oleh :
LEMBAR PENGESAHAN I
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV
UNIT USAHA PULU RAJA
Disusun oleh :
Diperiksaoleh :
Asisten Pengolahan
(Pembimbing PKL)
(J. Nico Sinulingga, S.T.P.) (Alfi Nursyahrin, S.T.) (M. Iqbal Taher, S.T.)
i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8213951, Fax : (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id e-mail : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN II
Disusun oleh :
Telah diperiksa dan dinyatakan selesai dalam menjalankan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
serta dapat dipertanggungjawabkan.
ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8213951, Fax : (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id e-mail : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui dosen pembimbing PKL yang telah ditentukan Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Medan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya yang telah memberi kekuatan, kesehatan dan segala sesuatu yang penulis terima
dari-Nya yang begitu besar dan berharga bagi kehidupan penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Laporan PKL Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha
Pulu Raja dengan baik dan tepat waktunya.
Laporan PKL Pabrik Kelapa Sawit di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Pulu
Raja disusun untuk melengkapi hasil PKL yang telah dilakukan di PT Perkebunan Nusantara
IV Unit Usaha Pulu Raja dan merupakan syarat yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
Politeknik Negeri Medan setelah selesai melakukan PKL sebagai bahan perbandingan antara
teori yang didapat di Politeknik Negeri Medan dengan praktek sebenarnya di PT Perkebunan
Nusantara IV Unit Usaha Pulu Raja.
Sesuai dengan judul Laporan ini maka penulis akan membahas mengenai proses
pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan sistem perawatan mesin-mesin pabrik.
Dalam penulisan laporan PKL ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
iv
9. Alfi Nursyahrin, S.T. selaku Asisten Pengolahan II PTPN IV Kebun Pulu Raja;
10. M. Iqbal Taher, S.T. selaku Asisten Pengolahan III PTPN IV Kebun Pulu Raja;
11. Bapak staf PTPN IV Kebun Pulu Raja yang telah membantu penulis untuk melengkapi
data Laporan PKL ini sehingga dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa PKL ini masih belum sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Penulis
menyadari bahwa Laporan PKL ini kemungkinan terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan Laporan ini. Penulis berharap agar Laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Hormat penulis,
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek........................................................................................ 1
1.2 Maksud danTujuan........................................................................................................ 1
1.3 Manfaat Kerja Praktek................................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek....................................................................................... 3
vi
4.3 Kriteria Panen................................................................................................................ 17
4.4 Transportasi................................................................................................................... 18
vii
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 92
9.2 Saran.............................................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 7. Capstand............................................................................. 28
ix
Gambar 23. Bengkel Mobil…………………………………………….. 91
x
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun maksud dan tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut ;
1. Melihat dan menganalisa secara langsung dilapangan serta menerapkan
teori dasar yang telah diperoleh dibangku kuliah;
2. Mengenal dan memahami beberapa aspek tentang perusahaan seperti;
a. Aspek organisasi dan manajemen.
1
b. Aspek proses produksi.
c. Aspek teknologi.
d. Aspek sosial dan lingkungan.
3. Memperoleh keyakinan dalam hal penguasaan pekerjaan, sehingga
menambahkan pengalaman sebagai persiapan untuk terjun ke
masyarakat;
4. Memperoleh kesempatan untuk ikut memecahkan permasalahan dalam
ruang lingkup perusahaan, sekaligus berlatih untuk mendisiplinkan diri
dan bertanggung jawab.
1. Bagi mahasiswa :
a. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dan
melakukan perkerjaan atau kegiatan lapangan.
b. Dapat mengetahui dan memahami berbagai aspek kegiatan
dalam perusahaan.
c. Dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh dibangku
kuliah dengan praktek kerja lapangan.
2. Bagi fakultas :
a. Mempererat kerja sama perusahaan dengan Politeknik Negeri
Medan (POLMED), khususnya dengan mahasiswa Jurusan
Teknik Mesin.
b. Memperluas pengenalan akan jurusan Teknik Mesin,
Politeknik Negeri Medan (POLMED)
3. Bagi Perusahaan :
a. Sebagai bahan masukan atau usulan bagi perusahaan untuk
memperbaharui sistem metode kerja yang lebih baik.
b. Sebagai sarana penyaluran program perusahaan dalam rangka
mencerdaskan anak bangsa.
2
c. Dapat melihat keadaan perusahaan dari sudut pandang
pendidikan, khususnya mahasiswa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious dicilri) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri.Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang, sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Tanaman sawit
dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai
tetua jantan.
4
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah,
tergantung bibit yang digunakan.Bibit bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelepah.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang
pada kondisi tertentu, embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas
(plumuld) dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit memiliki banyak jenis,
berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi dura, pisifera,
dan tenera.
5
18%. Mesokarp (daging buah) tipis dan persentase terhadap buah adalah 35 –
50%, inti besar dan bijinya tidak dikelilingi serabut.
Tenera adalah pesilangan antara induk dura dan pisifera.Jenis ini dianggap
bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil.Beberapa tenera unggul,
persentase daging perbuahnya dapat mencapai 60 – 90% dan kandungan minyak
pertandannya dapat mencapai 28%. Cangkangnya tipis berukuran 0,5 – 4mm.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan
minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan
memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin.
Minyak ini menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetik.
Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak.Buahnya banyak, bila
masak berwarna merah kehitaman.Daging buahnya padat.Daging dan kulit
6
buahnya mengandung minyak.Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin.Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak.Ampas
yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan
makanan ayam.Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
7
BAB III
Unit Usaha Pulu Raja merupakan salah satu unit usaha dari PT
Perkebunan Nusantara IV yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
di sector perkebunan. Dalam perjalanan sejarahnya Unit Usaha Pulu Raja telah
mengalami beberapa kali perubahan kepemilikan, yaitu antara lain :
8
bersama dengan PPN Antan II bergabung menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan VI (PNP VI) yang berpusat di Pabatu.
10. Padatahun 1985 PNP VI kemudian diperserokan menjadi PT
Perkebunan VI (PTP VI) dengan Pulu Raja menjadi salah satu unit
usahanya.
11. Padatahun 1996, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1996
PTP VI dilebur, selanjutnya dilaksanakan penggabungan (merger)
dengan kebun-kebun lainnya yang berada di wilayah Sumatera Utara
yaitu: PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII. Hasil peleburan ini diberinama
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).
12. Terakhir pada tanggal 31 Oktober 2014.No:04.01/SE/18/X/2014
Perihal: Perubahan Nama dan Status Perusahaan.
Berdasarkan Keputusan Para Pemegang SahamNo:PTPN
IV/RUPS/01/X2014 atau No:SK-51/D1.MBU/10/2014 yaitu:Perseroan
terbatas ini, telah dilakukan perubahan nama perusahaan menjadi ”PT
PERKEBUNAN NUSANTARA IV” atau disingkat”PTPN IV”.
3.2 LetakGeografis
9
(HakGunaUsaha) Nomor : 2 tahun 2006 tanggal 13 Oktober 2006 luas areal kebun
Pulu Raja adalah 4.630,54 Ha, dengan perincian sebagai berikut:
% %
PTP. NUSANTARA IV ( PERSERO ) TAHUN 2017 Dari Dari
UNIT USAHA PULU RAJ A Umur AFDELING Seluruh Areal
(Thn ) I II III IV V Jumlah HGU Tanaman
10
3.4 Produktivitas
1. 2014 52.491.390
2. 2015 50.416.480
3. 2016 55.509.690
4. 2017 70.402.020
5. 2018 79.089.070
b. MinyakSawit (MS)
11
c. Inti Sawit (IS)
1. 2014 2.509.280 4, 78
2. 2015 2.523.919 5, 01
3. 2016 2.707.998 4, 88
4. 2017 3.075.156 4, 37
5. 2018 3.130.357 3, 96
Pekerja
2. Sentral Gudang 2 1 3 2 6 11
12
3. SDM dan Umum 7 12 19 6 12 37
4. Pengamanan 25 - 25 20 42 87
5. DinasSipil 9 2 11 8 9 28
6. Transport 11 - 11 10 18 39
7. Bengkel Umum 25 - 25 20 47 92
8. Bengkel Motor 1 - 1 1 1 3
9. Bengkel Listrik 4 - 4 4 6 14
15. Bibitan - - - - - -
13
3.6. SertifikasiPenghargaan Perusahaan
14
1. Unit Usaha Pulu Raja telah memperoleh sertifikat penghargaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Ketanagakerjaan Republik Indonesia pada tahun 2017
dan memperoleh hasil pencapaian 96,39%
2. Unit Usaha Pulu Raja mendapatkan sertifikat RSPO pada tanggal 25 Agustus
2015 dan berlaku sampai dengan 25 Agustus 2020 oleh Mutu Certification
International
3. Unit Usaha Pulu Raja mendapatkan sertifikat ISPO pada tanggal 04 April
2017 dan berakhir pada tanggal 03 April 2022
Varietas kelapa sawit yang dikenal ada 3, yaitu: tenera, dura, dan pesifera.
Ketiga varietas ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, dimana
dura memiliki tempurung yang tebal dan daging buah yang tipis, jenis pesifera
memiliki biji yang tipis serta daging buah yang tebal, sedangkan jenis tenera
merupakan hasil persilangan dura dan pesifera yang menghasilkan buah dengan
tempurung yang tipis, daging buah yang tebal dan inti yang besar. PTPN IV
KebunPulu Raja sendiri menanam jenis/varietas tenera yaitu persilangan dura dan
pesifera dimana bahan tanaman diperoleh dari PPKS & PT.Socfindo.
BAB IV
15
4.1 Bahan Baku
Buah kelapa sawit merupakan bahan baku utama dari perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan produksi. Hasil utama yang diperoleh dari TBS adalah
CPO dan PK(Palm Kernel). Kedua jenis produk ini dibedakan atas komposisi
asam lemak dan sifat fisik kimianya. Minyak sawit dan inti sawit mulai terbentuk
± 100 hari setelah penyerbukan dan terhenti setelah ± 180 hari setelah
penyerbukan atau setelah terjadi proses kejenuhan pembentukan minyak dalam
buah, hal ini ditandai dengan buah yang memberondol. Fase pematangan buah
ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan buah seperti perubahan warna
buah dari hitam kehijau-hijauan menjadi kuning, dari kekuning-kuningan
kemudian berubah menjadi orange atau merah jingga, serta perubahan fisik buah
dari warna mengkilat menjadi agak suram.
Setelah terjadi perombakan lemak menjadi asam lemak bebas (ALB) dan
gliserol pada buah, maka buah lepas dari tandannya. Proses pematangan buah ini
akan cepat terjadi jika intensitas sinar matahari cukup dan diikuti dengan curah
hujan. Mutu satu unit PKS tergantung kepada mutu TBS yang diterima, mutu
hasil olah sangat ditentukan oleh mutu bahan bakunya, sedangkan mutu bahan
baku dipengaruhi oleh efisien pengumpulan hasil dari mutu panen dan angkutan.
Kesalahan pada pengumpulan hasil olahan tidak dapat mencapai persyaratan
minimum dan akibatnya dapat memperkecil efisien pengolahan.
16
Letak PTPN IV Kebun Pulu Raja terletak di desa Orika dan desa Tunggul
45 kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Secara
geografis areal HGU Kebun Pulu Raja terletak dengan ketinggian ±100m di atas
permukaan laut, di antara 02°,45°-10°LU dan 99°,30°-99°,45°BT dengan
topografi rata. Kota terdekat adalah kota Kisaran dengan jarak ±45km atau
±204km dari kota Medan.
Dengan letak atau posisi tersebut kondisi lingkungan Kebun Pulu Raja
sangat ideal dan dari segi keamanan kebun dapat dijaga dari pencurian. Dan
keadaan tanaman itu sendiri dalam keadaan baik(terawat).
1. Mengatur pusingan panen dan taat azas terhadap kriteria matang panen
5 brondolan/tandan di piringan secara konsisten.
2. Mengutip brondolan secepatnya dan segera diangkut ke pabrik,
sedapat mungkin untuk menghindar dari buah yang mengakibatkan
kenaikan ALB.
3. Memelihara jalan dan alat angkut sehingga seluruh produksi TBS
dapat dikirim ke pabrik, tidak ada hasil panen yang menginap di
lapangan.
4. Brondolan dikutip dan diletakkan dalam goni sehingga bersih dari
pasir dan kotoran.
17
5. Memelihara sanitasi pokok dan merawat tanaman dengan baik,
sehingga terhindar dari serangan hama dan penyakit yang dapat
merusak buah.
4.4 Transportasi
18
BAB V
PROSES PENGOLAHAN
Tujuan utama dari proses pengolahan TBS adalah pengolahan bahan baku
hingga menghasilkan minyak dari daging buah (CPO) dan inti sawit (PK) dengan
proses pemisahan bahan yang tersedia dengan jumlah mutu yang optimal dan
kehilangan (lossis) sesuai dengan norma kerja.
Minyak kelapa sawit yang bermutu baik memiliki beberapa syarat tertentu:
Pada proses pengolahan kelapa sawit terdiri dari dua proses yaitu:
19
TBS
JEMBATAN TIMBANG
LOADING RAMP
V. SCREEN
LTDS I/II
BALANCE TANK
KERNEL HOPPER
CST DECANTIN BASIN
SLUDGE TANK
OIL TANK
BRUSH STAINER
OIL PURIFIER
PRECLEANER
VACUM DRYER
BUFFER TANK
DEOLING POND
KOLAM LIMBAH
20
Adapun tahap-tahap proses pengolahan TBS menjadi CPO adalah sebagai berikut:
Keterangan:
21
Gambar 1. Timbangan TBS 1
Sistem : Digital
Kapasitas : 30 ton
22
Gambar 2. Timbangan TBS II
Sistem : Digital
Kapasitas : 50 ton
Untuk memperoleh timbangan yang tepat perlu dilakuan hal-hal sebagai berikut:
23
Proses kerja penimbangan TBS adalah sebagai berikut:
1. Ditimbang berat bruto ( berat truk + berat TBS ) yang berasal dari
kebun.
2. TBS dibongkar di loading ramp.
3. Truk yang kosong ditimbang kembali.
4. Berat netto TBS = Berat Bruto – Berat Tarra.
24
Fungsi Loading Ramp adalah:
1. Sebagai tempat penampungan TBS sementara.
2. Memudahkan TBS masuk kedalam lori.
Fungsi:
Mempermudah brondolan lepas dari tandan pada waktu proses
pemipilan di thresher dan memperlunak brondolan saat dilakukan
pengepresan serta menghentikan proses peningkatan asam lemak
bebas (ALB).
25
5.2.1 Transfer Carriage (Alat memindahkan lori)
Transfer carriage adalah alat untuk memindahkan lori rebusan dari rel
loading ramp (dibawah loading ramp) ke rel rebusan, sehingga lori dapat diatur
dengan baik dan tidak terjadi penumpukan buah yang dapat menurunkan mutu.
Lori rebusan adalah alat yang digunakan untuk mengakut buah ke rebusan.
Lori rebusan diisi penuh dan merata sebanyak ± 2,5 ton TBS per lori. Lori
berbentuk keranjang balok dengan sejumlah lubang pada kedua sisinya yang
berfungsi untuk menyebarkan steam yang masuk pada saat perebusan. Untuk
memudahkan pengangkutan pada lori, bagian depan belakangnya dibentuk seperti
pulley sebagai penyangga link chain dari housting crane. Masing-masing
dihubungkan dengan rantai untuk memudahkan penarikan lori.
26
Gambar 6. Lori
Selain itu ada juga sambungan antar lori harus diperhatikan karena apabila
lori tertinggal didalam rebusan makan akan mengakibatkan waktu yang
diperlukan untuk menarik lori tersebut keluar dari rebusan akan bertambah.
27
- Penggantian bushing yang rusak dan melumasi bushing yang masih bisa
digunakan,
- Penyisipan under carriage yang aus.
5.2.3 Capstand
Capstand berfungsi untuk menarik lori yang masuk dan keluar dari rebusan.
Sebelum dijalankan, bollard harus dalam keadaan bersih dan kering untuk
menghindari tali slip ketika digunakan. Bollard Capstand dijalankan untuk
menarik lori dengan melilitkan tali secara teratur dan tidak bertindihan.
Gambar 7. Capstand
28
5.2.4 Sterilizer
Sterilizer kelapa sawit adalah salah satu bagian dari stasiun kerja
pengolahan minyak kelapa sawit. Proses sterilizer ini juga lebih dikenal dengan
sebutan stasiun rebusan buah sawit. Rebusan kelapa sawit yang dilakukan di
pabrik minyak sawit umumnya dilakukan pada sebuah bejana bertekanan tinggi
yang menggunakan bahan uap atau steam. Tekanan tersebut mencapai ukuran 3,0
kg/ cm2 yang kemudian digunakan sebagai bagian perebus dari buah kelapa sawit
yang kemudian dimasukkan ke dalam bagian tandan buah segar.
Proses rebusan kelapa sawit yang dilakukan dalam sterilizer tersebut memiliki
beberapa tujuan, yang diantaranya berguna untuk meningkatkan hasil perolehan
dari rebusan uap tersebut dengan lebih memuaskan, utamanya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Dengan kinerja dari proses rebusan yang berjalan
secara sempurna, maka kehilangan minyak dari pabrik sawit atau lebih dikenal
dengan sebutan losses pun dapat dikurangi.
Berikut ini adalah beberapa tujuan dari bagian stasiun sterilizer dalam pembuatan
minyak kelapa sawit, diantaranya :
2. Dapat menghilangkan bagian enzim penghasil ALB (asam lemak bebas) atau
FFA yaitu free fatty acid.
3. Memudahkan proses pelepasan pada bagian inti sawit dari bagian cangkangnya.
4. Proses dehidrasi buah juga dapat membantu digesteng atau pelumatan yang
dilakukan pada mesin digester. Serta melakukan pengepresan pada bagian mesin
screw press yang juga berperan dalam mengurangi kadar air dari brondolan sawit.
29
6. Memudahkan bagian serat atau fibre serta biji menjadi lebih mudah lepas.
Dari sekian banyak tujuan di bagian atas tadi, mesin sterilizer pks itu sendiri
merupakan bagian mesin yang berbentuk bejana uap dengan bagian silindris
horisontal. Mesin ini memiliki pintu pada kedua bagian ujungnya. Ukuran pintu
itu sendiri lebih bervariasi, dimulai dari ukuran 2100 mm hingga 3200 mm. Dari
mesin inilah kemudian lori dari buah sawit itu pun mulai dimasukkan dari salah
satu bagian pintunya, dan kemudian dikeluarkan melalui bagian pintu lainnya.
Tahap perebusan buah sawit untuk mendapatkan hasil terbaik dengan kualitas
minyak sawit yang tinggi serta tidak oil losses atau kehilangan minyak.
30
Pengoperasian
a. Jumlah rebusan yang dioperasikan untuk PKS berkapasitas 30 ton
TBS/jam = 2 unit.
b. Tekanan 2,8 s/d 3,0 kg/cm2 (1 kg/cm2 = 14,223 Psi) dan temperature
135 s/d 140oC serta siklus merebus selama 90 s/d 100 menit
tergantung fraksi buah.
c. Waktu perebusan :
Puncak pertama (15 menit)
- Menutup kran blow up dan membuka kran pemasukan uap
(steam inlet) selama 13 menit untuk mencapai tekanan 2,0
kg/cm2 (termasuk pembuangan udara pada awal pemasukan
steam dengan tetap membuka kran kondensat selama 2
menit).
- Kemudian kran steam inlet ditutup. Kran pembuangan
kondensat dibuka terlebih dahulu dan 1 menit kemudian kran
steam outlet (blow up) dibuka dengan cepat untuk
menurunkan tekanan menjadi 0,5 kg/cm2
- Kran kondensat dan kran steam outlet (blow up) ditutup
kembali, kemudian kran steam inlet dibuka kembali untuk
puncak kedua.
Puncak kedua (14 menit)
- Operasionalnya sama dengan puncak pertama tetapi tanpa
pembuangan udara. Tekanan puncak kedua adalah sebesar
2,5 – 2,7 kg/cm2 kemudian dilakukan pembuangan steam
hingga ke level 1,0 kg/cm2 .
- Kran kondensat dan kran steam outlet (blow up) yang
sebelumnya dibuka untuk pembuangan steam kemudian
ditutup kembali dank ran steam inlet dibuka untuk puncak
ketiga. Waktu yang diperlukan untuk menaikkan steam pada
puncak kedua ± 12 menit dan untuk pembuangan 2 menit.
31
Puncak Ketiga
- Kran steam inlet dibuka hingga tekanan steam dalam ketel
rebusan mencapai tekanan 3,0 kg/cm2 selama 14 menit.
- Ketika mencapai puncak ketiga, tekanan uap dalam ketel
rebusan ditahan (holding time) selama 40 – 50 menit
tergantung fraksi buah.
- Selama holding time dilakukan pembuangan kondensat
sebanyak 2 kali ke tekanan 2.7 kg/cm2. Selesai holding time,
pembukaan kran dilakukan secara berurut mulai dari kran
pembuangan kondensat, kemudian kran steam outlet (blow
up) sehingga tekanan uap dalam ketel rebusan turun menjadi
0 kg/cm2. Waktu pembuangan steam berlangsung selama ± 5
menit.
d. Tahapan/urutan pembukaan kran dan kecepatan pembuangan steam
sangat menentukan pembuangan udara dalam rebusan/tandan.
Pembuangan udara dalam rebusan dilakukan sebelum puncak
pertama dengan cara menutup kran steam outlet dan tetap
membuka kran air kondensat pada saat steam dimasukkan ke
rebusan. Kran air kondensat baru ditutup bila steam telah
nampak keluar dari silencer.
Pembuangan udara dalam tandan terjadi pada puncak pertama
dan puncak kedua dengan cara melakukan kejutan
(pembuangan steam) secepat mungkin. Kejutan atau
pembuangan yang dianggap baik dari 2,0 – 2,5 cm2/kg ke 0
cm2/kg adalah maksimum 2 menit.
e. Pemeriksaan berkala 1 kali dalam 4 tahun oleh Depnaker (IPNKK)
berdasarkan peraturan uap tahun 1930 pasal 40 ayat 3.
f. Contoh air kondensat diambil sebanyak 200 ml setiap perebusan di
silencer, dimulai satu jam setelah pabrik beroperasi dari masing-
masing rebusan.
32
Pengawasan Operasional
a. Tekanan rebusan 2,8 – 3,0 kg/cm2
b. Evaluasi grafik rebusan (hasil rekaman perebusan) untuk mengetahui
tekanan perebusan, kebocoran steam, holding time, waktu rebus dan
siklus rebus
c. Kandungan minyak dalam air kondesat (normal maksimum 0,50 %
terhadap contoh)
d. Kandungan minyak dalam tandan kosong (normal maksimum 0,39 %
terhadap TBS)
e. Brondolan tidak lepas (lekat) dalam tandan kosong (normal
maksimum 0,16 % terhadap TBS)
f. Tidak ada air kondesat yang keluar pada saat mengeluarkan buah
masak
g. Buah tidak terlalu lama menunggu untuk dituang ke autofeeder
(maksimum 3 lori/line sebelum keluar buah masak berikutnya)
h. Jumlah buah di autofeeder tidak terlalu banyak/menumpuk.
Trouble Shooting
a. Tekanan rebusan < 2,8 kg/cm2 kemungkinan disebabkan karena :
Jarak terlalu jauh/banyak tahanan antara BPV dan rebusan
sehingga selisih tekanan antara BPV dan rebusan > 0,2 kg/cm2
Banyak kebocoran steam di rebusan atau pada pipa dari BPV
menuju instalasi
Terlalu banyak pemakaian steam untuk instalasi diluar rebusan
Tekanan uap dari boiler < 19kg/cm2, sehingga tekanan di BPV
harus diturunkan
b. Kandungan minyak dalam air kondensat yang lebih tinggi dari normal
kemungkinan disebabkan karena :
Buah restan dicampur buah segar dalam suatu perebusan
Holding time terlalu lama
Buah banyak luka atau memar akibat terlalu sering terbanting
33
Pembuangan air kondesat tidak tuntas
c. Kandungan minyak dalam tandan kosong diatas normal karena :
Buah banyak yang rusak akibat sering terbanting
Waktu perebusan atau holding time yang terlalu lama
Buah terlalu banyak/menumpuk di autofeeder
d. Berondolan lekat dalam tandan kosong diatas norma kemungkinan
akibat :
TBS belum memenuhi kriteria matang panen
Perebusan yang terlalu singkat
Buah yang sudah masak terlalu lama tidak dituang ke
autofeeder sehingga kondisinya dingin
Air kondesat masih tersisa dalam rebusan
Proses perebusan yang kurang sempurna
e. Ada air kondesat yang keluar pada saat pintu rebusan
dibuka/mengeluarkan buah masak
Strainer kondesat tumpat atau jumlah luas penampang lubang
strainer lebih kecil dibandingkan luas penampang pipa
kondensat
Tidak dilakukan pembuangan kondensat pada saat holding
time puncak ke tiga
Posisi blowdown silencer lebih tinggi dibandingkan rebusan
Diameter pipa buangan kondensat terlalu kecil dan jumlahnya
terlalu sedikit
f. Buah terlalu lama untuk dibuang ke autofeeder (maximum tiga
lori/line sebelum keluar buah masak berikutnya)
Pemakaian unit rebusan terlalu banyak (untuk kapasitas olah
30 ton/jam >2 dan kapasitas 60 ton/jam >4 unit)
Stagnasi setelah instalasi rebusan
g. Jumlah buah di autofeeder terlalu banyak/menumpuk
34
Interval penuangan buah masak ke autofeeder tidak konsisten
setiap menit.
1. Tekanan yang terlalu tinggi dalam waktu perebusan terlalu lama, dimana
akan menimbulkan :
a. Warna minyak yang diperoleh terlalu tua sehingga sukar
dipucatkan
b. Lossis minyak pada air rebusan bertambah
c. Nut tidak bersih
d. ALB (Asam Lemak Bebas) tinggi
2. Stasiun perebusan merupakan salah satu sumber lossis. Untuk itu, norma
yang di izinkan dari stasiun rebusan adalah Oil lossis pada air kondensat
rebusan: maximal 0,50%.
35
- Membuang/spee air dari air cleaner sehingga air tidak terbawa ke panel
programmer
- Pelumasan bearing-bearing pintu.
Stasiun penebah adalah stasiun pemisah brondolan dengan janjang kosong dimana
buah yang direbus dibanting dengan cara buah diputar didalam stripper drum
dimana pada ketinggian tertentu buah jatuh akibat gaya gravitasi dan gaya
sentrifugal.
36
Fungsi hoisting crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke
bunch feeder serta menurunkan lori kosong ke posisi di atas rel menuju loading
ramp.
Hal yang harus diperhatian dalam pengoperasian hoisting crane adalah interval
penuangan harus kontiniu sesuai dengan kapasitas pabrik sehingga selanjutnya
berjalan tanpa ada gangguan. PKS Pulu Raja memiliki dua unit hoisting crane,
dimana satu unit digunakan sedangkan yang satu lagi dibuat cadangan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian pada hoisting crane, antara lain:
1. Kesinambungan pengumpan
2. Ketebalan lapisan buah pada hoisting crane
3. Pengangkatan lori, penuangan ke bunch feeder/hooper auto feeder dan
peletakan kembali ke lori.
37
- Pemeriksaan kebocoran gasket reduction gear
- Pemeriksaan/mengganti/mereparasi sistem kopling transmisi
- Pemeriksaan/service sistem rem
- Pemeriksaan rantai tuang lori seperti keausan dan sebagainya
- Pemeriksaan sprocket tuang (bila memungkinkan di-rebuild).
Mengencangkan baut ikat as tuang
- Pemeriksaan pully/As pada hoisting crane
- Pemeriksaan keausan monorel huisting crane
38
Gambar 10. Auto Feeder
5.3.3 Thresher
Fungsi dari thresher adalah untuk memisahkan buah dari janjangan dengan
cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjangan kosong ke bunch
39
conveyor. Alat berupa tromol berdiameter 1,9 – 2,0 m dan panjang 3 – 5 mm yang
dindingnya berupa kisi-kisi dengan jarak 50 mm untuk memisahkan brondolan
dan tandan. Melalui kisi-kisi, brondolan jatuh ke conveyor (bottom fruit
conveyor) menuju hooper.
Cara kerja thresher adalah dengan membanting tandan masak pada tromol
yang berputar (dibantu siku penahan) akibat gaya sentrifugal putaran tromol, pada
ketinggian maksimal tandan jatuh ke As threshing akibat gaya gravitasi.
40
Gambar 12. Bunch Hopper
41
5.3.6 Fruit Elevator
1. Pengoperasian
a) Interval penuangan hoisting crane harus kontiniu dengan perhitungan =
60 menit, (30 ton/jam : 2,5 ton) 5 menit. Operator Hoisting crane harus
mempunyai sertifikat dari Depnaker. Hoisting crane harus diperiksa I x
setahun oleh Depnaker (IPNKK).
b) Rpm Thresher disetel ± 23. Semakin besar tandan, semakin cepat
putaran.
c) Membersihkan kisi-kisi tromol sebelum mengolah agar brondolan yang
sudah terpisah dari tandan kosong cepat jatuh ke Bottom fruit conveyor.
d) Mengambil contoh untuk dianalisa tiap 2 jam sebanyak 5 tandan kosong
yang keluar dari tromol Thresher.
2. Pengawasan operasional
1. Norma % kattekopen = 0,050%. Brondolan ikut/lekat dalam tandan
kosong = 1,85% terhadap contoh.
42
2. Pastikan bahwa seluruh tandan kosong melalui (masuk kedalam)
brunch crusher, sehingga seluruh brondolan yang masih lengket dalam
tandan kosong dapat terkutip
3. Trouble Shooting
1. Persentase kattekopen diatas norma kemungkinan disebabkan :
- Tekanan steam perebusan rendah (<2,8 kg/cm2)
- Holding time yang terlalu singkat
- Buah abnormal yang tidak bisa membrondol.
- Pembuangan steam terlalu lambat (<2menit) akibat Øpipa outlet
terlalu kecil.
- Pembuangan udara (didalam rebusan dan disela-sela tandan)
tidak sempurna
- Pengumpanan ke autofeeder tidak merata dan melampaui
kapasitas (over load)
- Putaran tromol thresher tidak sesuai dengan berat tandan
- Pembuangan air kondensat perebusan tidak sempurna
2. Brondolan ikut tandan kosong yang lebih tinggi dari norma,
kemungkinan disebabkan :
Buah belum memenuhi kreteria matang panen
Holding time terlalu singkat
Tekanan steam perebusan rendah (<2,8 kg/cm2)
Temperatur tidak tercapai (<130°C) akibat pembuangan
udara/air kondensat tidak tuntas
Pengumpanan buah ke thresher tidak sesuai (terlalu
cepat/lambat)
Pembuangan steam terlalu lambat (<2 menit) akibat Ø pipa
outlet terlalu kecil
3. Kandungan minyak dalam tandan kosong yang lebih tinggi dari norma,
kemungkinan disebabkan :
Holding time terlalu lama
43
Penuangan autofeeder terlalu lama
4. Jika seluruh tandan kosong tidak melalui (masuk kedalam) bunch
crusher sehingga masih ada brondolan yang terikut dalam tandan
kosong, bisa disebabkan :
Kapasitas Bunch crusher < dibadingkan dengan produksi tandan
kosong dari Thresher
44
Gambar 16. Digester
3
pintu tetap tertutup apabila pencacahan berjalan ± 15 menit maka pitu dibuka ±
4
45
Temperatur dijaga pada suhu 95-98°C untuk mempermudah proses
pemisahan minyak dengan air. Temperatur dalam digester dijaga
dengan menginjeksikan steam ataupun dengan menggunakan steam
jacket.
Masa aduk dengan terlalu lama, serat-serat buah harus masih jelas
terlihat, namum lumatan harus homogen.
Kebersihan bottom plate.
Kecepatan pengaduk yaitu sebesar 25 rpm.
Kematangan buah yang sudah direbus.
Kondisi plat siku penahan pada dinding digester.
Alat ini dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging
buah. Alat ini terdiri dari sebuah silinder yang berlubang-lubang dan didalamnya
terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar dengan arah yang berlawanan
sehingga mendesak bubur buah akan bertahan di cones. Minyak keluar dari ketel
adukan melalui feeder screw atau bagian pressing yang berlubang-lubang, dan
kemudian ditampung dalam talang-talang minyak (oil gutter). Sedangkan serabut
dan biji diangkut oleh Cake Breaker Conveyor (CBC) menuju pemisahan dan
pengaliran minyak pada feed srew dilakukan injeksi uap dan penambahan air
panas atau air delusi dengan tekanan hidrolik pada akumulator 30-40 bar.
Press yang digunakan di PKS Pulu Raja berjumlah 4 buah dengan 2 jenis
screw press yaitu US 12 (Universal steel) AP 12 (Apindo) masing-masing 2 unit.
46
Gambar 17. Screw Press
47
Air delusi berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan minyak dan
air. Jika air delusi sedikit, minyak yang dihasilkan lebih murni tetapi lossis
minyak tinggi.Temperatur air delusi harus dijaga 95-98°C.
1. Spesifikasi Alat
- Volume digester 3,2 – 3,5 m³ untuk kapasitas pressan 10 – 12
ton TBS/jam.
- Jumlah pisau 6 tingkat, terdiri dari 5 tingkat pisau aduk dan 1
tingkat pisau lempar (pada bagian dalam bawah ). Panjang
pisau 12 mm dari dinding digester, umur teknis pisau
aduk/lempar = 4.000.
- Dipasang siku penahan diantara pisau pada dinding digester
sebanyak 20 buah.
- Dipasang bottom wearing plate dengan ketebalan 9 mm
(beroperasi). Jumlah lubang pada bottom wearing plate =1.200
buah Ø 5mm atau 1.800 buah dengan Ø = 4 mm.
48
- Dipasang sekat pintu yang dapat dibuka/tutup pada corong
digester umur teknis main screw = 600 jam, cylinder press =
2.000 jam.
- Dipasang ularan balik dibawah distributor conveyor.
- Jarak ulir ( screw ) dengan silinder press ± 2mm.
2. Pengoperasian
a) Pintu corong ditutup selama 15 menit pada awal pengisian digester
sebelum dilakukan pengepressan;
b) Isian digester tetap dalam keadaan ¾ penuh
c) Temperatur dalam digester pada saat optimal = 95 – 98 °C
d) Waktu pelumatan ( retention time dalam digester ) = 20 – 25 menit
e) Jumlah air pengencer 20 – 21 % terhadap jumlah minyak hasil
kempa atau 9 % terhadap TBS
f) Tekanan hidrolik pada akumulator 40 – 50 bar
g) Sebelum mematikan screw press lakukan pengosongan, lakukan
pengosongan dengan cara memasukkan biji melalui corong
digester ke screw press
h) Setiap pagi sebelum mengolah lakukan pembersihan sehingga
semua pasir atau kotoran-kotoran terbuang keluar. Selama proses
lakukan pembersihan minimal 2 kali per shift
i) Kebersihan alat – alat dilakukan setiap hari
j) Mengambil contoh amplas kempa dari ke-3 sisi corong keluar
hasil press, setiap jam sebanyak 1 kg
k) Setiap minggu dilakukan pembersihan bagian luar/dalam sekaligus
mengukur keausan pisau-pisau digester, siku penahan, tumpat atau
tidaknya lubang bottom plate dan baut-baut yang kendur.
3. Pengawasan Operasional
1. Volume digester
2. Aliran minyak dari bottom plate
3. Kausan pisau digester (jarak ujung pisau kedinding digester masih
<1,5 cm)
49
4. Keausan worm screw (jarak ulir dengan silinder press masih <
7mm)
5. Norma losis dalam fiber ≤ 3,90 % terhadap contoh
6. Persentase biji terhadap total biji ( biji utuh + biji pecah + inti utuh
+ inti pecah dan cangkang ) maksimum 12 %
7. Komposisi ideal minyak kasar dibak RO berdasarkan hasil analisa
extraksi adalah minyak + 60%. Air + 25% dan NOS + 15%
8. Norma lossis minyak pada biji ≤ 0,8% terhadap contoh.
4. Trouble Shooting
Volume isian digester < ¾ kemungkinan disebabkan :
- Siklus perebusan terlalu lama akibat tekanan rebusan < 2,8
kg/cm²
- Stagnasi pada instalasi sebelum digester
- Kapasitas sebelum < 90% terhadap kapasitas terpasang
- Timbah-timbah buah tidak lengkap
- Interval penuangan buah masak ke autofeeder > 5 menit.
Aliran minyak dari botton plate tidak lancar kemungkinan
disebabkan :
- Lobang berforasi bottom wearing plate tumpat (akibat
pembersihan tidak dilakukan setiap minggu );
- Jumlah lubang perforasi terlalu sedikit ( <1.200 buah Ø
5mm atau < 1.800 buah Ø 4mm);
- Kran drain dalam keadaan rusak.
Keausan pisau digester (jarak ujung pisau kedinding digester
masih 1,5cm) kemungkinan disebabkan :
- Umur teknisi pisau sudah terlampaui (>4.000 jam).
Keausan worm screw ( jarak ulir dengan silinder press masih
>7mm) kemungkinan disebabkan :
- Umur teknis worm screw sudah terlampaui (>600 jam).
50
Bila losis minyak dalam fiber melebihi norma, kemungkinan
penyebabnya adalah :
- Proses perebusan tidak sempurna (kurang masak) sehingga
biji berekor
- Proses pengadukan tidak sempurna (temperatur adukan
<95%°C, isian digester <¾ bagian, pisau aduk arus, aliran
minyak kasar, dari bottom plate tidak lancar, tidak ada siku
penahan)
- Tekanan pressan < 40bar;
- Ularan screw sudah aus.
Bila biji pecah diatas norma, kemungkinan penyebabnya
adalah:
- Buah belum memenuhi kriteria matang panen (temperatur
adukan <95% °C , isian digester <¾ bagian, pisau aduk aus,
aliran minyak kaar dari bottom plate tidak lancar, tidak ada
siku
Hal-hal yang menyebabkan pengepresan kurang sempurna
adalah :
- Buah kurang matang.
- Pengadukan tidak sempurna
- Screw sudah aus
Akibat ketidak sempurnaan pengepressan dapat menimbulkan :
- Kehilangan minyak pada ampas meningkat
- Kehilangan minyak dalam biji meningkat
- Inti pecah meningkat
51
5.5 Pemurnian Minyak (Stasiun Klarifikasi)
1. Fungsi
a. Vibrating screen atau saringan getar berfungsi untuk memisahkan
massa padatan berupa ampas, yang terikut pada minyak kasar.
b. Bak RO atau crude oil tank adalah untuk meningkatkan suhu dan
dimanfaatkan juga untuk pengendapan.
c. Balance tank adalah untuk mengurangi gejolak cairan di CST.
d. Continuous settling tank (CST) adalah memisahkan/mengutip minyak
dari sludge.
e. Desanding cyclone (sand cyclone) adalah untuk mengutip pasir dalam
sludge.
52
f. Sludge separator adalah untuk mengutip minyak dalam sludge.
g. Oil purifier adalah untuk mengurangi kadar kotoran dalam minyak.
h. Vacuum dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak.
2. Spesifikasi Alat
a. Vibrating screen
Double screen dengan ukuran 30 dan 40 mesh.
b. Bak RO
Kapasitas untuk PKS yang berkapasitas 30 ton/jam = 12 m3 .
Kapasitas untuk PKS yang berkapasitas 60 ton/jam = 24 m3 .
c. Pompa minyak
2 buah kapasitas 20 ton/jam untuk PKS 30 ton TBS per-jam
dan 3 buah kapastitas 60 ton TBS per-jam
d. Balance tank
Posisi balance tank lebih tinggi 5 - 10 cm dari CST.
e. CST
Kapasitas 90 ton untuk PKS 30 ton TBS/jam.
Jumlah 2 buah untuk PKS 30 ton TBS/jam dan 3 buah untuk
PKS 60 ton TBS/jam.
Dilengkapi dengan agilator (3 buah pisau pengaduk) dengan
kecepatan berputar 3 – 4 rpm.
f. Sludge tank
Kapasitas untuk PKS yang berkapasitas 30 ton/jam = 17,5 m3.
Kapasitas untuk PKS yang berkapasitas 60 ton/jam = 35 m3.
g. Oil tank
Kapasitas untuk PKS yang berkapasitas olah 30 ton/jam adalah
25 m3.
h. Strainer
Jumlah 2 unit (1 unit beroperasi dan 1 unit cadangan) pada
PKS yang berkapasitas olah 30 ton/jam.
53
Jumlah 3 unit (2 unit beroperasi dan 1 unit cadangan) pada
PKS yang berkapasitas olah 60 ton/jam.
Jumlah brush di dalam strainer ada 6 buah.
i. Sand Cyclone
Jumlah 2 unit untuk PKS yang berkapasitas olah 30 ton/jam (1
unit beroperasi dan 1 unit cadangan).
j. Sludge Separator
Jumlah 4 buah untuk PKS yang berkapasitas olah 30 ton/jam
dan 7 buah untuk PKS yang berkapasitas olah 60 ton/jam.
Kapasitas 4,5 ton sludge per jam.
Setiap 5000 jam ganti bearing/balancing dan setiap 10000 jam
overhoul.
Umur teknis nozzle 1200 jam (Alfa laval) dan 400 jam (stork),
screw dan friction pad = 2500 jam.
Dilengkapi buffer tank dengan ketinggian ± 7 meter.
k. Oil Purifier
Jumlah 3 buah untuk PKS yang berkapasitas olah 30 ton
TBS/jam dan 5 buah untuk PKS yang berkapasitas olah 60 ton
TBS/jam.
Kapasitas 4 ton minyak kasar per jam.
Setiap 6000 jam ganti bearing dan setiap 19000 jam overhoul.
3. Pengoperasian
a. Sand trap
Melakukan spui setiap pagi sebelum mengolah.
Suhu ≥ 95oC .
Melakukan spui setiap 4 jam pada saat pengoperasian.
Melakukan pencucian setiap minggu.
b. Bak RO
Melakukan spui setiap pagi sebelum mengolah.
Suhu ≥ 95oC .
54
Jumlah cairan stabil.
Melakukan pencucian setiap minggu.
Mengambil contoh minyak kasar setelah vibratin screen atau
setelah keluar dari pompa setiap 2 jam, sebanyak 200 ml untuk
dianalisa komposisinya dengan metode ekstrak di laboratorium.
c. Pompa Minyak di Bak RO
Pompa minyak baru dioperasikan jika bak RO minimal telah
diisi setengah bagian
Menghidupkan pompa terus menerus selama mengolah.
d. CST
Melakukan spui setiap pagi sebelum mengolah.
Temperatur operasional cairan ≥ 95oC .
Ketebalan minyak pada saat pengutipan dan akhir olah ≥ 50
cm.
Pembersihan CST dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali,
sekaligus memeriksa kondisi pipa pemanas (steam oil) dan
agilator yang ada di dalam
Mengisi air panas setelah pencucian (±75%) sebelum diisi
minyak kasar dari Bak RO.
Selama pengutipan minyak, pemanasan hanya menggunakan
steam coil.
Mengambil contoh sludge di pipa outlet sludge pada masing-
masing CST (pipa inlet sludge tank) setiap 2 jam, sebanyak 200
ml untuk dianalisa kandungan minyaknya di laboratorium.
e. Sludge Tank
Melakukan spui setiap pagi sebelum mengolah.
Suhu ≥ 90oC .
f. Oil Tank
Melakukan spui setiap pagi sebelum mengolah.
Menjalankan pompa Crude Oil Tank apabila tangki sudah terisi
setengah atau seperempat volume.
55
Suhu ≥ 95oC .
g. Strainer
Membuang serabut/kotoran dari bagian bawah strainer setiap 2
jam sekali.
Brush kawat setiap 6 jam harus dicuci.
h. Sand Cyclone
Membuang pasir pada tabung bagian bawah setiap 30 menit.
Menyediakan tempat/drum penampung pasir untuk stand
cyclone automatic.
i. Sludge Separator
Temperatur sludge dan air panas ≥ 95 oC.
Melakukan pencucian setiap 4 jam.
Nozzle diganti jika Ø ˃ 1,8 mm.
Melakukan pencucian jika sludge separator sudah kotor (ada
kelainan suara, getaran dan beban ampere tinggi).
Mengambil contoh sludge di masing-masing outlet sludge
separator setiap 2 jam sebanyak 200 ml untuk dianalisa
kandungan minyaknya.
j. Oil Purifier
Membilas setiap 1 jam sekali. Jika air hasil pembilasan terlalu
kotor maka dilakukan pembilasan setiap 30 menit sekali.
Temperatur minyak harus mencapai 90oC – 95oC.
Mengambil contoh minyak di inlet dan outlet (sebelum dan
sesudah) masing-masing oil purifier setiap 2 jam, sebanyak 200
ml untuk diperiksa kandungan air dan kotoran.
Mengoperasikan Oil Purifier jika Oil Tank telah berisi minimal
setengah dari volume tangki.
k. Vacuum Dryer
Memeriksa ke-vacuum-an telah mencapai ± 760 mmHg.
56
Mengambil contoh minyak setelah Vacuum Dryer setiap 2 jam,
sebanyak 200 ml untuk diperiksa kandungan ALB (Asam
Lemak Bebas), air dan kotoran.
4. Pengawasan Operasional
a. Suhu minyak kasar di bak RO ≥ 95oC .
b. Jumlah/volume minyak kasar di bak RO stabil/konstan.
c. Komposisi ideal minyak kasar di bak RO adalah minyak ± 60%, air
± 25% dan NOS ± 15%.
d. Suhu cairan minyak kasar di CST ≥ 95oC .
e. Ketebalan minyak pada saat operasional dan akhir olah ≥ 50 cm.
f. Suhu di oil tank ≥ 95oC .
g. Suhu di sludge tank ≥ 95 oC.
h. Kondisi stream trap.
i. Kandungan minyak dalam sludge yang keluar dari CST < 5,0%.
j. Kandungan minyak dalam sludge yang keluar Sludge Separator
(normal ≤ 0,5% terhadap contoh).
k. Kadar air dalam minyak produksi ≤ 0,15% dan kadar kotoran ≤
0,020%.
l. Kebocoran minyak di semua instalasi.
m. Kadar ALB (Asam Lemak Bebas) minyak produksi CPO Super ≤
2,5% , sedangkan kadar ALB (Asam Lemak Bebas) untuk CPO
Non-super ≤ 3,5%.
5. Troubleshooting
a. Suhu cairan dalam Bak RO < 95oC kemungkinan disebabkan oleh :
Suhu di Sand Trap < 95% (karena tidak ada pemanas).
Luas permukaan steam coil tidak mencukupi atau jumlah
lubang pipa injeksi terlalu sedikit.
Kapasitas pompa lebih besar dibandingkan dengan jumlah
cairan yang masuk sehingga rentetion time cairan di Bak RO
terlalu singkat (>20 ton/jam untuk PKS yang berkapasitas olah
30 ton TBS per-jam).
57
b. Jumlah/volume minyak kasar di Bak RO tidak stabil/konstan
kemungkinan disebabkan oleh :
Kapasitas pompa > dibandingkan dengan jumlah cairan yang
tidak dihasilkan kempa.
Operasional pompa pengiriman minyak dari Bak RO ke CST
tidak berlangsung terus menerus.
c. Komposisi minyak kasar di Bak RO tidak ideal kemungkinan
disebabkan oleh :
Terlalu banyak/sedikit penambahan air pengencer.
Screen Vibro Separator sehingga kadar NOS menjadi tinggi.
Ukuran Screen Vibro Separator tidak sesuai (> 30 mesh).
Cairan minyak tidak lancar mengalir dari bottom wearing plate.
d. Suhu cairan minyak kasar dalam CST < 95% kemungkinan disebabkan
oleh :
Pipa Steam Coil terbalut kotoran akibat pencucian dilakukan >
6 bulan sekali.
Luas penampang pipa steam coil terlalu kecil.
Pipa Steam Coil hanya satu tingkat.
Thermostat tidak berfungsi.
Stream Trap tidak berfungsi.
e. Ketebalan minyak pada operasional dan akhir olah < 50 cm
kemungkinan disebabkan oleh :
Penyetelan skimmer (corong) terlalu rendah.
Pengurasan minyak pada akhir olah karena ingin mendapatkan
rendamen yang lebih tinggi.
f. Suhu di Oil Tank < 95 oC dan di sludge tank < 95 oC kemungkinan
disebabkan oleh :
Luas penampang pipa steam coil terlalu kecil atau tidak
dipasang steam coil/steam injeksi.
58
g. Kandungan minyak dalam sludge > 5,0% , berarti kinerja CST tidak
maksimal dan kemungkinan disebabkan oleh :
Suhu cairan di dalam CST < 95 oC.
Pemanasan pada saat pengutipan minyak menggunakan steam
injeksi atau terjadi kebocoran steam pada steam coil sehingga
cairan tidak tenang (menggelegak).
Cairan dalam CST sudah jenuh karena CST sudah > 6 bulan
tidak dicuci.
Retention Time di CST < 5 jam.
Tidak dipasang balance tank sehingga cairan tidak tenang
akibat tekanan pompa.
Steam coil hanya satu tingkat.
Kurang penambahan air pengencer (cairan terlalu kental).
Posisi ujung pipa inlet balance tank dengan outlet sludge CST
terlalu dekat.
Putaran agilator > 4 rpm.
h. Jika kadar air dalam CPO > 0,15% dan kadar kotoran > 0,020%
kemungkinan penyebabnya adalah :
Spui (di CST, Oil Tank, Sludge Tank) tidak dilakukan setiap
hari sebelum mengolah.
Ketebalan minyak di CST < 50cm.
Kondisi cairan dalam CST tidak tenang akibat cairan masuk
tidak melalui balance tank dan steam injeksi dihidupkan.
Kadar kotoran di salam yang yang masuk ke Oil Purifier tidak
standar.
Kadar air dalam minyak yang masuk ke Vacuum Dryer tidak
standar.
Temperatur minya di Oil Tank < 95 oC.
Kevakuman di Vacuum Dryer < 500 mmHg.
59
Pencucian Bowl Disc (Self Cleaning) tidak dilakukan setiap
satu jam.
RPM as spindle < 600 akibat power listrik yang rendah.
i. Kandungan minyak dalam sludge yang keluar dari Sludge Separator >
0,5% terhadap contoh. Kemungkinan penyebabnya adalah :
Nozzle sudah aus ( diameter> 1,80 mm).
Kandungan minyak dalam sludge di Sludge Tank > 6,0%
terhadap contoh.
Terlambat melakukan pencucian Sludge Separator (> 6 jam).
Temperatur sludge < 95 oC.
Cairan Sludge < 6000 akibat power listrik yang rendah.
Pharing sudah aus.
Ketinggian Buffer Tank dari Sludge Separator < 7m.
Umpan Sludge yang terlalu besar (tidak seimbang dengan
volume air yang masuk).
j. Jika kadar ALB (Asam Lemak Bebas) dalam minyak produksi >
3,50% kemungkinan penyebabnya adalah :
Bahan Baku (TBS/Berondolan) banyak yang terluka/memar
atau restan.
Kondisi instalasi tidak bersih (masih banyak kotoran di timba-
timba buah/conveyor).
Pengutipan minyak yang berlebihan dari bak Fat Pit.
60
5.5.2 Saringan Bergetar (Vibating Screen)
Saringan ini berfungsi untuk memisahkan benda-benda padat yang terikut
dalam cairan minyak yang berasal dari pressan. Dengan saringan yang bergetar
maka sampah akan terbuang dari ujung saringan, sedangkan minyak yang telah
tersaring akan jatuh ke bak Crude Oil Tank. Sampah yang keluar dari saringan ini
dikirim lagi ke timba buah oleh distributing conveyor untuk diolah lagi.Saringan
getar terdiri dari dua tingkat, tingkat atas memakai saringan mesh 30, dan tingkat
bawah memakai saringan mesh 40.Untuk memudahkan penyaringan, saringan
getar tersebut disiram dengan air panas.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian adalah pengenceran
dengan air diatur dengan sedemikian rupa, sehingga cairan dalam
tangkinmempunya perbandingan kira-kira satu bagian minyak dan dua bagian
cairan lumpur (sludge).
61
pemanasan tidak langsung.Hal ini dilakukan agar tidak terjadi gejolak cairan yang
dapat mengganggu pemisahan minyak.
Hal- hal yang harus diperhatikan :
Pengaturan minyak dilakukan sedemikian rupa, agar jangan terlalu
rendah menurunkan alat pengukur sehingga banyak terbawa
kotoran dari sludge.
Pemanasan dilakukan selama pabrik menolah.
Pembuangan endapan pasir pada kedua tangki dilakukan setiap
minggu.
62
Lubang-lubang strainer jangan sampai tersumbat (dapat diketahui
dari Flow Meter).
63
pemisah (sentripusi) yang berputar ± 7500 RPM. Akibat gaya sentrifugal yang
terjadi, maka minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak ke arah
poros dan terdorong ke arah dinding bowl. Air keluar dari parit, padatan melekat
pada dinding bowl yang dilarutkan dengan pencucian. Mekanisme kerja alat ini
dengan sistem sentrifugal dan dengan berat jenis, dima berat jenis yang ringan
(minyak) berkumpul di tengah untuk dialirkan ke vacuum dryer, sedangkan berat
jenis yang berat (sludge/kotoran) akan terlempar keluar dan dialirkan ke parit-
parit dan selanjutnta dialirkan ke kolam limbah sementara. Pembersihan Oil
Purifier dilakukan pada pagi dan sore hari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Pembebanan baru dapat dilakukan setelah dicapai putaran normal
dari mesin dengan cara menghitung “Revolution Counter” (62 – 65
per-menit).
Apabila putaran mesin tidak tercapai, lakukan pemeriksaan pada
“Clutch” atau Kopling dan rem.
Adakan pembersihan atau pencucian bowl apabila mesin bergetar.
Suhu minyak harus mencapai 90 - 95 oC
Kadar air dalam minyak setelah di-sentrifusi (Oil Purifier) berkisar
0,20 – 0,50%, sedangkan kadar kotoran 0,010 – 0,013%. Jika hal
ini tercapai, adakan pemeriksaan pada disc, gasket, sliding dan
piston.
64
Jika ternyata cairan di dalam tangki ini terlalu kental, perlu
ditambahkan penambahan air panas.
Pengutipan dalam tangki ini tidak harus minyak murni saja, karena
cairan yang akan dikutip ini masih akan diolah kembali didalam
pemisah minyak (Continuous Tank).
Penambahan panas di dalam tangki ini harus tetap dilaksanakan
agar pemisah cairan berat jenis (minyak) dengan cairan berat jenis
yang tinggi dapat terlaksana dengan baik.
Pembersihan dan pemeriksaan keseluruhan dilaksanakan satu kali
dalam seminggu.
65
hampa terhisap oleh ejector 1, masuk ke dalam ejector 2, sisa uap terakhir dihisap
oleh ejector dan dibuang ke udara.Air yang terbuang dalam kondensor 1 dan
kondensor 2 langsung ditampung pada tangki air panas dibawah (Hot Well Tank).
Alat ini mempunyai kapasitas sebesar ± 10 ton/jam dengan ketinggian 2,5 meter.
Alat ini mempunyai tekanan 600 – 700 cmHg yang dilengkapi dengan pompa
hisap 20 HP dan pompa minyak 7,5 HP. Suhu minyak dalam vacuum dryer 90 -
95 oC dengan kadar air 0,1%. Alat ini berjumlah satu unit. Untuk menjaga
keseimbangan minyak digunakan float valve di bagian bawah bejana vacuum
dryer. Alat ini menjadi salah satu bagian yan terpenting dalam stasiun klarifikasi
minyak, karena alat ini hanya berjumlah satu unit sehingga apabila alat ini rusak
akan membuat terhentinya proses produksi pengolahan pada pabrik kelapa sawit.
b. Deoling Pound
Untuk mengutip kembali sisa minyak yang masih belum terkutip di bak
Fat Pit hingga maksimum kadar minyak menjadi 0,5% terhadap contoh.
Untuk mengefektifkan proses perombakan dalam kolom anaerobic maka
perlu diperhatikan beberapa factor antara lain :
1. Sirkulasi
66
2. Resirkulasi
3. Kandungan Minyak
4. Kedalaman dari volume kolam
5. Jenis bakteri yang dikembangkan
c. Aerobic Pound
Limbah yang masuk ke dalam kolam mengandung oksigen terlarut yang
merupakan bekal untuk reaksi oksidasi. Ke dalam kolam mini dibuat 2,5 meter,
sehingga peluang sinar matahari sampai ke dasar kolam akan membantu reaksi
oksidasi dan membantu pekerjaan bakteri atau mikroba. Dikarenakan volume
limbah yang keluar harus ditampung di kolam sedangkan kedalamannya dikurangi
maka terjadi pertambahan luas permukaan dengan kontak udara yang
memungkinkan terjadinya difusi udara ke dalam air.
67
5.6.1 Cake Breaker Conveyor (CBC)
Alat ini mempunyai satu talang yang memiliki dinding rangkap
yang diantaranya diisi uap pemanas, suhu ± 60 – 70oC.Didalam conveyor terdapat
uluran-uluran yang diikat pada poros yang berputar. Kemiringan pedal diatur
sehingga pemecahan gumpalan-gumpalan terjadi dengan sempurna dengan
mendorongnya pelan-pelan menuju depericarper dan penguapan air dapat
berlangsung lancar.
5.6.2 Depericarper
Dari depericarper ampas terhisap dari blower ke fibre cyclone,
kemudian diangkut oleh conveyor untuk bahan bakar ketel uap sedangkan biji
jatuh ke polishing drum. Ampas press terdiri dari serat dan biji yang masih
mengandung air yang tinggi berbentuk gumpalan, oleh karena itu harus dipecah
dengan alat pemecah ampas. Setelah mengalami pemisahan di screw press dimana
minyak dialirkan ke sand trap tank.
Sedangkan ampas dan inti dibawa oleh CBC ke depericarper dan
pada alat ini terjadi pemisahan ampas dan initi, ampas dan inti dipisahkan dengan
cara pemisahan yang dihisap dengan blower karena ampas mempunyai berat yang
lebih ringan maka ampas akan naik ke fibre cyclone sedangkan inti jatuh ke
polishing drum.
68
2. Kecepatan putar polishing drum mempengaruhi terhadap gaya gesek
antara drum dan biji.
3. Keadaan permukaan dalam drum. Permukaan dalam drum dibuat
lubang dengan garis tengah 0,5 cm akan memperbaiki proses
pemolesan.
5.6.4 Destroner
Biji yang jatuh ke conveyor menuju destroner dihisap oleh blower
destroner melalui noten air lock/air lock pneumatic dan masuk ke geradin
drum/tromol sortasi, sedangkan ampas biji diantar ke conveyor cangkang kering
melalui dutting destroner ke cyclone destroner dan bercampur dalam conveyor
ampas ketel. Biji yang sudah bersih masuk ke grading drum yang terdiri dari dua
lubang reportasi yaitu fraksi kecil dan besar.
69
Biji yang berada dalam alat mengalami frekuensi yang cukup tinggi
baik dengan flat bergerigi maupun dengan rotor.Sehingga frekuensi pukulan ini
dapat menyebabkan biji lebih mudah lekang.Untuk menjamin kontinuitas biji
yang masuk dan tetap seimbang dengan kapasitas olah, maka alat ini dilengkapi
dengan pengatur umpan serta dilengkapi dengan penangkal logam.
1. Kondisi ripple mill. Keadaan alat yang bergerigi tumpul dan roda yang
bengkok akan menyebabkan pemecahan tidak efektif;
2. Jarak motor dengan plat bergerigi. Jarak yang terlalu rapat akan
menyebabkan presentase biji remuk tinggi dan bila jarak terlalu renggang
maka pemecahan biji tidak sempurna;
3. Putaran rotor. Putaran yang terlalu cepat akan menyebabkan biji hancur
dan terlalu rendah menyebabkan biji banyak yang tidak pecah.
4. Bentuk biji/ukuran biji yang heterogen. Bentuk biji yang gepeng dan
lonjong akan menyebabkan efesiensi pemecahan biji yang rendah.
5.6.8 Hydrocyclone
Alat ini berfungsi untuk memproses inti dan cangkang kasar
memakai alat menginfailer (pipa isap) ke konus dan nozzle. Konus dan nozzle
berada dalam hydrocyclone inti dan cangkang kasar masuk ke polishing drum
melalui conveyor cyclone dan masuk ke dalam air penampung cracted mixture
(inti dan cangkang) pertama, kemudian bijinya jatuh dan masuk ke conveyor inti
70
basah. Sedangkan cangkang yang masih mengandung inti dihisap oleh infailor
dan masuk ke bak kedua dan biji dilemparkan ke bak pertama. Sedangkan
cangkangnya dilemparkan di bak ketiga. Kadar cangkang kotoran masih
mengandung inti 2 – 3% sedangkan inti mengandung kadar cangkang 4 – 5%.
Adapun tekanan pompanya 1.2 kd/cm2 – 1.5 kg/cm2.
Keberhasilan pemisahan tempurung dari inti dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Tekanan pompa air pada Hydrocyclone.
Tekanan yang lebih tinggi akan mempercepat pemisahan inti dari
cangkang. Semakin tinggi tekanan pompa maka pemisah akan lebih
sempurna dan sebaliknya.
2. Putaran Cyclone.
Semakin baik jika permukaan bagian dalam lebih rata. Permukaan
yang rata umumnya disebabkan oleh pukulan benda berat seperti
logam dan batu yang akan menyebabkan pemisahan inti dan
cangkang tidak sempurna. Hal ini yang selalu menjadi maslah dalam
pengoperasian hydrocyclone.
3. Kebersihan umpan.
Kandungan serat dan debu yang tinggi dalam cairan hydrocyclone
akan mempengaruhi pemisahan inti dan cangkang. Oleh sebab itu,
diperlukan pengoperasian separating column (LTDS) yang lebih
sempurna.Selain untuk debu, juga menghilangkan inti pecah yang
dapat mengganggu kapasitas olah hydrocyclone.
4. Rotasi penggantian air
Partikel halus dan debu yang terdapat pada cairan hydrocyclone akan
mempengaruhi berat jenis cairan yang menyebabkan pemisahan inti
dan cangkang tidak berlangsung baik.
71
Inti sawit yang terpisah dari cangkang dalam ripple mill, kemudian
diangkut ke kernel silo untuk dikeringkan. Di kernel silo pengeringan terhadap
inti sawit sangat diperlukan dengan tujuan :
1. Untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam inti sawit.
2. Untuk mencegah terjadinya proses hidrolisa sehingga kadar ALB
dapat diperkecil.
72
pada minyak inti.Pengeringan inti yang baik adalah pengeringan dengan suhu
rendah dengan tujuan agar penguapan berjalan lambat dan merata untuk
permukaan dan bagian dalam inti.
Jika pengeringan suhu tinggi, maka terjadi kerusakan
inti.Penyimpangan pada pengeringan sering terjadi tanpa disadari oleh
operator.Pengeringan yang terlalu cepat dengan suhu tinggi dapat menyebabkan
“Case Hardening” dan mutu minyak menurun.
Pada PKS PTPN IV Pulu Raja, tidak mengolah inti sawit menjadi
PKO, sehingga setelah mengalami proses pengeringan inti, inti disimpan dalam
gudang inti untuk dikirim ke pabrik pengolahan inti (PPIS).
73
BAB VI
PENGOLAHAN LIMBAH
Gambar20. KolamLimbah
6.1 PengolahanLimbahPadat
74
bilaperebusandanbantingan yang
tidaksempurnasehinggapelepasanbuahtidakmerata.
6.2 PengolahanLimbahCair
75
BAB VII
Tujuan penjernihan dan untuk pemurnian air untuk ketel uap adalah
menghilangkan zat-zat padatan terlarut, (terutama garam-garam kalsium
magnesium) yang dapat mengakibatkan pembentukan kerak dalam ketel uap.
Beberapa tahapan proses penjernihan dan pemurnian air untuk pengolahan :
a. Water Basin
76
pipa air masuk. Tawas akan bereaksi dengan padatnya larutan (kotoran-kotoran
yang ada dalam air) membentuk floc-floc lumpur/kotoran yang akan mengendap
didasar tangki. Kapasistas pompa/debit air yang masuk ke water clarifier harus
disesuaikan dengan kapasitas clarifier, agar waktu tinggal terpenuhi (2-4 jam),
pembentukan floc lebih baik.
a. Pastikan air dalam tangki, bersih dari abu boiler, ganggang dan lain-lain.
Semua daerah overflow atau lubang-lubang aliran tidak tersumbat.
b. Pastikan pompa injeksi (dosing pump) tawas dan soda ash bekerja dengan
baik.
c. Pastikan selang injeksi tawas dan soda ash tidak tersumbat/tidak bocor.
c. Bak Sendimentasi/Pengendapan
77
Fungsi water tank adalah sebagai tempat penimbunan air hasil
penyaringan dari Sand Filter.Dari water tank air didistribusikan ke pabrik dan
perumahan.Khusus untuk memenuhi kebutuhan pabrik.Fungsi tower penampung
air adalah agar air yang masuk kedalam Demim Plant dalam kondosi yang
kontiniu dan dengan tekanan yang stabil.
a. Periksa dan pastikan air selalu disuplai langsung ke unit-unit dalam pabrik
b. Periksa dan pastikan bandul ketinggian air, kran-kran bekerja dengan baik,
langsung perbaiki bila terjadi kerusakan.
c. Sebelum dijalankan, sedikit air harus dibuang dari dasar tangki
d. Periksa tangki dan dinding tangki dari kebocoran atau karat lakukan
perbaikan bila perlu.
e. Periksa dan pastikan penutup tangki selalu dalam posisi tertutup.
f. Lakukan pencucian tangki 1 x 6 bulan.
Air dari tangki penyimpanan akan mengalir terlebih dahulu melalui bejana
yang mengandung resin penukar kation bersifat asam. Pada proses ini terjadi
penukaran ion antara kation lainnya dalam air dengan kation hydrogen dan resin.
Air yang keluar dari bejana penukar kation selanjutnya mengalir kedalam
bejana penukar anion mengandung anion resin bersifat basa.
Air umpan ditampung dalam tangki air umpan dan di steam untuk
menaikan suhu air umpan yaitu berkisar antara 80° - 90°C guna menghilangkan
gas korosif yang larut dalam air umpan terutama oksigen dan karbon dioksida.
78
d. Ketel Uap
Akhirnya masuk kedalam ketel dan kemudian diubah menjadi uap yang
akan dipergunakan untuk berbagai proses.
1) Deposit ketel ialah zat-zat anorganik, organik atau campuran dari kedua
zat tersebut berupa padatan lunak atau keras yang terdapat dalam ketel.
2) Kerak ialah deposit yang sifatnya keras dan melekat pada permukaan
logam ketel.
3) Korosi ialah hasil reaksi kimia antara logam dan lingkungannya. Korosi
biasanya terdiri dari deposit yang tidak larut dalam air.
79
1) Pembentukan kerak disebabkan oleh pengendapan garam-garam sudah
yang terkandung dalam air dan pada umumnya terdiri dari bikarbonat,
sulvat dan klorida.
2) Korosi disebabkan terutama oleh oksigen dan karbondioksida dan
kemungkinan juga oleh kondisi lingkungan yang bersifat asam.
1) Perlakuan air dalam ketel yaitu menambahkan bahan kimia kedalam air
umpan atau langsung kedalam ketel, dengan tujuan untuk mencegah
pembentukan kerak atau korosi yang dapat merusak ketel.
2) Jenis dan bahayanya bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada
kondisi pengoperasian ketel dan mutu air yang dipergunakan.
Sifat-sifat :
1. Cairan berwarna coklat tua
2. Larut dalam air
3. Tidak mudah terbakar
Kegunaan :
Mempunyai sifat sebagai penyerap oksigen dan bereaksi dengan yang larut
dalam air serta membentuk lapisan film pada permukaan pipa.
Sifat-sifat :
1. Cairan berwarna bening larut dalam air
2. Tidak mudah terbakar
Kegunaan :
80
1. Dengan penambahan bahan kimia tersebut,maka Kristal akan dapat
dihalangi sehingga terbentuk padatan suspensi dan mudah dibuang
melalui blow down.
2. Pada dosis tertentu dapat menyusut kedalam kerak secara perlahan
melengkangkannya menjadi lumpur yang ringan dan muah dikeluarkan
melalui blow down.
Sifat-sifat :
1. Cairan kental berwarna bening
2. Larut dalam air
3. Tidak mudah terbakar
Kegunaan :
Dapat menyebabkan korosi yang disebabkan oleh pH yang rendah.Dapat
menstabilkan pH dan alkalinity air ketel serta mencegah pembentukan
kerak silika.
Diketahui :
81
73 liter
¿
Jangka waktu habis Larutan Tawas dalam blong liter
1,8
jam
¿ 40,56 jam
24 jam ×70,56 kg
Tawas diperlukan/hari ¿
40,56 jam
= 41,75 kg
BAB VIII
MAINTENANCE
82
2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan
akibat kesalahan manusaia sehingga dapat mempercepat keausan
mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang
tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin /peralatan.
83
8.3. Jenis – jenis Maintenace
1) Preventive Mainteance
84
Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan modern dimulai dengan apa
yang sering disebut preventive maintenance yang kemudian
berkembang menjadi productive maintenance. Kedua metode
pemeliharaaan ini umumnya singkat dengan PM dan pertama kali
diterapkan oleh industry-industri manufaktur di Amerika Serikat dan
pusat segala kegiatannya di tempatkan satu departemen yang disebut
maintenance department.
85
c. Kerusakan pada unit tersebut dapat membahayakan kesehatan
dan keselamatan;
d. Modal yang di investasikan pada fasilitas tersebut cukup tinggi.
2) Corrective Maintenance
Perawatan koreksi tidak hanya berarti memperbaiki tetapi
juga mempelajari sebab-sebab terjadinya kerusakan serta cara-cara
mengatasinya dengan cepat, tepat dan benar sehingga tercegah
terulangnya kerusakan yang sejenis. Dalam hal ini untuk mencegah
terulangnya kerusakan sejenis diperlukan tindakan, misalnya:
a. Merubah proses produksi dari system yang lama kepada
system yang baru;
b. Merubah kontruksi mesin atau peralatan;
c. Merubah kontruksi mesin yang lama dengan yang baru;
86
d. Melatih operator /teknisi yang menangani
mesin/peralatan;
e. Memperbaiki jadwal dan tindakan perawatan;
f. Mengganti jenis material yang lebih baik.
4) Proactive Maintenance
Merupakan pengembangan dari predictive maintenance
dengan investigasi dari kerusakan yang dideteksi dilapangan dan
langsung mengadakan perbaikan.
87
c. Autonomous Maintenence (Pemeliharaan Mandiri)
Pemeliharaan ini merupakan suatu kegiatan untuk dapat
mengingatkan productivitas dan efesiensi mesin/peralatan melalui
kegiatan yang dilaksakan oleh operator untuk memelihara
mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri.
Ada beberapa prinsip yang mendasari kegiatan maintenance ini:
1. Clerig up yaitu menyingkirkan benda-benda yang tidak perlu;
2. Organizing yaitu menempatkan benda yang diperlukan dengan
rapi;
3. Cleaning yaitu membersihkan peralatan dan tempat kerja;
4. Standardizing yaitu membuat standart kebersihan, pelumasan
dan inspeksi;
5. Training and Dicipline yaitumeniingtkan skil dan moral.
88
7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidiness).
Seluruh kegiatan maintenance dapat digolongkan kedalam salah satu dari 5 tugas
pokok tersebut :
a. Inspeksi (inspection)
Kegiatan inspeksi merupakan kegiatan pengecekan dan pemeriksaan
secara berkala (rountine schedule check) mesin/perlatan sesuai dengan
rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan
mempunyai fasilitas mesin/peralatan yang baik untuk menjamin
kelancaraan proses produksi.
b. Kegiatan teknik (engeneering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas perlatan yang baru
dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu
89
diganti, seta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan
pengembangan komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah
terjadinya kerusakan.
c. Kegiatan produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiaataan pemeliharaan yang sebenarnya
yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi.
d. Kegiatan administrasi
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-
pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyususnan planning dan scheduling.
8.5. Gambar Workshop di PKS Pulu Raja
A. Bengkel Listrik
90
Gambar 22. Bengkel listrik
B. Bengkel Mobil
C. Bengkel Umum
91
Gambar 24. Bengkel Umum
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan
1. Kebun Pulu Raja adalah salah satu Unit Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
yang telah dikelola BUMN PTPN IV;
2. Luas perkebunan Pulu Raja seluruhnya (± 4.636 ha) sebagian besar untuk
tanaman kelapa sawit seluas ± 4.370 ha. Kapasitas 30 ton/jam. Sedangkan
varietas yang ditanam adalah tenera yang diperoleh dari PPPKS ( Pusat
Pemeliharaan Pembibitan Kelapa Sawit ) Marihat Pematang Siantar;
3. PKS Kebun Pulu Raja menghasilkan CPO dan inti sawit dengan proses
pemisahan bahan yang sudah tersedia dengan jumlah mutu yang optimal,
dan kehilangan (losis) sesuai dengan norma atau petunjuk yang tersedia;
4. Pengolahan limbah pada PKS Kebun Pulu Raja sudah baik, sehingga
limbah yang dialirkan ke perkebunan (land application) sudah tidak
membahayakan bagi kesehatan;
92
5. PKS Kebun Pulu Raja menggunakan air sungai sebagai sumber air untuk
pengolahan, karena letak pabrik yang berdekatan dengan sungai.
9.2. Saran
93
94
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Bacaan :
Data Jumlah Tenaga Kerja dan Karyawan Pimpinan PTPN IV Unit Usaha Pulu
Raja