Anda di halaman 1dari 15

01

M. SUGMA
SEPTIYAN
191010274
HUKUM PERCOBAAN
02

Pengertian Hukum Percobaan

adalah suatu usaha mencapai


suatu tujuan, yang pada
akhirnya tidak atau belum
terjadi. Percobaan dimuat
dalam pasal 53 dan 54 KUHP .
03

Pasal 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah
ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya
pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri.
(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam percobaan
dikurangi sepertiga.
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.

Pasal 54
Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana.

TEORI DASAR
06

TEORI SUBYEKTIF TEORI OBYEKTIF TEORI CAMPURAN

Patut dipidananya Patut dipidananya


Patut dipidananya percobaan didasarkan
percobaan didasarkan percobaan didasarkan pada adanya sikap
pada adanya sikap pada berbahayanya batin/watak berbahaya
batin/watak berbahaya perbuatan yang dari pelaku dan sifat
dari pelaku dilakukan oleh pelaku berbahaya dari
perbuatannya.
SYARAT-SYARAT
04

PERCOBAAN

1. Adanya niat
2. Permulaan pelaksanaan
3. Pelaksanaan tidak
selesai bukan karena
kehendaknya sendiri.

HUKUM PENYERTAAN
APAKAH PENYERTAAN
08

ITU?

Penyertaaan menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H.


adalah turut sertanya seorang atau lebih pada waktu seorang
lain melakukan tindak pidana.
DASAR HUKUM DARI DELIK PENYERTAAN TERDAPAT DALAM KUHP PASAL 55 DAN 07
PASAL 56, SEDANGKAN MENGENAI SANKSI DELIK PENYERTAAN TERDAPAT
DALAM PASAL 57. ADAPUN BUNYI DARI PASAL-PASAL TERSEBUT ADALAH
SEBAGAI BERIKUT:

Pasal 55:
(1). Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
ke-1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan itu.
ke-2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
(2). Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
PASAL 56:
DIPIDANA SEBAGAI PEMBANTU KEJAHATAN:
KE-1. MEREKA YANG SENGAJA MEMBERI BANTUAN PADA WAKTU
KEJAHATAN DILAKUKAN.
KE-2. MEREKA YANG SENGAJA MEMBERI KASEMPATAN, SARANA ATAU
KETERANGAN UNTUK MELAKUKAN KEJAHATAN.
20

Pasal 57;
(1)dalam hal pembantuan, maksimum pidana pokok
terhadap kejahatan, dikurangi sepertiga.
(2)Jika kejahatan diancam pidana mati atau dengan pidana
seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.
(3)Pidana tambahan bagi pembantuan sama dengan
kejahatannya sendiri.
(4)Dalam menentukan pidana bagi pembantu, yang
diperhitungkan hanya perbuatan yang sengaja dipermudah
atau diperlancar olehnya, beserta akibat-akibatnya.
PENYERTAAN
DIBAGI MENJADI
DUA PEMBAGIAN
BESAR, YAITU:
1.pembuat
2.pembantu
1.

13

1. PEMBUAT

a.Pelaku (pleger); b.Yang menyuruh melakukan (doenpleger);


Yaitu orang yang melakukan sendiri jika seorang menyuruh pelaku melakukan
perbuatan yang memenuhi perumusan tindak pidana, tetapi oleh karena beberapa
delik dan yang bertanggung jawab atas hal si pelaku tidak dapat dikenai hukuman
kejahatan dipana.
c.Yang turut serta (medepleger);
yaitu orang yang melakukan kesepakatan dengan orang
lain untuk melakukan perbuatan pidana dan turut
beraksi dalam perbuatan pidana sesuai dengan yang
telah disepakati.

1. D.PENGANJUR (UITLOKKER)
BENTUK PENGANJURANNYA ADALAH ACTOR
INTELECTUALIS MENGANJURKAN ORANG LAIN
(ACTOR MATERIALIS) UNTUK MELAKUKAN
PERBUATAN PIDANA.
11

2.PEMBANTU/MEDEPLICHTIGE

PEMBANTU ADALAH ORANG YANG


SENGAJA MEMBER BANTUAN BERUPA
SARAN, INFORMASI ATAU KESEMPATAN
KEPADA ORANG LAIN YANG MELAKUKAN
TINDAK PIDANA.
14

1. Menyuruh melakukan
(deon plegen)
2. Turut melakukan
BENTUK- (medeplegen)
BENTUK 3. Menggerakkan (uitlokken,
PENYERTAAN uitlokking)
4. Membantu melakukan
(medeplichtigheid)

Anda mungkin juga menyukai