Anda di halaman 1dari 43

TUGAS

UJIAN TENGAH SEMESTER


MATA KULIAH
COMMUNICATION SKILL AND PUBLIC RELATION IN MIDWIFERY
‘Keterampilan Komunikasi dan membina hubungan dalam Kebidanan selama masa covid-
19’
(Karakteristik Macam-macam Klien pada Menopause)

Dosen Pengampu :

Retno Sugesti, S.ST.,M.Kes

Hidayani, SKM.,MKM

Disusun Oleh : Kelompok 15

1. Irvi Nur Septiani (07190200065) Kelas : B2

2. Julia mauria siregar (07190200092) Kelas : B3

3. Rima Rostiana (07190200089) Kelas : B2

4. Rouli Iman Sari Sihombing ( 07190200018) Kelas : B1

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


TERAPAN DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)


TAHUN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas Berkat Rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Proposal ini. Laporan
Proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana
Teraban Kebidanan di SekolahTinggi Ilmu Kesehatan dengan judul : COMMUNICATION
SKILL AND PUBLIC RELATION IN MIDWIFERY ‘Keterampilan Komunikasi dan
membina hubungan dalam Kebidanan selama masa covid-19’ Karakteristik Macam-
macam klien pada Menopause.

Berbagai kesulitan dialami Penulis, bermula dari tahap persiapan hingga penyusunan
Laporan Proposal ini. Dan dengan adanya bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Proposal ini.

Penulis berusaha menyelesaikan Laporan Tugas Proposal ini dengan sebaik-baiknya


sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang Penulis miliki meskipun Penulis menyadari
bahwa keterbatasan, kelemahan serta kekurangan senantiasa ada pada diri penulis, sehingga
Laporan Tugas Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu, Kritik dan Saran
yang sifatnya mendukung dari Pembaca, sangat Penulis harapkan untuk menyempurnakan
Laporan Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa setiap Instan mempunyai Kelebihan dan Kekurangan demikian
juga dengan penulisan ini. Oleh karena itu Penulis dengan hati terbuka akan menerima saran dan
masukan dari berbagai pihak, demi kesempurnaan Tulisan ini, agar nantinya lebih bermanfaat
bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Kebidanan pada khsusunya
demi kesejahteraan umat manusia.
Jakarta, 2020

( )

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................iii

BAB I

1.

BAB II

2.1

2.2

2.3

2.4

2.6 Stres oksidatif pada menopause

2.7

BAB III PENUTUP24

24

24

DAFTAR PUSTAKA
SAP
KUESIONER

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di saat Indonesia tengah menghadapi wabah bencana non alam COVID-19, diperlukan
suatu Pedoman pada Macam-macam Klien pada Menopause Selama Social Distancing. Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini.
Pada usia menopause, sangat penting untuk memahami hubungan estrogen dan COVID-
19. Pada wanita, peningkatan risiko dari COVID-19 dimulai pada akhir 50-an, yang lebih
muda daripada risiko dimulai pada pria. Dengan Covid Symptom Study kami mencari untuk
melihat apakah ini terkait dengan menopause, karena jika dia berusia 50-an dan bukan pada
HRT, maka dia akan kekurangan estrogen.
Karenanya, mungkin, pada risiko COVID-19 yang lebih tinggi. Sebagai pendiri
MPoweredwomen.net, sebuah situs yang didedikasikan untuk menghilangkan tabu
menopause dan memberikan fakta kepada wanita bukan fiksi, ia berharap penelitian ini dapat
membantu menghilangkan, sekali dan untuk semua, keresahan yang membuat banyak wanita
berhenti memakai HRT. "Terlalu banyak wanita menunda memakai HRT karena kurangnya
pengetahuan dan ketakutan yang tidak berdasar,. Manfaat HRT jauh lebih besar daripada
risikonya," ungkapnya. Jika penelitian yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa estrogen
membantu kekebalan terhadap COVID-19, maka itu akan menjadi berita positif bagi wanita
menopause.
Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan
pada manusia. Namun pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti
pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan fisik maupun
psikolagis. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua
terjadi suatu fase yaitu fase menopause (Proverawati, 2015).
Menurut Proverawati (2015), sebelum terjadi fase menopause biasanya didahului dengan
fase pramenopause dimana pada fase pramenopause ini terjadi peralihan dari masa subur
menuju masa tidak adanya pembuahan (anovulatoir). Sebagian besar wanita mulai
mengalami gejala pramenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun

1
2

yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause in! wanita sudah tidak
mengalami haid lagi. Menopause merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis,
indung telur muiai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul
lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan.
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di
seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO juga mengatakan pada tahun 2010,
sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan
pasca menopause, dan 40% dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di negara
berkembang dengan usia rata-rata mengalami menopause pada usia 51 tahun. WHO
memperkirakan jumiah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat dari 500
juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030.
Di Asia, masih menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause
akan melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan kasar menunjukkan
akan terdapat sekitar 30-40 juta wanita dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar
240-250 juta jiwa pada tahun 2020, dalam kurun waktu tersebut {usia lebih dari 60 tahun} 1-
2 hampir 100% telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang
menyertainya (WHO, 2015).

Data dari BPS pada tahun 2015 bahwa 5.320.000 wanita Indonesia telah memasuki masa
menopause per tahunnya. Depkes R1 (2015), memperkirakan penduduk Indonesia pada
tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia
menopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata menopause 49 tahun. Bappenas
memperkirakan pada tahun 2025 jumlah penclucluk Indonesia ada 273,65 juta jiwa dan
angka harapan hidup pada tahun 2025 adalah 73,7 tahun. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2014 jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat tahun 2014 dari 46.300.543
jiwa penduduk, wanita yang berusia di atas 45 tahun berjumlah 17.429.111 jiwa. Jumlah
penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2014 bequmlah 5.152.355 jiwa dengan wanita yang
berusia 50 tahun ke atas sebanyak 982.754 jiwa (Kemenkes, 2015).
Menurut pendekatan kognitif, daiam ilmu psikoiogi, pada dasamya gangguan emosi
(takut, cemas, stres) yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana individu
menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya. Jadi, bagaimana
individu mempersepsikan atau menilai menopause akan berpengaruh pada kondisi emosi-
3

psikologisnya. Bila wanita memandang menopause sebagai hal yang "mengerikan’ maka ia
pun akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan, ketakutan, stres bahkan depresi.
Peningkatan jumlah wanita usia tua ini tentunya akan menimbulkan problema tersendiri,
apalagi ditambah dengan munculnya keluhan-keluhan pada masa menopause. Waiaupun
tidak menyebabkan kematian, menopause dapat menimbutkan rasa tidak nyaman dan dapat
menyebabkan gangguan dalam pekerjaaan sehari-had yang dapat menurunkan kwalitas
hidup. Kondisi yang demikian tentunya memerlukan suatu penanganan yang tepat supaya
siap untuk menghadapi keluhan menopause, serta penyakit kardiovaskuler, osteoporosis,
cancer dan dimensia tipe Alzheimer. Padahal pada kurun waktu usia 40-65 tahun (masa
klimakterium) banyak wanita yang mencapai puncak prestasi karirnya.
Menurut Proverawati (2015) bahwa rata-rata wanita menga(ami menopause berada pada
usia sekitar 45-50 tahun dan hal itu tidak jauh berbeda , dan rata-rata usia menopause adalah
45,2 tahun, Wanita usia menopause akan banyak mengalami risiko kesehatan karena
berkurangnya estrogen, maka sudah sepantasnya perhatian besar diberikan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan diantaranya adalah mengatur gaya hidup yang lebih sehat dengan
memperhatikan gizi seimbang, menghindarkan stress, mengawasi 4 tekanan darah dan
olahraga teratur.
Menopause merupakan proses penuaan yang alamiah dan normal pada setiap wanita,
menopause terjadi pada akhir siklus menstnaasi yang terakhir yang dialami oleh seorang
wanita yang sudah tidak mengalami siklus haid selama minimal 12 bulan. Hal ini di
sebabkan karena pembentukan hormone estrogen dan progesterone dari ovarium wanita
berkurang, ovarium berhenti melepaskan sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang
dan berhenti, pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen (Proverawati, 2015).
Gejala- gejafa yang umum terjadi pada masa menopause secara fisik di antaranya hot
flush atau rasa panas pada wajah, leher, daria dan punggung. Kulit menjadi merah dan
hangat di sertai keringat yang berlebihan (keringat terutama pada malam had) dan jantung
berdebar - debar (Proverawati, 2015). Hot flush akan mengakibatkan pada penderita yang
mengalami gangguan tersebut biasa terjadi atau mengakibatkan gelisah insomnia. Sesuai
dengan keadaan yang di alami tersebut, penderita merasakan kekhawatiran tentang cara
istirahat atau tidumya.
4

Penderita sulit ticlur dan merasakan kekhawatiran karena tidak biasa beristirahat
(Proverawati 2015). Hot flush (rasa panas) pada daria, wajah, kepala dialami oleh sekitar
75% wanita pre menopause sampai menopause terjadi. Kebanyakan hot flush dialami selama
lebih dari 1 tahun dari 25-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun. Hot flush
berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit. (Proverawaati, 2015).
Rasa panas merupakan masalah yang paling tidak nyaman yang sering di keluhkan
wan'rta. Walaupun kebanyakan wanita mengalami rasa panas ini selama dua atau tiga menit,
beberapaa yang lain mengatami iebih lama, bahkan sampai 1 jam. Kira- kira 80% wanita
yang mengalami menopause mengalami rasa panas, dan bagi kira- kira 40% wanita tersebut
gejalanya yaitu merasa gelisah, insomnia (suiit tidur), bahkan merasa tidak nyaman pada
dirinya sehingga mereka mencari pertolongan medis (Bandiyah, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
proposal penelitian ini adalah: “ bagaimana Karakteristik Macam-Mcam klien pada
Menopause dalam masa Pandemik covid 19 ini”.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu Karakteristik Macam-macam Klien pada Menopause dan
Masa Menopause berkaitan dengan Covid-19. Dengan Tema kegiatan “Keterampilan
Komunikasi dan membina hubungan dalam Kebidanan selama masa covid-19”. Untuk
Waktu Pelaksanaan nya Seminar ini akan dilaksanakan pada :

Hari : sabtu

Tanggal : 27 Juni 2020

Jam : 09.00 s/d 12.00 WIB (seminar)

Kegiatan di laksanakan secara online dengan menggunakan registrasi

Peserta wajib registrasi 1 jam sebelum kegiatan di mulai. Dengan Bentuk Kegiatan Talk
Show, Diskusi/Tanya jawab, Perkenalan sponsorship, Doorprize.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Menopouse


Menopause merupakan proses penuaan yang alamiah dan normal pada setiap wanita,
menopause terjadi pada akhir siklus menstnaasi yang terakhir yang dialami oleh seorang
wanita yang sudah tidak mengalami siklus haid selama minimal 12 bulan. Hal ini di
sebabkan karena pembentukan hormone estrogen dan progesterone dari ovarium wanita
berkurang, ovarium berhenti melepaskan sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang
dan berhenti, pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen (Proverawati,
2015).
Menopause didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi pada wanita selama dua belas
bulan secara berturut-turut akibat penurunan kadar esterogen. Sebelum melalui masa
menopause, wanita biasanya mengalami gejala klimakterik terlebih dahulu diantaranya
gejala vasomotor, fisik, keluhan psikologis maupun seksual. Sebagian besar wanita
menopause tidak menyadari akan perubahan-perubahan yang mereka alami ketika memasuki
masa menopause (Seeta et al., 2015).

2.2. Tahap Menopause


Terjadi dalam 3 tahap yaitu premenopause, menopause, dan postmenopause.
1. Premenopause
Biasanya dimulai beberapa tahun sebelum menopause, ketika ovarium secara bertahap
membuat lebih sedikit estrogen. Premenopause berlangsung hingga menopause, titik ketika
ovarium berhenti mengeluarkan telur. Dalam 1-2 tahun terakhir premenopause, penurunan
estrogen semakin cepat. Pada tahap ini, banyak wanita mengalami gejala menopause.
2. Menopause
Ini adalah titik ketika sudah setahun sejak seorang wanita terakhir mengalami periode
menstruasi terakhir. Pada tahap ini, ovarium telah berhenti mengeluarkan telur dan membuat
sebagian besar estrogen.

5
6

3. Pascamenopause
Ini adalah tahun-tahun setelah menopause. Selama tahap ini, gejala menopause seperti hot
flashes dialami sebagian besar wanita. Tetapi risiko kesehatan terkait dengan hilangnya
estrogen meningkat seiring bertambahnya usia wanita.

2.3. Gejala dan keluhan yang dialami saat memasuki Menopause


Gejala- gejafa yang umum terjadi pada masa menopause secara fisik di antaranya hot
flush atau rasa panas pada wajah, leher, daria dan punggung. Kulit menjadi merah dan
hangat di sertai keringat yang berlebihan (keringat terutama pada malam had) dan jantung
berdebar – debar (Proverawati, 2015).
1. Hot Flashes (Kepanasan)
Gejala menopause yang paling umum terjadi adalah hot flashes. Gejala ini timbul
karena rasa panas meluap-luap sesaat, yang membuat wajah dan leher memerah dan
menyebabkan bercak merah sementara muncul di dada, punggung, serta lengan.
Pada keadaan ini, biasanya wanita juga akan kedinginan dan berkeringat diseluruh
tubuh. Hot flashes umumnya berlangsung antara 30 detik-10 menit.
Saat mengalami hot flashes, sebaiknya kenakan pakaian yang tipis, memasang kipas
angin atau pendingin ruangan, berolahraga secara teratur, menghindari makanan pedas
dan panas, serta mengelola stres.
2. Gangguan Tidur
Gejala menopause lain yang juga sering dialami oleh wanita adalah mengalami gangguan
tidur. Saat hot flashes terjadi pada malam hari, tidur tentu akan terganggu dan keringat
pun akan bermunculan.
3. Masalah Seks
Saat mengalami menopause, wanita akan kekurangan hormon estrogen yang
mengakibatkan vagina menjadi kering, gatal, dan iritasi. Hal ini dapat berdampak pada
hubungan seks yang menjadi tidak nyaman dan menyakitkan. Selain itu, gairah untuk
melakukan seks mungkin menurun.
Namun, keluhan fisik dan psikologis sebagian besar dialami wanita pada masa
perimenopouse. Pada masa perimenopousejuga lebih banyak mengaami keluhan sakit
7

kepala, gangguan tidur, sakit punggung, nyeri persendian, lelha, hot flushes, dan depresi
dibandingkan pada masa premenopouse dan pascamenopouse (Freeman, 2015).

2.4. Resiko Wanita Umur Menopause


Pada fase pascamenopouse, terjadi proses penurunan kadar hormone estrogen secara
bertahap sampai pada batas berhenti produksi estrogen dalam kurun waktu kurang lebih dua
tahun setelah fase menopause. Penurunan hormone estrogen menimbulkan risiko terjadinya
perubahan berbagai organ tubuh yang meliputi ketidakseimbangan vasomotor, lender saluran
genital (mucosa urogenital), kardovaskular, dan kondisi tulang (Srinivisan dkk, 2015).
Gejala-gejala klasik yang muncul pada fase menopause dapat dikatakan sebagai dampak
sistemik kesehatan yang terjadi selama masa transisi fase menopause ke periode
pascamenopouse. Proses menopause menyebabkan adanya perubahan organ tuhub sehingga
dapat meningkatkan berbagai resiko kesehatan. Beberapa dampak kesehatan dan patofisilogi
yang bias timbul bersamaan dengan fase menopause, yaitu penyakit kardiovaskular,
perubahan hormone ovarium dan endometrium, perubahan saluran urogenital dan payudara,
gejala vasomotor, perubahan tulang serta perubahan kulit dan psikologis.

2.5. Patogenesis Menopause


Ovarium memilki oosit dalam jumlah tertentu saat seorang wanita dilahirkan. Selama
masa reproduksi secara bertahap jumlah folikel berkurang akibat dari ovulasi dan atresia.
Penurunan jumlah folikel menyebabkan penurunan kadar inhibin B, sehingga umpan balik
negatif ke hipofisis berkurang. Produksi follicle-stimulating hormone (FSH) meningkat yang
kemudian menyebabkan perekrutan folikel dalam jumlah yang lebih besar, sehingga
kehilangan folikel ovarium menjadi lebih cepat.
Akhirnya, akibat penurunan jumlah folikel yang terus menerus folikel yang tersisa tidak
bisa merespon FSH dan akibatnya tidak terjadi lonjakan luteinizing hormone (LH) dan pada
akhirnya tidak terjadi ovulasi. Akibat tidak terjadi ovulasi maka siklus menstruasi
menghilang, yang mengakibatkan berkurangnya jumlah sel granulosa. Penurunan jumlah sel
granulosa mengakibatkan kadar estrogen mengalami penurunan secara drastis. Periode pasca
menopause ditandai oleh peningkatan kadar LH dan FSH dalam darah, estrogen dalam
jumlah kecil masih ditemukan yang merupakan hasil konversi dari testosteron.
8

2.6. Stres oksidatif pada menopause


Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas terutama Reactive oxygen
species (ROS) dengan kapasitas antioksidan. Pada kondisi fisiologis ROS sebagian besar
dihilangkan oleh sistem antioksidan selular, yang meliputi antioksidan protein dan molekul
nonprotein serta enzim antioksidan seperti superoksida dismutase [SOD], glutathione
peroxidase [GPx] dan katalase. Jika ROS meningkat melebihi antioksidan, maka akan
terjadi kerusakan oksidatif pada lipid, protein, dan DNA. Peroksidasi lipid bisa sangat
berbahaya bagi sel karena merupakan reaksi yang berantai.
Wanita pasca-menopause cenderung mengalami stres oksidatif yang ditandai oleh
peningkatan kadar Malondialdehyde (MDA). MDA merupakan produk peroksidasi lipid dan
peningkatannya menandakan terjadinya stres oksidatif. Keadaan stres oksidatif pada
menopause diperkuat dengan ditemukannya penurunan kadar dan kapasitas antioksidan.
Kadar antioksidan mengalami penurunan karena banyak terpakai untuk menetralkan radikal
bebas dan mengurangi stres oksidatif. Pada wanita pasca-menopause terjadi penurunan
antioksidan SOD dan penurunan ekspresi mRNA SOD dan GSH-Px.9
Estrogen selain sebagai hormon seks juga berperan sebagai antioksidan untuk mencegah
terjadinya stres oksidatif. Estrogen adalah antioksidan kuat yang dapat menurunkan oksidasi
LDL (Low Density Lipoprotein) secara in vitro dan in vivo. Estrogen mempengaruhi ekspresi
dan fungsi dari nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADPH) oksidase serta enzim
antioksidan (SOD, GPx, katalase). Estrogen juga berperan sebagai sebagai pengatur ekspresi
mRNA SOD dab GSH-Px.9 Defisiensi estrogen mengakibatkan wanita pasca-menopause
memiliki kapasitas antioksidan yang berkurang yang selanjutnya menginduksi terjadinya
stres oksidatif.

2.7. Karakteristik Menopause


Kecenderungan bahwa karakteristik tertentu berpengaruh terhadap datangnya masa
menopause memang belum diteliti secara mendalam namun dalam beberapa analisa
diketahui bahwa faktor – faktor berikut ini berpeluang untuk mempercepat datangnya masa
menopause
9

1. Usia
Usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia (lansia) yang meningkat, memang
mencerminkan perbaikan kesehatan, akan tetapi hal ini menjadi tantangan di masa
mendatang karena menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan ekonomi. Diperkirakan
jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa
atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 2021 usia lanjut di Indonesia
diperkirakan mencapai 30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 di dunia.
Seorang wanita akan meninggalkan usia reproduksi (Secara umum berkisar antara
15-44 tahun). Proses ini pasti akan berdampak pada perubahan akan kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause,
keluhan klimakterium sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk
(Purwoastuti, 2015)
2. Kepercayaan
Kebanyakan mitos atau kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat tentang
menopause begitu diyakini sehingga menggiring perempuan untuk mengalami persepsi
negatif saat mengalami menopause. Pertama perempuan yang mengalami menopause
otomatis berpredikat menjadi tua. Kedua, perasaan bahwa dirinya tidak dibutuhkan lagi
dan tidak dihargai, ini akan menurunkan bahkan menghentikan keinginannya untuk
melakukan aktivitas. Ia pun akan makin mengisolir dan menyingkir dari aktivitas sosial
dan kemasyarakatan. Ketiga, perempuan mengalami menopause, kehilangan daya tarik
seksualnya dan menurun aktivitas seksualnya. Keempat, mitos lainnya yaitu bahwa
periode menopause sama dengan goncangan jiwa, yaitu munculnya gejala rasa takut,
tegang, sedih, lekas marah, dan mudah tersinggung (Mulyani, 2015).
3. Pendidikan
Teori yang dikemukakan oleh Setiyorini (2017), mengatakan bahwa Pendidikan
merupakan faktor penting dalam memahami penyakit, perawatan diri, pengelolaan DM
dan pengontrolan KGD, mengatasi gejala yang muncul dengan penanganan secara tepat
serta mencegah terjadinya komplikasi.
Pendidikan terkait dengan pengetahuan. Selain itu, pendidikan tinggi membuat
individu mampu mengembangkan mekanisme koping dan pemahan yang baik terhadap
informasipendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena tingkat
10

pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat
keputusan yang menyangkut masalah. kesehatan mereka sendiri. Semakin tinggi
pendidikan seorang wanita maka akan mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah baru. Pendidikan akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah bagi
orang itu menerima informasi (Notoatmojo, 2015).
4. Kualitas Hidup
Teori yang dikemukakan Proverawati (2016), menyatakan bahwa beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa tekanan psikis yang timbul dari nilai sosial
mengenai wanita menopause memberikan konstribusi terhadap gejala fisik selama
periode pre dan pasca menopause. Gejala fisik yang dirasakan dapat memicu munculnya
masalah psikis.

Perasaan yang biasa muncul pada fase ini antara lain rapuh, sedih, dan tertekan,
akibatnya wanita pada masa pre menopause menjadi depresi, tidak konsentrasi bekerja
dan mudah tersinggung. Namun bila menopause dinilai sebagai sesuatu yang positif akan
menimbulkan dampak yang positif bagi kehidupan.

5. Usia Menarche

Semakin dini seorang wanita mengalami menarche maka semakin lambat ia


mengalami menopause. Sebaliknya, semakin lambat mengalami menarche maka semakin
dini mengalami menopause. Penelitian ini sesuai dengan teori Kasdu yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seseorang
wanita memasuki menopause. Semakin muda seseorang mengalami haid pertama
kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki usia menopause.

Menurut Speroff dan Reitz bahwa wanita yang terlambat mendapatkan menstruasi,
pada usia 16 atau 17 tahun, justru akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan
mereka yang haid lebih dini seringkali akan mengalaminya sampai pada usia mencapai
50 tahun. Ada pola keluarga yang berlaku secara umum, bagi seorang wanita yang ibu
atau kakak perempuannya lebih dini mengalami menopause maka ia juga cenderung
mengalami hal yang sama, begitu pula sebaliknya.
11

2.8. Masa Menopause berkaitan dengan Covid-19


Menurut Dr Newson pada usia menopause, sangat penting untuk memahami
hubungan estrogen dan COVID-19. Pada wanita, peningkatan risiko dari COVID-19
dimulai pada akhir 50-an, yang lebih muda daripada risiko dimulai pada pria. Dengan
Covid Symptom Study kami mencari untuk melihat apakah ini terkait dengan menopause,
karena jika dia berusia 50-an dan bukan pada HRT, maka dia akan kekurangan estrogen.
Karenanya, mungkin, pada risiko COVID-19 yang lebih tinggi. Sebagai pendiri
MPoweredwomen.net, sebuah situs yang didedikasikan untuk menghilangkan tabu
menopause dan memberikan fakta kepada wanita bukan fiksi, ia berharap penelitian ini
dapat membantu menghilangkan, sekali dan untuk semua, keresahan yang membuat
banyak wanita berhenti memakai HRT.
"Terlalu banyak wanita menunda memakai HRT karena kurangnya pengetahuan dan
ketakutan yang tidak berdasar,. Manfaat HRT jauh lebih besar daripada risikonya,"
ungkapnya. Jika penelitian yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa estrogen
membantu kekebalan terhadap COVID-19, maka itu akan menjadi berita positif bagi
wanita menopause.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Defenisi Menopause

Menopause merupakan waktu pemberhentian mestruasi secara permanen. saat ini jumlah
wanita usia menopause meningkat seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Study
tentang menopause sangatlah penting ,terutama terkait akibat yg akan terjadi pasca
menopause seperti penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis.

Saat ini Indonesia tengah menghadapi wabah bencana non alam COVID-19, di perlukan
macam macam pedoman pada klien menopause selama social distancing . Pada usia
monepouse, sangatlah penting untuk memahami hubungan estrogen dan covid-19, symptom
study kami mencari hubungan nya untuk melihat apakah ini terkait dengan menopause.

Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan
pada manusia. Namun pada suatu saat pertkembangan itu akan berhenti pada suatu tahapan
sehingga berikutnya akan banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis perubahan
tersebut banyak terjadi pada wanita karna pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase
menopause (proveriwati 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
macam macam klien pada menopause serta hubungan terkaitan dengan covid 19.

Menurut World healty organization setiap tahun nya sekitar 2 juta wanita di seluruh dunia
di perkirakan mengalami menopause. who juga mengatakan pada tahun 2010, sekitar 67 juta
wanita pasca menopause berusia 50 tahun ke atas menghabiskan hidupnya dalam keadaan
pasca menopause, dan 40 % dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di Negara
berkembang dengan usia rata rata mengalami menopause di atas 51 tahun (WHO 2015 ).

Menopause didefinisikan secara klinis sebagai suatu periode ketika seorang wanita tidak
lagi mengalami menstruasi karena produksi hormonnya berkurang atau berhenti. perdarahan
haid yang terakhir yang terjadi pada usia 40 – 65 tahun. Menopause merupakan suatu fase
dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur. Jumlah
folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi

12
13

folikel yang cukup. Produksi estrogenpun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir
dengan terjadinya menopause.
Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh. Dimana hormon
merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh (tidak
semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh
yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran terbuka keluar, tetepi langsung
disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada
disekitar kelenjar tersebut. Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi
oleh ovarium, yaitu estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai
menopause hormon-hormon ini tidak diproduksi. Estrogen dan progesteron pada wanita
disebut hormon kelamin (sex hormones). Esrtogen pada wanita menampilkan tanda-tanda
kewanitaan, seperti kulit halus, suara lemah lembut, payudara membesar. Dalam setiap bulan,
kadar estrogen dan progesteron bergelombang, bergantian naik turun.
Gelombang itu yang menyebabkan terjadinya haid pada wanita. Lain halnya dengan
estrogen yang hanya dihasilkan oleh indung telur selam persediaan sel tulur masih ada. Tugas
estrogen sebenarnya ialah mematangkan sel telur sebelum dikeluarkan. Oleh karena itu selam
estrogen masih ada, sel telur tetap akan diproduksi. Kemudian setelah wanita berusia sekitar
45 tahun, ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi
estrogen akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause,
yang berarti berhentinya masa kesuburannya (afdelina, 2015)

3.2 Etiologi Menopause


Menopause terjadi karena gangguan dalam proses hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini
disebabkan karena menghilangnya oosit yang responsive terhadap rangsangan gonadotropin
dan oosit gonadotropin. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan dalam produksi hormon
ovarium yang selanjutnya akan juga mengganggu mekanisme umpan balik pada poros
diatasnya.Yang pertama-tama mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya
produksi steroid ovarium terutama estrogen akan menyebabkan pusat siklik hormone di
hipotalamus meningkatkan produksi hormon pelepas gonadotropin (Gonadotropin Releasing
Hormon = GnRh).
14

Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan peningkatan hormone gonadotropin dengan FSH
(Follicle Stimulating Hormone) mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari LH (Luteinizing
Hormone). Kadar hormon inilah yang menjadi petunjuk yang baik untuk menentukan apakah
seorang wanita berada dalam proses menopause. Peninggian kadar hormone gonadotropin ini
akan terus meningkat dan mencapai maksimum 10-15 tahun setelah menopause dan
kemudian akan turun perlahan-lahan dan terus menetap sampai masa senium dengan kadar
yang lebih tinggi dari masa reproduksi.
Umumnya menopause terjadi pada usia sekitar 45-50 tahun, sedangkan menopause yang
terjadi sebelum usia 40 tahun dikenal sebagai menopause yang terlalu dini (menopause
praecox).Menopause yang terjadi terlalu dini dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti
penyakit, obat-obatan, pembedahan dan radiasi. Berdasarkan perubahan pada hormone
steroid ovarium maka dapat kita kenali beberapa fase pada masa klimakterium. Hormon
progesterone yang merupakan produk utama korpus luteum mengalami gangguan pertama
kali, sedangkan estrogen mula-mula akan tinggi dan kemudian berangsur-angsur menurun.
Estrogen juga dapat dihasilkan oleh organ-organ ekstragenital seperti kelenjar adrenal.
Hormone androgen juga mengalami penurunan pada masa klimakterium ini, baik yang
dihasilkan oleh ovarium maupun oleh kelenjar adrenal.

3.3 Tahap menopause


Wanita pada 45 tahun akan mengalami akan mengalami indung telur sehingga
tidak sanggup untuk memenuhi akan hormone estrogen dan progesterone yg berpengaruh
pada siklus menstruasi. Estrogen di kenal sebagai hormone wanita yg utama bersama
dengan progestron seperti vagina, uterus, dan organ wanita lainnya tergantung
keberadaan estrogen pada tubuh sampai usia dewasa pengaturan estrogen membuat
terjadinya perubahan setiap bulannya dan mempersiapkan uterus untuk terjadinya
kehamilan (ismiati, 2010).
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa pramenopause,
menopause dan pasca menopause.
1. Pramenopause
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai merasakan
gejala menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia 40 tahun) dan pada masa
15

siklus haid benar-benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa pramenopause akan
terjadi perubahan fisik yang berarti.
2. Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause hanya bisa
dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun penuh.
3. Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata lain,
pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya, keadaan fisik dan
psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dii dengan perubahan-perubahan
hormonalnya (ismiati, 2010)

3.4 Fase-fase pada menopause


Berdasarkan analisis hormonal maka menopause dapat dibagi dalam beberapa fase:
1. Fase Hipolutein Sampai Alutei
Pertama-tama terjadi gangguan pembentukan korpus luteum yang berarti
gangguan produksi progesterone dan akibatnya terjadi keadaan dominasi estrogen.
Karena itu terjadi gangguan siklus haid yang menjurus terjadinya perdarahan uterus
disfungsional. Karena tidak terjadi ovulasi maka hormone folikel akan terus dibentuk,
maka terdapat keadaan hiperfolikulin yang berlangsung berbuln-bulan dengan gejala-
gejala retensi air, gangguan kestabilan emosi, dismenoragia dengn hyperplasia
glandularis kistika.
2. Fase Hipofolikulin
Selanjutnya karena berkurangnya folikel yang responsive terhadap rangsang
gonadotropin maka hormone folikelpun makin lama makin berkurang, walaupun
terdapat sumber estrogen lain. Hal ini akan menyebabkan involusi alat-alat genetalia
dan atrofi vagina. Pengaruh estrogen terhadap genetalia dapat dikenali dengan
melakukan sediaan usap vagina.
3. Fase Poligonadotorpin
Karena tidak adanya hormone steroid ovarium maka hipofise anterior mengeluarkan
hormonnya tanpa hambatan. Hal ini akan menyebabkan hiperfungsi beberapa kelenjar
yang tergantung dari hipofise.
16

Pembentukan berlebihan dari unsur tireotropin akan mengakibatkan gangguan


kelenjar tiroid dan Basedow klimakterik, penurunan fungsi tiroid akan diikuti dengan
miksedema klimakterik. Meningkatnya hormon kortikotropin dan gonadotropin akan
menyebabkan kelenjar adrenal seolah-olah merupakan gonad ketiga. Hal ini akan
mengakibatkan meningginya hormon pria dan pada saat yang sama menurunnya
estrogen dari ovarium. Secara klinis hal ini akan tampak sebagai proses
maskulinisasi, rambut melebat, suara berat dan dalam dll. Akibat meningkatnya
adrenalin maka dapat pula dimengerti mengapa wanita klimakterik menjadi
hipersensitif (reid, 2014)

3.5 Tanda dan Gejala Menopause


Perubahan yang paling dirasakan oleh wanita dalam masa menopause adalah perubahan
pola haidnya. Selain itu yang ditemukan juga adalah:
1) Gejala vasomotorik : berupa gejala primer defisiensi estrogen. Hal ini diikuti dengan
ketidakseimbangan vasomotor sentral. Pada kelompok gejala ini termasuk gejolak
panas/”hot flushes”, vertigo, keringat banyak dan parestesia.
2) Gejala konstitusionil : gejala sekunder akibat tidak langsung dari menurunnya kadar
estrogen terhadap suatu keadaan. Misalnya mudah tersingung, sakit kepala dan
migraine, keluhan kardiovaskuler, nyeri otot dan panggul.
3) Gejala psikologis dan neurologis : Meliputi keadaan depresi, kelelahan badan, susah
tidur dan rasa khawatir/”anxiety”.
4) Gejala-gejala lain : Termasuk didalamnya gangguan haid, keluhan vaginitis atrofikan
seperti dispareuni, fluor albus, pruritus vulva, disuria dan gangguan libido (suparni,
2016)

3.6 Perubahan-perubahan Organik pada klien Menopause


A. Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi :
1. Ovarium
Padaovarium yang gagal, keseimbanganantara hormone estrogen dan
progesterone akan hilang dengan menurunny aproduksi hormone, sehingga
menimbulkan pengaruh terhadap sindrom prahaid dan haid itu sendiri. Beberapa
17

wanita mendapatkan bahwa sindrom memburuk selama tahun – tahun


klimakterium dan yang lain merasakannya untuk pertama kali.
2. Uterus
Uterus mengecil, di sebabkanolehmenciutnyaselaput lender Rahim (atrofi
endometrium) juga di sebabkan oleh hilangnya cairan dan perubahan bentuk
jaringan ikat antar sel serabut dan pembuluh otot Rahim menebal dan menonjol.
3. Vagina dan Vulva
Setelah wanita tidak haid lagi terjadi penipisan dinding vagina dan jaringan vulva,
lipatan – lipatan berkurang secret menjadi encer, sering timbul gatal dan nyeri
waktu senggama (reid, 2014)
B. Perubahan pada susunan ekstragenital :
1) Penimbunan Lemak (adipasitas)
Penyebaran lemak terdapat pada tungkai, perut bagian bawah, dan lengan
atas.Sekitar 20,00% wanita klimakterium mengalami kenaikan mencolok. Hal ini
diduga ada hubungannya dengan penurunan estrogen dan gangguan zat dasar
metabolism lemak.
2) Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Akibat gejolak panas terjadi suatu peningkatan tekanan darah.Pada wanita usia 45
– 70 tahun di ketahui peningkatan tekanan darah tersebut di mulai selama
klimakterium.
3) Hiperkolesterolemia
Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol
dan penurunan lemak total.
4) Aterosklerosis
Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolestero lmenyebabkan meningkatnya
factor resiko terhadap terjadinya aterosklerosis.
5) Perubahan psikologis
Pada wanita yang menghadapi periode menopause, munculnya simtom-simtom
psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis
sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen.
Menopause seperti halnya menarche pada gadis remaja (awal dari masaknya
18

hormom estrogen), remaja ada yang cemas, gelisah tetapi ada juga yang biasa.
Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan
antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, suli
konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna – tidak berharga, stres dan bahkan ada
yang mengalami depresi. Bagi wanita yang menilai atau menganggap menopause
itu sebagai peristiwa yang menakutkan (stressor) dan berusaha untuk
menghindarinya, maka strespun sulit dihindari. Ia akan merasa sangat menderita
karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya.
Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause sebagai suatu ketentuan
Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua wanita, maka ia tidak akan
mengalami stres. Atau, kemungkinan stres yang dialami tidak seberat dibanding
wanita yang mempersepsikan menopause itu sebagai “momok” atau “kiamat”
(afdelina, 2015)

3.7 Kebutuhan wanita menopause


1. Gizi yang Dibutuhkan oleh Wanita Menopause
Jenis zat-zat gizi yang harus diperhatikan adalah karbohidrat (dikonsumsi 55%
lebih jenis yang karbohidrat kompleks), jumlah lemak yang dianjurkan berkisar 20-
30%(hindari lemak hewani). Dianjurkan dalam mencegah osteoporosis agar dapat
mengonsumsi kalsium disertai dengan vitamin D. Asupan kalsium sebesar 1.000-
1.200 mg dan 500 IU vitamin D per hari dapat meningkatkan efektifitas kalsium dan
melindungi tulang terhadap osteoporosis.
Kesehatan perempuan di masa menopause dapat tetap dipelihara melalui
pemanfaatan bahan alami yang memiliki kandungan sediaan serupa khasiat hormon
estrogen.
Salah satu bahan alami itu adalah tempe. Di samping tempe yaitu tahu, tauco, susu
kedelai, kacang tunggak, bengkuang, tokbi hingga biji-bijian seperti gandum, wijen
maupun mengandung unsur mineral dan vitamin bermanfaat bagi perawat kesehatan
organ tubuh serta alat reproduksi.
19

2. Pola makan sehat menuju menopause


Menopause merupakan peristiwa alami dalam siklus kehidupan wanita. Untuk
mencegah berbagai keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause yang
disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, pengaturan menu makanan yang tepat
sedini mungkin adalah salah satu jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangan
hormon estrogen pada tubuh. Hal ini merupakan alternatif alamiah, yaitu dengan
mengkonsumsi ekstra estrogen yang banyak terkandung pada sejumlah bahan pangan.
Sebuah menopause diet adalah waktu yang baik untuk membatasi makanan yang
tidak begitu bagus untuk seorang wanita menuju masa menopause karena ransel di
kalori dapat lebih mudah selama fase kehidupan ini dan faktor risiko jenis penyakit
tertentu bisa naik. Tidak mengkonsumsi lemak berlebih dan tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol juga minuman berkafein, akan memelihara hati dan sistem
kardiovaskular yang sehat dan membantu untuk mengurangi risiko kondisi seperti
kanker dan diabetes.
Ganti pilihan dengan pilihan yang lebih sehat seperti air mineral dan teh hijau
tanpa kafein. Sayuran dan buah-buahan segar selalu penting untuk disertakan dalam
setiap diet. Seorang wanita harus menjauhi makanan berlemak dan manis serta yang
mengandung kafein atau apa pun yang benar-benar tidak memiliki nilai gizi.
Ada senyawa alamiah dalam tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan yang
struktur kimianya mirip dengan hormon estrogen dan disinyalir akan menghasilkan
efek seperti kerja estrogen. Senyawa tersebut disebut fitoestrogen. Bahan pangan
yang kaya akan fitoestrogen adalah jenis kacang-kacangan terutama kacang kedelai,
serta dapat ditemukan pada hampir semua jenis sereal, sayuran, pepaya, dan tanaman
lain yang kaya akan kalsium. Bahan pangan kaya fitoestrogen yang cocok digunakan
untuk minuman segar antara lain tahu sutera.
Bahan yang terbuat dari kacang kedelai ini memiliki tekstur yang sangat lembut,
seperti krim kental, dapat menjadi pengganti aneka produk dari daging sapi dan
minyak hewani.- Susu Kedelai. Susu yang terbuat dari kacang kedelai ini kaya zat
fitoetrogen, sangat fleksibel diolah menjadi dessert yang mengugah selera.
Dianjurkan pula mengkomsumsikan bengkuang, agar-agar rumput laut.
20

3. Olahraga teratur menjelang menopause


Berolahraga secara teratur banyak manfaatnya. Berolahraga memungkinkan untuk
membakar lemak yang berlebih dengan lebih efisien. Dengan demikian, olahraga
mambantu mengandalikan berat badan.
Selain itu olahraga mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan fungsi kekebalan tibuh, serta kemampuan tubuh untuk menjaga
kadar gula darah.
b. Menjaga kepadatan tulang.
c. Menjaga massa otot.
d. Membakar kalori lemak.
e. Mengurangi stress
f. Mengurangi gejala menopause misalnya meriang.
g. Membantu menjaga fleksibilitas dan kelenturan sendi sejalan dengan
bertambahnya usia (aqila, 2010)

3.8 Penatalaksanaan Menopause


Dasar penatalaksanaan klimakterium seperti dapat dilihat dalam skema dibawah ini
meliputi :
1.Penatalaksanaan Umum
Perlu ditekankan bahwa masa ini bukan berarti berakhirnya suatu kehidupan melainkan
justru berarti mulainya suatu tingkat kehidupan yang baru. Proses menjadi tua serta
menopause ini sedapat mungkin diterangkan dalam bahasa yang dapat dimengerti. Hubungan
erat yang saling percaya antara dokter pasien dan sebaliknya sangat membantu mengatasi
masalah ini dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Usaha ini dilakukan pada fase dengan
gejala-gejala yang ringan saja. Beberapa peneliti mengatakan bahwa psikoterapi dangkal saja
sudah akan sangat banyak menolong.
2. Pengobatan simtomatik non-hormonal
Gejala klimakterium yang cukup berat harus diobati baik secara medikamentosa ataupun
dengan cara lain. Pengobatan yang tepat disesuaikan dengan keadaan penderita. Untuk gejala
yang ringan maka sering dipakai sedatif, spasmolitika, dan bermacam-macam obat
21

turunannya. Bagi gejala yang berat seperti gejolak panas yang berat, maka sedatif dan obat
depresan lainnya tidak banyak pengaruhnya.
3.Pengobatan hormonal
Pada dasarnya menopause adalah suatu defisiensi hormonal yang terjadi secara fisiologis.
Tujuan pengobatan adalah mencapai keseimbangan hormonal kembali.Pada umumnya yang
harus diobati adalah defisiensi estrogen.
Dengan pengobatan substitusi estrogen dapat ditemukan beberapa keuntungan disamping
beberapa kerugian :
a. Pengendalian reaksi vasomotor
b. Pengurangan reaksi emosional
c. Pencegahan dan pengobatan genetalia
d. Pemeliharaan kulit yang baik
e. Pencegahan dan pengendalian osteoporosis
f. Berkurangnya resiko terjadinya aterosklerosis
g. Pencegahan dan pengendalian perdarahan tak teratur.
Mengingat bahwa defisiensi estrogen dalam waktu lama mempunyai pengaruh yang
buruk maka pengobatan substitusi adalah pilihan pengobatan yang terbaik. Sedangkan sedatif
dan obat tranquilizer merupakan obat yang mempunyai cara kerja yang berlainan sehingga
hanya dapat dipakai pada kasus dengan gejala ringan saja.
Pengobatan dengan estrogen konjugasi 1,25 mg perhari selama 20 hari dengan interval 7-
8 hari sebagai pengobatan awal selama bulan pertama, dilanjutkan dengan dosis sama setiap
4 hari untuk 3 minggu dengan interval 7-8 hari selama bulan ke 2 dan kemudian 1,25 mg
setiap 7 hari, untuk 3 minggu dengan interval yang sama pada bulan ke 3 dan seterusnya,
pengobatan ini merupakan cara yang efektif untuk penanganan kasus-kasus klimakterium.
Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina untuk mencegah penipisan lapisan vagina
(sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser) dan untuk
mencegah timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki
resiko menderita kanker endometrium. Resiko ini berhubungan dengan dosis dan lamanya
pemakaian estrogen.
22

Jika terjadi perdarahan abnormal dari vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim.
Mengkonsumsi progesteron bersamaan dengan estrogen dapat mengurangi resiko terjadinya
kanker endometrium.
Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang menderita :
a. Kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
b. Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti
c. Penyakit hati akut
d. Penyakit pembekuan darah Porfiria intermiten akut.
Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti-cemas, progesteron atau klonidin
untuk mengurangi hot flashes. Untuk mengurangi depersi, kecemasan, mudah tersinggung
dan susah tidur bisa diberikan anti-depresi.
Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :
1) Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan
2) Membantu mengurangi kekeringan pada vagina
3) Mencegah terjadinya osteoporosis.
Beberapa efek samping dari TSH :
a. Perdarahan vagina
b. Nyeri payudara
c. Mual
d. Muntah
e. Perut kembung
f. Kram rahim.
Untuk mengurangi resiko dari TSH dan tetap mendapatkan keuntungan dari SH, para ahli
menganjurkan:
1) Menambahkan progesteron terhadap estrogen
2) Menambahkan testosteron terhadap estrogen
3) Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
4) Melakukan pemeriksaan secara teratur, termasuk pemeriksan panggul, dan Pap smear
sehingga kelainan bisa ditemukan sedini mungkin.
5) Pembedahan Sekitar 40-70% wanita dengan perdarahan abnormal pada masa
premenopause akan sembuh dengan tindakan kuretase saja dan tidak membutuhkan
23

pengobatan lebih lanjut. Selanjutnya jika terjadi perdarahan lagi dalam masa 6 bulan
dan tidak ada kecurigaan terhadap kemungkinan keganasan/hyperplasia maka
pengobatan substitusi masih ada tempatnya. Sedangkan perdarahan berulang setelah 6
bulan maka perlu dilakukan kuretase ulang dan bila dianggap perlu dapat dilakukan
histerektomia.
Beberapa hal yang mempercepat menopause :
1. Tuberkolosis dan penyakit kronis lain
2. Pemakaian obat steroid
3. Obat penurun berat badan
4. Olahraga yang terlalu berat
Tips Untuk Memperlambat Menopause :
a. Hindari makanan yang instan
b. Makan makanan yang mengandung fitoestrogen seperti kacang-kacangan, buah
pepaya, bengkuang dan lainnya
c. Olahraga teratur
d. Terapkan pola hidup sehat.
24

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Menopouse merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus
menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara
normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40 – 50 tahun. Pada saat menopous
wanita akan mengalamin perubahan – perubahan didalam organ tubuhnya yang disebabkan
oleh bertambahnya usia.
2. Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti
dengan berbagi gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang
dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut. Fase menopous disebut
juga sebagai fase klimakterium atau pergantian tahun yang berbahaya. Pada saat ini terjadi
banyak perubahan dalam fungsi – fungsi psikis dan fisik, sedang vitalitasnya menjadi
semakin mundur dan berkurang.
3. Wanita menopause mengalami depresi karena merasa tertekan dimana kehilangan seluruh
perannya sebagai wanita, kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, kehilangan daya tarik
dan mereka merasa belum siap menerima keadaan yang dialaminya, bahkan tidak mengerti
dengan perubahan pada dirinya. Gejala depresi pada menopause meliputi gejala fisik dan
psikis.
4. Penanggulangan yang dilakukan adalah pengobatan , konseling dan terapi hormon.

4.2 Saran
1.Agar masyarakat dapat memahami gej ala depresi serta terapinya, sehingga bisa
meminimalkan akibat yang terjadi, dan diharapkan mereka bisa menjalani masa tuanya
dengan kualitas hidup yang optimal. Selain itu lingkungan sekitarnya terutama pihak
keluarga diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat penderita merasa
di kucilkan atau disia-siakan.
2. Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
25

membangun dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan tugas kami atas kritik dan
sarannya kami sampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah. (2016). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Bellanti F, Matteo M, Rollo T, De Rosario F, Greco P, Vendemiale G, et al. Sex hormones


modulate circulating antioxidant enzymes: impact of estrogen therapy. Redox biology.
2013;1:340-6.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/985/861 diakses pada tanggal 29 Mei 2020

https://media.neliti.com/media/publications/235292-effect-of-menopause-duration-and-biopsyc-
823d7be6.pdf diakses pada tanggal 29 Mei 2020

https://rsud.bulelengkab.go.id/artikel/mengapa-wanita-mengalami-menopause-92 diakses pada


tanggal 29 Mei 2020
https://tirto.id/benarkah-hormon-dalam-tubuh-bisa-bantu-perangi-virus-covid-19-fDDt diakses
pada tanggal 29 Mei 2020

Jurnal Mutiara Ners Januari 2019, Vol.2 No.1

Mutiara AS, Maya M, John W. Hubungan Antara Usia Menache Dengan Usia Menopause Pada
Wanita Di Kecamatan Kakas Sulawesi Utara Tahun 2014. Dibuka pada 29 Mei 2020 dari
https://ejournal.unsrat.ac.id

Peacock K, Ketvertis KM. Menopause. StatPearls: Treasure Island (FL); 2018.

Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

Proverawati, A. (2015). Menopause dan Sindrom Pre Menopause. Yogyakarta : Muha Medika.

Riyadina, Woro. 2019. Hipertensi Pada Wanita Menopouse. Jakarta: LIPI Press, Anggota Ikapi

Shimizu S, Matsushita H, Morii Y, Ohyama Y, Morita N, Tachibana R, et al. Effect of


anthocyanin-rich bilberry extract on bone metabolism in ovariectomized rats. Biomedical
Reports. 2018;8(2):198-204.

Defenisi meonopause http//efdalinasusari.wordpress.com/2015/02/11/15

26
27

Hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause di perumahan sewon asri Yogyakarta tahun
2010. Di buka pada 1 juni 2020 dari journal http:/respository.unimus.ac.id
28

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“Karakteristik Macam-macam Klien pada Menopause”

Hari, tanggal : Sabtu, 27 Juni 2020

Waktu : 09.00 s/d 12.00 WIB


Pokok bahasan : Keterampilan Komunikasi dan membina hubungan dalam
Kebidanan selama masa covid-19
Sub pokok bahasan : Kesehatan Reproduksi Macam-macam Klien pada Menopause
Sasaran : Bidan, Dosen, Mahasiswi kebidanan, Praktisi Kesehatan,
Organisasi.
Pemateri :
Tempat : Di lokasi masing-masing / di rumah melalui Aplikasi Zoom

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan siswi dan mahasiswi memahami tentang Keseharan
Reproduksi Macam-macam Klien pada Menopause di keadaan pandemi Covid19.
2. Tujuan Khusus :
a. Siswi dan Mahasiswi memahami pengertian Menopause
b. Siswi dan Mahasiswi memahami Tahap Menopuse
c. Siswi dan Mahasiswi memahami Gejala dan Keluhan yang dialami saat memasuki
Menopause
d. Siswi dan Mahasiswi memahami Resiko wanita pada umur Menopause
e. Sisiwi dan Mahasiswi memahami Patogenesis Menopause
f. Siswi dan Mahasiswi memahami Stress oksidatif pada Menopause
g. Siswi dan Mahasiswi memahami karakteristik pada Menopause
h. Siswi dan Mahasiswi memahami masa Menopause yang berkaitan dengan covid 19
B. Metode : Ceramah, tanya jawab

C. Proses Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Waktu
29

1 Pendahuluan 15 menit
a. Mengucapkan salam, perkenalan, doa
b. Menjelaskan tujuan acara
c. Kontrak waktu
2 Penjelasan 30 menit
a. Pengertian Menopause

b. Tahap Menopuse
c. Gejala dan Keluhan yang dialami saat memasuki
Menopause
d. Resiko wanita pada umur Menopause
e. Patogenesis Menopause
f. Stress oksidatif pada Menopause
g. karakteristik pada Menopause
h. masa Menopause yang berkaitan dengan covid 19
3 Penutup 15 menit
a. Evaluatif penyampaian materi
b. Sesi tanya jawab
c. Kesimpulan
d. Doa
f. Dokumentasi

D. Evaluasi
Diharapkan Siswi dan Mahasiswi bisa lebih memperhatikan Komunikasi Edukasi dan
Informasi guna tanggap di Pokok Kesehatan Reproduksi Macam-macam Klien pada
Menopause dimasa Pandemi Covid19.

MATERI WEBINAR

1. Pengertian Menopouse
30

Menopause merupakan proses penuaan yang alamiah dan normal pada setiap wanita,
menopause terjadi pada akhir siklus menstnaasi yang terakhir yang dialami oleh seorang
wanita yang sudah tidak mengalami siklus haid selama minimal 12 bulan. Hal ini di
sebabkan karena pembentukan hormone estrogen dan progesterone dari ovarium wanita
berkurang, ovarium berhenti melepaskan sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang
dan berhenti, pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen (Proverawati,
2015).
Menopause didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi pada wanita selama dua belas
bulan secara berturut-turut akibat penurunan kadar esterogen. Sebelum melalui masa
menopause, wanita biasanya mengalami gejala klimakterik terlebih dahulu diantaranya
gejala vasomotor, fisik, keluhan psikologis maupun seksual. Sebagian besar wanita
menopause tidak menyadari akan perubahan-perubahan yang mereka alami ketika memasuki
masa menopause (Seeta et al., 2015).

2. Tahap Menopause
Terjadi dalam 3 tahap yaitu premenopause, menopause, dan postmenopause.
a. Premenopause
Biasanya dimulai beberapa tahun sebelum menopause, ketika ovarium secara bertahap
membuat lebih sedikit estrogen. Premenopause berlangsung hingga menopause, titik ketika
ovarium berhenti mengeluarkan telur. Dalam 1-2 tahun terakhir premenopause, penurunan
estrogen semakin cepat. Pada tahap ini, banyak wanita mengalami gejala menopause.
b. Menopause
Ini adalah titik ketika sudah setahun sejak seorang wanita terakhir mengalami periode
menstruasi terakhir. Pada tahap ini, ovarium telah berhenti mengeluarkan telur dan membuat
sebagian besar estrogen.
c. Pascamenopause
Ini adalah tahun-tahun setelah menopause. Selama tahap ini, gejala menopause seperti hot
flashes dialami sebagian besar wanita. Tetapi risiko kesehatan terkait dengan hilangnya
estrogen meningkat seiring bertambahnya usia wanita.

3. Gejala dan keluhan yang dialami saat memasuki Menopause


31

Gejala- gejafa yang umum terjadi pada masa menopause secara fisik di antaranya hot
flush atau rasa panas pada wajah, leher, daria dan punggung. Kulit menjadi merah dan
hangat di sertai keringat yang berlebihan (keringat terutama pada malam had) dan jantung
berdebar – debar (Proverawati, 2015).
a. Hot Flashes  (Kepanasan)
Gejala menopause yang paling umum terjadi adalah hot flashes. Gejala ini timbul
karena rasa panas meluap-luap sesaat, yang membuat wajah dan leher memerah dan
menyebabkan bercak merah sementara muncul di dada, punggung, serta lengan.
Pada keadaan ini, biasanya wanita juga akan kedinginan dan berkeringat diseluruh
tubuh. Hot flashes umumnya berlangsung antara 30 detik-10 menit.
Saat mengalami hot flashes, sebaiknya kenakan pakaian yang tipis, memasang
kipas angin atau pendingin ruangan, berolahraga secara teratur, menghindari makanan
pedas dan panas, serta mengelola stres.
b. Gangguan Tidur
Gejala menopause lain yang juga sering dialami oleh wanita adalah
mengalami gangguan tidur. Saat hot flashes terjadi pada malam hari, tidur tentu akan
terganggu dan keringat pun akan bermunculan.
c. Masalah Seks
Saat mengalami menopause, wanita akan kekurangan hormon estrogen yang
mengakibatkan vagina menjadi kering, gatal, dan iritasi. Hal ini dapat berdampak pada
hubungan seks yang menjadi tidak nyaman dan menyakitkan. Selain itu, gairah untuk
melakukan seks mungkin menurun.
Namun, keluhan fisik dan psikologis sebagian besar dialami wanita pada masa
perimenopouse. Pada masa perimenopousejuga lebih banyak mengaami keluhan sakit
kepala, gangguan tidur, sakit punggung, nyeri persendian, lelha, hot flushes, dan depresi
dibandingkan pada masa premenopouse dan pascamenopouse (Freeman, 2015).

4. Resiko Wanita Umur Menopause


32

Pada fase pascamenopouse, terjadi proses penurunan kadar hormone estrogen secara
bertahap sampai pada batas berhenti produksi estrogen dalam kurun waktu kurang lebih dua
tahun setelah fase menopause. Penurunan hormone estrogen menimbulkan risiko terjadinya
perubahan berbagai organ tubuh yang meliputi ketidakseimbangan vasomotor, lender saluran
genital (mucosa urogenital), kardovaskular, dan kondisi tulang (Srinivisan dkk, 2015).
Gejala-gejala klasik yang muncul pada fase menopause dapat dikatakan sebagai dampak
sistemik kesehatan yang terjadi selama masa transisi fase menopause ke periode
pascamenopouse. Proses menopause menyebabkan adanya perubahan organ tuhub sehingga
dapat meningkatkan berbagai resiko kesehatan. Beberapa dampak kesehatan dan patofisilogi
yang bias timbul bersamaan dengan fase menopause, yaitu penyakit kardiovaskular,
perubahan hormone ovarium dan endometrium, perubahan saluran urogenital dan payudara,
gejala vasomotor, perubahan tulang serta perubahan kulit dan psikologis.
5. Patogenesis Menopause
Ovarium memilki oosit dalam jumlah tertentu saat seorang wanita dilahirkan. Selama
masa reproduksi secara bertahap jumlah folikel berkurang akibat dari ovulasi dan atresia.
Penurunan jumlah folikel menyebabkan penurunan kadar inhibin B, sehingga umpan balik
negatif ke hipofisis berkurang. Produksi follicle-stimulating hormone (FSH) meningkat yang
kemudian menyebabkan perekrutan folikel dalam jumlah yang lebih besar, sehingga
kehilangan folikel ovarium menjadi lebih cepat.
Akhirnya, akibat penurunan jumlah folikel yang terus menerus folikel yang tersisa tidak
bisa merespon FSH dan akibatnya tidak terjadi lonjakan luteinizing hormone (LH) dan pada
akhirnya tidak terjadi ovulasi. Akibat tidak terjadi ovulasi maka siklus menstruasi
menghilang, yang mengakibatkan berkurangnya jumlah sel granulosa. Penurunan jumlah sel
granulosa mengakibatkan kadar estrogen mengalami penurunan secara drastis. Periode pasca
menopause ditandai oleh peningkatan kadar LH dan FSH dalam darah, estrogen dalam
jumlah kecil masih ditemukan yang merupakan hasil konversi dari testosteron.

6. Stres oksidatif pada menopause


Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas terutama Reactive oxygen
species (ROS) dengan kapasitas antioksidan. Pada kondisi fisiologis ROS sebagian besar
dihilangkan oleh sistem antioksidan selular, yang meliputi antioksidan protein dan molekul
33

nonprotein serta enzim antioksidan seperti superoksida dismutase [SOD], glutathione


peroxidase [GPx] dan katalase. Jika ROS meningkat melebihi antioksidan, maka akan
terjadi kerusakan oksidatif pada lipid, protein, dan DNA. Peroksidasi lipid bisa sangat
berbahaya bagi sel karena merupakan reaksi yang berantai.
Wanita pasca-menopause cenderung mengalami stres oksidatif yang ditandai oleh
peningkatan kadar Malondialdehyde (MDA). MDA merupakan produk peroksidasi lipid dan
peningkatannya menandakan terjadinya stres oksidatif. Keadaan stres oksidatif pada
menopause diperkuat dengan ditemukannya penurunan kadar dan kapasitas antioksidan.
Kadar antioksidan mengalami penurunan karena banyak terpakai untuk menetralkan radikal
bebas dan mengurangi stres oksidatif. Pada wanita pasca-menopause terjadi penurunan
antioksidan SOD dan penurunan ekspresi mRNA SOD dan GSH-Px.9
Estrogen selain sebagai hormon seks juga berperan sebagai antioksidan untuk mencegah
terjadinya stres oksidatif. Estrogen adalah antioksidan kuat yang dapat menurunkan oksidasi
LDL (Low Density Lipoprotein) secara in vitro dan in vivo. Estrogen mempengaruhi ekspresi
dan fungsi dari nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADPH) oksidase serta enzim
antioksidan (SOD, GPx, katalase). Estrogen juga berperan sebagai sebagai pengatur ekspresi
mRNA SOD dab GSH-Px.9 Defisiensi estrogen mengakibatkan wanita pasca-menopause
memiliki kapasitas antioksidan yang berkurang yang selanjutnya menginduksi terjadinya
stres oksidatif.

7. Karakteristik Menopause
Kecenderungan bahwa karakteristik tertentu berpengaruh terhadap datangnya masa
menopause memang belum diteliti secara mendalam namun dalam beberapa analisa
diketahui bahwa faktor – faktor berikut ini berpeluang untuk mempercepat datangnya masa
menopause
6. Usia
Usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia (lansia) yang meningkat, memang
mencerminkan perbaikan kesehatan, akan tetapi hal ini menjadi tantangan di masa
mendatang karena menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan ekonomi. Diperkirakan
jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa
34

atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 2021 usia lanjut di Indonesia
diperkirakan mencapai 30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 di dunia.
Seorang wanita akan meninggalkan usia reproduksi (Secara umum berkisar antara
15-44 tahun). Proses ini pasti akan berdampak pada perubahan akan kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause,
keluhan klimakterium sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk
(Purwoastuti, 2015)
7. Kepercayaan
Kebanyakan mitos atau kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat tentang
menopause begitu diyakini sehingga menggiring perempuan untuk mengalami persepsi
negatif saat mengalami menopause. Pertama perempuan yang mengalami menopause
otomatis berpredikat menjadi tua. Kedua, perasaan bahwa dirinya tidak dibutuhkan lagi
dan tidak dihargai, ini akan menurunkan bahkan menghentikan keinginannya untuk
melakukan aktivitas. Ia pun akan makin mengisolir dan menyingkir dari aktivitas sosial
dan kemasyarakatan. Ketiga, perempuan mengalami menopause, kehilangan daya tarik
seksualnya dan menurun aktivitas seksualnya. Keempat, mitos lainnya yaitu bahwa
periode menopause sama dengan goncangan jiwa, yaitu munculnya gejala rasa takut,
tegang, sedih, lekas marah, dan mudah tersinggung (Mulyani, 2015).
8. Pendidikan
Teori yang dikemukakan oleh Setiyorini (2017), mengatakan bahwa Pendidikan
merupakan faktor penting dalam memahami penyakit, perawatan diri, pengelolaan DM
dan pengontrolan KGD, mengatasi gejala yang muncul dengan penanganan secara tepat
serta mencegah terjadinya komplikasi.
Pendidikan terkait dengan pengetahuan. Selain itu, pendidikan tinggi membuat
individu mampu mengembangkan mekanisme koping dan pemahan yang baik terhadap
informasipendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena tingkat
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat
keputusan yang menyangkut masalah. kesehatan mereka sendiri. Semakin tinggi
pendidikan seorang wanita maka akan mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah baru. Pendidikan akan mempengaruhi
35

pengetahuan seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah bagi
orang itu menerima informasi (Notoatmojo, 2015).
9. Kualitas Hidup
Teori yang dikemukakan Proverawati (2016), menyatakan bahwa beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa tekanan psikis yang timbul dari nilai sosial
mengenai wanita menopause memberikan konstribusi terhadap gejala fisik selama
periode pre dan pasca menopause. Gejala fisik yang dirasakan dapat memicu munculnya
masalah psikis.

Perasaan yang biasa muncul pada fase ini antara lain rapuh, sedih, dan tertekan,
akibatnya wanita pada masa pre menopause menjadi depresi, tidak konsentrasi bekerja
dan mudah tersinggung. Namun bila menopause dinilai sebagai sesuatu yang positif akan
menimbulkan dampak yang positif bagi kehidupan.

10. Usia Menarche

Semakin dini seorang wanita mengalami menarche maka semakin lambat ia


mengalami menopause. Sebaliknya, semakin lambat mengalami menarche maka semakin
dini mengalami menopause. Penelitian ini sesuai dengan teori Kasdu yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seseorang
wanita memasuki menopause. Semakin muda seseorang mengalami haid pertama
kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki usia menopause.

Menurut Speroff dan Reitz bahwa wanita yang terlambat mendapatkan menstruasi,
pada usia 16 atau 17 tahun, justru akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan
mereka yang haid lebih dini seringkali akan mengalaminya sampai pada usia mencapai
50 tahun. Ada pola keluarga yang berlaku secara umum, bagi seorang wanita yang ibu
atau kakak perempuannya lebih dini mengalami menopause maka ia juga cenderung
mengalami hal yang sama, begitu pula sebaliknya.

8. Masa Menopause berkaitan dengan Covid-19


Menurut Dr Newson pada usia menopause, sangat penting untuk memahami
hubungan estrogen dan COVID-19. Pada wanita, peningkatan risiko dari COVID-19
dimulai pada akhir 50-an, yang lebih muda daripada risiko dimulai pada pria. Dengan
36

Covid Symptom Study kami mencari untuk melihat apakah ini terkait dengan menopause,
karena jika dia berusia 50-an dan bukan pada HRT, maka dia akan kekurangan estrogen.
Karenanya, mungkin, pada risiko COVID-19 yang lebih tinggi. Sebagai pendiri
MPoweredwomen.net, sebuah situs yang didedikasikan untuk menghilangkan tabu
menopause dan memberikan fakta kepada wanita bukan fiksi, ia berharap penelitian ini
dapat membantu menghilangkan, sekali dan untuk semua, keresahan yang membuat
banyak wanita berhenti memakai HRT.
"Terlalu banyak wanita menunda memakai HRT karena kurangnya pengetahuan dan
ketakutan yang tidak berdasar,. Manfaat HRT jauh lebih besar daripada risikonya,"
ungkapnya. Jika penelitian yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa estrogen
membantu kekebalan terhadap COVID-19, maka itu akan menjadi berita positif bagi
wanita menopause.
37

KUESIONER

1. menopouse merupakan waktu pemberhentian mentruasi secara


a. sementara
b. permanen
c. hanya beberapa tahun
d. 6 bulan saja

2. apakah perubahan yang terjadi pada organ reproduksi pada ibu menopouse
a. ovarium
b. uterus
c. vagina dan vulva
d. semua benar

3. apakah tahap awal pada ibu menopouse ?


a. premenopouse
b. menopouse
c. pascamenopouse
d. postmonopouse

4. apakah yang termasuk karakteristik pada ibu menopouse


a. usia
b. penuaan
c. penyakit
d. pikiran

5. puncak ibu menopouse berlangsung diusia ?


a. 10 tahun
b. 50 tahun
c. 45 tahun
d. 60 tahun
38

6. pasca ibu menepouse terjadi pada usia ?


a. 40 tahun
b. 40/50 tahun
c. 60/65 tahun
d. 70/75 tahun

7. menopouse merupakan suatu proses dimana ibu mengalami perubahan


a.fisikologis
b.mental
c.perasaan
d.sikap

8. apakah perasaan seorang ibu dalam mengahadapi menopouse


a. bahagia
b. sedih
c. stress dan takut
d. biasa aja

9. apakah yang dikeluhkan saat menopouse terjadi


a. susah tidur
b. hotflash/rasa panas
c. masalah pada sex
d .a,b,c benar

10. hal hal yang perlu diperhatikan dalam mengurangi resiko menopouse adalah
a. mengatur gaya hidup sehat
b. mengawasi tekanan darah
c. olahraga teratur
d. semua benar

11. aktifitas apa saja yang sebaik nya dilakukan oleh ibu monopouse
a. banyak olahraga
39

b. berbaring ditempat tidur


c. tidak beraktifitas
d. mengangkat alat berat

12. apakah khasiat olahraga pada ibu menopouse


a. mengurangi rasa nyeri
b. tidak ada khasiat nya
c. biasa saja
d. mengurangi pikiran

13. gejalah apa yang akan dialami seorang ibu pada saat terjadi menepouse
a. pinggang , wajah , leher terasa panas
b. sakit kepala
c. mual mual
d. sakit perut

14. bagaimana sikap suami jika seorang istri mengalami menopouse


a. memperhatikan dan membantu kemauan ibu
b. membiarkan seorang ibu berkerja
c. sering meninggal kan ibu dirumah
d. memperhatikan nya saja

15. gizi apa saja kah yang dibutuh kan oleh ibu menopouse
a. karbohidrat
b. protein
c. vitamin D
d. benar semua

16. pola makan sehat seperti apa yang harus ibu konsumsi
a. mengkonsumsi bangak kafein
b. mengkonsumsi obat obatan
c. mengekonsumsi extra estrogen yg terkandung pada makanan
40

d. mengkonsumsi banyak karbohidrat

17. apakah jenis makanan alamia yang baik di konsumsi oleh ibu menopouse
a. sayur sayuran
b. kacang kacangan
c. buah buah
d. semua benar

18. jenis kacang kacangan apa yang harus ibu konsumsi


a. kacang kedelai
b. kacang tanah
c. kacang panjang
d. kacang merah

19. apa saja olahraga pada ibu menopouse


a. menjaga kepadatan tukang
b. mengurangi stress
c. menjaga kekebalan tubuh
d. a,b,c benar

20. salah satu tips memperlambat menopouse


a. makan makanan instan
b. jarang olahraga
c. tidak menerapkan hidup sehat
d. makan makanan yang mengandung fito strogen contoh nya kacang kacangan ,buah buahan ,dll

Anda mungkin juga menyukai