Anda di halaman 1dari 15

P-ISSN 2549-9629

E-ISSN 2549-9866
Tersedia online di http://jnh.stikesbanisaleh.ac.id
Submisi: 22-03-2021
Review: 26-03-2021
Accepted : LoA No.23/JNH-LPPM/STIKES-BS/III/2021
Publish : scheduled
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI RSUD
KABUPATEN KONAWE

Asriani 1,3* Erwin Azizi Jayadipraja 1, Fatmawati1,Sunarsih1Timbul Supodo1 Nurmiaty1,2


1
Department of Universitas Mandala Waluya Kendari, Indonesia
2
Poltekkes Kemenkes Kendari
3
RSU Aliyah III Kendari
Jl. Jend.A.H. Nasution No.G-37Anduonohu, Kendari Telp.(0401)3110755
Email: Asrianiandeo@gmail.com

Abstrak
Kasus Pneumonia di Kabupaten Konawe yang diberikan penanganan pada tahun 2017
mencapai 8,71% dan pneumonia merupakan posisi ke 3 (tiga) dari 10 (sepuluh) penyakit terbesar di
Kabupaten Konawe, tahun 2018 diketahui mengalami peningkatan jumlah kasus dan yang di tangani
mengalami penurunan dengan jumlah 8.0 % dan berada pada posisi ke 1 (satu) dari 10 (sepuluh)
penyakit terbesar. Data kasus pneumonia di RSUD Kabupaten Konawe diketahui tahun 2018
terdapat 327 (31.68%) Kasus Pneumonia, dari total kunjungan balita 1032 balita dan pada tahun
2019 mengalami peningkatan yaitu 156 (13.87%) kasus pneumonia dari 1124 Balita serta pada tahun
2020 kasus pneumonia berjumlah 503 (40.49%) dari 1242 Balita, kasus pneumonia di RSUD
Kabupaten Konawe
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahuai Faktor Risiko yang menyebabkan terjadinya
Pneumonia pada anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif, dengan desain case control
study
Hasil Penelitian Ada hubungan antara riwayat kesehatan anak dengan kejadian pneumonia
dan OR 9.50 atau 9 kali beresiko, Ada hubungan antara keadaan lingkungan dengan kejadian
pneumonia dan OR 10.45 atau 10 kali beresiko, Ada hubungan antara PHBS dengan kejadian
pneumonia dan OR 9.82 atau 9 kali beresiko, Ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan
kejadian pneumonia dan OR 9.14 atau 9 kali beresiko, Ada hubungan antara herediter dengan
kejadian pneumonia dan OR 0.39 dengan artian hampir tidak beresiko, Ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian pneumonia dan OR 20.06 atau 20 kali beresiko, Ada hubungan antara
sikap dengan kejadian pneumonia dengan dan OR 4.83 atau 4 kali beresiko, Ada hubungan antara
tindakan dengan kejadian pneumonia dan OR 33.71 atau 33 kali beresiko.
Kesimpulan penelitian ini yaitu Riwayat Kesehatan Balita memiliki risiko 9 (sembilan) kali
lipat Keadaan Lingkungan memiliki risiko 10 (sepuluh) kali lipat , PHBS memiliki risiko 9
(sembilan) kali lipat Pelayanan Kesehatan memiliki risiko 9 (sembilan) kali lipat Herediter memiliki
risiko 0 (nol) kali lipat, atau hampir tidak beresiko, Pengetahuan Orang Tua memiliki risiko 20 (dua
puluh) kali lipat, Sikap Orang Tua memiliki risiko 4 (empat) kali lipat, Tindakan Orang Tua memiliki
risiko 30 (tiga puluh) kali lipat, Kejadian Pneumonia, Variable sikap orang tua merupakan variabel
yang paling kuat berhubungan dengan Kejadian Pneumonia.
Saran: Pemerintah Kabupaten Konawe Agar lebih memprioritaskan dalam penyelesaian
masalah kesehatan khususnya penyakit pneumonia guna mempersempit penyebarannya, serta
mencari sumber permasalahan termasuk kedisiplinan para usaha pertambangan dikabupaten konawe
untuk tetap memperhatikan dan memprioritaskan kesehatan masyarakat sekitar

Kata Kunci: Risiko Pneumonia Pada Balita


2

ABSCTRACT
Pneumonia cases in Konawe Regency which were given treatment in 2017 reached 8.71%
and pneumonia was the 3rd (three) position of the 10 (ten) biggest diseases in Konawe Regency, in
2018 it was known that the number of cases had increased and those handled had decreased by the
amount is 8.0% and is in the position of 1 (one) out of 10 (ten) largest diseases. Data on pneumonia
cases at the Konawe District Hospital is known that in 2018 there were 327 (31.68%) Pneumonia
cases, of the total 1032 under-five visits and in 2019 an increase was 156 (13.87%) pneumonia cases
from 1124 under-five and in 2020 pneumonia cases totaled 503 (40.49%) of 1242 toddlers,
pneumonia cases in Konawe District Hospital
The purpose of this study was to determine the risk factors that cause pneumonia in children.
This type of research is quantitative research, with a case control study design
Results of the study There was an association between children's medical history and the
incidence of pneumonia and OR 9.50 or 9 times the risk, There was a relationship between
environmental conditions and the incidence of pneumonia and OR 10.45 or 10 times the risk, There
was a relationship between PHBS and the incidence of pneumonia and OR 9.82 or 9 times the risk,
There is a relationship between health services and the incidence of pneumonia and OR 9.14 or 9
times the risk, There is a hereditary relationship with the incidence of pneumonia and OR 0.39 means
that it is almost not at risk, There is a relationship between knowledge and the incidence of
pneumonia and OR 20.06 or 20 times the risk, There is a relationship between attitude with the
incidence of pneumonia with and OR 4.83 or 4 times the risk, There is a relationship between action
with the incidence of pneumonia and OR 33.71 or 33 times the risk.
The conclusion of this study is that the health history of toddlers has a risk of 9 (nine) times.
Environmental conditions have a risk of 10 (ten) times, PHBS has a risk of 9 (nine) times. zero) fold,
or almost no risk, Parents' Knowledge has a 20 (twenty) fold risk, Parents' Attitude has a 4 (four)
fold risk, Parents' Actions have a 30 (thirty) fold risk, Incidence of Pneumonia , Parental attitude
variable is the variable that has the strongest relationship with the incidence of pneumonia.
Suggestion The Konawe Regency Government should prioritize more in solving health
problems, especially pneumonia in order to narrow down its spread, as well as look for the source of
the problem including the discipline of mining businesses in the Konawe Regency to continue to pay
attention and prioritize the health of the surrounding community.

Keywords: Risk of Pneumonia in Toddlers

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


3

Pendahuluan Bombana berjumlah 4,25%, Kabupaten Konawe


Kejadian jumlah kematian balita di lima Kepulauan 2,43%, Kabupaten Wakatobi 1,50,
negara akibat pneumonia mencapai 50%, yaitu Kabupaten Konawe Utara 0,87% dan Kabupaten
162 ribu di negara Nigeria, 127 ribu di India, 58 Kolaka Utara berjumlah 0,61% (Profil Kesehatan
ribu di Pakistan, 40 ribu di Reprubik Demokrat Provinsi Sultra, 2019).
Kongo dan 32 Riu di Ethopia. Pneumonia Data kasus pneumonia di RSUD
merupakan penyumbang terbesar penyebab Kabupaten Konawe diketahui tahun 2018 terdapat
kematian balita di Indonesia dimana pada tahun 327 (31.68%) Kasus Pneumonia, dari total
2018 diperkirakan 19.000 anak meninggal dunia kunjungan balita 1032 balita dan pada tahun 2019
akibat pneumonia, diperkirakan secara global mengalami peningkatan yaitu 156 (13.87%) kasus
menunjukkan bahwa setiap 1 (satu) jam terdapat pneumonia dari 1124 Balita serta pada tahun
71% balita di Indonesia tertular pneumonia 2020 kasus pneumonia berjumlah 503 (40.49%)
(Kevin, 2019). dari 1242 Balita, kasus pneumonia di RSUD
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kabupaten Konawe (Profil Kesehatan RSUD
RI tahun 2018 menunjukkan adanya peningkatan Kabupaten Konawe, 2020).
insiden atau jumlah penderita pneumonia Berdasarkan data kasuss pneumonia di
dibandingkan tahun 2013, diketahui peningkatan Sulawesi Tenggara dan Kota Kendari dan
Pneumonia merupakan penyakit infeksi terbesar khususnya di RSUD Kabupaten Konawe serta
penyebab kematian pada anakanak di seluruh survey awal dengan kunjungan ke RSUD dan
dunia. Pneumonia merupakan penyebab dari 15% beberapa keluarga pasien, dengan ini peneliti
kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak menyimpulkan sementara disebabakan oleh factor
922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia Riwayat Kesehatan balita, PHBS, pelayanan
menyerang semua umur di semua wilayah, namun Kesehatan dan keturunan.
terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika Sub- Dengan meningkatnya kasus
Sahara (Kemenkes RI, 2016). Di Indonesia sendiri pneumonia di Kabupaten Konawe serta
pneumonia termasuk penyakit yang menyebabkan rendahnya persentasi yang ditangani oleh petugas
kematian pada anak. Pada tahun 2015 terjadi kesehatan serta kasus pneumonia masuk dalam 10
peningkatan kejadian pneumonia menjadi 63,45% penyakit terbesar di Sulawesi Tenggara dengan
dibandingkan pada tahun sebelumnya dimana urutan kesembilan antara lain : ISPA bukan
kejadian pneumonia hanya berkisar antara 20%- Pneumonia (77,253) 67%, Diare, (17,027 ) 15%,
30%. (Kemenkes RI, 2016). Influenza (9,733) 8%, Tersangka TBC Paru
Diketahui persentase penemuan (3,351), 3 %, Tipus Perut Klinis (2,458 ) 2%,
penderita pneumonia pada balita angka kejadian Pneumonia (1,756) 5% , TBC Paru BTA (+)
pneumonia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 (1,099) 1%, Demam Dengeu (663) 1% Malaria
berjumlah 12 % anak. dilaporkan dengan Klinis (634) 1%, Deman Berdarah Dengeu (535)
pneumonia dan tahun 2018 berjumlah 35.02%, 0.8% dan urutan pertama di Kabupaten Konawe,
pada tahun 2019 berjumlah 13,1 % anak dan di dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan
kelompokkan dalam pneumonia (Profil Kesehatan penelitian dengan melihat faktor penyebab dari
Provinsi Sultra, 2019). kejadian Kasus Pneumonia di RSUD Kabupaten
Data kasus pneumonia di beberapa Konawe, yang dikemas dengan judul Faktor
Kabupaten di Sulawesi Tenggara menurut profil Risiko kejadian Pneumonia Pada Balita di RSUD
Kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara tertinggi Kabupaten Konawe.
di Kabupaten Konawe dan di susul oleh beberapa Metode
Kabupaten lainnya di antaranya yaitu untuk Jenis penelitian ini adalah penelitian
Kabupaten Konawe berjumlah 81,04%, Kuantitatif, dengan desain case control study
Kabupaten Kolaka berjumlah 54,40%, Kabupaten adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
Konawe Selatan berjumlah 49,72%, Kabupaten membandingkan antara dua kelompok yaitu
Muna berjumlah 32,36%, Kota Kendari kelompok kasus dan kelompok control, Penelitian
berjumlah 26,52%, Kabupaten Buton Selatan ini dilaksanakan di ruang perawatan Anak
berjumlah 25,07%, Kabupaten Muna Barat RSUD Kabupaten Konawe, dengan alasan ruang
berjumlah 22,09%, Kabupaten Buton berjumlah perawatan anak RSUD Kabupaten Konawe
19,80, Kota Bau-Bau berjumlah 15,43%, merupakan Rujukan dari berbagai puskesmas di
Kabupaten Kolaka Timur berjumlah 10,26%, Kabupaten Konawe dengan rata-rata kujungan
Kabupaten Buton Tengah berjumlah 9,54, 10-20 (sepuluh sampai duapuluh) orang pasien
Kabupaten Buton Utara 7,12%, Kabupaten

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


4

setiap bulannya dengan kasus baru selama 4


(empat) bulan terakhir.
Hasil
1. Analisis Deskriptif
a. Riwayat Kesehatan Anak
Dalam analisis deskriptif penelitian ini pendistribusian hasil kategori jawaban responden
terkait variable Balita dengan riwayat kesehatan dalam bentuk tabel berikutnya serta di berikan
di rekap dalam bentuk tabel rekapitulasi jawaban penjelasan dalam bentuk uraian singkat.
responden dan dilanjutkan dengan
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Balita dengan Riwayat Kesehatan
Kasus Kontrol
Riwayat Kesehatan Anak
f % f %
Baik 7 15.22 29 63.04
Kurang 39 84.78 17 36.96
Total 46 100 46 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan dan Kontrol berjumlah 29 balita (63.04) untuk
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus Balita dengan Riwayat kesehatan Kurang dengan
dan control diketahui riwayat kesehatan anak baik kategori kasus berjumlah 39 balita (84.78%) dan
untuk kategori kasus berjumlah 7 balita (15.22%) control berjumlah 17 balita (36.96%).
b. Riwayat Keadaan Lingkungan
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Balita dengan Keadaan Lingkungan
Kasus Kontrol
Riwayat Keadaan Lingkungan
f % f %
Baik 16 34.78 39 84.78
Kurang 30 65.22 7 15.22
Total 46 100 46 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan untuk Balita dengan keadaaan lingkunga Kurang
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus dengan kategori kasus berjumlah 30 balita
dan control diketahui keadaan lingkungan anak (65.22%) dan control berjumlah 7 balita
baik untuk kategori kasus berjumlah 16 balita (15.22%).
(34.78%) dan Kontrol berjumlah 39 balita (84.78)
c. Riwayat PHBS
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Balita dengan PHBS
Kasus Kontrol
Riwayat PHBS
f % f %
Baik 8 17.39 31 67.39
Kurang 38 82.61 15 32.61
Total 46 100 46 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan Kontrol berjumlah 31 balita (67.39%) untuk
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus Balita dengan Riwayat PHBS Kurang dengan
dan control diketahui Riwayat PHBS baik untuk kategori kasus berjumlah 38 balita (82.61%) dan
kategori kasus berjumlah 8 balita (17.39%) dan control berjumlah 15 balita (32.61%).
d. Riwayat Pelayanan Kesehatan
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Balita dengan Layanan Kesehatan
Kasus Kontrol
Riwayat Pelayanan Kesehatan
f % f %
Baik 13 28.26 36 78.26
Kurang 33 71.74 10 21.74
Total 46 100 46 100

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


5

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan balita (78.26%) untuk Balita dengan Riwayat
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus Layanan Kesehatan Kurang dengan kategori
dan control diketahui Riwayat Layanan kasus berjumlah 33 balita (71.74%) dan control
Kesehatan baik untuk kategori kasus berjumlah berjumlah 10 balita (21.74%).
13 balita (28.26%) dan Kontrol berjumlah 36
e. Riwayat Herediter
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Balita dengan Herediter
Kasus Kontrol
Riwayat Herediter
f % f %
Baik 37 80.43 27 58.70
Kurang 9 19.57 19 41.30
Total 46 100 46 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan Kontrol berjumlah 27 balita (58.70%) untuk
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus Balita dengan Herediter Kurang dengan kategori
dan control diketahui Herediter baik untuk kasus berjumlah 9 balita (19.57%) dan control
kategori kasus berjumlah 37 balita (80.43%) dan berjumlah 19 balita (41.30%).
f. Pengetahuan Orang Tua
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua
Kasus Kontrol
Pengetahuan Orang Tua
f % f %
Baik 10 21.74 39 84.78
Kurang 36 78.26 7 15.22
Total 46 100 46 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan (84.78%) untuk Balita dengan Pengetahuan
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus Orang Tua Kurang dengan kategori kasus
dan control diketahui Pengetahuan Orang Tua berjumlah 36 balita (78.26%) dan control
baik untuk kategori kasus berjumlah 10 balita berjumlah 7 balita (15.22%).
(21.74%) dan Kontrol berjumlah 39 balita
g. Sikap
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dengan Sikap Orang Tua
Kasus Kontrol
Sikap Orang Tua
f % f %
Baik 12 26.09 29 63.04
Kurang 34 73.91 17 36.96
Total 46 100 46 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan Kontrol berjumlah 29 balita (63.04%) untuk
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus Balita dengan Sikap Orang Tua Kurang dengan
dan control diketahui Sikap Orang Tua baik untuk kategori kasus berjumlah 34 balita (73.91%) dan
kategori kasus berjumlah 12 balita (26.09%) dan control berjumlah 17 balita (36.96%).
h. Tindakan
Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tindakan Orang Tua
Kasus Kontrol
Tindakan Orang Tua
f % f %
Baik 5 10.87 37 80.43
Kurang 41 89.13 9 19.57
Total 46 100 46 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan dan Kontrol berjumlah 37 balita (80.43%) untuk
bahwa dari total responden 92 baik kategori kasus Balita dengan Tindakan Orang Tua Kurang
dan control diketahui Tindakan Orang Tua baik dengan kategori kasus berjumlah 41 balita
untuk kategori kasus berjumlah 5 balita (10.87%)

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


6

(89.13%) dan control berjumlah 9 balita


(19.57%).
2. Analisis Inferensial
1. Riwayat Kesehatan Anak terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Tabel 5.12. Riwayat Kesehatan Anak terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Pneumonia confidence
Chi-
Riwayat Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Square
Kesehatan f % f % Lower Upper
Baik 7 15.22 29 63.04 36 39.13
Kurang 39 84.78 17 36.96 56 60.87 20.13 1 9.50 3.49 25.91
Total 46 100.00 46 100.00 92 100
Diketahui dari hasil analisis data dan 20.13 > X2 Tabel 3,841 yang memiliki makna ada
diperoleh nilai OR 9.50 yang berarti memiliki hubungan yang signifikan antara variable
risiko 9 (sembilan) kali lipat dimana nilai ambang Riwayat kesehatan anak dengan kejadian
batas bawah 3.49 dan nilai ambang batas atas Pneumonia.
25.91, dimana diketahui pula nilai Chi Square
2. Keadaan Lingkungan terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Tabel 5.13. Keadaan Lingkungan terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita

Pneumonia confidence
Keadaan Chi-
Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Lingkungan Square
f % f % Lower Upper
Baik 16 34.78 39 84.78 55 59.78
Kurang 30 65.22 7 15.22 37 40.22 21.88 1 10.45 3.81 28.62
Total 46 100.00 46 100.00 92 100

Diketahui dari hasil analisis data dan 21.88 > X2 Tabel 3,841 yang memiliki makna ada
diperoleh nilai OR 10.45 yang berarti memiliki hubungan yang signifikan antara variable
risiko 10 (sepuluh) kali lipat dimana nilai ambang Riwayat Keadaan Lingkungan anak dengan
batas bawah 3.81 dan nilai ambang batas atas kejadian Pneumonia.
28.62, dimana diketahui pula nilai Chi Square
3. PHBS terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Tabel 5.14. PHBS terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita

Pneumonia confidence
Chi-
PHBS Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Square
f % f % Lower Upper
Baik 8 17.39 31 67.39 39 42.39
Kurang 38 82.61 15 32.61 53 57.61 21.54 1 9.82 3.68 26.17
Total 46 100.00 46 100.00 92 100

Diketahui dari hasil analisis data dan 21.54 > X2 Tabel 3,841 yang memiliki makna ada
diperoleh nilai OR 9.82 yang berarti memiliki hubungan yang signifikan antara variable
risiko 9 (sembilan) kali lipat dimana nilai ambang Riwayat kesehatan anak dengan kejadian
batas bawah 3.68 dan nilai ambang batas atas Pneumonia.
26.17, dimana diketahui pula nilai Chi Square

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


7

4. Pelayanan Kesehatan terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita


Tabel 5.15. Pelayanan Kesehatan terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Pneumonia confidence
Pelayanan Chi-
Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Kesehatan Square
f % f % Lower Upper
Baik 13 28.26 36 78.26 49 53.26
Kurang 33 71.74 10 21.74 43 46.74 21.13 1 9.14 3.53 23.63
Total 46 100.00 46 100.00 92 100

Diketahui dari hasil analisis data dan Square 21.13 > X2 Tabel 3,841 yang memiliki
diperoleh nilai OR 9.14 yang berarti memiliki makna ada hubungan yang signifikan antara
risiko 9 (sembilan) kali lipat dimana nilai variable Pelayanan Kesehatan dengan kejadian
ambang batas bawah 3.53 dan nilai ambang Pneumonia.
batas atas 23.63, dimana diketahui pula nilai Chi
5. Herediter terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Tabel 5.16. Herediter terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita

Pneumonia confidence
Chi-
Herediter Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Square
f % f % Lower Upper
Baik 37 80.43 27 58.70 64 69.57
Kurang 9 19.57 19 41.30 28 30.43 4.16 1 0.35 0.13 0.88
Total 46 100.00 46 100.00 92 100

Diketahui dari hasil analisis data dan ambang batas atas 0.88, dimana diketahui pula
diperoleh nilai OR 0.39 yang berarti memiliki nilai Chi Square 4.16 > X2 Tabel 3,841 yang
risiko 0 (nol) kali lipat atau hampir tidak beresiko memiliki makna ada hubungan antara variable
dimana nilai ambang batas bawah 0.13 dan nilai herediter dengan kejadian Pneumonia.
6. Pengetahuan Orang Tua terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Tabel 5.17. Pengetahuan Orang Tua terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita

Pneumonia confidence
Pengetahuan Chi-
Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Orang Tua Square
f % f % Lower Upper
Baik 10 21.74 39 84.78 49 53.26
Kurang 36 78.26 7 15.22 43 46.74 34.23 1 20.06 6.90 58.29
Total 46 100.00 46 100.00 92 100

Diketahui dari hasil analisis data dan Square 34.23 > X2 Tabel 3,841 yang memiliki
diperoleh nilai OR 20.06 yang berarti memiliki makna ada hubungan yang signifikan antara
risiko 20 (dua puluh) kali lipat dimana nilai variable pengetahuan orang tua dengan kejadian
ambang batas bawah 6.90 dan nilai ambang batas Pneumonia.
atas 58.29, dimana diketahui pula nilai Chi

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


8

7. Sikap Orang Tua terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita


Tabel 5.18. Sikap Orang Tua terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita
Pneumonia confidence
Sikap Orang Chi-
Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Tua Square
f % f % Lower Upper
Baik 12 26.09 29 63.04 41 44.57
Kurang 34 73.91 17 36.96 51 55.43 11.26 1 4.83 1.99 11.77
Total 46 100.00 46 100.00 92 100

Diketahui dari hasil analisis data dan 11.17, dimana diketahui pula nilai Chi Square
diperoleh nilai OR 4.83 yang berarti memiliki 11.26 > X2 Tabel 3,841 yang memiliki makna ada
risiko 4 (empat) kali lipat dimana nilai ambang hubungan yang signifikan antara variable sikap
batas bawah 1.99 dan nilai ambang batas atas orang tua dengan kejadian Pneumonia.
8. Tindakan Orang Tua terhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita

Tabel 5.19. Tindakan Orang Tuaterhadap risiko kejadian Pneumonia pada balita

Pneumonia confidence
Tindakan Orang Chi-
Kasus Kontrol Σ % df OR Internal
Tua Square
f % f % Lower Upper
Baik 5 10.87 37 80.43 42 45.65
Kurang 41 89.13 9 19.57 50 54.35 42.10 1 33.71 10.36 109.72
Total 46 100.00 46 100.00 92 100

Diketahui dari hasil analisis data dan Chi Square 42.10 > X2 Tabel 3,841 yang
diperoleh nilai OR 33.71 yang berarti memiliki memiliki makna ada hubungan yang signifikan
risiko 30 (tiga puluh) kali lipat dimana nilai antara variable tindakan orang tua dengan
ambang batas bawah 10.36 dan nilai ambang kejadian Pneumonia.
batas atas 109.72, dimana diketahui pula nilai
Pembahasan Peneliti sebelumnya menyatakan hal yang
sama, dimana anak yang tidak mendapat ASI
6.1 Riwayat Kesehatan Anak terhadap risiko eksklusif 4,55 kali lebih mungkin terkena
kejadian Pneumonia pada balita pneumonia dibandingkan dengan anak yang
Diketahui dari hasil analisis data dan mendapat ASI eksklusif (OR: 4,55 dan P = 0,009).
diperoleh nilai OR 9.50 yang berarti memiliki Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar et al.
risiko 9 (sembilan) kali lipat, dimana diketahui (2018) juga menunjukkan hasil yang serupa
pula nilai Chi Square 20.13 > X2 Tabel 3,841 yang dimana anak yang tidak mendapat ASI eksklusif
memiliki makna ada hubungan yang signifikan memiliki peluang 7,22 kali lebih besar terkena
antara riwayat kesehatan balita dengan kejadian pneumonia dibandingkan anak yang mendapat
pneumonia. Riwayat kesehatan anak dalam ASI eksklusif (P = 0,006 dan OR: 7,22) (Hidayani,
penelitian ini yang dimaksud adalah terdiri dari 2018).
ASI Ekslusif, BBL, Status Gizi dan termasuk Untuk bayi dengan berat badan lahir
riwayat penyakit sebelumnya. rendah (BBLR),dapat memeliki permasalahn
Riwayat kesehatan berdasarkan Air Susu dimulai dari pembentukan zat anti imun kurang
Ibu (ASI) merupakan cairan yang terbentuk dari sempurna, resiko infeksi terutama pneumonia,
campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat sehingga resiko kematian lebih besar dari berat
pada protein, laktosa dan garam anorganik yang badan lahir normal. Balita yang memiliki riwayat
dihasilkan oleh kelenjar susu ibu, serta bermanfaat BBLR berisiko tinggi menderita pneumonia akibat
sebagai makanan bayi yang dipercaya dapat gangguan tumbuh kembang dan ketidakdewasaan
mencegah terjadinya penyakit (Maryunani, 2013). pada organ saluran pernafasan (Hartati, 2010).

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


9

Hal ini diperkuat dari hasil penelitian 6.2 Keadaan Lingkungan terhadap risiko
dengan variable yang sama dimana bahwa BBLR kejadian Pneumonia pada balita
merupakan faktor risiko 4.136 kali menderita Diketahui dari hasil analisis data dan
pneumonia. Bayi yang memiliki berat badan lahir diperoleh nilai OR 10.45 yang berarti memiliki
rendah pada bulan pertama kelahiran akan mudah risiko 10 (sepuluh) kali lipat, dimana diketahui
tertular pneumonia dan infeksi saluran pernafasan pula nilai Chi Square 21.88 > X2 Tabel 3,841 yang
lainnya karena pembentukan zat aktif imunitasnya memiliki makna ada hubungan yang signifikan
masih belum sempurna (Sugihartono, 2012). antara variable keadaan lingkungan dan kejadian
Selain itu Status gizi dan infeksi saling pneumonia pada balita.
berhubungan, karena infeksi dapat menyebabkan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
status gizi kurang dan sebaliknya status gizi juga (Sugihartono, 2012), yang menyimpulkan ada
dapat menyebabkan infeksi. Sumber energi hubungan yang signifikan antara kepadatan
didalam tubuh akan habis karena reaksi hunian dengan kejadian pneumonia pada anak
imunulogi yang normal akan terhambat akibat ballita. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
infeksi (Mutya & Sarlis, 2018). Hal ini juga penelitian yang dilakukan (Wulandari, P.S., et al,
diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya dimana 2016), menunjukan, balita yang tinggal di
balita yang memiliki status gizi kurang berpeluang kepadatan hunian tinggi memiliki risiko 4,4
6,52 kali lebih tinggi untuk menderita pneumonia kali lebih besar menderita pneumonia
dibandingkan balita dengan status gizi baik. (P.Value=0,005 dan OR: 4,4).
Penelitian tahun terbaru juga mengatakan hasil Standar luas ventilasi rumah menurut
yang sedemikian rupa yakni balita dengan status Kepmenkes RI No 829 Tahun 1999 adalah
gizi buruk/kurang memiliki peluang 3,85 kali minimal 10% dari luas lantai. Ruangan yang
berisiko menderita pneumonia dibandingkan balita ventilasinya kurang baik akan membahayakan
dengan status gizi baik (OR: 3,85) (Frini, Merlinda, kesehatan khususnya saluran pernafasan.
et al, 2018). Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya
Riwayat kesehatan lainnya yang sangat debu dan uap air. Jumlah bakteri udara akan
berpengaruh untuk pencegahan pneumonia yaitu bertambah jika penghuninya ada yang menderita
Status imunisasi mempengaruhi daya tahan tubuh penyakit saluran pernafasan.
atau imunitas seseorang. Semakin lengkap Dari hasil Penelitian yang telah dilakukan
imunisasi makaakan semakin bertambah daya oleh (Padmonobo;, 2012) dengan hasil penelitian
tahan tubuhnya. Namun sebaliknya, imunisasi yaitu ada hubungan yang bermakna antara luas
yang tidak lengkap cenderung hanya mendekatkan ventilasi kamar tidur yang tidak memenuhi syarat
bayi dari penyakit tertentu saja (Imelda, 2017). (< 10% dari luas lantai) dengan kejadian
Hasil penelitian yang dilakukan pneumonia pada balita. Penelitian sebelumnya
menyatakan, balita yang status imunisasinya tidak denganvariabel yang sama menyatakan adanya
lengkap memiliki peluang 7,8 kali lebih berisiko hubungan yang bermakna antara luas ventilasi
menderita pneumonia dibandingkan dengan balita yang tidak memenuhi syarat (< 10% dari luas
dengan status imunisasi lengkap (P = 0,006 dan lantai) dengan kejadian pneumonia pada balita
OR: 7,8). Penelitian tahun terbaru juga yang memperoleh nilai p = 0,003 (Sari, 2017).
menyatakan hal yang sama dimana balita dengan Keputusan Menteri Kesehatan
status imunisasinya tidak lengkap berisiko 2 kali Republik Indonesia Nomor
menderita penyakit pneumonia dibandingkan 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
balita dengan status imunisasinya lengkap rumah tinggal bahwa syarat lantai yang baik
(P.Value = 0,034 dan OR: 1,93) (Adawiyah & adalah yang kedap air dan mudah dibersihkan,
Duarsa, 2016) seperti lantai yang terbuat dari keramik, ubin atau
Dengan demikian peneliti berasumsi semen yang kedap dan kuat. Lantai rumah yang
bahwa pentingnya memprioritaskan kebutuhan tidak kedap air dan sulit untuk dibersihkan akan
kesehatan balita dimana balita merupakan sangat menjadi tempat perkembangan dan pertumbuhan
rentan terjangkit penyakit baik pneumonia maupun mikroorganisme di dalam rumah.
penyakit lainnya, sebab selain melihat sisi Berdasarkan hasil pnelitian yang di ulas
kemanusian juga merupakan bagian dari Bersama dengan beberapa refernsi serta hasil
pemeliharaan asset negara untuk masa depan penelitian sebelumnya bahwa hunian maupun
dengan terciptanya generasi muda yang lebih baik lingkungan tempat tinggal balita harus lebih di
dan berkualitas. perhatikan sebab dengan lingkungan fisik di
sekitar yang tidak terkontrol baik dari sisi

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


10

kesehatannya akan lebih mudah berbagai balita yang dinilai sangat rentan terjangkit
microorganism berkembangbiak dengan mudah penyakit, atau masalah kesehatan dan kecacatan
dan cepat sehingga balita akan rentan sakit. baik fisik (pertumbuhannya) dan mental
6.3 PHBS terhadap risiko kejadian (perkembangannya).
Pneumonia pada balita 6.4 Pelayanan Kesehatan terhadap risiko
Diketahui dari hasil analisis data dan kejadian Pneumonia pada balita
diperoleh nilai OR 9.82 yang berarti memiliki Diketahui dari hasil analisis data dan
risiko 9 (sembilan) kali lipat, dimana diketahui diperoleh nilai OR 9.14 yang berarti memiliki
pula nilai Chi Square 21.54 > X2 Tabel 3,841 yang risiko 9 (sembilan) kali lipat, dimana diketahui
memiliki makna ada hubungan yang signifikan pula nilai Chi Square 21.13 > X2 Tabel 3,841 yang
antara PHBS dengan kejadian Pneumonia pada memiliki makna ada hubungan yang signifikan
Balita. antara pelayanan kesehatan dengan kejadian
Derajat kesehatan tidak hanya ditentukan pneumonia.
oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih Pelayanan kesehatan adalah sebuah
dominan justru adalah lingkungan dan perilaku konsep yang digunakan dalam memberikan
masyarakat. Salah satu upaya untuk mengubah layanan kesehatan kepada masyarakat. Layanan
perilaku masyarakat agar mendukung kesehatan kepada masyarakat merupakan sebuah
peningkatan derajat kesehatan dilakukan dengan sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
melalui program pembinaan Perilaku Hidup utamanya adalah pelayanan preventif
Bersih dan Sehat (PHBS) (Fitrianingsih, 2014). (pencegahan) dan promotif (peningkatan
Perilaku merokok dilihat dari berbagai kesehatan) dengan sasaran masyarakat (Frini,
sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri Merlinda, et al, 2018).
sendiri maupun orang di sekelilingnya. Dilihat Menurut Depkes RI (2009) pelayanan
dari sisi individu yang bersangkutan, ada kesehatan adalah setiap upaya yang
beberapa riset yang mendukung pernyataan diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama
tersebut. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti meningkatkan kesehatan, mencegah dan
nikotin, CO (Karbon monoksida) dan tar akan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan atupun masyarakat. Berdasarkan Pasal 52 ayat (1)
tekanan darah meningkat dan detak jantung UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara
bertambah cepat. menstimulasi penyakit kanker umum terdiri dari dua bentuk pelayanan
dan berbagai penyakit yang lain seperti kesehatan yaitu: a. Pelayanan kesehatan
penyempitan pembuluh darah, tekanan darah perseorangan (medical service) Pelayanan
tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh
(Anwar & Dharmayanti, 2014). perorangan secara mandiri (self care), dan
Bagi ibu hamil, rokok menyebabkan keluarga (family care) atau kelompok anggota
kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan
mortalitas prenatal, kemungkinan lahir dalam penyakit dan memulihkan kesehatan
keadaan cacat, dan mengalami gangguan dalam perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan
perkembangan. Indikator terendah selanjutnya perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi
adalah olahraga atau aktivitas fisik. Sebagian pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit,
besar penduduk yang mata pencahariannnya klinik bersalin, praktik mandiri. b. Pelayanan
adalah petani, pekebun dan pengembala sapi kesehatan masyarakat (public health service)
menganggap dirinya sudah melakukan olahraga Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan
dengan sejumlah aktivitas fisik yang mereka oleh kelompok dan masyarakat yang bertujuan
lakukan. Paradigma yang sedemikian rupa untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
menjadi faktor utama rendahnya jumlah yang mengacu pada tindakan promotif dan
penduduk yang berolahraga (Natsir, 2019). preventif.
PHBS bagian penting dari pemeliharaan Upaya pelayanan masyarakat tersebut
dasar kesehatan oleh orang tua balita dimana dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan
dengan memberlakukan PHBS menjadikan masyarakat tertentu seperti puskesmas. Kegiatan
kebutuhan untuk peningkatan derajad pelayanan kesehatan secara paripurna diatur
kesehatannya dengan ini dapat menurunkan dalam Pasal 52 ayat (2) UU Kesehatan
angka kesakitan dan kematian khususnya bagi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: a.

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


11

Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan 4.16 > X2 Tabel 3,841 yang memiliki makna ada
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan hubungan Herediter dengan kejadian Pneumonia
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan Kesehatan masyarakat sangat
yang bersifat promosi kesehatan. b. Pelayanan dipengaruhi oleh lingkungan, pelayanan
kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan kesehatan, perilaku dan keturunan. Berbagai
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. c. komponen lingkungan seperti pangan, serangga,
Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan air maupun manusia itu sendiri merupakan faktor
dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang risiko kesehatan lingkungan. Lingkungan hidup
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, manusia pada dasarnya terdiri atas dua bagian
pengurangan penderitaan akibat penyakit, yaitu lingkungan hidup internal, berupa keadaan
pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan dinamis dan seimbang yang disebut bomeostatis
agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh
mungkin. d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, manusia yang terdiri dari tiga komponen.
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk Komponen lingkungan eksternal terdiri atas
mengembalikan bekas penderita ke dalam lingkungan fisik, lingkungan biologis dan
masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai lingkungan social (Artawan, Putu, & I., 2016)
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya Faktor genetik merupakan faktor yang
dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai telah ada dalam diri manusia dibawa sejak lahir.
dengan kemampuannya. Faktor genetik sulit di intervensi karena bersifat
Jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan bawaan dari orang tua. Penyakit asma merupakan
mempunyai hubungan yang bermakna dengan salah satu contoh yang dapat diturunkan dari
kejadian pneumonia balita. Dikatakan bahwa orang tua dan merupakan faktor resiko dari
balita yang dekat dengan sarana kesehatan penyakit Pneumonia. Anak-anak yang memiliki
mempunyai efek perlindungan yang lebih tinggi riwayat asma akan berisiko terkena radang paru-
dibandingkan dengan balita yang jauh dari sarana paru (Adawiyah & Duarsa, 2016).
kesehatan (Artawan, Putu, & I., 2016). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan
Dalam penelitian ini yang dimaksud bahwa balita yang mempunyai riwayat asma
dengan pelayanan kesehatan dikhususkan pada mempunyai peluang mengalami pneumonia
RSUD Kabupaten Konawe. Sebelum berobat ke sebanyak 1,83 kali dibandingkan dengan balita
rumah sakit biasanya ibu melakukan pengobatan yang tidak mempunyai riwayat asma, namun hasil
sendiri ketika bayinya sakit. Ibu bayi cenderung uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan
akan mengantarkan anaknya ke rumah sakit jika antara riwayat asma pada balita dengan kejadian
kondisi benar-benar parah sehingga pertolongan pneumonia (p value= 0,366; α=0,05) (Hartati,
awal sulit dilakukan. 2010).
Selain membawa bayinya berobat ke Gambar diatas memperlihatkan sehat
RSUD Kabupaten Konawe, mungkin ibu tidaknya seseorang tergantung 4 faktor yaitu
sebelumnya telah membawakan anaknya ke keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan
pelayanan kesehatan lainnya seperti praktek kesehatan. Faktor tersebut berpengaruh langsung
bidan, klinik, puskesmas ataupun rumah sakit pada kesehatan dan juga berpengaruh satu sama
lainnya. Namun pada saat berobat ke Rumah Sakit lain. Status kesehatan akan tercapai optimal jika
Kabupaten Konawe, kondisi bayi sudah lebih empat faktor tersebut kondisinya juga optimal.
parah dan lebih berat penangannanya. Dengan Bila salah satu faktor terganggu, status kesehatan
demikian orang tua kurang bijak dalam tergeser kearah di bawah optimal (Onny &
melakukan langkah awal untuk proses Sartika, 2012).
penangannanya hal ini biasanya dikarenakan Keturunan (genetik) merupakan faktor
minimnya pengetahuan orang tua dalam yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa
mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
penyakit pneumonia pada balita nya. keturunan seperti diabetes melitus dan asma
6.5 Herediter terhadap risiko kejadian bronchial. Keturunan adalah faktor risiko yanng
Pneumonia pada balita tidak mungkin kita hindari. Penyakit yang dapat
Diketahui dari hasil analisis data dan diturunkan dari orang tua dan menjadi faktor
diperoleh nilai OR 0.39 yang berarti memiliki risiko pneumonia adalah penyakit asma (Seyawati
risiko 0 (nol) kali lipat, atau hampir tidak & Marwiati, 2018)
beresiko, dimana diketahui pula nilai Chi Square Dengan demikian peneliti dapat
berasumsi bahwa keturunan merupakan bagian

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


12

yang tidak terpisahkan untuk beresiko terjadinya anak, sehingga perlunya informasi terkait deteksi
pneumonia namun hal tersebut hanya sedikit dini pneumonia, sebab ibu dengan pengetahuan
kemungkinan sebab faktanya pneumonia lebih yang kurang terhadap pneumonia sangat beresiko
banyak disebabkan oleh lingkungan, prilaku yang yaitu 20 kali lipat beresiko terjadinya pneumonia
kurang baik terkait PHBS, dan tidak lengkapnya pada balita.
imunisasi. Dengan demikian peneliti dapat
6.6 Pengetahuan Orang Tua terhadap risiko mengasumsikan bahwa pengetahuan merupakan
kejadian Pneumonia pada balita bagian yang tak terpisahkan dari prilaku serta
Diketahui dari hasil analisis data dan tindakan seseorang termasuk untuk pencegahan
diperoleh nilai OR 20.06 yang berarti memiliki dan penanganan dasar serta penentuan langkah
risiko 20 (dua puluh) kali lipat, dimana diketahui langkah awal bagi orang tua untuk mengambil
pula nilai Chi Square 34.23 > X2 Tabel 3,841 yang keputusan bagi balita yang mengalami
memiliki makna ada hubungan yang signifikan pneumonia.
antara pengetahuan orang tua dengan risiko 6.7 Sikap Orang Tua terhadap risiko
kejadian pneumonia. kejadian Pneumonia pada balita
Negara atau masyarakat berstatus Diketahui dari hasil analisis data dan
ekonomi rendah pengetahuan tentang kesehatan diperoleh nilai OR 4.83 yang berarti memiliki
dan lingkunganya rendah, sehingga keadaan risiko 4 (empat) kali lipat, dimana diketahui pula
kesehatan lingkunganya buruk. Hal ini nilai Chi Square 11.26 > X2 Tabel 3,841 yang
mengakibatkan adanya populasi berisiko tinggi memiliki makna ada hubungan yang signifikan
terhadap penyakit menular dan siklus penularan antara sikap orang tua dengan risiko terjadinya
penyakit menular terus terjadi. Status ekonomi pneumonia.
dapat dilihat dari penghasilan per bulan, di mana Sikap (Attitude) merupakan konsep
negara yang tergolong berpenghasilan rendah paling penting dalam psikologi sosial yang
banyak menderita penyakit menular membahas unsur sikap baik sebagai individu
(Fitrianingsih, 2014) maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu untuk merumuskan pengertian sikap, proses
erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu terbentuknya sikap, maupun perubahan. Melalui
terhadap kesehatan dan pencegahan pneumonia sikap, kita memahami proses kesadaran yang
pada balitanya. Pada masyarakat dengan tingkat menentukan tindakan nyata dan yang tindakan
pendidikan yang rendah sering menunjukkan yang mungkin dilakukan individu dalam
pencegahan kejadian pneumonia yang kurang dan kehidupan sosialnya (Mochtar, 2013)
sebaliknya pada masyarakat dengan tingkat Pendidikan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan yang tinggi menunjuk-kan memperoleh pengetahuan baru, perubahan sikap,
pencegahan kejadian pneumonia yang lebih baik adopsi perilaku baru atau pelaksanaan
(Dharmawati, Ayu Tri, et al, 2017) keterampilan baru (Kusumawardani, Rekawati,
Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa et al. 2019). Sedangkan menurut Notoatmodjo
usia ibu di atas 30 tahun memiliki pengetahuan (2012) pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
lebih, semakin banyak pengetahuan akan sesuai atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu
dengan tindakan, sehingga dapat melakukan individu, keluarga dan komunitas dalam
pencegahan pneumonia Hal ini dapat diasumsikan meningkatkan perilakunya untuk mencapai
bahwa pengetahuan yang kurang akan berdampak kesehatan yang optimal. Tujuan pendidikan
pada angka kesakitan dan kematian akibat kesehatan adalah membantu individu, keluarga
pneumonia, Pendidikan yang tinggi tanpa atau komunitas untuk mencapai tingkat yang
didukung pengetahuan, tindakan, dan kurangnya optimal (Iswari, B.M., et al, 2017).
kesadaran tentang kesehatan maka tidak mampu Mekanisme mental yang mengevaluasi,
mecegah terjadinya pneumonia. Pengetahuan membentuk pandangan,mewarnai perasaan dan
tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal akan ikut menentukan kecenderungan perilaku
tetapi juga dapat didapatkan dari pendidikan non individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu
formal seperti dari media cetak, media elektonik, yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan
dan dari pengalaman teman. terhadap diri individu itu sendiri disebut
Pengetahuan primer yang kurang fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul
memiliki pengaruh negative terhadap kebiasaan tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang
ibu untuk hidup bersih dan hasilnya sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya
meningkatkan penyakit seperti pneumonia pada dengan pengalamanpengalaman masa lalu, oleh

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


13

situasi di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan Tindakan adalah wujud dari perilaku,
untuk masa yang akan datang (Notoatmodjo, untuk meningkatkan tindakan orangtua dalam
2016). pencegahan Pneumonia dapat dilakukan dengan
Menurut Kartini (2005) yang mengatakan meningkatkan pengetahuan orangtua. Menurut
bahwa semakin baik sikap ibu terhadap kesehatan asumsi peneliti bahwa benar jika semakin baik
seorang anak maka akan mengurangi resiko tindakan ibu dalam aktivitas sehari-hari maka
terjadinya kejadian ISPA pada balita. Dan akan semakin rendah angka kejadian Pneumonia
sebaliknya apabila semakin buruk sikap ibu pada balita begitupun jika sebaliknya. Semua
terhadap kesehatan anaknya, maka resiko terjadi tindakan yang dilakukan ibu adalah cerminan dari
kejadian ISPA pada balita akan semakin tinggi. sikap ibu batita itu sendiri dalam upaya
Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang menurunkan resiko kejadian Pneumonia.
negatif terhadap suatu objek, maka ia akan Hal ini sesuai dengan teori Bloom dalam
memiliki sikap yang menunjukkan atau Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa
memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
normanorma yang berlaku dimana inidividu itu lebih langgeng daripada perilaku yang tidak 90
berada. Peneliti berasumsi kurang baiknya sikap didasari pengetahuan. Perilaku atau tindakan yang
ibu terhadap kejadian pneumonia ini disebabkan didasari pengetahuan yang baik akan
karena kurangnya respon ibu terhadap kejadian menghasilkan hal yang baik tentunya
pneumoni akibat kurangnya terpapar informasi Dalam bidang kesehatan masyarakat
seperti penyuluhan atau pendidikan kesehatan khususnya pendidikan kesehatan, mempelajari
tentang pneumonia. perilaku adalah sangat penting. Karena
pendidikan kesehatan sebagai bagian dari
6.8 Tindakan Orang Tua terhadap risiko kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media
kejadian Pneumonia pada balita atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-
Diketahui dari hasil analisis data dan psikologis sedemikian rupa sehingga individu
diperoleh nilai OR 33.71 yang berarti memiliki atau masyarakat berperilaku melakukan tindakan
risiko 30 (tiga puluh) kali lipat, dimana diketahui sesuai dengan norma-norma hidup sehat. Dengan
pula nilai Chi Square 42.10 > X2 Tabel 3,841 yang kata lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk
memiliki makna ada hubungan yang signifikan merubah perilaku individu atau masyarakat
antara tinakan engan kejadian peneumonia. sehingga sesuai dengan norma-norma hidup
Perubahan perilaku atau tindakan baru itu sehat.
terjadi melalui tahap-tahap atau proses perubahan
yaitu sikap dan tindakan. Apabila memiliki sikap Kesimpulan
yang baik otomatis tindakan seseorang tersebut Berdasarkan hasil penelitian dan
pasti akan baik. Namun beberapa penelitian juga pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu berikut :
melalui tahaptahap tersebut, bahkan dalam 1. Riwayat Kesehatan Balita memiliki risiko 9
praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya (sembilan) kali lipat terhadap kejadian
seseorang berperilaku baik meskipun sikapnya pneumonia
masih negatif. 2. Keadaan Lingkungan memiliki risiko 10
Perilaku orangtua dalam mencegah (sepuluh) kali lipat terhadap kejadian
PNEUMONIA akan terwujud dengan tindakan- pneumonia
tindakan dalam pencegahan PNEUMONIA yang 3. PHBS memiliki risiko 9 (sembilan) kali lipat
meliputi memberikan gizi yang baik, memberikan terhadap kejadian pneumonia
imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya 4. Pelayanan Kesehatan memiliki risiko 9
tahan tubuh terhadap penyakit baik, menjaga (sembilan) kali lipat terhadap kejadian
kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap pneumonia
bersih. Mencegah anak berhubungan dengan klien 5. Herediter memiliki risiko 0 (nol) kali lipat,
yang terjangkit Pneumonia. Menurut Moore dan atau hampir tidak beresiko, terhadap kejadian
Patricia (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor Pneumonia
yang mempengaruhi perilaku individu berupa 6. Pengetahuan Orang Tua memiliki risiko 20
usia, dan pekerjaan. Selanjutnya Bostrom (2005) (dua puluh) kali lipat, terhadap kejadian
mengemukakan bahwa faktor pendidikan sangat Pneumonia
berpengaruh terhadap perilaku. 7. Sikap Orang Tua memiliki risiko 4 (empat)
kali lipat, terhadap kejadian Pneumonia

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


14

8. Tindakan Orang Tua memiliki risiko 30 (tiga Pneumonia pada Pasien Anak di RSUP
puluh) kali lipat, Kejadian Pneumonia Sanglah. Jurnal Ilmu Kesehatan Anak
9. Variable sikap orang tua merupakan variabel Fakultas Kedokteran Universitas
yang paling kuat berhubungan dengan Udayana, 418-422.
Kejadian Pneumonia.
Dharmawati, Ayu Tri, et al. (2017). Hubungan
Saran Faktor Kondisi Fisik Rumah dan Perilaku
Hasil penelitian ini setelah diulas secara dengan Insiden Pneumonia pada Anak
singkat dan disimpulkan untuk setiap variabelnya Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
dengan demikian ada beberapa saran yang peneliti Yosomulyo Kota Metro. Jurnal Ilmu
sampaikan dari hasil penelitian ini yaitu: Kesehatan Masyarakat, 6-13.
1. Pemerintah Kabupaten Konawe
Agar lebih memprioritaskan dalam Fitrianingsih, N. (2014). HUBUNGAN
penyelesaian masalah kesehatan khususnya ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH
penyakit pneumonia guna mempersempit DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN
penyebarannya, serta mencari sumber PNEUMONIA PADA BALITA DI
permasalahan termasuk kedisiplinan para WILAYAH KERJA PUSKESMAS
usaha pertambangan dikabupaten konawe MLATI II YOGYAKARTA. Jurnal
untuk tetap memperhatikan dan Keperawatan UMY, 1-7.
memprioritaskan kesehatan masyarakat Frini, Merlinda, et al. (2018). Faktor Risiko
sekitar. Kejadian Pneumonia pada Balita di
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kota
Terkhusus bagi penanganan program Palu. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1.
penyakit menular di Kabupaten Konawe agar
lebih intens lagi dalam pencegahan penyakit, Hartati, S. (2010). Hartati, Susi, Analisis Faktor
dengan meningkatkan survey epidemiologi Risiko Yang Berhubungan Dengan
atau survelans guna mendapatkan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di
permasalahan di wilayah Kabupaten Konawe RSUD Pasar Rebo. Jurnal Keperawatan
serta bahan pertimbangan dalam pengambilan UI Depok, 1.
kebijakan oleh pemerintah.
3. RSUD Kabupaten Konawe Hidayani. (2018). Faktor – Faktor yang
Disarankan agar lebih memberikan berhubungan dengan Kejadian
Health Edukasi bagi orang tua dengan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja
memiliki balita sakit khususnya dengan Puskesmas Sariwangi Kabupaten
diagnose pneumonia, dan menindaklanjuti Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan
laporan kejadian pneumonia untuk Bidkesmas, 1.
diprioritaskan dalam pemcegahan oleh pihak
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe. Imelda. (2017). Hubungan Berat Badan Lahir
Rendah dan Status Imunisasi dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
DAFTAR PUSTAKA pada Balita di Aceh Besar. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 2.

Adawiyah, R., & Duarsa. (2016). Faktor – Faktor Iswari, B.M., et al. (2017). Hubungan Status
yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Imunisasi: DPT-HB-HIB dengan
Pneumonia pada Balita di Puskesmas Pneumonia pada Balita Usia 12-24 Bulan
Susunan Kota Bandar Lampung. Jurnal di Puskesmas Babakan Sari Kota
Kedokteran Yarsi, 061-068. Bandung. Jurnal Keperawatan , 2.

Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014). Pneumonia Kevin, W. (2019, 11 12).


pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal https://www.unicef.org/indonesia/id.
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 8. Retrieved 3 24, 2020, from
https://www.unicef.org/indonesia/id:
Artawan, P. S., & I. G. (2016). Hubungan antara https://www.unicef.org/indonesia/id/pres
Status Nutrisi dengan Derajat Keparahan s-releases/lembaga-kesehatan-dan-anak-

JNH, Vol 6 No 2 September 2021


15

memeringatkan-satu-anak-meninggal- Sugihartono. (2012). Analisis Faktor Risiko


akibat-pneumonia-setiap Kejadian Pneumonia Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota
Mochtar, R. (2013). Rahasia Hidup Sehat dan Pagar Alam. Jurnal Kesehatan
Bahagia. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Lingkungan Indonesia, 11.
Populer.
Wulandari, P.S., et al. (2016). Hubungan
Mutya, F., & Sarlis, N. (2018). Hubungan Status Lingkungan Fisik Rumah dengan
Gizi dengan Pneumonia pda Balita di Kejadian Pneumonia pada Balita di
Puskesmas Umban Sari Pekanbaru Wilayah Kerja pUskesmas Jatisampurna
Tahun. J Endurance , 325-329. Kota Bekasi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4.
Natsir, M. F. (2019). Perilaku Hidup Bersih dan
sehat pada tatanan Rumah Tangga
masyarakat Desa Parang Baddo.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
UNHAS, 54-59.

Notoatmodjo, S. (2016). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Onny, & Sartika. (2012). Faktor Lingkungan


Rumah Dan Praktik Hidup Orang Tua
Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Pneumonia Pada Anak Balita Di
Kabupaten Kubun Raya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 153-
159.

Padmonobo;. (2012). . Hubungan Faktor – Faktor


Lingkungan Fisik Rumah dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di
wilayah Kerja Puskesmas jatibarang
Kabupaten Brebes. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 2.

Profil Kesehatan Provinsi Sultra. (2019). Profil


Kesehatan. Sulawesi Tenggara: Dinas
Kesehatan Provinsi Sultra.

Profil Kesehatan RSUD Kabupaten Konawe.


(2020). Rekam Medik RSUD Kabupaten
Konawe. Kabupaten Konawe: RSUD
Kabupaten Konawe.

Sari, A. (2017). Analisis Faktor Risiko Intrinsik


yang Berhubungan dengan Pneumonia
pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika, 1.

Seyawati, A., & Marwiati. (2018). Tatalaksana


Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Literature
Review, 1.

JNH, Vol 6 No 2 September 2021

Anda mungkin juga menyukai