Anda di halaman 1dari 24

BEBEBGIG SUKAMANTRI IKON SENI HELARAN DARI CIAMIS

“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Tari”

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Tati Narawati, S.Sen., M.Hum.

Disusun oleh :

Vikri Sabastian Kurnia

2008968

2A – Pendidikan Seni Tari

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta
hidayah-Nya penyusun masih diberi kesempatan menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Tari.
Makalah yang berjudul “Bebegig Sukamantri Ikon Seni Helaran dari Ciamis” ini, berisi
tentang bahasan mengenai sejarah Bebegig Sukamantri, makna pada seni pertunjukan
Bebegig Sukamantri, fungsi pada seni pertunjukan Bebegig Sukamantri, perkembangan seni
helaran Bebegig Sukamantri, dan juga keunikan pada Bebegig Sukamantri.

Dalam penyelesaian makalah ini, banyak kendala yang penyusun hadapi salah satunya
adalah ketelitian yang harus dibutuhkan oleh penyusun pada saat melakukan penyusunan
makalah ini. Dan juga kondisi pada saat pandemi menyusahkan penyusun untuk melakukan
kegiatan observasi secara langsung. Namun, penyusun dapat mengatasi kendala tersebut. Atas
bantuan, dorongan dan bimbingan dari semua pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Tati Narawati, S.S., M.Hum. selaku dosen pangampuh Mata Kuliah
Sejarah Tari.

2. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan baik moril maupun materil dalam
pembuatan makalah ini.

3. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi selama pembuatan


makalah ini.

Semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang setimpal, Aamiin.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun serta pembaca,
terutama dalam pengetahuan lebih dalam mengenai Tari Pendet.

Ciamis, 27 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
1. Tujuan Umum 2
2. Tujuan Khusus 2
D. Manfaat Penulisan 2
E. Metode Penulisan 2
F. Sistematika Penulisan 3
BAB 2 : PEMBAHASAN
A. Sejarah Bebegig Sukamantri 5
B. Makna Seni Helaran Bebegig Sukamantri 7
C. Fungsi Seni Helaran Bebegig Sukamantri 9
1. Sebagai Sarana Hiburan 9
2. Sebagai Sarana Upacara 9
D. Perkembangan Seni Helaran Bebegig Sukamantri 9
1. Periode Prabu Sampulur 9
2. Periode Margadati 10
3. Periode Eyang Emuh Muhrodi 11
E. Keunikan Seni Helaran Bebegig Sukamantri 11
BAB 3 : PENUTUP
A. Simpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Disetiap daerah, tentunya memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas daerah
tersebut. Begitupula dari daerah Ciamis. Daerah yang berada disebelah timur provinsi
Jawa Barat ini memiliki keunikan yang sangat banyak terutama dalam segi kebudayaan.
Di Ciamis tersendiri terdapat sebuah seni pertunjukan yang hampir sama dengan seni
pertunjukan tari topeng barong. Seni pertunjukan ini bernama “Bebegig Sukamantri”.

Sesuai dari nama seni pertunjukannya, seni helaran ini berasal dari Kecamatan
Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Dahuulu kesenian
Bebegig merupakan bagian dari ritual dalam upacara pengusiran roh-roh jahat. Karena
ssekarang warga Ciamis sudah beragama yaitu Islam maka kesenian ini diubah dari
upacara mistik pengusiran roh jahat, menjadi kesenian untuk menghibur
masyarakat Ciamis pada acara Agustusan (memperingati hari kemerdekaan RI pada
tanggal 17 Agustus), khitanan, dll.

Di daerah ini, bebegig sengaja dibuat untuk menakut - nakuti manusia. Sampai
sekarang, belum ada nama atau istilah lain yang membedakan antara bebegig sawah dan
bebegig yang ada di Kecamatan Sukamantri. Artefak ini oleh orang - orang Sukamantri
dinamai bebegig dengan alasan karena memiliki fungsi yang sama, yakni untuk menakut-
nakuti manusia. Supaya tidak tertukar dengan bebegig sawah, orang-orang di daerah
tersebut memberi nama Bebegig Sukamantri dengan alasan bahwa artefak tersebut hanya
lahir dan berkembang di Kecamatan Sukamantri serta tidak ada di daerah lain di
Kabupaten Ciamis, begitu pula di Jawa Barat.
Pengertian bebegig itu sendiri dalam bahasa Sunda (Tim, 2008: 5) adalah “Jajalmaan
tina jarami paranti nyingsieunan manuk”. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, bebegig
merupakan sejenis patung atau boneka atau benda lain yang menyerupai manusia yang
terbuat dari bahan jerami, yaitu pohon padi yang sudah kering, yang digunakan untuk
menakut-nakuti burung di sawah menjelang musim panen. Sukamantri termasuk
kecamatan baru di Kabupaten Ciamis, hasil pengembangan dari Kecamatan Panjalu.
Wilayah tersebut merupakan batas sebelah Barat antara Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Majalengka. Daerah Sukamantri merupakan daerah persawahan yang dikelilingi
pegunungan. Dengan demikian, mata pencaharian masyarakat tersebut adalah bertani dan
berladang. Dalam perkembangannya, Bebegig Sukamantri sekarang sudah menjadi
kesenian yang biasa dipentaskan dalam kegiatan helaran, seperti yang sudah menjadi
tampilan rutin dalam helaran pada bulan Agustus. Lahir serta berkembangnya kesenian
tersebut mengalami proses yang sangat panjang serta mengandung nilai sejarah sejalan
dengan zaman Kerajaan Panjalu, Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Galuh di Kabupaten
Ciamis.
B. Rumusan Masalah
Mengacu kepada latar belakang di atas, dapat ditetatpkan rumusan masalah sebagai
berikut:
 Bagaimana sejarah seni helaran Bebegig Sukamantri?
 Apa makna seni helaran Bebegig Sukamantri?
 Apa fungsi seni helaran Bebegig Sukamantri?
 Bagaimana perkembangan seni helaran Bebegig Sukamantri?
 Apa keunikan seni helaran Bebegig Sukamantri?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah seni helaran
Bebegig Sukamantri itu sendiri.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini adalah sebagai berikut :
 Mengetahui sejarah seni helaran Bebegig Sukamantri.
 Mengetahui makna seni helaran Bebegig Sukamantri.
 Mengetahui fungsi seni helaran Bebegig Sukamantri.
 Mengetahui perkembangan seni helaran Bebegig Sukamantri.
 Mengetahui keunikan seni helaran Bebegig Sukamantri.
D. Manfaat Penulisan
Secara teoritis makalah ini bermanfaat bagi pengembangan budaya Indonesia. Selain
itu, makalah ini difokuskan menelaah berbagai masalah yang berkaitan dengan sejarah
seni helaran Bebegig Sukamantri.
Adapun secara praktis, makalah ini bermanfaat bagi pembacanya dalam
mempertahankan budaya sendiri sebagai jati diri bangsa.
E. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan pendekatan deduktif yakni melalui metode studi
kepustakaan, baik pada buku-buku, artikel jurnal, atau pada online yang membahas
mengenai pengaruh budaya asing terhadap budaya Indonesia.

F. Sistematika Penulisan
Makalah ini, memuat:
 Bab I : Pendahuluan

Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat


Penulisan, Metode Penulisan, serta Sistematika Penulisan.

 Bab 2: Pembahasan
Berisi tentang bahasan mengenai sejarah seni helaran Bebegig Sukamantri,
makna seni helaran Bebegig Sukamantri, fungsi seni helaran Bebegig Sukamantri,
perkembangan seni helaran Bebegig Sukamantri, dan juga keunikan pada seni
helaran Bebegig Sukamantri.
 Bab 3: Penutup
Berisi simpulan makalah ini serta saran – saran yang bersifat membangun.
BAB 2

PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Seni Helaran Bebegig Sukamantri

Bebegig Sukamantri merupakan kesenian yang masih ada dan dilestarikan. Menurut
Cucu Panji Suherman Bebegig Sukamantri kini sudah menjadi seni budaya dan
perkembangannya pun begitu pesat terutama ketika bisa tampil diluar kabupaten, anak-
anak sampai dewasa berbondongbondong ingin menggunakan Bebegig. Bebegig
Sukamantri disinyalir sudah ada sejak jaman dahulu, jaman Kerajaan Pajajaran terdesak
oleh Kesultanan Cirebon.
Bebegig Sukamantri erat kaitannya dengan wilayah sebelah utara Sukamantri yaitu
hutan Karang Gantungan, dalam kawasan tersebut terdapat sumber air dan untuk menjaga
hutan tersebut oleh para leluhur dibuatlah Bebegig sebagai penjaganya supaya tidak
dirusak. Bebegig Sukamantri adalah orang menggunakan topeng dengan karakter makhluk
menyeramkan. Rambut terbuat dari bubuay dengan dilengkapi mahkota dari daun waregu
yang tersusun rapi diatas topeng. Keseluruhan beratnya bisa mencapai 30-50 kg yang
harus digunakan dengan cara dipikul pada pundak pemain Bebegig Sukamantri. Tangan
serta bagian tengah 7 tubuh sampai kaki bagian bawah pemain terbuat dari ijuk kawung
(aren). Setiap Bebegig Sukamantri dilengkapi dengan kolotok yang diikatkan pada
pinggang pemain.
Kesenian ini mulai diperkenalkan sekitar tahun 1950 an oleh para pelaku seni di
Ciamis dan masyarakat Sukamantri. Bebegig Sukamantri merupakan kesenian umum bagi
warga Desa Sukamantri, tetapi kesenian ini dikembangkan lagi di Dusun Campaka.
Bebegig Sukamantri kini dipentaskan dalam bentuk helaran, diiringi oleh musik
pengiring dan penari kolotok. Dalam setiap helaran, berjumlah 40 orang terdiri dari 12
Bebegig Sukamantri, 10 orang pemusik, 12 penari kolotok dan 6 asisten. Tidak hanya
tampil saat helaran 17 agustus saja, juga tampil diundang dalam helaran memeriahkan
ulang tahun daerah ataupun turun mandi pengantin sunat.
A. Sejarah Bebegig Sukamantri
Nama Bebegig merupakan representasi penjaga lingkungan alam sekitar. Berdasarkan
beberapa data tertulis, Bebegig berkaitan erat dengan wilayah sebelah Utara Desa
Sukamantri, yang disebut Tawang Gantungan, sebuah bukit dengan hutan larangan yang
masih dianggap keramat dan angker. Wilayah ini oleh masyarakat setempat dipercaya
sebagai bekas kerajaan. Memiliki luas wilayah sekitar 3,5 Ha, dengan ketinggian 950 M
DPL dan termasuk hutan alam kayu lain (HAKL). Bukit itu sedikit berbeda dengan bukit
yang ada di sekitarnya. Di bagian lembahnya terdapat 3 (tiga) parigi (parit) besar yang
melingkarinya. Wilayah seperti ini itu tidak akan ditemukan di wilayah lain, di bawahnya
ada lereng terjal yang disebut oleh masyarakat dengan nama Panggeleseran. Di bawah
Penggelesaran terdapat sungai yang mengalirkan jernih dari mata air yang ada di sekitar
lokasi itu.
Orang yang berkuasa di wilayah Tawang Gantungan pada waktu itu adalah Prabu
Sampulur, yang dikenal sakti dan juga cerdik. Untuk menjaga dari gangguan orang yang
punya niat jahat, dibuatlah topeng-topeng dari kulit kayu yang dibuat sedemikian rupa
menyerupai wajah yang menyeramkan. Rambutnya terbuat dari ijuk kawung (Aren) yang
terurai panjang ke bawah, dilengkapi atribut mahkota dari kembang bubuay dan daun
Waregu yang tersusun rapi diatas kepala topeng, dihiasi kembang hahapaan dan daun
pipicisan. Atribut tersebut diambil dari tanaman liar yang tumbuh subur di daerah tawang
gantungan, selintas biasa saja atribut yang dipasang di topeng tersebut, padahal beberapa
atribut ternyata memilliki atau mengandung filosofi kehidupan yang sangat dalam.
Prabu Sampulur selalu menyerahkan daun Waregu Pancawarna dan kembang bubuay.
Daun Waregu Pancawarna bukan berarti setiap helai daunnya warna-warni, melainkan
hanya simbol kebaikan atau kebahagiaan. Sedangkan bunga yang keluar dari pohon
sejenis rotan yang disebut bubuay itu ternyata mengandung filosofi kehidupan yang sangat
berarti, dilihat dari bentuk bunga yang tersusun rapi berurutan, sebagai simbol runtut raut,
sauyunan (kebersamaan), silih asah, silih asih, silih asuh, stiap helai bunganya menempel
kuat di manggarnya (tangkainya). Kuatnya kebersamaan secara turun temurun tidak akan
lepas dari pecah. Selanjutnya topeng-topeng kulit kayu yang dibuat oleh Prabu Sampulur
dipasang dipohon-pohon besar yang ada disekitar Tawang Gantungan konon, karena
kesaktiannya bila ada orang yang berniat jahat melihat topeng tersebut seolah-olah melihat
makhluk tinggi besar menyeramkan dan membuat takut orang itu. Prabu Sampulur
didatangi 2 orang pendatang ke tempat tersebut (Tawang Gantungan), orang itu bernama
Sanca Manik dan Sanca Ronggeng, prabu sampulur sendiri mempunyai 17 orang yang
bisa dipercaya dan bisa membantu termasuk Sanca Manik dan Sanca Ronggeng.
Kehidupan ditempat tersebut hanya bertani alakadarnya, bisa saja, dan berburu hewan
apapun yang kiranya bisa dimakan. Sanca Ronggeng selalu menari-nari kegirangan bila
mereka mendapatkan hewan buruan dan diikuti oleh yang lainnya sebagai ungkapan rasa
gembira, senang. Karena keseringan melihat gerakan Sanca Ronggeng menari itu Prabu
Sampulur teringat topeng yang dipasang dipohon dan Sanca Ronggeng adalah orang
pertama yang memeakai topeng dan atributnya. Semenjak itu setiap mendapatkan hasil
buruan mereka selalu menari memadukan jurus-jurus beladiri & tarian sambil memakai
topeng. Diantara mereka, Sanca Ronggenglah yang paling lihai menari dan mengajarkan 7
gerakan tari yang juga dipadukan dengan jurus beladiri, kepada orang-orang di sekitarnya.
Selain itu terdapat versi lain yang menyebutkan kesejarahan seni bebegig ini. Konon yang
mulai merintis kesenian Bebegig ini adalah Berawal pada kerajaan Sunda hendak
menikahkan Putri Dyah Pitaloka dengan raja Hayam Wuruk saat di lapangan Bubat.
namun disaat menunggu kedatangan rombongan kerajaan majapahit, rombongan kerajaan
sunda di serang oleh prajurit bertopeng yang keluar dari hutan. sehingga terjadilah perang
bubat. Topeng ini adalah tidak lain merupakan prajurit dari Bre Wengker yang merupakan
paman dari Hayam wuruk, setelah sebagain dari pihak kerajaan Sunda tewas. Hayam
wuruk dinikahkan oleh putri dari Bre Wengker, sedangkan rombongan kerajaan Sunda
yang masih selamat diberi tahta kerajaan majapahit, dan membuat sebuat topeng atas
perang bubat untuk mengingat kejadian pahit.
Saat ini, Kesenian bebegig masih ada dan bertahan di Desa Campaka, Kec.
Sukamantri, Kabupaten Ciamis, baik dari segi pementasan maupun proses pembuatannya.
Proses pembuatan Bebegig di desa ini adalah sebagai berikut: Sebelum Bebegig dibuat
para pemain berdo’a terlebih dahulu, kemudian berangkat ke gungung Karang Gantungan
untuk mengambil bahan-bahan antara lain ijuk, bubuay, daun waregu. Bahan-bahan
tersebut dibawa kesanggar pembuatan Bebegig. Proses diawali dengan pembuatan topeng
kemudian dirangkai dan dibentuk menggunakan bahan-bahan yang diambil dari Gunung
Karang Gantungan, sehingga terbentuklah topeng dengan segala asesorisnya termasuk
kolotok yang digantungkan ke badan peserta, berat badan Bebegig tersebut sekitar 20 kg
atau lebih yang siap digunakan, kemudian topeng itu dipakai oleh peserta yang telah
disiapkan untuk mengunakannya.
Diawali dengan do’a bersama agar pertunjukan berjalan lancar dan aman serta
pertunjukanpun dimulai dengan mengitari perkampungan kemudian berkumpul dalam
satu arena yang telah ditentukan untuk unjuk kebolehan dan kekuatan antara Bebegig
yang satu dan lainnya. Pada malam harinya dilakukan ritual tawasul kepada arwah nenek
moyang yang telah tiada, kemudian para peserta menggunakan kembali topeng Bebegig
masing-masing dan disebar diberbagai tempat menunggu datangnya fajar.
B. Makna Seni Helaran Bebegig Sukamantri
Setiap seni pertunjukan yang disuguhkan tentu memiliki makna tersendiri yang
terkandung di dalam seni tersebut. Begitu pula dengan seni helaran Bebegig Sukamntri
ini. Makna yang terkandung pada Bebegig Sukamantri yaitu mengajarkan kepedulian
kepada kita untuk menjaga dan melestarikan alam sekitar. Bebegig ikut mengingatkan
apakah masih peduli dengan kelestarian alam sekitar atau tidak. Bahan untuk membuat
Bebegig dari masa ke masa mengalami perubahan namun tidak dengan Ijuk, Waregu,
Bubuay dan kolotok. Ketiga bahan tersebut tidak pernah berubah dari dulu sampai
sekarang. Dibalik bahan tersebut mengandung makna yang sangat dalam yaitu sebagai
berikut:
1. Ijuk

Gambar 2.2. Ijuk yang dihasilkan dari pohon aren.


Ijuk kawung (aren) yang digunakan sebagai rambut serta penutup tangan
dan penutup bagian tengah tubuh pemain Bebegig Sukamantri sampai kaki
bagian bawah memiliki makna yaitu ngabadan kawung. Ijuk yang dihasilkan
dari pohon kawung (aren) memiliki makna bahwa hidup harus bermanfaat bagi
banyak orang seperti pohon aren dimana setiap bagian dari pohon tersebut
dapat dimanfaatkan.
2. Waregu

Gambar 2.3. Daun Waregu.


Waregu merupakan daun yang dijadikan sebagai mahkota Bebegig
Sukamantri. Makna yang dapat diambil yaitu kebaikan. Makna daun waregu
identik dengan sejarah Bebegig Sukamantri pada periode Prabu Sampulur
dimana daun waregu pancawarna yang digunakan sebagai simbol kebaikan.
3. Kembang Bubuay

Gambar 2.4. Kembang Bubuay.


Bubuay memiliki makna tentang kebersamaan. Bubuay merupakan bunga
yang keluar dari pohon sejenis rotan, dilihat dari bentuk bunga yang tersusun
rapi berurutan sebagai runtut raut, sauyunan, silih asah, silih asih, silih asuh.
Setiap bunga menempel kuat di manggarnya (tangkai). Kuatnya kebersamaan
secara turun temurun tidak akan lepas dan pecah. Selain itu juga didalam
bubuay tersebut terdapat benih benih rotan yang jika Bebegig bergerak benih
tersebut berjatuhan ke bawah.
4. Kolotok

Gambar 2.5. Kolotok


Kolotok memiliki makna tentang pemberi kabar gembira. Makna kolotok
berkaitan dengan sejarah Bebegig Sukamantri pada periode Margadati, dimana
pada periode tersebut Margadati menmberikan kabar gembira kepada
masyarakat yaitu dengan cara menggunakan kolotok dengan suara yang
kencang.
C. Fungsi Seni Helaran Bebegig Sukamantri
1. Sebagai sarana hiburan

Gambar 2.6. Bebegig Sukamantri sebagai sarana hiburan


Fungsi dari seni helaran Bebegig Sukamantri sebagai sarana hiburan masyarakat di
Jawa Barat, khususnya daerah Kecamatan Sukamantri, Ciamis sebagai tempat asal
usul terlahirnya kesenian rakyat ini. Tari Seni helaran ini biasanya digelar pada
perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus, ataupun
acara seperti khitanan. Selain itu bebegig ini ditampilkan ketika penyambutan tamu –
tamu penting yang datang ke daerah Sukamantri ataupun daerah Kabupaten Ciamis
lainnya.
2. Sebagai sarana upacara

Selain sebagai sarana hiburan, ronggeng gunung juga biasanya dipertunjukan pada
upacara spiritual sebagai pengusiran roh – roh jahat yang mengganggu daerah
setempat. Sebelum beragama, mereka percaya bahwa roh – roh jahat berkeliaran dan
dapat melukai seseorang jika terasuki. Oleh karena itu, bebegig ini dipercaya oleh para
masyarakat setempat untuk mengusir roh – roh jahat yang dapat mengganggu
ketentraman dan kedamaian masyarakat. Namun upcara tersebut sudah tidak
digunakan. Karena masyarakat mulai berpikir hanya pertolongan dari tuhanlah yang
dapat membantu umat manusia.

D. Perkembangan Seni Helaran Bebegig Sukamantri

1. Periode Prabu Sampulur


Periode pertama yaitu periode Prabu Sampulur, merupakan orang yang berkuasa di
wilayah Tawang Gantungan yang dikenal sakti dan juga cerdik. Siapa yang berani
mengganggu tanaman dan pohon di kawasan tersebut hidupnya tidak bakal selamat
atau terkena mamala (bahaya).

Untuk menjaga daerah tersebut dari orang-orang yang mempunyai niat jahat,
dibuatlah topeng-topeng dari kulit kayu yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai
wajah yang menyeramkan. Rambutnya terbuat dari ijuk yang terurai panjang kebawah,
dilengkapi atribut mahkota dari kembang bubuay dan daun waregu pancawarna yang
tersusun rapi diatas kepala topeng. Waregu pancawarna bukan setiap helai daun
berwarna-warni melainkan sebutan Prabu untuk daun tersebut sebagai simbol
kebaikan. Atribut yang digunakan diambil dari tanaman liar yang tumbuh subur di
daerah Tawang Gantungan. Selanjutnya topeng tersebut dipasang di pohon-pohon
besar di Tawang Gantungan oleh Prabu Sampulur, karena kesaktiannya orang yang
berniat jahat melihat topeng itu bagaikan makhluk tinggi besar menyeramkan yang
siap menerkam. Orang yang bermaksud masuk hutan jadi ketakutan.

Suatu saat Prabu Sampulur didatangi dua orang pendatang ke Tawang Gantungan,
yaitu Sanca Manik dan Sanca Ronggeng. Pada awalnya Prabu memiliki tujuh belas
orang yang bisa dipercaya dan bisa membantunya termasuk dua orang pendatang
tersebut. Mereka bertugas untuk menjaga Tawang Gantungan. Kehidupan ditempat
tersebut hanya bertani alakadarnya dan berburu hewan apapun. Sanca Ronggeng selalu
menari-nari kegirangan ketika mendapatkan hewan buruan dan diikuti oleh yang
lainnya. Seringnya Prabu melihat Sanca Ronggeng menari, teringat akan topeng yang
dipasang di pohon, Sanca Ronggeng adalah orang pertama yang memakai topeng
beserta atributnya. Semenjak itu setiap mendapatkan hasil buruan, selalu memadukan
jurus bela diri dan tarian sambil memakai topeng. Topeng tersebut oleh Prabu
dipanggil dengan sebutan Babagug atau Ngabagug (diam tidak bergerak), karena
dipasang di pohon. Setelah adanya Sanca Manik dan Sanca Ronggeng, topeng-topeng
tersebut dijadikan perlengkapan tari-tarian. Prabu Sampulur tidak lama menempati
wilayah Tawang Gantungan dan diganti oleh salah satu orang kepercayaannya yaitu
Margadati.

2. Periode Margadati

Periode kedua yaitu periode Margadati, kebiasaan masih berlanjut jika


mendapatkan hewan buruan, dirayakan dengan sambil memakai topeng. Bedanya
Margadati menambahkan kolotok kayu yang digoyang- goyangkan sebagai alat musik
tambahan pengiring dan kayu yang berlubang memanjang dipukul-pukul menjadikan
suara riuh rendah dari alat tersebut. Margadati memanggil orang yang memakai topeng
beserta atribut dengan sebutan Bebegig, yang berasal dari kata Babagug atau
Ngabagug (diam tidak bergerak).

Terjadi banyak perubahan semenjak Margadati berkuasa, masyarakat perlahan


menuju kemakmuran. Wilayah yang tadinya bernama Tawang Gantungan berganti
nama menjadi Karang Gantungan. Kesenian Bebegig terus dilestarikan dengan baik,
yang membedakan yaitu pada awalnya Bebegig hanya digelar jika mendapatkan hewan
buruan, setiap panen tiba Margadati selalu menyerukan kepada Sanca Manik dan
Sanca Ronggeng menggelar kesenian Bebegig dengan alat musik sederhana kohkol
dan kolotok. Setiap Bebegig digelar selalu dilengkapi dengan tongkat kayu yang
bertujuan untuk berjaga-jaga supaya tidak terperosok dan terkena tanaman berduri
karena setiap pemain Bebegig tidak memakai alas kaki (nyeker). Melalui suara kolotok
dan pukulan kayu yang sangat kencang, Margadati dan rekan-rekannya memberikan
kabar tentang hal atau acara yang menggembirakan kepada masyarakat sekitar.
Bebegig selalu ditunggu karena dianggap sebagai pertanda kegembiraan.
Seiring berjalannya waktu, topeng Bebegig mengalami perubahan yang awalnya
berasal dari kulit kayu menjadi kayu bahbir atau kayu sisa. Tidak ada kepastian kapan
bahan topeng-topeng itu dirubah, entah dari jaman Margadati, Nagalaksana,
Baladdewa, Brajagati atau Brajamepeg. Dibalik topeng yang selalu berubah, atribut
yang digunakan sebagai perlengkapan Bebegig dari dulu sampai sekarang tidak
berubah tetap sama yaitu Injuk Kawung, daun waregu, bunga bubuay dan Kolotok.
3. Periode Eyang Emuh Muhrodi

Periode sekitar tahun 1970-an merupakan periode Eyang Emuh Muhrodi yang
merupakan sesepuh Bebegig di Sukamantri. Eyang Emuh Muhrodi dibantu oleh
muridnya yaitu Cucu Panji Suherman. Pada periode ini, Bebegig memiliki fungsi
sebagai hiburan. Hingga kini Bebegig Sukamantri mengalami perubahan diantaranya
penambahan alat musik lain dan penambahan penari kolotok dalam setiap helaran.
E. Keunikan Seni Helaran Bebegig Sukamantri

1. Pakaian yang digunakan


Bebegig Sukamantri pada bagian kepala terdiri dari topeng yang dibuat dari kayu
gelondongan, topeng tersebut merupakan gambaran karakter dari leluhur Sukamantri
yaitu karakter ilmu Prabu Sampulur. Topeng tersebut disimpan dengan cara dikaitkan
pada rangka. Pada bagian atas topeng terdapat mahkota yang terbuat dari daun
waregu, selain itu juga untuk rambut yang digunakan terbuat dari bubuay.

Pada bagian badan, Bebegig Sukamantri menggunakan pakaian yang terbuat dari
ijuk kawung (aren). Tangan serta bagian tengah tubuh sampai kaki bagian bawah
pemain dibalut dengan ijuk. Bagian belakang Bebegig Sukamantri dilengkapi dengan
kolotok yang diikatkan pada pinggang pemain.

2. Topeng

Topeng Bebegig Sukamantri dari jaman ke jaman mengalami perubahan mulai


terbuat dari kulit kayu, kayu bahbir (sisa potongan kayu) sampai menggunakan kayu
gelondongan.

Gambar 2.7. Topeng Bebegig Sukamantri

Kayu gelondongan digunakan untuk mendapatkan dimensi yang lebih baik. Setiap
pembuat topeng bebas mengeluarkan ekspresinya untuk membuat karakter yang
diinginkannya, sehingga setiap topeng Bebegig Sukamantri tidak ada yang sama
desain motifnya. Warna yang digunakan pun tidak ada warna khusus yang harus
dipakai. Topeng yang digunakan mempunyai pemiliknya masing-masing yang tersebar
di Sukamantri. Topeng kemudian diikat pada rangka.

3. Rangka

Gambar 2.8. Rangka Tubuh Bebegig Sukamantri


Rangka pada Bebegig Sukamantri berfungsi sebagai tempat topeng disimpan.
Bebegig Sukamantri cara menggunakannya dengan dipikul, pemain Bebegig
Sukamantri memikul rangka dengan bahu.
4. Ijuk
Ijuk pada Bebegig Sukamantri digunakan sebagai penutup rangka juga digunakan
sebagai kostum pemain Bebegig Sukamantri. Kostum tersebut terdiri dari penutup
kedua tangan dan penutup pada bagian tengah tubuh sampai kaki bagian bawah
pemain. Ijuk dibuat sedemikian rupa hingga membentuk seperti layaknya celana
panjang dengan cara di jahit menggunakan tali sebagai benangnya dan untuk
mengikatnya ditubuh pemain, ijuk diikat dengan tali yang terbuat dari karet.
5. Daun Waregu
Daun Waregu merupakan hiasan pada kepala Bebegig Sukamantri, dalam
penggunaanya pada Bebegig Sukamantri biasa disebut mahkota. Daun waregu
disimpan dibagian atas topeng.
6. Kembang Bubuay
Bunga bubuay merupakan bunga yang keluar dari pohon sejenis rotan. Bentuk
bunga bubuay tersusun rapi berurutan dan setiap helainya menempel kuat di
tangkainya. Bunga bubuay merupakan rambut dari Bebegig Sukamantri.
7. Kolotok
Kolotok merupakan alat yang terbuat dari kayu, diikatkan dengan tali di pinggang
pemain Bebegig sehingga mengayun, cara menggunakannya adalah dengan
digoyangkan. Kolotok merupakan suara khas dari Bebegig Sukamantri.
8. Alat yang dimainkan

Gambar 2.9. Alat musik yang dimainkan ketika helaran bebegig Sukamantri

Dalam helaran, Bebegig Sukamantri diiringi dengan alat musik dan sinden. Alat
musik terdiri dari bedug, kendang, kecrek, gong, terompet dan kohkol. Dalam helaran
Bebegig Sukamantri alat musik kendang, bedug, kecrek dan gong di angkut dengan
roda. Posisi roda dengan alat musik serta sinden ketika helaran berlangsung yaitu
berada dibelakang Bebegig Sukamantri. Jumlah pengiring tersebut terdiri dari 10
orang, rinciannya yaitu 6 orang pemain musik, 1 orang sinden dan 3 orang bertugas
sebagai penarik roda. Adapun jenis alat musiknya adalah sebagai berikut :

a. Bedug

Gambar 2.10. Bedug

Bedug yang digunakan terdiri dari dua buah bedug yaitu bedug dengan
ukuran besar dan bedug dengan ukuran kecil. Kedua bedug yang digunakan,
dimainkan oleh satu orang.

b. Kendang

Gambar 2.11. Kendang

Kendang yang digunakan terdiri dari dua buah kendang besar dan satu
kendang kecil. Cara memainkannya tidak seperti biasanya memainkan kendang
yaitu dengan ditepuk dengan tangan, melainkan dengan dipukul oleh kayu
seperti menabuh bedug.

c. Kecrek
Gambar 2.12. Kecrek

Kecrek yang digunakan terdiri dari dua buah, satu kecrek digunakan untuk
penabuh bedug dan satu kecrek untuk pengiring. Kecrek yang digunakan oleh
pengiring dimainkan dengan cara dipukul dengan kayu.

d. Gong

Gambar 2.13. Gong

Gong yang digunakan ketika helaran berlangsung disimpan pada roda atau
mobil bak, gong yang digunakan hanya satu.

e. Terompet

Gambar 2.14. Terompet

Terompet yang digunakan ketika helaran Bebegig Sukamantri berlangsung,


didatangkan dari luar daerah beserta pemain terompetnya.

f. Kohkol

Gambar 2.15. Kohkol

Kohkol yang digunakan hanya satu dan disimpan pada roda. Cara
memainkannya yaitu dengan dipukul dengan dua buah kayu.

9. Tembang/Lagu yang dinyanyikan

Saat helaran berlangsung selain memainkan alat musik, tembang-tembang sunda


dilantunkan mengikuti alunan musik. Adapun beberapa tembang yang dilantunkan
yaitu engklak-engklakan, es lilin dan kembang tanjung.

10. Struktur helaran Bebegig Sukamantri

Struktur helaran Bebegig Sukamantri berdasarkan observasi dalam acara hari


ulang tahun kota Garut pada tanggal 23 Februari 2016 yang bertempat di alun- alun
kota Garut sebagai berikut, dua hari sebelum acara pembina melakukan pengarahan di
sanggar seni Bebegig Baladdewa kepada anggota tentang apa saja yang harus
dipersiapkan.

Satu hari sebelum acara semua pemain berkumpul di sanggar untuk


mempersiapkan peralatan yang akan dibawa. Mulai dari mempersiapkan Bebegig yang
akan digunakan sampai pada peralatan penari kolotok dan peralatan musik pengiring.
Peralatan yang sudah selesai disiapkan kemudian dimasukkan kedalam kendaraan
yaitu truk. Pada saat hari pertunjukan, semua pemain berkumpul dan berdo’a bersama.
Rombongan berangkat menuju ke tempat berlangsungnya acara. Sampai ditempat
acara rombongan istirahat terlebih dahulu untuk selanjutnya menurunkan peralatan
yang ada di kendaraan truk. Mulai dari Bebegig, peralatan penari kolotok dan peralatan
musik. Bebegig yang sudah diturunkan kemudian di cek jikalau ada yang rusak dan
segera mungkin diperbaikai.

Setelah Bebegig selesai dipersiapkan, kemudian para pemain Bebegig mulai


mempersiapkan diri masing-masing dengan menggunakan kostum yang terbuat dari
ijuk dan menggunakan kolotok. Begitupun dengan para penari kolotok, mereka
mempersiapkan diri.

Khusus untuk pemain musik, terlebih dahulu menyiapkan roda untuk dipasang dan
setelah selesai dipasang alat-alat musik di naikkan ke roda tersebut. Alat musik
kemudian di tata sedemikian rupa sesuai posisi yang telah ditetapkan. Setelah
terpasang semua kemudian melakukan cek sound. Setiap pemain musik mencoba alat
musik terlebih dahulu sebelum digunakan ketika helaran berlangsung.
Gambar 2.16. Pemain musik di helaran Bebegig Sukamantri
Ketika acara dimulai paling depan diisi oleh dua Bebegig Sukamantri yang
berukuran kecil dan dua perempuan pembawa identitas Bebegig Baladdewa serta satu
pemimpin penari kolotok. Tepat dibelakangnya diikuti oleh 9 penari kolotok dengan 5
disebelah kanan dan 4 disebelah kiri. Bebegig Sukamantri berjumlah 12 yang terdapat
6 disebelah kanan dan 6 disebelah kiri tepat dibelakang penari kolotok. Pengiring
musik dan asisten mengikuti dari belakang Bebegig Sukamantri.
Rombongan mengikuti helaran berangkat dari titik awal menuju ke panggung
utama untuk selanjutnya menuju titik akhir. Dalam perjalanan Bebegig Sukamantri
menari mengikuti alunan musik yang dimainkan Begitupun penari kolotok menari
dengan memainkan kolotok yang dibawanya.

Gambar 2.11. Posisi saat mulai helaran.


Tiba dipanggung utama perempuan pembawa identitas Bebegig Baladdewa
menghadap ke arah tamu panggung utama. Penari kolotok mundur untuk selanjutnya
Bebegig Sukamantri unjuk gigi. Selanjutnya menyajikan teatrikal berupa dua Bebegig
Sukamantri yang bertarung memperebutkan pusaka. Bebegig Sukamantri yang
bertarung keduanya saling menggunakan pedang sebagai senjatanya. Salah satu dari
yang bertarung akan mengalami kekalahan, setelah pertarungan selesai rombongan
melanjutkan perjalanan untuk menuju titik akhir. Selama diperjalanan rombongan
tetap memainkan alat musik dan menari mengikuti alunan musik.

Gambar 2.12. Bebegig ketika berada di panggung utama.


BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Bebegig Sukamantri merupakan kesenian yang masih ada dan dilestarikan. Menurut
Cucu Panji Suherman Bebegig Sukamantri kini sudah menjadi seni budaya dan
perkembangannya pun begitu pesat terutama ketika bisa tampil diluar kabupaten, anak-
anak sampai dewasa berbondongbondong ingin menggunakan Bebegig. Bebegig
Sukamantri disinyalir sudah ada sejak jaman dahulu, jaman Kerajaan Pajajaran terdesak
oleh Kesultanan Cirebon.
Bebegig Sukamantri erat kaitannya dengan wilayah sebelah utara Sukamantri yaitu
hutan Karang Gantungan, dalam kawasan tersebut terdapat sumber air dan untuk menjaga
hutan tersebut oleh para leluhur dibuatlah Bebegig sebagai penjaganya supaya tidak
dirusak. Bebegig Sukamantri adalah orang menggunakan topeng dengan karakter makhluk
menyeramkan. Rambut terbuat dari bubuay dengan dilengkapi mahkota dari daun waregu
yang tersusun rapi diatas topeng. Keseluruhan beratnya bisa mencapai 30-50 kg yang
harus digunakan dengan cara dipikul pada pundak pemain Bebegig Sukamantri. Tangan
serta bagian tengah 7 tubuh sampai kaki bagian bawah pemain terbuat dari ijuk kawung
(aren). Setiap Bebegig Sukamantri dilengkapi dengan kolotok yang diikatkan pada
pinggang pemain.
Kesenian ini mulai diperkenalkan sekitar tahun 1950 an oleh para pelaku seni di
Ciamis dan masyarakat Sukamantri. Bebegig Sukamantri merupakan kesenian umum bagi
warga Desa Sukamantri, tetapi kesenian ini dikembangkan lagi di Dusun Campaka.
Bebegig Sukamantri kini dipentaskan dalam bentuk helaran, diiringi oleh musik pengiring
dan penari kolotok. Dalam setiap helaran, berjumlah 40 orang terdiri dari 12 Bebegig
Sukamantri, 10 orang pemusik, 12 penari kolotok dan 6 asisten. Tidak hanya tampil saat
helaran 17 agustus saja, juga tampil diundang dalam helaran memeriahkan ulang tahun
daerah ataupun turun mandi pengantin sunat.

B. Saran
Sarannya adalah, sebagai manusia yang diberi pemikiran yang sempurna oleh Allah
SWT. manusia harus menggunakan pemikiran tersebut secara baik – baik, agar kita dapat
melestarikan budaya kita senidri. Karena budaya tersebut dapat menjadikan identitas dan
juga jati suatu bangsa. Jangan sampai budaya kita terutama seni helaran Bebegig
Sukamantri hilang keberadaanya.
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, C. (2019, Maret 25). Seni Bebegig Sukamantri Kian Dikenal Luas. Retrieved from
tour.koropak.co.id: https://tour.koropak.co.id/7377/seni-bebegig-sukamantri-kian-
dikenal-luas
Lestari, M. R. (2018, Agustus 07). Bebegig Sukamantri. Retrieved from budaya-
indonesia.org: https://budaya-indonesia.org/Bebegig-Sukamantri-1
Muakhir, A. (2019, April 25). Bebegig Sukamantri, Ikon Seni Helaran dari Ciamis. Retrieved
from www.alimuakhir.com: https://www.alimuakhir.com/2019/04/bebegig-
sukamantri-ikon-seni-helaran.html
Setiawan, D. (2016, Juli 09). Bebegig Sukamantyri. Retrieved from elib.unikom.ac.id:
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/705/jbptunikompp-gdl-danisetiaw-35246-10-
unikom_d-i.pdf
Setiawan, I. (2018, April 25). Bebegig Sukamantri. Retrieved from
kebudayaan.kemdikbud.go.id:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/bebegig-sukamantri/
Wikipedia. (2021, Februari 14). Bebegig Sumantri. Retrieved from id.wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Bebegig_Sumantri#:~:text=Bebegig%20Sukamantri
%20bukanlah%20orang%2Dorangan,bunga%20caruluk%20yang%20disebut
%20bubuai.

Anda mungkin juga menyukai