TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/ massa
tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan
kerusakakn arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. (Muttaqin, Arif. 2008)
B. Jenis Osteoporosis
Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis
primer dansekunder.
1.Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan
proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses
ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis
primer.
2.Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal
tertentu. mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan
endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi
penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik
akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal
kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme,
hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
3.Osteoporosis Kausal juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab penyakit atau
keadaan dasarnya :
a) Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon
utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium ke- dalam tulang
pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51 – 75
tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan
memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal,
perempuan kulit putih dan daerah timur lebih rentan menderita penyakit ini daripada
kulit hitam.
b) Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di
atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering pada perempuan.
c) Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat – obatan. Penyakit ini disebabkan oleh
gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal )
serta obat – obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone
tiroid yang berlebihan ). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
d) Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuh yang jelas.
C. Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang
tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga
merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonselular utama dar jaringan tulang adalah mineral-mineral dan
matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam
kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-
mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai
osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam
hialuronat.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang terususun dari tiga jenis sel : osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
prteoglikan sebagai metriks tulang atau jaringan oeteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jarigan osteoid, osteoblas mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranana penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak
yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan
enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
D. Etiologi:
Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
1.Penyebab primer : menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak diketahui.
2.Penyebab sekunder : pemakaian Obat kortikosteroid, gangguan metabolism, gizi
buruk, penyerapan yang buruk, penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal,
penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat saraf belakang, rematik, transplasi
organ.
3.Penyebab secara kausal : Osteoporosis juga dapat dikelompokan berdasarkan
penyebab penyakit atau keadaan dasarnya :
a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon
utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium ke- dalam tulang
pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51 – 75
tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan
memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan
kulit putih dan daerah timur lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di
atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering pada perempuan.
c. Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat – obatan. Penyakit ini disebabkan oleh
gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal )
serta obat – obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone
tiroid yang berlebihan ). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
d. Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuh yang jelas.
Faktor-faktor etiologi yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut
adalah
1) Determinan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis. Semakin terang kulit, semakin tinggi risiko terkena
osteoporosis. Karena itu, ras eropa utara (swedia, norwegia, denmark) dan asia
berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras kulit hitam. Ras afrika
memiliki massa tulang lebih padat di banding ras kulit putih amerika. Mereka
juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar.
Ditamabah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras afrika.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya
beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain
dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot
dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja
mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau
pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun
tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada
otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di
tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar
angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban
mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di
sampihg faktor genetic.
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang
cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal
sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
E. Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang
sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan
aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera
setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause
mengakibatkan percepatan reasorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun
pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting
untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium
dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
F. Manifestasi Klinis
Osteoporosis merupakan silent disease. Klien osteoporosis umumnya tidak
mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis
mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-
daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang
vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk,
pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun
dan terdapat lengkung vertebra abnormal(kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris
sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma
ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Masa total tulang yang terkena, mengalami penurunaan dan menunjukan
penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena
adanya variasi ketebalan trabekular pada individu ”normal” yang berbeda. Diagnosis
mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika osteoporosis dalam
keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara analisis kimia dari abu
tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai
kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic
dan factor lingkungan.
1. Factor genetic meliputi:
Usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.
2. Factor lingkungan meliputi:
Merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas,
anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang
selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang
baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang
intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao
nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen
merangsang pembentukkan Ct).
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
H. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :
1. Pengobatan
a) Perempuan yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin
D dalam jumlah yang mencukupi dan Bifosonat juga digunakan untuk mengobati
osteoporosis.
b) Perempuan pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan
estrogen ( biasanya bersama dengan progesterone) atau alendronat, yang dapat
memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Sebelum terapi sulih estrogen
dilakukan,biasanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan payudara
dengan mammogram, pemeriksaan kandungan, serta PAP smear untuk mengetahui
apakah ada kanker atau tidak. Terapi ini tidak di anjurkan pada perempuan yang
pernah mengalami kanker payudara dan kanker kandungan (ndometrium).
Pemberian alendronat, yang berfungsi untuk :
a. Mengurangi kecepatan penghancuran tulang pada perempuan pasca menopause.
b. Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul.
c. Mengurangi angka kejadian patah tulang.
d. Pemberian Kalsitonin, untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang
belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan melalui suntikan atau melalui
semprot hidung.
e. Laki – laki yang menderita osteoporosis biasanya menapatkan kalsium dan
tambahan vitamin D
f. Pemberian Nutrilife-deer Velvet merupakan alternative terkini yang bisa mengatasi
osteoporosis. Nutrilife-deer Velvet yang terbuat dari tanduk Rusa Merah New
Zealand, terbukti bermanfaat untuk mencegah osteoporosis dan telah digunakan
selama lebih dari 10.000 tahun oleh China, Korea, dan Rusia. Obat ini mengandung
delapan factor pertumbuhan, prostaglandin, asam lemak, asam amino, dan
komponen dari kartilago, dan dosisnya 1x1/kapsul 1 hari.
g. Pengobatan patah Tulang pada Osteoporosis. Patah tulang panggul biasanya di atasi
dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau di
perbaiki dengan pembedahan. Jika terjadi penipisan tulang belakang disertai nyeri
panggung yang hebat, dapat di berikan obat pereda nyeri, di pasang supportive back
brace, dan dilakukan terapi fisik dengan mengompres bagian yang nyeri dengan
menggunakan air hangat atau dingin selama 10 – 20 menit.
h. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan
pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolic
i. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang
adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
2. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
a. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
b. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
1) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2) Latihan teratur setiap hari
3) Hindari :
a) Makanan Tinggi protein
b) Minum kopi
c) Minum Antasida yang
d) Merokok
e) Mengandung Alumunium
f) Minum Alkohol
c. Pola hidup sehat antara lain cukup tidur, olahraga teratur (seperti jalan kaki,
berenang,senam aerobic).
I. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan
mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan
fraktur colles pada pergelangan tangan .Penurunan fungsi, dan Nyeri dengan atau tanpa
fraktur yang nyata.
BAB II
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
klien yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.
1. Anamnese:
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan,tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat,
semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi
a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
b. Berat badan menurun
c. Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
4. Aspek Penunjang
a. Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula
transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang
intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf
b. CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan
mineral vertebra dibawah 65 mg/cm 3 ada pada hampir semua klien yang mengalami
fraktur.
5. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing).
Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
b. B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing.
Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema
yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
1. Kepala dan wajah: ada sianosis
2. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
3. Leher: Biasanya JVP dalam normal
d. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan.
e. B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan
dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra
torakalis 8 dan lumbalis 3.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu bagian integral dari keperawatan. Hal ini
merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat
mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang
actual dan potensial.
1. Analisa Data
DO :
Perubahan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari
lemah ke kaku).
Tingkah laku
ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih,
menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah).
Perubahan
dalam nafsu
makan dan
minum.
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat.
Tubuh atau satu Kriteria hasil : latihan dan lihat respon pasien saat
atau lebih latihan
ekstremitas Klien meningkat dalam
Konsultasikan dengan terapi
secara aktifitas fisik fisik tentang
Mandiri Mengerti tujuan
atau dari rencana ambulasi sesuai dengan
terarah peningkatan mobilias kebutuhan
Memverbalisasikan Bantu klien untuk
perasaan dalam menggunakan tongkat
meningkatkan kekuatan dan Saat berjalan dan cegah terhadap
kemampuan cedera
berpindah Ajarkan pasien atau tenaga
Memperagakan kesehatan
penggunaan alat bantu Lain tentang teknik ambulasi
Untuk mobilisasi Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan
Kemampuan
Definisi Risk
: control Environment management
beresiko (manajemen lingkungan
mengalami Kriteria hasil :
cedera sebagai Klien terbebas dari cedera Sediakan lingkungan yang
akibat kondisi aman untuk
lingkungan yang Klien mampu menjelaskan Pasien
berinteraksi cara atau metode
dengan sumber Identifikasi kebutuhan
adaptif dan Untuk mencegah keamanan pasien
sumber defensive injury/cedera
individu. Sesuai dengan kondisi fisik dan
Klien mampu fungsi
menjelaskan factor resiko dari
Kognotif pasien dan riwayat
Lingkungan / perilaku penyakit
personal
Terdahulu pasien.
Mampu memodifikasi
gaya hidup untuk Menghindari lingkungan yang
berbahaya
Mencegah injury/ cedera
(memindahkan perabotan)
Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada Menyediakan tempat tidur yang
nyaman
Mampu mengenali
perubahan status Dan bersih
Memindahkan barang-barang
yang dapat
Membahayakan
Penyusuaian psikososial:
Kaji alasan-alasan untuk
perubahan hidup mengkritik atau
Mengungkapkan
penerimaan diri
Komunikasi terbuka
Menggunakan strategi
koping efektif
D. Implementasi
Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan
yang telah direncanakan.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Nyeri berkurang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,
peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan
kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien
gangguan system musculoskeletal). Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya
kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi
keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang,
maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
B. Saran
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja diharapkan
makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon perawat,
sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Osteoporosis” menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi
kasus yang kami bahas ini.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi
klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan
klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Kumar, Vinay, Abul K. Abbas dan Nelson Fausto. 2005.Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease.Seventh Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders.
Lewis, Sharon L. 2007. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis : Mosby.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6.Jakarta : EGC.
Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke
Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Suratun, Heryati. 2008. KLIEN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : SERI ASUHAN
KEPERAWATAN. Jakarta : EGC