Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMMAE
DI RUANG TULIP IC
RSUD ULIN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:
DONA KRISTINA 11194692110097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : CA MAMMAE


NAMA MAHASISWA : DONA KRISTINA
NIM : 11194692110097

Banjarmasin, Oktober 2021

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Suci Kurniya, S.Kep., Ns Onieqie Ayu Dhea Manto, S.Kep., Ns


NIP. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : CA MAMMAE


NAMA MAHASISWA : DONA KRISTINA
NIM : 11194692110097

Banjarmasin, Oktober 2021

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Suci Kurniya, S.Kep., Ns Onieqie Ayu Dhea Manto, S.Kep., Ns


NIP. NIK.

Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. 1166102012053
A. Anatomi dan Fisiologi Mammae (Payudara)
1. Anatomi Mammae
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan di atas otot dada,
tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri, payudara manusia berbentuk kerucut
tapi seringkali berukuran tidak sama, payudara dewasa beratnya kira-kira 200
gram, yang umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara
membesar mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram (Amalia,
2018).
Menurut Amalia (2018), payudara sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Korpus Mammae
Badan payudara seutuhnya, didalamnya berisi jaringan ikat, kelenjar
lemak, saraf, pembuluh darah, kelenjar getah bening, kelenjar payudara yang
berisi sel-sel dan kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b. Areola
Area yang gelap yang mengelilingi puting susu, warnanya ini disebabkan
oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit. Parubahan warna pada
aerola tergantung pada warna kulit dan adanya kehamilan. Selama kehamilan
warna aerola akan menjadi lebih gelap dan menetap. Pada daerah ini
didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang akan
membesar selama kehamilan, kelenjar ini akan mengeluarkan suatu bahan
yang dapat melicinkan areola selama menyusui. Pada areola terdapat duktus
laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
c. Papilla Mammae atau Puting Susu
Letaknya bervariasi sesuai ukuran payudara, terdapat lubang-lubang
kecil di puting yang merupakan muara dari duktus laktiferus (tempat
penampungan ASI). Pada puting juga didapatkan ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah.
Gambar 1. Bagian-bagian Payudara

(Sumber: Rahayu, 2016)


2. Fisiologi
Menurut Rayahu (2016) payudara mengalami 3 macam perubahan yang
dipengaruhi hormon, yaitu:
a. Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang dipengaruhi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi,
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal, kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara
menjadi tegang dan nyeri, begitu menstruasi mulai semuanya berkurang.
c. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul, duktus
alveolus berploliferasi dan hipofise anterior memicu laktasi. Air susu di produksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu.

B. Konsep Dasar Penyakit Ca Mammae


1. Definisi
Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinoma mamae adalah
penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang
dapat mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturase sel
(Wijaya, Dkk. 2013).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh
ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan
progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif & Kusuma,
2015).
Menurut Brunner dan Suddarth (2015) faktor-faktor risiko timbulnya ca
mammae yaitu:
a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara
sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya
terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika
kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
c. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai
anak pertama mereka pada usia 20 tahun.
e. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan
risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang
telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko
sepertiganya.
f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara
disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai
risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia
30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.
h. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopause. Bagaimanapun,
wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
i. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun
dengan cepat setelah penghentian medikasi.
j. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang
(lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko.
Sementara penambahan progesterone terhadap penggantian estrogen
meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan kanker
payudara.
k. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara
dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur misal Prancis dan Itali,
angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa
wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker
payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat.
Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan
lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan
pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat
berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk.,2015).

3. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histogical Classifiacation of Breast Tumor dalam
Nugroho (2011) dan Shadin (2012) kanker payudara diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Kanker payudara non-invasif
Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara
alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan putting payudara}. Dalam
bahasa kedokteran disebut ‘ductal carcinoma in situ’ (DCIS), yang mana kanker
belum menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu.
b. Kanker payudara invasif
Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta menyerang
lemak dan jaringan konektif payudara di sekitarnya. Kanker dapat bersifat
invasive (menyerang) tanpa selalu menyebar (metastatik) ke simpul limfe atau
organ lain dalam tubuh.

4. Patofisiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan
sehingga dapat menyebabkan kanker payudara (Nurarif, 2015). Mula-mula terjadi
hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut
menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7
tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup
besar untuk dapat diraba (kirakira berdiameter 1 cm) sehingga mendesak sel saraf
akan terjadi interupsi sel yang menyebabkan terjadinya nyeri (Price, 2012).
Sel kanker pada mammae yang mengalami gangguan suplai nutrisi ke
jaringan karsinoma sehingga terjadi hipermetabolisme ke jaringan sehingga
jaringan lain akan hipermetabolisme mengakibatkan penurunan BB. Pembesaran
pada mammae akan mendesak jaringan sekitar sehingga menekan jaringan pada
mammae dan terjadi peningkatan konsistensi mammae. Peningkatan konsistensi
mammae akan menyebabkan masalah psikologis pada pasien gangguan citra
tubuh, kecemasan disebabkan ukuran mammae yang abnormal. Mammae
membengkak disebabkan masa tumor mendesak jaringan luar sehingga perfusi
jaringan terganggu akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis)
kemudian timbul luka kanker. Pembesaran sel mammae akan mendesak
pembuluh darah sehingga aliran darah terhambat dan menimbulkan hipoksia pada
jaringan akan terbentuk nekrosis hal tersebut sebagai media patogen untuk masuk
sehingga timbul infeksi (Astuti, 2013).
Mammae mengalami pembengkakan sehingga masa tumor akan mendesak
ke jaringan luar menyebabkan infiltrasi pleura periatale menyebabkan ekspansi
paru mengalami penurunan sehingga pola nafas tidak terjadi (Nurarif, 2015).
Pathway
Faktor risiko
- Genetik Pertumbuhan CA
- Hormonal sel abnormal MAMMAE
- Dan lingkungan

Hiperplasia pada sel Merusak Interupsi


mammae sel syraf sel syaraf

Nyeri Akut

Mendesak jaringan Mensuplai nutrisi ke jaringan ca Mendesak pembuluh darah


sekitar

Hipermetabolisme ke jaringan Aliran darah terhambat


Menekan jaringan pada
mammae
Penurunan metabolisem ke Hipoksia
jaringan lain sehingga BB
Peningkatan konsistensi menurun
mammae Bakteri patogen
Defisit nutrisi

Risiko infeksi

Ukuran mamme
Mammae abnormal
membengkak

Gangguan citra Ansietas


tubuh
Massa tumor ke
jaringan luar

Perfusi jaringan Infiltrasi pleura


terganggu perietale

Ekspansi paru
Ulkus
menurun

Gangguan
Pola nafas tidak
integritas
efektif
kulit Sumber : Astuti (2013), Nurarif (2015), PPNI (2017) dan
Price (2012)
5. Manifestasi Klinis
Tanda carsinoma mammae mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada
tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain
nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Nurarif
& Kusuma, 2015)
Menurut Wijaya (2013), tanda dan gejala kanker payudara yaitu:
a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus) atau
puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)
c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)
d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)
e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).
f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
h. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-
awalnya tidak terasa sakit.
i. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara
j. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes RI (2018), pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan
untuk ca mammae yaitu:
a. Laboratorium meliputi
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
5) Pemeriksaan sitologik Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada
penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau
cairan yang keluar dari ekskoriasi
b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi
kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
g. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada
organ lain
h. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
speredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

7. Stadium dan Grade Ca Mammae


Menurut Mulyani (2013) dan Olfah (2013) stadium atau grade penyakit
kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian atau pemeriksaan dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran atau perkembangan kanker tersebut. Stadum atau
Grade hanya dilakukan pada kanker ganas dan tidak ada pada kanker jinak.
a. Stadium
1) Stadium 0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau non invasive Cancer yaitu kanker
tidak menyebar keluar dari pembuluh darah/saluran payudara dan kelenjar-
kelenjar (lobules) susu pada payudara.
2) Stadium 1
Ukuran tumor diameter <2 cm, tidak terdapat metastatis pada
aksila/ketiak dan tidak meluas pada kulit atau otot.
3) Stadium II A
Pada stadium ini tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah
ditemukan pada titik-titik saluran getah bening di ketiak (axillary limph
nodes). Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm,
belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak (axillary
limph nodes). Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara tapi ditemukan
pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
4) Stadium II B
Benjolan pada stadium dua telah ber ukuran kurang lebih dua namun
tidak lebih dari lima sentimeter dengan penyebaran sudah sampai ke
kelenjar susu dan daerah ketiak. Pada stadium ini kemungkinan sembuh
adalah 30-40%. Jika sudah diketahui penderita kanker pada stadium 2 maka
biasanya dilakukan operasi dengan pengangkatan sel-sel kanker yang ada
pada tubuh.
5) Stadium III A
Tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya
dengan atau tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain, atau
tumor dengan metastasis aksila yang melekat.
6) Stadium III B
Tumor telah menyebar ke kulit payudara, dinding dada, atau nodus limfe
mamae internal, termasuk inflamasi kanker payudara.
7) Stadium IV
Pada stadium kanker sudah begitu parah sudah menjalar ke bagian
tubuh lain. Sehingga tidak ada jalan lain selain pengangkatan payudara.
Kanker juga telah bermetafisis yaitu kanker telah menyebar dari payudara
dan kelenjar getah bening di sekitar ketiak ke bagian lainnya seperti paru,
tulang, hati dan otak kanker pada payudara itu bisa membengkak dan
pecah, kalo sudah begini bau busuk dan anyir akan keluar dari buah dada.
b. Tingkatan Grade
1) Grade 1
Merupakan grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam
perkembangannya dan biasanya tidak menyeba.
2) Grade 2
Pada grade tingkat sedang sel kanker memang tidak lambat namun juga
tidak cepat, jadi sedang. Namun tetap berbahaya.
3) Grade 3
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar pada system TNM. TNM merupakan singkatan dari “T” tumor
size(ukuran tumor), “N” yaitu node (kelenjar getah bening), “M” yaitu
metastasis (penyebaran jauh).

8. Komplikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) komplikasi yang dapat terjadi pada ca
mammae yaitu:
a. Gangguan neuromuskular
b. Metastatis (otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebrata, iga, tulang panjang)
c. Fraktur patologi
d. Fibrosis payudara

9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wijaya (2013) dan Nurarif (2015) penatalaksanaan medis yang
dapat dilakukan pada ca mammae yaitu:
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot
pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding
dada tidak diangkat.
3) Lumpektomi/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal
yang berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision/mastektomi parsial
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
c. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga
digabung dengan therapi endokrin lainnya.

10.Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011) pengkajian meliputi ca mammae meliputi:
a. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama,
status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung
jawab.
b) Keluhan
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian payudara dan adanya
benjolan
c) Riwayat Penyakit Sekarang
(1) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang
dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin
mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
(2) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai
membesar.
(3) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting
susu pada wanita yang tidak hamil.
(4) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
(5) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu
makan, mual, muntah, ansietas.
(6) Terdapat edema (bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam
kulit, dan ulserasi.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
(1) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
penyakit payudara jinak, hyperplasia tipikal.
(2) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami
kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai
resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
(3) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi
penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15
tahun) seperti estrogen suplemen.
(4) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral. 5)
Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan
makanan yang memakai penyedap dan pengawet.
(5) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi
pertama pada usia yang relative muda dan menopause pada usia
yang relative lebih tua.
(6) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah
melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia
yang relative lebih tua (lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
(1) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu,
anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat
dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun.
Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara
langsung.
(2) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium.
(3) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
(4) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker
payudara atau ovarium.
(5) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
2) Pemeriksaan fisik fokus
a) Keadaan Umum
Di kaji tingkat kesadaran klien, berat badan, tinggi badan, tekanan
darah, suhu, respirasi, nadi.

b) Dada
(1) Inspeksi
- Pada stadium 1, biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri
dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada
payudara dengan ukuran 1-2 cm.
- Pada stadium 2, biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri
dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran
dengan tumor 2,5-5 cm.
- Pada stadium 3A, biasanya dada klien juga tidak simetris kiri
dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang
sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
- Pada stadium 3B, bentuk dada juga tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah
melebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit,
dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
- Pada stadium 4, Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan
lain seperti paru-paru.
(2) Palpasi
- Pada stadium 1, biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain.
- Pada stadium 2, biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain.
- Pada stadium 3A, biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain.
- Pada stadium 3B, biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada.
- Pada stadium 4, biasanya taktil fremitus kiri dan kanan yang
juga disebabkan oleh karena kanker sudah metastase ke organ
yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan
paru-paru mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan
fungsinya.
(3) Perkusi
- Pada stadium 1, biasanya akan terdengar sonor pada lapangan
paru-paru klien.
- Pada stadium 2, biasanya akan terdengar sonor pada lapangan
paru-paru klien karena kanker belum mengalami metastase.
- Pada stadium 3A, masih akan terdengar sonor pada lapangan
paru karena kanker belum metastase.
- Pada stadium 3B, biasanya terdengar bunyi redup yang dapat
di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim paru lebih
padat/mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-
paru paien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan
berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika kanker telah
bermetastase pada organ paru.
- Pada stadium 4, biasanya akan terdengar pekak pada paru-
paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkan berisi cairan yang disebut dengan efusi pleura
akibat metastase 3 dari kanker mammae yang berlanjut dan
nafas akan terasa sesak
(4) Auskultasi
- Pada stadium 1, biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi
hampir terdengar seluruh lapangan paru dan inspirasi lebih
panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi). Suara
nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi dan wheezing.
- Pada stadium 2, biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler
(bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi lebih
panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi).
Biasanya bunyi nafas klien juga dapat terdengar
bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak
ada, seperti ronchi dan wheezing.
- Pada stadium 3 A, biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler
(bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi yang lebih
panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi) dan
bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal, interscapula:
campuran antara element vaskuler dengan bronchial. Suara
nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi dan wheezing.
- Pada stadium 3 B, biasanya nafas klien bisa terdengar
bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya
lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar. Terdapat suara
nafas tambahan seperti: ronchi dan wheezing, ini disebabkan
oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, dan
mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru
dan compressive atelektasis.
- Pada stadium 4, biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar
bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya
lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Terdapat suara
tambahan seperti: ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh
kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti paru-paru
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru
dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan
secret pada daerah lobus paru.
c) Psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di
rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh
setelah diobati, dukungan dari keluarga baik dalam perubahan terhadap
konsep diri tidak seperti biasanya.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Nafas tidak Efektif b.d Deformitas dinding dada (D.0005)
2) Nyeri Akut b.d Agen Cedera Biologis (D.0077)
3) Gangguan Integritas Kulit b.d Penyakit (Ca Mammae) (D.0129)
4) Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorsi nutrien (D.0019)
5) Ansietas b.d Krisis Situsional (D.0080)
6) Gangguan Citra Tubuh b.d Perubahan Bentuk Tubuh (Payudara) (D.0083)
7) Risiko Infeksi (D.0142)
c. Perencanaan
No SDKI SLKI SIKI
1 Pola Nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan
Efektif b.d Tindakan keperawatan Napas
Deformitas selama 3x24 jam (I.01011)
dinding dada diharapkan pola napas Observasi
(D.0005) tidak efektif teratasi  Monitor pola napas
dengan kriteria hasil:  Monitor bunyi napas
Pola Napas (L.01004) tambahan
 Dispnea , dari sedang  Monitor sputum
(3) ke menurun (5) Terapeutik
 Penggunaan otot  Pertahankan
bantu napas, dari kepatenan jalan
sedang (3) ke napas dengan head-
menurun (5) tilt dan chifn-tilt
 Frekuensi napas, dari  Posisikan semi-fowler
sedang (3) ke atau fowler
membaik (5)  Berikan minum
 Kedalaman napas, hangat
dari sedang (3) ke  Lakukan fisioterapi
membaik (5) dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendir, jika perlu

Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hr, jika
tidak terkontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera tindakan keperawatan (1.08238)
biologis (D.0077) selama 3 x 24 Jam Observasi
tingkat nyeri klien  Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristrik, durasi,
hasil : frekuensi, kualiats
Tingkat Nyeri dan intensitas nyeri
(L.08066)  Identitas skala nyeri
 Keluhan nyeri dari  Identifikasi faktor
skala 3 (sedang) ke yang memperberat
skala 5 (menurun) nyeri
 Meringis dari skala 3 Terapeutik
(sedang) menjadi 5  Berikan tehnik non
(menurun) farmakologis dalam
 Gelisah dari skala 3 menangani nyeri
(sedang) menjadi 5  Control lingkungan
(menurun) yang memperberat
 Pola tidur dari skala rasa nyeri
3 (sedang) menjadi  Fasilitasi istirahat dan
5 (menurun) tidur
Edukasi
 Jelaskan strategi
mengurangi nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyerimk
Kolaborasi
Kolaboratif pemberian
analgetik, jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas
Integritas Kulit b.d tindakan keperawatan Kulit (I.11353)
Penyakit (Ca selama 3x24 jam Observasi
Mammae) (D.0129) diharapkan gangguan  Identifikasi penyebab
integritas kulit teratasi gangguan integritas
kriteria hasil: kulit
Integritas Kulit dan Terapeutik
Jaringan (L.14125)  Ubah posisi tiap 2
 Elatisitas kulit jam sekali
menurun dari skala  Lakukan pemijatan
(1) menjadi pada area penonjolan
meningkat skala (5) tulang, jika perlu
 Hidrasi menurun dari  Hindari produk
skala (1) menjadi berbahan alkohol
meningkat skala (5) Edukasi
 Perpusi jaringan  Anjurkan
menurun dari skala menggunakan
(1) menjadi pelembab
meningkat skala (5)  Anjurkan minum air
 Kerusakan jaringan yang cukup
dari skala (2) cukup  Anjurkan
meningkat menjadi meningkatkan
skala (4) cukup asupan nutrisi
menurun  Anjurkan
 Kerusakan lapisan menghindari terpapar
kulit dari skala (2) suhu ekstrem
cukup meningkat
menjadi skala (4)
cukup menurun
 Kemerahan dari
skala (2) cukup
meningkat menjadi
skala (4) cukup
menurun
 Nekrosis dari skala
(2) cukup meningkat
menjadi skala (4)
cukup menurun
4 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Managemen nutrisi
Ketidakmampuan tindakan keperawatan (I.03119)
mengabsorsi selama 3x24 jam Observasi
nutrien (D.0019) diharapkan nutrisi  Identifikasi status
pasien terpenuhi nutrisi
dengan kriteria hasil:  Identifikasi alergi dan
Status nutrisi intoleransi makanan
(L.03030)  Identifikasi makanan
 Porsi makan yang yang disukai
dihabiskan  Identifikasi
meningkat dari skala kebutuhan kalori dam
3 (sedang) ke skala jenis nutrein
5 (meningkat)  Monitor asupan
 Verbalisasi keinginan makanan
untuk meningkatkan  Monitor BB
nutrisi meningkat Terapeutik
dari skala 3 (sedang)  Fasilitasi
ke skala 5 menentukan
(meningkat) pedoman diet
 Frekuensi makan  Berikan makanan
membaik dari skala 3 tinggi kalori dan
(sedang) ke skala 5 tinggi protein
(membaik)  Berikan suplemen
 Nafsu makan makanan, jika perlu
membaik dari skala 3 Edukasi
(sedang) ke skala 5  Ajarkan tentang diet
(membaik) yang diprogramkan
 Bising usus membaik Kolaborasi
dari skala 3 (sedang)  Kolaborasi
ke skala 5 pemberian medikasi
(membaik) antiemetik, jika perlu
 Membran mukosa  Kolaborasi dengan
baik dari skala 3 ahli gizi untuk
(sedang) ke skala 5 menentukan jumlah
(membaik) kalori dan jenis
Berat badan (L.03018) nutrein yang
 IMT membaik dari dibutuhkan
skala 3 (sedang) ke
skala 5 (membaik)
 Berat badan
meningkat dari skala
3 (sedang) ke skala
5 (membaik)
5 Ansietas b.d Setalah dilakukan Reduksi ansietas
Krisis Situsional tindakan keperawatan (I.09314)
(D.0080) dalam 1x24 jam Observasi
diharapkan kecemasan  Identifikasi saat
dapat teratasi dengan tingkat ansietas
kriteria hasil: berubah
Tingkat ansietas  Identifikasi
(L.09093) kemampuan
 Verbalisasi khawatir mengambil
akibat kondisi yang keputusan
dihadapi, dari  Monitor tanda-tanda
sedang (3) ke ansietas (verbal dan
menurun (5) non verbal)
 Perilaku gelisah, dari Terapeutik
sedang (3) ke  Temani pasien untuk
menurun (5) mengurangi
 Konsentrasi, dari kecemasan, jika
sedang (3) ke memungkinkan
membaik (5)  Pahami situasi yang
 Pola tidur, dari membuat ansietas
sedang (3) ke  Dengarkan penuh
membaik (5) perhatian
 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
menyakinkan
 Diskusi perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang akan
dating
Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
 Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
6 Gangguan Citra Setelah dikakukan Promosi Citra Tubuh
Tubuh b.d tindakan keperawatan (I.09305)
Perubuhan Bentuk selama 3x24 jam Observasi
Tubuh (Payudara) diharapkan masalah  Identifikasi harapan
(D.0083) gangguan citra tubuh citra tubuh
dapat teratasi dengan berdasarkan
kriteria hasil: perkembangan
Citra Tubuh (L.090067)  Identifikasi
 Melihat bagian tubuh perubahan citra
dari skala (1) tubuh yang
menjadi skala (4) mengakibatkan
cukup meningkat isolasi sosial
 Menyentuh bagian  Monitor apakah
tubuh dari skala (1) pasien bisa melihat
menjadi skala (4) bagian tubuh yang
cukup meningkat berubah
 Verbalisasi Terapeutik
kecacatan bagian  Diskusikan
tubuh dari skala (1) perubahan tubuh dan
menjadi skala (4) fungsinya
cukup meningkat  Diskusikan
 Verbalisasi perasaan perbedaan
negatif tentang penampilan fisik
perubahan tubuh terhadap diri
dari skala (1)  Diskusikan kondisi
meningkat menjadi stress yang
skala (5) menurun mempengaruhi citra
 Fokus pada bagian tubuh
tubuh dari skala (1)  Diskusikan persepsi
meningkat menjadi pasien dan keluarga
skala (5) menurun tentang perubahan
 Menyembunyikan citra tubuh
bagian tubuh Edukasi
berlebihan dari skala  Jelaskan kepada
(1) meningkat keluarga tentang
menjadi skala (5) perawatan
menurun perubahan citra
tubuh
 Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
 Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
(D.0143) Tindakan keperawatan (I.14539)
selama 3x24 jam, Observasi
diharapkan risiko infeksi  Monitor tanda dan
teratasi dengan kriteria gejala infeksi local
hasil: dan sistemik
Tingkat Infeksi Terapeutik
(L.14137)  Batasi jumlah
 Demam, dari sedang pengunjung
(3) ke menurun (5)  Berikan perawatan
 Kemerahan, dari kulit pada area edema
sedang (3) ke  Cuci tangan sebelum
menurun (5) dan sesudah kontak
 Nyeri, dari cukup dengan pasien dan
meningkat (2) ke lingkungan pasien
menurun (5)  Pertahankan teknik
 Bengkak, dari aseptic pada pasien
sedang (3) ke berisiko tinggi
menurun (5)
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan yang benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N.R.W. (2018). Perbandingan Pijat Oksitosin Secara Serial dan Interval
Terhadap Perubahan Volume Asi Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas
Jabon Kabupaten Sidoarjo. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan
Surabaya.
Astuti, Y. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny.C dengan Perawatan Luka.
Kanker Payudara Di RSPAD Gatot Soebroto. Karya Tulis Ilmiah. Depok:
FIK Universitas.
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
volume 1. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatans
Mulyani, (2013). Kanker Payudara Dan Pencegahan Kanker Payudara.
Yohyakarta: Graha Ilmu.
Nugroho, Taufan. (2011). Buku Ajar Obstetric Untuk Mahasiswa
Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika. 
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Olfah, (2013). Kanker Payudara Dan SADARI. Yogyakarta: Nuha Mediaka.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Price, S. A., & Wilson, L.M., (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit,
6 Ed. Vol. 1. Alih bahasa : Pendit BU, et al. Editor: Hartanto, H., et al.
Jakarta: EGC
Rahayu, A.P. (2016). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Deepublish.
Savitri, Astrid, dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan
Rahim. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai