Anda di halaman 1dari 8

Penanggulangan Perburuan Satwa yang Dilindungi oleh Masyarakat Adat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

PENANGGULANGAN PERBURUAN SATWA YANG DILINDUNGI OLEH


MASYARAKAT ADAT DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

Hablana Rizka Achmadi


S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya,
Chandroid19@gmail.com

Emmilia Rusdiana
Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Taman nasional adalah kawasan konservasi yang relatif paling maju dalam sistem pengelolaan
dibandingkan dengan taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam dan suaka margasatwa.
Taman nasional dijadikan sebagai kawasan yang mampu mengantisipasi terjadinya perburuan
dengan upaya pencegahan terhadap kepunahan satwa yang dilindungi. Salah satu taman
nasional yang terbesar di Jawa Timur adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Di
sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdapat masyarakat Suku Tengger yang juga
memiliki peran penting dalam menjaga kawasan konservasi,terutama berkaitan dengan hukum
adat yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bentuk penanggulangan perburuan satwa yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung
penanggulangan perburuan satwa yang dilindungi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum sosiologis. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi,wawancara,dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan
bentuk penanggulangan masyarakat Suku Tengger terhadap perburuan satwa yang dilindungi
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilakukan dengan pembinaan spiritual. Faktor
pendukung dalam penanggulangan perburuan satwa yang dilindungi adalah aturan hukum dan
budaya hukum yang telah dimiliki oleh Suku Tengger sejak dulu. Sehingga hukum adat yang
diterapkan Suku Tengger lebih efektif daripada hukum nasional.
Kata kunci: Perburuan, Masyarakat Adat, TNBTS.

Abstract
The national park is a conservation area that is relatively the most advanced
management systems compared with forest park, natural park, nature reserves and wildlife
reserves. Serve as a national park area that is able to anticipate the hunt with efforts to prevent
the extinction of protected animals. One of the largest national parks in East Java is the Bromo
Tengger Semeru National Park. Around Bromo Tengger Semeru National Park there is people
Tengger tribe which also has an important role in maintaining conservation areas, particularly
with regard to customary law is applied in everyday life. So the purpose of this study was to
determine the response form poaching is conducted by people around Bromo Tengger Semeru
National Park and to determine the factors supporting tackling poaching protected animals in
Bromo Tengger Semeru National Park. This type of research is a sociological study. Data
collected through observation, interviews, and literature. The results showed the shape of
society Tengger tribe countermeasures against poaching protected animals Bromo Tengger
Semeru National Park is done with spiritual guidance. The supporting factors in the prevention
of poaching of protected animals is the rule of law and legal culture that has been owned by the
Tengger tribe long ago. So that customary law applied Tengger tribe is more effective than
national law.
Keywords: Poaching, Culture, TNBTS.

PENDAHULUAN
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menyeimbangkan ekosistem yang telah terbentuk
merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup pada lingkungan tersebut. Hutan memiliki
dan mempunyai fungsi masing-masing dalam keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa yang
dimiliki bangsa Indonesia adalah karunia yang alam. Departemen kehutanan juga berencana
telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Sebab itu mengembangkan 21 Taman Nasional model dan
perlu dilestarikan, disyukuri, dilindungi dengan meningkatkan status sebagian balai taman nasional
kegiatan perlindungan sistem penyangga menjadi balai besar taman nasional. Taman
kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan secara nasional sebagai kawasan yang dianggap mampu
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. untuk mengantisipasi terjadinya perburuan liar
Perlindungan hutan bagian dari kegiatan yang dengan upaya pencegahan terhadap kepunahan
dilaksanakan dalam rangka mengamankan satwa yang dilindungi.
kawasan hutan, hasil hutan, dan lingkungannya Lutung jawa merupakan satwa endemik
agar tercapai secara optimal dan lestari.1 Indonesia yang hanya dapat dijumpai di Pulau
Ekosistem yang terbentuk memiliki Jawa, Bali, Lombok, Pulau Sempu, dan Nusa
kedudukan dan peranan penting bagi kehidupan Barung. 3 Keberadaan lutung jawa masih tersisa 8
manusia sehingga upaya konservasi sumber daya titik habitat aslinya di Jawa Timur yakni di gunung
alam hayati dan ekosistemya menjadi kewajiban Semeru sisi bawah, Coban Kelurahan Paranglejo,
tiap generasi dalam upaya perlindungan pada Kecamatan Dau, Hutan Cangar bagian bawah,
satwa dan tumbuhan. Salah satu unsur ekosistem Cemoro Kandang Gunung Kawi, Taman Nasional
adalah satwa. Banyak satwa liar yang dieksploitasi Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Alas
oleh manusia. Di antara jenis satwa-satwa yang Purwo, dan Taman Nasional Meru Betiri.4
sering diburu seperti banteng, rusa, kijang, kancil, Populasi lutung yang terus menurun akibat
trenggiling, ular,biawak, tokek, biawak, murai perburuan, maka perlu adanya kegiatan konservasi
batu, kepodang, kacer, merak, jalak, lumba-lumba, untuk menyelamatkan keberadaan lutung.
hiu dan lain sebagainya. Jenis satwa tersebut Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
sering diburu, sehingga yang terjadi adalah merupakan kawasan konservasi yang berlokasi di
kepunahan pada satwa jenis tersebut dan Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan
menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Malang Provinsi Jawa Timur. Taman Nasional
Keberlangsungan hidup satwa-satwa tersebut perlu Bromo Tengger Semeru merupakan kawasan
dilindungi guna untuk menjaga keseimbangan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik
ekosistem di masa mendatang. antara lain terdapat lautan pasir pada ketinggian
Berdasarkan catatan organisasi PROFAUNA, 2,050 mdpl dan terdapat beberapa danau pada
di tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah kasus ketinggian 2.300 mdpl, danau tersebut antara lain
perburuan satwa liar dilindungi di Jawa Timur. adalah danau ranu pani.5 Taman Nasional Bromo
Ada 370 kasus perburuan, sedangkan di tahun Tengger Semeru terdapat sekitar 137 jenis burung,
2014 tercatat tidak sampai 100 kasus perburuan 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptil. Satwa langka
satwa liar dilindungi. Adapun jenis satwa yang dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini
masuk daftar ancaman kepunahan lokal, seperti: antara lain luwak (pardofelis marmorata), rusa
kucing hutan, lutung jawa, elang jawa, dan kukang (cervus timorensis), kera ekor panjang (macaca
jawa.2 Hal yang disayangkan dari kasus perburuan fascicularis), kijang (muntiacus muntjak), ayam
tersebut adalah perburuan terjadi di kawasan hutan merah (gallus gallus), macan tutul (panthera
konservasi alam yang semestinya menjadi tempat pardus), ajag (cuon alpinus), dan berbagai jenis
paling aman bagi satwa yang dilindungi. burung seperti alap-alap burung (accipiter
Di Indonesia, Taman nasional adalah salah virgatus), rangkong (buceros rhinoceros
satu kawasan konservasi yang relatif paling maju silvestris), elang ular bido (spilornis cheela bido)
baik bentuk maupun sistem pengelolaannya srigunting hitam (dicrurus macrocercus), elang
dibandingkan dengan Taman Hutan Raya, Taman
Wisata Alam, Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
Taman nasional bahkan memperoleh perhatian
yang lebih serius dalam pengembangannya
dibandingkan dengan pengembangan kawasan 3
Suara Merdeka
lindung ataupun pengembangan gagasan cagar 4
http://www.scribd.com/doc/221860220/Makalah-Satwa-
Liar#scribd diakses pada 11 November 2015.
1 5
Departemen kehutanan, Dirjend Perlindungan Hutan Kementerian Kehutanan Japan International
dan konservasi alam, petunjuk teknis jabatan polisi Cooperation Agency.
kehutanan, hal.68 http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/008/mater
2
Suara surabaya ials/pdf/leaflet_02.pdf diakses 12 November 2015
Penanggulangan Perburuan Satwa yang Dilindungi oleh Masyarakat Adat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

bondol (haliastur indus), belibis yang hidup di barang bukti berupa 1 buah senapan angin, 1 ekor
ranu pani, ranu regulo, dan ranu kumbolo. 6 burung punglor jail, 1 ekor burung cucak wilis,
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan 2 ekor burung jenis manten yang sudah dalam
selain sebagai kawasan wisata, Taman Nasional keadaan mati.9
Bromo Tengger Semeru juga memiliki nilai-nilai Berdasarkan kasus di atas, peneliti tertarik
kebudayaan. Karena masyarakat sekitar Taman untuk meneliti penerapan hukum adat masyarakat
Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki Tengger dalam penanggulangan kasus perburuan
peranan dalam menjaga kawasan konservasi. satwa yang dilindungi di Taman Nasional Bromo
Adapun masyarakat yang tinggal di sekitar Tengger Semeru. Karena masyarakat Tengger
Gunung Bromo sebagian besar adalah masyarakat telah memiliki hukum adat yang sudah
Suku Tengger. Dalam kehidupan sehari-hari, dilaksanakan secara turun temurun dalam
perilaku dan tindakan masyarakat Suku Tengger mendukung pelestarian lingkungan dan ekosistem.
diatur oleh ketentuan adat berupa aturan-aturan Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk
adat dan hukum adat yang berfungsi sebagai mengetahui bentuk penanggulangan perburuan
sistem pengendalian sosial dalam masyarakat. satwa yang dilakukan oleh masyarakat adat sekitar
Hukum adat adalah hukumnya masyarakat yang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dan
lahir dari akar budaya lisan (bertutur) berbentuk untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dalam
tidak tertulis. Salah satu aturan atau hukum adat penanggulangan perburuan satwa yang dilindungi
yang harus ditaati masyarakat Suku Tengger yaitu di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
tidak boleh menyakiti atau membunuh binatang
(kecuali untuk korban dan dimakan). 7 Hukum adat METODE
ini tentu memiliki tujuan dalam menjaga Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum
kelestarian lingkungan sekitar Tengger. Namun sosiologis, yakni merupakan penelitian yang
berdasarkan kejadian lapangan telah terjadi menggabungkan dua unsur penelitian hukum,
pertentangan, yaitu maraknya kasus perburuan di dimana pada penelitian hukum yuridis atau
sekitar Taman Nasional Bromo Tenger Semeru. normatif, hukum dikonsepkan sebagai apa yang
Berdasarkan hasil putusan mahkamah agung ditulis dalam peraturan perundang-undangan (law
pada tanggal 30 Juni 2014 terdapat 2 pelaku in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah
perburuan satwa yang tertangkap. Kedua pelaku atau norma yang merupakan patokan manusia
tersebut merupakan warga Lumajang sekitar yang dianggap pantas.10 Penelitian hukum
Bromo Tengger Semeru. Kedua pelaku tersebut sosiologis ini dilakukan untuk mengetahui
tertangkap dengan membawa peralatan untuk bagaimana hukum adat masyarakat Tengger
menangkap burung berupa 2 buah jaring ijuk diterapkan termasuk proses penanggulangan
warna hijau dengan ukuran masing-masing dalam kasus perburuan satwa yang dilindungi.
panjang 5 meter dan lebar 1,5 meter, 1 buah Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional
sangkar yang terbuat dari kayu, 2 buah plastik Bromo Tengger Semeru dan masyarakat sekitar
kecil warna putih, 2 bilah sabit, 4 bumbung warna Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Peneliti
putih yang terbuat dari paralon, seutas tali/tampar tertarik untuk meneliti hukum adat yang
kecil warna coklat dengan panjang 3 meter pergi diterapkan oleh masyarakat Tengger dalam
ke dalam kawasan hutan Taman Nasional Bromo menjaga lingkungan konservasi yaitu Taman
Tengger Semeru.8 Begitu pula pada 14 September Nasional Bromo Tengger Semeru.
2014 seorang pelaku perburuan yang juga Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat
merupakan warga Malang yang ada di sekitar Suku Tengger yang masih menerapkan hukum
Bromo Tengger Semeru. Pelaku tersebut adat dan bertempat tinggal di sekitar Taman
diamankan oleh petugas penjaga hutan dan disita Nasional Bromo Tengger Semeru. Karena dalam
penelitian kualitatif, objek penelitian11 adalah
6
http://www.kaskus.co.id/thread/00000000000000001039 situasi sosial yang terdiri tiga elemen, yaitu
8433/taman-nasional-bromo-tengger-semeru/1 diakses 10
November 2015 9
7
Noor M. Aziz. 2011. Laporan Akhir Tim Pemantauan Ibid.
10
dan Inventarisasi Perkembangan Hukum Adat Badan M. Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode
Pembinaan Hukum Negara. Penelitian Hukum, Jakarta, RajagrafindoPersada, 2004.
11
8
putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/26 Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode
0_Pid.Sus_2014_PN.Lmj.pdf diakses 11 November 2015 Penelitian. Ar-Ruzz Media, Jogyakarta, 2014. Hal.29.
tempat (place), pelaku (person), dan aktivitas Tabel 1. Perburuan Satwa 2009-2013
(activity).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini No. Tahun Perburuan Satwa Buru Keterangan
adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh secara Hasil Jenis
Buruan Alat
langsung dari sumber data tanpa ada modifikasi.
Data primer berupa hasil wawancara yang 1. 2009 9 ekor 2 jaring 4 orang
diperoleh dari masyarakat sekitar Bromo Tengger burung
Semeru. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan 1 ekor - -
babi hutan
membaca dan mengkaji bahan-bahan
kepustakaan. Data sekunder dalam penelitian ini 2. 2010 - - -
berupa studi pustaka.
Teknik analisis data yang digunakan untuk 3. 2011 7 ekor 2 jaring 1orang vonis
menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai burung 8 bln
dengan lapangan, maka teknik yang digunakan 4. 2012 33 ekor 3 rol Melarikan
untuk menganalisis data dan informasi adalah burung jaring diri
teknik analisis trianggulasi. Trianggulasi
merupakan cara terbaik untuk menghilangkan 5. 2013 4 ekor 1 senjata Dilakukan
perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang burung angin pembinaan
oleh TNBTS
ada dalam konteks suatu studi ketika
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian 6. 2014 4 ekor 2 jaring 3 orang
dan berhubungan dari berbagai pandangan.12 burung dan 1
Sehingga untuk mengecek keabsahan data senjata
penelitian ini digunakan metode trianggulasi angin
sumber, metode, dan teori.

HASIL DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN


Pelanggaran Perburuan Satwa yang Bentuk Penanggulangan Perburuan Satwa
Dilindungi Yang Dilindungi

Potensi fauna yang terdapat di Taman Hukum adat masyarakat Tengger sangat kuat,
Nasional Bromo Tengger Semeru relatif kecil meskipun begitu masyarakat hukum adat Tengger
baik jumlah jenis maupun kerapatannya.dari 15 bersifat terbuka yakni mengikuti perkembangan
jenis mamaliayang dilindungi antara lain:13 Manis zaman. Hukum adat dan hukum Negara berjalan
Javanica,Panthera pardus, Hystryx branchyura, beriringan, sehingga masyarakat hukum adat
Laricus sp., dan Kijang (Muntiacus muntjak), dll. Tengger selalu mematuhi hukum-hukum Negara.
Sedangkan kelas aves yang dilindungi undang- Bentuk hukum adat di Tengger adalah tidak
undang antara lain adalah elang jawa(Spezaetus tertulis. Walaupun bentuk hukum tidak tertulis,
bartelsi), Elang Bondol (Haliastur indus) Falco jika terdapat pelanggaran terhadap hukum adat
mauccensis, Pavo muticus, Halcyon akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan adat
cyanopventris, Pericrocatus miniayus, dan Parus yang berlaku.
mayor. Fungsi hukum dalam masyarakat sangat
beraneka ragam, dalam setiap masyarakat, hukum
Kasus perburuan di Taman Nasional Bromo lebih berfungsi untuk menjamin keamanan dalam
Tengger Semeru masih sering terjadi di setiap bermasyarakat dan jaminan pencapaian struktur
tahunnya. Berikut tabel yang menunjukkan sosial yang diharapkan oleh masyarakat. Hukum
tingkat perburuan satwa di Taman Nasional merupakan alat untuk mengontrol perilaku
Bromo Tengger Semeru. masyarakat. Alat kontrol sosial selain hukum
antara lain agama, moralitas, adat kebiasaan,
pendidikan, kesenian, pers, dan keteladanan
12
Moleong J Lexy, Metodelogi Penelitian pemimpin. Begitu pula yang terjadi pada
Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009. masyarakat Tengger yang menjadikan hukum adat
13
Ibid.
Penanggulangan Perburuan Satwa yang Dilindungi oleh Masyarakat Adat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

sebagai sistem pengendalian sosial dalam kepada pihak yang berwajib dan diselesaikan
masyarakat. secara hukum Nasional yang berlaku di Indonesia.
Soepomo mengatakan bahwa hukum adat Adapun bentuk penanggulangan atas suatu
adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia permasalahan dilakukan secara bertahap, seperti
di dalam masyarakat hukum adat yang merupakan sebagai berikut : (a) penanggulangan dilakukan
suatu bentuk kehidupan bersama yang warga- oleh dukun pandhita atau ki petinggi, dalam
warganya hidup bersama untuk jangka waktu penanggulangan masalah dilakukan secara
yang cukup lama, sehingga menghasilkan musyawarah atau kekeluargaan. Dengan
kebudayaan. Di dalam masyarakat adat terdapat memberikan nasehat atau petuah akan pentingnya
aturan-aturan normatif, rumusan-rumusan dalam menjaga kelestarian ekosistem. Bagi masyarakat
bentuk peribahasa atau asas-asas hukum yang Tengger asli hal ini tentu dapat diterima, sebab
tidak tertulis. Walaupun asas-asas hukum tersebut mereka paham bahwa menyakiti atau membunuh
tidak tertulis, tetap ada pengenaan sanksi maupun hewan tidak sesuai kebutuhan adalah larangan
paksaan terhadap pelanggaran aturan-aturan atau wewaton; (b) penanggulangan dilakukan oleh
normatif. kepala desa atau petinggi. Kepala desa atau
Masyarakat Tengger terdiri atas kelompok- petinggi berfungsi sebagai penanggungjawab atas
kelompok desa yang masing-masing kelompok kewenangannya sebagai penyelenggara urusan
tersebut dipimpin oleh tetua. Dan seluruh pemerintahan umum, sehingga ia juga melakukan
perkampungan dipimpin oleh seorang kepala adat. pembinaan atas ketentraman dan ketertiban di
Kepala adat atau dukun memiliki fungsi spiritual desa. Sehingga jika permasalah yang ditimbulkan
dan fungsi social. Fungsi spiritual dukun adat merupakan masalah perburuan satwa yang
yaitu memimpin upacara adat. Sedangkan fungsi dilindungi Taman Nasional Bromo Tengger
sosialnya adalah memiliki kewenangan tertentu Semeru maka kepala desa dapat bekerja sama
dalam pengambilan keputusan, aturan, sanksi, dengan pihak Taman Nasional Bromo Tengger
atau denda sosial yang diberikan kepada pelaku Semeru; (c) penanggulangan dilakukan oleh
pelanggar hukum adat. kepolisian sektor (Polsek). Penanggulangan ini
Sesuai hasil wawancara yang didapat, dilakukan jika penanggulangan dengan dukun
pengenaan sanksi merupakan wujud penegakan pandhita atau dengan kepala desa tidak dapat
hukum yang diterapkan oleh masyarakat Tengger. terselesaikan. Pada tingkat penanggulangan ini
Penegakan hukum yang diterapkan pada sudah masuk dalam ranah hukum pidana.
masyarakat Tengger cenderung pada tindakan Upaya penanggulangan kasus perburuan
preventif. Tindakan preventif diterapkan karena satwa yang dilindungi di masyarakat Suku
masyarakat Tengger sangat kental dengan magisc Tengger lebih menitikberatkan untuk
religious. Sehingga masyarakat Tengger percaya menyadarkan pelaku maupun warga yang terlibat
bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan sehingga kasus dapat terselesaikan melalui
mendapat imbalan dan hukuman dari Tuhan musyawarah yang dihadiri oleh pemangku adat,
langsung. Metode yang digunakan dalam pelaku dan warga yang terlibat.
penanggulangan perburuan satwa yang dilindungi
oleh masyarakat Tengger dilakukan dengan Faktor Pendukung Dalam Penanggulangan
metode moralistik, yaitu pelaku perburuan akan Perburuan Satwa Yang Dilindungi
dinasehati dan dibina dengan mental spiritual Secara teori upaya penanggulangan kejahatan
supaya sadar menjadi lebih baik. Seperti yang terbagi menjadi dua yaitu dengan usaha yang
diungkapkan pada hasil penelitian, pelaku bersifat pidana atau represif dan melalui usaha
perburuan diberi sanksi yang sifatnya mendidik yang bersifat nonpidana atau preventif. Hukuman
yaitu diperintahkan untuk beternak kuda, berat tidak akan mengurangi tingkat kejahatan.
membersihkan tempat peribadatan (danyang), Hal yang harus dicari dan ditanggulangi adalah
pelaku diruwat, bahkan pelaku diumumkan ramai- penyebab dilakukannya kejahatan tersebut. Untuk
ramai di kampong. Hal ini dilakukan untuk itu, dalam penanggulangan kasus perburuan satwa
penyadaran diri pelaku secara spiritual menurut liar tidak harus langsung diberi hukuman pidana.
Suku Tengger. Hukuman yang bersifat preventif merupakan
Jika pelaku perburuan satwa yang dilindungi langkah kecil yang dapat dilakukan untuk
bukan merupakan penduduk Suku Tengger maka mencegah terjadinya kejahatan perburuan satwa
penanggulangan tersebut langsung diserahkan yang dilindungi.
Penanggulangan perburuan satwa yang Berdasarkan hasil wawancara, hukum adat
dilindungi pada masyarakat Tengger hanya dapat yang telah dijalankan oleh masyarakat Suku
memberikan nasehat atau petuah akan pentingnya Tengger lebih efektif daripada hukum nasional.
menjaga kelestarian ekosistem. Bagi masyarakat Masyarakat Tengger lebih patuh dengan kaidah-
Tengger asli hal ini tentu dapat diterima, sebab kaidah hukum adat. Karena Suku Tengger
mereka paham bahwa menyakiti atau membunuh memiliki kepercayaan tentang karma pahala, yaitu
hewan tidak sesuai kebutuhan adalah larangan hidup atau nasib manusia tergantung dari
atau wewaton. Suku Tengger masih masih pahalanya.
memiliki nilai-nilai kearifan ekologis yang Hubungan antara masyarakat Tengger dengan
tertanam secara turun temurun. Nilai kearifan taman nasional sangat erat karena daerah Bromo-
ekologis menjadi kekuatan budaya, mereka Tengger-Semeru sebagian besar dihuni oleh
memiliki struktur lingkungan tentang bagaimana masyarakat Tengger. Apabila kondisi alamnya
hubungan-hubungan yang sebaiknya tercipta akan dikembangkan menjadi taman nasional maka
antara manusia dengan lingkungan. masyarakat sekitarnya pun dituntut untuk mampu
Nilai kearifan ekologis yang dimiliki oleh menyelamatkan, memelihara dan ikut
masyarakat suku Tengger ini sejalan dengan mengembangkannya. Apabila masyarakat
penelitian yang dilakukan oleh Yesika Liuw14 Tengger tidak diberi kesempatan untuk
bahwa pelaku kejahatan penganiaya hewan, mengambil keuntungan dari taman nasional itu,
sebenarnya merupakan pengaruh pemikiran oleh tidak mustahil akan terjadi sikap masa bodoh
masyarakat atau manusia, dimana manusia terhadapnya, tidak ikut menjaga ataupun
menganggap hewan langka/hewan lindung itu menyelamatkannya. Masyarakat Tengger sebagai
hanyalah makhluk biasa, tetapi sebaliknya penyangga, sudah tentu berperan besar untuk
sebagaimana manusia yang merupakan makhluk menjaga kelestarian taman nasional. Demi
hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai kelestarian taman nasional itu, masyarakat
hidup yang seimbang juga dengan hewan. Tengger diharapkan merasa ikut memiliki
Perubahan ekosistem baik secara alami maupun (handarbeni), membina (hamengkoni) dan
karena pengaruh manusia yang tanpa kendali, sekaligus dapat memanfaatkannya. 16
tentu saja akan menjadi ancaman terhadap hewan- Berdasarkan teori dan hasil penelitian, maka
hewan yang termasuk kategori hampir terancam. masyarakat Suku Tengger sangat mendukung
Penetapan kawasan Bromo-Tengger-Semeru dalam melestarikan lingkungan alam. Diantara
menjadi taman nasional bermakna bahwa kondisi faktor pendukung dalam penanggulangan
yang telah ada akan dilindungi dan dikembangkan perburuan satwa yang dilindungi: (a) aturan
agar lebih semarak dan menarik. Tengger sebagai hukum, masyarakat Suku Tengger memiliki
daerah penyangga juga bermakna bahwa budaya struktur kelembagaan, yaitu lembaga pemuka
masyarakat Tengger perlu dilestarikan dan agama dan lembaga dukun adat. Lemabaga dukun
dikembangkan menjadi lebih sempurna, terutama adat bertugas mengawasi pelaksanaan aturan-
adat istiadat dan nilai-nilai budayanya yang aturan adat dan hukum adat. Lembaga dukun adat
relevan dengan kemajuan zaman, dan tidak terdiri dari dukun adat legen, sanggar, dan
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila sesepuh. Dengan adanya lembaga dukun adat
sebagai filsafat bangsa dan negara.15 maka terjadi koordinasi dengan lembaga bidang
Masyarakat Tengger masih menjunjung nilai konservasi untuk menjaga lingkungan alam.
persamaan, demokrasi, dan kehidupan Masyarakat menyambut dengan baik jika terdapat
masyarakat, sosok seorang pemimpin spiritual kerja sama dari pihak Taman Nasional Bromo
seperti dukun lebih disegani pemimpin Tengger Semeru dalam menanggulang perburuan
administrative. Karena masyarakat Tengger satwa yang dilindungi; (b) budaya hukum, nilai
mempunyai hukum sendiri di luar hukum formal kearifan ekologis masih dimiliki masyarakat
yang berlaku di Indonesia. Bagi Suku Tengger Tengger sehingga masyarakat Suku Tengger
hukum adat Tengger sudah dapat mengatur dan menjadikan hukum adat sebagai sistem
mengendalikan berbagai persoalan dalam pengendalian sosial. Adapun penanggulangan
kehidupan masyarakat. kasus perburuan satwa yang dilindungi

14 16
Yesika Liuw, Op.cit, Hal.6. Ibid. hal.8.
15
Noor M. Aziz ,Op.cit. hal.7.
Penanggulangan Perburuan Satwa yang Dilindungi oleh Masyarakat Adat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

dipecahkan secara kekeluargaan dengan lebih bijaksana dalam memberikan sanksi terhadap
musyawarah. Selain itu, sanksi yang diberikan warga Suku Tengger yang melakukan perburuan
kepada pelaku cenderung bersifat menyadarkan. satwa dilindungi.
Sehingga hukum adat yang berlaku di Suku
Tengger lebih efektif daripada hukum nasional. DAFTAR PUSTAKA
Andi Prastowo. 2012. Metode Penelitian
PENUTUP Kualitatif dalam Prespektif Rancangan
Simpulan Penelitian. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Andi Prastowo. 2014. Memahami Metode-Metode
Penelitian. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
penelitian yang sudah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai temuan penelitian sebagai Anonim. 2012. Penerapan Sanksi Pidana
berikut : (1) Bentuk penanggulangan masyarakat Terhadap Perburuan Satwa di Balai Taman
Suku Tengger terhadap perburuan satwa yang Nasional Alas Purwo. Skripsi,tidak
diterbitkan. Jember: PPs Universitas Jember.
dilindungi Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru dilakukan dengan metode moralistik. Barda NawawiArief. 2011. Bunga Rampai
Metode moralistik merupakan metode yang besifat Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru. Edisi
mencegah. Metode ini diterapkan karena
Kedua. Cetakan Ketiga. Jakarta: Kencana
masyarakat Suku Tengger memiliki corak hukum Prenada Media Group.
adat yang magisch religious. Adapun langkah-
langkah penanggulangan kasus perburuan satwa Barda Nawawi Arief. 2008. Masalah Penegakan
Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
yang dilindungi dilaksanakan dengan cara
Penanggulangan Kejahatan. Edisi Pertama.
bertahap. Pertama penanggulangan dilakukan oleh Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenada
dukun pandhita atau ki petinggi, kedua,jika masih Media Group.
belum terselesaikan, maka penanggulangan
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999.
dilakukan oleh kepala desa atau petinggi. Ketiga, Dinamika Proses Lahirnya Undang-
penanggulangan dilakukan oleh kepolisian sektor; Undang Republik Indonesia No. 41Tahun
(2) Masyarakat Suku Tengger menerapkan hukum 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta:
sendiri, hukum adat yang diterapkan oleh Departemen Kehutanan.
masyarakat Tengger lebih efektif dari pada hukum Departemen Kehutanan. Tanpa Tahun. Petunjuk
nasional. hukum adat Suku Tengger telah Teknis Jabatan Polisi Kehutanan. Direktorat
mendukung dalam melestarikan konsevasi Jendral Pelindungan Hutan dan Konservasi
lingkungan. Karena di dalam tata kelola Alam.
masyarakat Suku Tengger terdapat lembaga dukun Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2013.
adat yang sangat antusias dalam menjaga Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
kelesatarian Taman Nasional Bromo Tengger Alfabeta.
Semeru. Herbert B. P. Aritonang. 2010. Fungsionalisasi
Hukum Pidana dalamTindak
Saran PidanaPerambahan hutan di Suaka
Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan Margasatwa Karang Gading dan Langkat
bahwa penerapan hokum adat di masyarakat timur laut Provinsi Sumatera Utara. Tesis
Tengger dalam penanggulangan perburuan satwa tidak diterbitkan. Surakarta: PPs UNS.
yang dilindungi sudah efektif, namun ada Hilman Hadikusumo. 2003. Pengantar Ilmu
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (a) Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar
untuk peneliti selanjutanya sebaiknya melakukan Maju.
penelitian di tempat-tempat atau pos-pos Taman http://www.scribd.com/doc/221860220/Makalah-
Nasional Bromo Tengger Semeru yang rawan Satwa-Liar#scribd diakses pada 11
terjadinya kasus perburuan satwa yang dilindungi.; November 2015.
(b) untuk mahasiswa supaya lebih peduli terhadap http://www.kaskus.co.id/thread/00000000000000
lingkungan, khususnya dalam mencegah terjadinya 0010398433/taman-nasional-bromo-tengger-
kasus perburuan satwa yang dilindungi; (c) untuk semeru/1 diakses 10 November 2015
masyarakat SukuTengger yang tinggal di sekitar Jawahir Thontowi. “Pengaturan Masyarakat
Taman Nasional BromoTengger Semeru supaya Hukum Adat dan Implementasi
Perlindungan Hak-Hak Tradisionalnya”. Sukari. 2004. Kearifan Lokal di Lingkungan
Pandecta Vol.10 (1). (online) Masyarakat Tengger Pasuruan JawaTimur.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pand Yogyakarta: Kementerian Kebudayaan dan
ecta diakses 2 Maret 2016 1:21 Pariwisata.
M. Amiruddin dan Zainal Asikin. 2004. Tubagus Unu Nitibaskara. 2005. Dilema
Pengantar Metode Penelitian Hukum. Dikotomi Konservasi dan Pemanfaatan,
Jakarta: RajagrafindoPersada. Cetakan Pertama. Bogor: Pusat Studi
Lingkungan UNB.
Marhaeni Ria Siombo. 2011. “Kearifan Lokal
dalam Perspektif Hukum Lingkungan”. Yesika Liuw. 2013. “Perlindungan Hukum
Jurnal Hukum No.3 Vol 18. (online) Terhadap Hewan Lindung Menurut Undang-
http://law.uii.ac.id/images/stories/Jurnal%20 Undang No. 5 Tahun 1990”. Lex Crimen
Hukum/11%20Marhaeni%20RS.pdf diakses Vol. IV (3).
27 Februari 2016.
Moleong J Lexy. 2009. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung :PT Remaja
Rosdakarya.
Mustakim. 2013. “Peran Polisi Hutan dan
Masyarakat terhadap Kelestarian Taman
Nasional Alas Purwo di Resor Pancur,
Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur.”
AntroUnairDotNet, Vol 2/ No.1/ Jan-
Pebruari 2013. (online)
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Mustakim.
pdf diakses 6 November 2015.
Noor M. Aziz. 2011. Laporan Akhir Tim
Pemantauan dan Inventarisasi
Perkembangan Hukum Adat Badan
Pembinaan Hukum Negara. Jakarta:
Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI. (online)
http://www.bphn.go.id/data/documents/pem
antuan_dan_inventarisasi_perkembangan_hu
kum_adat.pdf diakses 29 Januari 2016.
putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/download
pdf/260_Pid.Sus_2014_PN.Lmj.pdf diakses
11 November 2015
Saifullah. 2007. Hukum Lingkungan. Paradigma
Kebijakan Kriminal di Bidang Konservasi
Keanekaragaman Hayati,Cetakan Pertama.
Malang: UIN Malang Press.
Soedarmadji. tanpa tahun. Teknik Pembuatan
Putusan Pengadilan dalamPerkara Satwa
yang dilindungi: Suatu Gagasan Singkat
dalam Wacana Teori dan Praktik.
Soejono Soekanto. 2006. Pokok-Pokok Sosiologi
Hukum. Jakarta: PT Rajawali.
Suara Merdeka, (online)
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/lutu
ng-jawa-terancam-punah/ diakses 6
November 2015.
Sudarto. 1981. Kapita Selekta Hukum Pidana.
Bandung: Alumni.

Anda mungkin juga menyukai