Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Masalah keagenan (agency problem) pada awalnya dieksplorasi oleh Ross

(1973), sedangkan eksplorasi teoritis secara mendetail dari teori keagenan pertama

kali dinyatakan oleh Jensen and Mecking (1976) yang menyebutkan manajer

suatu perusahaan sebagai “agen” dan pemegang saham “principal”. Pemegang

saham yang merupakan principal mendelegasikan pengambilan keputusan bisnis

kepada manajer yang merupakan perwakilan atau agen dari pemegang saham.

Jensen (1986) agency theory menunjukkan bahwa manajer pada

perusahaan dengan peluang investasi yang buruk cenderung untuk

mempertahankan kas dari pada melakukan pembayaran. Agency theory memegang

dua hipotesis : Free cash flow hypothesis dan Risk-Reduction Hypothesis

a. Free Cash Flow Hypothesis

Cash holdings dipandang sebagai free cash flow karena kas dapat

digunakan oleh manajer untuk melayani kepentingan mereka sendiri dengan

mengorbankan pemegang saham, sehingga memperburuk konflik kepentingan

antara dua pihak. Manajer mempunyai insentif dan inisiatif untuk membentuk kas

dalam rangka meningkatkan aset yang dapat manajer kuasai. Meningkatnya aset

yang dikuasai perusahaan ini mengakibatkan manajer mempunyai kekuatan


keputusan yang semakin besar (discretionary power) atas perusahaan dan

keputusan investasi (Jensen, 1986).

Opler et al., (1999) menggunakan kepemilikan manajerial untuk menguji

teori agency tetapi tidak menemukan bukti empiris terakhir untuk mendukung

penelitian. Dittmar et al., (2003) studi perusahaan di 45 negara dan menemukan

bahwa negara-negara dengan perlindungan hak-hak pemegang saham yang buruk

memegang lebih banyak kas. Mereka juga menemukan ciri khas faktor-faktor

penentu cash holdings, seperti peluang investasi dan information asymmetry

kurang signifikan ketika negara memiliki perlindungan investor yang buruk dan

perusahaan-perusahaan memegang lebih banyak kas ketika lebih mudah untuk

mengakses dana. Semakin besar agency problem di negara-negara, semakin tinggi

cash holdings di perusahaan.

b. The Risk-Reduction Hypothesis

Risk-Reduction Hypothesis menganggap cash holdings sebagai investasi

bebas risiko dan karena manajer menghindari risiko akan meningkatkan cash

holdings untuk mengurangi eksposur risiko perusahaan sehingga memberikan

risiko positif proyek-proyek NPV (Tong, 2006).

Permasalahan yang muncul sebagai akibat sistem kepemilikan perusahaan

seperti ini bahwa adalah agen tidak selalu membuat keputusan-keputusan yang

bertujuan untuk memenuhi kepentingan terbaik principal. Salah satu asumsi utama

dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen yang berbeda dapat

memunculkan konflik karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar

tujuan pribadi, hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan manajer untuk


memfokuskan pada proyek dan investasi perusahaan yang menghasilkan laba

yang tinggi dalam jangka pendek daripada memaksimalkan kesejahteraan

pemegang saham melalui investasi di proyek-proyek yang menguntungkan jangka

panjang.

Terdapat cara-cara langsung yang digunakan pemegang saham untuk

memonitor manajemen perusahaan sehingga membantu memecahkan konflik

keagenan. Pertama, pemegang saham mempunyai hak untuk mempengaruhi cara

perusahaan dijalankan melalui voting dalam rapat umum pemegang saham, hak

voting pemegang saham merupakan bagian penting dari asset keuangan mereka.

Kedua, pemegang saham melakukan resolusi dimana suatu kelompok pemegang

saham secara kolektif melakukan lobby terhadap manajer (mewakili perusahaan)

berkenaan dengan isu-isu yang tidak memuaskan mereka. Pemegang saham juga

mempunyai opsi divestasi (menjual saham mereka), divestasi mereprestasikan

suatu kegagalan dari perusahaan untuk mempertahankan investor, dimana

divestasi diakibatkan oleh ketidakpuasan pemegang saham atas aktivitas manajer

(Warsono, 2009).

2.1.2 Kepemilikan Kas (Cash Holdings)

Cash adalah salah satu bagian dari banyak aset yang dewasa ini paling

liquid dan paling mudah berpindah tangan dalam transaksi. Cash holdings atau

kepemilikan kas dapat digunakan untuk transaksi seperti untuk pembayaran gaji

atau upah, pembelian aktiva tetap, membayar utang, membayar dividend dan

transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Cash adalah sebuah aset yang tidak
dapat menghasilkan sebuah “keuntungan”, maksudnya tidak sanggup untuk

keuntungan langsung dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, upaya-

upaya perlu pemanfaatan manajemen cash yang efektif dan efisiensi cash yang

optimal (Harjito dan Martono, 2005).

Cash terdiri atas koin, uang kertas, cek, money order (wesel atau kiriman

uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank), dan uang tunai

di tangan atau simpanan di bank atau semacam deposito. Aturan yang berlaku

umum di bank adalah jika bank menerima untuk disimpan di bank, maka itulah

kas. Menurut Retno Prasetyorini dalam Hussen (2013) cash dalah pembayaran

yang siap dan bebas digunakan untuk kegiatan umum perusahaan. Kas dapat

berupa uang tunai atau deposito di Bank untuk segera dan diterima sebagai alat

pembayaran sesuai dengan jumlahnya.

2.1.2.1 Tipe dari Cash

Menurut Retno Prasetyorini dalam Hussen (2013) yang meliputi cash

adalah:

1. Uang kertas dan uang logam

2. Cek dan giro

3. Deposito di bank dalam bentuk giro

4. Cek berjalan: cek yang dikeluarkan untuk waktu yang akan datang

5. Wesel : order untuk membayar sejumlah uang tertentu berdasarkan kebutuhan

pengguna

6. Cashier’s order : cek yang dibuat oleh bank, untuk sesaat waktu dapat

dicairkan oleh bank itu juga


7. Draft bank : sebuah cek atau perintah pembayaran pada sebuah bank yang

mempunyai akun pada bank lain dan diajukan pada permintaan

perseorangan/klien yang memiliki deposito di bank penulis pertama

Menurut Retno Prasetyorini dalam Hussen (2013) yang tidak termasuk

cash adalah:

1. Cek mundur

2. Deposito berjangka

3. Surat promes

4. Surat berharga

5. Cash disisihkan untuk tujuan tertentu dalam bentuk dana, seperti pembayaran

dividen, pembayaran utang obligasi

Dari keterangan diatas, kas memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Umumnya diakui sebagai sarana yang sah untuk pembayaran

b. Dapat digunakan sewaktu-waktu saat di butuhkan

c. Digunakan secara bebas

d. Diserahkan sesuai dengan ketentuan nilai nominal

2.1.3 Perusahaan Keluarga (Family Firm)

Claessens et al (2000) menjelaskan bahwa suatu perusahaan dapat

dikatakan sebagai perusahaan keluarga apabila terdapat kepemilikan individu atau

keluarga minimal sebesar 5%. Perusahaan dengan struktur kepemilikan keluarga

umumny bersifat cross-holding dimana pemegang saham keluarga atau saudara

dalam satu keluarga besar juga menempati posisi pada jajaran komisaris dan
jajaran eksekutif (Kim et al., 2011). Sedangkan dalamgpenelitian (Zhou et al.,

2017) perusahaan keluarga dibagi menjadi empatvtipe yaitu :

1. PerusahaanOpendiri, didefinisikan sebagaiOpendiri perusahaan memegang

posisi sebagaiOanggota dewan pengurus, CEO atau pemegang saham

besar(dengan minimal kepemilikan 5% saham)

2. PerusahaanOpewaris, didefinisikanOsebagai dimana ahliOwaris (karena

darahOatau perkawinan) perusahaanOmemegang posisi sebagaiOanggota

dewan pengurus,OCEOOatau pemegang saham besar(denganOminimal

kepemilikan 5% saham)

3. Perusahaan milik keluarga,didefinisakan sebagai satu atau beberapa anggota

sebuahOkeluarga memiliki lebih dari 10%Osaham beredar baik secara

langsung maupun tidakOlangsung melaluiOperusahaan kelaurgaa lain atau

dana yang dikendalikanOindividu atau dikendalikan keluarga atau dimiliki

sendiri.

4. Pemimpin atau pemilik perusahaan, didefinisikan sebagai CEO atau dewan

pengurus secara sekaligus merupakan pemegang saham signifikan dengan

minimal kepemilikan minimal 5%.

Karateristik unik perusahaan keluarga diuraikan dalam penelitian (Cheng,

2014) sebagai berikut :

1. Keluarga pendiri memiliki portofoli diversifikasi yang buruk karena

kepemilikan terkonsentrasi diperusahaan keluarga.


2. Keluarga pemilik punya pandangan panjang kedepan daripada pemegang

saham lain karena menganggap kepemilikan tersebut sebagai asset yang dapat

diwariskan pada generasi mendatang

3. Anggota keluarga secara aktif terlibat pada manjemen perusahaan mereka

baik sebagi eksekutif puncak atau direktur.

2.1.4 Corporate Governance

Menurut Nuryaman (2008) corporate governance (tata kelola) merupakan

salah satu elemen kunci untuk meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi

serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris,

pemegang saham, stakeholders lainnya. Corporate governance merupakan konsep

yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk

memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return

atas dana yang telah mereka investasikan (Herawaty, 2008).

Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia

(FCGI, 2004) corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang

menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak

kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan

eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka, atau dengan

kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate

governance juga merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai

perusahaan kepada para pemegang saham (Siallagan, 2006). Dalam penelitian ini

mekanisme corporate governance dilihat dari, kepemilikan institusional,


kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan

komisaris.

Menurut FCGI tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai

tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Corporate governance

dimaksudkan untuk :

1. Mengatur hubungan-hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris,

dan dewan direksi.

2. Mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang signifikan dalam strategi

korporasi. Korporasi adalah mekanisme yang dibangun agar berbagai pihak dapat

memberikan kontribusi berupa modal, keahlian (expertise), dan tenaga, demi

manfaat bersama.

3. Memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki

segera. Industri pasar modal telah berkembang. Secara teoritis, pratik good

corporate governance dapat meningkatkan nilai (valuation) perusahaan dengan

meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin

dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri

sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan

investor.

2.1.4.1 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

FCGI (2004) memuat uraian dalam Organization for Economic Co-

Operation and Development (OECD) bahwa terdapat empat unsur penting dalam

corporate governance, yaitu:


a. Keadilan (Fairness)

Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak

pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin

terlaksananya komitmen dengan para investor.

b. Transparansi (Transparancy)

Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas

dan dapat dibandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan

perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

c. Akuntabilitas (Accountability)

Menjelaskan peran dan tanggungjawab, serta mendukung usaha untuk

menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham

sebagaimana yang diawasi Dewan Komisaris.

d. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai

cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Sedangkan prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh

OECD (Effendi, 2009) mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham

Hak-hak pemegang saham adalah pemberian informasi yang benar,

tepat, & tepat waktu mengenai perusahaan yang berperan serta dalam

pengambilan keputusan mengenai perubahan yang mendasar dalam

perusahaan dan memperoleh bagian dari keuntungan perusahaaan.


b) Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham

Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham terutama pemegang

saham minoritas dan pemegang saham asing dalam hal keterbukaan informasi.

c) Peranan semua hak yang berkepentingan (stakeholder) dalam corporate

governance.

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh

hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan dan pemegang

kepentingan dalam mencapai tujuan perusahaan.

d) Keterbukaan dan transparansi

Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai

semua hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, kepemilikan serta para

pemegang kepentingan.

e) Akuntabilitas dewan komisaris

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin

adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap

manajemen oleh dewan komisaris, dan pertanggungjawaban dewan komisaris

terhadap perusahaan dan pemegang saham.

2.1.4.2 Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu yang tersistem untuk

mempengaruhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance

merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil

keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol/ pengawasan terhadap

keputusan.
Penelitian mengenai Corporate governance menghasilkan berbagai

mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras

dengan kepentingan stakeholder. Mekanisme Corporate Governance ada 2

kelompok (Herawaty, 2007):

a. Mekanisme Internal (Internal Mechanisme) adalah cara untuk

mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal,

seperti komposisi dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan

kompensasi eksekutif.

b. Mekanisme eksternal (External mechanisme) adalah cara mempengaruhi

perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal seperti pengendalian

oleh pasar dan level debt financing, peraturan hukum, investor, akuntan publik.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait hubungan antara corporate governance dengan cash

holdings cukup banyak dilakukan dalam beberapa dekade ini. Namun, penelitian

terkait dengan dominasi kepemilikan saham oleh golongan tertentu (keluarga)

masih belum banyak diteliti, khususnya di Indonesia. Berikut ini penelitian-

penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan penulis dalam melakukan

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Kuan et al. (2011) dalam penelitiannya “Cash holdings dan Tata Kelola

Perusahaan pada Perusahaan Keluarga”. Mengestimasi hubungan antara good

corporate governance dengan cash holding policy dalam family firm

menggunakan chair duality, board size dan board independent sebagai


dimensi dari good corporate governance. Analisis pengaruh dilakukan pada

panel Comparable firms yang denga kategori family firm dan non-family

firm. Teknik analisis menggunakan regresi berganda. Sample yang digunakan

adalah perusahaa yang terdaftar di TEJ Taiwan tanpa memakai industry jasa

layanan keuangan. Tahun 1997-1998. Hasil dari penelitian ini terdapat

perbedaan pengaruh board size dan board independent terhadap cash holding

antara family firm dengan non-family firm. Duality chair tidak terdapat

perbedaan diantara keduanya. Sedangkan korelasinya GCG board size dan

board independent dengan cash holding berhubungan positif.

2. Kusnadi (2011) dalam penelitiannya “Apakah Mekanisme Tata Kelola

Perusahaan Penting Bagi Cash holdings dan Nilai Perusahaan”.mengestimasi

hubungan antara corporate governance dan cash holding dengan nilai

perusahaan. Pada perusahaan yang listing di Singapore dan malaysia. Teknik

analisis menggunakan regresi berganda. Sampel perusahaan adalah

perusahaan yang terdaftar di KLSE – Malaysia dan SGX – Singapore pada

tahun 2000-2005. Hasil dari penelitian ini perusahaan dengan corporate

governance yang kurang efektif akan menunjukan kecenderungan untuk

mengakumulasi kas (cash holding tinggi) dibandingkan dengan perusahaan

yang memiliki GCG efektif. Hasil penelitiannya mendukung teori flexibility

dimana terjadi peningkatan konflik agency antara manager dengan minoritas

shareholder pada perusahaan yang memiliki governance kurang efektif.

Kondisi tersebut ditunjukan dengan kecenderungan manajemen yang


menumpuk kas perusahaan. Selanjutnya, penumpukan kas perusahaan yang

berlebihan dapat menurunkan nilai perusahaan tersebut.

3. Liu et al,. (2014) dalam penelitiannya “Perusahaan Keluarga dan Cash

Holdings Perusahaan: Studi dari Cina”.Menemukan bahwa perusahaan

keluarga dengan hak kontrol yang lebih banyak akan mengelola kas yang

lebih tinggi dan tingginya kas menyebabkan pemegang saham ingin

mengelola sendiri daripada diinvestasikan atau dibayarkan kepada pemegang

saham sebagai dividen.

4. Dittmar dan Mahrt-Smith (2007) dalam penelitiannya “Tata Kelola dan

Pentingnya Nilai pada Cash Holdings Perusahaan”. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki corporate governance baik

akan membuat cash holding akan lebih rendah pada akhir periode. Hal ini

dikarenakan kas yang dimiliki lebih digunakan untuk investasi daripada

diakumulasi hingga akhir tahun. Sehingga, perusahaan yang memiliki

corporate governance yang baik akan memuat nilai perusahaan lebih tinggi

karena penggunaan excess cash holding untuk investasi.

5. Duran et al,. (2016) dalam penelitiannya “Apakah Kontrol Keluarga

Mempengaruhi Pengaturan Cash Holdings Perusahaan? “.Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kebijakan memegang uang perusahaan kelurga adalah

hasil yang tidak spesifik pada nilai tertentu melainkan pada tujuan strategis

perusahaan.

6. Steijvers et al,.(2012) dalam penelitiannya “Faktor yang Menentukan Cash

Holdings Pada Perusahaan Keluarga “.Hasil penelitian ini mengungkapkan


bahwa CEO turunan berusaha untuk mempertahankan Cash Holdings yang

lebih tinggi daripada CEO pendiri. Efek ini tampaknya lebih kuat jika ada

dispersi kepemilikan yang rendah. Selain itu, para CEO dari luar

mempertahankan Cash Holdings yang lebih tinggi daripada CEO keluarga

jika perusahaan keluarga dimiliki oleh satu pemilik.

7. Caprio (2016) “Kepemilkan Kas dan Perusahaan Keluarga : Peran Pendiri

dan Pewaris Perusahaan”.Penelitian ini menunjukkan biaya agensi terkait

dengan cash holdings puncak ketika kontrol berada di tangan pewaris

keluarga dengan implikasi baik pada tingkat cash holdings dan nilai

marginalnya.

8. Khalil (2015) dalam penelitiannya, “Dampak Kepemilikan Keluarga pada

cash holdings Perusahaan : Sudi dari Bursa Efek Karachi (Pakistan)”.

Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan keluarga memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap cash holdings perusahaan dan ukuran

perusahaan memiliki nilai negatif dan efek signifikan pada cash holdings

perusahaan.

9. Syafrizaliadhi (2014) dalam penelitiannya,“Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Perilaku Cash Holdings pada Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil”.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada sampel perusahaan manufaktur

ditemukan hubungan negatif antara leverage dengan cash holdings serta

hubungan positif antara diversified firms, investment opportunities, bank

involvement, dan size dengan cash holdings, tetapi tidak ada hubungan antara

capital expenditure, dividend payment dengan cash holdings. Pada akhirnya


tidak ada perbedaan perilaku cash holdings antara perusahaan besar dan

perusahaan kecil.

10. Purwanto et al.,(2013) dalam penelitiannya,“Studi Deskriptif Penerapan

Prinsip-Prinsip Tata Kelola yang Baik pada Perusahan Keluarga Dibidang

Manufaktur Kayu”Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan

keluarga manufaktur kayu ini telah menerapkan kelima prinsip Good

Corporate Governance dengan benar, sesuai dengan indikator penelitian yang

telah ditetapkan.

11. Muawanah (2014) dalam penelitiannya “Tata Kelola Perusahaan dan dan

kepemilikan keluarga”. Penelitian ini menemukan perbedaan praktik

corporate governance pada bank dengan kepemilikan keluarga (family

capitalism) dengan kepemilikan nonkeluarga. Penemuan berikutnya adalah

tipe perusahaan (perusahaan keluarga dan non-keluarga) berpengaruh

signifikan terhadap praktik corporate governance. Kepemilikan keluarga

terbukti berpengaruh terhadap variasi Praktik corporate governance. Variabel

kepemilikan keluarga yang memiliki pengaruh signifikan adalah struktur

kepemilikan, keterlibatan dalam pengawasan serta komitmen dan nilai

keluarga. Namun keterlibatan dalam pengawasan serta komitmen dan nilai

keluarga ini tereliminasi seiring dengan kehadiran variabel regulasi dan

supervisi.

12. Giovannini (2009) dalam penelitiannya “Tata Kelola, Kepemilikan Keluarga dan

Keberadaan” menemukan bahwa dewan independen bertambah dengan tidak


adanya investor Keluarga, kehadiran dewan direksi berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja perusahaan, kepemilikan keluarga dan keberadaan.

2.3 Perumusan Hipotesis

Perusahaan keluarga memiliki agency conflict yang rendah karena kepemilkan

dan pengelolaaan dilakukan oleh pihak yang sama. Agency conflict yang rendah

juga mampu mengurangi agency cost (Xu et al., 2015) (Jensen dan Meckling,

1976). Kepemilikan terpusat memungkinkannya memiliki monitoring yang kuat

sehingga bisa mencegah aktifitas tunneling. Sejalan dengan penelitian terdahulu

terkait kas dan tata kelola perusahaan pada perusahaan keluarga menemukan

bahwa perusahaan keluarga cenderung memiliki cash holdings yang lebih tinggi,

penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai berikut :

(H1) Perusahaan dengan kepemilikan keluarga memiliki cash holdings yang


lebih tinggi.
(H2a) Perusahaan dengan jumlah komisaris yang lebih besar memiliki cash
holdings yang lebih rendah.
(H2b) Perusahaan dengan jumlah direktur independen yang lebih besar
memiliki cash holdings yang lebih rendah.
(H2c) Perusahaan dengan jumlah komisaris independen yang lebih besar
memiliki cash holdings yang lebih tinggi
(H2d) Perusahaan dengan jumlah direktur lebih besar memiliki cash holdings
yang lebih tinggi

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen yang disusun berdasarkan dari teori yang

terkait dengan variabel.


Pada penelitian ini ingin membuktikan teori agency yang timbul melalui

pengelolaan kas dan dampaknya terhadap tata kelola dengan bentuk kepemilikan

keluarga. Dengan mengasumsikan bahwa melalui cash holdings perusahaan dan

bentuk kepemilikan keluarga jika digabungkan akan mampu mengatasi kelemahan

yang dimiliki oleh masing - masing dan menghasilkan keunggulan kompetitif

dibandingkan para pesaingnya.

Kerangka Konseptual

Variabel Dependen
CASH HOLDINGS

Variabel Independen
Variabel Kontrol
(H1) FAMILY FIRMS
(H2) CORPORATE GOVERNANCE
FIRMSIZE
COMSIZE
GROWTH
INDCOM
ROA
DIRSIZE
LEV
INDDIR
LEV_LAG

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Anda mungkin juga menyukai