Kelompok 3:
Febian Riza Rhamadhan (1306619032)
Galih Muhammad Ghufron (1306619059)
Muhammad Arif (1306619036)
Muhammad Galuh Wicaksono (1306619053)
Ukuran temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energi panas pada suatu
benda. Prinsip pengukurannya adalah apabila suatu alat ukur ditempelkan pada benda yang ak
an diukur temperaturnya, maka akan terjadi perpindahan panas ke alat ukur sampai terjadi kea
daan seimbang (thermal equilibrium). Dengan demikian temperatur yang tertera pada alat uku
r adalah sama dengan temperatur pada benda yang diukur temperaturnya. Fenomena tersebut
dibakukan menjadi Hukum Termodinamika Ke-0 (zeroth Law of Thermodynamics), yang
menyatakan bahwa apabila dua benda dalam keadaan seimbang termal dengan benda ketiga
maka dua benda tersebut juga dalam keadaan seimbang termal satu sama lain walaupun tidak
saling bersentuhan.
Pada skala Kelvin, terdapat nilai batas bawah yang disebut sebagai “nol mutlak” atau
0 K dan bahwa temperatur-temperatur di bawah nol absolut tidak ada. Pengertian ini mengan
ggap bahwa konsep makroskopik murni mengenai temperatu seluruhnya dihubungkan dengan
konsep mikroskopik mengenai gerakan molekul. Bila kita mencoba membuat sebuah hubung
an seperti itu, maka ternyata kita mendapatkan bahwa sewaktu kita mendekati nol absolut, ma
ka tenaga kinetik molekul-molekul akan mendekati suatu nilai yang terbatas, yang dinamakan
tenaga titik nol. Tetapi, kondisi ini mustahil untuk dicapai, karena—sebagaimana yang
diisyaratkan oleh banyak eksperimen—bahkan pada kondisi paling rendah sekalipun (yakni
mungkin sekitar sepersejuta di atas 0 mutlak) selalu ada energi pada molekul atau partikel.
Mereka tidak bisa diam. Hal ini disebabkan oleh proses dan mekanisme yang bersifat
kuantum, sehingga tidak pada tempatnya apabila diuraikan di sini.
Pada tinjauan mikroskopik suatu sistem dianggap terdiri dari jumlah yang amat besar
(N) partikel, di mana setiap partikel memiliki energi E1, E2... EN. Suatu partikel diasumsikan
dapat berinteraksi antara satu dengan yang lainnya yang berarti terjadi tumbukan, atau ada ga
ya interaksi yang menyebabkan medan. Sistem partikel dapat dibayangkan terisolasi, atau dia
nggap sebagai sekelompok sistem yang sama yang terikat. Sehingga probabilitas matematik d
iterapkan, dan tingkat/derajat persamaan dari sistem tersebut diasumsikan sebagai tingkat/der
ajat dengan probabilitas yang terbesar. Masalah mendasar adalah menemukan jumlah partikel
dalam setiap tingkat energi (tingkat populasi) jika suatu persamaan mampu menjangkau. Mek
anika statistik membantu kita untuk menginvestigasi fenomena-fenomena dalam skala
MATERI DAN TUGAS
KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVE
RSITAS NEGERI JAKARTA TERMODINAMIKA 115
PRODI FISIKA DAN PEND FISIKA – FMIPA Hari/Tanggal Kamis/ 2 September 2021
Kampus A UNJ Waktu 10.00-12.00
Jl. Rawamangun Muka I Jakarta 13220 Tempat Daring
Kampus B UNJ Rawamangun
Jl. Pemuda No 10 Jakarta 13220 Telp. Prodi Fisika
021-4894909 Dosen Dr. Esmar Budi, M.T.
www.unj.ac.id/fmipa/fisika
Sifat Kelompok
mikroskopis, karena dengannya, kita bisa berbicara tentang besaran-besaran fisika dalam
bentuk rata-rata, dan darinya kita bisa mengambil kesimpulan secara kolektifnya.
Dengan mekanika statistik, kita bisa merepresentasikan kondisi atau keadaan suatu zat
(terutama gas ideal) dalam bahasa “distribusi probabilitas”. Untuk model distribusi klasik,
yang digunakan adalah distribusi Maxwell-Boltzmann yang digunakan untuk
mendeskripsikan kecepatan partikel-partikel yang tersimpan di dalam suatu kontainer statis
tanpa berinteraksi satu dengan yang lainnya, kecuali tumbukan yang amat singkat, saat
dimana mereka bertukaran energi dan momentum kepada sesama partikel ataupun lingkungan
termalnya. Distribusi Maxwell-Boltzmann mengikuti prinsip-prinsip statistika Maxwell-
Boltzmann, terutama dalam penyajian distribusi kecepatannya, yang diekuivalensikan dengan
energi kinetik daripada partikel-partikel. Berikut adalah distribusinya:
Dengan asumsi sistem yang dipertimbangkan mengandung partikel yang amat banyak,
fraksi dari artikel pada elemen kecepatan tiga dimensi adalah d 3 v yang berpusat pada vektor
kecepatan dengan magnitudo v, dengan m sebagai massa, k sebagai konstanta Boltzmann dan
T tidak lain hanyalah suhu termodinamik (dengan Kelvin). Itulah distribusi kecepatan
Maxwell-Boltzmann. Distribusi amat berguna untuk mendeskripsikan kondisi suatu sistem,
karena, sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, dalam perspektif mekanika statistik,
pendekatan mikroskopis dan makroskopis “disatukan”, atau dengan kata lain, hasil yang
didapat dari pendekatan mikroskopis—secara langsung atau tidak langsung, eksplisit atau
implisit—membawa kita kepada pengetahuan tentang keadaan secara makroskopisnya.
Begitupun sebaliknya.
menyusut. Skala yang digunakan untuk mengetahui derajat panas benda yang diukur dibuat di
antara pemuaian maksimal (titik tetap atas) dengan penyusutan maksimalnya (titik tetap bawa
h). Untuk membuat skala termometer terlebih dahulu harus ditentukan titik tetap atas dan titik
tetap bawahnya, kemudian ditentukan jumlah skalanya. Misalnya, pada termometer Celsius di
tentukan sebagai berikut.
Dengan penjelasan :
Titik tetap bawah yang digunakan adalah es yang sedang mencair (es yang sedang melebur) p
ada tekanan 1 atm. Titik tetap bawah diberi angka 0 (nol).
Titik tetap atas yang digunakan adalah air yang sedang mendidih pada tekanan 1 atm. Titik tet
ap atas diberi angka 100.
Antara angka 0 sampai 100 dibuat skala 100 masing-masing skala mewakili 10C.
Batas bawah dan batas atas yang digunakan pada termometer celcius adalah es yang sedang
melebur dan air yang sedang mendidih, karena pada saat melebur atau mendidih sedang terjad
i perubahan wujud zat. Pada saat perubahan wujud zat suhunya tidak mengalami perubahan (s
uhunya tetap).
Berdasarkan ketentuan batas bawah dan batas atas dari suatu termometer, kita dapat
menentukan skala termometer sesuai dengan keinginan kita dan dapat mengkonversikan ke
dalam skala celcius atau skala termometer yang lain, misalnya untuk termometer celcius
menggunakan 100 skala sedangkan termometer Reamur menggunakan 80 skala. Konversi
suhu termometer celcius dengan reamur perbandingannya adalah:
MATERI DAN TUGAS
KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVE
RSITAS NEGERI JAKARTA TERMODINAMIKA 115
PRODI FISIKA DAN PEND FISIKA – FMIPA Hari/Tanggal Kamis/ 2 September 2021
Kampus A UNJ Waktu 10.00-12.00
Jl. Rawamangun Muka I Jakarta 13220 Tempat Daring
Kampus B UNJ Rawamangun
Jl. Pemuda No 10 Jakarta 13220 Telp. Prodi Fisika
021-4894909 Dosen Dr. Esmar Budi, M.T.
www.unj.ac.id/fmipa/fisika
Sifat Kelompok
Maka setelah masing-masing nilai dibagi 20, akan mendapatkan perbandingan skalanya :
°C:°F:°R:K = 5:9:4:5
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita
buat dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik
tetap kedua termometer berada dalam keadaan yang sama. Misalnya, kita akan menentukan
skala termometer X dan Y. Perhatikan gambar berikut ini.
Termometer X dengan titik tetap bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y
dengan titik tetap bawah Yb dan titik tetap atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas
kedua termometer di atas adalah suhu saat es melebur dan suhu saat air mendidih pada
tekanan 1 atmosfer. Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval kedua titik tetap
masing-masing termometer,
Tx – X
Ty – Yb
b =
Xa – Xb Ya – Yb
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y