.000,00 30.000,00 30.000,00
Jumlah 2.820.000,00 1.880.000,00 4.700.000,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 6 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
35 1 M2 membuat lantai kerja beton tumbuk 1:3:5, tebal 5 cm
Bahan
0,2 zak Semen PC 58.000,00 11.600,00 11.600,00
0,026 M3 Pasir beton 75.000,00 1.950,00 1.950,00
0,044 M3 Koral Beton 225.000,00 9.900,00 9.900,00
Tenaga
1,15 Oh Pekerja 55.000,00 63.250,00 63.250,00
0,02 Oh Tukang Batu 75.000,00 1.500,00 1.500,00
0,002 Oh Kepala Tukang 85.000,00 170,00 170,00
0,006 Oh mandor 100.000,00 600,00 600,00
Jumlah 23.450,00 65.520,00 88.970,00
36 1 M3 pas. Pondasi batu bata ad. 1:2
Bahan
782 buah Bata 450,00 351.900,00 351.900,00
3,296 zak PC 58.000,00 191.168,00 191.168,00
0,333 M3 Pasir pasang 75.000,00 24.975,00 24.975,00

Tenaga
0,6 Oh Tukang batu 75.000,00 45.000,00 45.000,00
0,006 Oh Kepala tukang 85.000,00 510,00 510,00
1,5 Oh Pekerja 55.000,00 82.500,00 82.500,00
0,075 Oh mandor 100.000,00 7.500,00 7.500,00
Jumlah 568.043,00 135.510,00 703.553,00
37 1 M3 Membuat Plat Beton bertulang 1:1,5:2,5
Bahan
0,12 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 144.000,00 144.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
100 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.232.000,00 1.232.000,00
1,25 Kg Kawat beton 18.700,00 23.375,00 23.375,00
7,72 zak PC 58.000,00 447.760,00 447.760,00
0,47 m3 Pasir beton 75.000,00 35.250,00 35.250,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
Tenaga
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 2.115.965,00 664.300,00 2.780.265,00
38 1 M3 Membuat dinding Beton bertulang 1:1,5:2,5
Bahan
0,24 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 288.000,00 288.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
150 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.848.000,00 1.848.000,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
7,72 zak PC 58.000,00 447.760,00 447.760,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,47 m3 Koral beton 225.000,00 105.750,00 105.750,00
0,16 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 192.000,00 192.000,00
24 Btg Dolken 7.150,00 171.600,00 171.600,00
Tenaga
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 3.192.265,00 664.300,00 3.856.565,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 7 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

Satuan Harga
No Uraian Jumlah harga Jumlah bahan
Harga satuan Jumlah tenaga
bahan + tenaga
39 1 M3 Pekerjaan Kayu, Kayu Penahan/Tiang Kolom
Bahan :
1,000 m3 Kayu Klas III 2.350.000,00 2.350.000,00 2.350.000,00
0,100 Kg Paku 18.150,00 1.815,00 1.815,00
Tenaga
3,500 Org Pekerja 55.000,00 192.500,00 192.500,00
7,000 Org Tukang 75.000,00 525.000,00 525.000,00
1,050 Org Kepala Tukang 85.000,00 89.250,00 89.250,00
0,175 Org Mandor 100.000,00 17.500,00 17.500,00
Jumlah 2.351.815,00 824.250,00 3.176.065,00
40 1 M2 Pek. Lantai Papan
Bahan
0,030 m3 Kayu Klas III 2.350.000,00 70.500,00 70.500,00
0,250 Kg Paku 18.150,00 4.537,50 4.537,50
Tenaga
0,800 Org Tukang 75.000,00 60.000,00 60.000,00
0,280 Org Pekerja 55.000,00 15.400,00 15.400,00
0,014 Org Mandor 100.000,00 1.400,00 1.400,00
Jumlah 75.037,50 76.800,00 151.837,50
41 1 M2 Pek. Pasang Dinding Papan
Bahan
0,030 m3 Kayu Klas III 2.350.000,00 70.500,00 70.500,00
0,2 Kg Paku Biasa 18.150,00 3.630,00 3.630,00
Tenaga
0,800 Org Tukang 75.000,00 60.000,00 60.000,00
0,080 Org Kepala Tukang 85.000,00 6.800,00 6.800,00
0,280 Org Pekerja 55.000,00 15.400,00 15.400,00
0,014 Org Mandor 100.000,00 1.400,00 1.400,00
Jumlah 74.130,00 83.600,00 157.730,00

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 8 of 8


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

DAFTAR HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN

NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN KETERANGAN


A UPAH
1 Tukang oh 75.000
2 Kepala Tukang oh 85.000
3 Pekerja oh 55.000
4 Mandor oh 100.000
B BAHAN/MATERIAL
1 Pasir Pasang m3 75.000
2 Pasir Urug m3 70.000
3 Pasir Beton m3 75.000
4 Tanah Urug m3 37.400
5 Semen Portland zak 58.000
6 Semen Portland kg 1.160
7 Batu kali m3 291.500
8 Koral Beton m3 225.000
9 Besi beton kg 12.320
10 Kawat Beton kg 18.700
11 Paku biasa kg 18.150
12 Kayu kelas IV m3 1.200.000
13 Kayu gelam dia 6-8 cm btg 7.150
14 Pipa PVC dia 100 mm m' 57.200
15 Ijuk kg 7.700
16 Geotextile m2 15.000
17 Batu bata buah 450
18 Kayu Kelas III m3 2.350.000
19 Besi strip kg 8.250
20 Ply wood 3mm lbr 35.000
21 Seng gelombang m2 35.000
22 Seng datar 33 cm m' 6.600
23 Kapur kg 3.575
24 Cat meni Kg 35.475
25 Plamir Kg 24.750
26 Cat dasar Kg 22.000
27 Cat penutup Kg 79.750
28 Rooster Buah 20.000
29 Tedmon Kap. 1.500 ltr buah 1.500.000
30 Pipa PVC 3" btg 121.275
31 Pas elbow 3" buah 4.000
32 pipa PVC 2" btg 57.200
33 T Dus PVC 3-2 buah 3.500

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 1 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang

NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN KETERANGAN


34 Pas elbow 2" buah 3.000
35 Kran air buah 15.000
36 Pipa 3/4" m' 4.675
37 Pengadaan pompa air unit 450.000
38 Closed jongkok mutu B buah 165.000
39 Foor drain buah 25.100
40 Drum Dia 45 cm p=1m buah 430.000
41 Pipa PVC Dia. 14" m' 218.750 AW
42 Pipa PVC Dia. 10" m' 168.750 AW
43 Pipa PVC Dia. 8" m' 141.250 AW
44 Pipa PVC Dia. 6" m' 106.975 AW
45 Pipa PVC Dia. 4" m' 46.250 AW
46 Pipa PVC Dia. 2" Btg 57.200 AW
47 Knee Dia 2" Buah 10.000
48 Knee Dia 4" Buah 12.500
49 Dop Pipa Dia 4" Buah 20.000
50 Dop Pipa Dia 12" Buah 45.000
51 Lem pipa Kg 12.000
52 Gergaji buah 35.000
53 Mesin bor Buah 350.000
54 Pintu fiber + pemasangan unit 435.000
55 Kloset Fiber (70x70) Bh 155.000

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 2 of 2


Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Lampiran 6
Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Perhitungan volume pengendapan lumpur dan busa ( Persamaan 2.2 )
(A=PxNxS)
P
N S A (Ltr) A (m3)
(Orang max)
5,00 1,00 40,00 200,00 0,20
10,00 1,00 40,00 400,00 0,40
15,00 1,00 40,00 600,00 0,60
20,00 1,00 40,00 800,00 0,80
Di mana :
A : Volume penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter )
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
N : Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (diambil per 1 tahun)
S : Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun).
25 liter untuk WC yang hanya menampung kotoran manusia.
40 liter untuk WC yang juga menampung air limbah dari kamar mandi.

Perhitungan kapasitas penampung cairan limbah


B = P x Q x Th ( Persamaan 2.3 ) dan
Th = 2,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,5 ( Persamaan 2.4 )

P (Jumlah 2,5-0,3(log PQ
Q PxQ Log PQ 0,3log PQ B ( Ltr ) B ( M3 )
Pemakai) ) > 0,5
1-5 10,00 50,00 1,70 0,51 1,99 99,52 0,10
6-10 10,00 100,00 2,00 0,60 1,90 190,00 0,19
11-15 10,00 150,00 2,18 0,65 1,85 277,08 0,28
16-20 10,00 200,00 2,30 0,69 1,81 361,94 0,36
Di mana :
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
Q : Banyaknya aliran air limbah (liter/orang/hari)
Th : Keperluan waktu penahanan minimum dalam sehari.

Volume septik total

Vol A (m3) Vol B (m3) Total (m3)

0,2 0,10 0,30


0,4 0,19 0,59
0,6 0,28 0,88
0,8 0,36 1,16

Perhitungan diameter pipa terluar untuk Tripikon S


2
V = ¼ x 3.14 x dt x ht ( Persamaan 2.6 )
1/4 x π
dt
V Total ht (m) (2) x (3) dt2 dt (m) dt (cm) dt (inchi)
(inchi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,30 0,785 6 4,71 0,06 0,25 25,22 9,93 10,00
0,59 0,785 6 4,71 0,13 0,35 35,39 13,93 14,00
0,88 0,785 6 4,71 0,19 0,43 43,15 16,99 17,00
1,16 0,785 6 4,71 0,25 0,50 49,67 19,55 20,00
Dimana :
V = Volume total septic yang direncanakan
Dt = Diameter luar pipa
Ht = Panjang pipa direncanakan 6 m

L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 30 of 30


Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 7:
Dokumentasi Penelitian

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

114
Lampiran 7:

Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen I nfrastruktur


Fakultas Teknik Universitas Sriw ijaya, Palembang
Dokumentasi Penelitian
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

MCK Masyarakat di Tepian


Sungai Musi (dari seng - dibuat
tanpa penutup).

Dialok dengan
Responden/masyarakat tentang
MCK Umum dari Pemerintah
(PNPM Mandiri Perkotaan) yang
terlihat distribusi air-nya belum
optimal dan kelompok pengguna
& pemelihara belum teratur.

Diskusi dengan Responden dan


dilanjutkan dengaan pengisian
questioner.

L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 1 of 6


Lampiran 7:

Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen I nfrastruktur


Fakultas Teknik Universitas Sriw ijaya, Palembang
Dokumentasi Penelitian
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

Akses jalan di RT. 3/RW.1 yang


digunakan masyarakat,
menggunakan jalan titian (jalan
cor beton dengan tiang/kaki)

Akses jalan di RT. 5/RW.2 yang


digunakan masyarakat,
menggunakan jalan titian (jalan
cor beton dengan tiang/kaki)

Akses jalan di RT. 10/RW.2


yang digunakan masyarakat,
menggunakan jalan titian (jalan
cor beton dengan tiang/kaki)

L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 2 of 6


Lampiran 7:

Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen I nfrastruktur


Fakultas Teknik Universitas Sriw ijaya, Palembang
Dokumentasi Penelitian
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

Kondisi eksisitng di RT.3/RW.1


yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan
limbah secara sembarangan oleh
penduduk.

Kondisi eksisitng di RT.5/RW.2


yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan
limbah secara sembarangan oleh
penduduk.

Kondisi eksisitng di
RT.10/RW.2 yang terjadi
pencemaran lingkungan akibat
pembuangan limbah secara
sembarangan oleh penduduk.

L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 3 of 6


Lampiran 7:

Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen I nfrastruktur


Fakultas Teknik Universitas Sriw ijaya, Palembang
Dokumentasi Penelitian
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

Kondisi eksisitng di RT.3/RW.1


yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan
limbah secara sembarangan oleh
penduduk.

Kondisi eksisitng di RT.5/RW.2


yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan
limbah secara sembarangan oleh
penduduk.

Kondisi eksisitng di
RT.10/RW.2 yang terjadi
pencemaran lingkungan akibat
pembuangan limbah secara
sembarangan oleh penduduk.

L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 4 of 6


Lampiran 7:

Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen I nfrastruktur


Fakultas Teknik Universitas Sriw ijaya, Palembang
Dokumentasi Penelitian
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

Kegiatan mandi dan mencuci


pakaian di RT.3/RW.1.

Kegiatan mencuci di bantaran


Sungai Musi RT.5/RW.2.

Mayoritas masyarakat Kelurahan


11 Ulu, khususnya di daerah
bantaran Sungai Musi
menggunkan air sungai ssebagai
sumber mandi dan cuci.

L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 5 of 6


Lampiran 7:

Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen I nfrastruktur


Fakultas Teknik Universitas Sriw ijaya, Palembang
Dokumentasi Penelitian
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

Kegiatan cuci makanan dengan


air sungai

Air Sungai

Survey ke-2 dengan Ibu RT. 5


(30 April 2014)

Diskusi hasil Tesis dan


pembangunan MCK serta wacana
penerapan instalasi pengolahan
Tripikon-S dengan Rekan-rekan
Konsultan PNPM Mandiri
Perkotaan (P2KP) Kota
Palembang

L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 6 of 6


Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 8:
Kumpulan Literatur Tentang Tripikon-S

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

115
Su m be r : h tt p:/ / w w w .lpt p.or .id/ a r t icle s- det a il.ph p?id= 8 & t opic= 1 3 6 6 6 9 6 8 8 7

Solu si San it a si di Ka w a sa n Mu k a Air Tin ggi, Ra w a , Pa n ta i, Su n ga i


Ole h : I m a m Syar ifu din

Sanit asi m enurut kam us bahasa I ndonesia m erupakan usaha unt uk m em bina dan
m encipt akan suat u keadaan yang baik di bidang kesehat an m asyarakat . Hal t ersebut
berhubungan dengan sam pah, saluran air kot or, lim bah dan perilaku kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain it u sanit asi dapat diart ikan sebagai alat pengum pulan dan
pem buangan t inj a sert a air buangan m asyarakat secara higienis sehingga t idak
m em bahayakan bagi kesehat an seseorang m aupun m asyarakat secara keseluruhan.

Dari sanit asi juga dapat t erlihat deraj at kehidupan m asyarakat / kom unit as. Apabila
pengelolaan sanit asi sem akin baik m aka deraj at kehidupan m asyarakat t ersebut sem akin
baik pula. Begit u pula sebaliknya apabila pengelolaan sanit asi buruk m aka sem akin buruk
pula deraj at kehidupan m asyarakat nya. Pengelolaan sanit asi yang buruk dalam suat u
kom unit as t erlihat secara kasat m at a ant ara lain banyaknya genangan air kot or sekit ar
pem ukim an, aliran lim bah cair dom est ik t idak m engalir lancar, t um pukan sam pah dim ana-
m ana, lalat , nyam uk sert a arom a di pem ukim an yang khas dan kum uh. Apalagi bila di
t am bah lagi dengan kot oran hewan piaraan berserakan dim ana-m ana. Cont oh-cont oh
pengelolaan sanit asi yang buruk banyak t erlihat di daerah pasang surut , daerah m uara
sungai, daerah rawa- rawa dan sebagainya.

I ndonesia m erupakan negara yang m em iliki sist em sanit asi t erburuk ket iga di Asia
Tenggara set elah Laos dan Myanm ar. Hal it u pernah disam paikan Sekret aris Koordinat or
I ndonesian Sanit at ion Sect or Developm ent Program ( I SSDP) , Nugroho Tri Ut om o. Dalam
kurun 30 t ahun t erakhir ini pem erint ah I ndonesia hanya m enyediakan dana sekit ar 820
j ut a Dolar AS unt uk sekt or sanit asi. Art inya hanya Rp 200,- per t ahun unt uk set iap
penduduk.

Cont oh kebiasaan buruk sanit asi

D AM PAK YAN G TERJAD I AKI BAT BURUKN YA PEN GELOLAAN SAN I TASI
Pengelolaan sanit asi yang buruk akan m enim bulkan banyak ragam penyakit yang t erkenal
dengan Wat er borne diseases m isalnya penyakit kulit , m at a dan diare. Bahkan pada saat -
saat m usim t ert ent u akan t erj adi “ out brake” . Hal t ersebut akan sem akin gawat dan parah
apabila t erdapat perilaku buang air besar secara t erbuka dan sem barangan. Lim bah
m anusia at au t inj a m engandung m ikroba, sebagian diant aranya t ergolong sebagai
m ikroba pat ogen, sepert i bakt eri salm onela t yphi penyebab t ifus, bakt eri vibrio cholerae
penyebab kolera, virus penyebab hepat it is A, dan virus penyebab polio sert a t inj a yang
m engandung puluhan m iliar m ikroba t erm asuk bakt eri koli- t inj a.

Selain it u t inj a m engandung m at eri organik yang sebagian m erupakan sisa dan am pas
m akanan yang t idak t ercerna. I a dapat m em bent uk karbohidrat , dapat pula berupa
prot ein, enzim , lem ak, m ikroba, dan sel- sel m at i. Sat u lit er t inj a m engandung m at eri
organik yang set ara dengan 200- 300 m g BOD. Kandungan t inj a akan sem akin buruk,
apabila ada yang cacingan. Beragam cacing dapat dij um pai, sepert i cacing krem i, cacing

1
cam buk, cacing t am bang sert a cacing gelang. Sat u gram t inj a berisi ribuan t elur cacing
yang siap berkem bang biak di perut seseorang. Kandungan lain t inj a adalah nut rien,
um um nya m erupakan senyawa nit rogen ( N) dan senyawa fosfor ( P) yang dibawa sisa- sisa
prot ien dan sel- sel m at i. Nit rogen keluar dalam bent uk solfat . Sat u lit er t inj a m anusia
m engandung am onium sekit ar 25 m g dan fosfat seberat 30 m g.

Menut ur Ment eri Pekerj aan Um um Dj oko Kirm ant o, I ndonesia set iap t ahunnya m engalam i
kerugian ekonom i m encapai Rp 58 t riliun akibat sanit asi yang buruk. Hal ini t erkait
produkt ivit as m asyarakat yang t erganggu karena kerap j at uh sakit gara- gara sanit asi
yang buruk.

Selain penyakit diare, m unt aber dan sej enisnya


m enut ur Ment eri Pekerj aan Um um , BAB
sem barangan j uga m enyebabkan puluhan sungai
di Jawa, Sum at ra, Bali dan Sulawesi t ercem ar
berat oleh bahan organik dan zat am onium .

Sedikit nya 50 ribu anak- anak berusia di bawah


lim a t ahun di I ndonesia set iap t ahun m eninggal
karena penyakit sepert i diare yang disebabkan air
dan sanit asi buruk. Menurut Spesialis Kom unikasi
Program Air Bersih dan Sanit asi Bank Dunia, Yosa
Yuliarsa, j um lah ini t erbilang besar.

Pada int inya kat a kunci yang harus diperhat ikan adalah sebelum di buang alam bebas t inj a
harus diolah t erlebih dahulu agar t idak m encem ari lingkungan sehingga penyakit yang di
sebabkan oleh buruknya sanit asi dapat di kendalikan.

Pr a k t e k BAB Ya n g Per lu D iu ba h
Kebiasaan prakt ek buang air besar yang biasa dilakukan sesuai dengan sit uasi dan
kondisi hunian yang ant ara lain sebagai berikut :

1. Daerah pant ai, m uara, rawa dan daerah sungai. Hunian dibangun bervariasi
ant ara lain rum ah panggung, rum ah apung dan rum ah didarat .
2. Kebiasaan BAB dilakukan disesuaikan dengan kondisi hunian t ersebut . Kebiasaan
ini ada t iga. Pert am a kebiasaan BAB di dalam rum ah dilakukan di lubang WC at au
di lubang yang di sediakan khusus di lant ai. Yang kedua kebiasaan BAB di luar
rum ah dilakukan di j am ban um um , WC apung/ gant ung dan di t em pat
t erbuka. Sedang yang ket iga kebiasaan BAB baik di dalam rum ah m aupun diluar
rum ah t idak disediakan sarana pengolahan t inj a yang represent at if sehingga t inj a
langsung dibuang pada air perm ukaan dan air t anah ( laut , sungai, rawa)
3. Perubahan yang akan dilakukan adalah sebelum t inj a dibuang ke lingkungan
sekit ar diperlukan suat u m edia pengolahan sehingga t idak m encem ari
lingkungan. Sehingga BAB dilakukan di WC/ j am ban baik keluarga m aupun WC
kom unal yang dilengkapi m edia pengolah t inj a yang m em enuhi st andar kesehat an
sehinga t idak m encem ari lingkungan.

D e k om posisi Air Lim ba h BAB ( Tin j a)


Unt uk perhit ungan perencanaan t angki sept ik set iap orang secara um um m enghasilkan
25 lit er/ orang/ hari. Hal t ersebut dihit ung dari t inj a yang dibuang di t am bah air unt uk
m em bersihkannya.

Kualit as air linbah t ersebut dapat dilihat dari sifat dan karakt erist iknya yang ant ara lain,
Sifat fisik :

• Bahan padat , t erapung, t ersuspensi, t erlarut dan m engendap.

2
• Warna, coklat m uda pada saat um ur 6 j am , abu- abu t ua pada saat m engalam i


pem busukan, hit am pada saat m em busuk oleh bakt eri anaerob.


Terasa bau busuk pada saat t erurai oleh bakt eri anaerob
Suhu air lim bah biasanya lebih t inggi dari air bersih.

Sifat kim ia,



Organik, m inyak, lem ak, prot ein dan karbonat
Anorganik, sulfat , nit rogen, chlorida, phospor, belerang dan logam berat ( Fe, Mn,


Pb, Al, Mg)
Gas, H2S (hidrogen sulfida) , CO2 ( karbon dioksida) , O2 dan CH4 m et an

Proses dekom posisi

• Secara anaerobik, bahan organik t erlarut akan di rom bak/ dibusukkan oleh bakt eri
anaerob ( bakt eri yang dapat hidup t anpa oksigen O2) m enj adi senyawa organik
sederhana sepert i, CO2 ( karbon dioksida, CH4 ( m et an) , hidrogen sulfida ( H2S) ,
NH3 ( am onia) dan gas- gas bau.Dalam proses ini air lim bah m enj adi keruh, kot or
dan berbau busuk sert a t erj adi endapan lum pur yang cukup besar. Proses


anaerobik ini m em akan wakt u yang relat if lam a.
Secara aerobik, bahan- bahan organik t ersebut diuraikan oleh bakt eri aerob yang
m em anfaat kan oksigen yang t erlarut dalam air unt uk m engoksidasi bahan organik
t erlarut sam pai t erurai secara lengkap, hasil yang di dapat kan berupa, gas karbon
dioksida ( CO2) , nit rat ( NO3) , sulphat ( SO4) dan senyawa-senyawa st abil

Tr ipik on s da n T- Pik on - H Se bua h Taw a r an Solu si


Kesulit an dalam pengolahan lim bah t inj a di kawasan Rawa, sungai dan daerah m uara
secara um um adalah t ingginya m uka air t anah dan lahan yang gem bur sehingga kesulit an
m em buat t angki sept ik reguler yang m em enuhi st andart kesehat an.

Tripikon S m erupakan rekayasa dari Prof Harj oso dari UGM sangat cocok unt uk m edia
pegolahan lim bah t inj a di wilayah rawa, sungai dan daerah m uara/ pant ai, dan kem udian
di kem bangkan lebih lanjut m enj adi T- pikon H oleh universit as m uham m adiyah
Yogyakart a( UMY)

Tr ipik on S da n T- pik on - H

Tripikon S t erdiri dari 3 pipa PVC ( at au bahan lain yang sesuai dengan daerah set em pat )
dengan dim ensi berlainan yang di pasang secara konsent ris dan bersum bu pada sat u As.

Tripikon S adalah t em pat unt uk m engolah/ m erom bak/ m enguraikan/ m em busukan t inj a
baik secara aerobik m aupun anaerobik yang berlangsung selam a 3 hari sam a sepert i
t angki sept ik reguler.

Perhit ungan t ripikon S sam a sepert i t angki sept ik sebagai berikut :

• Volum e t ripikon S adalah sam a dengan volum e air t inj a yang t ersim pan selam a 3


hari.
Volum e t ripikon S adalah V = ¼ .p.( dt x dt ) . ht , dim ana dt = diam et er pipa t erluar


dan ht = panj ang/ t inggi pipa t erluar.


Panj ang pipa t ripikon S rat a- rat a 4 - 6 m et er
Bangunan peresapan

a. Unt uk bangunan di t epi pant ai t idak perlu peresapan, langsung di buang ke sungai
b. Unt uk bangunan di darat yang m uka air dangkal perlu di buat peresapan dari buis bet on
m engelilingi pipa luar t ersebut (sebagaim ana gam bar di bawah)

3
Unt uk m enghit ung peresapan di gunakan perhit ungan sebagai berikut :
Luas bidang resapan = debit air kot or
Kecepat an m eresap ket anah
Luas buis bet on = 1/ 4. p.( db x db) = luas bidang Tripikon s + luas bidang resapan
Db = Diam et er buis bet on
Tinggi buis bet on = hb = volum e air kot or
Luas bidang resapan

T- pikon- H secara konst ruksi m erupakan pengem bangan dari t ripikon S sehingga secara
perhit ungan sam a.

Adapun penggunaanya sebagaim ana t abel di bawah ini :

Sist e m Aplik a si Pe m e lih a - k e le bih a n Ke k u r a n g a n Ke se su a ia n


pe n g ola h a n lin g k u n g a n

• Dapat d ig unak an unt uk • Tidak b oleh • Dapat • Kapasit as • Rum ah


ra a n
Tripik on S
sy st em ind ivid ual ada sam p ah m enggu nak an pengolahan ny a panggu ng
y ang m asuk m at er ial lok al k ecil
• Cocok dit erapk an d i k e dalam
• Rum ah di
daerah MAT t ingg i
sist em
• Kebut u han • Sulit dalam darat
lah an kecil m elak uk an
• Sasar anny a u nt uk pengurasan
• Efisien si
• Efisien si
dit erapk an sk ala
ind iv idual penuru nan
BOD5 sek it ar pengolahan
• Digu nakan hany a 75 % belu m
diket ah u i
unt uk m engolah b lack
secar a j elas

• Sangat cocok • Tidak b oleh • Dapat • Sem ak in besar • Rum ah


w at er
T- Pikon H
dit erapk an d i ru m ah ada sam p ah m enggu nak an k apasit as apung
apung y ang m asuk m at er ial lok al m ak in sem ak in
k e dalam besar p u la
• Rum ah
• Dit erapk an unt uk sk ala sist em
• Dapat lah an yang
panggu ng
diper luk an
ind iv idual at au dik erj ak an
• Rum ah di
• Pengur asan
k om u nal kecil oleh t enaga
lok al
• Digu nakan hany a
darat
su lit dilak uk an
unt uk m engolah b lack
w at er

4
Gam baran Desain Tripikon S

Gam baran Desain T- pikon H

Referensi :

1. Suparm an suparm in, suat u pengant ar, Pem buangan t inj a dan lim bah cair, penerbit
buku kedokt eran ECC, 2002
2. WSP, Opsi sanit asi di daerah spesifik, buku penunt un

5
! "#" "! #

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA


PADA LAHAN SEMPIT

Mary Selintung & Miranda R. Malamassam


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10Tamalanrea - Makassar, 90245
Telp./Fax: (0411) 587636/(0411) 580505
E-mail: mary_selintung@yahoo.co.id

Abstrak
Pada pemukiman padat baik didarat maupun di daerah rawa dan sungai, penanganan
limbah cair semakin dirasakan sulit. Hal ini disebabkan semakin sempitnya lahan yang
diperuntukkan bagi suatu tanah kapling dan karena adanya rumah diatas air atau lokasi
perumahan yang berada pada daerah rawa yang mempunyai air tanah yang agak tinggi.
Salah satu alternatif teknik penanganan limbah domestik pada lokasi termaksud diatas yang
murah dan mudah pembuatannya adalah dengan menggunakan instalasi TRIPIKON S.
Instalasi TRIPIKON S adalah 3 (tiga) pipa septik masing-masing dengan ukuran berbeda
yang dipasang secara konsentris dan dipasang tegak lurus dan dipakai untuk menangani
limbah organik dari rumah tangga, industri maupun limbah organik lainnya. Pada
penelitian ini akan diteliti efektifitas dari alat ini sebagai suatu alat penanganan limbah
organik (tinja) pada suatu lahan yang sempit dari suatu pemukiman. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan analisis hasil
laboratorium. Untuk itu dilakukan pemeriksaan/pengujian sifat-sifat fisik dan kimia
dilaboratorium dan melakukan perbandingan untuk mengetahui perbedaan kandungan
bahan organik limbah yang masuk pada inlet dengan kandungan bahan organik limbah
yang keluar pada outlet. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh kandungan bahan
organik limbah pada saat pengeluaran (outlet) pada instalasi ini adalah sangat berbeda
dengan kondisi kandungan bahan organik air limbah pada saat pemasukan (inlet), dimana
kandungan bahan organiknya lebih kecil pada outlet. Hal ini menunjukkan bahwa instalasi
TRIPIKON S dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang baik. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan.
Kata kunci : Air Limbah Rumah Tangga, Lahan sempit, Tripikon S, Kandungan Bahan
Organik

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini masalah yang berkaitan dengan teknik penyehatan dan teknik lingkungan hidup semakin bertambah.
Pertambahan penduduk, perkembangan jumlah industri, kenaikan jumlah konsumen menambah beban pada
lingkaran biologis dan kimiawi yang sudah ada dalam lingkungan kehidupan manusia. Khususnya kawasan
pemukiman di kota-kota besar saat ini cenderung semakin sempit pada setiap kaplingnya. Demikian juga
pemukiman di daerah rawa dan sungai.

Penanganan limbah cair pada pemu-kiman yang padat tersebut semakin dirasakan sulit, karena adanya kendala
dalam pembuatan septiktank horizontal yang lazim digunakan pada penanganan limbah cair domestik. Kendala
dalam pembuatan tangki septik tradisional sebagai prasarana penyehatan lingkungan antara lain berupa lahan
yang semakin sempit dan sering tergenang air karena semakin tingginya permukaan air tanah.

Salah satu alternatif teknik pena-nganan limbah domestik (rumah tangga) yang murah dan mudah
pembuatannya adalah dengan menggunakan instalasi TRIPIKON-S yang ditemukan oleh Prof. Hardjoso
Prodjopangarso.

Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

$ % &' %( # ! # ) ' *+,-*+*- + &&- -.


+-
! "/"! %("/ %"/0 " 1 ! ! 2 "!3" 4 " "%" "%
! "#" "! #

1. Berapa besar kadar kandungan bahan organik sebelum masuk dalam instalasi TRIPIKON-S (inlet)
2. Berapa besar kadar kandungan bahan organik setelah melampaui waktu tinggal tiga hari yang dapat diambil
melalui pipa outlet.

Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah untuk meninjau efektifitas dari instalasi TRIPIKON-S (inlet) melalui
pemeriksaan kandungan bahan organik dari air limbah di laboratorium.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa perbedaan kandungan bahan organik limbah yang masuk pada
inlet dengan kandungan bahan organik limbah yang keluar pada outlet

LANDASAN TEORI

Dasar
Instalasi TRIPIKON-S terdiri dari 3 (tiga) buah pipa konsentris ukuran kecil, sedang dan besar dengan prinsip
kerja yang serupa dengan tangki septik tradisional. Limbah padat dan limbah cair masuk melalui pipa kecil dan
mengalami perombakan didalam pipa sedang. Bagian atas dari pipa sedang merupakan tempat terjadinya proses
aerobik, bagian tengah merupakan lintasan dan bagian bawah merupakan tempat terjadinya proses anaerobik.

Untuk memperluas tempat terjadinya proses aerobik maka dapat dipasang lagi 1 pipa secara horizontal
(TRIPIKON–S+). Selama melintas dipipa tengah (ukuran sedang), limbah akan terurai menjadi gas, air dan
lumpur. Pada tangki septik tradisional, proses lintasan terjadi secara horizontal sedangkan pada instalasi
TRIPIKON-S proses lintasan terjadi secara vertikal. Bagian pertama lintasan adalah mengarah kebawah (dalam
pipa sedang) dan bagian kedua adalah mengarah keatas yaitu melalui celah antara pipa sedang dan pipa luar
(pipa besar). Pipa Instalasi TRIPIKON-S dapat dibuat dari pipa paralon atau dari drum aspal.

Dimensi Tripikon S
1. Pipa yang paling dalam (pipa kecil) Ø pipa = 4" yang dapat disesuaikan dengan ukuran leher angsa dari
kloset.
2. Pipa sedang (pipa tengah) Ø pipa = 8" (dapat disesuaikan)
3. Pipa besar (pipa luar) Ø pipa = 16" (dapat disesuaikan)
4. Celah antara pipa luar dan pipa sedang minimal 2 cm
5. Lobang-lobang bor pada pipa tengah mempunyai ukuran minimal Ø = 0,5 cm terdiri dari 2 deret berjarak 4
cm. Jarak deret bawah dari dasar TRIPIKON S adalah 10 – 20 cm
6. Lobang pada kaki berbentuk segiempat dengan ukuran (3 x 3) cm dan berjumlah 4 buah
7. Ruang pengapung yaitu jarak antara pipa terkecil dan pipa tengah adalah setinggi > 20 cm
8. Panjang pipa besar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 meter
9. Peritungan volume total dari TRIPIKON- S atau volume pipa yang paling besar dapat dicontohkan sebagai
berikut :

Misal :
Instalasi untuk 6 orang
Waktu menetap (waktu tinggal) = 3 hari
Asumsi kebutuhan per orang/hari = 25 liter
Jadi V = 6 x 3 x 25 = 600 liter = 600 dm3
Diameter pipa luar dapat dihitung sebagai berikut :
Misal panjang pipa = 6 m = 60 dm
Luas penampang pipa = ¼ D2 = 600/60 = 10 dm2
D = ± 35 cm
Untuk panjang pipa 6 m maka diameter pipa paling luar = 35 cm

Cara pengoperasian
1. Pemasukan limbah
Sebelum limbah dimasukkan untuk pertama kali, maka instalasi harus terisi penuh dengan air tawar. Limbah
dimasukkan kedalam Tripikon-S lewat bowl (atau lewat lubang jamban). Limbah yang ada didalam instalasi
yang sudah mengeram selama 3 (tiga) hari akan keluar dengan adanya limbah baru yang dimasukkan.

) ' *+,-*+*- + &&- -. # ! # $ % &' %(


+-
! "#" "! #
2. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan untuk pemeriksaan/pengujian di laboratorium. Limbah cair yang akan
dimasukkan diambil sebagai sampel inlet dan limbah yang keluar dari TRIPIKON-S diambil sebagai sampel
outlet. Masing-masing sampel akan diperiksa : pH (tingkat keasaman), zat organic, suhu, rasa, bau, kekeruhan,
BOD5 dan COD.

Pemeriksaan/pengujian pH adalah untuk mengetahui kadar keasaman atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi ion Hidrogen H+.

Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dioksidasikan melalui proses kimia dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air.

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis adalah suatu analisa empiris yang
mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Angka
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan semua zat organis yang terlarut
dan sebagian zat yang tersuspensi dalam air. Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi
200C dan dilakukan selama 5 hari hingga mempunyai istilah BOD205. Satuan BOD adalah mg O2/ltr.

Tabel 1. Perbandingan rata-rata antara BOD5 dan COD untuk berbagai jenis air buangan
Nilai BOD5/COD Jenis Air Buangan (a.b.)
0,4 – 0,6 a.b. penduduk
a.b. penduduk setelah
0,6
pengendapan primer
a.b. penduduk setelah diolah
0,2
secara biologis
0,1 Air sungai yang tidak tercemar
a.b. industri organis tanpa
0,5 – 0,65
racun
a.b. industri anorganis atau
0,0 – 0,2
bercun
Sumber : Alaerts & Santika, 1984

Kalau sampel BOD mengandung zat beracun maka pertumbuhan bakteri akan terhalang sehingga angka BOD
rendah. Namun hal ini tidak mempengaruhi analisa COD yang tidak tergantung dari pertumbuhan bakteri.
Analisa BOD dan COD saling melengkapi yang dapat dilihat dari perbandingan antara BOD dan COD yang
dapat menunjukkan adanya gangguan. Tabel 1 menunjukkan nilai perbandingan angka BOD dengan COD
untuk beberapa jenis air buangan.

METODA PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan pada Laboratorium Sanitasi Lingkungan Fakultas Teknik Jurusan Sipil (outdoor).
Perakitan alat dan pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus hingga tanggal 22 Agustus 2011

Tahap Penelitian
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan alat-alat seperti pipa paralon dengan berbagai ukuran yaitu pipa dengan ukuran 4", 8" dan 16".
2. Perakitan alat hingga dapat terpasang 3 pipa yang dipasang secara konsentris lengkap dengan pipa-pipa
udara dan peluap (lihat Gambar 1).
3. Pengambilan sampel sebelum dimasuk-kan pada inlet untuk pemeriksaan kandungan bahan organiknya.
4. Pengambilan sampel yang keluar melalui pipa peluap untuk diperiksa kandungan bahan organiknya, setelah
bahan uji berada 3 hari di dalam pipa instalasi Tipikon-S

$ % &' %( # ! # ) ' *+,-*+*- + &&- -.


+-5
! "/"! %("/ %"/0 " 1 ! ! 2 "!3" 4 " "%" "%
! "#" "! #

WC Lantai
Pipa ventilasi

Pipa paralon kecil


Pipa paralon sedang Pipa penguras

Pipa
luapan

Arah aliran

Pipa
paralon
besar Lubang atas

Endapan
Lubang bawah

Gambar 1. Tripikon-S

HASIL DAN BAHASAN

Dari hasil pengujian di laboratorium sebagaimana tertera dalam Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa ada
perubahan kualitas limbah yang masuk di inlet dan kualitas air yang keluar dari outlet.
Setelah melalui instalasi ini bahan organik menurun = 20,86 %, BOD5 = 35,03 % dan COD = 23,92 %

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hasil Pemeriksaan
No. Parameter Satuan Sebelum Sesudah
pengolahan pengolahan
I. FISIK
0
1. Suhu C 25 25
2. Kekeruhan NTU 75 72
3. Rasa - Berasa Berasa
4. Bau - Berbau Berbau
II. KIMIA
1. pH - 6,5 6,2
2. Zat Organik mg/l 178,61 141,35
3. BOD mg/l 361,78 235,06
4. COD mg/l 532,65 405,21
Sumber : Hasil Pemeriksaan di Laboratorium

Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa instalasi ini dapat menurunkan bahan organic dalam limbah cair. Jadi
dapat digunakan utamanya pada buangan tinja. Hasil kualitas dari outlet dapat pula disesuaikan dengan standar
air buangan sebagaimana pada Tabel 1 dimana perbandingan antara BOD5 dan COD mencapai angka 0,58. Ini
berarti air buangan ini masih tergolong dalam buangan air penduduk tanpa racun.

Hasil-hasil pemeriksaan lainnya seperti suhu, kekeruhan dan pH mengalami perubahan nilai yang kecil dan
masih berada pada batas-batas yang diizinkan sebagai air buangan penduduk.

Instalasi TRIPIKON –S masih dapat disesuaikan dengan banyaknya pengguna instalasi dan waktu tinggal untuk
mendapatkan kualitas air buangan yang memenuhi standar.

) ' *+,-*+*- + &&- -. # ! # $ % &' %(


+-6
! "#" "! #

SIMPULAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan bahan organik pada air limbah di Laboratorium maka TRIPIKON-S
sebagai salah satu alternatif teknik penanganan limbah domestik dapat memberikan banyak manfaat dan
keuntungan antara lain:
1. Adanya peningkatan kualitas lingkungan
2. Teknologi cukup sederhana sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat
3. Pembuatannya mudah dan murah
4. Pemeliharannya dapat dilakukan sendiri oleh pemakai
5. Lahan yang digunakan sangat kecil sehingga cocok untuk pemukiman padat
6. Cocok untuk daerah rawa dan sungai

Saran
1. TRIPIKON-S hanya untuk membuang kotoran manusia (tinja).
2. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih permanen maka perlu diadakan beberapa kali
pemasukan dan pemeriksaan sampel uji di laboratrium secara runtut waktu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alaerts G dan Santika Sri Simestri (1984) Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya
2. Malamassam Miranda (2002). Laporan Pelatihan Pada Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan
(Audit Lingkungan) UGM
3. Parmley O. Robert (2003). Civil Engineer’s Illustrated Source Book. The Mac Graw Hill Companies
4. Prodjopangarso Hardjoso. Penuntun Praktikum Teknik Penyehatan dan Lingkungan UGM
3. Sugiharto (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Penerbit Universitas Indonesia
4. Thohir A. Kaslan (1985). Butir-butir Tata Lingkungan. Penerbit PT Bina Aksara, Jakarta
5. Wardhana A. Wisnu (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi, Jogyakarta

$ % &' %( # ! # ) ' *+,-*+*- + &&- -.


+-&
URGENSI PENGELOLAAN SANITASI DALAM UPAYA
KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DI KAWASAN KARST
GUNUNGSEWU KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Ahmad Cahyadi 1), Efrinda Ari Ayuningtyas2) dan Bayu Argadyanto Prabawa2)
1),2),3)
Mahasiswa Magister Perencaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS), Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
1),2),3)
Karst Student Forum (KSF) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: 1)ahya.edelweiss@gmail.com

ABSTRACT

Karst area in Gunungkidul Regency has a unique hydrological conditions. Groundwater system in this
region is dominated by dissolution cracks which caused drier conditions at the surface. The condition also
causes the groundwater in this area have groundwater vulnerability to pollution is high. Some of the re-
sults of previous studies is that some sources of water from groundwater in karst areas in Gunung Esch-
erecia coli bacteria contaminated. These bacteria are thought to originate from the sanitary conditions are
not good. This paper discusses the sanitary conditions in Gunungkidul karst area, sanitation systems are
in harmony with conservation of groundwater in karst areas, as well as to discuss the efforts that must be
done so that the sanitary conditions in Gunungkidul karst area be in harmony with the conservation of
groundwater in the region. Sanitary conditions in Gunungkidul karst area is currently in poor condition
so it could potentially cause contamination of groundwater in the region. Sanitary waste can be managed
with the use of septic tank system modifications such as tripikon-s which will produce output that is envi-
ronmentally friendly. As well as the system of sanitation in Gunungkidul karst area is more suited made
with system communal, is built on the karst alluvial plains with adding a channels filters which can be
utilized as a media crop.

Keywords: Karst, Groundwater Vulnerability, Groundwater Conservation, Sanitation

ABSTRAK

Kawasan Karst Gunungkidul memiliki kondisi hidrologi yang unik. Sistem airtanah di kawasan ini di
dominasi oleh celah-celah hasil pelarutan yang menyebabkan kondisi kering di permukaan. Kondisi terse-
but juga menyebabkan airtanah di kawasan ini memiliki kerentanan airtanah terhadap pencemar yang
tinggi. Beberapa hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa beberapa sumber air yang berasal dari
airtanah di Kawasan Karst Gunungkidul telah tercemar bakteri Escherecia coli. Bakteri ini diperkirakan
berasal dari kondisi sanitasi yang tidak baik. Makalah ini membahas kondisi sanitasi di Kawasan Karst
Gunungkidul, sistem sanitasi yang selaras dengan upaya konservasi airtanah di kawasan karst, serta un-
tuk membahas upaya yang harus dilakukan agar kondisi sanitasi di Kawasan Karst Gunungkidul dapat
selaras dengan upaya konservasi airtanah di kawasan tersebut. Kondisi sanitasi di Kawasan Karst
Gunungkidul saat ini masih dalam kondisi kurang baik sehingga sangat berpotensi menyebabkan ter-
jadinya pencemaran airtanah di kawasan tersebut. Limbah sanitasi dapat dikelola dengan menggunakan
sistem septic tank modifikasi seperti tripikon-s yang akan menghaasilkan keluaran yang ramah lingkungan.
Selain itu, sistem sanitasi di Kawasan Karst Gunungkidul lebih cocok dibuat dengan sistem komunal,
dibangun pada dataran aluvial karst dengan menambahkan saluran penyaring yang dapat dimanfaatkan
sebagai media tanaman.

Kata Kunci: Karst, Kerentanan Airtanah, Konservasi Airtanah, Sanitasi

Indonesian Journal of Conservation


Vol. 2 No. 1 - Juni 2013 [ISSN: 2252-9195]
Hlm. 23—32
23
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013

PENDAHULUAN lapisan tanah di kawasan karst yang tipis,


konsentrasi aliran yang terdapat di daerah
Karst adalah sebuah istilah dalam Ba- epikarst, dan resapan air yang melalui ponor,
hasa Jerman yang diturunkan dari Bahasa sehingga kontaminan mudah mencapai
Slovenia yang berarti lahan gersang berbatu airtanah (Widyastuti, 2010). Oleh karena itu,
(Adji dkk, 1999). Istilah tersebut sebenarnya maka diperlukan adanya upaya perlindungan
menggambarkan kondisi yang sering ditemui airtanah di kawansan karst dari ancaman
di banyak daerah yang berbatuan karbonat pencemaran.
atau batuan lain yang memiliki sifat mudah
larut. Definisi yang lebih spesifik diungkap-
kan oleh Ford dan Williams (1992) yang SUMBERDAYA AIR DI KAWASAN
mendefinisikan karst sebagai medan dengan KARST GUNUNGSEWU KABUPATEN
karakteristik hidrologi dan bentuklahan yang GUNUNGKIDUL DAN PERANANNYA
diakibatkan oleh kombinasi batuan yang mu- BAGI PENYEDIAAN AIR BERSIH
dah larut dan mempunyai porositas sekunder
yang berkembang dengan baik. Air merupakan komponen penting di
Karst di wilayah Gunungkidul pertama alam, tetapi keberadaannya yang tidak
kali diperkenalkan oleh Danes (1910) dan terdistribusi merata secara ruang dan waktu
Lehmann (1936) dan lebih dikenal di dunia sering kali menimbulkan permasalahan bagi
dengan nama karst Gunungsewu. Karst ini kehidupan manusia (Cahyadi dkk, 2011).
dicirikan oleh perkembangan kubah karst Salah satu bentang alam yang memiliki nilai
(kegelkarst), salah satu bentuklahan positif hidrologi cukup besar dan penting sebagai
yang lebih dikenal dengan kubah sinusoidal. penyedia sumberdaya air adalah kawasan
Gunungsewu juga dapat dikategorikan karst. Karst merupakan wilayah dengan hi-
sebagai karst terbuka (bare/nackter karst) drologi unik dan terbentuk dari kombinasi
berupa conical hills yang tidak dijumpai di antara tingginya pelarutan batuan dengan
kawasan karst lainnya di seluruh dunia. porositas yang berkembang baik. Kondisi
Selain itu, kawasan karst Gunungsewu juga tersebut menyebabkan air yang jatuh di
merupakan salah satu kawasan karst yang permukaan akan mengalir melalui celah-
sangat unik di Indonesia. Hal ini dibuktikan celah dan lorong bawah tanah dan terkumpul
dengan adanya penghargaan dari Asia-Pasific dalam akuifer karst atau sungai bawah tanah
Forum on Karst Ecosystem and World Heritage (Cahyadi, 2010). Beberapa sungai bawah
sebagai World Natural Heritage. Salah satu tanah kemudian muncul kembali di
sistem yang memerlukan pengelolaan dari permukaan pada topografi yang lebih rendah
kawasan unik ini adalah airtanahnya. sebagai mata air. Salah satu keunggulan dari
Airtanah adalah air yang terletak pada mata air karst adalah waktu tunda yang
wilayah jenuh di bawah permukaan tanah panjang antara hujan hingga keluar ke
(Asdak, 2007). Sumberdaya airtanah mataair sehingga beberapa mata air karst
merupakan sistem hidrologi utama yang akan memiliki debit yang besar saat musim
sangat potensial di kawasan karst kermarau. Hal ini yang menyebabkan kawa-
Gunungsewu. Sistem hidrologi kawasan san karst sering dijuluki sebagai “tanki air
karst yang unik sangat dipengaruhi oleh po- tawar raksasa” yang dapat digunakan untuk
rositas sekunder (aliran airtanah melalui ce- memenuhi kebutuhan hidup manusia
lah-celah pelarutan) yang menyebabkan air (Haryono, 2001 ).
masuk ke dalam sistem aliran bawah tanah Kawasan Karst Gunungsewu di
dan menyebabkan kondisi kering di per- Kabupaten Gunungkidul hanya terletak di
mukaan tanah. Sungai permukaan di kawa- bagian selatan dan timur Kabupaten
san karst sangat minim, tetapi sistem sungai Gunungkidul, namun airtanah dari kawasan
bawah permukaan berkembang dengan baik karst ini telah digunakan untuk memenuhi
yang dikenal dengan sungai bawah tanah. kebutuhan air bersih di hampir seluruh wila-
Namun demikian, akuifer karst memiliki yah Kabupaten Gunungkidul. Suryono
kerentanan terhadap pencemaran yang cukup (2006) menyebutkan bahwa sistem pemenu-
tinggi. Hal tersebut disebabkan karena han kebutuhan air di kawasan karst Gunung-

24
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.

Gambar 1. Zona epikarst sebagai reservoir kawasan karst (Haryono, 2004)

kidul dan sekitarnya dibagi menjadi empat, and Partners (1984) mengemukakan terdapat
yakni: (1) Sistem Airtanah Bribin yang me- belasan sistem sungai bawah tanah dengan
menuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan debit dibawah 100 lt/dt, serta ratusan mata
Rongkop, Kecamatan Girisubo, Kecamatan air dengan debit yang bervariasi. Hal ini
Tepus, dan Kecamatan Semanu; (2) Sistem menunjukkan bahwa sistem sungai bawah
Airtanah Seropan yang memenuhi kebu- tanah dan keluarannya berupa mata air
tuhan air bersih di Kecamatan Ponjong, mempunyai reservoir air yang
Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ka- mengimbuhnya dalam jumlah simpanan
rangmojo, Kecamatan Semin, dan Kecama- yang besar.
tan Semanu; (3) Sistem air tanah Ngobaran Haryono (2001) menyebutkan bahwa
yang memenuhi kebutuhan air bersih di bukit‐bukit karst berperan sebagai reservoir
Kecamatan Saptosari, Kecamatan Paliyan, utama air di kawasan karst, dan tidak ada
Kecamatan Panggang dan Kecamatan Pur- zona untuk menyimpan aliran conduit karena
wosari; dan (4) Sistem airtanah Baron yang geraknya sangat cepat dan segera mengalir ke
melayani kebutuhan air bersih Kecamatan laut (Haryono, 2001). Zona permukaan bukit
Tanjungsari. karst ini disebut zona epikarst yaitu zona di-
Berdasarkan hasil inventarisasi yang mana air terkonsentrasi dari hasil infiltrasi air
dilakukan oleh MacDonalds and Partners hujan. Zone epikarst memiliki permeabilitas
(1984), sungai bawah tanah yang saat ini dan porositas akibat pelebaran celah dari
digunakan sebagai sumber baku air minum hasil pelarutan dibandingkan lapisan lainnya
memang memiliki debit yang besar. Debit (Klimchouk, 1997), sehingga menjadi zone
pada masing-masing sungai bawah tanah penyimpan yang bagus karena berkontribusi
tersebut yaitu Bribin dengan debit 1500 lt/dt, di dalam mengimbuh aliran utama di sungai
Seropan 400 lt/dt, Baron 8000 lt/dt, dan bawah tanah pada saat musim kemarau.
Ngobaran 150 lt/dt. Selain itu, MacDonalds KERENTANAN AIRTANAH DI
25
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013

KAWASAN KARST GUNUNG SEWU polutan untuk mencemari airtanah di suatu


KABUPATEN GUNUNGKIDUL wilayah.
Secara umum komponen aliran karst
Kerentanan yang dimaksud dalam dibedakan menjadi 2 tipe aliran yaitu aliran
penulisan ini adalah mengenai penurunan conduit and aliran diffuse (Domenico and
kualitas airtanah akibat masuknya bahan Schwartz, 1990). Aliran diffuse perlahan‐
pencemar atau kontaminan. Hal ini sesuai lahan mengisi sungai bawah tanah melalui
dengan definisi yang dikemukaan oleh retakan‐retakan yang berukuran 10‐3 ‐ 10 mm
Margat (1960) dalam Vrba dan Zaporozec sebagai aliran infiltrasi (Bonacci, 1990 dalam
(1994) yang mengemukakan bahwa Adji 2010). Aliran tipe ini biasanya menetes
kerentanan airtanah adalah tingkat kermu- atau merembes pada ornamen gua. Se-
dahan atau kesulitan airtanah untuk ter- dangkan aliran conduit bergerak dengan cepat
kontaminasi sebagai fungsi dari kondisi hi- dari permukaan menuju sungai bawah tanah
drogeologi suatu daerah yang di dalamnya melalui lorong‐lorong yang lebih besar yaitu
menunjukkan perlindungan yang diberikan berukuran 102‐104 mm. Akibatnya, apabila
oleh lingkungan pada lokasi berbeda-beda. terdapat masukan aliran yang besar melalui
Pengertian yang sama dikemukakan oleh saluran ini, maka muka air di sungai bawah
Harter dan Walker (2001) yang menyebutkan tanah akan cepat naik dan banyak pencemar
bahwa kerentanan airtanah adalah ukuran dapat ikut masuk ke dalam sistem sungai
tingkat kemudahan dan kesulitan suatu bawah tanah.

Gambar 2. Aliran diffuse dan conduit di karst (Domenico and Schwartz, 1990)

Gambar 3. Perjalanan pencemar dari permukaan menuju sungai bawah tanah melalui
celah conduit di kawasan karst (Haryono, 2004)
26
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat ya baik secara kuantitas dan kualitas harus
digambarkan bahwa airtanah di kawasan terus dilakukan.
karst Gunungsewu yang memiliki peranan Nayono dkk. (2011) menyebutkan bah-
yang sangat besar bagi pemenuhan kebu- wa 68 % masyarakat di Kawasan Karst Keca-
tuhan air, ternyata juga memiliki airtanah matan Semanu Kabupaten Gunungkidul
yang sangat rentan terhadap pencemaran. menggunakan toilet leher angsa, 30%. Seba-
Kerentanan ini berkaitan erat dengan kompo- gian besar toilet tersebut dilengkapi dengan
nen batuan karst yang berupa saluran conduit suatu konstruksi sederhana yang mereka se-
dengan porositas sekunder yang besar, serta but sebagai septic tank. Namun demikian,
kemungkinan aktivitas manusia yang dapat konstruksi dari septic tank yang dibuat tern-
mencemari airtanah seperti pembuangan yata masih memungkinkan menyebabkan
limbah domestik di permukaan tanah yang pencemaran airtanah. Hal ini karena pada
berpengaruh besar terhadap pencemaran air- lapisan bawah septic tank tidak terdapat
tanah. lapisan semen sehingga air dari septic tank
dapat langsung meresap ke dalam sistem air-
PENGELOLAAN SANITASI DI KAWA- tanah.
SAN KARST & DAMPAKNYA TER- Bappeda Gunungkidul (2010) me-
HADAP SUMBERDAYA AIRTANAH nyebutkan bahwa kondisi pengolahan grey
water (air limbah dari kegiatan mencuci dan
mandi) di Kawasan Karst Gunungkidul han-
Sanitasi merupakan kebutuhan setiap
ya dibuang di permukaan (86%) dan hanya
orang. Sanitasi yang dimaksud dalam penu- 14% yang mendaur ulang atau menggunakan
lisan karya tulis ini hanya mencakup pembu- kembali air limbahnya. Nayono dkk. (2011)
angan air limbah yang berasal dari kegiatan menambahkan bahwa kegiatan
mandi, cuci, dan kakus (MCK). Limbah menggunakan kembali grey water meliputi; (1)
merupakan salah satu faktor yang berpotensi 53% menggunakan kembali air limbahnya
menyebabkan terjadinya pencemaran airta- untuk menyiram tanaman, (2) 38% untuk
peternakan dan perikanan dan (3) 9% sisanya
nah di kawasan karst. Pendugaan ini didasar-
untuk memandikan ternak. Pembuangan air
kan pada hasil penelitian yang dilakukan limbah ke permukaan tanah menyebabkan
oleh Kusumayudha (2005) yang menyebut- bau yang tidak sedap dan kondisi tanah yang
kan 8 sampel air yang diambil dari 8 lokasi berlumpur. Kondisi semacam, ini juga dapat
aliran bawah tanah karst di Gunungkidul menyebabkan pencemaran airtanah meng-
telah tercemar oleh bakteri Escherecia coli, ingat kemampuan kawasan karst meresapkan
yang diperkirakan berasal dari sanitasi yang air sangatlah tinggi.
tidak dikelola dengan baik. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Haryono (2001) yang me-
REKOMENDASI PENGELOLAAN SA-
nyebutkan 5 dari 11 mataair di Kecamatan
NITASI
Ponjong telah mengalami pencemaran oleh
bakteri Escherecia coli, serta Sudarmadji dkk
Permasalahan sanitasi di kawasan karst
(2005) yang menyebutkan bahwa kandungan yang paling mengancam sumberdaya airta-
bakteri Escherecia coli dienam sistem sungai nah kawasan karst adalah kualitas air bu-
bawah tanah pada musim penghujan telah angan yang memiliki kualitas yang buruk.
melampaui batas baku mutu air minum. Hal tersebut karena kondisi sistem airtanah
Oleh karena airtanah Kawasan Karst kawasan karst yang hanya sedikit atau
Gunungkidul begitu penting untuk memen- bahkan tanpa penyaring (filter) berupa tanah
akan menyebabkan air dari buangan sanitasi
uhi kebutuhan air bersih di Kabupaten terse-
ini masuk langsung atau tidak tersaring
but, maka usaha untuk menjaga kelestariann- dengan baik (Adji, 2006). Oleh karena itu,

27
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013

Gambar 3. Perbedaan karakteristik pencemaran bakteri dan pencemaran kimia. Pencemaran


bakteri dapat mencapai 11 meter pada media tanah, sedangkan pencemaran kimia
dapat mencapai 95 meter pada media tanah (Sugiharto, 2008)

hasil buangan sanitasi yang dalam penulisan ran menjadi sangat penting agar septic tank
ini meliputi aktivitas mandi, cuci dan kakus dapat digunakan dalam waktu yang cukup
(MCK) haruslah dimasukkan ke dalam se- lama minimal 5 tahun (Sugiharto, 2008).
buah sistem yang mampu mengolahnya men- Ukuran yang digunakan disesuaikan dengan
jadi air atau zat cair yang tidak menimbulkan jumlah orang yang menggunakannya.
pencemaranm bagi airtanah. Salah satu jenis septic tank modifikasi
Limbah yang dikeluarkan dari kegiatan yang baik untuk digunakan adalah jenis
mandi, cuci dan kakus dibedakan menjadi Tripikon-s. Tripikon-s bekerja hampir sama
dua, yaitu limbah buangan hasil fisiologi
seperti septic tank biasa. Perbedaannya ter-
manusia (urin dan tinja) dan air dari kegiatan
mandi dan mencuci yang sering disebut se- letak pada arah aliran air limbah dalam pipa
bagai grey water. Pengelolaan dua jenis pemrosesan. Dalam septic tank biasa, air men-
limbah ini harus dipisahkan karena keduanya galir horizontal sedangkan dalam Tripikon-S,
memiliki sifat yang berbeda. Limbah berupa air mengalir vertikal. Air limbah masuk ke
urin dan tinja didominasi pencemar berupa dalam Tripikon-S melalui pipa kecil (inlet)
bakteri, sedangkan grey water didominasi
dihubungkan dengan toilet dan dilanjutkan
limbah kimia dari detergen dan sabun. Sugi-
harto (2008) menyebutkan bahwa limbah dengan pipa sedang. Waktu tunda air dalam
yang berupa tinja dan urin dapat dikelola Tripikon-S adalah 3 hari.
dengan menggunakan septic tank standar Proses pengolahan limbah dalam tri-
ataupun dengan septic tank modifikasi, se- pikon-s terjadi dua kali di dalam tabung se-
dangkan limbah grey water harus dikelola dang. Proses pertama adalah proses kimiawi.
dengan septic tank modifikasi. Meskipun Pada proses ini, kotoran manusia yang
demikian, penggunaan septic tank modifikasi bercampur dengan air akan melalui proses
lebih disarankan karena keluaran dari septic
reduksi. 60-70 % kotoran akan tertinggal pa-
tank modifikasi bersifat tidak berbahaya, se-
dangkan keluaran septic tank standar masih da bagian dasar. Bagian yang tidak mengan-
memerlukan penyaringan melalui media dung kotoran sebagian besar akan menga-
tanah. pung sehingga membentuk lapisan buih.
Syarat penting yang harus diperhatikan Lapisan ini berfungsi untuk memperbaiki
dalam pembuatan septic tank modifikasi ada- kondisi anaerobik dalam dasar pipa sehingga
lah dinding terbuat dari bahan yang kedap air bakteri anaerobik yang berfungsi dalam pros-
sehingga tidak terjadi kebocoran air limbah
es dekomposisi dapat berkembang cepat.
yang belum selesai terproses. Selain itu, uku-

28
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.

Gambar. 4 Septic tank model tripikon-s

Proses yang kedua yaitu proses biologis yang lain yang hidup dalam pipa Tripikon-S. Bak-
berupa dekomposisi lumpur oleh bakteri an- teri-bakteri ini juga memiliki kecenderungan
aerobik. Kotoran akan terbagi menjadi bagi- untuk berada pada bagian atas dari per-
mukaan air. Dikarenakan ketersediaan oksi-
an-bagian yang kecil dan keluar sebagai resa-
gen dalam air yang terbatas, terdapat proses
pan yang tidak tercemar dan ramah ling- kanibalisme antar bakteri untuk mendapat-
kungan. kan oksigen yang cukup, sehingga proses ini
Selain terjadi pada proses dekomposisi, dapat mengurangi jumlah bakteri Escherecia
proses reduksi bakteri patogen seperti Eschere- coli. Air limbah yang telah melalui proses
cia coli juga terjadi di bagian pipa sedang. dekomposisi akan keluar melalui
Bakteri Escherecia coli merupakan bakteri yang Pengelolaan sanitasi dengan
memerlukan oksigen untuk tetap bertahan mengunakan septik tank yang dibahas sebe-
hidup. Oksigen dalam Tripikon-S akan men- lumnya haruslah disesuaikan dengan kondisi
jadi lebih mudah didapat pada bagian atas di kawasan karst Gunungkidul. Beberapa hal
permukaan lapisan air. Berdasarkan hal terse- yang harus diperhatikan dalam penerapan
but, maka bakteri Escherecia coli cenderung sistem sanitasi di kawasan karst Gunungkidul
berada pada bagian paling atas dari lapisan adalah kondisi ekonomi, kondisi morfologi
air untuk mendapatkan oksigen. Selain bak- atau topografi dan kondisi sosial masyarakat.
teri Escherecia coli, terdapat bakteri aerobik Hal-hal tersebut penting dilakukan untuk
29
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013

menjamin kemungkinan suatu rencana dapat dataran aluvial karst, baik yang berupa cockpit
diterapkan dan keberlanjutannya dapat diper- (lembah antar perbukitan karst), doline atau-
tahankan tanpa mengurangi manfaat yang pun polje. Letaknya yang berada di tempat
diharapkan bagi tujuan utama kegiatan terse- yang paling rendah dibandingkan dengan
but yakni konservasi airtanah. tempat di sekitarnya akan menyebabkan ali-
Hasil penelitian Mawarni (2010) me- ran limbah dari sanitasi menuju septik tank
nyebutkan bahwa 90,95% penduduk di secara gravitatif.
kawasan karst Gunungkidul bagian tengah Dataran alluvial karst biasanya mem-
memiliki pekerjaan sebagai petani, 5,07% iliki tanah yang relatif lebih tebal dibanding-
sebagai buruh dan sisanya bekerja sebagai kan wilayah di sekitarnya, namun karena
pegawai negeri sipil dan pedagang. Penelitian merupakan tanah hasil pengendapan yang
lain yang dilakukan oleh Mawarni (2010) dominan lempung, maka tanah pada wilayah
juga menyebutkan bahwa pekerjaan paling ini memiliki permeabilitas (kemampuan
dominan di kawasan karst Gunungkidul ba- tanah untuk mengalirkan air) yang rendah.
gian barat adalah petani, yakni mencapai Hal ini akan menyebabkan septic tank akan
96,16%. Hasil penelitian lain yang dilakukan cepat penuh karena aliran keluaran tidak
Cahyadi (2010) menyebutkan bahwa persen- dapat mengalir. Oleh karenanya diperlukan
tase petani di kawasan karst Gunungkidul suatu modifikasi terhadap bentuk dari sistem
bagian timur mencapai 79,59%. Pendapatan sanitasi ini.
petani di kawasan karst Gunungkidul sanga- Salah satu metode yang dapat dil-
tlah minim karena tanah di kawasan ini tidak akukan untuk mengatasi permasalahan di
begitu subur dan hanya mengandalkan air atas adalah pembuatan saluran penyaring
hujan, sehingga pada musim kemarau ban- dengan bahan lain yang memiliki permeabili-
yak diantara mereka yang merantau ke kota tas yang tinggi seperti pasir dan koral, yang
(Worosuprojo, 1997). dikombinasikan dengan pipa-pipa penyebar
Kondisi ekonomi seperti di atas ten- air ke seluruh dataran aluvial karst. Teknik
tunya akan menyulitkan pelaksanaan pembu- ini dapat dipadukan dengan menjadikan ba-
atan septik tank yang ramah lingkungan pada gian atas saluran penyaring sebagai media
tingkat rumah tangga, karena biaya yang di- tanam bagi sayuran atau tanaman kacang-
perlukan cukup banyak. Oleh karena itu, kacangan sehingga dapat menambah penda-
maka pembuatan septik tank komunal akan patan petani termasuk pada musim kemarau.
lebih mudah dilakukan. Hal ini karena pem- Namun demikian, metode terkhir ini hanya
buatannya dilakukan bersama-sama oleh dapat dilakukan untuk saluran penyaring dari
masyarakat sehingga biaya yang ditanggung air seni dan tinja, sedangkan yang berasal
untuk setiap rumah tangga akan semakin dari grey water tidak dapat digunkan sebelum
kecil. proses berakhir.
Analisis pola spasial yang dilakukan Permasalahan sosial yang dihadapi
terhadap permukiman di kawasan karst dalam konservasi airtanah kawasan karst di-
Gunungkidul dengan menggunakan Citra antaranya adalah rendahnya pengetahuan
Quickbird hasil pemotretan tahun 2010 masyarakat terkait dengan kerentanan airta-
dengan resolusi spasial 0,6 meter menunjuk- nah kawasan karst yang tinggi. Hal ini harus-
kan bahwa pola permukiman di Kawasan lah diselesaikan dengan upaya-upaya sosial-
Karst Gunungkidul adalah mengelompok. isasi baik berupa sosialisasi di dalam ruangan
Hal ini tentunya akan memudahkan dalam ataupun kunjungan lapangan misalnya pene-
pembuatan septik tank secara komunal, kare- lusuran gua, instalasi sumber air Perusahaan
na jaringan pipa yang dibutuhkan akan lebih Daerah Air Minum (PDAM) serta
pendek dibandingkan dengan pola per- melakukan diskusi-diskusi tentang kesehatan
mukiman yang acak. lingkungan. Metode lain yang dapat dil-
Kondisi morfologi yang berupa per- akukan adalah pengenalan lingkungan karst
bukitan karst menyebabkan tidak di semua kepada anak-anak melalui pelajaran ataupun
tempat dapat dijadikan lokasi septik tank kegiatan lain di luar jam sekolah. Hal ini
komunal. Lokasi yang paling tepat untuk penting untuk menjaga keberlanjutan pro-
penempatan septik tank komunal adalah pada gram konservasi airtanah di kawasan karst

30
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.

dimasa mendatang. age. Proceeding The 3rd International Graduat-


ed Student Conference on Indonesia. Yogya-
karta, 8-9 November 2011. Hal: 547-553.
SIMPULAN Domenico,P.A. and Schwartz, F.W. 1990.
Physical and Chemical Hydrogeology. 2nd Ed.
Penanganan persoalan sanitasi di John Wiley & Sons.
kawasan karst Gunungkidul mendesak untuk Danes, J.V., 1910. Die Karstphanomene in
dilakukan. Hal ini karena sumberdaya Goenoeng Sewoe auf Java, Tjdschrift van
airtanah di Gunungkidul sangat penting dan het kon. Ned. Aardrijksk. Gen.Tweede Serie,
bukti adanya pencemaran pada beberapa deel XXVII, 247‐260.
sumber air yang digunakan telah Ford, D. Dan Williams, P. 1992. Karst
teridentifikasi. Penanganan ini harus melibat Geomorphology and Hydrology. London:
semua pihak sehingga dapat tercapai dengan Chapman and Hall
lebih mudah dan berkelanjutan, serta Harter, T. Dan Walker, L.G. 2001. Assesing
memperhatikan karakteristik kawasan karst Vulnerability of Groundwater. California:
yang unik. California Department of Health Service.
Haryono, E., 2001. Nilai Hidrologis Bukit Karst.
Makalah pada seminar Nasional, Eko-
DAFTAR PUSTAKA Hidrolik. 28-29 Maret 2001 .Jurusan Teknik
Sipil , UGM
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Haryono, Eko. 2004. Hidup Bersahabat dengan
Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada Kawasan Karst. Yogyakarta: Forum Karst
University Press. Goenoeng Sewoe.
Adji, T. N. 2006. Peranan Geomorfologi dalam Klimchouk, A., 1997. The nature and principal
Kajian Kerentanan Air Bawah Tanah characteristics of epikarst. In: P.‐Y. Jean-
Karst. Gunung Sewu, Indonesia Cave and nin (Editor), 12th International Congress of
Karst Journal, 2(1). 68-79 Speleology, La Chaux‐de‐Fonds, pp. 306.
Adji, T. N., 2010. Variasi Spasial-Temporal Kusumayudha, S.B. 2005. Hidrogeologi Karst
Hidrogeokimia dan Sifat Aliran untuk dan Geometri Fraktal di Daerah Gunung-
Karakterisasi Sistem Karst Dinamis di kidul. Yogyakarta: Adi Cita.
Sungai Bawah Tanah Bribin Kabupaten Lehmann, H., 1936. Morfologiche Studien auf Java,
Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Disertasi. Gohr, Abh, 3, Stutgart.
Fakultas Geografi Universitas Gadjah MacDonalds and Partners. 1984. Greater Yogya-
Mada. karta – Groundwater Resources Study. Vol 3C:
Cahyadi, Ahmad. 2010. Pengelolaan Kawasan Cave Survey. Yogyakarta, Directorate
Karst dan Peranannya dalam Siklus General of Water Resources Development
Karbon di Indonesia. Makalah dalam Semi- Project (P2AT).
nar Nasional Perubahan Iklim di Indonesia. Mawarni, A. 2010. Kiat Hidup Masyarakat di La-
Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta, han Kering (Kasus Desa Giri Panggung Tepus
13 Oktober 2010. Gunungkidul). Yogyakarta: Pusat Studi
Cahyadi, A., Lestariningsih, S.P., Zein, A.G., Pedesaan dan Kawasan Universitas Gad-
dan Rahmat, P.N. 2010. Tekanan jah Mada.
Penduduk Terhadap Lahan di Kawasan Nayono, S., Lehn, H., Kopfmuller, J. dan Lon-
Karst Gunungkidul (Studi Kasus Desa dong, J. 2011. Options for Decentralized
Songbanyu dan Desa Jerukwudel). Laporan Waste Water Teratment in Rural Karst
Penelitian. Yogyakarta: Karst Student Fo- Area in Gunungkidul: Social Acceptance.
rum (KSF) Fakultas Geografi Universitas Makalah dalam Asian Trans-Disciplinary
Gadjah Mada. Karst Conference 2011 Tanggal 7-10 Januari
Cahyadi, Ahmad; Priadmodjo, Anggit dan 2011. Yogyakarta: Fakultas Geografi Uni-
Yananto, Ardila. 2011. Criticizing The versitas Gadjah Mada.
Conventional Paradigm of Urban Drain- Sudarmadji, Haryono, E., Widyastuti, M., 2005.
31
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013

Pengembangan Metode Konservasi Air Tangkapan Ponor Karst Gunungsewu


Bawah Tanah di Kawasan Karst Sistem sebagai Variabel Penentu Kerentanan
Bribin‐Baron, Kab. Gunungkidul, Laporan Airtanah terhadap Pencemaran (Studi
Penelitian Hibah bersaing XIII/1 Kasus di DAS Bribin). Laporan Akhir
Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Kegiatan Penelitian Hibah Disertasi Doktor.
Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Press. Worosuprojo, S. 1997. Kajian Ekosistem Karst di
Vrba j., Zaporosec A., 1994. Guidebook on Mapping Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah
Groundwater Vulnerability. Vol.16 Internation- Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian.
al Association of Hydrogeologist. Hannover : Biro Bina Lingkungan Hidup Propinsi
Verlag Heinz Heise. Daerah Istimewa Yogyakarta dan Fakultas
Widyastuti, M. 2010. Karakterisasi Daerah Geografi Universitas Gadjah Mada.

32
Program Magister Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya

Lampiran 9:
Lembar Bimbingan

Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG

116

Anda mungkin juga menyukai