com/indonesiapustaka
OLIVIER JOHANNES RAAP
www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i
www.facebook.com/indonesiapustaka
untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
OLIVIER JOHANNES RAAP
www.facebook.com/indonesiapustaka
Jakarta:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Kota di Djawa Tempo Doeloe
© Olivier Johannes Raap
KPG 591501001
Penyunting
Christina M. Udiani
Perancang Sampul
Boy Bayu Anggara
Wendie Artswenda
Pengantar vi
alun-alun 1
Kediaman Penguasa 23
Masjid agung 41
Kota Kompeni, Benteng, dan Loji 55
seluk-Beluk Pasar 73
Pecinan 95
Permukiman Orang asing 125
Perkampungan Warga tradisional 139
Jabatan Menjadi tanah 155
Jalan Penuh Cerita 167
tentang aliran air 201
seputar Pelabuhan 227
arsitektur Bergaya Eropa 243
Gedung dan Julukannya 269
ruang Hijau 285
Persimpangan Jalan 299
www.facebook.com/indonesiapustaka
Buku ini berdasarkan koleksi kartu pos pribadi Jawa Tempo Doeloe di berbagai blog serta
saya, dari periode sekitar 1900-1950. Sekitar jejaring sosial, yang menuai antusias pengunjung
pergantian abad ke-20, saya telah menaruh hati laman. Banyak orang menganggap koleksi
terhadap keindahan Pulau Jawa beserta budaya kartu pos tentang Jawa sangat bernilai tinggi
dan sejarah penduduknya. Sebagai seorang dan mereka pun mendorong saya untuk
kolektor sejati, pada 2003 saya mulai membentuk membukukannya agar lebih banyak orang bisa
sebuah koleksi kartu pos kuno bertema Jawa menikmatinya.
Tempo Doeloe. Buku ini mengikuti dua judul Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
lain bertema Jawa Tempo Doeloe yang telah para pembaca kedua buku hasil karya saya yang
diterbitkan sebelumnya, yaitu Pekerdja di Djawa telah diterbitkan sebelumnya. Tanggapan mereka
Tempo Doeloe (Maret 2013) dan Soeka-Doeka di yang saya terima untuk buku-buku saya sangat
Djawa Tempo Doeloe (Oktober 2013), yang juga positif, baik melalui forum diskusi atau bedah
menggunakan koleksi kartu pos sebagai media buku langsung maupun di media jarak jauh.
dokumentasi. Saya menerima banyak apresiasi, inspirasi, dan
Tidak mudah untuk mengumpulkan koleksi dorongan dari mereka yang menjadi motivasi
kartu pos tersebut karena saat ini kartu pos kuno tinggi bagi saya untuk melanjutkan aktivitas
dari Indonesia sulit sekali didapatkan. Koleksi penulisan saya.
www.facebook.com/indonesiapustaka
sebuah kota tanpa melupakan struktur dan dan bangunan-bangunan lain dengan beraneka
sejarah dalam pembahasan tema kedua ini yang macam fungsi. Kota model imajiner itu juga
menjadi pedoman untuk pembagian bab-bab. memiliki infrastruktur dengan jalanan air dan
Pembagian bab bertema unsur kota membuat darat yang besar dan kecil, pasar, jalan pertokoan,
kita membandingkan unsur yang sama dari kota dan banyak hal lain; benang merah ketiga dalam
yang berbeda. Misalnya, bab Ruangan Hijau yang buku ini yang menggambarkan kota imajiner
membahas taman kota. Banyak kota memiliki tersebut.
vii
Ka rtu Pos Ku no se ba g a i M e di a D ok u me nta si
Sebagai tema keempat, buku ini ingin Kota kecil dan kota besar
memperlihatkan bahwa sebuah kota di Jawa Setidaknya 44 kota yang berbeda diwakili dalam
merupakan sintesis dari banyak pengaruh. Rakyat buku ini, dengan 277 kartu pos yang diiringi
pribumi di Jawa secara tradisional menghuni narasi penjelasan. Sejumlah kartu pos tersebut
desa-desa di pulau ini, sementara sebagian besar tidak terbagi seimbang antara masing-masing
kota dikembangkan oleh pendatang dari luar kota. Kota Batavia, Bandung, Semarang, dan
daerah, luar pulau, dan luar negeri. Hasilnya, Surabaya masing-masing diwakili 20 kartu pos
banyak kota menjadi sintesis dari banyak budaya atau lebih, sementara 17 kota lain masing-masing
yang meninggalkan warisan dalam populasi etnis, hanya diwakili satu kartu pos.
perencanaan kota, dan arsitektur. Pengembangan Kenapa empat kota tersebut diwakili banyak
kota membuktikan bahwa penduduk Pulau Jawa kartu pos? Perlu diketahui bahwa kartu pos dari
tampak kreatif dalam mengadaptasi budaya luar. zaman kolonial, yang kini masih disimpan di
Selain gambar pada kartu pos, judul kartu lingkungan kolektor, tidak merepresentasi semua
pos dibahas sama dengan banyak hal lain yang kota di Jawa secara seimbang. Jumlah kartu pos
berkaitan dengan bahasa dan nama tempat. kuno yang tersisa dalam koleksi-koleksi sekarang
Ditemui banyak judul menarik dengan toponimi rupanya didominasi oleh segelintir kota besar saja
(nama geograis) yang bercerita. Toponimi dalam yang merupakan tempat kebanyakan orang Eropa
berbagai bahasa dipecahkan dan dimanfaatkan berdomisili atau berkunjung pada zamannya.
untuk memberi keterangan tersembunyi Bagi para produsen kartu pos, orang
mengenai keadaan tempat pada masa lalu. Eropa merupakan sasaran utama yang terbiasa
membeli kartu pos. Pada umumnya kartu pos
bergambar kota kecil sangat langka, karena pada
kenyataannya sedikit orang Eropa yang tinggal
di kota tersebut. Penjualan kartu pos dengan
Bagi para produsen gambar setempat di banyak kota kecil merupakan
usaha yang tidak mudah. Itulah sebabnya, kartu
kartu pos, orang Eropa pos dari kota dengan komunitas warga Eropa
kecil misalnya Kudus, Pekalongan, Rangkasbitung,
merupakan sasaran dan Serang, terbilang sangat langka. Kartu pos
dari kota besar diterbitkan dalam berbagai ragam
utama yang terbiasa dan dicetak dalam jumlah besar. Sementara
ragam kartu pos dari kota kecil sungguh sedikit,
membeli kartu pos. dan biasanya dicetak dengan jumlah sedikit
saja. Oleh karena itu pada masa kini kartu pos
Pada umumnya dari kota kecil menjadi sangat langka dan sulit
didapatkan kolektor.
kartu pos bergambar Dalam penyusunan ilustrasi untuk buku ini,
saya menyeleksi koleksi kartu pos kuno, namun
kota kecil sangat koleksi tersebut tidak representatif. Dalam
www.facebook.com/indonesiapustaka
viii
Ka rtu Pos Ku no se ba g a i M e di a D ok u me nta si
yang cukup sulit bagi saya karena pemilihan Tanpa bantuan mereka, hasil karya ini tidak akan
materi dan tema yang menjadi benang merah terwujud.
merupakan interpretasi subjektif. Hal itu sudah Pertama, saya ingin mengucapkan terima
di luar konteks perspektif subjektivitas penerbit kasih kepada semua teman di berbagai forum
dan pembeli kartu pos. Walau demikian, dengan serta jejaring sosial yang saya ikuti. Mereka selalu
konsep buku ini kita menggambarkan pencarian memberikan banyak komentar menarik tentang
jejak sejarah dalam kartu pos kuno sebagai artikel-artikel saya. Komentar-komentar tersebut
medium dokumentasi. Tentu saja, ungkapan banyak memberikan inspirasi terhadap narasi-
“mengikuti jejak lama meninggalkan jejak baru” narasi di buku ini.
juga berlaku untuk buku ini. Sambil membuka- Saya mengucapkan terima kasih yang
buka, para pembaca akan menemukan jejak baru setinggi-tingginya terutama kepada tim
dalam bentuk narasi yang mengiringi ilustrasi. proofreader yang telah membaca serta
Dengan melangkah di sampingnya, dalam memberikan masukan tentang penulisan naskah
perjalanan ini saya sebagai penulis berupaya tidak buku ini dalam beberapa tahapan, yaitu Fanny
menghancurkan jejak aslinya. Syariful Alam, Linda Cheang, Mahandis Yoanata,
Mendalami sejarah kota-kota, penduduk Satrio Prabowo, dan Shirley Widjaja. Kritik dan
Pulau Jawa tampak kreatif dalam mengadaptasi saran yang telah mereka berikan menjadikan isi
budaya luar yang berkelindan dengan budaya buku ini tersaji dengan lebih baik.
domestik hingga bisa diterima, sesuai, dan Tidak lupa saya menyampaikan ucapan
menjadi bagian budaya lokal yang kaya. Menurut terima kasih kepada mereka yang telah
saya sebagai orang luar, mereka patut bangga memberikan berbagai data yang saya butuhkan
dengan kearifan ini. Apa pun kebudayaan sesuai dengan keahlian tentang teknik bangunan,
yang menganggap serius dirinya seharusnya yaitu Bimo Hernowo dan Sarwoko Siswoko.
mengetahui dan membanggakan masa lalunya! Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada
penerbit KPG yang telah mewujudkan buku ini.
Ucapan terima kasih Selamat membaca, selamat menghirup
Ucapan terima kasih saya tujukan kepada suasana tempo doeloe!
teman-teman yang telah membantu saya
dengan berbagai cara untuk menulis buku ini. Penulis
www.facebook.com/indonesiapustaka
ix
www.facebook.com/indonesiapustaka
aLun-aLun
Tanah lapang di tengah kota penjara. Selain itu, terdapat juga pasar dan toko-
Banyak kota di Pulau Jawa memiliki lapangan toko, kantor pos, halte kendaraan umum, kantor
terbuka untuk umum berbentuk persegi polisi, dan fasilitas lain di sekitar alun-alun.
empat di pusat kota yang disebut alun-alun.
Dibandingkan dengan sebutan Melayu, yakni Alun-alun prakolonial versus alun-alun
padang dan medan, alun-alun memiliki suatu kolonial dan alun-alun tidak resmi
ciri khas: letaknya di depan kediaman penguasa Suatu alun-alun model prakolonial dapat ditemui
daerah. Sejak zaman Majapahit, alun-alun di kota warisan kerajaan kuno yang didirikan pada
merupakan bagian dari kompleks keraton abad ke-18. Di Solo dan Yogyakarta, alun-alun
(Handinoto 2010:219). Pada masa lampau, merupakan halaman di sebelah utara (alun-alun
alun-alun digunakan sebagai tempat berkumpul lor) dan sebelah selatan (alun-alun kidul) keraton.
rakyat saat pejabat pemerintahan berpidato atau Alun-alun utara dianggap lebih penting, dengan
acara tertentu, contohnya pelaksanaan hukuman masjid dibangun di sisi barat. Alun-alun model
pancung, pesta rakyat, dan pertunjukan kesenian. ini tidak dikelilingi jalanan ramai, tetapi lebih
Ukuran alun-alun bervariasi, mulai dari 100 x terintegrasi dalam kompleks keraton.
100 meter (Garut) hingga 250 x 250 meter lebih Model alun-alun kolonial lahir pada abad ke-
(Purworejo). Biasanya pemukaannya berumput, 19. Ketika itu, banyak kota mendapatkan status
www.facebook.com/indonesiapustaka
meskipun ada kebiasaan lama bahwa rumput sebagai ibu kota daerah administratif kolonial
tidak diperbolehkan tumbuh di alun-alun. Kadang afdeeling yang dipimpin oleh seorang asisten
permukaan alun-alun ditutup dengan pasir halus residen. Pembagian afdeeling diikuti dengan
untuk membuatnya terlihat benar-benar kosong. pembentukan daerah administratif pribumi yang
Di sekeliling alun-alun tidak hanya terdapat sederajat, yaitu kabupaten, yang dipimpin oleh
kediaman penguasa dan pendoponya, melainkan seorang bupati. Oleh karena itu di sekitar alun-
juga terdapat masjid, gedung pengadilan, dan alun tidak hanya dibangun kediaman asisten
alu n- a lu n
2
alu n- a lu n
3
alu n- a lu n
4
alu n- a lu n
sepasang beringin
bersemadi. Pohon tersebut ditanam di kedua sisi
tahun: sekitar 1910 garis lurus imajiner dari Gunung Merapi ke Laut
Lokasi: alun-alun utara, Yogyakarta Selatan, yang menjadi aksis untuk tata ruang
Judul: Jogiakarta aloon-aloon alun-alun. Aksis tersebut diputar tujuh derajat
Pencetak: Weenenk & snel, Den Haag dari poros utara-selatan. Kedua pohon tersebut
(Belanda) dipangkas atas pertimbangan estetika.
Seperti halnya di Solo, alun-alun Yogyakarta
Sepasang pohon beringin berdiri di tengah Alun- bukanlah titik pertemuan jaringan jalan tetapi lebih
alun Utara di Yogyakarta yang berukuran 150 x terintegrasi dalam kompleks keraton. Keraton dan
150 meter. Berbeda dengan kebanyakan kota di Kota Yogyakarta dibangun pada 1756 di tengah
Pulau Jawa yang mempunyai satu buah pohon hutan beringin. Nama Pasar Beringharjo yang
beringin di tengah alun-alun, di Solo, Purworejo, terletak dekat alun-alun masih mengingkatkan
dan Yogyakarta terdapat dua buah beringin yang kita pada hutan tersebut. Namun kedua pohon di
www.facebook.com/indonesiapustaka
merupakan tradisi yang diwariskan dari Kerajaan tengah alun-alun tidak berasal dari hutan tersebut.
Mataram. Tradisi khas Yogyakarta, setahun sekali Menurut legenda, pada 1756 ditanam dua bibit
pohon tersebut ditata dedaunannya dengan yang diambil dari Majapahit (pohon barat) dan dari
dipangkas atas pertimbangan estetika. Kedua Pajajaran (pohon timur). Sayangnya, usia pohon sulit
pohon dipagari agar tidak digunakan untuk untuk ditentukan karena tidak diketahui usia kedua
bibit saat ditanam.
5
alu n- a lu n
pohon beringin di tengah alun-alun dan kamera diambil dari kata Jawa gladag, yaitu bangunan
mengarah ke selatan. Sebuah menara segi tempat kumpul para pekerja rodi untuk Sri
delapan setinggi 30 meter menjulang ke atas Susuhunan (Graaf 1971:35).
6
alu n- a lu n
Malioboro. Tempat parkir kereta (Rotowijayan) Berlin (Jerman). Ciri khasnya adalah empat roda,
berada di sekitar 150 meter ke arah kanan. tempat kusir yang terbuka, dan kabin penumpang
Fotografer berdiri di depan Masjid Agung dan yang tertutup dengan di dalamnya terdapat dua
kamera mengarah ke timur. Di latar belakang bangku penumpang yang saling berhadapan.
7
www.facebook.com/indonesiapustaka
8
alu n- a lu n
alu n- a lu n
Parade militer
tahun: sekitar 1900
Lokasi: Jalan agus salim,
semarang
Judul: aloon-aloon semarang
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden
9
alu n- a lu n
timur-barat. Di dalam grid jalanan itu terbentuk oktagonal. Foto mengarah ke barat dengan
blok-blok kotak dan salah satu blok menjadi Masjid Jami sebagai latar belakangnya. Terlihat
alun-alun dengan ukuran 175 x 150 meter. beberapa ekor kambing sedang makan rumput di
Sebuah pohon beringin ditanam di tengah alun- lapangan yang juga digunakan untuk olah raga.
alun. Sekarang pohon beringin tersebut diganti kolam
air mancur.
10
alu n- a lu n
11
alu n- a lu n
kediaman bupati, yang dibangun di sisi utara umumnya, tetapi aksis diputar 37 derajat ke arah
alun-alun pada 1840 (Atas 2008:100). Kompleks timur laut, mengikuti pola jaringan jalan yang
kabupaten menghadap ke arah rumah asisten sejajar dengan dataran tinggi di antara dua sungai.
residen di sisi selatan alun-alun, yang dibangun Purworejo memiliki alun-alun yang sangat besar,
lebih dulu dan sekarang menjadi kantor Pemda. dengan ukuran sekitar 250 x 260 meter.
12
alu n- a lu n
13
alu n- a lu n
rumah asisten residen (1) meter dibangun saat itu. Seperti biasanya,
pohon beringin ditanam di tengah dan masjid
tahun: sekitar 1910 didirikan di sisi barat. Sesuai dengan rencana
Lokasi: alun-alun, Bondowoso pembangunan sebuah alun-alun model
Judul: Groet uit Bondowoso, Bij de aloon- kolonial, kediaman asisten-residen di sisi selatan
aloon (salam dari Bondowoso, di alun-alun) berhadapan dengan kediaman bupati di sisi utara.
nomor urutan penerbit: 11410 Di sisi timur dibangun penjara.
Foto mengarah ke selatan dan tampak rumah
Sejak tahun 1819 Bondowoso berstatus sebagai asisten residen yang sekarang menjadi kantor
ibu kota daerah administratif dan diprediksi bupati sedangkan pendopo bupati tetap berada
bahwa alun-alun seluas sekitar 220 x 200 di sisi utara alun-alun.
www.facebook.com/indonesiapustaka
14
alu n- a lu n
seorang asisten residen) di Keresidenan Kedu. lama di Wonosobo hancur akibat gempa bumi
Diperkirakan, alun-alun model kolonial seluas 150 pada 1860-an. Setelah kemerdekaan Indonesia,
x 200 meter dibangun saat itu. bangunan itu menjadi kantor bupati, sementara
rumah dinas bupati tetap berada di sisi utara.
15
alu n- a lu n
setengah terlihat. Bangunan tersebut adalah dalam foto sekarang sudah tidak ada lagi karena
babancong di depan pendopo kabupaten yang dikorbankan untuk keperluasan masjid.
16
alu n- a lu n
menghadap ke barat. Di alun-alun ini tidak terdapat satu pohon beringin persis di tengah alun-alun,
kediaman asisten residen. Kediri dipimpin oleh namun beberapa pohon yang tersebar, antara lain
seorang residen yang bermukim agak jauh dari barisan yang terlihat di foto ini.
17
alu n- a lu n
melainkan alun-alun Blitar. Terdapat banyak dan masjid di sisi barat. Rumah asisten residen
warung makan lesehan dibuka di bawah langit dibangun di ujung timur jalan berdekatan dengan
terbuka. Bagian pikulan dijadikan meja sebagai alun-alun. Meskipun agak jauh, rumah tersebut
alas untuk memajang berbagai macam makanan tetap menghadap ke alun-alun.
18
alu n- a lu n
Salatiga menjadi kota garnisun Belanda. Pada 1823 namun terhimpit oleh Mal Ramayana dan kantor
sebuah gudang mesiu dibangun di tengah kota. BNI. Bangunan hotel sekarang diganti Pasar Loak.
Untuk menghindari risiko bahaya ledakan, sebuah Tiang lampu di depan menjadi Tugu Bundaran
lapangan luas di sekelilingnya dibiarkan kosong. Tamansari yang merupakan titik pertemuan jalan
Akhirnya gudang mesiu dipindahkan ke luar kota ke semua arah.
19
alu n- a lu n
sedangkan alun-alun contong terletak sekitar 600 yang berdiri sampai tahun 1960-an ini berbentuk
meter lebih selatan. kerucut atau contong. Itulah sebabnya, lokasi ini
Alun-alun contong bukanlah alun-alun oleh rakyat disebut alun-alun contong.
20
alu n- a lu n
21
alu n- a lu n
Banyuwangi memiliki dua alun-alun, yaitu kantor tersebut dibangun Bank Jatim Lawas. Pada
“Tegal Masjid” dengan masjid agung dan sisi kirinya terdapat sebuah kompleks bangunan
kabupaten, yang berukuran sekitar 150 x 150 dari zaman VOC yang hingga kini dikenal sebagai
meter dan kini dikenal sebagai Taman Sri Tanjung Inggrisan.
22
KEDIaMan
PEnGuasa
Aparat pemerintah zaman kolonial atau seorang bupati yang memerintah kabupaten.
Dalam bab ini disajikan rumah-rumah mewah Ia dibantu oleh seorang patih, yang berfungsi
yang dihuni oleh sultan, patih, bupati, wedana, sebagai perdana menteri.
gubernur jenderal, residen, dan asisten residen. Suatu wilayah regentschap dibagi menjadi
Mereka adalah pejabat pemerintah dari dua beberapa district (kawedanan) yang dipimpin oleh
aparat yang menguasai Jawa pada awal abad ke- seorang wedana.
20, yaitu aparat kolonial dan aparat pribumi yang “Kabupaten” (ke-bupati-an) tidak hanya
memerintah satu sama lain. berarti wilayah kekuasan seorang bupati, tetapi
Hierarki kolonial dimulai dari paling atas, juga merujuk pada satu kompleks di mana
yakni negeri Hindia Belanda yang dipimpin terdapat kantor tempat kerja bupati dan rumah
oleh gubernur jenderal, 20 gewest (keresidenan) tempat tinggal bupati. Sama halnya dengan
yang dipimpin seorang residen, dan sekitar 70 “kawedanan” (ke-wedana-an), “kepatihan”,
afdeeling (wilayah, bagian keresidenan). Suatu “keresidenan”. Kompleks rumah dinas dan
wilayah keresidenan dibagi menjadi beberapa kantor asisten residen sering kali disebut
afdeeling (2 sampai 7) yang masing-masing dengan asistenan (Prinsen 1935:58), sebuah kata
dipimpin oleh seorang asisten residen (atau yang terkadang diplesetkan menjadi setenan.
oleh residen sendiri). Pembagian provinsi yang Sementara seorang sultan atau susuhunan tinggal
www.facebook.com/indonesiapustaka
dipimpin oleh seorang gubernur, baru dibuat di sebuah keraton (ke-ratu-an). Sang gubernur
ketika reformasi pemerintahan pada 1922. jenderal berdomisili di sebuah istana.
Juga dikenal stadsgemeente (kotamadya) yang
dipimpin oleh seorang walikota. Orientasi dalam struktur kota
Hierarki pribumi mengenal sekitar 70 jabatan Pada umumnya, sebuah wilayah afdeeling
regent yang memerintah wilayah regentschap, menyatu dengan wilayah regentschap. Praktiknya,
bisa seorang sultan yang memerintah kesultanan, kabupaten merupakan wilayah kekuasaan bupati
Ke di a ma n Pe ng u a sa
yang juga menjadi wilayah kerja asisten residen. mendapat keuntungan delapan bulan lebih sejuk
Kedua jabatan memiliki status yang sama tinggi. saat membelakangi sinar matahari.
Oleh karena itu, dalam tata bangunan sebuah kota Dapat dikatakan, untuk setiap rumah dipakai
kabupaten kolonial, lokasi dan rumah bupati tidak formula jumlah hitungan tersendiri. Alhasil, untuk
boleh kalah mewah dari lokasi dan rumah asisten banyak rumah kalangan atas yang tradisional,
residen, dan sebaliknya. Di banyak kota, kompleks antara lain keraton di Solo dan di Yogyakarta,
kabupaten dan asistenan saling berhadapan di sumbu utara-selatan menjadi favorit.
sisi utara dan sisi selatan alun-alun. Orientasi
kediaman pejabat negara dalam tata kota Pendopo model tajug dan joglo
mengikuti adat kesopanan. Suatu kediaman tidak Di depan rumah tinggal seorang penguasa
boleh membelakangi kediaman lain. Terkadang pribumi biasanya dibangun sebuah pendopo
kediaman residen juga dibangun di alun-alun, besar. Pendopo adalah sebuah bangunan
tetapi lebih sering sebuah keresidenan terletak tradisional Jawa yang digunakan untuk acara
di tempat lain. Sebaiknya, semua kediaman formal yang ramai. Kata pendopo berasal dari
menghadap ke arah alun-alun, juga jika kediaman bahasa Sansekerta mandapa yang berarti aula
tersebut dibangun agak jauh dari alun-alun. atau kubah (Veth 2003:221). Sebuah pendopo
berdenah persegi empat, tidak punya dinding,
Kosmograi dan punya atap runcing yang dibangun di atas
Tata letak jalan di sebuah kota tradisional konstruksi tiang penyangga. Model bangunan itu
biasanya punya jalanan barat-timur dan jalanan sudah tampak pada relief Candi Borobudur. Sejak
utara-selatan. Banyak rumah menghadap jalan, zaman kerajaan Hindu-Jawa, pendopo digunakan
tetapi juga banyak rumah yang tidak menghadap sebagai lokasi pertemuan dan seremoni, serta
jalan bahkan jalan raya tetapi menyamping ruangan institusi pemerintahan dan pengadilan.
bahkan membelakangi jalan, agar rumah Atap pendopo berbagai macam yang
menghadap ke arah yang diinginkan yang bisa semuanya diturunkan dari dua model utama,
dilihat dari dua pandangan, yaitu kepercayaan yaitu atap tajug dan atap joglo. Atap tajug
dan rasional. adalah atap runcing dengan satu puncak, seperti
Ada anggapan bahwa kepala bumi itu utara piramida. Ada yang berbentuk piramida murni
dan kakinya selatan. Ada anggapan bahwa utara dengan empat potongan atap segitiga. Juga ada
itu dianggap awal kehidupan, dan selatan itu yang bertekuk di tengah, dengan bagian bawah
menuju ke kematian. Tapi anggapan kematian yang kurang curam. Atap bagian atas disebut
tersebut tidak selalu berlaku karena ada kalanya brunjung (dengan empat potongan atap segitiga)
selatan itu dianggap sebagai pusat kenikmatan, dan bagian tambahan disebut pananggap
pusat segala yang enak-enak. Ada yang ingin (dengan empat potongan atap berbentuk
menghadap Nyi Roro Kidul, berdasarkan trapesium). Juga ada atap tajug yang dibagi
kepercayaan yang bersifat mistis. Timur sebagai menjadi lebih dari satu lantai. Model itu disebut
sisi terbit matahari juga dianggap sebagai sisi tajug tumpang (tumpang dua, tumpang tiga,
awal kehidupan yang sebaiknya tidak dibelakangi. dsb.). Atap joglo mirip atap tajug bertekuk, tetapi
Salah satu alasan lebih praktis adalah agar brunjung (bagian puncak) berbentuk trapesium.
www.facebook.com/indonesiapustaka
teras rumah tidak terhindar dari angin barat atau Maka atap joglo tidak memiliki titik puncak tetapi
timur, atau dari sinar matahari pada waktu pagi garis puncak. Kata joglo (jug-lo) konon berasal
dan sore. Pulau Jawa terletak di sebelah selatan dari tajug-loro yang berarti dua tajug. Maksudnya
khatulistiwa. Matahari selama delapan bulan dua puncak tajug, satu di samping yang lain, yang
dalam setahun berada di sebelah utara Pulau atapnya disambung, menjadi bentuk joglo.
Jawa. Jadi sangat logis jika membangun rumah Baik atap tajug maupun atap joglo ditopang
dengan pintu menghadap selatan, karena akan konstruksi dengan banyak tiang penyangga,
24
Ke di a ma n Pe ng u a sa
Arsitektur kolonial
Gaya arsitektur yang banyak digunakan untuk
bangunan kolonial Belanda pada abad ke- terkadang pada abad
19, termasuk untuk kediaman pejabat, adalah
gaya neoklasik, yaitu revitalisasi gaya Yunani ke-19 tidak dibangun
dan Romawi kuno. Ciri khasnya adalah muka
bangunan yang didominasi oleh barisan 4, 6, atau rumah baru, tetapi
8 pilar. Juga digunakan lisplang yang besar dan
lebar, pilaster, yaitu tiang palsu yang ditempel
digunakan eks rumah
pada dinding sebagai hiasan, dan fronton
(gunungan segitiga gaya candi Yunani). Sebagai
pejabat VOC dari abad
adaptasi pada iklim tropis, rumah terdiri atas satu
lantai saja, dengan ruangan tinggi, lubang angin
ke-18. rumah mewah
untuk sirkulasi udara, dan beranda luas.
Selain banyak kediaman pejabat kolonial
zaman VOC sering kali
Belanda juga banyak kediaman kepala daerah memiliki dua lantai.
pribumi yang menggunakan elemen neoklasik
tersebut, misalnya rumah bupati di Wonosobo. Biasanya baru pada
Terkadang pada abad ke-19 tidak dibangun
www.facebook.com/indonesiapustaka
rumah baru, tetapi digunakan eks rumah pejabat abad ke-19 ditambah
VOC dari abad ke-18. Rumah mewah zaman VOC
sering kali memiliki dua lantai. Biasanya baru atap tempelan dan
pada abad ke-19 ditambah atap tempelan dan
beranda dengan barisan tiang tebal. Dalam bab beranda dengan barisan
ini disajikan tiga contoh, yaitu istana gubernur
jenderal di Bogor dan rumah residen di Surabaya tiang tebal.
25
Ke di a ma n Pe ng u a sa
26
Ke di a ma n Pe ng u a sa
kanan tampak papan bertulisan “Regent afwezig” Setelah mengalami kerusakan parah pada
yang berarti bupati sedang tidak hadir. Beberapa perang 1940-an, atap berbentuk piramida dalam
arca hindu dipamerkan di lapangan rumput di foto diganti atap joglo. Sekarang kompleks ini
depan pendopo. tetap berfungsi sebagai rumah dinas bupati.
27
Ke di a ma n Pe ng u a sa
berapa pendopo menjadi seperti pada foto ini. yang kurang tebal. Pada abad ke-20 atap bagian
Sama dengan pendopo di Wonosobo, atas berubah bentuk beberapa kali dan akhirnya
pendopo di Magelang ini memiliki konstruksi menjadi model joglo. Sekarang eks kabupaten
dengan 36 buah tiang kayu yang menopang menjadi Balai Diklat Kepemimpinan Magelang.
28
Ke di a ma n Pe ng u a sa
yaitu saat Kota Bandung didirikan. Kemudian Cianjur. Sekarang eks kabupaten menjadi rumah
kompleks itu mengalami renovasi berkali-kali. dinas Walikota Bandung.
29
Ke di a ma n Pe ng u a sa
30
Ke di a ma n Pe ng u a sa
menghadap ke timur, ke arah matahari terbit. joglo atau atap tajug bagian tengah.
Foto mengarah ke barat.
31
Ke di a ma n Pe ng u a sa
gempa bumi pada 1834 (Loosjes 1835:190). Sang Udara panas akan bergerak ke atas lalu udara di
asisten bekerja di lantai dasar, sedangkan keluarga ruangan menjadi tetap sejuk.
dan rombongannya bertempat tinggal di atas Setelah reformasi pemerintahan 1928,
(Heijboer 1980:79). Pada periode 1832-1867 bangunan ini berubah fungsi menjadi kantor
Buitenzorg berubah menjadi keresidenan mandiri pembantu gubernur Provinsi Jawa Barat sampai
dan rumah ini ditinggali oleh seorang residen. dengan 1976. Sekarang menjadi kantor Badan
Kemudian Buitenzorg kembali menjadi keasisten- Koordinasi Wilayah (Bakorwil).
32
Ke di a ma n Pe ng u a sa
merupakan bagian dari Keresidenan Surabaya modernitas. Seperti biasanya, rumah dikelilingi
dan dipimpin oleh seorang asisten residen. halaman luas dengan jalanan masuk setengah
Rumah dinasnya dibangun di sisi utara alun-alun bundar. Di foto ini jalanan masuk tersebut
Jombang dan menghadap selatan. Sekarang dipagari barisan pot bunga.
33
Ke di a ma n Pe ng u a sa
1864. Kemudian sebuah kediaman mewah selesai bahasa Sunda, pakuan berarti istana.
34
Ke di a ma n Pe ng u a sa
residen ini didirikan di sisi barat alun-alun Bangunan keresidenan bergaya arsitektur
sementara rumah bupati dibangun di sisi utara neoklasik. Serambi muka didominasi oleh delapan
alun-alun. Luar biasa, di sisi barat alun-alun tidak buah pilar putih bergaya Romawi.
35
Ke di a ma n Pe ng u a sa
36
Ke di a ma n Pe ng u a sa
Kepemimpinan), dan sekitar 500 meter ke arah indah. Bahkan di samping rumah ini ditambah
barat dibangun rumah residen (kini Museum jalan masuk langsung lurus menuju sisi belakang.
Diponegoro). Lebih jelasnya, mereka menyimpang dari protokol.
Foto kartu pos memperlihatkan rumah Sisi barat tetap adalah sisi belakang sementara sisi
residen sisi barat, dengan kursi-kursi rotan depan rumah menghadap ke timur ke arah alun-
di beranda luas. Dari tempat ini, kita dapat alun, yaitu ke arah kediaman bupati yang menurut
menikmati pemandangan indah atas lembah adat tidak boleh dibelakangi.
Kali Bening dan Gunung Sumbing. Pada awalnya
37
Ke di a ma n Pe ng u a sa
Tanah dijual kepada pedagang kaya sebagai taman hijau yang luas dan menghadap ke utara
investasi. Selain merancang perumahan, ke arah Batavia ini tetap berfungsi sebagai rumah
industri, pertanian, dan pasar, para investor pasti dinas Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
membangun sebuah kediaman. Sebuah tanah Sekarang, istana di tengah Kota Bogor
luas didirikan pada 1744, di tengah hutan liar di yang telah ganti nama menjadi Istana Bogor ini,
kaki Gunung Salak, oleh Gubernur Jenderal VOC, merupakan salah satu dari enam istana presiden
Gustaaf Willem Baron van Imhoff (1705-1750). Republik Indonesia.
38
Ke di a ma n Pe ng u a sa
lama di tepi Kali Mas dan sekarang berdiri di yang menonjol ke depan, dengan barisan empat
pusat Kota Surabaya. Pada periode 1809-1929 tiang tebal.
rumah digunakan sebagai rumah dinas residen
39
Ke di a ma n Pe ng u a sa
rumah residen warisan VOC (2) karena merupakan sambungan dari berbagai
gaya arsitektur dari abad ke-18 dan 19. Pada
tahun: sekitar 1900 awalnya rumah menyerupai rumah mewah luar
Lokasi: Jalan Diponegoro, rembang kota seperti di Eropa, dengan bentuk lebar dan
Judul: residentiehuis, rembang (rumah simetris berlantai dua, masih tanpa balkon dan
residen, rembang) beranda. Model atap sepertinya terinspirasi
Penerbit: Masman & stroink, semarang arsitektur pendopo tradisional di Jawa. Atap
runcing bertekuk dengan bagian tinggi yang agak
Rumah residen di Rembang dibangun sekitar curam sementara bagian bawah kurang curam.
tahun 1747 (Hoëvell 1847:129) sebagai salah satu Pada abad ke-19 ditambah beranda lebar dengan
bangunan di dalam benteng VOC yang didirikan barisan empat buah tiang tebal. Di atasnya ada
di tepi pantai. Pada abad ke-19, tembok benteng balkon dengan atap yang disangga barisan enam
dibongkar dan halaman benteng menjadi taman tiang besi. Tampaknya, konstruksi atap tempelan
indah di sekeliling rumah residen. Sisi yang digam- tersebut agak bertabrakan dengan atap utama.
www.facebook.com/indonesiapustaka
barkan adalah sisi selatan yang menghadap ke jalan. Sekarang rumah ini sudah dibongkar dan
Dari sisi arsitektur rumah ini menarik sekali diganti gedung DPRD.
40
MasJID aGunG
42
M a sji d a g u ng
43
M a sji d a g u ng
Masjid tajug tumpang tiga 1981:21). Konstruksi utama memakai empat soko
guru (tiang utama) seperti di pendopo tradisional
tahun: sekitar 1970 di Jawa. Dinding-dinding dihiasi keramik yang
Lokasi: alun-alun Barat, Demak berasal dari Vietnam (Schoppert 1997:41).
Judul: Mesjid agung Demak, Jawa tengah Penggunaan keramik pada dinding terinspirasi
masjid di Persia (Iran) yang banjir dengan keramik
Masjid Agung Demak, yang menurut catatan dan marmer. Menara berkonstruksi baja setinggi
sejarah didirikan pada 1479, merupakan salah 25 meter merupakan tambahan relatif baru,
satu masjid terpenting dan tertua di Jawa. Masjid dilakukan pada tahun 1932.
ini mulai dibangun pada masa Kerajaan Demak Selain makam tokoh bersejarah, di belakang
yang saat itu diperintah oleh Raden Patah, masjid terdapat sebuah museum di mana
seorang keturunan Tionghoa dari Muslim Arab. dipamerkan berbagai hal yang terkait dengan
Pada awalnya atap belum memiliki bentuk seperti sejarah masjid dan Wali Songo. Di lingkungan
sekarang, tetapi lebih menjulang tinggi daripada sebuah masjid agung, biasanya di bagian
www.facebook.com/indonesiapustaka
melebar, seperti pagoda. Pada 1710 atapnya belakang, terdapat permukiman pemuka agama,
direnovasi, menjadi berbentuk tajug tumpang yang disebut dengan Kauman. Juga demikian
tiga. Serambi depan dibangun pada 1840 (Graaf halnya di Demak.
44
M a sji d a g u ng
45
M a sji d a g u ng
Masjid tajug tumpang dua menjadi atap tumpang tiga sekitar tahun 1910.
Dengan renovasi 1930-an, atap baru tersebut
tahun: Dikirim 1904 diganti kubah dan ditambah dua menara.
Lokasi: Jalan ahmad Yani, sukabumi Setelah renovasi 2004, wajah masjid berubah
Judul: Missigit van soekaboemi (Masjid total dan tidak lagi mirip dengan bangunan
sukabumi) aslinya.
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden Menariknya, di bawah gambar terbaca
tulisan dalam bahasa Prancis yang menceritakan
Masjid Agung Sukabumi didirikan sebagai hadiah bahwa bangunan ini tidak hanya berfungsi
dari tuan tanah Andries de Wilde (1781-1865) sabagai tempat ibadah tetapi juga menjadi balai
kepada penduduk di tanah luas miliknya, pada pertemuan: “Orang Jawa datang ke rumah itu
periode 1813-1822 (Knaus 1980:54). untuk bicara tentang hal penting yang terjadi di
Foto kartu pos ini menggambarkan situasi pulau ini. Seorang yang bisa baca membacakan
sebelum atap tajug tumpang dua direnovasi koran dan mereka mendiskusikan berita.”
www.facebook.com/indonesiapustaka
46
M a sji d a g u ng
Masjid gaya Priangan (1) mengangkat tumpang atap yang kedua, dengan
di atasnya tumpang ketiga yang relatif kecil.
tahun: Cap pos 1921 Dengan konstruksi ini, bisa dibangun sebuah atap
Lokasi: Jalan alun-alun Barat, Bandung lebih tinggi dengan sudut lebih tajam, yang oleh
Judul: Missigit (moskee) - BanDOEnG orang Sunda juga disebut sebagai bale nyuncung.
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden, Batavia, Dalam foto ini bangunan tampak agak kecil,
Bandoeng karena tidak ada pembanding dengan manusia
yang ikut dipotret. Perlu diketahui, pagar tembok
Sejak alun-alun didirikan pada 1810, Masjid bermotif sisik ikan tingginya kurang lebih dua
Agung di sisi barat alun-alun Bandung berkali- meter, dan bangunan di belakangnya cukup
kali dibangun, dibongkar, dan dibangun kembali. besar.
Pada awalnya berkonstruksi kayu, lalu pada 1850 Pada renovasi 1930-an akan ditambah
diganti masjid baru yang dibiayai pemerintah serambi depan yang besar, yang didampingi dua
Hindia Belanda (Voskuil 1996:119) dan memiliki menara rendah dalam gaya sama dengan masjid
www.facebook.com/indonesiapustaka
tembok batu-bata, serambi di kelilingnya dengan sehingga sifat aslinya tidak berubah. Awal abad
tiang-tiang dan lengkung-lengkung. Atap tinggi ke-21, masjid telah dibangun kembali bercorak
baru dibangun pada 1910-an, dalam gaya khas Arab dengan ukuran dan gaya arsitektur yang
Priangan. Beda dengan model masjid Demak, tidak lagi ada hubungan dengan bangunan
di mana soko guru mengangkat tumpang atap aslinya. Sekarang nama Masjid Agung berganti
yang paling atas, di model Sunda, soko guru menjadi Masjid Raya.
47
M a sji d a g u ng
Masjid gaya Priangan (2) beda, yang dibangun pada beberapa fase
pembangunan.
tahun: sekitar 1900 Bagian utama beratap tumpang tiga mulai
Lokasi: Jalan Prawira adiningrat, dibangun paling awal, yaitu pada 1832. Langkah
Manonjaya berikutnya, pada akhir abad ke-19 dibangun
Judul: Missigit Manondjaja (Masjid serambi depan yang luas, yang dimahkotai atap
Manonjaya) tumpang dua. Kemudian bangunan dilengkapi
Penerbit: G.J. de Kruijf & Co., Buitenzorg dengan bagian depan bergaya arsitektur
en tjiandjoer historisme yang menjadi tren pada akhir abad
ke-19. Ciri khasnya adalah komposisi simetris,
Masjid Agung Manonjaya dibangun saat penggunaan tiang gaya Yunani, gunungan
Manonjaya adalah ibu kota Kabupaten (bagian segitiga) di atas pintu dan di atas jendela,
Tasikmalaya ketika masih bernama Kabupaten serta pinakel (tiang hias kecil) dan hiasan kecil
Sukapura, pada periode 1832-1901. Setelah 1901, yang lain, di atas muka bangunan. Sebelah kiri-
www.facebook.com/indonesiapustaka
Manonjaya didegradasi menjadi desa kecamatan kanan dibangun dua menara oktagonal.
di Kabupaten Tasikmalaya. Masjid yang berlokasi Setelah rusak parah akibat gempa pada 2009,
di sisi barat alun-alun ini terdiri atas beberapa masjid dibangun kembali mengikuti keadaan
bagian dengan gaya arsitektur yang berbeda- aslinya.
48
M a sji d a g u ng
Masjid gaya Priangan (3) yang dibangun pada 1881. Pada awal abad
ke-20, di sebelah kiri-kanan didirikan dua “anak
tahun: sekitar 1920 masjid” sebagai menara. Dinding menara tersebut
Lokasi: Jalan alun-alun Barat, Garut memiliki kerangka kayu, yang merupakan tanda
Judul: Missigit Garoet (Masjid Garut) khas aliran arsitektur chalet, yang terinspirasi
Penerbit: Lux, Garoet rumah Swiss dan ngetren sekitar pergantian abad
fotografer: thilly Weissenborn ke-20. Kedua menara dimahkotai bagian kubah
kecil yang bukan bagian konstruksi, melainkan
Masjid Agung Garut didirikan sekitar tahun 1809, sekadar hiasan agar lebih bergaya Timur Tengah.
di sebelah barat alun-alun kota. Sebagaimana Sama seperti Masjid Agung Bandung, halaman
kebanyakan masjid kuno, masjid ini mengalami dikelilingi pagar tembok bermotif sisik ikan yang
renovasi yang tidak terhitung lagi jumlahnya. merupakan gaya ornamen khas Priangan.
Pada akhir abad ke-19, bagian utama dilengkapi Setelah renovasi terakhir yang selesai 1998,
dengan serambi dan bagian pintu yang memiliki bangunan sangat berubah dan tidak lagi mirip
www.facebook.com/indonesiapustaka
dinding atas berbentuk tangga, yang sepertinya masjid pada foto ini.
terinspirasi masjid di Kota Raja (kini Banda Aceh)
49
M a sji d a g u ng
bangunan sedikit demi sedikit terus dilakukan, dan Masjid Jami berganti menjadi Masjid Agung
baru mengalami renovasi pertama tahun 1971. Baiturrahman.
50
M a sji d a g u ng
dibongkar dan dibangunlah sebuah masjid atau dihuni oleh seorang mayor. Mayor adalah
baru di Kemayoran. Berbeda dari kebanyakan pangkat militer. Sekarang lapangan tersebut
masjid tradisional di Jawa, Masjid Kemayoran penuh dengan bangunan perluasan masjid dan
direncanakan dan dibangun (1844-1848) di bawah kompleks sekolah Islam.
51
www.facebook.com/indonesiapustaka
52
M a sji d a g u ng
M a sji d a g u ng
Gapura masjid
tahun: sekitar 1935
Lokasi: Jalan Masjid agung,
solo
Judul: Masdjid solo Java
53
M a sji d a g u ng
54
KOta KOMPEnI,
BEntEnG, Dan LOJI
dari seluruh Belanda mendirikan sebuah kongsi memerangi daripada memberantas VOC. Banyak
dagang untuk aktivitas perdagangan di Asia, penguasa pribumi minta tolong VOC dalam
bernama Vereenigde Oostindische Compagnie konlik suksesi atau perang saudara. Kongsi
(VOC) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur. dagang ini selalu membantu mereka. Sebagai
Pada abad ke-17 dan 18 perusahaan swasta imbalan, VOC mendapat wilayah dan perjanjian
itu mendirikan banyak koloni perdagangan di yang mencekik penguasa pribumi. Dengan politik
seberang lautan dan juga di Pulau Jawa. Mereka adu domba VOC berhasil meluaskan wilayah
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
kekuasaannya dan kian memancapkan kuku dibangun sebuah jalan utama berhias rumah-
politik serta militernya di banyak daerah di Pulau rumah pejabat tinggi. Jalan itu biasanya disebut
Jawa. dengan heerenstraat yang berarti “jalan para tuan
besar”. Sebuah straat bukanlah jalan tanah biasa,
Permukiman VOC tetapi sebuah jalan berlapis batu.
Saat itu Belanda belum menjajah seluruh Seperti di Belanda, ditetapkan peraturan
wilayah yang kini menjadi Indonesia, tetapi mengenai garis sempadan pembangunan, yang
hanya mendirikan permukiman di beberapa biasanya ada pada jarak lima kaki (1,5 meter lebih
lokasi strategis. Beberapa kota pelabuhan sedikit) di belakang garis sempadan jalan. Zona
dibangun seperti kota di Belanda saat itu, dengan kaki lima ini masih termasuk halaman pemilik.
perumahan, tembok dan gapura kota, balai Namun zona tersebut tidak boleh dibangun
kota, gereja, dan kuburan. Di banyak kota VOC, penuh dengan bangunan permanen, agar jalanan
cukup lebar dan harmonis. Hingga kini, istilah
“pedagang kaki lima”, untuk menyebut penjual
di trotoar, merupakan warisan dari peraturan
tersebut.
Pembangunan kota VOC diawali dengan
Pembangunan kota membangun sebuah markas kecil yang mewakili
VOC diawali dengan kongsi dagang tersebut di suatu daerah. Manajer
daerah VOC disebut factoor. Tempat kerja seorang
membangun sebuah factoor disebut dengan factorij. Di sana barang-
barang ekspor disiapkan, dipilah, dan dikemas
markas kecil yang sebelum dimasukkan ke kapal.
Pada kenyataannya, basis VOC itu lengkap
mewakili kongsi dengan benteng, gudang, markas garnisun, dan
rumah tinggal untuk pegawai. Kantor kongsi
dagang tersebut di dagang itu juga disebut dengan kata Prancis
loge (baca: loz-ye). Lidah pribumi menyebutnya
suatu daerah. Manajer loji. Sering kali, loji diidentikkan dengan benteng
(Veth 2003:174). Di banyak kota hingga kini dapat
daerah VOC disebut kita temui sebuah kawasan loji, yang pernah
merupakan awal permukiman Belanda di kota itu.
factoor. tempat kerja Misalnya, di Yogyakarta ada kawasan Loji Kecil,
di Solo ada Lojiwetan, dan di Malang ada Klojen
seorang factoor disebut (ke-loji-an).
56
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
57
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
arah selatan kemudian disebut dengan Jalan Pintu fotografer untuk memberi kesan situasi ramai.
Besar. Setelah pintu dibongkar pada awal abad Simak dua orang yang berdiri di sebelah kiri
ke-19, jalan ini tetap disebut demikian hingga gambar. Bayangan dan perspektif orang tersebut
sekarang. Sejajar dengan “Pintu Besar” juga tampaknya tidak proporsional dibanding dengan
terdapat sebuah jalan bernama “Pintu Kecil” yang objek lain di gambar tersebut. Dalam rangka
terletak 300 meter ke arah barat (halaman 102). revitalisasi kota lama Jakarta, jalan ini sekarang
Di sepanjang jalan tampak deretan rumah toko ditransformasi menjadi zona pedestrian.
58
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
dapat membeli lebih dari satu kaveling jikalau International Watch Company (dengan atap teritis
mereka ingin membangun rumah lebih besar. Itulah gaya Tionghoa). Saat ini kawasan “Kaliber” dapat
mengapa ada rumah lebih lebar daripada yang lain. status sebagai cagar budaya tetapi sayangnya
Kota Batavia dibangun dengan banyak lokasi dibiarkan tidak terawat dan terkesan kumuh.
tenaga kerja orang Tionghoa. Bukan ihwal yang Tiang telepon di foto ini mempunyai banyak kabel
mengherankan apabila terlihat unsur-unsur karena setiap kabel hanya bisa menyalurkan satu
arsitektur Tionghoa pada bangunan Belanda. nomor telepon saja pada zaman itu.
59
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
perdagangan kembali. Kemudian pada 1678 sementara beranda dengan pilar merupakan
kongsi dagang itu membangun sebuah benteng, tambahan dari abad ke-19.
tepat di Jembatan Merah Plaza sekarang. Saat Sesudah Republik Indonesia merdeka,
itu, secara de facto Surabaya sudah dikuasai oleh Heerenstraat ganti nama menjadi Jalan Rajawali.
VOC tetapi secara resmi Surabaya diserahkan Foto memperlihatkan jalan ke arah barat.
60
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
Kemudian benteng dibangun kembali dengan berbahasa Prancis. Jika diartikan dalam bahasa
permukiman di sekitarnya untuk bangunan Indonesia berbunyi: “Jalan Besar di Rembang”.
kompeni dan perumahan untuk pegawai Eropa. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, jalan
Jalan utama adalah Heerenstraat (Jalan Para Tuan berganti nama menjadi Jalan Diponegoro.
61
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
utama yang memotong kawasan tersebut adalah semakin tinggi di langit semakin berwarna perak,
Heerenstraat (Jalan Para Tuan Besar) karena menyinari jembatan putih, toko putih, gereja
rumah para petinggi dibangun di sepanjang jalan putih di pojok perempatan di mana terdapat
ini. sebuah tugu kecil, yaitu patung jam kota”
Kini Heerenstraat dibagi dua menjadi Jalan (Peterson 2009:22). Situasi tersebut berlokasi di
Balaikota dan Jalan Pahlawan. Hingga akhir zaman perempatan Jalan Soekarno Hatta sekarang, di
Belanda, semua rumah pemuka dan bangunan belakang posisi fotografer.
62
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
Kemudian dibangun sebuah pos VOC di tepi Kali dengan papan nama menarik. Ada toko serbaada
Semarang, yang tumbuh besar menjadi sebuah “Jolink” yang menurut papan iklan menjual antara
kota makmur. Karena keindahan warisan arsitektur lain mebel dan minuman keras, dan toko “De
menyerupai bangunan Belanda, sekarang Kota Tabaksplant” (Tanaman Tembakau) yang berjualan
Lama Semarang mendapat julukan sebagai cerutu dan rokok. Setelah Indonesia merdeka,
Belanda Kecil. Salah satu ikon adalah Gereja Heerenstraat ganti nama menjadi Jalan Suprapto.
Blenduk, sebuah gereja Kristen Protestan yang
63
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
64
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
pedalaman. Pintu utama menghadap ke selatan ke dengan syarat, mereka lapor ke penjara saat jam
arah kota. Pada awalnya, benteng dikelilingi parit makan. Alasan sistem lapor dengan cara demikian
pertahanan dan bastion pada sudutnya. Akhir abad karena kontraktor penjara dibayar oleh pemerintah
ke-19, fungsi militer ketinggalan zaman dan bekas per porsi makanan saja, tidak per “tamu” yang
benteng dijadikan penjara. menginap (Prinsen 1935:20). Sampai sekarang
Di depan pintu tampak sekelompok orang gedung ini berfungsi sebagai penjara dengan nama
berseragam yang berpose untuk pemotretan. resmi Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Tegal.
65
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
ke Solo. Lantas VOC membangun benteng yang sudutnya terdapat bastion (pojokan benteng yang
berjarak satu tembakan meriam (sekitar 400 m) dibuat menjorok) berbentuk segitiga. Sekarang
dari keraton. Awalnya benteng itu bernama “De tembok dan gedung pintu masih tersisa. Ruangan
Grootmoedigheid” yang berarti “Kemurahan Hati” di atas pintu pernah digunakan sebagai ruangan
namun pada 1756 ditahbiskan dengan nama baru kelas untuk pelajaran militer (Graaf 1973:143).
66
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
berarti “Benteng Tenang”. Namun, usai Perang mengamankan sisi jalan, sehingga kendaraan
Jawa (1825-1830), benteng ini menyandang nama menyerempet srampal ketimbang dinding atau
baru, “Vredeburg” yang berarti “Benteng Damai”. pagar. Benda lain yang dapat digunakan sebagai
Berfungsi sebagai gedung militer hingga pada srampal adalah tonggak batu atau beton, atau
1992, benteng ini menjadi “Benteng Budaya” dan potongan rel.
67
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
yang dikenal dengan Lojiwetan karena letaknya rumah sampai selokan bahkan di atas selokan.
di sebelah wetan (timur) benteng. Permukiman Sebelah kanan tampak papan iklan yang
tersebut dipotong sebuah jalan yang bersuasana jikalau diterjemahkan berbunyi: “Toko kakak-
tenang sebagaimana terlihat di foto ini. Jalan beradik Haye, keperluan rumah tangga dan
yang kini bernama Jalan Sungai Barito, pada barang mewah, tempat termurah”. Toko tersebut
zaman Belanda disebut dengan Bloemstraat juga menerbitkan kartu pos yang digambarkan.
68
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
69
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
Klojen Lor kata loge yang berarti markas VOC. Pada 1767
kompeni menaklukkan Malang, yang saat itu
tahun: Dikirim 1910 berjumlah penduduk sekitar 1000 jiwa (Schaik
Lokasi: Jalan Patimura, Malang 1996:13). Demi menjamin keamanan jalur
Judul: Klodjen-Lor, Malang perdagangan, mereka membangun sebuah
Penerbit: C. Bocage benteng di lokasi strategis di tepi Sungai Brantas.
fotografer: neville Keasberry Lokasi itu sekarang menjadi tapak Rumah Sakit
Dr. Saiful Anwar.
Dua perempuan sedang berjalan di tengah, Klojen merupakan kawasan Belanda yang
salah satu memakai kombinasi busana yang pertama di Malang. Kedatangan orang Belanda
lebih modern daripada yang lain. Di setiap sisi mulai menghidupkan ekonomi, yang menarik
jalan terdapat kampung warga setempat. Ini orang pribumi untuk menetap di sekitarnya.
unik lantaran lokasi tepian jalan pada umumnya Kehadiran kuli, pengrajin, dan pekerja lain,
dimiliki orang Belanda. Jalan yang pernah terkenal menjadi “fasilitas” daerah benteng. Sama halnya
www.facebook.com/indonesiapustaka
sebagai pusat penjahit, tukang tambal sol sepatu, dengan Pasar Klojen yang beroperasi hingga
dan jenis perniagaan lain ini sekarang bernama sekarang. Dekat Pasar Klojen terdapat bekas
Jalan Patimura. Dahulu dikenal sebagai Klojen Lor, pemakaman Belanda, yang sekarang menjadi
yaitu kawasan Klojen bagian utara. kompleks ruko—tetapi tidak laku karena konon
Toponimi Klojen mengingatkan kita berhantu. Foto dibuat dari pertigaan di belakang
pada zaman VOC. Nama Klojen (Ke-loji-an) rumah sakit menuju ke timur ke arah Pasar
berdasarkan kata loji, yaitu pelesetan dari Klojen.
70
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
Benteng Kediri tampak sisi timur. Pintu utama ada di sisi barat
yang tidak terlihat di foto. Di atas pintu tersebut
tahun: sekitar 1920 terbaca angka 1835.
Lokasi: Jalan slamet, Kediri Lokasi benteng dipilih sangat strategis, di
Judul: residentie-Kantoor Kediri (Kantor tepi barat Sungai Brantas, sekitar satu kilometer
Keresidenan Kediri) ke arah utara dari pusat kota yang ada di tepi
Penerbit: toko Kanto timur. Hasilnya, benteng dapat mengawasi
Percetakan: Kawai & Co., Bandoeng kesibukan angkutan sungai dari Kediri ke hilir, serta
penyeberangan sungai. Akhir abad ke-19, fungsi
Benteng Kediri bukan benteng VOC, tetapi benteng sudah ketinggalan zaman dan pada 1890
mulai dibangun pada zaman Kolonial Belanda gedung direnovasi menjadi kantor keresidenan
pada 1834. Benteng ini merupakan salah satu (Begrooting 1890:2). Sekarang kompleks itu
dari banyak benteng yang didirikan dalam berfungsi sebagai kantor Polwil Kediri. Foto
rangka pembangunan Garis Pertahanan van den memperlihatkan bagian yang menjorok berbentuk
www.facebook.com/indonesiapustaka
Bosch pada 1830-an. Tujuannya mengantisipasi bundar yang berada di sudut tenggara. Bagian ini
pemberontakan. Benteng persegi empat dengan pernah berfungsi sebagai bastion meriam. Inilah
halaman di tengahnya yang dibangun untuk satu-satunya dari empat bastion yang tersisa
garnisun sebesar 70 orang, dan dipersenjatai hingga kini.
tujuh meriam (Huyssen 2004:178). Pada foto ini
71
Kota Kompe ni , B e nte ng , da n Loji
menghidupkan kembali kegiatan VOC, dengan kantor Bank Mandiri. Menarik untuk diketahui,
mendorong perdagangan Hindia Belanda yang di Bandung ada sebuah jalan lama bernama
telah berhenti saat peperangan era Napoleon I “Jalan Belakang Factory”. Nama ini tidak ada
(1799-1813). NHM juga disebut sebagai kompeni hubungannya dengan “Factory Outlet” yang
kecil. Perusahaan swasta ini membuka kantor di banyak tersebar di kota itu, melainkan berkaitan
banyak kota pelabuhan di kepulauan Nusantara, dengan lokasinya di belakang kantor NHM, kini
antara lain di Cirebon. Seperti banyak bangunan Bank Mandiri.
72
sELuK-BELuK
Pasar
Sejarah awal dan nama pasar jelas, dan uang asli sulit dibedakan dari uang
Kata “pasar” tampaknya sudah dipakai dalam palsu. Baru setelah berlakunya undang-undang
bahasa Melayu dan Jawa sekitar lima abad silam. keuangan tahun 1854, uang secara umum mulai
Asalnya melalui bahasa Tamil (India), yaitu “pasar”, digunakan sebagai alat tukar di pasaran domestik
dari bahasa Persia, yaitu “bazar”. Keduanya berarti dan peredaran uang mulai menghidupkan
tempat jual beli (Veth 2003:220). Pasar sudah ada ekonomi di pedalaman (Colijn 1912:201).
sejak zaman sebelum uang ditemukan untuk alat Perdagangan mulai berkembang, dengan pasar
pembayaran. Di lokasi tertentu dan pada waktu sebagai pusatnya.
tertentu, orang berkumpul untuk tukar-menukar Baik di wilayah yang dikuasai VOC maupun
barang (Boeke 1936:23). Para penguasa atau di kerajaan Jawa, tidak sembarang orang boleh
vasalnya memungut pajak dalam bentuk natura mengadakan pasar. Hak pasar disewakan oleh
(barang). kolonial atau penguasa pribumi kepada pemilik
Jauh sebelum Belanda tiba, di kedalaman tanah melalui sistem pacht. Kemudian tuan tanah
Pulau Jawa sudah terdapat uang domestik. dapat menyewakan hak kepada penyewa kedua,
Namun, uang ini tidak digunakan sebagai alat biasanya orang Tionghoa (Boeke 1936:30). Dalam
tukar di pasar melainkan untuk persembahan di bahasa Jawa, jabatan mereka disebut dengan
kuil-kuil atau untuk transaksi sangat besar. Juga tanda (Jansz 1906:1033). Permukiman mereka
www.facebook.com/indonesiapustaka
banyak uang didapatkan dari pelancong luar disebut ketandan (ke-tanda-an), selalu dekat
misalnya kepeng dari pedagang Tionghoa. Jika dengan lokasi pasar.
orang pribumi mendapatkannya, uang justru Banyak pasar besar di perkotaan yang
dimanfaatkan sebagai bahan untuk produksi beroperasi hingga kini, merupakan warisan awal
barang hiasan (Boeke 1936:29). Sampai awal zaman kolonial. Namun, tampaknya pasar-pasar
zaman kolonial, banyak sekali mata uang yang itu punya sejarah yang lebih tua yang sayangnya
beredar, dengan nilai dan kurs yang kurang kurang terdokumentasi. Banyak pasar bernama
s e lu k - B e lu k Pa sa r
sekali umumnya terdapat di daerah-daerah Pedagang yang mau berdagang tiap hari dapat
pedesaan. Banyak lokasi yang sekarang terletak berpindah-pindah dari satu pasar ke pasar lain,
di tengah kota sebenarnya merupakan desa mengikuti kalender pasaran. Banyak pasar juga
lama, dan banyak pasar modern di kota memulai tetap beroperasi di luar hari-hari yang telah
sejarahnya sebagai pasar mingguan. Dahulu, di ditentukan namun dengan jumlah pengunjung
sebuah kecamatan, tiap hari pasar digelar secara dan pedagang yang lebih sedikit. Dalam
bergantian dari dusun ke dusun, mengikuti hari perkembangannya ada beberapa pasar akhirnya
74
s e lu k - B e lu k Pa sa r
menjadi pasar besar dan beroperasi tiap hari, pasar di perkotaan diberi wajah baru dengan
dengan kios-kios yang ditempati pedagang gedung kontemporer yang memenuhi semua
profesional. kebutuhan dunia pasar modern (Faber 1935:178).
Pedagang profesional biasanya berasal
dari etnis Tionghoa. Mereka menjadi pedagang Pasar modern
perantara antara pasar dan dunia luar. Selain sebagai tempat jual-beli, sejak dulu pasar
Mereka bisa menimbun barang murah, lalu mempunyai fungsi lain yang cukup penting
menunggu sampai harga pasar meningkat, dan yaitu sebagai tempat bersosialisasi dan hiburan.
menjualnya pada pembeli di kota. Mereka juga Sekarang, banyak pasar lama tetap beroperasi
mendatangkan barang dari luar untuk dijual di sebagai pasar tradisional atau menjadi pusat
pasar sini. Pada umumnya, mereka menetap di grosir. Juga ada yang berubah sifat menjadi pasar
dekat pasar dengan lokasi strategis sehingga modern yang lebih mirip mal daripada pasar,
pasar tetap ramai di hari lain. lengkap dengan fasilitas sebagai pusat gerai
Perluasan kota dan pembangunan aneka penyaji hidangan dan bioskop. Boleh jadi,
infrastruktur modern telah memberi keuntungan semuanya terhubung dalam satu kompleks yang
pada pasar. Itulah sebabnya, beberapa pasar sama. Pada foto kartu pos kuno terlihat satu
tradisional mengalami pertumbuhan besar, di antara masalah pasar yang masih sama dari
sedangkan pasar tradisional lain mengalami kalah dahulu hingga sekarang, yaitu penjual tumpah
persaingan, kian sepi bahkan sampai sekarat dan di luar los pasar. Mereka berkeliaran dengan
binasa. membawa pikulan dan keranjang di seputaran
pasar. Trotoar di depan toko atau warung dalam
Pemilik pasar pasar yang ramai pembeli merupakan lokasi
Pada awalnya, banyak pasar digelar di kampung favorit.
yang merupakan bagian wilayah kota atau desa Dalam bab ini, mari kita berkeliling
otonom. Umumnya tiap kampung rapi dan mengunjungi beberapa pasar tradisional di Pulau
indah karena dirawat oleh penduduk setempat, Jawa dengan keunikan masing-masing. Selamat
secara gotong-royong. Juga demikian halnya menikmati suasana pasar!
dengan pasar. Namun semakin lama, kohesi sosial
berkurang dan banyak pasar semakin semrawut,
apalagi di kota. Juga banyak pasar dikelola oleh
pengusaha swasta. Mereka diberi hak untuk
menggelar pasar dan memungut pajak pasar,
Pada foto kartu pos
sambil membayar uang pacht kepada penguasa
atau pemerintah setempat. Sering kali mereka
kuno terlihat satu di
lebih mengutamakan keuntungan mereka sendiri
ketimbang kebersihan dan kemajuan pasar.
antara masalah pasar
Di banyak kota, pemerintah tidak lagi
menerima keadaan tersebut sehingga banyak
yang masih sama
pasar diambil alih oleh pemerintah. Proses dari dahulu hingga
www.facebook.com/indonesiapustaka
75
s e lu k - B e lu k Pa sa r
76
s e lu k - B e lu k Pa sa r
hari. raya.
77
s e lu k - B e lu k Pa sa r
abad ke-19. Para pedagang berjualan di (Jansz 1906:435). Sebuah pasar krempyeng tiba-
sepanjang jalan secara berderet dengan tiba muncul dan tiba-tiba hilang lagi, seperti
bangunan nonpermanen. Sebelah kanan tampak dengungan lalat yang lewat dengan cepat. Di
warung tenda, sebelah kiri terlihat bagian gapura pasar semacam ini, yang di kota lain disebut juga
kampung. Foto pasti dibuat pada hari pasaran dengan pasar kaget, biasanya para mlijo (penjual
karena sangat ramai dan pasar dikunjungi bahan pangan keliling) menghabiskan stok mereka
penduduk desa di sekitarnya. Dari bayangan dengan harga murah, jelang siang.
78
s e lu k - B e lu k Pa sa r
atau dijadikan lebih baik dan lebih maju. sehingga tampaknya los pasar juga dibangun
Berkembangnya pasar di sana berkaitan dengan pada periode tersebut. Tetapi pasar pasti lebih
tiga hal yaitu keberadaan stasiun kereta api lama daripada los tersebut.
79
s e lu k - B e lu k Pa sa r
80
s e lu k - B e lu k Pa sa r
Pasar Garut hasil kerajinan dibawa ke sini untuk dijual. Ikan hidup
dipikul pakai tolok (keranjang yang dibuat tahan air
tahun: Dikirim 1904. pakai cat atau aspal). Bahan bangunan, misalnya bilik
Lokasi: Jalan Pasar Baru, Garut. dan balok kayu, diangkut pakai gerobak.
Judul: Grüsse aus Garoet (Java), Markt in Di los-los yang tersedia, tempat jualan
Garoet (salam dari Garut (Jawa), Pasar di disewakan dengan harga berdasarkan letak yang
Garut). baik atau kurang baik. Terdapat bagian-bagian
Percetakan: O. schleich nachf., Dresden nr. yang terpisah untuk berbagai kategori jualan
4723. misalnya daging, sayuran, buah-buahan, bumbu,
kain, barang seng, keperluan rumah tangga,
Lokasi pasar Garut berada di kawasan pecinan, dan pernik-pernak lain. Di tempat yang khusus,
sekitar satu kilometer ke timur laut dari alun- penjahit menciptakan baju elok dari kain yang
alun. Keadaan pasar pada zaman dulu cukup baru dibeli oleh pengunjung pasar. Pelanggan
terdokumentasi karena dideskripsikan sebagai mereka menunggu baju selesai sambil berbelanja
www.facebook.com/indonesiapustaka
tempat wisata yang menarik, di buku promosi keperluan lain. Suasana di pasar cenderung
wisata Garoet terbitan 1922. tenang karena tidak ada orang yang berteriak-
Hari pasar jatuh pada hari Selasa dan Sabtu. teriak. Orang yang tawar-menawar memakai basa
Sebelum jam empat pagi, ribuan orang dari desa- lemes (bahasa halus) (Dijck 1922:47).
desa di sekeliling Garut berbondong-bondong Sekarang pasar ini berubah menjadi Garut
datang untuk berjual-beli. Mereka berpakaian Plaza, sedangkan pasar tradisional dipindahkan ke
warna-warni. Bermacam-macam hasil panen dan Pasar Baru, di sebelah barat lokasi yang lama.
81
s e lu k - B e lu k Pa sa r
82
s e lu k - B e lu k Pa sa r
investasi. Selain untuk kediaman mewah dengan kumpulan pedagang keliling. Di tengah foto
taman indah, wilayah itu mereka manfaatkan tampak tong logam yang besar, tempat kerupuk
untuk perumahan, industri, pertanian, dan pasar. yang dipikul keliling. Sekarang Pasar Senen telah
Membangun pasar akan sangat menguntungkan berubah menjadi kompleks pertokoan modern.
83
s e lu k - B e lu k Pa sa r
Wagestraat (kini Jalan Sudirman). Di belakangnya kecamatan, mengikuti hari pasaran: Pahing, Pon,
terlihat gedung pasar yang masih baru dan Wage, Kliwon, dan Legi (Gonggryp 1934:1148).
modern saat pemandangan ini diabadikan. Pasar Saat itu Pasar Wage hanya ramai pada hari Wage.
Wage sendiri memiliki sejarah yang jauh lebih Namun, pedagang Tionghoa yang menetap di
lama. sekitar pasar menyebabkan pasar juga ramai di
Pasar Wage adalah pasar tradisional di pusat hari lain selain Wage.
pecinan Purwokerto, sekitar dua kilometer ke arah
84
s e lu k - B e lu k Pa sa r
Pasar Kliwon pasar semakin ramai dan mulai buka tiap hari
tanpa mengubah nama Kliwon. Sekarang pasar ini
tahun: sekitar 1910 merupakan pasar grosir terbesar di pantura timur,
Lokasi: Jalan sudirman, Kudus dikenal sebagai KTC (Kliwon Trade Center).
Judul: Pasar Kliwon te Koedoes (Pasar Nama Kudus berasal dari kata Arab Al Quds
Kliwon di Kudus) yang berarti kota suci. Kota pesisir ini pernah
Penerbit: aloewi alie akoewan, semarang disebut Yerusalem-nya Jawa karena sejarahnya
berkaitan dengan penyebaran Islam. Sejak 1894
Di Jalan Raya Pos (kini Jalan Sudirman) di Kudus, kota ini telah dihubungkan dengan kereta api.
di depan stasiun kereta api, terdapat sebuah pasar Terlihat kompleks Stasiun Wergu yang lama
yang dibuka pada hari ke-5 setiap minggu kalender dengan diponya. Stasiun baru yang kini menjadi
Jawa, maka disebut dengan Pasar Kliwon. Foto Pasar Wergu baru dibangun pada 1919. Dari
kartu pos mengarah ke timur, jalan menuju ke Kudus, kereta api berangkat ke tiga arah: ke
Rembang. Sebelah kanan tampak los pasar beratap utara menuju Mayong dan Pecangaan (Jepara),
www.facebook.com/indonesiapustaka
genteng, sebelah kiri terlihat stasiun. Lokasi dengan ke barat menuju Semarang, dan ke timur menuju
infrastruktur bagus memberikan keuntungan Rembang dan terusannya. Sejak 1980 lintasan
pada pasar kecil ini. Sejak pembangunan stasiun, kereta api ini dinonaktifkan.
85
s e lu k - B e lu k Pa sa r
86
s e lu k - B e lu k Pa sa r
jepretan terjadi di pagi hari. Tak heran, Pasar Sore peralatan nelayan. Pada umumnya sebuah pasar
masih sepi. sore tidak berpotensi seperti pasar pagi yang
Tampak los pasar semacam pendopo, yaitu sering tumbuh besar menjadi pusat grosir. Pasar
atap dibangun di atas tiang. Di depan gedung Sore di Tegal hanya berubah menjadi barisan
tampak fasilitas keran air. Diperkirakan airnya ruko. Namanya hanya hidup terus dalam julukan
dari sumur bor dengan tekanan alaminya cukup Perempatan Pasar Sore.
87
s e lu k - B e lu k Pa sa r
tidak jauh dari pos pabean Groote Boom. Foto pernah sepi pengunjung baik siang maupun
dibuat dari atas sebuah rumah di Songoyudan. malam. Pada 1930-an Pasar Pabean direnovasi
Kamera mengarah ke barat. Bangunan pasar secara besar-besaran menjadi seperti wajahnya
tidak mampu menampung jumlah pedagang yang bertahan hingga sekarang.
88
s e lu k - B e lu k Pa sa r
dan stasiun. Akibat aktivitas ekonomi baru di Menjamurnya pusat perbelanjaan lain di
daerah ini, dan karena pasar lain di Madiun Madiun yang lokasinya lebih strategis membuat
cukup jauh, di antara benteng dan sepur lahirlah Pasar Sepur kini semakin sepi.
89
s e lu k - B e lu k Pa sa r
zamannya. Di atas pilar batu ada konstruksi kayu perselisihan tidak berakhir tanpa intervensi polisi
dengan genteng sebagai penutup atap. Pedagang (Blink 1905:29).
90
s e lu k - B e lu k Pa sa r
dalam pasar hewan yang menjual binatang baru pada 1960-an dipindah ke Jalan Ngasem.
peliharaan kecil misalnya kelinci dan ikan hias. Karena terlalu ramai dan sempit, pada 2010 pasar
Pasar burung mempunyai ciri khas hampir burung direlokasi ke tempat yang lebih luas di
sama di berbagai kota. Nasibnya juga sama, Jalan Bantul.
91
s e lu k - B e lu k Pa sa r
92
s e lu k - B e lu k Pa sa r
Di atas pintu berbahan besi terbaca angka 1916, berfungsi sebagai kantor kepala pasar, dengan
yaitu tahun renovasi. Di belakang jajaran pertokoan pangkalan kereta kuda di depannya.
93
s e lu k - B e lu k Pa sa r
Istilah pasar gelap bisa diartikan pula sebagai Dievenpassar (Pasar Maling). Pasti sebutan ini
pasar yang menjual “barang gelap”: barang- menjelaskan barang dagangan berasal dari mana.
barang ilegal. Barang gelap bisa mengacu Keduanya, Pasar Glap maupun Pasar Maling,
pada barang-barang yang diperoleh dari hasil sekarang sudah tidak ada lagi.
94
PECInan
lalu. Pecinan di berbagai kota memiliki sejarah Jawa, mereka mengikuti arus masuknya orang-
yang berbeda, yang dapat dikategorikan dari orang Belanda.
berbagai macam lokasi lahir:
1. Pelabuhan pra-VOC (misalnya Cirebon) Tionghoa dan Belanda
2. Kota VOC (misalnya Batavia, Semarang) Kehadiran VOC di Jawa pada akhir abad ke-16
3. Daerah pembukaan lahan tanah (misalnya menjadi titik awal imigrasi dari Tiongkok dalam
Senen, Bogor) skala besar. Sejak abad ke-16, pemimpin VOC
Pe c i na n
tugas sebagai pemungut pajak dan tol melalui 1906:1033). Hingga kini di pecinan di Yogyakarta
sistem pacht. Pada awal abad ke-18, kaum dan Solo terdapat kawasan Ketandan, yaitu bekas
Tionghoa merupakan mayoritas penduduk di permukiman para tanda, yang mengingatkan kita
wilayah yang dibangun VOC (Blussé 1995:546). pada zaman tersebut.
Akibat pembantaian Tionghoa di Batavia pada Di mana pun Belanda membangun benteng
1740, orang Belanda mulai menampakkan atau markas tentara, mereka kerap diikuti pionir
ketakutannya terhadap orang Tionghoa. Tionghoa yang berjasa sebagai tenaga kerja
96
Pe c i na n
untuk membangun kompleks militer dan sebagai lokasi pecinan karena mereka mencari pusat
penjual kebutuhan. Pedagang Tionghoa menjadi keramaian perdagangan. Dalam segi arsitektur,
pedagang perantara antara pasar domestik terjadi percampuran antara ruko Tionghoa dan
dan orang Belanda. Mereka selalu bermukim arsitektur Eropa. Setelah revolusi di Tiongkok
di tempat strategis dekat pasar dan juga dekat (1911-1912), semakin jarang lagi dibangun
permukiman tentara. rumah bergaya Tionghoa dan banyak rumah
lama direnovasi dengan gaya arsitektur Eropa
Orientasi dalam kota (Graaf 1970:127). Kendati masa jaya pecinan
Orang-orang Tionghoa tidak bermukim di sudah berlalu, sampai sekarang arsitektur bergaya
mana saja. Mereka baru datang ke sebuah kota Tionghoa masih tersisa di pecinan banyak kota
sesudah kota ini cukup besar dengan populasi lama di Jawa. Berikutnya kita mengunjungi
berdaya beli cukup tinggi. Dengan perkembangan beberapa kota untuk menghirup aroma pecinan.
pedalaman Jawa sebagai daerah pertanian
dan perkebunan, banyak kota tumbuh besar
sebagai pusat daerah aktivitas agraris. Jikalau
kota ini juga berfungsi sebagai ibu kota wilayah
administratif, kedatangan aparat pemerintahan Orang-orang tionghoa
mendorong perkembangan kota. Konsumen
potensial menarik pedagang Tionghoa. Begitulah, tidak bermukim di
di banyak kota lahir sebuah pecinan, yang
biasanya berlokasi di dekat pasar dan dekat mana saja. Mereka
permukiman Belanda. Kaum Tionghoa berhasil
menguasai sebagian besar perdagangan, karena baru datang ke sebuah
kecakapan mereka dalam berdagang. Selain di
sektor perdagangan, mereka terjun di industri kota sesudah kota ini
kecil dan mempekerjakan banyak pekerja pribumi.
Bisnis tersebut membuat banyak orang Tionghoa cukup besar dengan
memiliki penghasilan besar.
Pada 1900, di Pulau Jawa kurang lebih populasi berdaya beli
280.000 orang berasal dari etnis Tionghoa
(Blussé 1995:543). Bagian terbesarnya lahir dan cukup tinggi. Dengan
besar di pulau itu. Mereka adalah peranakan,
yaitu keturunan pendatang Tionghoa dengan
perkembangan
ibu pribumi, karena hanya sedikit perempuan
Tionghoa yang merantau sehingga banyak laki-
pedalaman Jawa
laki Tionghoa mencari pasangan orang pribumi.
Keturunan campuran ini mayoritasnya setia
sebagai daerah
pada agama, bahasa, dan kebudayaan Tionghoa.
Walaupun hanya satu persen dari penduduk
pertanian dan
www.facebook.com/indonesiapustaka
97
Pe c i na n
rumah Khas tionghoa gedung sempit dan panjang ini diatasi dengan
membuat bukaan di bagian tengahnya—yang
tahun: 1920 tidak terlihat dari luar.
Lokasi: Jalan Petekoan, Jakarta Sampai dengan abad ke-19, di berbagai
Judul: Pasar senen - Weltevreden kota masih banyak rumah Tionghoa berlantai
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden, Batavia, satu dan berbahan sama seperti rumah pribumi:
Bandoeng kayu dan bambu. Lama-kelamaan model lama
tersebut berganti menjadi sebuah model baru
Awal abad ke-20, barisan ruko yang khas dengan dinding bata tebal, yang bersinggungan
mendominasi pemandangan di semua kawasan tegak lurus dengan jalan. Atap perisai dibuat
pecinan. Lebar tiap unit 3-5 meter sesuai dengan dari genting. Dinding bata yang dibagi dengan
ukur balok kayu yang tersedia di pasaran rumah tetangganya selalu lebih tinggi ketimbang
(Gunawan 1998:114). Panjangnya kurang lebih atapnya, berfungsi juga sebagai dinding api.
5-8 kali lebarnya. Bentuk ini berasal dari Tiongkok Satu deretan ruko terdiri atas belasan unit yang
www.facebook.com/indonesiapustaka
kuno, yang menetapkan bahwa rumah kena pajak disambung. Orang kaya dapat membeli lebih
tergantung lebar dinding yang menghadap ke dari satu unit untuk membangun ruko yang lebih
jalan (Davison 2010:16). Masalah pencahayaan besar.
98
Pe c i na n
toko tionghoa
tahun: sekitar 1940
Lokasi: Cianjur
Judul: Chinese toko tjiandjoer (toko
tionghoa di Cianjur)
99
www.facebook.com/indonesiapustaka
100
Pe c i na n
Pe c i na n
Pasar Lama
tahun: Dikirim 1906
Lokasi: Gang Cilame, tangerang
Judul: Pasar tangerang
Penerbit: f.B. smits, noordwijk - Batavia
Pencetak: Lichtdruk Gebr. van straaten,
Middelburg (Belanda)
101
Pe c i na n
Pintu Kecil pohon sebelah kiri tampak Kali Besar alias Sungai
Ciliwung. Jikalau mengarah balik, kita menuju ke
tahun: sekitar 1910 bekas lokasi Pintu Kecil. Jikalau lurus, kita menuju
Lokasi: Jalan Pintu Kecil, Jakarta Pancoran dan lokasi foto berikutnya.
Judul: Pintoe Ketjil, Kalikant – Batavia Seperti biasanya di sebuah pecinan, di
(Pintu Kecil, tepi kali - Batavia) sepanjang ruas kiri-kanan jalan terdapat deretan
Penerbit: f.B. smits, Weltevreden ruko dengan berbagai ukuran yang dibangun
dalam gaya arsitektur khas Tionghoa. Zona
Sejak pendirian Kota Batavia, jumlah penduduk transisi di antara wajah ruko dan jalan umum,
bermata sipit begitu dominan sehingga kota ini yang berjarak lima kaki (1,5 meter lebih sedikit),
akhirnya menjadi lebih mirip koloni Tionghoa menurut peraturan tidak boleh dibangun penuh
ketimbang koloni Belanda (Diessen 1989:109). dengan bangunan permanen, agar jalanan
Pada awalnya banyak orang Tionghoa tinggal di cukup lebar dan pembangunan cukup harmonis.
dalam tembok kota, tetapi setelah Pemberontakan Meskipun demikian, sering kali halaman depan
Tionghoa (1740) mereka tidak lagi diperbolehkan tersebut dibangun penuh. Pada foto ini terlihat
www.facebook.com/indonesiapustaka
tinggal di sana. Kawasan yang letaknya langsung bahwa zona kaki lima lebih tinggi daripada jalan
di sebelah selatan Pintu Kecil, di luar tembok kota umum, dan selalu dijadikan bagian dari toko. Di
lama, ditetapkan sebagai tempat tinggal orang atasnya, atap teritis telah dipasang pada dinding
Tionghoa. Saat foto dibuat, gedung Pintu Kecil hadapan ruko. Semuanya tergantung dari ketat
yang dibangun pada 1638 sudah tidak ada lagi— tidaknya pengawasan di sebuah kota. Di banyak
tinggal kenangan dalam bentuk nama jalan saja. tempat, zona kaki lima ini telah menjadi korban
Foto mengarah ke selatan. Di belakang barisan pelebaran jalan.
102
Pe c i na n
103
Pe c i na n
kota oleh Mataram 1740-1743 (Brommer punggungnya yang menawar jasa membantu
1995:12). Kemudian VOC memindahkan mereka membawa barang belanjaan dengan imbalan
ke lokasi yang mudah diawasi, yaitu kawasan kecil (Ananda 2013:138).
104
Pe c i na n
di tepian Kali Mas, sebelah Jembatan Merah. Tepi hasil perkebunan. Kebetulan, di sepanjang
timur Kali Mas terletak di belakang barisan rumah jalan ini, banyak warga bekerja sebagai perajin
sebelah kiri. karet. Judul kartu pos berbunyi Handelskwartier
Pecinan Surabaya didirikan pada abad (kawasan perdagangan) yang mengacu pada
ke-17 di tepi timur Kali Mas, kira-kira saat VOC kegiatan ekonomi yang dilakukan di sini.
105
Pe c i na n
perbatasan pecinan sebelah utara. Jika lurus, kita Di sekitarnya, terdapat beberapa nama jalan di
menuju ke Pasar Pabean. Jalanan sangat ramai peta lama yang mengingatkan kita pada hidangan
dengan banyaknya pedagang barang keliling dan Tionghoa, contohnya Bamistraat (Jalan Bakmi,
kendaraan seperti sado dan gerobak dorong. kini Jalan Samudera), Kimlostraat (Jalan Kimlo,
Kabel listrik sudah tampak malang-melintang di kini Jalan Bongkaran) yang juga pernah disebut
atas jalanan. Tiang-tiang depan rumah yang mirip Tjaipostraat (Jalan Caipo), dan Blinde Varkensstraat
pancing merupakan alat penyambung listrik. Di (Jalan Babi Buntu, kini Songoyudan Gang 1).
106
Pe c i na n
107
Pe c i na n
108
Pe c i na n
kota meluas ke semua arah di seberang bekas dari pemakaian berbagai elemen arsitektur
perbentengan. Kapasan merupakan terusan seperti teras depan dan kolom klasik yang dililit
timur pecinan awal 1900-an. Kelenteng Bun Bio oleh naga-naga.
109
Pe c i na n
pasar. Pembukaan hutan dan pengelolaan tanah sekarang menjadi Kompleks Pertokoan Segitiga
dikerjakan oleh kontraktor Tionghoa yang banyak Atrium Senen.
110
Pe c i na n
memperoleh pendapatan adalah membuka pasar, model lama satu lantai. Meskipun belum banyak
karena pajak pasar sangat menguntungkan. Pada orang yang bisa baca-tulis, para pengelola ruko
1777 dibuka Pasar Bogor; diberi nama demikian sudah menggunakan papan nama dengan baik
karena berada di Kampung Bogor. Seperti biasa aksara Mandarin maupun huruf Latin. Sebelah
pada zamannya, hak pajak pasar dan banyak kanan terlihat spanduk toko Tek Ho.
kegiatan lain yang berkaitan dengan pengelolaan
111
Pe c i na n
sudah ada dalam peta 1821 (Bruggen 1998:153). pelanggannya banyak yang non-Tionghoa.
Nama Ketandan berasal dari kata ke-tanda-an, Terlihat papan iklan “meubel-fabriek” (pabrik
yang berarti tempat bermukim tanda yaitu lurah mebel) dan “Roemah obat” (apotek).
pasar yang bertugas menarik pajak di pasar Banyak orang Tionghoa menjual obat
(Jansz 1906:1033). Lokasinya berada dekat Pasar Tiongkok, yaitu obat-obatan alami dari tumbuh-
Gede. Foto memperlihatkan pemandangan dari tumbuhan.
112
Pe c i na n
pada 1830, keadaan tiga areal pemakaman Stasiun Pasar. Sekarang di bekas tempat
Tionghoa pada kisaran pertengahan 1800-an, dan rel dibangun trotoar lebar dan indah yang
pembangunan Kelenteng Liong Hok Bio di alun- membuat jalan ini nyaman untuk berjalan kaki.
alun pada 1864, membuktikan bahwa komunitas Karena itu, dan karena memotong kota sejuta
mereka sudah berkembang. bunga ini dari utara ke selatan, jalan yang
Dalam foto ini tampak pecinan yang digambarkan juga disebut sebagai Malioboro-
membentang di sepanjang jalan raya Semarang- nya Magelang.
113
Pe c i na n
itu. Karena lokasinya cukup strategis, pada 1833 adalah pemilik toko yang bernama Jan Contant
Belanda mulai membangun benteng Willem I (ucap: Yan Kontan). Ditimbang dari namanya
yang akhirnya beroperasi dengan penuh pada yang merupakan permainan kata Belanda, di toko
1850. Armada pembangunnya dan tentara yang ini para pelanggan agaknya tidak bisa membeli
kemudian bermarkas di kota itu membangkitkan dengan kredit tetapi harus membayar tunai.
114
Pe c i na n
Sekitar pergantian abad ke-19, barisan bangunan Pada tahun 1889 pecinan masih didiami kurang
sederhana berbahan bilik di jalan ini diganti ruko dari seribu jiwa dan saat pergantian abad ke-19,
berdinding batu yang berhiasan khas. Dari iklan sudah menjadi 3000-an jiwa (Voskuil 1996:28).
115
Pe c i na n
sebagai pusat perkebunan Belanda pada awal di mana Kota Sukabumi dibangun (Knaus
abad ke-19, sebuah pecinan lahir di sekitar Pasar 1980:8).
116
Pe c i na n
dahulu banyak digunakan di kawasan itu untuk dipakai sebagai memerciki jenazah dalam peti
penerangan di malam hari, saat belum ada listrik. sebelum peti mati ditutup, lebih karena alasan
Lampu cenong menggunakan bahan bakar aroma parfum ini mampu mengatasi bau tidak
minyak. Selain warung makan di jalan yang mulai enak yang dikeluarkan jenazah.
117
www.facebook.com/indonesiapustaka
118
Pe c i na n
Pe c i na n
Pecinan Malang
tahun: sekitar 1910
Lokasi: Jalan Pasar Besar, Malang
Judul: Chineesche Kamp Malang
(Kampung tionghoa Malang)
Penerbit: Chemicaliën Handel Malang.
Mevr. C. Bocage
119
Pe c i na n
jalanan sempit, foto ini menunjukkan jalanan di sebelah timur mulai dibangun penuh. Sekitar
yang cukup lebar dengan berbagai ruko yang 100 meter ke timur terdapat Jalan Cokroaminoto,
semuanya memiliki halaman depan nan luas. yang dulu bernama Klentenglaan (Jalan
Kawasan pecinan dibangun di sekeliling lokasi Kelenteng) setelah berdirinya sebuah kelenteng
lama Pasar Besar, yang terletak sekitar 100 pada 1887. Di antara kedua jalan utama terdapat
meter ke arah lurus, di sisi kiri jalan. Tempat seruas Jalan Barito, yang menurut masyarakat
ini merupakan lokasi “alami” untuk menggelar setempat dahulu dinamakan Cina Gang Tengah.
120
Pe c i na n
sekitar 100 meter sebelah barat dari perempatan Selatan Jawa yang mengalami masa jayanya pada
tersebut. Fotografer membelakangi lintasan periode 1890-1930. Semua kegiatan tersebut
kereta api dan foto mengarah ke timur. Sebelah menarik orang Tionghoa, yang seperti biasanya,
kanan jalan ada kompleks pasar, sedangkan di bermukim di sekitar lokasi pasar.
121
Pe c i na n
122
Pe c i na n
untuk memungut pajak dari kegiatan ekonomi tidak lagi terlihat dari jalan umum karena tertutup
yang saat itu dimonopoli oleh Tionghoa: barisan ruko yang dibangun di pinggir jalan.
perdagangan opium, perjudian, dan pegadaian Sekitar 200 meter ke arah kanan dari posisi foto
(Nieuwenhuys 1988:165). Sebagaimana banyak terdapat perempatan dengan Jalan Dhoho yang
merupakan pusat keramaian pecinan.
123
Pe c i na n
Cirebon. Mengikuti tren zamannya, vila diberi markas militer, dan gedung pameran. Akhirnya
nama “Karang Anom” yang artinya “Kebun Muda”. bagunan ini dibeli oleh investor dan diruntuhkan
Vila dibangun dengan gaya modern untuk untuk dibangun pusat pembelanjaan “Yogya
zamannya. Arsitektur rasionalisme diterapkan Grand Center”.
124
PErMuKIMan
OranG asInG
126
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
Jembatan Kampung Melayu 130 prajurit saja. Si Kapten ini juga diangkat menjadi
kepala komunitas Melayu di Kampung Melayu.
tahun: sekitar 1900 Kampung Melayu merupakan bagian dari
Lokasi: Jalan Kampung Melayu Kecil, kawasan Meester Cornelis. Pada 1656, sebuah
Jakarta tanah luas letaknya sekitar 10 kilometer tenggara
Judul: Brug Kampong Melajoe. Meester dari Batavia Kota dijual oleh VOC kepada seorang
Cornelis. (Jembatan Kampung Melayu, investor untuk dibuka dan dikembangkan.
Jatinegara) Pembelinya adalah Cornelis (†1661), seorang anak
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden orang kaya keturunan Banda campuran Portugis.
Di wilayahnya, ia membuka sekolah di mana ia
Kampung Melayu di Batavia merupakan mempelajari agama Kristen dan bahasa Melayu.
permukiman tentara yang berasal dari Melayu. Sebagai seorang guru (bahasa Belanda: meester),
VOC merekrut pasukan bersenjata dari mana-mana orang itu, dan juga wilayahnya, kemudian disebut
dan beberapa dari mereka adalah tentara Melayu, sebagai Meester Cornelis. Kini wilayah telah ganti
Ambon, Bali, Bugis, dan lain-lain. Di Jawa terbentuk nama menjadi Jatinegara tetapi oleh banyak
www.facebook.com/indonesiapustaka
koloni mereka di dalam kampung etnis. Saat perang orang masih disebut dengan Mester.
di Banten (1682), terdokumentasi peran pasukan Fotografer berdiri di tepi barat Sungai
Melayu di bawah pimpinan Kapten Wan Abdul Ciliwung (kini Jalan Kampung Melayu Kecil).
Bagus (†1716), seorang pengabdi VOC kelahiran Kamera mengarah ke selatan ke arah hulu
Betawi tetapi keturunan Patani (Thailand Selatan). sungai. Di kejauhan terlihat jembatan yang
Menurut satu sumber, tentaranya terdiri atas 3.000 menghubungkan Kampung Melayu di tepi timur
prajurit, sementara menurut sumber lain terdiri atas (kiri) dengan Melayu Kecil di tepi barat (kanan).
127
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
nama Songoyudan menunjukkan jumlah dan Pabean ada di sebelah kiri fotografer, di luar
profesi pemukim awal di kawasan ini. Juga bisa sudut kamera. Foto mengarah ke utara.
berarti sembilan (songo) pimpinan kesatuan Perbatasan Kampung Melayu yang pada
tentara yang direkrut, berupa kelompok dari awalnya pasti dan jelas, lama-kelamaan menjadi
Melayu, Jawa, Ambon, Bugis, Bali, Madura, kabur dan kampung pun semakin mulai berbau
Manado, dan lain-lain. Songoyudan bersebelahan Tionghoa dan Madura. Sekarang suasana Melayu
dengan kawasan Slompretan, yang pada zaman tidak tinggal banyak.
128
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
tersebut. Pada foto 1913 ini semua rumah trotoarnya lebih tinggi dari jalannya. Kondisi ini
panggung sudah hilang dan jalan dibangun berbeda dengan sekarang di mana jalan diaspal
penuh dengan deretan rumah toko. Tinggal nama berkali-kali dan menjadi lebih tinggi dari pintu
“Jalan Panggung” sebagai kenangan. rumah.
129
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
awalnya sebagian besar orang yang mendiami Deretan bangunan sebelah kiri membelakangi Kali
kawasan tersebut adalah orang Melayu. Semarang. Diwakili berbagai macam arsitektur
Mereka yang dimaksudkan orang pribumi dari etnik, antara lain rumah toko gaya Tionghoa dan
Semenanjung Malaya dan kepulauan Nusantara menara masjid gaya Arab yang menjadi titik fokus
bagian barat di luar Pulau Jawa (Gonggryp foto ini.
130
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
131
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
berarti orang Afrika utara namun juga (Jonkie 2007:44). Pada foto ini tampak banyak
digunakan sebagai sinonim untuk orang Muslim toko Tionghoa di sepanjang jalan ini. Sebelah
pada umumnya. Kampung ini lahir pada akhir kiri terlihat papan nama Tjan Boen Hien, sebelah
abad ke-18 di luar benteng kota, di bekas lokasi kanan ada antara lain toko Sie Tan Hay.
132
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
bertempat tinggal di Kota Serang. Oleh karena yang diperdagangkan di Kampung Arab.
itu dinamakan Langgar Serang. Langgar tersebut Sekarang, Langgar Serang sudah mengalami
berlokasi di lantai dua, di atas sebuah toko batik. renovasi secara besar-besaran. Menara lama
Dahulu, orang Arab mengambil bagian penting dibongkar dan dibangun kembali dua menara
dalam perdagangan batik di Nusantara. Mereka modern yang lebih tinggi. Hingga kini, menara
juga berjualan emas, batu permata, dan hidangan bergaya Yaman masih dilestarikan di Kampung
kuliner Arab. Salah satu spesialisasi lain mereka Arab di Pekalongan dan di Bogor.
133
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
pembelanjaan kain di Surabaya. Di bidang itu, sendiri. Meskipun demikian, toko Armenia tetap
pengusaha toko dari etnis India, Tionghoa, dan ramai karena kain dari penjual Armenia berkualitas
Armenia saling bersaing. Toko Armenia di jalan itu lebih bagus daripada kain dari toko-toko lain.
134
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
perdagangan, dan lain sebagainya, yang Pekerja seks dari Jepang bukan hak milik
berlanggam arsitektur bergaya Eropa. Surabaya saja. Sampai awal abad ke-20 mereka
Mengapa jalan ini lebih dikenal dengan juga dapat ditemui di Semarang (Buitenweg
nama Kembang Jepun? Selain sebagai kawasan 1975:13).
135
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
www.facebook.com/indonesiapustaka
136
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
Lingkungan Prancis
tahun: sekitar 1910
Lokasi: Jalan Majapahit, Jakarta
Judul: Weltevreden. rijswijk, fransche
buurt. (Weltevreden, rijswijk, Kawasan
Prancis)
Penerbit: J.C. Blomme, Weltevreden
137
Pe r mu k i ma n O ra ng asi ng
tugu Jam Inggris kini menjadi halaman Bank Indonesia. Foto ini
mengabadikan upacara peresmian.
tahun: Dikirim 1901 Patung jam tersebut mirip dengan menara
Lokasi: Jalan Pahlawan, surabaya Big Ben di London, sebuah ikon Inggris. Pada
Judul: stadsklok van soerabaia (Jam Kota kaki patung jam tertulis teks: Clock presented to
di surabaya) the town of Sourabaya by the British community
Penerbit: thies & umbgrove, soerabaia on the occasion of Queen Victoria’s Diamond
Jubilee 189 (Faber 1932:54). Artinya: Jam
Orang Inggris di Surabaya tidak memiliki dipersembahkan kepada Kota Surabaya oleh
kampung sendiri tetapi merupakan komunitas komunitas Inggris dalam rangka yubileum intan
terorganisir. Pada tahun 1897, sebuah patung Ratu Victoria. Pada 1926, patung jam menjadi
jam dihadiahkan kepada rakyat Surabaya oleh korban pelebaran jalan dan dipindahkan ke
komunitas Inggris di kota ini, untuk merayakan Priokplein (kini Alun-alun Priok) sebelum
ulang tahun pemerintahan Ratu Victoria yang akhirnya dihancurkan pada zaman pendudukan
www.facebook.com/indonesiapustaka
138
PErKaMPunGan
WarGa
traDIsIOnaL
Orientasi dalam struktur kota jalanan utama pusat kota, di tepi sungai, di antara
Sebutan kampung dimaksudkan untuk suatu permukiman lain, atau di pinggiran kota.
lingkungan permukiman yang terbatas dengan Sebutan kampung banyak diidentikkan
sekelompok rumah, yang biasanya dihuni oleh dengan gang-gang sempit. Karena makin
orang berpenghasilan rendah dan merupakan bertambahnya penduduk dan sedikitnya
kesatuan dalam usaha dan etnis. Wilayah pengembangan kawasan yang mengikuti, di
kampung dikelilingi perbatasan yang jelas dan banyak kota kampung menjadi padat dan
dapat dimasuki melalui gapura kampung yang berdesak-desakan, dan ciri bangunan pun
dijaga. Dalam bahasa Jawa, Sunda, dan Melayu, berubah misalnya menjadi dua lantai. Bukan
kata kampong berarti pekarangan yang dipagari berarti bahwa kampung jarang tampil indah.
atau daerah permukiman yang dipimpin oleh satu Meskipun ada laporan yang menyaksikan
kepala (Veth 2003:142 / Jansz 1905:348). daerah kumuh di banyak kota, terdokumentasi
Kampung-kampung pribumi jarang bahwa kebanyakan kampung asri dan nyaman,
terlihat mencolok di sebuah kota, karena tidak terkadang dengan rumah-rumah cantik dengan
mengambil posisi strategis seperti pecinan, gaya arsitektur yang menarik.
kawasan elite, atau bangunan penting yang
menjadi titik orientasi untuk semua orang yang Struktur sosial
www.facebook.com/indonesiapustaka
lewat. Sebaliknya, letak kampung biasanya agak Secara tradisional, sebuah kampung merupakan
tersembunyi. Perkampungan lama dibiarkan di bagian kota otonom. Diperintah oleh seorang
tempat mana pun yang kurang menarik bagi yang kepala yang dipilih oleh pemilik rumah dan
lebih bermateri atau berkuasa. Perkampungan halaman. Jalanan, gang-gang, jembatan, dan
baru dibangun di tempat manapun yang masih sebagainya dirawat dan keamanan dijaga oleh
kosong. Praktiknya, rakyat jelata tinggal di penduduk setempat, secara gotong royong. Pada
belakang barisan bangunan yang di sepanjang umumnya, kampung rapi, indah, dan aman.
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
Namun, banyak orang kampung pindah lebih bersifat privasi. Bagian belakang biasanya
ke tempat lain atau malas ikut gotong royong. dijadikan dapur. Dikenal beberapa jenis rumah
Mereka menebus tugas dirinya dengan kampung tradisional, yang dibedakan dari bentuk
membayar uang. Lalu kampung menyewa atapnya. Berikut tiga model utama:
kuli-kuli untuk melakukan pekerjaan umum. 1. Rumah model kampung biasa
Seiring berjalanannya waktu, kampung dibangun 2. Rumah model limasan
penuh. Akibat urbanisasi, banyak pendatang 3. Rumah model joglo
dari luar menetap di kampung di kota dan
integrasi mereka tidak berjalan lancar. Mereka Rumah model kampung merupakan model
tidak diberi status dan “hak kampung” sebagai paling sederhana. Bagian tengah yang paling
penduduk aslinya. Pendatang tidak ikut memilih tinggi memiliki kerangka dengan empat tiang
lurah, tapi juga tidak ikut gotong royong. kayu, atau untuk rumah lebih lebar, dengan
Lama-kelamaan, kohesi sosial berkurang, delapan tiang kayu. Dua bagian sisi tambahan atap
pekerjaan umum diabaikan dan banyak kampung paling luar (depan dan belakang), ditumpu oleh
semakin semrawut. Pemerintah kota kurang deretan tiang lebih kecil di sisi luarnya. Sisi panjang
mampu berbuat apa-apa disebabkan otonomi adalah sisi depan yang menghadap ke jalan. Di
kampungnya. Akhirnya sekitar 1930, di semua atas bagian tengah dibangun atap pelana dengan
kota otonomi kampung dibubarkan (Faber dua potong atap yang agak curam, yang bertemu
1935:44) dan wilayah kampung langsung jatuh di puncak rumah. Potongan atap di bagian depan
di bawah pemerintah kota. Kemudian banyak dan belakang lebih mendatar. Jumlah potongan
diadakan program perbaikan kampung. atap totalnya empat. Untuk rumah ini, di daerah-
dearah ada nama yang beda-beda, misalnya empat
Rumah tradisional empyak, tekuk lulang, drojogan, atau srotongan.
Rumah tradisional adalah rumah yang bentuk Rumah model limasan pada dasarnya sama
dan cara pembuatannya diwariskan secara dengan model pertama. Bagian tengah memiliki
turun temurun. Sebuah rumah kampung di Jawa kerangka dengan delapan tiang kayu dan sisi
adalah rumah satu keluarga, dengan struktur panjang adalah sisi depan. Intinya atap di bagian
utama kayu atau bambu utuh. Penutup atap tengah berbentuk perisai dan terdiri atas empat
menggunakan alang-alang, rumbia, daun kelapa, potongan atap: dua buah bentuk segitiga dan
ijuk, bambu belah, sirap, seng, atau genting. dua buah bentuk trapesium. Bagian rumah yang
Dari ukuran, bentuk, struktur, bahan bangunan, di depan dan di belakang memiliki atap yang
kelengkapan, dan letak, terlihat jelas pembedaan lebih mendatar. Jumlah atap totalnya enam
antara rumah kampung masyarakat umum dan potong. Rumah limasan adalah rumah keluarga
pejabat atau aristokrat. Jawa merupakan satu- yang lebih bagus daripada rumah kampung biasa,
satunya pulau di Nusantara, di mana rumah biasa namun masih kalah mewah dengan rumah joglo.
dibangun langsung di atas tanah tanpa penutup Dari tiga jenis rumah tradisional, rumah
lantai. Gaya pembangunan tersebut dibawa model joglo dianggap yang paling sempurna dan
oleh pendatang dari India, di mana rumah juga ningrat. Puncak atap berbentuk limasan yang
dibangun demikian (Blink 1905:26). agak curam, dibangun di atas empat tiang utama
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pada umumnya, kelompok tata ruang pada (soko guru). Pada sisi depan, belakang, kiri, dan
sebuah rumah tinggal, berurutan dari depan kanan, rumah dilebarkan dengan atap kurang
hingga belakang, terdiri dari tiga petak ruang. curam, disangga tiang-tiang tambahan. Maka
Bagian paling depan merupakan ruangan paling potongan atap totalnya berjumlah delapan.
umum, berfungsi untuk duduk-duduk dan Limasan merupakan tipe lama sekali yang
berbincang, serta menerima tamu. Bagian kedua, sudah digambarkan pada relief Candi Prambanan
yaitu bagian tengah, adalah ruang dalam yang dan Borobudur (abad ke-9 M). Pada relief candi
140
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
kuno sampai akhir zaman Majapahit (abad ke-15 Sisi lainnya, rumah tradisional sangat tidak
M), rumah bentuk joglo belum ada. Jadi bisa tahan api. Merugikan juga, batang bambu yang
dianggap joglo baru berkembang setelah era digunakan sebagai bahan pembangunan rumah
Mataram. menjadi kandang tikus yang mudah berkembang
biak, apalagi di batang bambu yang berposisi
Rumah model lain horisontal. Karena tikus suka bersarang di batang
Ketiga model rumah tersebut memiliki banyak bambu, banyak rumah berbahan bambu dibongkar
sub-model. Baik model limasan dan model joglo atau direnovasi saat kampanye pemberantasan
memiliki puncak atap berbentuk trapesium, dan hama penyakit pes tahun 1920/1930-an. Penyakit
terkadang kedua model mirip, apalagi jika rumah yang sangat mematikan tersebut menular lewat
limasan memiliki tambahan di sisi kiri dan kanan gigitan kutu tikus. Saat itu, banyak peraturan baru
dan potongan atapnya juga berjumlah delapan. dikeluarkan tentang penggunaan bahan bangunan
Untuk membedakan kedua model tersebut ada untuk rumah rakyat, agar tikus tidak lagi bisa
kaidahnya: jika bentuk puncak atap lebih lebar berlindung di lingkungan kampung (Coolhaas
daripada tinggi, disebut atap limasan, tetapi 1941:88). Akhirnya, penemuan vaksin di Institut
jika lebih tinggi dari lebar, disebut joglo. Untuk Pasteur di Bandung tahun 1934 diikuti kampanye
membedakan kedua model dengan lebih pasti, imunisasi rakyat (1935) yang menangkis bahaya
kita perlu memeriksa konstruksi penyangga. pes (Peverelli 1947:57).
Bagian trapesium dari atap joglo disangga oleh Sekarang jumlah rumah tradisional semakin
empat tiang (soko guru), sementara bagian berkurang dan penduduk Pulau Jawa cenderung
trapesium dari atap limasan disangga oleh lebih suka membangun dengan tembok saja.
delapan tiang.
Di Jawa Barat kita menemukan banyak rumah
model limasan lantai panggung. Lantai dibangun
lebih tinggi dari pemukaan tanah, agar kering
dari air hujan atau air banjir, dan binatang tidak
dapat masuk dengan gampang. Di Jawa Timur Di Jawa Barat kita
umum terdapat model rumah yang mirip rumah
model kampung, tetapi daripada sisi panjang, menemukan banyak
sisi pendek adalah sisi pintu yang menghadap
ke jalan. Ujung atap memanjang mendatar rumah model limasan
sepanjang bagian tengah bangunan. Bagian
depan dan bagian belakang memiliki atap dengan
lantai panggung. Lantai
orientasi tegak lurus pada atap bagian tengah.
Terkadang model rumah seperti ini disebut
dibangun lebih tinggi
“rumah gudang”.
dari pemukaan tanah,
Lenyapnya rumah tradisional
Di negeri yang rentan bencana gempa bumi,
agar kering dari air
www.facebook.com/indonesiapustaka
141
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
rumah model kampung depan, dengan model atap lebih mendatar. Atap
bagian depan tersebut disangga barisan empat
tahun: Dikirim 1901. tiang kayu yang terlihat dengan jelas di dinding
Judul: Kamponghuis (rumah Kampung). depan. Pengisi dinding dibuat dari anyaman bilik
Penerbit: f.B. smits, Batavia. bambu dan atap dari jerami. Tidak ada jendela.
Cahaya dapat masuk lewat pintu dan lubang-
Sekeluarga dengan tiga generasi dipotret di lubang kecil di anyaman bambu. Digunakan pintu
depan sebuah rumah dengan model yang paling sorong yang dapat digeser. Beranda dibatasi
sederhana dari ketiga model rumah keluarga dengan barisan batang kayu setinggi kira-kira 10
yang tradisional di Pulau Jawa: rumah model sentimeter. Sebelah kiri terlihat sebuah alat yang
kampung biasa, rumah model limasan, dan rumah sampai sekarang masih banyak digunakan, yaitu
model joglo. Ciri khasnya adalah bentuk atapnya sapu lidi. Tempat kotak di sampingnya pasti berisi
di bagian tengah rumahnya, yaitu atap pelana, bahan racikan rokok, yang akan dilinting sendiri
dan konstruksi simetris terdiri dari empat tiang oleh sang kakek.
www.facebook.com/indonesiapustaka
kayu, atau untuk rumah lebih lebar seperti di foto Rumah bisa dibuat lebih mewah dengan
ini, dari delapan tiang kayu. atap genting dan dinding diplester, atau dengan
Pada bagian tengah rumah dibangun bagian memakai pengisi dinding kayu berjendela.
142
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
rumah model limasan (1) udara, lubang-lubang dinding bilik bambu sudah
cukup. Pintu terbuka dan kita bisa melihat ke
tahun: sekitar 1910 dalam ruang utama. Pada umumnya, di belakang
Lokasi: Yogyakarta ruang utama terdapat kamar tidur yang ditutup
Judul: Kamponghuis - Djocja (rumah dengan dinding, sedangkan plafon terbuka.
kampung - Yogyakarta) Tidak ada beranda di depan rumah.
Penerbit: tan Bie Je, Djocja Perbatasan halaman depan dipagari dengan
memakai batu besar dan pohon singkong. Pagar
Rumah tradisional yang sederhana ini bergaya bambu setinggi manusia menutup halaman
limasan, dengan atap berbentuk trapesium. belakang. Di samping pintu pagar terlihat garu
Biasanya rumah model tersebut mempunyai (alat meratakan jemuran gabah atau tanah)
konstruksi dasar dengan delapan tiang kayu. Lantai sedangkan di belakang pintu tampak alu dan
dibuat dari tanah, dinding dari bambu, dan atap lesung. Di depan pintu rumah, seorang anak
dari dedaunan. Tidak ada jendela. Untuk ventilasi sedang main ketapel.
www.facebook.com/indonesiapustaka
143
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
rumah model limasan (2) dari dedaunan. Di belakang pintu terbuka terlihat
pintu kedua, yaitu pintu masuk ruang kedua.
tahun: sekitar 1930 Sedikit masuk lebih ke dalam, tidak terlihat di
Lokasi: Jawa foto ini, biasanya terdapat beberapa bilik sebagai
Judul: native village on Jawa batas kamar dalam.
(Perkampungan pribumi di Jawa) Meskipun atap bagian tengah berbentuk
Penerbit: Geo stilke Publishers, Hamburg trapesium dan tidak berbentuk limas (piramida),
(Jerman) model rumah ini biasanya disebut sebagai
“limasan”. Atap menyerupai bentuk limas
Sebuah rumah sederhana yang tradisional (piramida) karena meruncing ke atas, apalagi
dibangun dari bahan bangunan alami. Kerangka jikalau dilihat dari sisi samping. Diduga kata limas
dibuat dari kayu, dinding dari bambu, dan atap disebut demikian karena memiliki lima sisi.
www.facebook.com/indonesiapustaka
144
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
panggung. Lantai dibangun lebih tinggi dari (Blink 1905:25). Jarang digunakan paku, tetapi
permukaan tanah, agar kering dari air hujan digunakan pasak kayu. Jendela tidak memakai
atau air banjir, dan binatang tidak dapat masuk kaca, hanya kisi-kisi kayu untuk melindungi
dengan mudah. rumah dari garong (Pekelharing 1925:98).
145
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
rumah model joglo semua sisi, atap dilebarkan menjadi lebih landai,
dengan menggunakan tiang-tiang tambahan.
tahun: sekitar 1920 Potongan atap total berjumlah delapan.
Lokasi: Kabupaten Wonosobo Sebagai dinding digunakan bilik (anyaman
Judul: Kamponghuis Diëng Plateau bambu), yang membiarkan cahaya luar masuk
(rumah Kampung Dataran tinggi Dieng) lewat celah-celahnya sehingga interior tidak gelap,
Penerbit: arW meskipun jarang ada jendela. Tidak ada cerobong.
Asap dapur mencari jalur ke luar sendiri, sambil
Dari tiga jenis rumah tradisional, yaitu model membebaskan rumahnya dari nyamuk.
kampung, model limasan, dan model joglo, Jika rumah lebih mewah, beratap genting
model ketiga yang dianggap paling mewah. dengan penutup ujung dihias ornamen dari tanah
Puncak atap yang agak curam, dibangun di atas liat, dan dipakai gebyok (dinding kayu) berjendela,
empat tiang utama di pusat rumah (soko guru). kadang diukir. Nilai rumah tergantung jumlah dan
Puncak atapnya berbentuk trapesium. Pada jenis kayu yang digunakan (Blink 1905:24).
www.facebook.com/indonesiapustaka
146
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
rumah Jawa timuran atap bagian tengah. Rumah yang amat sederhana
di foto ini dibangun dengan bahan baku yang
tahun: Dikirim 1911 paling murah, yaitu bambu. Untuk penutup atap
Lokasi: Jember dipakai genting tanah liat, dan juga seng dan sirap.
Judul: salon de coifure Limoen (salon Bagian tempelan di depan rumah biasanya
pangkas rambut Limun) digunakan sebagai beranda atau ruang tamu, tapi
fotografer: K.O. Kerkhoven di foto ini menjadi ruang usaha. Tampak papan
iklan yang berbunyi dalam bahasa Belanda yang
Di bagian timur Pulau Jawa, banyak rumah tidak kacau: Haarknippeer Limoen (Salon pangkas
dibangun dengan sisi panjang di sejajar jalan, rambut Limun). Pasti diberi nama demikian
tetapi tegak lurus terhadap jalan. Sisi pendek karena diambil dari jenis pohon yang tumbuh di
adalah sisi pintu yang menghadap ke jalan. Bagian sana. Pemilik berpakaian putih yang rapi, berpose
depan (beranda) dan bagian belakang (dapur) di depan rumahnya dengan membawa tas
memiliki atap dengan orientasi tegak lurus pada perlengkapan potong rambut.
www.facebook.com/indonesiapustaka
147
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
dan rapi, dan disapu setiap hari (Blink 1905:22). atap, jerami juga digunakan untuk menutup
Rumah di foto dikelilingi halaman cukup dinding bagian atas. Untuk dinding bagian bawah
luas dengan banyak pohon. Tangga bambu di digunakan bilik.
148
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
Kampung di tepi sungai Semua bangunan lain lebih kecil dan lebih mirip
kandang atau gudang. Sepertinya hanya ada satu
tahun: Dikirim 1907 halaman, yang bisa diduduki satu atau beberapa
Lokasi: Batavia keluarga yang bersaudara atau bersahabat,
Judul: Kampong misalnya punya pekerjaan sama.
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden Pengemudi perahu yang memandang ke
arah kamera menjadi objek utama dalam foto.
Di tepi sebatang sungai di Batavia, setengah Sementara tiga orang di tepi membelakangi
tersembunyi di balik pepohonan, terlihat kamera. Tak heran kalau posisi mereka diarahkan
sekumpulan bangunan sederhana. Dari semua oleh fotografer atas pertimbangan artistik. Seperti
bangunan, hanya satu yang berbentuk seperti biasanya, sungai dimanfaatkan untuk transportasi,
rumah tradisional model tekuk lulang (atap mandi, cuci, dan untuk membuang kotoran
pelana) dengan bagian depan (ruang tamu), manusia. Pada tepi sungai seberangnya terlihat
bagian tengah, dan bagian belakang (dapur). sebuah kakus dengan dinding bilik bambu.
www.facebook.com/indonesiapustaka
149
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
www.facebook.com/indonesiapustaka
150
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
Gang kampung
tahun: sekitar 1900
Lokasi: surabaya
Judul: Een Kampong (sebuah
Kampung).
Penerbit: fuhri & Co.
151
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
keamanan. Sementara kata gardu berasal dari berjualan makanan atau minuman di situ.
152
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
153
Pe rka mpu ng a n Wa rg a tra di siona l
154
JaBatan
MEnJaDI
tanaH
156
J a ba ta n M e nja di ta na h
daerah, ia diberi gelar bangsawan tumenggung. jembatan tersebut, kita menuju ke stasiun kereta
Bupati ini adalah seorang anggota keluarga api. Maka dari itu, jalan ini oleh Belanda disebut
dari Bupati Surabaya yang telah mengabdi dengan Spoorstraat (Jalan Sepur).
157
J a ba ta n M e nja di ta na h
158
J a ba ta n M e nja di ta na h
dari pekan Jawa, kliwon juga berarti pejabat listrik, berarti sudah menjadi kota modern pada
dalam birokrasi Jawa yang tingkatnya di bawah saat itu.
159
J a ba ta n M e nja di ta na h
Majapahit, sehingga di banyak tempat di Jawa menyebut jalan yang terkenal karena deretan
terdapat sebuah kampung Kranggan. toko mas dan toko kain ini dengan nama
Kampung Kranggan di Semarang ini terletak Kranggan.
160
J a ba ta n M e nja di ta na h
Asal-usul Kampung Ngabean di Yogyakarta (tanaman tembakau) dan sebuah toko mas.
tidak terdokumentasi. Seorang tokoh terkenal Di sebelah kanan terdapat Toko Europa yang
dalam sejarah kota gudeg ini adalah Pangeran menerbitkan kartu pos ini. Kini Jalan Ngabean
Ngabei alias Pangeran Bei yang juga dikenal sudah ganti nama menjadi Jalan Ahmad Dahlan.
161
J a ba ta n M e nja di ta na h
1981:135). Dibangun sebuah alun-alun kolonial pertemuan jalan-jalan penting di Cirebon. Foto
yang mengganti alun-alun feodal di depan mengarah ke barat laut. Sebelah kiri ada tembok
Keraton Kanoman. Di alun-alun baru tersebut halaman rumah dinas bupati. Berhadapan dengan
dibangun sebuah masjid di sisi barat, rumah dinas kotak pos di tengah foto tampak sebuah papan
asisten residen di sisi timur, dan rumah dinas arah sebagai penunjuk: lurus ke Indramayu, balik
bupati di sisi selatan. Sebagai tanda hierarki yang ke Tegal, kiri ke Bandung.
162
J a ba ta n M e nja di ta na h
tertua di antara kampung di sekitarnya. Setelah Bangunan pintu gerbang di tengah foto punya
pindah lokasi beberapa kali, kepatihan dibangun hiasan atap khas Jawa dengan atap bertanduk.
di sana pada 1769. Sang patih memiliki wilayah Di kejauhan tampak atap pendopo kepatihan
yang agak luas. Selain kantor dan rumah beliau dengan hiasan sama seperti pintu gerbang.
163
J a ba ta n M e nja di ta na h
www.facebook.com/indonesiapustaka
164
J a ba ta n M e nja di ta na h
Kertanaden
tahun: sekitar 1920
Lokasi: sekitar Jalan sosrokasuman,
Yogyakarta
Judul: native village, Kampong
Kertanaden Djocja (Desa pribumi,
Kampung Kertanaden, Yogyakarta)
Penerbit: arW
165
J a ba ta n M e nja di ta na h
raja dari dinasti Mangkunegara, suatu cabang khas Jawa. Mereka adalah prajurit dari korps
yang berasal dari dinasti Mataram. Istana yang Mangkunegaran, yang sudah dibentuk pada 1809
merupakan semacam keraton kecil ini didirikan (Graaf 1973:51).
166
JaLan
PEnuH
CErIta
Nama jalan pada peta lama Sebagai sinonim untuk kata “jalan”, bahasa
Siapa sebenarnya pembuat nama seluruh jalan di Belanda mengenal beberapa kata alternatif yang
sebuah kota? Seabad yang lalu, hanya sebagian memberi keterangan menarik mengenai jenis
kecil jalan yang memiliki nama resmi. Banyak jalan jalannya.
tidak memiliki nama khusus, dan hanya mengikuti • Weg: Jalan utama
nama kawasan di sekitarnya. Itulah alasan • Straat: Jalan yang berbatu-batu
mengapa pada peta kota zaman kolonial belum • Laan: Jalan indah yang ditanami barisan pohon
banyak nama jalan memiliki kata “jalan”, “weg”, • Boulevard: Jalan raya bergengsi, lebar dan
atau lain sebagainya. Sebagai contoh, jalan yang panjang
memotong Kawasan Kaliasin di Surabaya tidak
bernama “Jalan Kaliasin” atau “Kaliasinweg”, tetapi Dalam bahasa Belanda, sebuah nama jalan
disebut “Kaliasin” saja. sering kali berkaitan dengan tujuan jalan yang
Pada foto-foto pemandangan kota dari dibangun. Contohnya, Stationsweg (Jalan Stasiun)
seabad yang lalu atau lebih lama, kadang-kadang adalah jalan yang menuju ke stasiun dan Passerweg
www.facebook.com/indonesiapustaka
kita bisa menemukan papan petunjuk arah jalan. (Jalan Pasar) adalah jalan yang menuju ke pasar.
Papan nama jalan masih terbilang jarang dan baru Terkadang sebuah nama jalan tidak berkaitan
muncul sekitar 1920-an setelah sistem nama jalan dengan keadaan sekelilingnya, melainkan melihat
resmi yang sudah mulai berlaku di Eropa pada sifat jalan. Sebagai contoh, Hoofdweg (Jalan Utama),
abad ke-19 juga diperkenalkan di Hindia Belanda. Postweg (Jalan Pos), Groote Straat (Jalan besar yang
Pada zaman kolonial, kata “jalan” belum dikenal. berbatu), Breestraat (Jalan lebar yang berbatu),
Banyak nama jalan menggunakan bahasa Belanda. Voorstraat (Jalan berhadapan yang berbatu).
J a la n Pe nu h Ce ri ta
Nama jalan juga diberikan untuk menghormati sumber informasi satu-satunya karena kurang
seseorang yang telah meninggal atau dengan terdokumentasinya sejarah lokasi tempat atau
tema tertentu. Misalnya, di kawasan tertentu daerah dengan baik. Nama Kaliasin kembali bisa
semua jalan mengikuti nama pulau, gunung, menjadi contoh. Berabad-abad silam, di suatu
pohon, atau pahlawan. Pada abad ke-20 dibangun tempat terdapat sebuah kali dengan air asin
perluasan kota dengan banyak jalan baru yang yang kemudian menjadi asal usul nama tempat
umumnya mengikuti sistem penamaan tersebut. tersebut. Pada awal abad ke-20, kali tersebut
sudah tidak ada lagi, namun tempat tersebut
Toponimi bersejarah tetap disebut Kaliasin. Itu sebabnya nama lama
Ada kemungkinan pula nama jalan sama sekali mengandung kisah menarik mengenai keadaan
tidak menggunakan kata Belanda. Dalam hal geograis pada masa lampau.
jalan tidak memiliki nama, maka penyebutannya Setelah kemerdekaan Republik Indonesia,
mengikuti nama kampung atau kawasan yang banyak nama jalan yang penuh cerita dalam
dipotong atau dilewati. Dalam kategori ini bahasa daerah atau bahasa Belanda berganti
terdapat banyak toponimi (nama geograis) nama kerena alasan politik. Terbentuk nama jalan
dalam bahasa daerah yang pernah lahir berabad- yang terdengar lebih nasionalis, misalnya Jalan
abad yang lalu, sebagai sebutan oleh masyarakat Sudirman, Jalan Veteran, dan lain sebagainya.
sekitar untuk menyatakan tempat itu. Lazimnya, Contoh awal, Kaliasin, sekarang telah berganti
masyarakat memberi nama untuk suatu tempat nama menjadi Jalan Basuki Rahmat. Pada
terkait dengan ciri khas tempat tersebut saat itu. kenyataannya, hilangnya toponimi lama secara
Pada zaman sekarang, nama lama dapat memberi tidak langsung menghapus sebagian atau
keterangan menarik tentang keadaan atau sejarah seluruh sejarah lingkungan kita. Bab ini mencoba
tempat itu pada masa lampau, misalnya tentang: menghidupkan kembali beberapa kisah sejarah itu.
• Biologi (fauna atau lora)
• Geograi (kondisi air atau darat) Pohon peneduh
• Sejarah (peristiwa yang pernah terjadi) Dalam bab ini terangkai pemandangan jalan
• Ekonomi (pekerjaan atau industri) yang banyak memperlihatkan keindahan
• Bangunan (gedung, jembatan, gapura) jalan berhiaskan pohon teduh. Orang Belanda
• Etnis atau asal warga penduduk membawa kebiasaan mereka dari Eropa untuk
• Nama atau pangkat pemilik menanam barisan pohon di tepi jalan. Berbagai
macam fungsi pohon bisa dinikmati masyarakat
Banyak nama geograis yang bercerita banyak, seperti memperindah jalan, memagari
tentang etnis atau asal penduduk sudah dibahas kontur jalan, menyejukkan jalan, menyerap debu,
dalam Bab 6 dan Bab 7. Toponimi yang berkaitan dan meredakan angin.
dengan nama atau pangkat pemilik pada zaman Deretan pohon besar sering kita temukan
lampau sudah dibahas dalam Bab 9. Nama memagari banyak jalan utama. Jenis pohon
tempat dari kategori lain dapat kita temui di keras, tinggi, tidak tumbuh melebar, melainkan
hampir semua bab dalam buku ini dan beberapa ke atas dengan bentuk payung, sering digunakan
contoh juga disajikan dalam bab berikutnya. untuk memagari jalan tersebut, misalnya pohon
www.facebook.com/indonesiapustaka
Banyak toponimi sudah berada dalam kondisi asam, mahoni, trembesi, kenanga, cemara,
usia tua dan sering kali sulit dipastikan sejak atau angsana. Pohon-pohon tersebut dipilih
kapan suatu tempat atau daerah bermula dan karena cenderung kuat akarnya dan jarang
sejak kapan nama terpilih akhirnya digunakan. tumbang, walaupun pertumbuhannya memakan
Boleh jadi usia nama tersebut sudah beberapa waktu relatif lama. Bab ini akan menyajikan
abad sebelum dibuat peta yang cukup akurat. pemandangan jalan dengan beraneka macam
Di satu sisi, sering kali toponimi menjadi jenis pepohonan di tepiannya.
168
J a la n Pe nu h C e ri ta
169
J a la n Pe nu h Ce ri ta
atas perintah Gubernur Jenderal Daendels pada Daendels menentukan bahwa Kota Bandung
1808 dan sudah selesai pada 1809. Diperkirakan dipindahkan dari lokasi lama Dayeuhkolot
bahwa perjalanan dengan kereta kuda dari Anyer (bahasa Sunda: Kota Lama) ke lokasi baru 10
di ujung barat sampai Panarukan di ujung timur kilometer ke arah utara di sisi Jalan Raya Pos. Foto
memakan waktu 300 jam melalui jalan tersebut. ke arah timur ini mengambarkan bagian jalan
Sebagian jalan menggunakan jalanan yang yang kini bernama Jalan Asia Afrika, di sebelah
sudah ada sebelumnya tetapi hanya perlu sedikit utara alun-alun Bandung.
170
J a la n Pe nu h C e ri ta
Surakarta, dan Kediri. Berbeda dengan Jalan yang memiliki hiasan lisplang horisontal
Raya Pos yang selesai dibangun dalam setahun pada “ketiak”-nya, menjadi indikasi untuk
saja, pembangunan Jalan Pos selatan tersebut menyimpulkan usianya. Gapura tersebut saat itu
membutuhkan lebih dari 20 tahun (Ravesteijn merupakan tanda perbatasan Kota Kediri sebelah
2004:50). Pada zamannya, banyak jalan dilarang utara dan berdiri di Jalan Mayor Bismo, persis di
masuk untuk pedati yang memiliki roda berlapis depan Kampus Politeknik sekarang. Kini gapura
besi karena merusak permukaan jalan. Maka tersebut telah menjadi korban pelebaran jalan.
171
J a la n Pe nu h Ce ri ta
Jalan Besar
tahun: sekitar 1920
Lokasi: Jalan Juanda, Bogor
Judul: Buitenzorg Djalan Besar
Penerbit: ned. Ind. Publiciteitsbureau,
Batavia, soerabaia
172
J a la n Pe nu h C e ri ta
foto. Dalam bahasa Sunda, kata banceuy berarti asal Denmark yang pada 1905 menjadi pelelang
perkampungan tempat istal serta pengurus kuda di Bandung. Sekarang di bekas tempat rumah
kereta zaman dulu (Budi 1996:34). Setelah Jalan tersebut dibangun Monumen Laskar Wanita
Raya Pos dibangun pada 1808, di setiap 8 atau 9 Indonesia.
kilometer disediakan pos perhentian untuk kereta
173
J a la n Pe nu h Ce ri ta
174
J a la n Pe nu h C e ri ta
sektor ekonomi yang penting di Garut. pohon badam biasa melainkan pohon badam liar
Terletak di tengah pegunungan indah, Garut (wilden). Dalam keterangan versi Inggris, jalan
selalu diiklankan sebagai Swiss-nya Jawa. disebut sebagai avenue, yaitu kata khusus untuk
Di kota kecil yang mudah diakses melalui menyebut jalan yang pada kedua sisinya ditanami
kereta api ini terdapat berbagai hotel, antara barisan pohon. Sekarang semua pohon sudah
lain Hotel Papandayan yang dikelola oleh A. menjadi korban pelebaran jalan. Jalan Stasiun
Hacks, penerbit kartu pos ini. Untuk melayani telah berganti nama menjadi Jalan Veteran.
175
J a la n Pe nu h Ce ri ta
zaman kolonial, karena jalan ini mengarah dari dulu berdiri di Taman Sriwedari. Jembatan di atas
pusat kota menuju Purwosari. Di peta kota 1821 saluran air sebelah kanan pasti menuju halaman
sudah ada barisan pohon di kedua sisi jalan. Pada rumah.
176
J a la n Pe nu h C e ri ta
177
www.facebook.com/indonesiapustaka
178
J a la n Pe nu h Ce ri ta
J a la n Pe nu h C e ri ta
Embong Ploso
tahun: Dikirim 1915
Lokasi: Jalan Embong Ploso, surabaya
Judul: Embong Blosso
Penerbit: J.M.Chr. nijland, soerabaia
179
J a la n Pe nu h Ce ri ta
satu kilometer yang kini bernama Jalan Ijen ini salah satu elemen ciri khas gaya Art Déco. Saat itu
terdiri dari dua jalur untuk kendaraan yang cukup di kawasan pinggiran kota besar di Hindia Belanda,
lebar dengan bagian taman di tengahnya. Di banyak dibangun kawasan perumahan elite dengan
kedua sisinya dibuat jalur pejalan kaki. Empat konsep kota taman, tentunya mengusung model
barisan pohon palem raja ditanam di sepanjang rumah mewah yang khas.
180
J a la n Pe nu h C e ri ta
di dataran tinggi Candi, oleh Belanda disebut tersebut tetap berdiri di sana dan tumbuh lebih
dengan Kanarilaan pada seabad yang lalu. Kata besar lagi.
181
J a la n Pe nu h Ce ri ta
Pisang Batoe dua jalan yang sudah dibangun pada abad ke-17.
Di sekitar lokasi ini, VOC membangun Benteng
thn: Dikirim 1908 Jacatra sebagai garda pertahanan terdepan di
Lokasi: Jalan Pisang Batu, Jakarta timur Batavia pada abad ke-18. Hingga awal abad
Judul: Gardoehuisje – Pisang Batoe ke-20, Pisang Batu merupakan kampung yang
Penerbit: tio tek Hong belum dikembangkan di luar perkotaan Batavia.
Dalam foto tampak sebuah gardu penjaga
Nama geograis Pisang Batu merupakan toponimi dengan kentongan besar yang digantung di
berdasarkan sejenis pohon yang pernah tumbuh dalamnya, dan beberapa penjual keliling dengan
di sana, namun pada saat foto dibuat mungkin pikulan yang terletak di sampingnya. Diduga
pohon tersebut sudah tidak ada lagi. Pisang batu gardu ini berada dekat persimpangan jalan
merupakan tanaman jenis pisang yang memiliki tersebut dan kereta kuda merupakan angkutan
banyak biji dalam buahnya. Pisang Batu adalah fotografer yang dimanfaatkan untuk meramaikan
nama kampung lama di sekitar perempatan Jalan foto. Sang kusir menunggu di samping kendaraan
www.facebook.com/indonesiapustaka
Gunung Sahari dengan Jalan Pangeran Jayakarta, sampai pemotretan selesai dilakukan.
182
J a la n Pe nu h C e ri ta
183
J a la n Pe nu h Ce ri ta
Pandegiling sekarang dan berarti Jalan Pohon Sekarang permukiman baru yang dibangun penuh
Asam. Nama diambil dari jenis pohon yang lebih dulu lalu infrastruktur ikut di waktu kemudian.
184
J a la n Pe nu h C e ri ta
nama resmi dan mengikuti nama kawasan di akibat pelebaran jalan. Jalan telah berganti
sekitarnya. Di Pulau Jawa terdapat banyak tempat nama menjadi Jalan Kartini. Hanya nama Gang
bernama Cangring atau Cangkringan. Boleh Cangkring 1 dan 2 tersisa sebagai warisan nama
dikira, kata kring dalam nama itu berhubungan lama.
185
J a la n Pe nu h Ce ri ta
186
J a la n Pe nu h C e ri ta
187
J a la n Pe nu h Ce ri ta
188
J a la n Pe nu h C e ri ta
yang mengarah ke laut. Kini, lokasi tersebut diketahui bahwa foto memperlihatkan jalan ke
terletak kira-kira tiga kilometer sebelah selatan arah barat daya. Sekarang jalan telah berganti
dari garis pantai. nama menjadi Jalan Pemuda dan menjadi salah
Pada abad ke-18, seorang petinggi VOC satu jalan utama di Semarang.
189
J a la n Pe nu h Ce ri ta
Kaliasin dan Pregolan sudah tidak lagi disebut sebagai Kaliasin, tetapi
bernama resmi Jalan Basuki Rahmat. Namun
tahun: sekitar 1920 nama lama hidup terus karena masih terdapat
Lokasi: Jalan Basuki rahmat, Malang Gang Kaliasin I-X di samping jalan ini.
Judul: Weg Kaliasin (Pregollan) (Jalan di Panorama ini mengarah ke Selatan.
Kaliasin (Pregolan)) Tampak jalur trem menuju ke Keputran. Pada
Penerbit: Kolf & Co., Batavia periode 1888-1923 trem uap melintasi jalur ini.
Sekarang di sekitar rumah sebelah kanan ada
Sama halnya dengan Semarang dan banyak gedung perkantoran Graha HSBC.
kota pesisir yang lain, Surabaya memiliki garis Dalam judul kartu pos disebut nama
pantai yang bergeser beberapa kilometer ke arah Pregolan yang berarti pintu gerbang
laut akibat sedimentasi di delta sungai. Proses (Slamet 2008:382). Menurut catatan sejarah,
tersebut terjadi dengan kecepatan sekitar satu pada zaman Hindu sekitar abad ke-13
sampai dua kilometer per abad. Nama Kaliasin terdapat sebuah perbentengan di Tegalsari
www.facebook.com/indonesiapustaka
berasal dari masa ketika lokasi ini masih berupa dengan gapura di sebelah barat. Kemudian
muara sungai dengan air sedikit tercampur perkampungan di sekitarnya disebut Kampung
air laut. Pada zaman sekarang sungai tersebut Pregolan. Sekarang di sini masih ada Jalan
sudah tidak ada lagi dan pantai telah menjauh Pregolan, letaknya di belakang rumah di foto
10 kilometer ke arah utara. Jalan pada foto ini ini sebelah kiri.
190
J a la n Pe nu h C e ri ta
191
J a la n Pe nu h Ce ri ta
(Jansz 1906:40) dan dalam kultur agraris, kata tidak hanya karena mereka mungkin tidak saling
tersebut dimaknai menggembala ternak. Bareng mengenal, tetapi juga karena mereka terbiasa
dulunya adalah sebuah tempat di mana para dengan pematang di sawah, yang terlalu sempit
penggembala menggembalakan ternaknya. untuk berjalan berdampingan (Dijck 1922:41).
192
J a la n Pe nu h C e ri ta
karena lokasi tersebut sudah sangat berubah. adalah kampung pembuat dan penjual ampo
Nama Pengapon (peng-apu-an) berasal dari (Akhudiat 2008:61).
kata apu, yaitu kapur yang sudah diendapkan
193
J a la n Pe nu h Ce ri ta
rumah elite bersama halaman luas. Diduga bernama Gang Merdikalio. Lio dalam bahasa Cina
dari gaya arsitekturnya, rumah dalam foto ini berarti genteng (Kunto 2008:151). Gang tersebut
dibangun sekitar tahun 1910. Beranda dengan tepatnya berada di antara Jalan Pajajaran dan
lengkungan bundar menampilkan arsitektur Jalan Wastukencana.
194
J a la n Pe nu h C e ri ta
195
www.facebook.com/indonesiapustaka
196
J a la n Pe nu h Ce ri ta
J a la n Pe nu h C e ri ta
Kaca-Kaca Wetan
tahun: sekitar 1910
Lokasi: Jalan asia afrika, Bandung
Judul: Katja-katja wetan.
Penerbit: Vorkink, Bandoeng
197
J a la n Pe nu h Ce ri ta
kanan, sesuai dengan nama tujuan yang tertulis. rumah di kedua sisinya sebagai pemukiman kaum
Dalam kartu pos ini terlihat pohon rindang penduduk Eropa yang di Malang. Lama-kelamaan
yang sangat khas menandakan lokasi Kayutangan jalan berkembang sebagai jalan pertokoan.
198
J a la n Pe nu h C e ri ta
(halaman 281). Gedung komedi berdiri di sebelah Sekarang di pojokan jalan ini dibangun halte
kanan jalan di luar sudut kamera. busway Pasar Baru.
199
J a la n Pe nu h Ce ri ta
di sekitar perempatan di depan kantor pos, sebagai “Kota Sepeda”. Pada latar depan,
yaitu bangunan di tengah foto ini. Kawasan sebuah mobil Chevrolet sedang mengisi
disekitarnya dikenal sebagai “Kawasan Titik bensin. Kelihatannya dua pompa bensin Shell
Nol”. menggunakan pompa tangan.
200
tEntanG
aLIran aIr
Sungai, kanal, dan pekerjaan teknik sipil air irigasi daerah pertanian, dan di Magelang untuk
Selain banyak sungai alami, di Pulau Jawa pasokan air bagi penduduk kota.
terdapat banyak kanal, bendungan, tanggul, Konsep irigasi sudah digunakan sejak
aquaduct, dan pekerjaan pengairan lain untuk berabad-abad, dan pada zaman kolonial Belanda,
tujuan irigasi dan transportasi. Berbagai teknik tradisional yang sederhana diganti
bangunan pengairan itu tidak hanya dapat kita teknik modern. Saat itu berbagai proyek besar
temui di daerah pedesaan, tetapi juga di tengah terwujud. Banyak bendungan dibangun karena
kota. alasan irigasi, yaitu agar persediaan air cukup
Kanal merupakan saluran air buatan yang tinggi di musim kemarau, mengurangi banjir
biasanya dihubungkan dengan jaringan sungai di musim hujan, dan mengurangi endapan
dan laut. Kanal digunakan untuk mengalirkan lumpur di beberapa daerah. Manfaat lainnya,
air (irigasi, anti banjir, garis pertahanan) atau banyak sungai bisa dilintasi kapal dan perahu
sebagai jalur transportasi. Pada abad ke-17 di karena ketinggian permukaan air diatur dengan
sekitar Batavia masih terdapat banyak hutan liar. bendungan, misalnya di beberapa bagian Kali
www.facebook.com/indonesiapustaka
jembatan, jalanan, bendungan, dan pekerjaan sipil sepanjang koridor transportasi. Tempat-tempat di
lainnya (Ravesteijn 2004:37), sebuah tugas yang sepanjang jalan utama biasanya dibangun lebih
sebelumnya dilakukan oleh pemerintah lokal. awal. Kecenderungan ini juga disebut sebagai
perembetan memanjang.
Jalanan air dalam infrastruktur kota Di sebagian kota, koridor transportasi
Selain jalanan di darat, sebuah kota biasanya juga utama bukanlah jalan darat tetapi jalan air.
dipotong jalan air, dalam bentuk sungai alami Hasilnya, sebuah sungai menjadi arteri yang
atau kanal buatan. Berabad-abad silam, untuk membelah kota menjadi dua bagian di kedua
kepentingan angkutan dan lalu lintas, jalan air tepinya, sehingga kota meluas sepanjang arah
dianggap lebih penting ketimbang jalan darat. hulu dan hilir sungai. Pengaruh meluasnya kota
Banyak sungai ramai dilintasi kapal kecil dan diperkuat karena sungai juga berperan penting
perahu. Aliran air yang tidak dapat dilayari pun dalam transportasi bahan bangunan. Kayu dan
pasti dimanfaatkan oleh manusia untuk banyak bambu diangkut dari pedalaman menggunakan
hal dan tetap mengambil posisi penting dalam perahu, sementara industri batu bata didirikan di
struktur kota. sepanjang tepi sungai.
Secara alami dan tanpa perencanaan, Sebuah contoh yang baik adalah Surabaya.
sebuah kota tidak meluas merata ke semua arah, Pada zaman kolonial, kota itu memiliki struktur
tetapi cenderung berkembang lebih cepat di panjang dan sempit, di sepanjang tepi kiri dan
kanan Kali Mas yang merupakan jalur terpenting
dalam infrastruktur kota. Juga Batavia yang pada
abad ke-18 dan 19 meluas dari daerah kota
lama ke arah selatan dengan mengikuti aliran
sebuah kota biasanya air. Perkembangan kota tidak mengikuti tepian
Ciliwung yang merupakan sungai alami, tetapi
juga dipotong jalan justru tumbuh di sepanjang Kanal Molenvliet.
Sekarang kanal tersebut sudah berlokasi di pusat
air, dalam bentuk Jakarta. Jalan raya di kedua tepinya (Jalan Gajah
Mada dan Jalan Hayam Wuruk) pun menjadi
sungai alami atau koridor utara-selatan yang utama.
202
te nta ng a li ra n ai r
abad ke-19, konstruksi besi mulai digunakan. dua “Jembatan Merah” di Bogor dan di Surabaya,
Awalnya dirancang oleh insinyur tentara, yang memiliki sejarah masing-masing. Sekarang
kemudian dikembangkan oleh insinyur sipil. dua-duanya tidak berwarna merah lagi tetapi
Para pembangun jembatan mengalami banyak tetap disebut demikian.
kesulitan yang berkaitan dengan iklim tropis. Ada pula nama dan kosakata yang menarik
Tidak jarang, konstruksi jembatan tidak tahan untuk dilihat dari sisi bahasa. Nama Berok
banjir. Sekitar 1890 banyak jembatan mulai (Semarang) dan Brukan (Probolinggo) adalah
menggunakan konstruksi besi yang dibangun sebutan Jawa yang berdasarkan kata Belanda
di atas tiang sekrup yang dipasang di dalam brug yang berarti jembatan. Konstruksi jembatan
sungai. Sejak 1920-an, teknik beton bertulang sering kali berbentuk lengkung yang oleh Belanda
juga diterapkan untuk jembatan (Ravesteijn disebut dengan boog. Kata ini oleh lidah pribumi
2004:111). dipelesetkan menjadi kata Jawa buk. Di Jawa
Banyak kota memiliki sebuah jembatan Tengah, banyak jembatan disebut dengan kreteg,
bersejarah di lokasi strategis, yang berkaitan dan Jawa Timur memiliki kesamaan dengan kata
dengan sejarah kota. Biasanya dibangun dekat treteg. Ada teori, karena dulu jembatannya dari
benteng atau pos perdagangan, di sebuah kayu sehingga kalau dilewati akan berbunyi
lokasi di mana lalu lintas mudah diawasi. Atau “treteg, treteg, treteg”, sampai akhirnya disebut
sebaliknya, permukiman dibangun dekat sebuah demikian.
jalur darat yang bersilangan dengan jalur air.
Jembatan banyak dimiliki oleh kepentingan lokal,
dibiayai dan dibangun atas prakarsa pemerintah
lokal. Jembatan untuk kepentingan regional atau
nasional diatur dan ditangani oleh pemerintahan sekitar 1890 banyak
Hindia Belanda dan badan BOW.
jembatan mulai
Toponimi
Sama halnya dengan nama jalan dan nama menggunakan
kampung, sebuah nama jembatan sering kali
merupakan toponimi yang menerangkan nama konstruksi besi yang
tempat dan berisi informasi tentang keadaan
pada masa lalu. Misalnya, tipe konstruksi dibangun di atas tiang
bisa menjadi alasan untuk nama tertentu,
sebagaimana nama Jembatan Gantung di Solo.
sekrup yang dipasang
Meskipun kini konstruksi gantung telah berganti
konstruksi lebih modern, sebutan tersebut tidak
di dalam sungai.
berubah.
Banyak jembatan dinamai dari nama kawasan
sejak 1920-an, teknik
yang terletak di seberang sungai. Contohnya
adalah Jembatan Terusan di Mojokerto yang
beton bertulang juga
www.facebook.com/indonesiapustaka
203
te nta ng a li ra n a i r
kawasan indah dan promenade menyenangkan bangunan, menjadi salah satu alasan kenapa
untuk pejalan kaki, yang belum dibangun penuh perluasan kota sering kali mengikuti sungai. Itu
di kedua tepinya seperti sekarang. Di kesejukan sebabnya, di Surabaya, Kali Mas menjadi arteri
sore hari, warga Surabaya senang berjalan-jalan kota.
204
te nta ng a li ra n ai r
205
te nta ng a li ra n a i r
206
te nta ng a li ra n ai r
Molenvliet yang berarti “aliran air kincir”, yang mencuci baju seperti di foto ini.
207
te nta ng a li ra n a i r
yang disediakan saat itu (pintu air, tanggul, terdaftar sebagai cagar budaya.
208
te nta ng a li ra n ai r
artinya sungai dan Sadane dalam bahasa Sanskerta loncat oleh anak setempat.
209
te nta ng a li ra n a i r
pembawa barang yang hilir mudik menuju selatan. Dua jalur sluis terlihat di sebelah kiri,
pelabuhan laut dan pedalaman. Kompleks sementara bendungan ada di sebelah kanan.
Pintu Air Gubeng dibangun pada 1899. Nama Sekarang Pintu Air Gubeng tertutup untuk
Gubeng berasal dari uang logam gobang yang transportasi air dan hanya berfungsi sebagai
bernilai 2½ sen, yaitu upah memasukkan gabah bendungan.
210
te nta ng a li ra n ai r
kanan dalam foto ini. Jembatan menghubungkan bambu yang dipasang melintang di atas sungai.
kawasan Cipaku sebelah timur (kiri) dengan Sekarang jembatan bambu sudah diganti
kawasan Cihideung di tepi barat (kanan). Jembatan jembatan besi.
211
te nta ng a li ra n a i r
timur di Jalan Mulyadi. Dilihat dari deretan ruko pal serempet untuk melindungi pagar terhadap
berarsitektur Tionghoa di seberang jembatan, yang tubrukan roda kendaraan.
212
te nta ng a li ra n ai r
pamitan penumpang kapal yang berangkat. pada 1930-an diganti jembatan modern yang
Maka oleh Belanda disebut dengan Jembatan lebih besar. Meskipun demikian, konsep jembatan
Perpisahan atau Scheidbrug. Namun jikalau jungkit belum ketinggalan zaman saat itu. Pada
Scheidbrug diterjemahkan secara salah, juga 1939 di Surabaya dibangun sebuah jembatan
berarti Jembatan Berak. Begitulah asal nama aneh angkat besar berbahan baja, yang sekarang
ini. dikenal sebagai Jembatan Petekan.
213
te nta ng a li ra n a i r
bergengsi di Batavia dengan rumah yang Kali Besar tetap ramai sebagai pusat perdagangan
menghadap ke kali, seperti di Belanda. Awal abad dengan banyak kegiatan bongkar-muat perahu di
ke-19 juga dibangun sebuah jembatan jungkit kedua tepinya hingga abad ke-20. Jembatan Intan
kembar model khas Belanda, di lokasi di mana dilestarikan hingga sekarang.
214
te nta ng a li ra n ai r
Tanjung karena di sekitarnya terdapat pohon tersebut. Sekarang tepi sungai sudah penuh
tanjung. dengan bangunan.
Konstruksi jembatan cukup menarik.
215
te nta ng a li ra n a i r
tengah dengan sandaran tepi terbuat dari besi, di bawah jembatan karena lebarnya menyempit
sedangkan pemukaan jalan terbuat dari kayu. tetapi makin dalam.
216
te nta ng a li ra n ai r
Jembatan Merah (1) Cisadane. Kanal yang sudah mulai digali pada
1757 (Ovek 1897:2) dengan menggunakan aliran
tahun: sekitar 1900 air lebih lama ini, berfungsi untuk irigasi daerah
Lokasi: Jalan Muslihat, Bogor pertanian di sekitar Bogor dan Depok. Sekarang
Judul: roode Brug Buitenzorg (Jembatan jembatan dilebarkan dengan menggunakan
Merah Bogor) beton tetapi konstruksi lama dipertahankan
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden di dalamnya. Jembatan ini mirip dengan
kedua jembatan di Malang yang telah diulas
Jembatan Merah bukan hak milik Surabaya saja. sebelumnya, tetapi memakai konstruksi lebih
Banyak kota lain juga mempunyai jembatan maju. Selain kedua ujungnya, juga bagian tengah
merahnya sendiri. Jembatan Merah di Bogor dibangun dengan lengkungan batu.
dibangun di belakang stasiun pada abad ke- Kanal di bawah jembatan ini bernama
19. Apabila di Surabaya konstruksinya terkesan Cipakancilan. Ci dalam bahasa Sunda berarti
simpel, maka di Bogor kontruksinya lebih sungai, sedangkan pakancilan berdasarkan kata
www.facebook.com/indonesiapustaka
kokoh. Diperkirakan, bernama Roode Brug atau Melayu kancil. Konon, di sana pernah banyak
Jembatan Merah karena dibuat dari batu bata kancil yang berkeliaran. Cipakancilan juga disebut
yang berwarna merah. Jembatan dibangun di dengan Cipeucang. Dalam bahasa Sunda, kancil
atas kanal buatan yang merupakan anak Sungai disebut peucang.
217
te nta ng a li ra n a i r
bagian. Uniknya, pada jalur tertentu letak saluran Hingga kini jembatan ini masih dikenal sebagai
terbuka ini berada lebih tinggi dari tanah di sisi- “buk kota leding”.
218
te nta ng a li ra n ai r
dinaikturunkan tetapi sekitar 1890 jembatan barat daya dan masuk Jalan Bojong (kini Jalan
direnovasi sampai menjadi seperti keadaannya di Pemuda).
219
te nta ng a li ra n a i r
220
te nta ng a li ra n ai r
Kemudian desain alternatif direncanakan oleh yang kini disebut Jembatan Lama, dari tepi barat.
Sytze Westerbaan Muurling (1836-1876) yang Sungai megalir ke kiri menuju ke utara. Tampak
menggunakan konstruksi besi di atas tiang beberapa tamengan kayu yang melindungi kaki
sekrup yang dipasang di dalam sungai. Proses jembatan terhadap tubrukan dengan perahu atau
pembangunan mengalami banyak keterlambatan, benda-benda yang mengapung.
221
te nta ng a li ra n a i r
selatan sungai dengan Desa Terusan di sebelah kendaraan roda dua dan becak.
utara. Sama dengan Jembatan Lama di Kediri Dengan lebar lebih dari 100 meter, di
yang sudah dibangun pada 1862, jembatan ini Mojokerto Sungai Brantas mencapai lebar
menggunakan konstruksi besi yang dibangun di maksimal. Tidak jauh ke arah hilir dari lokasi foto,
atas tiang sekrup yang dipasang di dalam sungai. aliran air bercabang dua. Kali Mas membelok ke
Untuk melindungi konstruksi besi dari tabrakan arah utara ke arah Surabaya, dan Kali Porong ke
perahu dan benda lain yang mengikuti arus timur ke arah Porong.
222
te nta ng a li ra n ai r
Jembatan Merah (2) di tepi timur (Faber 1931:39). Di peta kota 1821
(Diessen 2004:15) jembatan ini sudah disebut
tahun: sekitar 1900 dengan Roode Brug yang berarti jembatan merah,
Lokasi: Jalan rajawali, surabaya karena dicat merah (Faber 1931:4). Sekitar 1880,
Judul: soerabaia roode Brug (surabaya jembatan kayu diganti menjadi jembatan besi
Jembatan Merah) seperti di Kediri, yang tidak bisa dibuka atau
Penerbit: H. van Ingen, soerabaia diangkat. Sekarang jembatan ini sudah direnovasi
fotografer: salzwedel menjadi jembatan beton. Kini di Surabaya tinggal
satu jembatan besi yang sama persis seperti
Foto kartu pos ini diambil dari sisi timur Kali Mas Jembatan Merah dahulu, yaitu Jembatan Peneleh.
mengarah ke selatan. Banyak perahu diparkir di Gedung sebelah kanan adalah kantor
tepi sungai dengan tiang layar yang diturunkan, keresidenan yang dibangun pada abad ke-18
agar mereka bisa melewati Jembatan Merah yang sebagai rumah dinas untuk pemimpin daerah
tidak bisa dibuka atau diangkat. VOC. Dibongkar pada 1931 dalam rangka
Sejak zaman Daendels, yakni di 1809, renovasi kota. Kemudian lalu lintas bisa berjalan
www.facebook.com/indonesiapustaka
jembatan jungkit yang dapat diangkat ketika langsung dari Kembang Jepun (tepi timur)
ada perahu akan lewat sudah menghubungkan menuju Jalan Rajawali (tepi barat) seperti
permukiman Eropa di tepi barat dengan pecinan sekarang.
223
te nta ng a li ra n a i r
pat sebuah pohon sonokeling yang besar. Dulu Manguharjo di tepi barat. Kemudian bagian atas
merupakan jalan raya ke arah Magetan dan Solo. jembatan kedua dipindah ke lokasi dekat Dam
Dengan konstruksi tiga bagian lengkung Jati, beberapa kilometer ke arah hulu sungai, di
besi di atas dua ujung dan dua penyangga yang atas penyangga beton yang baru, sampai runtuh
dibuat dari batu, jembatan yang tampak kokoh akibat banjir pada 2007. Sekarang bongkahan
ini mirip sebuah jembatan kereta api. Tetapi penyangga berbahan batu yang lama tinggal di
jembatan ini dibangun khusus untuk pejalan kaki samping jembatan ketiga.
224
te nta ng a li ra n ai r
225
te nta ng a li ra n a i r
226
sEPutar
PELaBuHan
Kota pelabuhan selalu berlokasi di dekat muara, dekat muara sungai. Sementara groote boom
dengan perairan yang cukup strategis dan aman (pabean besar) untuk barang dagangan, yang
buat kapal untuk membuang sauh. Kapal laut letaknya beberapa kilometer ke hulu, dekat
tidak berlayar hingga ke pedalaman karena dengan pusat keramaian bongkar-muat perahu.
sungai tidak cukup dalam dan tidak ada tambatan Karena gerakan kapal dan perahu sulit diawasi
untuk berlabuh. Penumpang dan barang dilangsir dari lokasi kantor tersebut, dibangun menara
dari kapal laut ke perahu kecil untuk merapat. pengawasan supaya tidak ada yang lepas dari
Di tepi sungai lahirlah pelabuhan perhatian petugas bea.
berikut dengan pembangunan pergudangan Barang yang dibongkar adalah barang impor,
dan perkantoran yang berkaitan dengan misalnya minyak, bahan makanan Eropa, mesin-
perdagangan. Semua penumpang dan barang mesin, peralatan, mobil, dan tekstil. Sedangkan
dagangan dikenakan pajak. Untuk tujuan itu, di barang yang dimuat adalah barang ekspor berupa
tepi sungai selalu terdapat kantor imigrasi, kantor hasil pertanian seperti gula, tembakau, dan kopi.
bea cukai dan gudangnya. Pos ini juga disebut tol, Seiring dengan berjalannya waktu, banyak
atau boom. Kata Belanda “boom” berarti pohon. sungai pelabuhan semakin sulit untuk dilayari
Pada zaman VOC, sebatang pohon dipasang di karena lumpur mendangkalkan sungai. Akibatnya,
seberang sungai untuk menghentikan perahu muara sungai bergeser semakin jauh dari fasilitas
www.facebook.com/indonesiapustaka
dan kapal yang akan lewat. Saat batang pohon pelabuhan. Kota yang pada abad ke-17 atau
tidak lagi dipakai, sebutan boom masih digunakan 18 dibangun di muara sungai, pada abad ke-20
untuk menyebut kantor bea (Diessen 1989:170). terletak sampai lima kilometer jauhnya dari bibir
Hingga awal abad ke-20 pelabuhan besar pantai.
memiliki kleine boom (pabean kecil) sebagai Untuk mengatasi masalah tersebut, berbagai
kantor imigrasi dan bea bagasi penumpang kapal. macam tindakan telah dilakukan sehingga
Kantor pabean kecil biasanya terletak paling hilir menghasilkan berbagai wajah pelabuhan di Jawa:
s e pu ta r Pe la bu h a n
1. Muara sungai alurnya digali terus dengan tertutup dengan dinding plat besi (misalnya di
pengerukan agar cukup dalam (Pasuruan). Batavia) atau tanpa dinding dengan konstruksi
2. Penggalian aliran air bypass dari sungai ke terbuka (misalnya di Cirebon).
pantai khusus untuk membangun pelabuhan Dalam judul kartu pos bab ini, banyak
(Semarang) ditemui toponimi yang mengingatkan kita pada
3. Sungai dibendung dan aliran air dibelokkan keadaan dan kegiatan sekitar pelabuhan yang
lewat jalur lain, agar lumpur dari pedalaman kini telah hilang. Jika mata kita melihat foto kartu
tidak lagi bisa bersedimentasi di pelabuhan pos bab ini, hidung kita seolah bisa mencium
(Cirebon, Probolinggo, Tegal). aroma air sungai dan laut. Bahkan kulit laksana
4. Pembangunan pelabuhan baru di pantai merasakan angin, dan telinga laksana mendengar
(Tanjung Priok, Tanjung Perak) gemuruh ombak, gemeretak rantai jangkar, dan
lengkingan peluit uap.
Untuk merapat di pelabuhan generasi baru
itu, penumpang dan barang tidak lagi perlu
ditransitkan lewat perahu kecil. Kapal uap
yang besar pun dapat berlabuh langsung pada
tambatan modern. Ada terminal penumpang yang
eisien dan fasilitas yang memungkinkan bongkar
muat kapal yang lebih besar dan lebih cepat. Banyak pelabuhan
Tidak semua pelabuhan memiliki fasilitas modern
karena alasan ekonomis. Soalnya, modernisasi
dilengkapi mercusuar,
pelabuhan membutuhkan dana investasi sangat
besar. Gubernemen memutuskan pembangunan
atau juga disebut
bandar laut di kota besar Batavia (Tanjung Priok,
1886) dan Surabaya (Tanjung Perak, 1920). Pada
menara api, untuk
1927, rencana untuk pembangunan bandar
laut yang modern di Semarang sudah siap.
membantu navigasi
Sayangnya, rencana tersebut tidak terwujud pada
zaman kolonial akibat krisis ekonomi dunia saat
kapal laut. Menara
itu (Brommer 1995:33). dengan sumber cahaya
Banyak pelabuhan dilengkapi mercusuar,
atau juga disebut menara api, untuk membantu di puncaknya memiliki
navigasi kapal laut. Menara dengan sumber
cahaya di puncaknya memiliki dua varian. Model dua varian.
www.facebook.com/indonesiapustaka
228
s e pu ta r Pe la bu h a n
229
s e pu ta r Pe la bu h a n
230
s e pu ta r Pe la bu h a n
yang berlabuh di Pasuruan. Fotografer berdiri di mulai kalah pamor dengan Surabaya sebagai
tepi kiri mulut pelabuhan dan foto mengarah ke pelabuhan ekspor. Selain itu, akibat sedimentasi,
selatan. Gedung besar di seberang sungai yang muara Sungai Gembong perlu dikeruk terus agar
dibangun dengan arsitektur kolonial khas abad cukup dalam. Meskipun demikian, pada awal
ke-19 adalah kantor pelabuhan yang saat itu abad ke-20 perahu hanya dapat masuk keluar
juga dikenal dengan sebutan boom. Di sebelah pelabuhan sehari dua kali, saat air pasang (Blink
kanan kompleks boom terlihat gerbong-gerbong 1905:164).
231
s e pu ta r Pe la bu h a n
dan menurunkan muatannya ke perahu yang dimiliki dua perusahaan kereta api yang berbeda,
mengangkutnya ke gudang-gudang di tepi Kali dan tidak berhubungan. Baru pada tahun 1941
Semarang dan Kali Baru. Jika memuat barang ke kedua jaringan dihubungkan.
232
s e pu ta r Pe la bu h a n
ini pada 1743, Sungai Banger masih mengalir. dengan gudang-gudang dan kantor pelabuhan.
233
s e pu ta r Pe la bu h a n
aslinya kemudian dikeruk dan digunakan Latin toloneum dari kata Yunani kuno telos yang
sebagai kali pelabuhan. Pelabuhan ini hanya berarti kontribusi wajib.
234
s e pu ta r Pe la bu h a n
235
s e pu ta r Pe la bu h a n
Pabean Boom Besar ini, dengan kantor di sebelah kanan di luar sudut
kamera, sebelum 1920 semua barang impor dan
tahun: sekitar 1900 ekspor di pelabuhan Surabaya harus dilaporkan.
Lokasi: taman Jayengrono, surabaya Di sini barang akan diperiksa dan bea dibayar.
Judul: soerabaia. Kalimaas- Lapangan di tepi sungai adalah Taman
telefoonkantoor-Groote Boom (surabaya. Jayengrono yang saat itu masih bernama
Kali Mas-Kantor telepon-Pabean Besar) Willemsplein (Taman Willem), dari Willem I,
Penerbit: J.M. Chr. nijland, soerabaia Raja Belanda pada periode 1815-1840. Gedung
berbentuk oktagonal adalah kantor telepon yang
Tampak kegiatan bongkar maut di groote boom dibangun pada 1884. Pada tahun 1994 di bekas
(pabean besar) di tepi barat Kali Mas, lima lokasi kantor groote boom dibangun kompleks
kilometer ke hulu dari muara sungai. Di kompleks pertokoan Jembatan Merah Plasa (JMP).
www.facebook.com/indonesiapustaka
236
s e pu ta r Pe la bu h a n
jalan sepanjang sekitar satu kilometer ini terdapat permukiman nelayan dari luar, misalnya
menghubungkan alun-alun di pusat kota di Kampung Melayu tersebut dan Kampung Mandar
ujung baratnya dengan pelabuhan di ujung (orang Sulawesi) yang terletak sekitar 500 meter
timurnya. Di Banyuwangi, sebutan boom masih ke arah lurus di sebelah kiri jalan.
237
s e pu ta r Pe la bu h a n
kini Jalan Kelasi), Boomstraat (Jalan Boom, kini Di latar belakang ada pertigaan dengan Kali
Jalan Bongkaran) dan Werfstraat (Jalan Galangan, Sosok, di mana sejak 1849 berdiri sebuah penjara.
kini Jalan Kasuari bagian utara). Pada abad ke-18 Maka dari itu, Werfstraat ini oleh rakyat setempat
jalan tersebut menuju dari pusat kota ke utara juga disebut dengan Jalan Penjara.
238
s e pu ta r Pe la bu h a n
di mana perahu-perahu berlabuh untuk bongkar swasta yang regional. Di foto ini juga terlihat
muat. Di sini juga didirikan kantor pabean, di apotek dengan papan bertluliskan huruf Jawa
mana pembayaran pajak diatur. Sesudah aktivitas yang jikalau dibaca berbunyi “kamar obat”. Di
pelabuhan dipindahkan ke bandar laut baru belakangnya terlihat iklan dinding HYGEIA, yaitu
yang dibangun 1865, lokasi lama dan kampung merek minuman bersoda yang memiliki pabrik di
di sebelah selatannya tetap disebut dengan Semarang pada zamannya.
239
s e pu ta r Pe la bu h a n
tersebut sudah tidak ada lagi, tetapi bekas keruk pelabuhan digali terus agar tidak dangkal
muaranya tetap merupakan bagian pelabuhan karena lumpur. Kapal antar-pulau dari perusahaan
di sepanjang Jalan Ambon sekarang. Pada 1865, Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM)
dibangun pelabuhan laut berupa sebuah teluk menghubungkan pelabuhan Cirebon dengan
dan pada 1890 pantai di kedua sisinya dirangkul pelabuhan lain (Blink 1905:123).
dengan tanggul yang menonjol di laut, untuk
240
s e pu ta r Pe la bu h a n
luar. Seabad yang lalu, perbedaan antara kapal awalnya berfungsi sebagai pintu gerbang arus
barang dan kapal penumpang masih kurang jelas. keluar masuk untuk penumpang maupun barang,
Banyak kapal barang juga menerima penumpang, antarpulau dan internasional, dan hingga sekarang
atau sebaliknya, seperti kapal uap hibrida yang merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia.
241
s e pu ta r Pe la bu h a n
242
arsItEKtur
BErGaYa ErOPa
Sejarah dan perkembangan arsitektur yang tidak diwakili di Indonesia, karena saat itu
Dalam sejarah arsitektur Eropa dikenal banyak orang Eropa belum bermukim di bumi Nusantara.
gaya, aliran, dan gerakan yang saling bergantian Namun pada zaman kolonial, aliran tersebut
seiring dengan berjalannya waktu. Sekarang ini pernah mengalami revitalisasi dalam gaya “neo”
semua jenis gaya arsitektur telah diklasiikasi yang digunakan di Indonesia.
dan diberi nama oleh sejarawan dan akademisi.
Pada zaman ketika sejenis gaya digunakan, para Neoklasik dan Indische empire
pembangunnya sendiri belum tentu sadar tentang Klasik adalah sebutan untuk gaya arsitektur
klasiikasi dan nama tersebut. Pada dasarnya Yunani dan Romawi kuno (800 SM- 500 M).
mereka hanya ingin mendirikan bangunan Repertoar bagian klasik mengenal antara lain
modern dengan mengikuti tren pada zaman itu. pilar-pilar besar langgam Dorik, Ionik, atau
Di Jawa terdapat banyak warisan arsitektur Korintia, fronton segitiga, atap kubah, dan
Eropa dari berbagai gaya desain. Terkadang pelengkung kemenangan.
digunakan satu gaya arsitektur saja tetapi lebih Neoklasik, atau juga disebut klasisisme, adalah
sering bangunan mewakili gaya campuran atau penghidupan kembali gaya klasik. Pada periode
transisi. Akan menarik bila mengidentiikasi renaisans (abad ke-16 dan17) dan Barok (abad
periode pembangunan. Kita dapat mencari ciri ke-17 dan 18), elemen-elemen arsitektur klasik
www.facebook.com/indonesiapustaka
khas bangunan tersebut yang sesuai dengan digunakan secara bebas sebagai ornamen dalam
gaya arsitektur tertentu dari periode tertentu. bangunan modern. Sebuah contoh dari periode
Selain menikmati keindahan arsitektur, kita tersebut adalah balai kota Batavia (halaman 57).
dapat membayangkan bangunan tersebut dalam Pada sekitar periode tahun 1780-1860, lahirlah
konteks sejarahnya. konsep bangunan ideal dengan kemurnian
Di Eropa terdapat berbagai gaya arsitektur bentuk dan proporsi harmonis, yang tidak hanya
dari zaman prakolonial (klasik, gotik, renaisans) menggunakan elemen-elemen dari arsitektur klasik
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
secara bebas seperti sebelumnya, tetapi contoh bangunan renaisans dari abad ke-16 dan 17.
klasik juga langsung disalin (Jongh 1948:396). Kata Prancis renaissance berarti lahir kembali,
Boleh jadi, bangunan baru diberi wajah yang tidak yang dimaksudkan budaya-budaya klasik.
beda banyak dengan candi Yunani Kuno. Bangunan klasik tidak disalin seperti dalam
Empire merupakan aliran dalam gaya gaya neoklasik, tetapi pola klasik digunakan
neoklasik. Dengan kata Prancis empire (baca: sebagai inspirasi dengan bebas. Berbeda dari
ampir) yang berarti “kekaisaran”, dimaksudkan gotik yang bersifat vertikal, renaisans bersifat
Kekaisaran Napoleon I di Prancis (1804-1815). horisontal.
Bangunan yang lebih megah lagi dibandingkan • Gaya rangka batang kayu: Dinding memakai
sebelumnya, digunakan untuk memuliakan konstruksi batang kayu horisontal, vertikal, dan
kebesaran kekaisaran (Jongh 1948:399). Gaya diagonal, yang diisi dengan batuan atau tanah
arsitektur ini dibawa ke Hindia Belanda oleh liat. Gaya dinding tersebut banyak digunakan
Gubernur Jenderal Daendels pada zaman di Eropa sejak abad pertengahan dan
kekuasaan Prancis 1808-1810 (Akihary 1988:14). mengalami revitalisasi pada akhir abad ke-19.
Pada abad ke-19, di Hinda Belanda lahirlah • Pembangunan menara pada pojok gedung
sebuah gaya arsitektur campuran. Dibangun merupakan elemen “romantis” yang
gedung bergaya neoklasik dengan adaptasi pada diwariskan dari rumah benteng Eropa pada
iklim, teknologi, dan bahan bangunan setempat. abad pertengahan.
Atau bisa dilihat dari sisi lain, bangunan bergaya • Gaya chalet: Elemen-elemen dari rumah
setempat diberi ornamen yang dipinjam dari tradisional Pegunungan Alp di Eropa (yang
arsitektur klasik supaya tampak lebih mewah. Gaya dalam bahasa Prancis disebut chalet) yang
ini banyak dianggap sebagai selera murahan dan diimplementasikan secara bebas dalam
bahkan direndahkan dengan sebutan “Indische arsitekur modern. Ciri khasnya adalah
Empire” (“Gaya Kekaisaran ala Hindia”). Salah satu penggunaan ornamen kayu yang banyak,
ciri khasnya adalah beranda dengan barisan tiang- misalnya gigi talang, serta atap yang lebar
tiang klasik yang terlalu besar di depannya. dan kukuh (wikipedia.com: chaletstijl).
• Gaya orientalisme: Elemen-elemen dari
Historisme dan eksotisme bangunan Timur Tengah, Asia Selatan, dan
Gerakan romantisme pada abad ke-19 mendorong Asia Timur, yang diimplementasikan dalam
beredarnya rasa sentimen dan nostalgia terhadap arsitekur Barat (Turner 1996/23:502).
keindahan gaya masa lampau dan terhadap
tempat eksotis. Saat itu lahirlah beraneka ragam Gaya eklektik
gaya arsitektur historisme yang mendapatkan Istillah Prancis Belle Époque (baca: belepok)
inspirasi dari gaya pembangunan yang terdahulu berarti “zaman indah”. Bilangan ini digunakan
(Haslinghuis 2005:126), dan beraneka macam gaya untuk menyebut zaman kedamaian dalam sejarah
eksotisme yang mendapatkan inspirasi dari tradisi Eropa yang berlangsung dari 1871 hingga 1914.
pembangunan daerah tertentu yang memiliki Di wilayah Persemakmuran Inggris, zaman
daya tarik khas. Salah satu manifestasinya adalah tersebut setara dengan akhir zaman Victorian dan
gaya neoklasik yang sudah disebut. Berikutnya awal zaman Edwardian. Di Hindia Belanda, masa
www.facebook.com/indonesiapustaka
terdaftar beberapa contoh lain. tersebut merupakan zaman baru dengan ekonomi
• Gaya neogotik: Revitalisasi gaya arsitektur terbuka untuk investor dari luar, yaitu masa
gotik yang berkembang pada abad ke 12-16. setelah zaman tanam paksa berakhir pada 1870.
Konsep arsitektur gotik adalah kesan tinggi Pada zaman tersebut, berbagai gaya
dan transparan. Vertikalisme mengungkapkan arsitektur diterapkan silih berganti. Sering kali
pengabdian ke Atas. untuk satu rancangan bangunan saja tidak hanya
• Gaya neorenaisans: Revitalisasi gaya cukup satu gaya arsitektur yang digunakan
244
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
tetapi dipilih berbagai elemen dari berbagai ini berkembang pada periode 1900-1925
gaya arsitektur yang kemudian dikombinasikan (Jongh 1948:539).
menjadi satu gedung dengan konsep, bentuk,
dan konstruksi yang baru. Gaya campuran ini Menuju gaya art déco
disebut sebagai “eklektik” yang dapat berarti Arsitektur awal abad ke-20 tidak memiliki
“pilihan” (Haslinghuis 2005:161). Selain repertoar suatu gaya arsitektur yang jelas. Ada aliran
dari gerakan historisme dan eksotisme, pada akhir yang cenderung modern, tetapi ada juga yang
abad ke-19 muncul beberapa gaya arsitektur baru berdasarkan aliran historisme, atau ada yang
yang bisa digunakan sebagai gaya tersendiri, atau mengintegrasikan pola arsitektur setempat dalam
dapat ikut bercampur dengan gaya-gaya yang bangunan yang pada intinya bergaya Eropa.
sudah ada sebelumnya. Dalam perkembangannya, pada akhirnya semua
• Art Nouveau (bahasa Prancis: “Gaya Baru”): gerakan tersebut menuju pada sebuah gaya
Disebut demikan karena gaya seni yang baru yang lahir sekitar 1910-an, yaitu gaya art
berkembang sekitar 1880-1914 ini bukan déco yang bermanifestasi dalam segala rupa dan
revitalisasi aliran lama, tetapi menyediakan bentuk di Tanah Jawa. Gaya desain ini mencapai
repertoar bentuk dan ornamen yang memang puncaknya pada pediode 1920-1940, ditandai
baru pada zamannya. Perwujudan art nouveau oleh tampilan warna kuat, bentuk-bentuk yang
bermacam-macam. Terdapat aliran dengan manis, halus, geometris, kontras, dan garisan
banyak garisan bergelombang terinspirasi vertikal serta horisontal yang tegas, juga dengan
dari bentuk tumbuhan, serta aliran dengan jumlah ornamen yang melimpah yang terinspirasi
bentuk-bentuk geometris yang lebih kaku. dari berbagai gaya. Art déco pada dasarnya
• Penggunaan besi: Selama revolusi industri, menampilkan kesan kemewahan yang berlebihan.
terjadi pengembangan teknik pembuatan besi. Salah satu aliran lain dalam art déco adalah
Salah satu efeknya, pada pertengahan kedua gaya desain yang terinspirasi oleh kemajuan
abad ke-19 banyak elemen besi yang mulai teknologi dan kecepatan pada 1930-an. Bentuk
digunakan sebagai bahan bangunan, misalnya aerodinamik pesawat terbang, mobil, dan kereta
pipa besi sebagai pengganti tiang-tiang klasik api, masuk dalam desain benda-benda modern,
yang tebal, gantungan besi yang berliuk-liuk seperti mebel, korek api gas, atau radio. Arsitektur
sebagai penopang atap teritis yang ditempel tidak terlepas dari tren tersebut. Gedung diberi
pada dinding, dan besi hias sebagai ornamen wajah menarik, bersih, dan halus, dengan garisan-
di atas atap atau tempat lain. garisan vertikal dan sudut bulat yang mengiringi
• Gaya rasionalisme: Sebutan yang arah dan belokan jalan. Gaya baru yang menakluk-
berdasarkan kata “rasio” atau pemikiran kan dunia modern ini disebut streamline moderne.
logis ini digunakan untuk menyebut
gerakan arsitektur yang mencari kejelasan Gaya internasional
dan kesederhanaan dalam keteraturan dan Gaya internasional adalah sebutan untuk gaya
kesatuan. Sama dengan gaya art nouveau, arsitektur modernis yang lahir pada 1920-an.
gaya rasionalisme berbeda dengan gaya- Bahan bangunan baru, misalnya beton, baja,
gaya neo. Berlainan dengan gaya art dan kaca, memungkinkan bentuk-bentuk baru
www.facebook.com/indonesiapustaka
nouveau, bentuknya lebih fungsional, lugas, yang spektakuler. Ciri khas adalah gedung tinggi,
dan tegap, serta dianggap lebih penting asimetris, dengan bentuk-bentuk kaku, dan atap
daripada ornamen. Ciri khasnya adalah datar. Volume gedung membentang ke semua
lengkungan setengah bundar pada dinding dimensi. Bagian-bagian gedung yang berorientasi
datar. Sebagai bahan pembuat dinding, kiri-kanan, depan-belakang, dan atas-bawa saling
banyak digunakan batu bata dengan bertemu dalam satu bangunan. Sebuah aliran
tambahan batu alam dan balok beton. Gaya dalam gaya internasional adalah gaya kubisme.
245
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
Istana Putih Istana Putih. Mungkin merupakan hal aneh bagi kita
yang tahu bahwa hampir semua bangunan kolonial
tahun: sekitar 1910 berwarna putih. Namun pada zaman itu warna
Lokasi: Jalan Banteng timur, Jakarta tersebut masih dianggap cukup unik dan belum
Judul: Groet uit Batavia. Paleis banyak bangunan yang berkapur putih.
(Waterlooplein) (salam dari Batavia. Istana Penggunaan lisplang di atas semua dinding,
(Lapangan Waterloo)) barisan pilaster (tiang tempelan) pada dinding,
Penerbit: tio tek Hong, Weltevreden ukuran jendela sebesar pintu, dan simetri
gedung yang ketat, merupakan ciri khas dari
Pada zaman kekuasaan Prancis 1808-1810, atas arsitektur empire, yaitu suatu aliran dalam gaya
perintah Gubernur Jenderal Daendels mulai neoklasik yang menggunakan elemen-elemen
dibangun sebuah gedung pemerintahan yang besar, dari arsitektur klasik. Kata Prancis empire berarti
berdasarkan rancangan insinyur tentara Kolonel kekaisaran. Dimaksudkan zaman kekaisaran
Schulze. Gedung bergaya arsitektur empire itu Napoleon I di Prancis (1804-1815). Bangunan
www.facebook.com/indonesiapustaka
baru selesai dibangun 19 tahun kemudian (Devina megah dan mewah digunakan untuk memuliakan
2005:3), terdiri dari tiga bagian yang disambung kebesaran kekaisaran. Hingga sekarang bangunan
melalui dua bagian pintu. Karena warnanya, ini tetap berfungsi sebagai gedung pemerintahan,
bangunan itu juga dikenal sebagai Witte Huis atau yakni sebagai Kementerian Keuangan.
246
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
saat itu: Indische Empire atau Empire Hindia, rumah dengan barisan tiang seperti rumah ini
terkadang disingkat sebagai gaya Indis. dikenal sebagai gedong wolu karena tiangnya
Rumah berlantai satu, beratap perisai berjumlah delapan. Dalam bahasa Jawa, wolu
menggunakan genting, berpenataan simetris, berarti delapan.
247
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
menjadi Hôtel des Indes (baca: otel-dez-ènde), kamar-kamar tamu. Ngomong-ngomong, juga di
dari bahasa Prancis Indes yang berarti Hindia. kota lain terdapat hotel bernama Hôtel des Indes,
Setelah pada 1945 menjadi markas tentara misalnya di Batavia.
248
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
249
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
itu aristokrasi pribumi mempunyai gaya hidup kediaman pribadi ini dikenal dengan nama
yang tidak kalah mewah dari elite kolonial. Dasar Rumah Sakit PGI Cikini. PGI berarti Persekutuan
sebuah rumah tanah bergaya Eropa: lebar dan Gereja-gereja di Indonesia.
250
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
Mulai tahun 1880-an, Malang dijadikan kota (tempat latihan) yang kini dikenal sebagai
garnisun dan perumahan militer, yang mulai Lapangan Brawijaya. Sekarang semua fasilitas
dibangun di lokasi di seberang rel kereta api di militer peninggalan Belanda digunakan oleh TNI.
251
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
kereta ataupun mobil. modernitas pada akhir abad ke-19 dan awal abad
Rumah di atas dibangun menurut konsep ke-20.
252
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
bahwa air sumur tersebut agak hangat tetapi Sistem tersebut tidak mencukupi kebutuhan
berasa sangat tawar karena tidak berkalsium dan dianggap ketinggalan zaman. Oleh karena itu
dan bersoda. Air tersebut cocok untuk diminum dibangun jaringan air ledeng yang menggunakan
setelah dianginkan. Kolam penyimpanannya sumur di Gunung Salak yang mulai beroperasi
dapat berisi 800 meter kubik air (Smitt 1922:3). pada 1922 (Smitt 1922:4). Kemudian bangunan
Bangunan bersegi delapan dibangun kolam penyimpanan air dibongkar.
253
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
254
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
terlihat balustrade (pagaran) dengan inial-inial huruf S merah sebagai lambang ini berpindah
(tiang hias) berbentuk kerucut yang ciri khas gaya ke bangunan baru di Pasar Besar (kini jalan
neorenaisans. Tiang-tiang penopang pada beranda Pahlawan). Sekarang bangunan lama masih
dan balkon dibuat dari besi. Pada akhir abad ke-19, dilestarikan dalam keadaan kurang terawat.
255
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
pohon di kedua sisinya. Tahun kelahiran Putri rumah seperti ini memiliki tegel keramik yang
Juliana (1909) menjadi petunjuk kapan jalan cantik di lantai dan dinding, serta kaca berwarna
dan rumah ini dibangun. Pada zaman itu, inilah di jendela bagian atas.
perluasan kota Surabaya yang paling selatan dan Sekarang rumah tersebut difungsikan sebagai
merupakan kawasan bergengsi dengan vila-vila asrama polisi dan telah berubah bentuk.
256
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
disebut demikian karena merupakan gaya yang dan pada 1940-an telah berubah fungsi. Sekarang
memang baru pada puncak perkembangannya bangunan telah dibongkar dan tanahnya menjadi
sekitar tahun 1900 dan ornamen tidak lagi bagian dari halaman Sekretariat Negara.
257
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
ornamennya tidak bergaya historisme (neoklasik, ballroom dibiarkan seperti semula. Sekarang hotel
neogotik, dan sebagainya) seperti sebelumnya, ini berganti nama menjadi Hotel Majapahit.
258
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
neogotik), tetapi gaya baru yang menganggap Bandung Lautan Api pada 1946. Kini, bekas
bentuk fungsional lebih penting daripada banyak lokasinya ditempati Plaza Telkom Lembong.
259
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
Gedung ini adalah kantor Algemeene kayu rangka batang, yang merupakan elemen
Maatschappij voor Levensverzekering en Lijfrente gaya historisme. Konstruksi kayu rangka batang
(Perusahaan Umum untuk Asuransi Jiwa dan ini terinspirasi arsitektur abad pertengahan Eropa.
260
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
penyakit kolera yang memakan banyak korban. yang dibentuk khusus untuk posisi tertentu pada
Brosur untuk mempromosikan air leding pada dinding bangunan terlihat dengan sangat jelas.
261
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
Kantor pos dan telegraf sama. Terlihat dari gaya arsitektur, kantor pos di
sebelah barat alun-alun Wonosobo ini dibangun
tahun: sekitar 1920 pada awal abad ke-20. Bangunan tersebut pada
Lokasi: Jalan pemuda, Wonosobo 1924 roboh akibat gempa bumi. Dari bangunan
Judul: Post- en telegraafkantoor te pengganti yang berdiri hingga kini, keadaan asli
Wonosobo (Kantor pos dan telegraf di tidak dikenal kembali.
Wonosobo) Gaya arsitektur yang digunakan adalah
Penerbit: toko Corver, Wonosobo gaya rasionalisme, yang berkembang pada
periode sekitar 1900-1920. Gaya cantik dan
Sekitar tahun 1900, kantor pos dan kantor sederhana ini tidak memakai banyak ornamen,
telegraf biasanya didirikan dalam satu gedung seperti pada gaya historisme dan art nouveau
karena dijalankan oleh satu perusahaan yang sebelumnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka
262
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
rumah Direktur Bank Di samping kiri dan kanan ruang tengah tersebut,
masing-masing terdapat tiga ruangan lain.
tahun: 1927 Atap besar memperlihatkan pengaruh bentuk
Lokasi: Jalan taman Mayangkara, surabaya atap tajug tradisional Jawa, yang ditopang oleh
Judul: Darmo soerabaja konstruksi dengan banyak tiang penyangga. Di
Penerbit: n.V. v/h. H. van Ingen rumah ini, barisan tiang paling luar menjadi tiang
berbentuk V yang terbuat dari batu bata secara
Rumah mewah ini pada awalnya adalah rumah sangat kreatif dengan banyak hiasan khas gaya
dinas agent (direktur cabang) Javasche Bank (Bank art déco. Gedung memiliki sistem pendingin
Jawa). Tiang papan nama jalan di sebelah kiri udara alami. Menara yang menyerupai kuluk
bertulisan Darmoplein (Taman Darmo) yang kini besar di atas atap berfungsi untuk mengeluarkan
menjadi Jalan Taman Mayangkara. hawa panas.
Rumah ini adalah hasil karya biro arsitek Job Setelah tahun 1942, rumah tersebut berganti-
& Sprey dan dibangun pada tahun 1921 (Akihary ganti fungsinya. Pada periode 1977 hingga 2004
www.facebook.com/indonesiapustaka
1990:114). Intinya adalah denah rumah gaya bangunan ini digunakan sebagai museum Mpu
Indis dengan pintu depan menuju ke sebuah Tantular dan sejak tahun 2010 diambil alih oleh
ruang tengah yang berhubungan langsung Bank Indonesia dan menjadi Perpustakaan Bank
dengan beranda depan dan beranda belakang. Indonesia.
263
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
jendela, dan atap, merupakan salah satu ciri khas (Voskuil 1996:41). Sekarang bangunan digunakan
gaya art déco, sementara bentuk-bentuk kotak oleh TNI dan dikenal sebagai Markas Kodiklat
merupakan manifestasi awal dari gaya modernisme. (Komando Pendidikan dan Latihan).
Pada dinding depan bagian atas tampak barisan
264
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
yang modern dengan dua lajur terpisah untuk trem Di depan kantor gubernur terdapat taman
listrik yang melayani rute tersebut pada 1923-1968. kecil dengan tanda kilometer nol. Tanda ini
Bangunan dibuat berdasarkan rencana direncanakan sebagai titik awal semua jarak dari
arsitek Willem Cornelis Lemei (1892-1945) luar kota tertera. Tidak aneh jika titik nol berlokasi
dengan gaya arsitektur kubisme, suatu aliran di sana karena di tempat tersebut pernah
dalam gaya internasional atau juga disebut terdapat alun-alun Surabaya yang merupakan
gaya modernisme dengan pengaruh art déco. pusat kota hingga pertengahan tahun 1800-an.
265
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
www.facebook.com/indonesiapustaka
266
a rsi te k tu r B e rg aya E ropa
Villa Isola
tahun: Dikirim 1939
Lokasi: Jalan setiabudi, Bandung
267
arsi te k tu r B e rg aya E ropa
Hotel savoy Homann tersebut dibangun di lokasi yang sudah sejak tahun
1871 menempati sebuah penginapan yang berkali-
tahun: sekitar 1950 kali direnovasi, ganti pemilik, dan ganti nama.
Lokasi: Jalan asia afrika, Bandung Tampak tiang bendera dan jendela bundar
Judul: Hotel savoy Homann Bandung yang terinspirasi dari kapal laut. Sebagian besar
anggaran digunakan untuk menciptakan interior
Terinspirasi oleh kemajuan kecepatan kendaraan bergaya art déco yang tidak kalah mewah
pada 1930-an, bentuk aerodinamik juga mulai dari kapal uap modern yang saat itu melayani
digunakan dalam gedung. Tahun 1936-1939 hubungan interkontinental. Di eksteriornya,
dibangunlah hotel termodern dan termewah di barisan balkon berbahan beton bergelombang di
Hindia Belanda pada zamannya, berdasarkan sekeliling dinding kaca, sebagai ombak laut.
desain arsitek Albert Frederik Aalbers (1897-1961), Hotel ini dilestarikan dengan baik dan sampai
dengan gaya arsitektur streamline moderne. Hotel sekarang beroperasi dengan nama yang sama.
www.facebook.com/indonesiapustaka
268
GEDunG Dan
JuLuKannYa
Banyak bangunan besar dari zaman kolonial kegiatan mereka. Representasi gedung-gedung
yang menjadi pusat perhatian mereka yang itu ditentukan dari kemewahan arsitektur dan
melewatinya. Sering kali bangunan tersebut lokasi. Sebuah bangunan besar dan indah tentu
tidak memiliki fungsi jelas bagi masyarakat tidak akan didirikan di tengah hutan atau di
pribumi saat itu, serta memiliki nama berbahasa gang kampung biasa, melainkan di tempat yang
Belanda yang sulit dimengerti. Oleh karena itu, cukup strategis di mana bangunan tersebut bisa
masyarakat biasanya memberikan julukan untuk dikagumi dengan luar biasa oleh banyak orang
gedung-gedung tersebut. Mereka terinspirasi dari yang lewat. Bangunan tersebut bisa terletak
penampilan gedung, mulai dari warna, bentuk, di jalan ramai atau lebih strategis lagi di titik
jumlah pintu, atau ciri khas lainnya. pertemuan beberapa jalan ramai. Ditambah lagi,
Pada umumnya, institusi pemerintahan dan sebuah lapangan luas atau taman hijau di depan
perusahaan saat itu mengeluarkan permintaan bangunan bisa meningkatkan prestise suatu
pembangunan gedung yang layak untuk bangunan.
www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
270
G e du ng da n J u lu ka nnya
G e du ng da n J u lu ka nnya
Gedung setan
tahun: sekitar 1910
Lokasi: Jalan Imam Bonjol, semarang
Judul: Vrijmetselaars-Loge, Pendrian, semarang (rumah
Kumpul Mason, Pendrian, semarang)
Pencetak: van straaten, Middelburg (Belanda)
semua kusir lain yang lantas lari tunggang langgang dengan kereta
kosong, meninggalkan para majikan mereka (Prinsen 1935:21).
Pendrian adalah nama lama dari Jalan Indraprasta. Pendrian
merupakan pelesetan dari Prins Hendriklaan yang mendapatkan
nama dari Pangeran Hendrik (1820-1879) yang mengunjungi
Semarang pada 1837. Hendrik tersebut adalah paman Ratu
Wilhelmina, bukan suaminya yang juga bernama Hendrik.
271
G e du ng da n J u lu ka nnya
ucapan terima kasih kepada bangsa Hindia (Ikatan Kesenian dan Ilmu Batavia) yang sudah
Belanda karena sang raja diterima dengan ada sejak 1778. Baik koleksi maupun gedung
ramah sebagai tamu saat beliau berkunjung ke museum dilestarikan dan diperluas hingga
Jawa dua tahun sebelumnya (Graaf 1970:51). sekarang.
272
G e du ng da n J u lu ka nnya
di Kuwak dengan lokasi bersebelahan dengan Pada foto ini beberapa arca dapat dikenali yang
Stadion Brawijaya sekarang. Bangunan awal sampai sekarang ada di Museum Airlangga.
museum sangat unik dengan gapura yang berhias Bangunan museum lama pun berubah menjadi
kalamakara. Bagian belakang memiliki sebuah kafe dan sekarang dihancurkan untuk perluasan
bangunan kecil untuk menyimpan benda- Pemandian Tirtoyoso.
273
G e du ng da n J u lu ka nnya
Gedung Pensil sebuah pensil yang diraut hampir habis, jika dilihat
dari bagian depan. Tidak heran bangunan tersebut
tahun: sekitar 1925 oleh masyarakat dijuluki Gedung Pensil.
Lokasi: Persimpangan Jalan ahmad Yani– Pada saat difoto, bangunan tersebut
Jalan Gatot subroto, Bandung digunakan sebagai toko bahan bakar, yaitu
Judul: Viersprong Groote Postweg– Toko Amerika. Toko ini juga mengambil alih
Papandayanlaan (Perempatan Jalan raya sebuah pompa bensin, yang kurang terlihat
Pos–Jalan Papandayan) karena tempatnya persis di belakang kereta
Penerbit: Vorkink, Bandoeng kuda di tengah foto. Saat sekarang bangunan ini
dilestarikan dengan baik dan digunakan sebagai
Di persimpangan jalan “Perapatan Lima”, kira-kira kantor perusahaan sekuritas Danareksa.
1,5 kilometer sebelah timur dari alun-alun Bandung, Fotografer membelakangi Perapatan Lima
terdapat sebuah bangunan setengah bundar yang juga muncul di halaman 311 dengan
menghadap ke barat. Dibangun pada tahun 1918, panorama mengarah balik. Jalan di sebelah kiri
www.facebook.com/indonesiapustaka
bangunan ini memiliki atap unik dengan bentuk Gedung Pensil, yang sekarang bernama Jalan
bundar dan lancip di bagian pucuknya. Keunikan Ahmad Yani, dulu merupakan bagian dari Jalan
itulah yang membuat gedung tersebut menyerupai Raya Pos yang terkenal.
274
G e du ng da n J u lu ka nnya
275
G e du ng da n J u lu ka nnya
misalnya kaki (0,3 meter lebih sedikit), tembakan digunakan adalah historisme, dan mengingatkan
meriam (sekitar 400 meter), pal (1.500 meter kita pada bangunan Eropa yang lama. Bangunan
lebih sedikit), dan pikul (kira-kira 62 kilogram), tersebut merupakan bagian dari kawasan
ukuran bahu agak bervariasi meskipun pernah pusat militer Hindia Belanda yang baru, yang
dikonversi ke sistem metrik menjadi 7.096,5 dipindahkan dari Batavia ke Bandung pada 1910-
meter persegi. Kebanyakan ukuran berkisar an atas pertimbangan strategis.
276
G e du ng da n J u lu ka nnya
1916 sebagai kantor perusahaan perdagangan menjadi Taman Jayengrono. Nama diambil dari
Bridgestone, di sebuah pojok jalan. Muka gedung nama Bupati Surabaya pertama pada abad ke-17.
277
G e du ng da n J u lu ka nnya
kota dari Batavia ke Bandung yang akhirnya tidak pembangunan yang berjumlah lima juta Gulden,
terwujud (Voskuil 1996:34). Di sekeliling kota ditambah satu juta untuk membeli tanah (Tjatja
kembang itu dibeli kawasan-kawasan luas untuk 2000:3). Kini Gedung Sate berfungsi sebagai
dibangun perluasan kota dengan bangunan indah kantor Gubernur Jawa Barat.
berdasarkan desain arsitek-arsitek yang ternama.
278
G e du ng da n J u lu ka nnya
279
G e du ng da n J u lu ka nnya
menjadi sus. Pada zaman kolonial Solo memiliki bank milik keraton. Institusi tersebut berkantor
dua sositet pribumi. Selain Habiproyo yang milik di gedung yang sama mulai tahun 1831 menurut
Kasunanan, juga terdapat sositet Mangkunegaran kalender Jawa, atau 1901 menurut kalender
yang sekarang menjadi Museum Pers. Di samping Masehi. Sebelah kiri dalam foto tampak keramaian
museum tersebut hingga kini terdapat sebuah Pasar Pon.
taman hijau yang bernama Taman Ngesus dan
280
G e du ng da n J u lu ka nnya
atas, tetapi juga banyak dipentaskan pertunjukan mitologi Yunani dan Romawi (Diessen 1989:234).
drama komedi. Oleh karena itu bangunan tersebut Setelah Indonesia merdeka, gedung ini ber-
oleh rakyat disebut dengan “komedi”. ganti fungsi menjadi bioskop. Pada 1984 gedung
Di Batavia, komedi dibangun pada 1821, di ini dikembalikan fungsi aslinya sebagai gedung
sebuah lokasi di mana sejak pemerintahan Rafles pertunjukan teater dan setelah renovasi pada
sudah terdapat sebuah bangunan teater yang 1987 resmi bernama Gedung Kesenian Jakarta.
sederhana. Tanah dan bahan bangunan dibiayai Sayangnya patung dewi tersebut tidak ada lagi.
281
www.facebook.com/indonesiapustaka
282
G e du ng da n J u lu ka nnya
G e du ng da n J u lu ka nnya
Lawang sewu
tahun: sekitar 1910
Lokasi: Jalan Pemuda, semarang
Judul: n.I.s. Gebouw (Gedung n.I.s.)
283
G e du ng da n J u lu ka nnya
Gedung tiga Warna Belanda tertulis pada rumah itu yang berwarna
dua: abu-abu dan putih. Sebenarnya “De
tahun: sekitar 1940 Driekleur” berarti “Sri Triwarna”, yaitu bendera
Lokasi: Persimpangan Jalan Juanda–Jalan merah-putih-biru yang pernah berkibar di
sultan agung, Bandung atasnya. Tiang bendera yang terletak di atap
gedung itu merupakan bagian yang tidak
Rumah cantik ini dibangun tahun 1938 di terpisahkan baik dari segi arsitektural maupun
persimpangan jalan dengan pemandangan sejarah penamaan gedung itu sendiri.
di sepanjang Jalan Dago (kini Jalan Juanda) Seiring perjalanan waktu, gedung pernah
mengarah ke bawah. Rumah tersebut didesain menjadi kantor pers, markas militer, dan kantor
oleh arsitek Albert Frederik Aalbers (1897-1961) polisi. Pada 1982 lantai empat dibangun di atas
sebagai kediaman dia sendiri. Ruangan rumah atap, yang kemudian dihilangkan kembali saat
ada di lantai 2 dan 3, sedangkan kantor ada di restorasi pada 2007. Nama asli dalam bahasa
lantai dasar (Segaar 2000:59). Dinding di depan Belanda direstorasi kembali. Sayangnya, tiang
www.facebook.com/indonesiapustaka
dan di samping diberi balkon yang menonjol bendera (dan kutip tulisan nama) tidak direstorasi
keluar debagai sayap. kembali. Sekarang gedung digunakan sebagai
Gedung ini sering disebut sebagai “Tiga kantor Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Warna”. Nama itu merupakan terjemahan salah (BTPN) yang menggunakan atap kanopi berwarna
dari nama asli yang diberi oleh pendirinya: “De oranye. Oleh karena itu, baru sekarang gedung
Driekleur”. Nama kesayangan dalam bahasa berwarna tiga: abu-abu, putih, dan oranye.
284
ruanG HIJau
Kebon radja versus kebun raya sebuah kebun raja dibangun oleh pemerintah
Ruang hijau dalam kota, di dalamnya adalah taman- dengan uang negara. Masyarakat cenderung
taman kota, banyak dibangun pada abad ke-19. mengidentikkan pemerintah dengan raja karena
Hampir semua taman tersebut memiliki nama resmi, menurut pemahaman umum semua benda di
tapi oleh masyarakat pribumi semua taman tersebut negara merupakan milik raja.
disebut dengan satu istilah yang sama yaitu kebon Sementara kebun raya (bukan raja) adalah
raja (bukan raya). Bagi masyarakat, lingkungan sebutan modern untuk kebun botani, tidak untuk
yang penuh pepohonan dan bunga-bunga taman kota.
tersebut identik dengan “kebun” dan tidak selalu
disebut “taman”. Sebagai contoh, taman kerajaan Minat terhadap alam
di Nusantara, misalnya, Tamansari di Yogyakarta. Aliran romantisme pada abad ke-19 membangkit-
Tamansari tidak disebut kebun melainkan taman kan minat masyarakat terhadap alam. Orang
yang terdiri atas lahan luas namun jarang terdapat tertarik pada eksotisme alam dan siapa pun
tanaman, pohon hijau, serta bunga-bunga. yang bepergian membawa tanaman baru dari
www.facebook.com/indonesiapustaka
Apa alasan masyarakat menggunakan istilah perjalanan jauh mereka. Pada zaman itu, mulailah
“kebon raja”? Apakah karena terdapat banyak lahir konsep taman kota. Taman-taman tersebut
pohon jenis “palem raja” atau “pisang raja”? Atau terbuka untuk umum (gratis atau membayar) dan
ada alasan lain? Kata “raja” mungkin bermakna dibangun untuk memperindah kota yang saat itu
“besar” atau “luas”, merujuk pada luas serta semakin padat dan besar.
banyaknya tanaman dan pepohonan di sana. Kota-kota di Hindia Belanda tidak terlepas
Alasan lain dijelaskan bahwa pada umumnya dari tren tersebut. Generasi taman kota yang
r u a ng Hi ja u
pertama dibangun di tanah terbuka justru Bogor sebuah taman dibangun di halaman istana
sebelumnya memiliki fungsi lain, misalnya sebagai gubernur jenderal.
halaman pribadi, lapangan di depan rumah Bab ini menyajikan berbagai taman hijau
dinas pejabat tinggi, tempat latihan militer, atau yang berlokasi di tengah kota dengan sifat dan
lokasi pameran. Biasanya, taman-taman tersebut sejarahnya masing-masing. Kebanyakan foto
menjadi tempat hiburan untuk penduduk kota dibuat di siang hari, saat cuaca cukup terang
dari semua kalangan dilengkapi berbagai fasilitas untuk foto tetapi terlalu panas untuk berekreasi.
rekreasi. Beraneka macam pesta dan pertemuan Sore hari ketika cuaca mulai sejuk, taman mulai
dapat diadakan di taman kota. ramai dikunjungi banyak orang.
Sebagian taman telah dikorbankan dan
Taman lanskap menjadi bangunan tertentu, namun masih banyak
Gaya lanskap dengan tata ruang asimetris dan taman indah dilestarikan hingga sekarang. Mari
non-formal dengan kesan alami dan romantis kita berjalan-jalan ke taman tempo dulu yang
adalah gaya taman favorit pada abad ke-19. menyejukkan mata dan jiwa.
Lapangan rumput berbentuk elips, danau kecil
dengan jembatan cantik, berbagai macam
tanaman rendah dan pohon-pohon, jalanan yang
berlengkung-lengkung, dan bangunan kecil yang
tersebar mendominasi isi taman kota bergaya Gaya lanskap dengan
lanskap. Disebut juga sebagai gaya taman Inggris,
yang berbeda dengan gaya taman Prancis yang tata ruang asimetris
simetris, formal, dan berkesan non-alami.
dan non-formal
Orientasi di dalam kota
Rencana perluasan kota yang semakin besar pada dengan kesan alami
abad ke-20 banyak mengintegrasikan ruang hijau
kota dengan yang tidak lagi bergaya lanskap dan romantis adalah
melainkan memakai tata ruang sederhana yang
mudah dirawat dengan tumbuhan dekoratif yang
gaya taman favorit
mudah dipelihara.
Pada abad ke-19, biasanya taman dibangun
pada abad ke-19.
di lapangan tanah di depan, belakang, atau
samping kediaman penguasa kolonial. Banyak
Lapangan rumput
juga yang pada awalnya adalah sebuah lapangan
yang berfungsi sebagai semacam alun-alun
berbentuk elips, danau
sebelum akhirnya diubah menjadi taman hijau.
Di Cirebon, sebuah taman dibangun di belakang
kecil dengan jembatan
rumah residen dan di Kediri di samping rumah cantik, berbagai macam
residen. Terdapat juga taman yang dibangun
www.facebook.com/indonesiapustaka
286
r u a ng Hi ja u
Kebun tanaman negeri menguasai Jawa selama lima tahun dan Letnan
Gubernur Thomas Stamford Rafles (1781-1826)
tahun: sekitar 1900 tinggal di sana. Ia menyulap halaman istana
Lokasi: Kebun raya, Bogor menjadi taman bergaya Inggris, dengan bantuan
Judul: Groet uit Buitenzorg (salam dari perencana taman dari Inggris. Kemudian Inggris
Bogor) mundur pada 1816 dan diangkatlah seorang
‘s Landsplantentuin – Gouvernment gubernur Hindia Belanda bernama Godert
Botanical Garden Alexander Gerard Philip van der Capellen (1778-
Penerbit: toko Kwee tek soen 1848). Beliau datang bersama seorang ahli botani
Belanda asal Jerman yang bernama Caspar Georg
Di tengah Kota Bogor terdapat sebuah taman Carl Reinwardt (1773-1854). Pada 1817, mereka
hijau terbuka untuk umum. Pada masa sekarang secara resmi mendirikan taman botani dengan
taman tersebut bernama Kebun Raya. Pada nama ’s Landsplantentuin (Kebun Tanaman
awalnya taman ini tidak dirancang sebagai taman Negeri). Pada 1868 taman botani ini terpisah dari
www.facebook.com/indonesiapustaka
kota. Pada abad ke-17, VOC mulai membuka halaman Istana Bogor. Kemudian taman tersebut
hutan liar di sekitar tempat itu untuk perluasan tidak hanya berfungsi untuk kegiatan penelitian
wilayah. Tanah luas Buitenzorg didirikan pada dan pendidikan, tetapi juga terbuka untuk
1744 oleh Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf umum sebagai taman rekreasi. Kebun raya ini
Willem Baron van Imhoff (1705-1750). Beliau juga sering dipromosikan sebagai tujuan wisata yang
membangun Istana Bogor sebagai rumah dinas populer di Hindia Belanda pada masa itu hingga
para gubernur jenderal. Sejak tahun 1811 Inggris sekarang.
287
r u a ng Hi ja u
kediaman mereka saling berhadapan di alun-alun. pribumi disebut sebagai “sekolah raja”, sekarang
Namun di Bandung tidaklah demikian. Kabupaten menjadi Polwiltabes. Dinamakan “sekolah raja”
dibangun pada 1810 dengan sebuah alun-alun di bukan karena anak raja bersekolah di sana,
depannya, dan menghadap ke arah utara. Pada tetapi karena sekolah terletak di samping kebon
1819 (Voskuil 1996:21) “asistenan” dibangun 1,5 raja. Sekarang rumah asisten residen diganti
kilometer lebih utara di lokasi balai kota sekarang balai kota dan taman ini bernama Taman Balai
karena asisten residen pertama, tuan tanah Kota.
288
r u a ng Hi ja u
Sama halnya dengan taman-taman di kota berderet dan lingkungan yang ramai dengan
lain, taman kota ini oleh rakyat disebut Kebon kaum muda yang nongkrong sambil jajan jagung
Raja berdasarkan statusnya yang dimiliki oleh bakar di sore hari.
289
r u a ng Hi ja u
290
r u a ng Hi ja u
291
r u a ng Hi ja u
merupakan bagian dari Taman Sriwedari. Di gambar dengan kawat-kawat kasa sebagai dindingnya,
ini terlihat desain sesuai tren zaman itu. Ketika itu seperti model sangkar burung.
292
r u a ng Hi ja u
di atas yang lain. Sebagai penutup atas dibangun kawasan di sekitarnya. Nama geograis ini berasal
atap mengerucut. Diduga, pada abad ke-19 dari kata Jawa kabumen (ka-bumi-an) yang
bangunan ini merupakan pos penjaga di ujung berarti tanah luas dimiliki seorang tuan tanah
utara jalan yang menuju ke Keraton Kasepuhan. (Jansz 1906: 91).
293
r u a ng Hi ja u
1900), asisten residen Surabaya (Faber 1931:365). 1931:202). Kini taman berganti nama menjadi
Oleh penduduk setempat taman ini tidak disebut Taman Ade Irma Suryani Nasution. Di tengahnya
“Kebon Radja” melainkan “Kebon Matjan”. dibangun Monumen Bambu Runcing.
294
r u a ng Hi ja u
1989:235). Pada 1809 di sisi timurnya mulai Monumen singa dibongkar pada zaman
dibangun sebuah gedung pemerintahan yang pendudukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka,
besar, yang kini menjadi Kementerian Keuangan. lapangan tersebut diberi nama baru dari salah
Gedung tersebut juga dikenal sebagai Istana satu lambang nasional: Lapangan Banteng.
295
www.facebook.com/indonesiapustaka
296
r u a ng Hi ja u
r u a ng Hi ja u
Lapangan Gambir
tahun: sekitar 1910
Lokasi: Lapangan Monas, Jakarta
Judul: Weltevreden Koningsplein
– noord tijdens de Pasar Gamber
(Weltevreden Lapangan raja sisi
utara saat Pasar Gambir)
297
r u a ng Hi ja u
berarti Kepulauan Hindia. Nama “Indonesia” utamanya berupa pohon-pohon keras yang
mempunyai arti yang sama, namun menggunakan sebagian besarnya masih tumbuh hingga
kata dasar yang setara dari bahasa Yunani. sekarang. Kini taman ini dikenal sebagai Taman
Taman Insulinde dibangun pada 1910- Lalu Lintas Ade Irma Suryani. Selain berfungsi
an di jantung sebuah perluasan Bandung ke sebagai taman dan tempat bermain, taman ini
arah utara disebut Archipelbuurt (Lingkungan juga dijadikan pusat latihan membaca rambu-
Nusantara). Perluasan kota melibatkan kawasan rambu lalu lintas.
298
PErsIMPanGan
JaLan
Simpul pada jaringan jalan pengunjung. Namun posisi pojok tidak selalu
Selain jalanan, lapangan, bangunan, dan kawasan, memberi keuntungan. Menurut kepercayaan
persimpangan dan pojokan pun merupakan unsur masyarakat luas, posisi bangunan yang tertusuk
yang membentuk sebuah kota. Persimpangan oleh arah jalan di depannya, atau juga disebut
adalah simpul pada jaringan jalan tempat sebuah dengan posisi “tusuk sate”, merupakan posisi sial.
jalan bercabang atau tempat dua atau lebih ruas Bagi arsitek, merancang desain bangunan
jalan bertemu. Simpang tiga (pertigaan) dan pojok lebih menarik daripada bangunan di
simpang empat (perempatan) adalah dua jenis deretan tengah jalan. Sebuah bangunan pojok
persimpangan yang paling lazim. Simpang lima memiliki dua fasad. Ada banyak cara untuk
(perlimaan) lebih jarang ditemui. mengiringi belokan jalan dengan desain
bangunan yang ekspresif dan cantik. Sebuah
Bangunan pojok bangunan pojok sering kali menjadi landmark
Umumnya sebuah persimpangan lebih ramai yang mencolok untuk semua orang yang lewat.
daripada suatu jalan biasa. Karena bangunan di Dalam bab ini disajikan beberapa contoh, antara
pojokan lebih mudah terlihat daripada bangunan lain bangunan bermenara pada pojok dan
dalam deretan, lokasi di sudut persimpangan bangunan sebagai tengara bagi lalu lintas.
lebih disukai untuk urusan komersial atau
www.facebook.com/indonesiapustaka
simpang Lonceng (kini Jalan Suryo). Ke kanan kita masuk Kaliasin (kini
Jalan Basuki Rahmat). Nama “Simpang Lonceng”
tahun: Dikirim 1924 mengacu pada patung jam yang berdiri di tengah
Lokasi: Jalan suryo–Jalan Basuki rahmat, persimpangan.
surabaya Pada gedung putih pada sudut persimpangan
Judul: simpang soerabaja Jawa terbaca tulisan Simpangsche Apotheek yang
Penerbit: G. furukawa berarti Apotik Simpang. Gedung tersebut
dibangun pada 1896 dan direnovasi pada 1918
Di persimpangan “Simpang” di Surabaya, ujung dengan dibangun menara simetris pada kedua
selatan Jalan Tunjungan bersimpang dua. Jalan ke ujungnya, sebagaimana terlihat di foto ini. Pada
arah kiri mengikuti tepi barat Kali Mas mengarah ke 1930-an gedung akan direnovasi lagi dengan
hulu. Belokan ke kanan menuju ke tujuan yang sama gaya art déco. Sampai saat ini gedung tersebut
tetapi lebih langsung, karena memotong tikungan masih digunakan sebagai apotek. Patung jam
sungai. Kedua jalan disambung kembali di kawasan sudah diganti air mancur, tetapi lokasi oleh
www.facebook.com/indonesiapustaka
Keputran, sekitar satu kilometer ke arah lurus. Jalan masyarakat Surabaya tetap disebut dengan
ke kiri dahulu disebut dengan nama “Simpang” saja Simpang Lonceng.
301
Pe rsi mpa ng a n J a la n
nama “Parapattan” adalah salah satu nama jalan kiri dan kanan bernama Menteng. Pada sudut
yang menuju ke sana. Dalam hal ini, Prapatan barat laut dibangun sebuah gardu telepon yang
bukan nama persimpangan melainkan nama menjadi landmark. Sekarang perempatan di foto
jalan, yang memotong Kampung Prapatan. ini sudah tidak dapat dikenali lagi.
302
Pe rsi mpa ng a n J a la n
terdapat bangunan-bangunan kolonial Belanda (ke arah Jember) yang sekarang bernama Jalan
(“loji”). Sekarang lapangan tersebut dikenal Ahmad Yani.
dengan nama Taman Blambangan. Sekarang gardu telepon telah hilang dan
Saat foto dibuat, lokasi yang digambarkan diganti Taman Patung Pejuang atau juga dikenal
merupakan perbatasan Kota Banyuwangi sebelah sebagai Patung Perliman.
303
Pe rsi mpa ng a n J a la n
304
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Bangunan tusuk sate lokasi pasar ini sangat laris. Para elite senang
mengunjungi restoran ini untuk makan, minum,
tahun: sekitar 1910 dan menikmati hiburan. Pada wajah gedung
Lokasi: Jalan Pahlawan, surabaya terbaca tulisan dalam bahasa Prancis “Patissiers”
Judul: soerabaia restaurant Grimm & Co. (pembuat kue) dan “Cuisiniers” ( juru masak).
Penerbit: G.C.t. Van Dorp & Co. Lalu ada tulisan dalam bahasa Latin “Anno 1888”
yaitu tahun pembangunan. Pada 1896, Raja
Restaurant Grimm & Co. berdiri di sudut Chulalongkorn (1853-1910) dari Siam (Thailand)
persimpangan Kramat Ganung (ke kiri) dengan sangat terpukau ketika makan di Grimm & Co.
Pasar Besar (kini Jalan Pahlawan, ke kanan). Dengan banyak uang dan kata-kata manis beliau
Gedung ini berposisi “tusuk sate”. Maksudnya, membujuk koki kepala untuk mengikuti raja
bangunan “tertusuk” oleh arah jalan di depannya. pulang ke Siam. Namun, dalam waktu tidak lama
Orang Eropa tidak mempermasalahkan letak apa si koki pulang karena rindu (Maurik 1897:270).
pun, tetapi menurut anggapan masyarakat luas Dengan berjalannya waktu, restoran berganti
www.facebook.com/indonesiapustaka
di Asia posisi tersebut mempunyai nilai sangat pemilik beberapa kali tetapi nama baiknya
buruk dari sisi spiritual. Dipercaya, energi yang tidak pernah berubah, hingga tutup pada 1931.
datang dan pergi secara lurus bersifat tidak Kemudian bangunan beralih fungsi beberapa
baik dan bisa menyebabkan banyak kesialan, kali sebelum akhirnya dibongkar. Di lokasi ini
permasalahan, dan bencana. sekarang terdapat sebuah gedung baru. Sesudah
Meskipun demikian, rumah makan yang pelebaran jalan pada 1920-an, barisan pohon
didirikan oleh seorang Jerman di bekas cemara di kedua sisi jalan ditebang.
305
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Menara Jam
tahun: Dikirim 1921
Lokasi: Jalan Banceuy–Jalan asia afrika, Bandung
Judul: Bantjen-weg–Bandoeng (Jalan Banceuy - Bandung)
Penerbit: Visser & Co., Weltevreden
306
Pe rsi mpa ng a n J a la n
307
Pe rsi mpa ng a n J a la n
308
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Mojokerto, Belanda bermukim di tepi selatan pada 1920-an. Pada tahun 1950-an Bioskop
Sungai Brantas, di sebelah utara lokasi alun-alun Sirene berganti nama menjadi Bioskop Indra. Di
sekarang. Jalan berhadapan dengan permukiman bagian dalam dengan atapnya yang tinggi, kursi
tersebut, yang sekarang bernama Jalan Ahmad penonton dibagi dua: kelas atas yang di podium,
Yani, oleh Belanda disebut Voorstraat. Foto dan kelas kambing di bawah. Sekarang gedung
memperlihatkan persimpangan Voorstraat dibiarkan kosong dan menjadi sarang walet.
dengan Kediristraat yang sekarang bernama Jalan
309
Pe rsi mpa ng a n J a la n
karena jalan kelima belum dibangun. Singer dirombak pada 1992 dan dijadikan parkiran
Persimpangan dibangun dalam bentuk untuk kantor Graha Bumiputra, sebuah bangunan
bundaran. Pandangan mengarah ke barat dan besar yang sekarang mendominasi wilayah foto ini.
310
Pe rsi mpa ng a n J a la n
311
Pe rsi mpa ng a n J a la n
masing menggunakan warna merah, kuning, ini berfungsi sebagai hotel YMCA. Sekarang
dan hijau. Tiga kata tersebut dinyalakan secara gedungnya diganti kantor BCA yang modern.
312
Pe rsi mpa ng a n J a la n
313
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Kincir Lalu Lintas Pada dua sisi yang saling membelakangi terdapat
tulisan STOP yang berarti berhenti, sedangkan
tahun: sekitar 1923 pada kedua sisi lainnya ada kata VRIJ yang berarti
Lokasi: surabaya bebas. Dengan memutar rambunya, kata VRIJ dan
Judul: Verkeers-seinpaal soerabaia (tiang STOP ganti posisi lalu berlaku untuk kendaraan
sinyal lalu lintas surabaya) dari arah lainnya (Fokker 1932:6).
Penerbit: C.t. van Dorp & Co. Mengoperasikan alat tersebut tidaklah
gampang. Kincir lalu lintas itu diputar secara
Seorang petugas polisi mengatur lalu lintas manual oleh petugas polisi, sehingga si polisi
dengan menggerakkan sebuah perkakas disalahkan tatkala lalu lintas semrawut. Kerap kali
tinggi di tengah perempatan yang sepi saat para pengendara marah padanya (Fokker 1932:7).
difoto. Perkakas tersebut oleh Belanda disebut Di beberapa daerah di Jawa masih digunakan
verkeersmolen yang berarti “kincir lalu lintas”. kata prei yang berarti bebas atau libur. Kata prei
Disebut demikian karena dapat diputar. Pada berasal dari kosa kata Belanda vrij.
www.facebook.com/indonesiapustaka
314
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Perempatan Kebonrojo trem listrik ini, dibantu sebuah kincir lalu lintas
sebagai stopan manual. Pengendara sepeda perlu
tahun: 1929 hati-hati karena di permukaan jalan terdapat
Lokasi: Jalan Pahlawan, surabaya banyak rel trem. Ketika roda sepeda masuk rel trem
Judul: Pasar Besar Viersprong, soerabaja pengendara sepeda pasti akan jatuh terpeleset.
(Perempatan Pasar Besar, surabaya) Di titik fokus kamera terlihat sebuah gedung
Penerbit: H. van Ingen, soerabaja dengan dua menara, yaitu toko Pröttel & Co.,
yang dibangun pada 1912 dan kini dikenal
Pasar Besar (kini bernama Jalan Pahlawan) sebagai Gedung Brantas. Di samping kirinya
merupakan bagian jalur arteri yang memotong terlihat gedung kecil, yaitu gedung dinas
Surabaya dari utara ke selatan. Perempatan dalam pemadam kebakaran yang kini diganti bangunan
foto ini dikenal sebagai Perempatan Kebonrojo baru. Paling kiri tampak kantor perusahaan
karena di sini Pasar Besar (lurus) bersimpang Lindeteves-Stokvis yang dirancang pada 1911
dengan Jalan Kebonrojo (kiri-kanan). oleh tim arsitek Hulswit, Fermont, dan Cuypers.
www.facebook.com/indonesiapustaka
Dua petugas polisi berusaha mengatur lalu Bangunan tersebut sangat cocok di pojokan itu
lintas ramai di tempat pertemuan beberapa jalur karena bentuknya mengiringi belokan jalan.
315
www.facebook.com/indonesiapustaka
316
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Perempatan Braga
tahun: sekitar 1930
Lokasi: ujung utara Jalan Braga,
Bandung
Judul: Bragaweg Bandoeng
(Jalan Braga Bandung)
317
Pe rsi mpa ng a n J a la n
Polisi Berpayung Jawa. Jalan ke arah kiri adalah jalan raya ke arah
utara yang sekarang bernama Jalan Sungkono.
tahun: sekitar 1920 Jalan ke arah kanan adalah Jalan Yos Sudarso
Lokasi: Jalan Brawijaya, Kediri yang menuju ke pusat kota dan alun-alun. Jalan
Judul: Hoofd straat Kediri (Jalan utama tersebut saat itu merupakan jalan utama di
Kediri) pecinan Kediri. Sebelah kiri dalam foto tampak
Penerbit: toko Kanto semacam gedung kecil berarsitektur khas
Percetakan: Kawai & Co. Bandung Tionghoa. Bentuknya khas bangunan gapura
dengan halaman luas.
Dalam naungan keteduhan payung, seorang Sekarang semua bangunan dalam foto ini
petugas polisi mengatur lalu lintas di pertigaan. sudah berubah dan pertigaan yang sepi telah
Foto mengarah ke timur masuk Hoofdstraat (kini menjadi perempatan yang ramai. Fotografer
Jalan Brawijaya). Hoofdstraat berarti “Jalan Utama” membelakangi Sungai Brantas, berdiri di lokasi
dan memiliki status sebagai Postweg (Jalan Pos) pangkalan Jembatan Baru sekarang. Sekitar 25
www.facebook.com/indonesiapustaka
yang termasuk jaringan jalan utama di Pulau meter ke kanan ada Jembatan Lama.
318
LEnGGaK-LEnGGOK
DI JaLan PErtOKOan
di Eropa. Banyak pula pengusaha toko non- Toko Louvre (Makasar, Surabaya). Toko mereka,
Tionghoa membuka toko di jalan itu, karena seperti biasanya, merupakan jaringan usaha
mereka mencari keramaian. Namun, sebuah keluarga yang tersebar di berbagai kota.
deretan pertokoan lebih sering berkembang di
luar pecinan, dan juga di luar kawasan kota lama, Nama toko
biasanya di sepanjang jalan arteri perifer di kota Sungguh menarik tatkala kita menelisik
itu. Sebagai contoh, Bojong di Semarang dan nama-nama toko. Umumnya, nama toko
Tunjungan di Surabaya. sama dengan nama pemilik, mungkin dengan
Ruas-ruas jalan pertokoan modern, di kedua ditambah informasi tentang barang yang dijual.
bahunya pasti dibangun trotoar sebagai jalur Perkembangan selanjutnya, mereka menggunakan
khusus pejalan kaki yang sedikit lebih tinggi nama puitis nan menarik, terkadang berkaitan
daripada jalan. Kata trotoar berasal dari kosa dengan barang yang dijual atau tidak sama sekali:
kata Prancis trottoir berdasarkan kata kerja trotter Toko Ramee, Toko Bintang, Toko Terang Bulan.
yang berarti berjalan kaki. Sebuah trotoar tidak Pengusaha Tionghoa punya kecenderungan
boleh dijadikan terusan toko di sampingnya, untuk menggunakan nama Tionghoa, tetapi
sebagai halnya zona kaki lima yang sebelumnya juga semakin banyak nama Melayu dan Belanda,
merupakan pinggir jalan. Zona kaki lima misalnya Istana Mooi (Cantik)
merupakan bagian dari halaman rumah atau toko, Pengusaha Belanda punya kecenderungan
sementara trotoar adalah jalan umum. menggunakan nama Prancis, tampaknya agar
lebih keren. Pada zamannya, semua hal yang
Dunia pertokoan berbau Prancis identik dengan busana indah
Jalan pertokoan pada 1920 dan 1930-an banyak dan gaya hidup mewah. Di kota yang paling
yang bergaya internasional. Pengusaha toko bersuasana Eropa di Jawa, yaitu Bandung alias
sebagian besar berasal dari berbagai penjuru Het Parijs van Java (Parisnya Jawa), terdapat toko
dunia, jarang sekali pengusaha dari kalangan baju Au Bon Marché (Pasar Untung), toko sepatu
pribumi. Sektor perdagangan di Jawa dikuasai Au Chat Noir (Rumah Kucing Hitam). Ketimbang
pengusaha Tionghoa. Juga banyak ditemui “toko sebutan toko, kata maison lebih bergaya. Selain
Bombay” asal India dan pengusaha dari Armenia nama-nama Prancis, banyak toko juga memakai
yang berjualan kain. Studio foto banyak yang kata Prancis untuk menyebut aktivitas mereka
dibuka oleh orang Jepang (Ponder 1941:28- dengan konotasi lebih eksklusif. Contohnya
31). Kontribusi orang Arab biasanya berupa graveur (tukang ukir), horloger (tukang jam), mode
pembangunan dan penyewaan bangunan (pakaian tren), café (rumah minum), restaurant
pertokoan (Faber 1935:84). Pengusaha Eropa yang (rumah makan) yang menyediakan menu (daftar
berjualan di Hindia Belanda tak hanya berasal dari makan), institut de beauté (klinik kecantikan),
Belanda, tetapi dari banyak negeri Barat misalnya salon de coiffure (ruang pangkas rambut). Bahkan,
Italia. Sejak dahulu, Italia terkenal dengan cita banyak kosa kata Prancis meninggalkan jejaknya
rasa es krimnya yang dapat dicecap kelezatannya dalam kamus bahasa Indonesia modern.
di Ragusa (Batavia) dan Zangrandi (Surabaya). Sementara, kita dapat menemukan nama
Di sektor pertokoan serbaada berukuran Belanda untuk rumah makan, seperti Het
www.facebook.com/indonesiapustaka
besar, kongsi pengusaha keturunan Yahudi asal Snoephuis (Bandung, Batavia) yang berarti “rumah
Austria-Hungaria, yaitu Moritz Moses Adler enak”, Luilekkerland (Batavia) yang berarti “surga
(1854-1927), Herman Spiegel (?-1911), dan Ignacz dunia” dengan santapan lezat yang berlimpah
Bäck (1873-1955) memegang peranan penting. ruah. Sebuah kategori tersendiri adalah nama
Mereka pindah ke Hindia Belanda pada akhir toko Oen. Sejatinya Oen adalah nama yang aneh
abad ke-19 dan mendirikan Toko Adler (Kutaraja, lantaran berarti “orang dungu”, namun cukup
Padang, Surabaya), Toko Spiegel (Semarang), dan berhasil menarik perhatian pelanggan.
320
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
barat (arah Bogor) ke timur (arah Bandung), dan berdiri di depan pendopo kabupaten yang ada
Plaboeanstraat (Jalan Pelabuhan, kini Jalan Harun di sebelah kiri jalan. Pada 1928 sedikit lebih lurus
Kabir) yang bersimpangan dengan Jalan Raya Pos di sebelah kanan jalan akan dibangun Bioskop
dan mengarah ke selatan ke arah Pelabuhan Ratu. Capitol, yang sekarang menjadi Capitol Plaza.
Foto kartu pos memperlihatkan titik pertemuan Oleh karena itu, daerah di sekitarnya sekarang
kedua jalan. Papan arah di depan toko sebelah dikenal sebagai Kawasan Capitol.
321
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
abad ke-20, Jalan Braga sebagai jalan pertokoan Prancis, juga terdapat usaha lain misalnya pencuci
eksklusif dikenal sebagai pusatnya Het Parijs baju “Continental” dan studio foto “Light” yang
van Java (Parisnya Jawa), julukan Kota Bandung. tampak dalam foto ini.
322
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
utara Jalan Ciledug dan panorama mengarah ke 1922, disebut antara lain: kerajinan khas daerah,
utara. Jikalau kita belok ke kiri kita akan melewati barang perak, hiasan, kain, keperluan fotograi,
alun-alun lalu ke arah Bandung, sedangkan jalan barang kulit, dan kacamata anti debu (Dijck
ke kanan menuju ke pecinan dan ke pasar. 1922:62).
323
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Fotografer membelakangi Perempatan Ketandan menjadi toko buku dan alat tulis kantor “Melodi”.
(kini Jalan Mulyadi), foto mengarah ke barat. Sebelumnya ditempati toko roti dan kue “Varia”.
Toko keenam sebelah kanan adalah Toko Sebelah baratnya ada beberapa toko sinshe (obat
Muda, dengan fasade yang mirip rumah ketiga Tionghoa).
324
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Vredeburg. Barisan ruko tradisional di sepanjang dilintasi kendaraan ke arah kamera tetapi sekarang
jalan sejak 1920-an diberi wajah baru dan menjadi menjadi jalan satu arah ke arah terbalik, ke selatan.
325
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Pasar Baru yang mereka cari pasti akan didapat. Selain banyak
toko Tionghoa juga ada “toko Bombay” (India)
tahun: sekitar 1935 yang biasanya berjualan kain sutra, serta studio
Lokasi: Jalan Pasar Baru, Jakarta foto yang dikelola oleh orang Jepang. Di gedung
Judul: Pasar baroe, Batavia-C. putih besar didirikan sebuah rumah makan milik
orang Tionghoa tetapi punya nama Belanda yang
Pada foto yang dibuat dari posisi tinggi tampak romantis: Luilekkerland. Artinya “surga dunia”
barisan ruko khas Tionghoa. Namun di lantai, para dengan makanan enak berlimpah ruah.
pengelola toko Tionghoa pintar menyamarkan Di ujung utara jalan, tiba-tiba kita kembali
toko mereka, di dalam dan di luar, sebagai toko dari Eropa ke Pulau Jawa. Jalan berakhir di sebuah
Eropa, demi menyenangkan kaum kulit putih pasar tradisional: Pasar Baru, asalnya dari nama
sebagai kelompok sasaran yang dompetnya cukup jalan. Pasar Baru merupakan pasar kedua di
tebal. Sepanjang hari, jalan ini ramai seperti di wilayah Weltevreden, dibuka pada 1825 (Voskuil
jalan pertokoan di Eropa, penuh dengan orang 1989:85). Pasar pertama adalah Pasar Senen yang
www.facebook.com/indonesiapustaka
Eropa dan turis dari Amerika dan Australia. Semua dibuka pada 1735.
326
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Kayutangan (2) utara ini kita melihat dari kiri ke kanan: toko
buku, conisserie (toko manisan), toko susu,
tahun: Dikirim 1939 toko kacamata, toko roti, toko baju, studio foto,
Lokasi: Jalan Basuki rahmat, Malang toko baju lagi, dan toko bahan pangan. Dengan
nama-nama toko dalam bahasa Belanda, Jerman,
Pada pergantian abad ke-19, Kayutangan (kini Jalan Prancis, dan Inggris, Kayutangan bernuansa
Basuki Rahmat) di Malang masih dirindangi barisan Eropa. Tak heran, ada toko baju bernama Prancis
pohon peneduh (halaman 198). Pada 1919 pohon “Maison Jeanne”. Toko buku (di belakang pohon)
tersebut ditebang dan sebuah trotoar dibangun. merupakan cabang dari jaringan Kolff yang saat
Pada 1920, jalan ini adalah jalan pertama di Malang itu memiliki sembilan cabang di Pulau Jawa.
yang diaspal. Waktu itu, Kayutangan dikembangkan Juga terdapat sebuah toko bernama “Kawie”
sebagai daerah pertokoan eksklusif yang nyaman (dimaksudkan Gunung Kawi). Sayangnya tidak
untuk berbelanja dan jalan-jalan. Banyak gedung ada informasi barang apa yang dijual.
bergaya art déco yang merupakan lambang Sampai sekarang, banyak gedung lama di
www.facebook.com/indonesiapustaka
modernitas pada zamannya. jalan ini tetap berfungsi sebagai toko, walaupun
Inilah lokasi pertokoan penjual bermacam- sering kali wajah bangunan tertutup papan iklan
macam barang. Pada foto yang mengarah ke atau bungkusan pelat seng.
327
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
www.facebook.com/indonesiapustaka
328
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
tunjungan
tahun: sekitar 1935
Lokasi: Jalan tunjungan, surabaya
Judul: toendjoengan, sourabaya, Java
(D.E.I.)
329
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Sebelah kiri terlihat sebuah rumah makan masih dikelola oleh keluarga pendiri.
330
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Parman, di mana seorang petugas polisi sedang stanplat direlokasi ke tempat sekarang,
bertugas. Kamera mengarah ke utara ke alun- sekitar 100 meter ke arah lurus di sebelah kiri
alun. Digambarkan pusat pecinan Wonosobo, yang jalan, di sana dibangun bioskop Dieng Theater.
seperti biasanya, dibangun dekat pasar. Setelah 1985 menjadi Taman Plaza dengan di
Sebelah kiri terlihat bangunan cantik dengan belakangnya Rita Pasaraya Mall. Sekarang Toko
dua menara, yaitu Toko Ramee yang didirikan Ramee menjadi toko elektronik Sinar Dunia,
oleh Kwik Hwat Sing yang berjualan konveksi. Pada sedangkan Toko Kwik menjadi Jaya Digital.
331
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
toko Jepang dan toko Bombay yang biasanya berjualan kain sutra yang dalam
waktu sehari saja bisa ditransformasi menjadi baju
tahun: sekitar 1920
berkualitas tinggi (Ponder 1941:30).
Lokasi: Jalan aBC, Bandung
Sebelah kanan tampak toko Jepang “Nanyo
Judul: a.B.C. straat (Jalan a.B.C.)
& Co.” yang mengadakan “GROOTE UITVERKOOP”
Penerbit: tio tek Hong, Weltevreden
atau obral besar. Dalam bahasa Jepang, nama
(Batavia), no. t11572
Nanyo berarti Laut Selatan.
Pencetak: Weenenk & snel, Den Haag
Sejak 1920-an pasaran Hindia Belanda
(Belanda)
kebanjiran barang-barang murah dari Jepang yang
menggeser produk lain. Karena pemasokan barang
Seorang petugas polisi menjaga keamanan di kurang teratur dan tertentu, akhirnya Jepang tidak
perempatan Jalan ABC dengan Jalan Pasar Besar pernah berhasil mendominasi pasaran (Faber
di Bandung, foto mengarah ke timur. Jalan ABC 1935:228). Kegiatan ekonomi Jepang di Hindia
dibangun sekitar 1920 dan bernama demikian Belanda tampak sebagai kedok untuk spionase
www.facebook.com/indonesiapustaka
karena menuju ke toko ABC, yaitu bangunan (Taselaar 1995:1081). Mau tidak mau, para
pojok sebelah kanan fotografer di luar sudut pedagang Jepang berlaku sebagai mata-mata.
kamera. Tampak dua bangunan toko yang Siapa pemimpin, mana gedung penting, kekuatan
simetris. Pada bangunan sebelah kanan tertulis: tentara dan keterangan lain sebagainya dicatat
“D. CHELLAR - TOKO BOMBAY DARI SINGAPORE - dan dikirim ke tanah air mereka. Pada saat perang
HARGA MOERAH”. Dengan istilah “Toko Bombay” berlangsung, mereka sudah tahu semua yang
dimaksudkan toko milik orang Hindia Inggris perlu dikejar, dihancurkan, dan diambil alih.
332
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Istana es krim Zangrandi Siola), pada 1930 didirikan “Tutti Frutti Ice-
Cream Palace” (Istana Es Krim Buah-Buahan),
tahun: sekitar 1935 oleh seorang pengusaha Italia bernama Renato
Lokasi: Jalan tunjungan, surabaya Zangrandi (Buitenweg 1980:90). Sekarang istana
Judul: tutti frutti Ice-Cream Palace. es krim ini masih beroperasi, tetapi pada 1950-an
Eigenaar r. Zangrandi (Istana pindah ke Jalan Yos Sudarso. Alamat lama di foto
Es Krim Buah-Buahan. Pemilik r. ini sekarang menjadi parkiran.
Zangrandi) Rekaman malam memperlihatkan teras yang
Penerbit: tob Groen & Co., amsterdam sangat penuh. Sepertinya diadakan pesta. Terlihat
dari papan iklan pada dinding, di kafe restaurant
Di seluruh dunia, es krim dari Italia mendapat ternama ini, selain pesan es krim, tamu juga dapat
reputasi sebagai es krim paling enak. Siapa yang pesan bir Jerman bermerek Beck’s, atau bermerek
bisa membuatnya lebih enak daripada orang Kloster (artinya: biara). Di seluruh dunia, bir hasil
Italia sendiri? Di ujung utara Jalan Tunjungan produksi biarawan mendapat reputasi sebagai bir
www.facebook.com/indonesiapustaka
333
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
Isi Bensin
tahun: sekitar 1925
Lokasi: Jalan Gemblongan, surabaya
Judul: Benzine-depot BPM op
Gemblongan soerabaia (Depot Bensin
BPM di Gemblongan surabaya)
Penerbit: G.C.t. Van Dorp & Co,
surabaya
334
Le ng g a k - Le ng g ok di J a la n Pe rtokoa n
www.facebook.com/indonesiapustaka
335
Daftar PustaKa
Akhudiat: Masuk kampung keluar kampung, Bruggen, M.P. van & Wassing, R.S.: Djokja en
Surabaya kilas balik (Henk Publika, Surabaya Solo Beeld van de Vorstensteden (Asia Maior,
2008) Purmerend 1998)
Akihary, H.: Architectuur & stedebouw in Indonesië Bruijn, M. de & Kist, B.: Johannes Rach 1720-1783
1870/1970 (De Walburg Pers, Zutphen 1990) Artist in Indonesia and Asia (National Library of
Akihary,H.: Ir. F.J.L. Ghijsels Architect in Indonesia Indonesia, Jakarta/ Rijksmuseum, Amsterdam
(1910-1929) (Seram Press, Utrecht 1996) 2001)
Ananda Astrid Adrianne & Anastasia Dwirahmi: Budi Rahayu Tamsyah: Kamus lengkap Sunda-
Pecinan Semarang. Sepenggal Kisah, Sebuah Indonesia Indonesia-Sunda Sunda-Sunda (Pustaka
Perjalanan (KPG, Jakarta 2013) Setia, Bandung 1996)
Atas S. Danusubroto: RAA Cokronagoro 1 Pendiri Buitenweg, H.: Slenter door Semarang (Thomas &
Kabupaten Purworejo (2008) Eras, Den Haag, 1975)
Ballegoijen de Jong, M. van: Spoorwegstations op Buitenweg, H.: Bandoeng (Servire, Katwijk 1976)
Java (De Bataafsche Leeuw, Amsterdam 1993) Buitenweg, H.: Krokodillenstad (Servire, Katwijk
Begrooting van Nederlandsch-Indië voor het 1980)
dienstjaar 1890, afdeeling IV, Burgerlijke en Colijn, H.: Neerlands Indië, Eerste Deel (Elsevier,
openbaare werken Amsterdam 1911)
Bijlmer, J: Ambulante Straatberoepen in Surabaya Colijn, H.: Neerlands Indië, Tweede Deel (Elsevier,
(VU, Amsterdam 1987) Amsterdam 1912)
Blink, H.: Nederlandsch Oost- en West-Indië Coolhaas, W.P.: Insulinde mensch en maatschappij
(Boekhandel en Drukkerij v.h. E.J. Brill, Leiden (W. van Hoeve, Deventer 1941)
1905) Couperus, L.: Oostwaarts (L.J. Veen, Amsterdam/
Blussé. L.: Chinezen in de Archipel (majalah: Antwerpen 1992)
Weerzien met Indië, jilid 23, Waanders, Zwolle Davison, J.: Singapore Shophouse (Talisman
1995) Publishing, Singapore 2010)
Boeke, J.H.: Inleiding tot de economie der Devina S. Raditya, e.a.: Ministry of Finance
inheemsche samenleving in Nederlandsch-Indië Building, The White House of Weltevreden (Pusat
(H.E. Stenfert Kroese’s uitgevers-mij, Leiden/ Dokumentasi Arsitektur, Jakarta 2005)
Amsterdam 1936)
Diessen, J.R. van: Soerabaja 1900-1950 (Asia
www.facebook.com/indonesiapustaka
Douglas, Carstairs: Chinese-English Dictionary Gunawan Tjahjono (ed) e.a.: Indonesian heritage
of the Vernacular or Spoken Language of Amoy volume 6 Architecture (Archipelago Press,
(Presbyterian Church of England, London 1899) Singapore 1998)
Drissen, E. : Vastgelegd voor later, Indische foto’s Haslinghuis, E.J. & Janse, H.: Bouwkundige termen
van Thilly Weissenborn (Sijthoff, Amsterdam 1983) (Primavera Pers, Leiden 2005)
Dulleman, C.J. van: Tropical Modernity, Life and Hattstein, M. & Delius, P.: Islam, Kunst und
Work of C.P. Wolff Schoemaker (SUN, Amsterdam Architektur (Könemann, Köln 2000)
2010) Heijboer, P.: Reizen door een onvoltooid verleden
Duparc, H.J.A.: De elektrische stadstrams op Java (De Haan, Haarlem 1980)
(WYT, Rotterdam 1972) Heuken S.J., A. : Historical Sites of Jakarta (Cipta
Dwi Cahyono: Malang telusuri dengan hati (Inggil, Loka Caraka, Jakarta 2000)
Malang 2007) Hoëvell, R.V. van: Reis over Java, Madura en Bali
Eliot, J., e.a.: Footprint Indonesia Handbook (1849)
(Footprint, Bath 2001) Huyssen van Kattendyke, W.J.C.: Met prins Hendrik
Elout, C.K.: Indisch Dagboek (van Stockum, Den naar de Oost. de reis van W.J.C. Huyssen van
Haag 1936) Kattendijke naar Nederlands-Indie, 1836-1838.
(Walburg Pers, Zutphen 2004)
Faber, G. H. von: Oud Soerabaia (Soerabaia, G.
Kolff & Co, 1931) Ichsan M.: Bandung Digambar Euy! (Art Paper
Publishing House, Bandung 2006)
Faber, G. H. von: Nieuw Soerabaia (Soerabaia, H.
van Ingen, 1935) Janssen, J.H.: Uittrekselen uit aanteekeningen
gehouden op eene reize in Oost-Indië (dalam
Fiell, C. & Fiell, P.: The Story of Design (Goodman
majalah: De Oosterling (K. van Hulst, 1834).
Fiell, London 2013)
Jansz, P.: Practisch Javaansch-Nederlandsch
Fokker, H.G. jr.: Automatische verkeersregeling op
Woordenboek (G.C.T. van Dorp, Semarang/
kruispunten van wegen (majalah Locale Techniek,
Soerabaja/Bandoeng/’s-Gravenhage 1906)
edisi Oktober 1932)
Jongh Visscher, J.H.: Geschiedenis der bouwkunst
Gonggryp, G.F.E.: Geïllustreerde Encyclopaedie van
(Gottmer, Haarlem – Antwerpen 1948)
Nederlandsch-Indië (Leidsche Uitgeverij, Batavia/
Leiden 1934) Jonkie Tio: Semarang City, a Glance into the Past
(Semarang 2007)
Graaf, H.J. de: De Javaansche Vorstenlanden
www.facebook.com/indonesiapustaka
in oude ansichten (Europese Bibliotheek, Handinoto, M.T.: Arsitektur dan Kota-kota di Jawa
Zaltbommel 1973) pada Masa Kolonial (Graha Ilmu, Yogyakarta 2010)
Graaf, H.J. de: Batavia in oude ansichten (Europese Handinoto, M.T.: Perkembangan Kota & Arsitektur
Bibliotheek, Zaltbommel 1970) Kolonial Belanda di Malang (Andi, Yogyakarta
1996)
Graaf, H.J. de: Wonderlijke verhalen uit de Indische
historie (Moesson, Den Haag 1981) Ki Sabdacarakatama: Sejarah Keraton Yogyakarta
(Narasi, Yogyakarta 2009)
337
D a f ta r P u sta ka
Knaüd, J.M.: Herinneringen aan Soekaboemi Ovek, A.: Stortdammen en Leidingen (dari majalah:
(Moesson, Den Haag 1980) Tijdschrift van het Koninklijk instituut van
Komunitas Lintas – Budaya Indonesia: Peranakan ingenieurs, Afdeeling Nederlandsch-Indië, Nr.1,
Tionghoa Indonesia (Intisari, Jakarta 2009) Januari 1897, lampiran A)
Kong Yuanzhi: Musim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Oey, E.: Java (Periplus, Singapore 1997)
Perjalanan Muhibah di Nusantara (Obor, jakarta Peterson, K.: In het voetspoor van Louis Couperus,
2000) Pasoeroean door de lens van Salzwedel (KIT,
Amsterdam 2009)
Krisnina Maharani Tandjung: House of Solo (Times,
Singapore 2001) Peverelli, P.: De zorg voor de volksgezondheid in
Nederlandsch-Indië (W. van Hoeve, ‘s-Gravenhage
Leerdam, B.F. van: Architect Henry Maclaine
1947 )
Pont, een speurtocht naar het wezenlijke van de
Javaanse architectuur (Eburon, Delft 1995) Pfeiffer, B.B. : Frank Lloyd Wright (Benedict
Taschen, Köln 1991)
Loosjes, A.: Algemene konst-en letterbode voor het
jaar 1835 (Haarlem, 1835) Ponder, H.: Java’s pracht en praal (Deventer, W.
van Hoeve, 1941)
Mahandis Y. Thamrin: Sang Naga di Barat Jakarta
(dalam majalah: National Geographic Indonesia, Prinsen Geerlings, H.C.: Van Java’s noordkust
Februari 2014) (Amersfoort, S.W. Melchior, 1935)
Maurik, J. van: Indrukken van een totok Prinsen Geerlings, H.C.: Van Java’s noordkust
(Amsterdam, van Holkema & Warendorf, 1897) tweede serie (Amersfoort, S.W. Melchior, 1935)
Merrilees, S.: Batavia in nineteenth century Rachmat Ruchiat: Asal-usul nama tempat di
photographs (Archipelago Press, Singapore2004) Jakarta (Masup, Jakarta 2011)
Merrilees, S. Greetings from Jakarta, Postcards of a Ravesteijn, W. & Kop., J.: Bouwen in de Archipel,
capital 1900-1950 (Equinox, Jakarta/Kuala Lumpur Burgerlijke openbare werken in Nederlands-Indië
2012) en Indonesië 1800-2000 (Walburg Pers, Zutphen
2004)
Multatuli: Max Havelaar of de kofiveilingen der
Nederlandsche Handelmaatschappy (Bert Bakker, Rimmer, P.J., Dick, H.: The city in Southeast Asia
Amsterdam 2005) (National University of Singapore, 2009)
Nieuwenhuys, R.: Baren en Oudgasten Rusyanti: Pecinan kuno di Kota Cirebon (Skripsi
(Amsterdam, Querido 1981) FIB UI, Depok 2006)
Nieuwenhuys, R.: Komen en blijven (Amsterdam, Rutten-Pekelharing, C.J.: Verhalen over Indië
Querido 1982) (Koloniaal Instituut, Amsterdam 1925)
Nieuwenhuys, R.: Met vreemde ogen (Amsterdam, Schaik, A. van: Malang Beeld van een stad (Asia
Querido 1988) Maior, Purmerend 1996)
Nijs, B. de: Tempo Doeloe, fotograische Schoppert, P. & Tara Sosrowardoyo: Java style
documenten uit het oude Indië (Querido, (Thames and Hudson, Didier Millet, Singapore
Amsterdam 1961) 1997)
www.facebook.com/indonesiapustaka
Nuhout van der Veen. J.: Irrigatie en landbouw op Segaar-Höweler, D. C., & Boersma, T.: A.F. Aalbers
Java (majalah Onze Eeuw , jaargang 7 eerste deel) (1897-1961) Ondogmatisch modernist in een
(erven F. Bohn, Haarlem 1907) koloniale samenleving (Bonas, Rotterdam 2000)
Olivier, J. Jz.: De Oosterling nr. 2 (Van Hulst, Purwanto, L.M.F. & Soenarto, R.: Menapak jejak-
Kampen 1834) jejak sejarah kota lama Semarang (Bina Manggala
Widya, Bandung 2012)
338
D a f ta r P u sta ka
Slamet Mulyono: Kamus Pepak Basa Jawa Tio Tek Hong: Keadaan Jakarta Tempo Doeloe,
(Pustaka Widyamata, jakarta 2008) Sebuah Kenangan 1882-1959 (Masup, Jakarta
2006)
Slamet S. & Moechtar: Senen 200 tahun
(Kelurahan Senen, Jakarta 1969) Tjatja Kusawara: Gedung Sate Monumen Terindah
di Nusantara (Biro Hubungan Masyarakat,
Smitt, A. De waterleiding van Batavia
Bandung 2000)
(Landsdrukkerij, Batavia 1922)
Turner, J. (ed): The Dictionary of Art (Grove, New
Soetrisno, R. : Ensiklopedia Seni Budaya Jawa
York – Macmillan, London 1996)
Timur Pendekatan Kajian Budaya (SIC, Surabaya
2008) Veth, P.J.: Uit Oost en West, Verklaring van
1000 woorden uit Nederlands-Indië (L.J. Veen,
Sudarsono Katam Kartodiwirio: Bandung kilas
Amsterdam/Antwerpen 2003)
peristiwa di mata ilatelis (Kiblat, Bandung 2006)
Vos, H.B.: Kratonkoetsen op Java (De Bataafsche
Sudarsono Katam & Lulus Abadi: Album
Leeuw, Amsterdam/Dieren 1986)
Bandoeng Tempo Doeloe (NavPress, Bandung
2006) Voskuil, R.P.G.A., e.a.: Bandoeng Beeld van een stad
(Asia Maior, Purmerend 1996)
Sugeng Priyadi: Sejarah Kota Purwokerto (dalam:
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 9, No. 1, Voskuil, R.P.G.A.: Batavia Beeld van een stad
Februari 2008: 106-118) (Fibula, Houten 1989),
Suryadinata, L.: Prominent Indonesian Chinese, Warren, W: Asia’s Legendary hotels (Periplus,
Biographical Sketches (Institute of Southeast Asian Singapore 2007)
Studies, Singapore 1995) Westermann: Grosser Atlas zur Weltgeschichte,
Suyadi Atmodikoesoemo: Babad Banyumas dan (Georg Westermann Verlag, Braunsweig 1981)
Sekitarnya (Purwokerto, 1988) Wit, A. de: Java facts and fancies (Singapore,
Taselaar, A.: Op weg naar de Tweede Wereldoorlog Oxford University Press, 1953)
(majalah: Weerzien met Indië, jilid 45, Waanders, Wormser, C.W.: Drie en dertig jaren op Java (Ten
Zwolle 1995) Have/ Vorkink, Amsterdam/Bandoeng 1941)
Taylor, J.G.: The Social World of Batavia: European Zein M. Wiryoprawiro: Perkembangan Arsitektur
and Eurasian in Dutch Asian (University of Masjid di Jawa Timur (Bina Ilmu, Surabaya 1986)
Wisconsin Press, London 1983) Zoetmulder, P.J.: Kamus Jawa Kuna-Indonesia,
cetakan keenam. (Gramedia, Jakarta 2011)
www.facebook.com/indonesiapustaka
339
InDEKs KOta
D P W
Demak 44 Pasuruan 62, 231, 279 Wonosobo 15, 27, 146, 262, 330
Pekalongan 188
G Probolinggo 220, 233 Y
Garut 13, 49, 81, 175, 323 Purwakarta 82 Yogyakarta 5, 7, 36, 67, 69, 91,
Purwokerto 84 143, 161, 165, 200, 308, 325
J Purworejo 12, 45
Jakarta (Batavia) 57, 58, 59, 80,
83, 92, 98, 102, 103, 107, 110, R
117, 127, 137, 149, 182, 195, Rangkasbitung 186
www.facebook.com/indonesiapustaka
Buku ini menyajikan sejarah kota-kota di Pulau Jawa. Sebanyak 277 lembar kartu pos koleksi penulis akan
membawa pembaca pada sejarah 44 kota yang terletak di ujung barat hingga ujung timur Jawa. Pemandangan
kota yang indah, unsur pembentuk kota berikut struktur dan sejarahnya, serta toponimi suatu kota diceritakan
dengan lugas dan jernih dalam buku ini. Membaca jejak-jejak lama lewat kartu pos dalam buku ini, bukan tak
mungkin kita bakal membuka narasi baru suatu kota.
www.facebook.com/indonesiapustaka
SEJARAH
ISBN: 978-979-91-0887-6
KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)
Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 Lt. 3
Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
Telp. 021-53650110, 53650111 ext. 3362-3363
Fax. 53698044, www.penerbitkpg.com
redaksi.kpg@gramediapublishers.com
KPG: 59 15 01001
Facebook: Penerbit KPG; Twitter: @penerbitkpg