Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bakti Riffaldi

NIM : 2019140138

Hukum Taklifi 5 dan Hukum Wad'iyi 5 contohnya

Hukum Taklifi : Hukum Taklifi adalah hukum syar'i yang mengandung tuntutan (untuk
dikerjakan atau ditinggalkan oleh mukallaf) atau yang mengandung pilihan antara dikerjakan
atau ditinggalkan

1. Yang wajib adalah yang telah diperintahkan oleh syari’at dan wajib dilaksanakan.
Contohnya: Shalat lima waktu, puasa ramadhan, berzakat bagi yang berhak
melaksanakan, berhaji bagi yang mampu. Wajib juga dinamakan dengan fardu, faridhah,
hatman, lazim. Pelakunya akan diberi pahala dan yang meninggalkan berhak menerima
sanksi.
2. Mandub (sunah) adalah yang diperintahkan oleh syari’at namun tidak wajib
dilaksanakan.
Contoh: Shalat malam, shalat sunah rawatib, dan semua shalat di luar shalat lima waktu,
puasa tiga hari setiap bulan, puasa enam hari pada bulan Syawal, bersedekah kepada
orang-orang fakir, menjaga dzikir dan wirid. Mandub juga dinamakan dengan mustahab,
sunah, masnun, nafl, pelakunya akan diberi pahala dan tidak diberikan sanksi bagi
mereka yang meninggalkannya.
3. Muharram (haram), mamnu’ atau mahzhur adalah yang dilarang oleh syari’at dan harus
ditinggalkan.
Contoh: Berzina, melakukan transaksi ribawi, minum khamar, durhaka kepada kedua
orang tua, mencukur jenggot, wanita bertabarruj (tidak menutup aurat).
Perkara haram ini, bagi yang meninggalkannya akan diberi pahala, dan pelakunya berhak
mendapatkan siksa.
4. Makruh adalah apa yang dilarang oleh syari’at namun tidak harus meninggalkannya.
Contoh: Mengambil dan memberi dengan tangan kanan, wanita ikut mengantar jenazah,
berbincang setelah isya, shalat dengan kain sarung saja yang di atas lehernya tidak sehelai
kain pun, shalat sunah setelah subuh hingga matahari terbit, atau shalat sunah setelah
ashar sampai terbenamnya matahari. Makruh ini yang meninggalkannya akan diberi
pahala, dan pelakunya tidak diberi sanksi.
5. Mubah, halal atau jaiz adalah apa saja yang tidak diperintah atau tidak dilarang karena
dzatnya.
Contoh: Makan dan minum, jual beli, bepergian untuk rekreasi, mencari rizeki,
berhubungan suami istri pada malam hari di bulan Ramadhan.

Hukum Wad'iyi 5 : Hukum yang bertujuan menjadikan sesuatu adalah sebab untuk sesuatu atau
syarat baginya atau penghalang terhadap sesuatu.

1. Sebab : Perbuatan zina menyebabkan seseorang dikenai hukuman dera 100 kali,
tergelincirnya matahari menjadi sebab wajibnya sholat dhuhur, dan terbenamnya
matahari menjadi sebab wajibnya shalat magrib. Apabila perzinaan tidak dilakukan, maka
hukuman dera tidak dikenakan. Apabila matahari belum tergelincir, maka shalat dhuhur
belum wajib. Dan apabila matahari belum terbenam, maka shalat mahgrib belum wajib
2. Syarat ialah sesuatu yang berada di luar hukum syara’, tetapi keberadaannya hukum
syara’ bergantung kepadanya. Apabila syarat tidak ada, hukum pun tidak ada, tetapi,
adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum syara
Contohnya: Wudhu adalah salah satu syarat sahnya shalat. Sholat tidak dapat
dilaksanakan, tanpa berwudlu terlebuh dahulu. Akan tetapi apabila seseorang berwudlu,
ia tidak harus melaksanakan shalat.

3. Mani ’Menurut bahasa yang berarati “ penghalang “sesuatu yang ditetapkan oleh syar’i
keberadaannya menjadi ketiadaan hukum atau ketiadaan sebab, maksudnya batalnya
sebab itu
Contohnya : hubungan suami istri dan hubungan kekerabatan menyebabkan timbulnya
hubungan kewarisan (waris-mewarisi ). Apabila ayah wafat, istri dan anak mendapatkan
bagian warisan dari harta ayah atau suami yang wafat sesuai dengan bagian masing-
masing akan tetapi, hak mewarisi ini bisa terhalang apabila anak atau istri yang
membunuh suami atau ayah tersebut.

4. Ash-Shihah, Al-Buthlan dan Al-Fasad.


 Ash-Shihah : sesuatu perbuatan dikatakan sah apabila terpenuhi sebab dan
syaratnya, tidak ada halangan dalam melaksanakannya, serta apa yang diinginkan
syara’ dari perbuatan itu berhasil dicapai. Contohnya : seseorang melaksanakan
shalat dengan memenuhi rukun, syarat, dan sebab, serta orang yang shalat itu
terhindar dari mani’ atau terhalang. Apabila shalat dzhur akan dilaksanakan,
sebab wajibnya shalat itu telah ada yaitu matahari telah tergelincir, orang yang
akan shalat itu telah berwudhu, dan tidak ada mani’ dalam mengerjakan shalat
tersebut maka shalat yang dikerjakan tersebut sah.
 Al- Bathl : tindakan hukum yang bersifat syar’i tidak memenuhui ketentuan yang
ditetapkan oleh syara’, sehingga apa yang dikehendaki syara’ dari perbuatan
tersebut lepas sama sekali (tidak tercapai). Misalnya suatu perbuatan tidak
memenuhi rukun atau tidak memenuhi syarat, atau suatu perbuatan dilaksanakan
ketika ada mani’ (penghalang). Perbuatan seperti itu dalam pandangan syara’
tidak sah (bathl). Contohnya : dalam persoalan ibadah yaitu orang yang
melaksanakan ibadah sholat harus memenuhi rukun dan syaratnya, apabila ada
penghalang seperti haid atau nifas maka sholatnya tidak sah atau batal.
 Al-Fasad : terjadinya suatu kerusakan dalam unsur-unsur akad.” Artinya, akad itu
pada dasarnya adalah sah, tetapi sifat akad itu tidak sah. Contohnya : melakukan
jual beli ketika panggilan shalat jum’at berkumandang. Jual beli dan shalat jum’at
sama-sama memiliki dasar hukum. Akan tetapi jual beli itu dilaksanakan pada
waktu yang sifatnya terlarang untuk melakukan jual beli, maka
hukumnya menjadi fasad atau rusak.

5. Azimah dan Rukhshah

 Azimah : hukum-hukum yang disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh hambanya


sejak semula. Maksudnya belum ada hukum sebelum hukum itu disyari’atkan
oleh Allah. Contohnya : jumlah shalat dhuhur adalah empat reka’at. Jumlah
reka’at ini ditetapkan Allah sejak semula
 Rukhshah : Hukum-hukum yang disyari’atkan untuk keringanan bagi mukallaf
dalam keadaan tertentu. Contohnya :
 Rukhshah untuk melakukan perbuatan yang menurut ketentuan syari’at
yang umum diharamkan, karena darurat atau kebutuhan. Contohnya, boleh
memakan daging babi jika keadaan darurat.

Anda mungkin juga menyukai